Anda di halaman 1dari 7

Kelainan dan penyakit pada sistem pernapasan

1.polip
Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada dinding saluran pernapasan hidung
atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit dan tidak bersifat
kanker. Polip memiliki bentuk seperti anggur yang tergantung pada batangnya.
Polip hidung memiliki ukuran yang beragam dengan warna yang serupa. Polip dengan
ukuran besar bisa menyumbat saluran hidung. Ini bisa menyebabkan munculnya gejala
polip seperti hidung tersumbat, hidung berair, kesulitan bernapas, gangguan pada
indera penciuman dan indera perasa. Sedangkan polip berukuran kecil mungkin tidak
menimbulkan gejala apa pun. Polip tidak meningkatkan risiko penderitanya untuk
menderita kanker hidung

Penyebab Polip Hidung


Hingga kini, penyebab dasar tumbuhnya polip belum diketahui. Polip hidung biasanya
berisi cairan inflamasi. Pertumbuhan polip diduga adalah hasil dari inflamasi
akibat alergi, infeksi, asma atau kelainan sistem kekebalan tertentu. Polip hidung yang
besar juga bisa menimbulkan tumpukan lendir pada sinus hidung, sehingga
menyebabkan infeksi.
Polip hidung bisa memengaruhi siapa saja, tapi lebih cenderung terjadi pada orang
dewasa. Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko menderita polip hidung adalah
intoleransi terhadap aspirin, sindrom Churg Strauss, alergi rhinitis,sinusitis, dan fibrosis
kistik.
Faktor genetika juga diperkirakan berperan dalam pertumbuhan polip. Seorang anak
akan lebih berisiko mengalami polip hidung jika orang tuanya memiliki polip.

Cara Mendiagnosis Polip Hidung


Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik pada lubang hidung Anda, apakah terdapat
polip hidung atau tidak. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan oleh dokter THT. Untuk
memastikan diagnosis polip hidung serta letaknya, bisa dilakukan prosedur endoskopi.
Selain itu, prosedur CT-scan dan biopsi bisa dijalankan jika memang diperlukan.

Pengobatan pada Polip Hidung


Kortikosteroid bisa digunakan sebagai obat untuk mengecilkan ukuran polip hidung.
Obat ini bisa diberikan dalam bentuk tablet, infus, atau semprot. Selain memakai obat-
obatan untuk polip hidung, kondisi ini juga bisa dihilangkan dengan cara operasi. Hal ini
dilakukan jika polip tidak bereaksi terhadap obat-obatan yang diberikan. Polip hidung
memiliki kecenderungan untuk muncul kembali, meski telah melalui pengobatan
maupun operas
2.Asma
Asma adalah jenis penyakit jangka panjang atau kronis pada saluran
pernapasan yang ditandai dengan peradangan dan penyempitan saluran napas yang
menimbulkan sesak atau sulit bernapas. Selain sulit bernapas, penderita asma juga
bisa mengalami gejala lain seperti nyeri dada, batuk-batuk, dan mengi. Asma bisa
diderita oleh semua golongan usia, baik muda atau tua.
Meskipun penyebab pasti asma belum diketahui secara jelas, namun ada beberapa hal
yang kerap memicunya, seperti asap rokok, debu, bulu binatang, aktivitas fisik, udara
dingin, infeksi virus, atau bahkan terpapar zat kimia.
Bagi seseorang yang memiliki penyakit asma, saluran pernapasannya lebih sensitif
dibandingkan orang lain yang tidak hidup dengan kondisi ini. Ketika paru-paru teriritasi
pemicu di atas, maka otot-otot saluran pernapasan penderita asma akan menjadi kaku
dan membuat saluran tersebut menyempit. Selain itu, akan terjadi peningkatan produksi
dahak yang menjadikan bernapas makin sulit dilakukan.
Penderita asma di Indonesia
Laporan riset kesehatan dasar oleh Kementrian Kesehatan RI tahun 2013
memperkirakan jumlah pasien asma di Indonesia mencapai 4.5 persen dari total jumlah
penduduk. Provinsi Sulawesi Tengah menduduki peringkat penderita asma terbanyak
sebanyak 7.8 persen dari total penduduk di daerah tersebut.
Menurut data yang dikeluarkan WHO pada bulan Mei tahun 2014, angka kematian
akibat penyakit asma di Indonesia mencapai 24.773 orang atau sekitar 1,77 persen dari
total jumlah kematian penduduk. Setelah dilakukan penyesuaian umur dari berbagai
penduduk, data ini sekaligus menempatkan Indonesia di urutan ke-19 di dunia perihal
kematian akibat asma.
Diagnosis asma
Untuk mengetahui apakah seorang pasien menderita penyakit asma, maka dokter perlu
melakukan sejumlah tes. Namun sebelum tes dilakukan, dokter biasanya akan
mengajukan pertanyaan pada pasien mengenai gejala apa saja yang dirasakan, waktu
kemunculan gejala tersebut, dan riwayat kesehatan pasien serta keluarganya.
Jika seluruh keterangan yang diberikan pada pasien mengarah pada penyakit asma,
maka selanjutnya dokter bisa melakukan tes untuk memperkuat diagnosis, misalnya:

 Spirometri
 Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
 Uji Provokasi Bronkus
 Pengukuran Status Alergi
 CT Scan
 Rontgen

Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa
menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun
gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan
cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa
muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.

3.laringtis
laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak pita suara di dalam
tenggorokan). Gejala yang umum pada laringitis yaitu nyeri tenggorokan, batuk,
demam, suara yang dikeluarkan serak, atau bahkan kehilangan suara sama sekali.
Pada penderita anak-anak dengan struktur saluran pernapasan yang kecil, bisa saja
terjadi kesulitan bernapas. Meski begitu, hal tersebut hanya terjadi pada beberapa
kasus saja.
Gejala laringitis bisa muncul secara tiba-tiba, lalu terus memburuk selama dua sampai
tiga hari, dan pulih dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan. Biasanya suara serak
dan kesulitan mengeluarkan suara adalah gejala yang terakhir pulih dibandingkan
gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga lebih dari dua minggu, disarankan
untuk menemui dokter. Apalagi jika gejala makin parah, terutama menjadi sulit
bernapas, maka bantuan medis harus secepatnya dilakukan.

Penyebab Laringitis
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain:

 Kerusakan pada pita suara, karena adanya getaran pada organ tersebut yang
melebihi batas ketahanan, misalnya akibat penderita berteriak terlalu keras atau
bernyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, kerusakan pita suara juga dapat
terjadi akibat batuk berkepanjangan dan cedera saat penderita melakukan
aktivitas fisik atau akibat kecelakaan.
 Infeksi virus, bakteri, dan jamur. Virus yang umum menyebabkan laringitis
adalah virus influenza. Dari golongan bakteri salah satunya adalah bakteri
penyakit difteri. Sedangkan dari jenis jamur adalah jamur Candida yang juga
dapat menyebabkan sariawan. Infeksi jamur dan bakteri pada kasus laringitis
lebih jarang terjadi dibandingkan infeksi virus. Infeksi jamur rentan dialami oleh
orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat
efek samping obat kortikosteroid, kemoterapi, atau akibat penyakit HIV/AIDS.
 Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia atau paparan debu.
 Naiknya asam lambung ke tenggorokan lewat kerongkongan pada kasus
penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Jika asam lambung mencapai
tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi laring cukup tinggi.
 Mengering dan teriritasinya laring akibat merokok dan konsumsi minuman
beralkohol. Sama seperti kasus GERD, peluang terjadinya infeksi pada laring
yang teriritasi juga cukup tinggi.
 Penggunaan obat kortikosteroid hirup, biasanya obat untuk asma.

Berdasarkan rentang waktu timbulnya gejala, laringitis dibagi dua, yaitu:

 Laringitis jangka pendek (akut). Biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri, serta pita suara yang menegang.
 Laringitis jangka panjang (kronis). Umumnya muncul akibat sinusitis kronis,
4.bronchitis
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau
bronkus. Bronkus sendiri berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan
menuju paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan
munculnya gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Secara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni:

 Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia di bawah 5
tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu satu
minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami dapat berlangsung lebih
lama.
 Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh orang dewasa berusia
40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan
merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, berpotensi
menimbulkan komplikasi berupa pneumonia. Pneumonia adalah peradangan pada satu
atau kedua kantung paru-paru. Seseorang yang sudah mencapai tahap ini akan
merasakan gejala berupa:

 Nyeri dada ketika batuk bahkan bernapas.


 Badan terasa lelah.
 Linglung, atau terjadi penurunan kesadaran.
 Mual dan muntah.
 Diare.
5.pleurits
Pleuritis adalah peradangan yang terjadi pada pleura. Pleura terdiri dari dua selaput
yang masing-masing menempel pada paru-paru dan tulang rusuk yang berfungsi untuk
memisahkan kedua jaringan tersebut. Di antara kedua selaput pleura terdapat cairan
yang membantu mengurangi gesekan pada saat kita bernapas. Saat radang terjadi,
cairan tersebut menjadi lengket dan permukaan selaput pleura menjadi kasar, sehingga
timbul rasa sakit ketika kedua lapisan pleura saling bergesek, misalnya saat kita
bernapas atau batuk.

Gejala Pleuritis
Seseorang yang menderita pleuritis dapat merasakan gejala-gejala seperti:

 Sakit di salah satu sisi dada.


 Sakit pada bahu dan punggung.
 Batuk kering.
 Sesak napas atau napas pendek.
 Demam.
 Pusing.
 Berkeringat.
 Mual.
 Sakit pada sendi dan otot.

Sakit pada dada dan bahu makin terasa saat penderita pleuritis menarik napas dalam-
dalam, bersin, batuk, atau bergerak.
Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang merasakan gejala-
gejala pleuritis. Terlebih lagi jika sampai merasakan sakit yang parah, mengeluarkan
keringat berlebihan, merasakan mual, atau mengalami batuk-batuk disertai darah.

Penyebab Pleuritis
Penyebab utama pleuritis adalah infeksi virus dari suatu penyakit yang telah diderita
sebelumnya yang menyebar ke pleura atau selaput pemisah paru-paru dan tulang
rusuk. Beberapa jenis virus tersebut di antaranya adalah virus influenza sebagai
penyebab sakit flu, virus parainfluenza sebagai penyebab croup (laringotrakeobronkitis)
pada anak, virus Epstein-Barr sebagai penyebab demam kelenjar (glandular fever), dan
Cytomegalovirus (CMV) yang dapat menular melalui cairan tubuh.
Selain virus, bakteri juga dapat menyerang pleura, salah satunya adalah
bakteri Streptococcusyang sering menyebabkan pneumonia, infeksi kulit selulitis, serta
impetigo. Bakteri lainnya adalah Staphylococcus yang biasa ditemukan dalam kasus
sepsis, keracunan makanan, atau infeksi kulit.
Pleuritis bisa juga disebabkan oleh komplikasi dari suatu kondisi, misalnya melemahnya
sistem kekebalan tubuh akibat penyakit AIDS, atau kebalikannya.

Anda mungkin juga menyukai