Anda di halaman 1dari 17

KARYA TULIS ILMIAH

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN KEPATUHAN


PERAWAT DALAM PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN
DI BANGSAL RAWAT INAP RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

Naskah Publikasi

Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Derajat Sarjana Keperawatan pada


Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh:
YENITA DIAH RAHMANINGRUM
20120320192

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2016

i
ii
Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Kepatuhan Perawat dalam
Pelaksanaan Identifikasi Pasien di Bangsal Rawat Inap RS PKU
Muhammadiyah Bantul

Yenita Diah Rahmaningrum 1, Moh. Afandi 2


Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Nursing error is the failure to plan action to be complete as expected


or incorrect use of nursing plans to achieve goals. Adherence nurses in the
identification of patient is expected to reduce the occurrence of nursing errors.
Adherence person can be influenced by the level of knowledge. The purpose of this
research is to know the correlation of level of knowledge with patient identifications
adherence by Nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul Hospital.
Methods:This research was descriptif analytic design with cross sectional. Sample
research of 60 people with a samping method use accidental sampling. Data analysis
method used the fisher exact test.
Results: 93,3% nurses had high knowledge about patient identification and 71,7%
nurses do not adherence to implementation patient identification. Correlation test
results fisher exact test p = 0,570.
Conclusion: There is no correlation between level of knowledge with patient
identifications adherence by nurses in inpatient ward PKU Muhammadiyah Bantul
Hospital. Suggestion for nurses more adherence t in the implementation patient
identification and the hospital can increase the motivation of nurses in the
implementation patient identification.

Keywords: Knowledge, Adherence, patient Identification, patient safety

iii
PENDAHULUAN (SKP) menjelaskan bahwa proses

Kesalahan karena keliru dalam identifikasi bertujuan untuk melakukan

mengidentifikasi pasien dapat terjadi dua kali pengecekan yaitu untuk

di hampir semua aspek atau tahapan mengidentifikasi pasien sebagai

diagnosis dan pengobatan. Kesalahan individu yang akan menerima

identifikasi pasien bisa terjadi pada pelayanan atau pengobatan dan

pasien yang dalam keadaan terbius, penyesuaian antara pelayanan atau

mengalami disorientasi, tidak sadar, pengobatan yang diberikan terhadap

bertukar tempat tidur/ kamar/ lokasi individu tersebut (World Health

dirumah sakit, adanya kelainan Organization, 2007).

sensori, atau akibat situasi lain Kesalahan melakukan

(Departemen Kesehatan Republik identifikasi pasien berpotensi besar

Indonesia, 2011). menimbulkan masalah dan ancaman

Perawat memiliki peran dalam keselamatan pasien. Ancaman tersebut

pemberian asuhan keperawatan jika tidak diatasi akan menimbulkan

diharapkan mampu mengatasi masalah kesehatan secara

masalah–masalah yang timbul akibat berkelanjutan seperti terjadinya

dari kesalahan dalam proses adverse events atau kejadian tidak

identifikasi pasien. Kepatuhan perawat diharapkan (KTD), kejadian nyaris

dalam mematuhi prosedur identifikasi cidera (KNC), dan kejadian tidak

pasien berpengaruh dalam keselamatan cidera (KTC). (Depkes RI, 2011).

pasien. Sasaran keselamatan pasien

1
Data Joint Commision tanggal lahir, gelang (identitas pasien)

International (JCI) tahun (2012) dengan barcode atau cara lain. Nomor

menunjukkan bahwa sebanyak 13% kamar atau lokasi pasien tidak bisa

surgical error dan 68% kesalahan digunakan untuk identifikasi (Komisi

transfusi darah, terjadi karena Akreditasi Rumah Sakit, 2012).

kesalahan pada tahapan identifikasi Hasil studi pendahuluan di RS.

pasien. KKP-RS (2008) melaporkan PKU Muhammadiyah Bantul peneliti

insiden keselamatan pasien terjadi menemukan beberapa perawat ketika

sebanyak 145 insiden yang terdiri dari akan memberikan tindakan kepada

KTD sebanyak 46%, KNC 48% dan pasien masih ada yang tidak

lainnya 6%. Kota Yogyakarta melakukan identifikasi pasien. Selain

menempati urutan ke-3 dari insiden itu hasil penelitian yang dilakukan

tersebut dengan prosentase sekitar Azim (2014) tentang gambaran

13% setelah DKI Jakarta dan Jawa penerapan identifikasi pasien di

Tengah (Depkes RI, 2011). bangsal rawat inap KPU

Kebijakan atau prosedur yang Muhammadiyah Bantul yaitu

secara kolaboratif dikembangkan menyebutkan bahwa penerapan

untuk memperbaiki proses identifikasi identifikasi pasien yang dilakukan

dan memerlukan sedikitnya dua cara perawat 92% dalam kategori kurang,

untuk mengidentifikasi pasien seperti dan 7,9% cukup, sedangkan yang baik

nama pasien, nomor identitas tidak ada.

menggunakan nomor rekam medis,

2
Kepatuhan perawat dalam memberikan METODE PENELITIAN

asuhan sesuai prosedur berpengaruh Penelitian ini merupakan

dalam keselamatan pasien. Kepatuhan penelitian deskriptif analitik. Dengan

perawat adalah perilaku perawat pendekatan cross sectional dimana

sebagai seorang yang professional peneliti menekankan waktu

terhadap suatu anjuran, prosedur atau pengukuran/observasi data variabel

aturan yang harus dilakukan atau indenpenden dan dependen hanya satu

ditaati (Ulum, 2013).Selain kepatuhan kali pada satu saat. Populasi dalam

pengetahuan juga mempunyai peran penelitian ini adalah perawat yang

dalam melakukan tindakan Identifikasi bekerja di bangsal rawat inap rumah

pasien. Seseorang bisa mematuhi suatu sakit PKU Muhammadiyah Bantul

aturan atau rekomendasi apabila dia berjumlah 70 orang. Teknik

sudah mengetahui apa maksud dan pengambilan sampel dipilih

tujuan dari aturan tersebut. menggunakan Accidental sampling.

Berdasarkan uraian diatas, peneliti Sampel dihitung menggunakan rumus

tertarik untuk meneliti tentang Slovin sehingga didapatkan sampel 60

hubungan tingkat pengetahuan dengan responden.

kepatuhan perawat dalam pelaksanaan Intrumen penelitian yang

identifikasi pasien. digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner dan checklist observasi.

Kuesioner digunakan untuk menilai

tingkat pengetahuan responden tentang

3
identifikasi pasien. Kuesioner dibuat Uji validitas intrumen dalam

sendiri oleh peneliti menggunakan penelitian ini menggunakan korelasi

skala guttman dengan dua pilihan product moment dan uji konten.

jawaban yaitu benar dan salah. Pengukuran reliabilitas penelitian ini

Kuesioner dibuat dengan mengambil menggunakan conbrach’s alpha.

poin dari Identifikasi Pasien menurut Analisa data terdiri dari analisa

Departement Kesehatan RI Nomor. univariat dan analisa bivariat. Analisa

1691/MENKES/PER/VIII/2011 univariat yang digunakan dalam

tentang Keselamatan Pasien Rumah penelitian ini untuk menjelaskan

sakit. Intrumen selanjutkan yaitu karakteristik responden dan variabel

Checklist observasi. Checklist ini penelitian (Independen dan dependen)

digunakan untuk menilai kepatuhan ditampilkan dalam bentuk distribusi

perawat dalam melaksanakan dan frekuensi. Sedangkan Analisis

identifikasi pasien. Peneliti bivariat digunakan untuk mengukur

melakukan observasi dengan korelasi terhadap 2 variabel yang

menggunakan lembar observasi atau diduga berhubungan atau berkorelasi

checklist yang dibuat dan digunakan menggunakan pengujian statistik

oleh Azim (2014) dalam penelitiannya Fisher exact test.

dan telah di uji konten dan dinyatakan

dapat digunakan sebagai lembar

observasi dalam penelitiannya.

4
HASIL DAN PEMBAHASAN berpendidikan DIII sebanyak 49

Tabel 1 Distribusi Frekuensi (81,7%) responden. Dan pada


Karakteristik Perawat di Bangsal
Rawat Inap RS PKU kelompok lama kerja mayoritas
Muhammadiyah Bantul pada April-
Mei (n=60) responden pada 1-5 tahun sebanyak 41

No Karakteristik Tota Prosentas (68,3%) responden.


l e (%)
1. Usia Tabel 2 Gambaran Pengetahuan
Responden 36 60 Perawat RS PKU Muhammadiyah
- 20-30 Tahun 23 38,3 Bantul tentang Identifikasi Pasien
- 31-40 tahun 1 1,7
pada April – Mei 2012 (n=60)
- 41-50 Tahun
2. Jenis Kelamin No Tingkat F Prosentase
- Laki-laki 7 11,7 Pengetahuan (n) (%)
- Perempuan 53 88,3 1 Tinggi 56 93,3
3. Pendidikan 2 Rendah 4 6,7
- D3 49 81,7 Total 60 100
- S1 11 18,3
Sumber :Data primer 2016
4. Lama Bekerja
- 1-5 Tahun 41 68,3
- 6-10 Tahun 15 25 Tabel 2 menunjukkan sebanyak
- 11-15 Tahun 3 5
- 16-20 Tahun 1 1,7 56 (93,3%) responden memiliki
Sumber : Data Primer 2016
pengetahuan tinggi.
Tabel 1 diketahui bahwa
Tabel 3 Gambaran Kepatuhan
berdasarkan kelompok usia responden Perawat RS PKU Muhammadiyah
Bantul dalam Identifikasi Pasien
mayoritas pada usia 21-30 tahun pada April – Mei 2016 (n=60)

sebanyak 36 (60%) responden. Pada No Kepatuhan F Prosentase


Perawat (n) (%)
kelompok jenis kelamin mayoritas 1 Patuh 17 28,3
2 Tidak Patuh 43 71,7
Total 60 100
responden adalah perempuan sebanyak
Sumber :Data primer 2016
53 (88,3%) responden. Pada kelompok

pendidikan mayoritas responden

5
Tabel tabel 3 menunjukkan pengetahuan tinggi sebanyak 32

sebanyak 43 (71,7%) responden tidak (53,3%) responden. Kategori jenis

patuh dalam identifikasi pasien. kelamin mayoritas perempuan

memiliki pengetahuan tinggi sebanyak


Tabel 4 Crosstab Tingkat
Pengetahuan Perawat RS PKU 50 (83,3%) responden. Kategori
Muhammadiyah Bantul tentang
Identifikasi Pasien dan pendidikan mayoritas DIII memiliki
Karakteristik Perawat pada April –
Mei 2016 (n= 60) pengetahuan tinggi sebanyak 46
Tingkat Pengetahuan
N Karakteris (76,7%) responden. Dan kategori lama
Tinggi Rendah
o tik
Responden n % N % bekerja mayoritas perawat 1-5 tahun
1 Usia
. Responden dengan pengetahuan tinggi sebanyak
21-30 tahun 32 53,3 4 6,7
31-40 tahun 23 38,3 37 (61,7%) responden.
41-50 tahun 1 1,7
2 Jenis Tabel 5 Crosstab Kepatuhan
. Kelamin Perawat RS PKU Muhammadiyah
Laki-laki 6 10 1 1,7
Bantul dalam Identifikasi Pasien
Perempuan 50 83,3 3 5
3 Pendidikan dan Karakteristik Perawat pada
. DIII 46 76,7 10 16, April – Mei 2016 (n= 60)
S1 3 5 1 7
1,7 Kepatuhan
4 Lama Kerja N Karakteris Patuh Tidak
. 1-5 tahun 37 61,7 4 6,7 o tik patuh
6-10 tahun 15 25 Responden N % N %
11-15 tahun 3 5
16-20 tahun 1 1,7 1 Usia
Sumber : Data Primer 2016 . Responden
21-30 tahun 10 16,7 26 43,3
31-40 tahun 7 11,7 16 26,7
Tabel 4 menunjukkan dalam 41-50 tahun 1 1,7
2 Jenis
kategori usia responden, mayoritas . Kelamin
Laki-laki 4 6,7 3 5
berusia 21-30 tahun memiliki Perempuan 13 21,7 40 66,7

6
3 Pendidikan Tabel 6 Hubungan Tingkat
. DIII 14 23,3 35 58,3 Pengetahuan dan Kepatuhan
S1 3 5 8 13,3 Perawat RS PKU Muhammadiyah
4 Lama Kerja Bantul dalam Identifikasi Pasien
. 1-5 tahun 11 18,3 31 51,7
pada April – Mei 2016 (n=60)
6-10 tahun 5 3 10 16,7
11-15 tahun 1 1,7 1 1,7
16-20 tahun 1 1,7
Sumber : Data Primer 2016
Variabe Kepatuhan perawat Total P
Tabel 5 menunjukkan dalam l
Pengeta Patuh Tidak
kategori usia responden, mayoritas huan patuh
perawat F % F % F %
berusia 21-30 tahun tidak patuh Tinggi 1 28, 3 65, 56 84, 0,
7 3 9 0 3 5
terhadap identifikasi pasien sebanyak Rendah 4 6,7 4 6,7 7
Total 1 28, 4 71, 60 100 0
26 (43,3%) responden. Kategori jenis 7 3 3 7
Sumber : Data Primer 2016
kelamin mayoritas perempuan tidak

patuh terhadap identifikasi pasien Tabel 6 menunjukkan

sebanyak 40 (66,7%) responden. bahwa hubungan antara tingkat

Kategori pendidikan mayoritas DIII pengetahuan dengan kepatuhan

tidak patuh terhadap identifikasi pasien perawat dalam identifikasi pasien

sebanyak 35 (58,3%) responden dan didominasi oleh perawat yang tidak

kategori lama kerja mayoritas patuh dan memiliki pengetahuan tinggi

responden bekerja 1-5 tahun tidak yaitu sebesar 39 (65%) dan didapatkan

patuh terhadap identifikasi pasien nilai p = 0,570.

sebanyak 31 (51,7%)responden.

7
1. Pengetahuan Perawat tentang 1691/MENKES/PER/VIII/2011

Identifikasi Pasien tentang keselamatan pasien rumah

Berdasarkan hasil penelitian, sakit. Dimana rumah sakit PKU

mayoritas responden memiliki Muhammadiyah Bantul juga

pengetahuan tinggi tentang identifikasi menggunakan peraturan tersebut.

pasien. Tingginya pengetahuan Didalam kuesioner membahas mulai

perawat tentang identifikasi pasien dari definisi identifikasi pasien, tujuan

terjadi karena perawat sebelumnya identifikasi pasien, elemen identifikasi

sudah mendapatkan pelatihan terkait pasien dan akibat jika tidak dilakukan

identifikasi pasien. Hal ini juga identifikasi pasien. beberapa poin

disampaikan oleh kepala bagian tersebut kemudian dikembangkan

keperawatan yang mengatakan bahwa menjadi 24 pernyataan yang kemudian

sudah dilaksanakannya pelatihan bisa digunakan untuk menilai tingkat

terkait keselamatan pasien kepada pengetahuan perawat tentang

perawat yang bekerja di rumah sakait identifikasi pasien

PKU Muhammadiyah Bantul.


Hasil penelitian ini sesuai

Selain itu, kuesioner yang dengan teori yang mengatakan

digunakan dalam penelitian dibuat Seseorang yang mempunyai sumber

berdasarkan poin identifikasi pasien informasi yang lebih banyak akan

menurut Departemen Kesehatan RI memperoleh pengetahuan yang lebih

Nomor luas. Menurut penelitian yang

8
dilakukan oleh El-Jardali, Sheikh, pasien. Penilaian kepatuhan perawat

Jamal dan Abdo (2014) yang dilihat dari Checklist observasi mulai

mengatakan bahwa adanya tenaga dari memastikan identitas, perkenalan

profesional perlu mengedukasi stafnya diri, tujuan pelayanan dan meminta

tentang pentingnya keselamatan pasien persetujuan sebelum tindakan sudah

berdasarkan standar nasional maupun sesuai dengan isi kuesioner, yang

internasiaonal dan diusahakan harapannya ketika pengetahuan tinggi

menjadi salah satu budaya dalam maka bisa membuat perawat menjadi

melaksanakan prosedur yang berlaku. patuh.

Maksudnya yaitu perlu diberikan Berdasarkan hasil penelitian,

edukasi dalam hal ini pelatihan mayoritas responden tidak patuh

maupun penyuluhan kepada perawat terhadap pelaksanaan identifikasi

terkait keselamatan pasien agar pasien. menurut Milgram (2007),

perawat dapat melaksanakan atau kepatuhan seseorang dapat

patuh terhadap tindakan yang mengacu dipengaruhi oleh beberapa faktor,

pada keselamatan pasien. antara lain (1) status lokasi, dimana

2. Kepatuhan Perawat dalam pada lokasi penelitian ini sudah

Pelaksanaan Identifikasi Pasien terdapat SPO terkait pelaksanaan

Pengetahuan tinggi yang identifikasi pasien. (2) tanggung jawab

dimiliki perawat tentang identifikasi personal, dimana tanggung jawab

pasien belum bisa menjadikan perawat responden terkait identifikasi masih

patuh terhadap pelaksanaan identifiasi kurang terlihat dari kurangnya

9
kepatuhan responden dalam Suatu sikap belum tentu otomatis

pelaksanaan identifikasi identifikasi terwujud dalam suatu tindakan (overt

pasien. (3) legitimasi dari figure behavior). Untuk mewujudkan sikap

otoritas, dimana seperti yang diketahui menjadi suatu perbuatan nyata

bahwa semua karyawan dirumah sakit diperlukan faktor pendukung atau

menerima kebijakan terkaitidentifikasi suatu kondisi yang memungkinkan

pasien. (4) Status dari figure otoritas, antara lain adalah motivasi

dimana yang diketahui bahwa (Notoatmojo, 2003). Perawat akan

kebijakan dikeluarkan oleh pihak termotivasi dalam menerapkan sebuah

rumah sakit. (5) dukungan rekan, prosedur ketika mereka dievaluasi

dimana dukungan rekan atau teman secara individu atau sesuai keadilan

kerja masih terlihat kurang. Dari dengan penghargaan yang perawat

semua faktor diatas dapat dilihat terima seimbang terhadap sesuatu yang

bahwa faktor yang berpengaruh dalam mereka kerjakan. Perawat yang

ketidak patuhan perawat dalam menerima penghargaan sesuai akan

identifikasi pasien yaitu tanggung perannya akan meningkatkan motivasi

jawab personal dan dukungan rekan. kerja perawat untuk lebih cenderung

Sikap yang baik dapat terwujud melakukan prosedur tersebut secara

jika didasarkan pada tanggung jawab benar dan berkelanjutan (Nursalam,

atas segala sesuatu yang telah 2012).

dipilihnya dengan segala resiko yang

merupakan sikap yang paling tinggi.

10
3. Hubungan Tingkat Pengetahuan sudah terdapat SPO tindakan

dan Kepatuhan Perawat dalam identifikasi pasien yang harus

Identifikasi Pasien dilakukan ketika akan memberikan

Menentukan ditolak atau tindakan kepada pasien. Tanggung

diterimanya hipotesis penelitian maka jawab personal, dimana tanggung

data yang diperoleh dimasukkan ke jawab personal ini masih kurang pada

dalam program statistik menggunakan perawat telihat dari banyaknya perawat

Fisher’s Exact Test. Setalah itu yang tidak patuh dalam melakukan

dianalisa dan didapatkan hasil p yaitu identifikasi pasien. Legitimasi dari

0,570 dimana p > 0,05 yang berarti figure otoritas, dimana seperti yang

tidak ada hubungan antara tingkat diketahui bahwa semua karyawan

pengetahuan dengan kepatuhan dirumah sakit baik medis mau pun non

perawat dalam pelaksanaan medis menerima kebijakan yang

identifikasi pasien. dikeluarkan oleh rumah sakit, dalam

Tidak adanya hubungan hal ini khususnya perawat menerima

antara kedua variabel dalam penelitian adanya SPO terkaiti dentifikasi pasien.

ini menunjukkan masih banyak faktor Dan faktor yang terakhir yang dapat

yang tidak berkontribusi dalam mempengaruhi adalah dukungan

penelitian. Faktor-faktor yang dapat rekan, dimana selama penelitian

mempengaruhi kepatuhan antara lain peneliti melihat dukungan dari sesama

yaitu status lokasi, dimana di rumah rekan kerja masih kurang.

sakit PKU Muhammadiyah Bantul

11
Penelitian ini didukung oleh mereka justru menunjukkan

penelitian yang dilakukan oleh sebaliknya.

Widaningrum (2015) dimana KESIMPULAN

didapatkan hasil p = 0,930 dimana p> Berdasarkan hasil penelitian

0,05 yang berarti tidak ada hubungan tentang hubungan tingkat pengetahuan

antara pengetahuan dengan perilaku dengan kepatuhan perawat dalam

perawat. dimana perilaku perawat pelaksanaan Identifikasi pasien di

yang dapat diobservasi dan dapat Bangsal Rawat Inap RS. PKU

langsung diukur merupakan kepatuhan Muhammadiyah Bantul dapat ditarik

perawat (Praptianingsih, 2007). kesimpulan :

Pada beberapa kasus, 1. Mayoritas perawat

pengetahuan cukup untuk mengubah memiliki Tingkat

perilaku patuh seseorang, akan tetapi pengetahuan tinggi tentang

tidak demikian pada beberapa kasus identifikasi pasien

lainnya. Belum tentu bila seseorang 2. Mayoritas perawat tidak

telah memiliki pengetahuan dijamin patuh terhadap tindakan

akan merubah perilaku khususnya identifikasi pasien

kepatuhannya. Hal ini terlihat dari 3. Tidak terdapat hubungan

hasil penelitian ini dimana meskipun antara tingkat pengetahuan

pengetahuan perawat di Bangsal dengan kepatuhan perawat

Rawat Inap RS PKU Muhammadiyah dalam pelaksanaan

Bantul dalam level tinggi, kepatuhan identifikasi pasien

12
SARAN DAFTAR PUSTAKA

Setelah dilakukan penenlitian Alquran

ini, harapannya perawat dapat Azim, M.S (2014). Gambaran


Penerapan Identifikasi Pasien
meningkatkan kepatuhan dalam di Bangsal Rawat Inap PKU
Muhammadiyah Bantul. Karya
identifikasi pasien dan kepada pihak Tulis Ilmiah strata satu,
Universitas Muhammadiyah
rumah sakit harapannya bisa Yogyakarta. Yogyakarta.

meningkatkan motivasi perawat dalam


El-Jardali, Fadi, Sheikh, Farheen,
pelaksanaan identifikasi pasien agar Garcia, Nereo A.,Jamal, Diana
dan Abdo, Ayman. (2014).
lebih terlaksananya program Patient Safety Cultur in a large
Teaching hospital : in Riyadh:
keselamatan pasien (patient safety). base assessment, comparative
analysis and apportunities for
improvement. Diakses 27 Mei
2016 dari
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/p
mc/articles/PMC3975247/pdf/1
472-6963-14-122.pdf

Departemen Kesehatan RI. (2008).


Panduan Nasional
Keselamatan Pasien Rumah
Sakit (Patient Safety). Edisi
KKP-RS.

Departemen Kesehatan RI. (2011).


Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor.
1691/MENKES/PER/VIII/2011.
Tentang Keselamatan Pasien di
Rumah Sakit.
http://202.70.136.86/bprs/uploa
ds/pdffiles/21%20PMK%20No
.%201691%20ttg%20Keselama

13
tan%20Pasien%20Rumah%20 Milgram R. (2007). Simply
Sakit.pdf Psychology; Milgram
Experiment. Dalam
Joint Commission International. http://www.simplypsychology.
(2013). Joint Commission org/milgram.html.
International Acredditation
Standards for Hospital. WHO. (2007).Patient Identification:
Patient Safety Solutions.
Joint Commission Acreditation. Diakses pada K4 Juni 2015
(2015). Hospital National pukul 21.05 WIB. Dalam
Patient Safety Goals. Diakses http://www.who.int/patientsafet
pada kamis, 4 Juni 2015 pukul y/solutions/patientsafety/PS-
21.12 WIB. Dalam Solution2.pdf?ua=1
http://www.jointcommission.or
g/assets/1/6/2015_HAP_NPSG Widaningrum, D.D. (2015). Hubungan
_ER.pdf. Pengetahuan dengan perilaku
Hand Hygiene Perawat di
Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bangsal Ar Royan RS PKU
Bahasa Edisi Keempat. (2008). Muhammadiyah Yogyakarta
Jakarta. PT Gramedia Pustaka. Unit II. . Karya Tulis Ilmiah
Komisi Akreditasi Rumah Sakit. strata satu, Universitas
(2012). Instrumen Akreditasi Muhammadiyah Yogyakarta.
Rumah Sakit Standar Yogyakarta.
Akreditasi 2012. Edisi 1 tahun
2012.
Kozier, B., Erb, G., Olivery, R. (1995).
Fundamental of Nursing
Conceps Prosess and Practice
ed.5. Addison Wesley.
Publishing Company.

Martin Doll Associates. (2008,


oktober). Australian
commission on safety and
quality in health care.
Technology Solutions to
Patient Misidentification.
Report of review, final. Artikel
pdf. Diakses 5 Juni 2015, dari
http://www.safetyandquality.go
v.au/wpcontent/uploads/2012/0
1/19794-
TechnologyReview1.pdf.

14

Anda mungkin juga menyukai