Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan
Kelainan Dan Penyakit Pada Sistem Pernapasan
1.polip
Polip hidung adalah pertumbuhan jaringan pada dinding saluran pernapasan hidung
atau pada sinus. Polip adalah jaringan yang lembut, tidak terasa sakit dan tidak bersifat
kanker. Polip memiliki bentuk seperti anggur yang tergantung pada batangnya.
Polip hidung memiliki ukuran yang beragam dengan warna yang serupa. Polip dengan
ukuran besar bisa menyumbat saluran hidung. Ini bisa menyebabkan munculnya gejala
polip seperti hidung tersumbat, hidung berair, kesulitan bernapas, gangguan pada
indera penciuman dan indera perasa. Sedangkan polip berukuran kecil mungkin tidak
menimbulkan gejala apa pun. Polip tidak meningkatkan risiko penderitanya untuk
menderita kanker hidung
Spirometri
Tes Arus Puncak Ekspirasi (APE)
Uji Provokasi Bronkus
Pengukuran Status Alergi
CT Scan
Rontgen
Jika seseorang terdiagnosis mengidap asma saat kanak-kanak, gejalanya mungkin bisa
menghilang ketika dia remaja dan muncul kembali saat usianya lebih dewasa. Namun
gejala asma yang tergolong menengah atau berat di masa kanak-kanak, akan
cenderung tetap ada walau bisa juga muncul kembali. Kendati begitu, asma bisa
muncul di usia berapa pun dan tidak selalu berawal dari masa kanak-kanak.
3.laringtis
laringitis adalah peradangan yang terjadi pada laring (kotak pita suara di dalam
tenggorokan). Gejala yang umum pada laringitis yaitu nyeri tenggorokan, batuk,
demam, suara yang dikeluarkan serak, atau bahkan kehilangan suara sama sekali.
Pada penderita anak-anak dengan struktur saluran pernapasan yang kecil, bisa saja
terjadi kesulitan bernapas. Meski begitu, hal tersebut hanya terjadi pada beberapa
kasus saja.
Gejala laringitis bisa muncul secara tiba-tiba, lalu terus memburuk selama dua sampai
tiga hari, dan pulih dalam waktu satu minggu tanpa pengobatan. Biasanya suara serak
dan kesulitan mengeluarkan suara adalah gejala yang terakhir pulih dibandingkan
gejala laringitis lainnya.
Jika penderita masih terus merasakan gejala hingga lebih dari dua minggu, disarankan
untuk menemui dokter. Apalagi jika gejala makin parah, terutama menjadi sulit
bernapas, maka bantuan medis harus secepatnya dilakukan.
Penyebab Laringitis
Terjadinya radang atau pembengkakan pada laring bisa disebabkan oleh beberapa
faktor, antara lain:
Kerusakan pada pita suara, karena adanya getaran pada organ tersebut yang
melebihi batas ketahanan, misalnya akibat penderita berteriak terlalu keras atau
bernyanyi dengan suara yang tinggi. Selain itu, kerusakan pita suara juga dapat
terjadi akibat batuk berkepanjangan dan cedera saat penderita melakukan
aktivitas fisik atau akibat kecelakaan.
Infeksi virus, bakteri, dan jamur. Virus yang umum menyebabkan laringitis
adalah virus influenza. Dari golongan bakteri salah satunya adalah bakteri
penyakit difteri. Sedangkan dari jenis jamur adalah jamur Candida yang juga
dapat menyebabkan sariawan. Infeksi jamur dan bakteri pada kasus laringitis
lebih jarang terjadi dibandingkan infeksi virus. Infeksi jamur rentan dialami oleh
orang-orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, misalnya akibat
efek samping obat kortikosteroid, kemoterapi, atau akibat penyakit HIV/AIDS.
Reaksi alergi terhadap suatu zat kimia atau paparan debu.
Naiknya asam lambung ke tenggorokan lewat kerongkongan pada kasus
penyakit refluks gastroesofageal (GERD). Jika asam lambung mencapai
tenggorokan maka risiko untuk terjadinya iritasi laring cukup tinggi.
Mengering dan teriritasinya laring akibat merokok dan konsumsi minuman
beralkohol. Sama seperti kasus GERD, peluang terjadinya infeksi pada laring
yang teriritasi juga cukup tinggi.
Penggunaan obat kortikosteroid hirup, biasanya obat untuk asma.
Laringitis jangka pendek (akut). Biasanya disebabkan oleh infeksi virus atau
bakteri, serta pita suara yang menegang.
Laringitis jangka panjang (kronis). Umumnya muncul akibat sinusitis kronis,
4.bronchitis
Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada saluran utama pernapasan atau
bronkus. Bronkus sendiri berfungsi sebagai saluran yang membawa udara dari dan
menuju paru-paru. Seseorang yang menderita bronkitis biasanya ditandai dengan
munculnya gejala batuk yang berlangsung selama satu minggu atau lebih.
Secara umum, bronkitis terbagi menjadi dua tipe, yakni:
Bronkitis akut. Kondisi ini umumnya dialami oleh anak berusia di bawah 5
tahun. Bronkitis tipe akut biasanya pulih dengan sendirinya dalam waktu satu
minggu hingga 10 hari. Namun, batuk yang dialami dapat berlangsung lebih
lama.
Bronkitis kronis. Bronkitis tipe ini biasanya dialami oleh orang dewasa berusia
40 tahun ke atas. Bronkitis kronis dapat berlangsung hingga 2 bulan, dan
merupakan salah satu penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Bronkitis yang memburuk dan tidak mendapatkan penanganan yang tepat, berpotensi
menimbulkan komplikasi berupa pneumonia. Pneumonia adalah peradangan pada satu
atau kedua kantung paru-paru. Seseorang yang sudah mencapai tahap ini akan
merasakan gejala berupa:
Gejala Pleuritis
Seseorang yang menderita pleuritis dapat merasakan gejala-gejala seperti:
Sakit pada dada dan bahu makin terasa saat penderita pleuritis menarik napas dalam-
dalam, bersin, batuk, atau bergerak.
Konsultasi pada dokter sebaiknya dilakukan apabila seseorang merasakan gejala-
gejala pleuritis. Terlebih lagi jika sampai merasakan sakit yang parah, mengeluarkan
keringat berlebihan, merasakan mual, atau mengalami batuk-batuk disertai darah.
Penyebab Pleuritis
Penyebab utama pleuritis adalah infeksi virus dari suatu penyakit yang telah diderita
sebelumnya yang menyebar ke pleura atau selaput pemisah paru-paru dan tulang
rusuk. Beberapa jenis virus tersebut di antaranya adalah virus influenza sebagai
penyebab sakit flu, virus parainfluenza sebagai penyebab croup (laringotrakeobronkitis)
pada anak, virus Epstein-Barr sebagai penyebab demam kelenjar (glandular fever), dan
Cytomegalovirus (CMV) yang dapat menular melalui cairan tubuh.
Selain virus, bakteri juga dapat menyerang pleura, salah satunya adalah
bakteri Streptococcusyang sering menyebabkan pneumonia, infeksi kulit selulitis, serta
impetigo. Bakteri lainnya adalah Staphylococcus yang biasa ditemukan dalam kasus
sepsis, keracunan makanan, atau infeksi kulit.
Pleuritis bisa juga disebabkan oleh komplikasi dari suatu kondisi, misalnya melemahnya
sistem kekebalan tubuh akibat penyakit AIDS, atau kebalikannya.