6-Patient Monitors
6-Patient Monitors
PATIENT MONITORS
Monitoring Pasien
Konsep Utama
1. Kemungkinan penusukan carotis pada waktu kateterisasi vena juguler dapat dihindari
dengan melihat gelombang atau membandingkan warna darah atau PaO 2 dengan
sampel darah arteri.
2. Ujung kateter vena sentral seharusnya tidak dibiarkan untuk pindah ke ruang jantung.
3. Kontraindikasi relatif untuk kateterisasi arteri pulmonalis termasuk LBB komplit
(karena resiko untuk blok jantung komplit), sindrom Wolff-Parkinson-White dan
malformasi Ebstein’s (karena kemungkinan takiaritmia)
4. Tekanan arteri pulmonalis harus terus dimonitor untuk mendeteksi posisi over wedged
yang merupakan indikasi perpindahan kateter.
5. Pengukuran curah jantung yang akurat tergantung pada injeksi yang cepat dan lancer,
suhu dan volume suntikan dengan tepat diketahui, memperbaiki faktor kalibrasi pada
tipe spesifik dari PAC pada computer curah jantung, dan menghindari pengukuran saat
elektrokauter.
6. Kapnograf secara cepat dan dapat dipercaya dalam mengindikasikan intubasi esofageal
– penyebab yang umum dari anestesi katastropik - tetapi tak dapat dipercaya untuk
mendeteksi intubasi endobronkial.
7. Perubahan EEG yang menyertai iskemia, seperti aktivitas frekuensi tinggi dapat
disamarkan pada keadaan hipotermia, obat anestesi, gangguan elektrolit dan
hipokapnia yang jelas. Deteksi perubahan EEG dapat membantu penilaian cepat
tentang kemungkinan penyebab iskemia serebral sebelum kerusakan otak ireversibel
terjadi.
8. Hipotermia menurunkan kebutuhan oksigen metabolik karen itu terbukti protektif bagi
iskemia serebral dan kardiak.
9. Redistribusi dari ruang panas ke ruang hangat (misalnya abdomen, thoraks) ke jaringan
yang lebih dingin (tangan, kaki) dari vasodilatasi akibat anestesi menyebabkan
perubahan yang tiba – tiba pada suhu dan kehilangan panas memberikan kontribusi
minor.
10. Selama anestesi umum, bagai-manapun juga tubuh tak dapat mentolerir hipotermia
karena anestesi menghambat pengaturan suhu sentral dengan melibatkan fungsi
hypothalamus.
102
MONITORING JANTUNG
(SBP) + 2 (DBP)
MAP = ---------------------
3
Indikasi
Kontraindikasi
103
Meskipun beberapa metode pengukuran tekanan darah merupakan keharusan,
tehnik yang bergantung pada manset tekanan darah sangat dihindari pada ekstremitas
dengan kelainan vaskuler (misalnya shunt dialisis ) atau dengan jalur intravena.
A. Palpasi
Tekanan darah sistolik dapat ditentukan dengan (1) lokasi terabanya denyut perifer (2)
memompa manset tekanan darah proksimal samapi aliran terhenti (3) membuka tekanan
manset2 – 3 mmHg tiap denyut nadi (4) mengukur tekanan manset dimana denyut teraba
lagi. Metode ini cenderung untung memperkecil tekanan sistolik, bagaimanapun juga,
karena ketidaksensitifan palpasi dan penundaan antara aliran dibawah manset dan di distal
denyutan, palpasi tidak menunjukan diastolik atau tekanan arteri rata – rata. Peralatan
mudah dan murah.
B. Probe Doppler
C. Auskultasi
Pengembangan dari manset tekanan darah menciptakan tekanan antara sistolik dan
tekanan diastolik akan kolaps parsial pada arteri tersebut, memproduksi aliran turbulen dan
karakteristik suara Korotkof. Suara ini dapat didengar melalui stetoskop yang diletakkan
dibawah atau hanya dibawah- distal sepertiga manset tekanan darah yang dikembangkan.
104
Tekanan darah sistolik bertepatan dengan mulai terdengarnya suara korotkoff, tekanan
diastolik ditentukan dengan menghilangnya suara korotkoff.
Kadangkala suara korotkoff tak dapat didengar pada rentang sistolik dan diastolik.
Auskulatori gap sering terdapat pada pasien hipertensi dan dapat menyebabkan
pengukuran tekanan darah yang tak akurat.Suara korotkoff kadang sering sulit didengar
selama episode hipotensi atau vasokonstriksi perifer yang nyata.
D. Oscillometri
Pulsasi arteri menyebabkan oscilasi pada tekanan manset. Oscilasi akan melemah bila
manset dipompa melebihi tekanan sistolik. Ketika tekanan manset diturunkan ke tekanan
sistolik, pulsasi diteruskan ke seluruh manset dan oscilasi akan makin meningkat. Maksimal
oscilasi timbul ketika tekanan arteri rata-rata, kemudian oscilasi akan menurun. Karena
beberapa oscilasi ada di atas atau di bawah tekanan darah arteri, manometer aneroid atau
raksa dapat memberikan pengukuran yang besar dan tak dapat dipercaya. Monitor tekanan
darah otomatis secara elektronik mengukur tekanan dimana amplitudo oscilasi berubah.
Monitor oscilometer tidak seharusnya digunakan pada pasien dengan bypass cardio-
pulmonal.
Bagaimanapun juga, kecepatan, ketepatan dan kegunaan alat oscilometer telah banyak
berubah, dan menjadi monitor tekanan darah yang non invasif di Amerika Serikat.
E. Plethysmography
F. Arterial Tonometri
Tonometri arterial secara non invasif mengukur tekanan darah arteri denyut perdenyut
dengan merasakan tekanan yang diperlukan untuk menekan sebagian arteri superfisial yang
ditunjang oleh struktur tulang (contohnya arteri radialis). Tonometer terdiri dari beberapa
tranduser independent yang ditaruh di kulit di atas arteri. Tegangan kontak antara tekanan
tranduser yang langsung di atas arteri dan kulit memantulkan tekanan intraluminal. Batasan
pemakaian teknik ini termasuk sensitifitas pada artifak gerakan dan perlu sering dikalibrasi.
105
Pertimbangan klinis
Pengantaran oksigen yang cukup ke organ vital harus dijaga selama anestesi. Sayangnya
instrumen pada organ perfusi tertentu dan oksigenasi sangat kompleks dan mahal, dan
untuk itu tekanan darah arteri diduga mencerminkan aliran darah organ. Aliran juga
tergantung pada resistensi vaskuler :
Gradient tekanan
Aliran = -------------------------
Resistensi vaskuler
Bila tekanan tinggi dan resistensi juga cukup tinggi, maka aliran dapat rendah.
Akurasi dari pengukuran tekanan darah melibatkan manset tekanan darah tergantung
ukuran manset yang tepat. Kantung manset karet harus meliputi sampai paling separuh
lingkar ekstremitas, dan lebarnya seharusnya 20 – 50% lebih besar dari diameter
ekstremitas. Monitor tekanan darah otomatis menggunakan satu atau kombinasi metode
yang dikatakan di atas, sering digunakan di anestesiologi. Pompa udara manset otomatis
mengembangkan manset pada interval tertentu. Pada kerusakan alat, metode alternatif
untuk penentuan tekanan darah harus segera tersedia.
Indikasi
Kontraindikasi
(1) Arteri radialis yang sering dikanulasi karena letak yang superfisial dan aliran
kolateral.
Lima persen pasien, bagaimanapun juga mempunyai aliran darah kolateral yang
kurang dan arkus palmaris yang tidak komplit. Allen’s test mudah dilakukan tetapi
106
kurang dapat diandalkan metode ini menentukan cukupnya sirkulasi kolateral pada
kasus trombosis arteri radialis.
Untuk melakukan tes Allen, minta pasien untuk mengepalkan tangan seperti tinju.
Sementara itu operator menekan arteri ulnaris dan radialis dengan tekanan ujung
jari. Aliran kolateral melalui arkus arteri tangan dilakukan dengan membuat ibu jari
tampak merah dalam 5 detik setelah tekanan pada pelepasan arteri ulnaris.
Penundaan pengembalian warna normal menandakan tes equivocal (5 – 10 detik)
atau kurangnya sirkulasi kolateral (> 10 detik). Alternatif lainnya aliran darah distal
penyumbatan arteri radialis dapat dideteksi dengan palpasi, probe doppler,
plethysmograf dan oksimetri. Tak seperti tes Allen, metode ini tak membutuhkan
kerjasama pasien.
(2). Arteri Ulnaris kateterisasi lebih sulit karena arteri lebih dalam dan lebih sulit.
Karena resiko aliran darah ke tangan, metode ini tak dipertimbangkan bila arteri
radialis ipsilateral telah ditusuk dan gagal dikanulasi.
(3). Arteri Brachialis yang besar dan mudah diidentifikasi pada fossa antecubiti. Karena
terletak di dekat siku menyebabkan kateter brachialis akan mudah kinking.
(4). Arteri Femoralis yang rentan pada pseudoaneurysma dan pembentukan atheroma
tetapi sering menyediakan akses terakhir bagi pasien trauma atau luka bakar.
Tempat ini telah dikaitkan dengan banyak kejadian komplikasi infeksi dan trombosis
arteri. Nekrosis aseptik dari leher femur merupakan komplikasi yang langka pada
anak – anak.
(5). Arteri dorsalis pedis dan tibia posterior berada pada jarak tertentu pdari aorta dan
karena itu mempunya bentuk gelombang yang terganggu. Modifikasi tes Allen dapat
dilakukan untuk mencatat aliran kolateral yang cukup sekitar arteri ini.
(6). Arteri aksilari dikelilingi oleh pleksus aksilaris dan kerusakan saraf dapat disebebkan
hematoma atau kanulasi traumatik. Udara atau trombus dapat dengan cepat masuk
ke sirkulasi serebral selama pengisian arteri aksilaris kiri.
Supinasi dan ekstensi dari pergelangan tangan memberikan pemaparan yang cukup dari
arteri radialis. Sistem tekanan-tubing-tranduser harus dekat dan telah diisi dengan cairan
salin dengan heparin (0,5 – 2,0 U heparin per ml salin). Denyut radialis diraba dan arteri
dietntukan dengan menekan perlahan ujung jari tengah dan telunjuk anestesiolog tangan
non dominan pada area dengan denyut maksimal.
Setelah mempersiapkan kulit dengan obat antibakteri, 0,5 ml lidokain diinfiltrasikan
langsung di atas arteri dengan jarum 25 atau 27. Jarum nomor 18 dapat digunakan sebagai
penusuk kulit, membantu jalan masuk jarum teflon kateter nomor 18, 20 atau 22 melalui
kulit pada sudut 45 derajat, mengarah ke titik yang dipalpasi. Bila ada darah yang tampak,
jarum direndahkan membentuk sudut 30 derajat dan dimasukan 1 – 2 mm untuk
meyakinkan ujung kateter masuk dengan baik ke lumen pembuluh darah. Memutar kateter
kadangkala membantu memasukan kateter melalui dari jarum lalu ditarik. Kencangkan
tekanan di atas arteri, proksimal ujung kateter dengan ujung jari tengah dan manis
107
mencegah darah menyembur ketika tube dihubungkan. Gunakan selotip tahan air atau
jahitan untuk menjaga kateter tetap pada tempatnya.
C. Komplikasi
Pertimbangan klinis
108
Pada pasien yang duduk, tekanan arteri di otak berbeda secara significan dari
tekanan ventrikel kiri. Pada keadaan ini tekanan serebral ditentukan dengan mengatur
tranduser ke angka nol setinggi telinga, yang kira – kira merupakan sirkulus Willis. Angka nol
trenduser harus sering diperiksa untuk menghindari setiap perubahan yang disebabkan
oleh perubahan temperatur.
Pembacaan digital tekanan sistolik dan diastolik merupakan rata – rata dari yang
tertinggi dan terendah dalam interval tertentu. Sejak gerakan dan artefak dapat
menyebabkan angka yang salah, gelombang arteri seharusnya selalu diawasi. Bentuk
gelombang arteri memberikan petunjuk pada beberapa variabel hemodinamik. Angka
bagian atas menunjukkan kontraktilitas, angka bagian bawah menunjukkan resistensi
vaskuler perifer dan menciptakan banyak variasi dalam ukuran selama siklus respirasi
menunjukan hipovolemia. Tekanan arteri rata-rata dihitung dengan menggabungkan daerah
di bawah kurva tekanan.
Kateter intra-arterial juga menyediakan akses intravena yang intermiten untuk
mengambil sampel dan analisa gas darah arteri. Sensor fiberoptik yang dikembangkan yang
dapat dimasukkan melalui jarum kateter arteri nomor 20 menyediakan monitoring gas
darah yang terus menerus. Sinar dengan energi yang tinggi ditransmisikan melalui sensor ke
ujung yang mengandung zat warna fluoresensi.
Responnya, zat warna fluoresensi bersinar panjang gelombang dan intensitas
tertentu, tergantung pH, CO2, dan O2 (fluoresensi optikal). Monitor mendeteksi perubahan
pada fluoresensi dan menampilkan nilai gas darah yang terkait. Sayangnya sensor ini cukup
mahal dan kadang kurang akurat, sehingga jarang dipakai.
ELEKTROKARDIOGRAFI
Semua pasien seharusnya dimonitor ECGnya saat operasi. Tidak ada kontraindikasi.
Pemilihan lead menentukan sensitivitas diagnosis dari ECG. Aksis elektrik dari lead II
paralel dengan atrium, menghasilkan gelombang P yang paling besar dari seluruh lead.
Orientasi ini mendukung diagnosis disritmia dan dekteksi iskemia diniding inferior. Lead V5
terletak pada ruang interkostal ke 5 pada garis aksilaris anterior, posisi ini baik untuk
mendeteksi iskemia dinding anterior dan lateral. Lead V5 yang sesungguhnya
memungkinkan hanya pada ECG kamar operasi dengan paling sedikit 5 kabel lead, tetapi
modifikasi V5 dapat diawasi dengan mengatur lagi peletakan lead standar 3 tungkai.
Idealnya karena setiap lead memberikan informasi yang unik, lead II dan V5 harus di
monitor secara simultan dengan ECG dengan 2 channel. Bila hanya ada satu channel yang
tersedia, lead yang lebih dipilih untuk monitoring tergantung pada lokasi infark atau iskemia
yang sebelumnya.
109
Jelly konduktif mengurangi resistensi listrik kulit, yang dapat dikurangi dengan
membersihkan tempat aplikasi dengan alkohol, melarutkan bahan atau dengan
mengelupaskan lapisan kulit atas.
Pertimbangan klinis
ECG merekam potensial listrik yang ditimbulkan sel miokardium. Rutin dilakukan
selama operasi untuk mendeteksi disritmi, iskemia miokardium, abnormalitas konduksi,
malfungsi pacu jantung dan gangguan elektrolit. Karena voltase potensial yang diukur,
artefak tetap merupakan problem untama ECG. Gerakan pasien atau kabel lead, unit
elektrokauter, gangguan 60 siklus dan kesalahan elektroda dapat menstimulasi disritmia.
Filter monitoring disertakan dalam amplifier akan dapat mengurangi artefak, tapi dapat
menyebabkan gangguan ST segmen dan menyebabkan kebingungan diagnosis iskemia.
Pembacaan digital denyut jantung mungkin dapat menyebabkan kesalahan karena salah
interpretasi dari artefak atau gelombang T yang besar, sering terlihat pada pasien anak –
anak sebagai kompleks QRS.
Untuk dapat mengetahui perubahan pada ST segmen, ECG harus distandardisasi
sehingga 1 mV menghasilkan defleksi setinggi 10 mm pada kertas standar. Unit terbaru
dapat menganalisa perubahan pada segmen ST secara terus menerus untuk deteksi awal
iskemia. Analisa segmen ST yang otomatis meningkatkan sensitifitas deteksi iskemia lewat
ECG.
Umumnya kriteria yang dapat diterima untuk mendeteksi iskemia myokardium
adalah mendatar atau depresi melebihi 1 mm, 60 atau 80 milidetik setelah titik J ( akhir
kompleks gelombang QRS), terutama berkaitan dengan inversi gelombang T. Beberapa alat
ECG dapat menyimpan QRS aberan untuk analisa lebih jauh.
Indikasi
Kontraindikasi
Kontraindikasi termasuk tumor sel renal yang metastase ke atrium kanan atau
vegetasi fungi pada katup trikuspid. Kontraindikasi lain berkaitan dengan tempat kanulasi.
Pertimbangan klinis
111
Fungsi jantung normal membutuhkan pengisian ventrikel yang cukup oleh darah
vena. CVP memperkirakan tekanan atrium kanan, yang merupakan penentu utama dari
volume akhir diastolik ventrikel kanan. Pada jantung yang sehat, ventrikel kiri dan kanan
bekerja paralel, jadi pengisian ventrikel kiri juga dapat ditentukan dari CVP.
Bentuk dari gelombang CVP tergantung pada kejadian kontraksi jantung, gelombang
a dari kontraksi atrial tidak nampak pada atrial fibrilasi dan banyak pada irama junction.,
gelombang c terjadi karena peningkatan katup trikuspid selama awal kontraksi ventrikel,
gelombang v menggambarkan aliran kembali terhadap katup trikuspid yang tertutup dan x
dan y menurun disebabkan pergerakan ventrikel selama sistolik dan pembukaan katup
trikuspid waktu diastolik.
Indikasi
Kontraindikasi
Kontraindikasi relatif pada kateterisasi arteri pulmonal termasuk left branch bundle
block komplit (karena resiko blok jantung komplit), Wolff-Parkinson-White syndrome dan
malformasi Ebstein. Kateter dengan kemampuan pacing lebih baik pada keadaan ini. PAC
dapat berfungsi sebagai nidus infeksi pada pasien bakteremia atau pembentukan thrombus
pada mereka yang rentan pada hiperkoagulasi.
Meskipun bermacam-macam PAC tersedia, desain yang paling populer terdiri dari 5
lumen dalam kateter 7,5 dengan panjang 110 cm, dengan badan dari polivinylchloride.
Lumen terdiri dari beberapa bagian; kabel yang menghubungkan thermistor dekat ujung
kateter ke thermodilution komputer , sebuah channel udara untuk mengembangkan balon,
port proximal 30 cm dari ujung untuk infus, injeksi curah jantung dan pengukuran tekanan
112
atrium kanan, port ventrikel pada 20 cm untuk menginfus obat dan bagian distal untuk
aspirasi sampel darah yang tercampur dan pengukuran tekanan arteri pulmonalis.
Insersi PAC membutuhkan akses vena sentral, yang dapat dikerjakan dengan tehnik
seldinger, sebagaimana dijelaskan di atas. Daripada kateter vena sentral, sebuah dilator dan
pembungkus di masukkan melalui kawat pengarah. Pembungkus lumen mengakomodasi
PAC setelah pencabutan dilator dan kawat pengarah.
Setelah diinsersi, kateter dicek dengan mengembangkan dan mengempiskan balonnya dan
mengirigasi semua lumen intravaskuler dengan salin yang diheparinisasi. Bagian distal
dihubungkan pada tranduser yang dipasang nol pada garis midaksilaris.
Kateter dimasukkan melalui pembungkus ke dalam vena juguler interna. Pada kira –
kira 15 cm, ujung distal seharusnya memasuki atrium kanan, dan vena sentral melacak
variasi respirasi yang memastikan posisi intrathoraks. Balon dikembangkan dengan udara
berdasarkan rekomendasi pabrik, (biasanya 1,5 mL) untuk melindungi endokardium dari
ujung kateter dan menyebabkan curah jantung ventrikel kanan langsung ke kateter
sewaktu migrasi. Sebaliknya balon selalu dikempiskan sewaktu ditarik. Selama memasukkan
kateter, ECG dimonitor bila terjadi disritmia. Ektopik sementara akibat iritasi endokardium
ventrikel kanan oleh balon dan ujung kateter sering terjadi tetapi jarang membutuhkan
terapi dengan lidokain intravena. Peningkatan tiba – tiba pada tekanan sistolik pada pelacak
distal mengindikasikan lokasi ujung kateter pada ventrikel kanan . Jalan masuk ke arteri
pulmonal biasanya terdapat pada 35 – 45 dan ditandai oleh peningkatan tiba – tiba saat
tekanan diastolik.
Untuk mencegah kateter terikat, balon harus dikempiskan dan kateter ditarik bila
perubahan tekanan tidak terjadi pada jarak yang diharapkan. Khususnya pada kasus yang
sulit (curah jantung rendah, hipertensi pulmonal, atau anomali jantung kongenital),
pengembangan kateter dapat dilakukan ketika pasien menarik nafas dalam, dengan
memposisikan pasien dengan kepala tegak , posisi kanan lateral; lalu menginjeksi salin
dingin melalui lumen proksimal untuk membuat kateter kaku (meningkatkan resiko
perforasi), atau dengan memasukkan dosis kecil obat inotropik untuk meningkatkan curah
jantung.
Ruptur arteri pulmonalis dapat menyebabkan kematian 50 – 70 % dan dapat terjadi
karena terlalu mengembangnya balon, frekuensi pembacaan wedge seharusnya diperkecil.
Tekanan arteri pulmonal seharusnya terus menerus dipantau untuk mendeteksi posisi
overwedge merupakan indikasi migrasi kateter. Lebih jauh lagi, bila kateter mempunyai port
ventrikel kanan 20 cm dari ujung, perpindahan distal dapat dideteksi dengan perubahan
pada pelacakan tekanan yang mengindikasikan lokasi arteri pulmonalis.
Posisi kateter yang benar dapat dipastikan dengan radiografi thoraks lateral.
Komplikasi yang banyak dari kateterisasi arteri pulmonalis sama dengan kanulasi
vena sentral, ditambah bakteriemia, thrombogenesis endokarditis, infark paru, ruptur
arteri dan perdarahan (terutama pada pasien yang menggunakan antikoagulan, usia tua,
wanita dan yang menderita hipertensi pulmonal), simpul kateter, disritmia, konduksi yang
abnormal dan kerusakan katup paru. Bahkan batuk darah yang sedikit tak dapat
diremehkan karena merupakan tanda rupturnya arteri pulmonalis. Resiko komplikasi
meningkat karena durasi kateterisasi, yang seharusnya tidak boleh melebihi 72 jam.
113
Pertimbangan klinis
CURAH JANTUNG
Indikasi
Pasien yang memperoleh keuntungan dari prngukuran tekanan arteri pulmonal juga
memperoleh keuntungan dari penentuan curah jantung. Bahkan untuk menggunakan
informasi yang berasal dari PAC dengan lebih efektif, curah jantung harus diukur.
Penyempurnaan tehnik non invasif dapat membawa ke monitoring curah jantung
intraoperatif.
Kontraindikasi
Tidak ada kontra indikasi untuk pengukuran curah jantung dengan thermodilution
selain yang sama dengan kontraindikasi kateterisasi arteri pulmonalis.
114
A. Thermodilution
Injeksi sejumlah cairan (2,5, 5 atau 10 ml) dengan suhu dibawah suhu tubuh
(biasanya pada suhu ruangan atau didinginkan) ke atrium kanan akan mengubah suhu
darah yang menyentuh thermistor pada ujung PAC. Derajat perubahan akan mencerminkan
curah jantung. Perubahan suhu minimal bila ada aliran darah yang tinggi tetapi nyata bila
aliran rendah. Menempatkan perubahan suhu sebagai fungsi waktu menghasilkan kurva
thermodilusi.
Curah jantung ditentukan dengan program komputer yang terintegrasi dengan daerah di
bawah kurva. Pengukuran curah jantung yang akurat tergantung pada injeksi yang cepat
dan lancer, suhu dan volume suntikan dengan tepat diketahui, memperbaiki faktor kalibrasi
pada tipe spesifik dari PAC pada computer curah jantung, dan menghindari pengukuran
saat elektrokauter.
Infus cepat dari injeksi cairan dingin sangat jarang menyebabkan disritmia jantung.
Modifikasi tehnik thermodilusi menyebabkan pengukuran curah jantung yang
kontinyu dengan kateter khusus dan sistem monitor. Kateter berisi filamen thermal yang
memberikan denyut kecil berisi panas ke darah proksimal dari katup pulmonal dan
thermistor yang mengukur perubahan dalam suhu darah arteri pulmonalis.
B. Dye Dilution
Pewarna indosianin hijau (atau indikator lain) disuntikan melalui kateter vena
snetral, yang kemudian akan tampak pada sampel arteri yang dianalisa dengan detektor
tertentu, sebuah densitometer untuk indosianin hijau. Daerah yang dibawah kurva
indikator pewarna dihubungkan dengan curah jantung. Tehnik dilusi pewarna tersebut,
bagaimanapun juga menggambarkan masalah dari resirkulasi, sampel darah arteri.
C. Ultrasonography
Dua dimensi gambaran jantung dapat diperoleh dengan melewatkan sebuah probe
yang berisi kristal piezoelektrik ke dalam esofagus. Probe esofagus yang berukuran besar
dapat menyebabkan kompresi aorta pasa bayi atau anak kecil.
Trans esofageal echocardiograf (TEE) memasuki ventrikel kiri saat pengisian
(volume akhir diastolik dan volume akhir sistolik), ejeksi fraksi, ketidaknormalan gerakan
dinding jantung dan kontraktilitas. Karena iskemia miokardium tidak menghambat gerakan
atau penebalan normal selama sistolik, TEE terbukti merupakan indikator yang sangat
sensitif untuk iskemi miokardium intraoperatif. Gelembung udara mudah dikenali pada
emboli udara (termasuk emboli paradoksal). Batasan penggunaannya adalah kebutuhan
pasien untuk dianestesi dahulu sebelum insersi, kesulitan membedakan afterload yang
meningkat dengan iskemia miokardium dan interpretasi yang berbeda-beda.
Pulsed Doppler adalah teknologi yang mengukur kecepatan aliran darah aorta.
Dikombinasikan dengan TEE yang menentukan area cross section aorta, alat ini dapat
mengukur stroke volume dan curah jantung. Penggunaan yang lebih lanjut dari
115
ultrasonografi termasuk transesofageal Doppler color flow mapping yang menilai fungsi
katup dan shunting intrakardiak.
Continous-wave suprasternal Doppler juga mengukur kecepatan darah aorta. Alat
ini tidak memerlukan TEE, tetapi normogram yang didasarkan pada umur, jenis kelamin dan
berat pasien untuk memperkirakan daerah cross section aorta untuk kalkulasi curah
jantung.
Transtracheal Doppler terdiri dari tranduser Doppler yang dilekatkan pada ujung
distal dari ETT. Curah jantung diterima dari diameter aorta ascendens dan kecepata darah.
Hasil yang akurat tergantung posisi probe yang benar.
D. Thoracic Bioimpedance
E. Prinsip Fick
Jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh seorang individual (VO 2) sama dengan
perbedaan antara isi oksigen (C) arteri dengan vena (a-v) dikalikan dengan curah jantung
(CO).
Konsumsi O2 V O2
CO = -------------------------- = ---------------------
a-v O2 perbedaan isi Ca O2-Cb O2
Variasi dari prinsip Fick adalah dasar dari seluruh metode indikator-dilusi dari
penentuan curah jantung.
Pertimbangan klinis
116
Manipulasi farmakologik yang efektif untuk preload, afterload dan kontraktilitas
tergantung pada penentuan yang akurat dari curah jantung.
Indikasi
Kontraindikasi
Stetoskop prekordial (Wenger chestpiece) adalah logam berat, berbentuk bell yang
diletakkan diatas dada atau lekuk suprasternal. Meskipun beratnya menyebabkan posisinya
tak berubah, pelekat dua sisi akan merupakan segel akustik yang baik pada kebanyakan
pasien. Banyak chest piece yang tersedia, tetapi ukuran anak – anak dapat dipakai oleh
semua pasien. Bagian bell dihubungkan dengan anestesiolog dengan tube tambahan.
Earpiece monoaural menyebabkan monitoring yang bersamaan untuk stetoskop dan
ruangan operasi. Komplikasi monitoring prekordial hampir tak ada, walaupun ada reaksi
alergi lokal, abrasi kulit dan nyeri saat pelepasan pelekatnya yang jarang terjadi.
Stetoskop esophageal adalah kateter plastik lembut dengan ditutupi balon pada
ujung distal. Meskipun kualitas nafas dan suara jantung lebih baik menggunakan cara ini,
tetepi penggunaannya masih terbatas pada pasien yang terintubasi. Probe suhu, lead ECG
dan bahkan alat pace atrial telah disatukan dalam desain stetoskop esophageal. Peletakan
melalui mulut atau hidung kadangkala dapat menyebabkan iritasi mukosa dan perdarahan.
Sangat jarang, stetoskop bergeser ke trakea daripada esophagus, menyebabkan kebocoran
gas sekitar balon ETT.
Pertimbangan klinis
Informasi yang didapat oleh stetoskop prekordial dan esofageal termasuk konfirmasi
ventilasi, kualitas suara nafas, regularitas denyut jantung dan kualitas suara jantung.
Konfirmasi suara nafas bilateral setelah intubasi ETT, harus dibuat stetoskop binaural lebih
sensitif.
117
PULSE OKSIMETRI
Pulse oksimetri wajib dipasang pada monitoring pasien intra operatif. Khususnya
berguna ketika oksigenasi pasien harus diukur sering karena adanya penyakit paru,
prosedur bedahnya sendiri, atau kebutuhan akan tehnik anestesi yang khusus. Pulse
oksimetri juga membantu dalam monitoring neonatus untuk resiko retinopati. Tidak ada
kontraindikasinya.
Pertimbangan klinis
Selain SpO2, pulse oksimetri juga sebagai indikasi perfusi jaringan dan mengukur
denyut jantung. Karena SpO2 normalnya mendekati 100%, hanya ketidaknormalan nyata
yang dapat dideteksi pada kebanyakan pasien yang dianestesi. Bergantung pada kurva
disosiasi Hb pasien tertentu, saturasi 90% mungkin menandai PaO 2 kurang dari 65 mmHg.
Hal ini dibandingkan dengan klinis yang terdapat sianosis, yang butuh 5 gr dari HB
desaturasi dan biasanya berhubungan dengan SpO2 kurang dari 80 %. Pada intubasi
endotrakeal biasanya akan tidak terdeteksi lagi oleh pulse oksimetri akan adanya penyakit
paru dan konsentrasi oksigen inspirasi yang rendah.
Karboksihemoglobin dan HbO2 menyerap sinar pada 660nm, karena itu pulse
oksimetri yang hanya membandingkan 2 panjang gelombang akan menghasilkan banyak
kesalahan pembacaan yang tinggi pada pasien yang menderita keracunan CO.
118
Methemoglobin mempunyai koefisien absorpsi pada panjang gelombang merah dan
inframerah. Hasil absorpsi 1 : 1 rasionya terkait pada pembacaan saturasi 85 %.
Methemoglobinemia menyebabkan kesalahan saturasi yang rendah dibaca ketika SaO 2
justru lebih besar dari 85 % dan kesalahan saturasi yang tinggi bila sebenarnya SaO 2 < 85 %.
Kebanyakan pulse oxymetri didapatkan tidak akurat pada SpO 2 yang rendah dan
semuanya menunjukkan penundaan antara perubahan SaO2 dan SpO2.
Probe telinga mendeteksi perubahan dalam saturasi lebih cepat daripada probe jari
sebagai akibat waktu sirkulasi paru – telinga yang lebih cepat. Hilangnya sinyal dari
vasokonstriksi perifer dapat disebabkan oleh blok jari dengan cairan anestesi. Penyebab
artifak pada pulse oksimetri lainnya termasuk bantaknya gerakan cahaya sekitar, pewarna
biru metilen, pulsasi vena, perfusi rendah (contohnya curah jantung yang rendah, HB yang
rendah, hipotermia, peningkatan resistensi perifer), posisi sensor yang salah dan kebocoran
sinar dari light emiting diode ke photodiode.
Bagaimanapun juga pulse oksimetri dapat membantu diagnostik cepat dari hipoksia
katastropik, yang dapat terjadi pada intubasi esofageal yang tidak disadari, dan dapat
membantu pengantaran oksigen ke organ vital. Di ruang pemulihan, pulse oksimetri
membantu mengidentifikasi masalah respirasi paska operasi seperti hipoventilasi berat,
spasme bronkus dan atelektasis.
Kapnografi adalah monitor yang berharga untuk sistem respirasi, jantung dan
pernapasan anestesi. Dua tipe dari kapnograf biasanya digunakan tergantung pada absorpsi
sinar inframerah oleh CO2.
A. Flow-Through
Flow-through (aliran utama) kapnograf mengukur CO2 melewati sebuah adaptor yang
diletakkan pada sirkuit pernapasan. Transmisi sinar infra merah dan konsentrasi CO2
ditentukan oleh monitor. Karena permasalahan dengan aliran, model flow-through yang
lebih lama cenderung kembali ke nol selama inspirasi. Karena itu alat tersebut tidak mampu
mendeteksi CO2 inspirasi, yang dapat terjadi pada malfungsi sirkuit pernapasan. Berat
sensor menyebabkan traksi pada ETT dan panas yang dihasilkan dapat membakar kulit.
Desain terbaru mengatasi permasalahan ini.
119
B. Aspirasi
Aspirasi (aliran samping) kapnograf terus menerus menghisap gas dari sirkuit
pernapasan ke sampel sel dalam monitor. Konsentrasi CO 2 ditentukan dengan
membandingkan penyerapan sinar infra merah pada sampel sel dengan sebuah rangan
bebas CO2. Aspirasi kontinyu dari gas anestesi biasanya menggambarkan kebocoran dalam
sirkuit pernapasan yang akan mengkontaminasi kamar operasi kecuali bila dibuang atau
dikembalikan ke sistem pernapasan.
Tingkat aspirasi yang tinggi (250ml/menit) dan sampel tubing dengan dead space
rendah biasanya meningkatkan sensitivitas dan menurunkan waktu lag. Bila volume tidal
kecil (pada pediatrik), bagaimanapun aspirasi yang tinggi dapat memasukkan gas segar dari
sirkuit dan dilusi pengukuran ETCO2.
Aspirasi yang rendah (< 50 ml/menit) dapat menghambat pengukuran ETCO 2 dan
mengecilkan hasilnya selama ventilasi pernapasan cepat. Malfungsi katup ekspirasi
dideteksi dengan adanya CO2 dalam gas inspirasi. Meskipun gagal katup inspirasi
menyebabkan terhisapnya kembali CO2, hali ini tidak tampak nyata karena bagian volume
inspirasi terbaca nol saat fase inspirasi.
Unit aspirasi rentan terhadap presipitasi air dalam tube aspirasi dan sampel sel yang
dapat menyebabkan obstruksi dalam selang sampel dan pembacaan yang salah.
Pertimbangan klinis
120
Indikasi dan Kontraindikasi
Sensor yang mengandung CO2 atau oksigen (Clark) elektroda atau keduanya dan
bagian yang dipanaskan (kulit dipanaskan sampai 41,5 0C ke jaringan penunjang arteri)
dilekatkan pada kulit. Elektroda oksigen mendeteksi perubahan dalam kompisisi gas dengan
perubahan dalam konduktivitas listrik dari cairan elektrolit. Kebanyakan elektroda CO2
mengukur perubahan dalam pH :
Pertimbangan klinis
Indikasi
121
Analisa gas anestesi seharusnya berguna selama prosedur apapun yang menyangkut
anestesi inhalasi. Tidak ada kontraindikasi untuk menganalisa gas – gas ini.
Teknik
Tehnik yang paling sering digunakan untuk menganalisa multipel gas anestesi
menyangkut spektrometri mass. Spektroskopi Raman atau absorpsi infra merah.
Pompa vakum didalam spektrometer mass mengambil sampel gas dari bagian
samping dalam sirkuit pernapasan, melalui tube panjang diameter 1 mm, ke dalam
analyzer. Karena pertimbangan biaya, satu spektrometri mass biasanya dibagi untuk
beberapa kamar operasi (sistem multiplexes), dan sebuat katup inlet selektor secara
otomatis mengubah sampling dari satu ruangan ke ruangan yang berikutnya.
Sampel gas diionisasikan oleh gelumbang elektron dan melewati dareah magnetik.
Ion – inon dengan mass yang tertinggi untuk mengubah rasio paling tidak didefleksikan dan
mengikuti kurva dengan radius terbesar. Gas dengan berat molekul yang identik (CO2 dan
N2O) didifferensiasikan dengan defleksi fragmen yang dihasilkan selama elektron beam.
Raman Spektroskopi meng-identifikasikan dan mengukur konsentrasi gas dengan
menganalisa intensitas sinar yang dihasilkan ketika sampel gas kembali ke keadaan biasa
setelah dihasilkan oleh sinar laser.
Inframerah unit menggunakan bermacam tehnik yang sama dengan yang
dideskripsikan untuk kapnografi. Karena molekul oksigen tidak menyerap sinar inframerah,
konsentrasinya tak dapat diukur dengan monitor yang memakai teknologi infra merah.
Pertimbangan klinis
122
ELECTROENCEPHALOGRAFI
EEG adalah rekaman potensial listrik yang dihasilkan sel di korteks serebri. Meskipun
standar elektroda EEG dapat digunakan, tetapi lempeng perak yang mengandung jelly
konduktor lebih disukai. Elektroda platinum atau jarum logam antikarat melukai kulit kepala
dan mempunya impedansi (resistansi) yang tinggi, bagaimanapun juga alat tersebut dapat
disterilisasi dan diletakkan dalam daerah operasi. Posisi elektroda (montage) diatur oleh
sistem 10 – 20.
Perbedaan potensial listrik antar kombinasi elektroda disaring, diperkuat dan
ditampilkan oleh sebuah oscilloscope atau pena perekam.
Pertimbangan klinis
123
ribu dolar dan elektroda harganya berkisar 10 – 15 dolar US setiap tindakan anestesi dan
tak dpat digunakan kembali.
EVOKED POTENTIAL
Indikasi
Kontraindikasi
Meskipun tidak ada kontraindikasi spesifik , modalitas alat ini sangat terbatas
dengan perlunya tempat, peralatan, dan petugas terlatih.
Pertimbangan klinis
Potensial bangkitan digantikan oleh banyak variabel selain kerusakan saraf. Efek
obat anestesi sangat kompleks dan tidak mudah diartikan. Secara umum, tehnik balans
anestesi dan opioid menyebabkan perubahan minimal, sementara volatile sangat baik
124
untuk dihindari. Pemunculan awal (spesifik) potensial bangkitan lebih kecil dipengaruhi
obat anestesi daripada pemunculan lambat (non spesifik). Bahkan perubahan dalam
potensial bangkitan pendengaran (auditory) dapat membantu pengukuran kedalaman
anestesi. Faktor fisiologik (tekanan darah, suhu dan saturasi oksigen) dan farmakologi
seharusnya dijaga konstan.
Obliterasi persisten dari potensial bangkitan adalah perkiraan defisiensi neurologik
post operatif. Sayangnya, karena perbedaan jalur anatomiknya, Preservasi potensial
bangkitan sensoris (medula spinalis dorsalis) tidak menjamin fungsi motorik (medula
spinalis ventralis) yang normal (false negatif).
Keuntungan menggunakan MEPs dibandingkan SSEPs untuk monitoring medula
spinalis adalah MEPs memonitor medula spinalis ventral dan cukup sensitif adn spesifik,
dapat digunakan untuk memperkirakan pasien – pasien yang mungkin mengalami defisit
motorik paska operasi. Pertimbangan yang sama untuk SSEPs dapat pula digunakan untuk
MEPs dimana keduanya dipengaruhi oleh obat volatile, oleh dosis tinggi benzodiazepine
dan oleh hipotermia sedang (suhu tubuh kurang dari 320C).
TEMPERATUR
Indikasi
Suhu tubuh pasien yang mengalami anestesi umum seharusnya diawasi. Prosedur
yang sangat singkat (kurang dari 15 menit) mungkin merupakan pengecualian dalam hal ini.
Kontraindikasi
Tidak ada kontraindikasi walaupun tempat pemeriksaan mungkin tak sesuai bagi
pasien tertentu.
Pertimbangan klinis
125
Hipotermia biasanya didefinisikan sebagai suhu tubuh kurang dari 360C yang sering
terjadi selama anestesi dan operasi. Hipotermia menurunkan kebutuhan oksigen metabolik
karen itu terbukti protektif bagi iskemia serebral dan kardiak. Hipotermia yang tidak
disengaja mempunyai beberapa efek fisiologik yang merugikan. Bahkan, hipotermi
perioperatif dihubungkan dengan meningkatnya angka kematian
Menggigil paska operasi meningkatkan konsumsi oksigen 5 kali lipat, menurunkan
saturasi oksigen arteri dan berhubungan dengan meningkatnya resiko iskemia miokard dan
angina. Meskipun menggigil paska operasi dapat diterapi secara efektif dengan meperidine
25 mg, pemecahan masalah terbaik adalah dengan pencegahan utama dengan menjaga
normotermia. Insidensi hipotermia perioperasi yang tidak diinginkan meningkat dengan
usia yang ekstrim, operasi abdomen, operasi lama dan suhu ruangan operasi yang dingin.
Suhu inti (suhu darah sentral) biasanya turun 1 – 2 derajat selama jam pertama
anestesi umum (fase I), diikuti dengan penurunan yang bertahap selama 3 – 4 jam
berikutnya (fase II), bahkan mencapai titik tetap atau ekuilibrium (fase III). Redistribusi dari
ruang panas ke ruang hangat (misalnya abdomen, thoraks) ke jaringan yang lebih dingin
(tangan, kaki) dari vasodilatasi akibat anestesi menyebabkan perubahan yang tiba – tiba
pada suhu dan kehilangan panas memberikan kontribusi minor. Namun demikian,
kehilangan panas yang terus menerus terhadap lingkungan nampaknya merupakan
penyebab utama atas penolakan terus menerus yang lebih lambat. Selama kondisi stabil
equilibrium, hilangnya panas sama dengan produksi panas metabolik.
Secara normal hypothalamus mempertahankan suhu tubuh inti dalam range yang
sangat sempit (interthreshold range). Meningkatkan suhu tubuh adalah sebuah fraksi
derajat yang menginduksi keringat dan vasodilatasi, sementara menurunkan suhu memacu
vasokonstriksi dan menggigil. Selama anestesi umum, bagaimanapun juga tubuh tak dapat
mentolerir hipotermia karena anestesi menghambat pengaturan suhu sentral dengan
melibatkan fungsi hypothalamus.
Anestesi spinal dan epidural juga menyebabkan hipotermia dengan menyebabkan
vasodilatasi dan redistribusi panas tubuh yang jarang (fase I). Adanya kerusakan pada
pengaturan suhu dari anestesi regional yang menyebabkan hilangnya panas (fase II)
tampaknya disebabkan oleh gangguan persepsi suhu pada dermatom yang diblok- sebagai
kebalikan dari efek obat sentral yang terdapat pada anestesi umum. Baik anestesi umum
maupun regional meningkatkan jangkauan ambang batas, dengan mekanisme yang
berbeda.
Penghangatan selama setengah jam sebelumnya dengan selimut hangat secara
efektif mencegah fase I hipotermi dengan menghilangkan gradien suhu sentral-perifer.
Metode untuk meminimalkan fase II dari kehilangan panas termasuk selimut penghangat,
gas inspirasi yang dihangatkan, penghangatan cairan intravena dan meningkatkan suhu
ruangan operasi. Insulator pasif seperti selimut katun hangat atau selimut seperti itu hanya
mempunyai sedikit kegunaan kecuali seluruh tubuh tertutup.
Setiap tempat monitoring mempunyai keuntungan dan kerugian. Membran timpani
secara teori menggambarkan temperatur otak karena suplai darah kanal auditoris adalah
arteri karotis eksterna. Trauma waktu insersi dan sumbatan serumen mengganggu
penggunaan rutin dari probe timpani. Temperatur rektal mempunyai respon yang lambat
126
terhadap perubahan suhu inti. Probe nasofaring rentan menyebabkan mimisan tetapi
secara akurat mengukur suhu inti bila diletakkan menempel mukosa nasofaring. Thermistor
pada kateter arteri pulmonal juga mengukur suhu inti.
Ada korelasi antar variabel antara suhu aksilaris dengan suhu inti, tergantung perfusi
kulit. Suhu esophagus kadang disatukan dengan stetoskop esophagus, memberikan
kombinasi yang baik antara ekonomis, penampilan dan keamanan. Untuk menghindari
mengukur suhu gas trakea, sensor suhu seharusnya diposisikan di belakang jantung pada
sepertiga bawah esophagus. Yang paling baik karena suara jantung paling jelas terdengar
pada tempat ini.
KELUARAN URIN
Indikasi
Kateterisasi kandung kemih adalah satu – satunya metode yang dapat dipercaya
untuk mengawasi keluaran urin. Insersi kateter urin diindikasikan pada pasien dengan gagal
jantung kongesti, gagal ginjal, penyakit hepar lanjut atau syok. Kateterisasi rutin pada
beberapa prosedur bedah seperti operasi jantung, operasi aorta atau renal, craniotomy,
operasi abdomen mayor, atau operasi dengan pergeseran cairan yang banyak terjadi.
Operasi yang lama dan pemberian diuretik selama operasi merupakan indikasi.
Kadangkala, paska operasi kateterisasi kandung kemih diindikasikan untuk pasien
yang sulit mengosongkan kandung kemihnya di ruang pemulihan setelah anestesi umum
atau regional.
Kontraindikasi
Kateterisasi kandung kemih seharusnya dilakukan dengan hati – hati pada pasien
dengan resiko tinggi infeksi.
Pertimbangan klinis
Keuntungan tambahan dengan menaruh kateter foley adalah kemampuan untuk
memasukkan thermistor pada ujung kateter jadi kandung kemih atau suhu inti dapat
127
dimonitor lebih baik. Nilai tambahan dengan penggunaan urometer adalah kemampuan
untuk monitor secara elektronik dan mencatat keluaran urin dan suhu tubuh.
Keluaran urin merupakan gambaran dari perfusi ginjal. Merupakan indikator bagi
ginjal, kardiovaskuler, dan status volume cairan. Keluaran urin yang tidak cukup (oliguria)
kadang didefinisikan sebagai keluaran urin kurang dari 0,5 mL/jam, tetapi sebenarnya
merupakan kemampuan pasien mengkonsentrasikan dan beban osmotik.
Sensitivitas pasien pada obat neuromuskular blok berbeda – beda, karena itu fungsi
neuromuskular dari semua pasien yang menerima obat neuromuskular blok yang lama
kerja panjang atau sedang harus dimonitor. Sebagai tambahan, stimulasi saraf perifer
berguna dalam menilai paralisis selama induksi rapid sequence atau selama infus kontinyu
dari obat lama kerja pendek. Lebih jauh lagi, stimulasi saraf perifer dapat membantu saraf
yang dimaksud untuk diblok oleh anestesi regional dan menentukan jauhnya blokade
sensoris.
Kontraindikasi
Pertimbangan klinis
Standar ini diaplikasikan pada semua tindakan anestesi meskipun pada keadaan
gawat darurat, pengukuran life support yang sesuai lebih diutamakan. Standa ini dapar
dilebihi pada waktu kapanpun berdasarkan penilaian dari anestesiolog yang bertugas. Hal
ini dimaksudkan untuk membantu kualitas perawatan pasien, tetapi observasinya saja tidak
menjamin hasil spesifik pasien. Standar ini dapat direvisi dari waktu ke waktu, sebagaimana
perkembangan teknologi dan ilmu. Dapat diaplikasikan pada semua anestesi umum,
anestesi regional dan monitoring perawatan. Set standar ini, dialamatkan hanya untuk
kepentingan monitoring dasar anestesia, yang merupakan komponen dari tindakan
anestesi. Pada keadaan yang jarang atau tak biasa; (1) beberapa metode ini dapat secara
klinis tak dipakai dan (2) penggunaan yang tepat dari metode monitoring yang telah
dijelaskan dapat gagal untuk mendeteksi. Interupsi singkat dari monitoring yang terus
menerus mungkin tak terhindari. Pada keadaan tertentu, tanggung jawab anestesiolog
ditandai dengan sebuah tanda simbol bintang (*)., hal tersebut direkomendasikan bila hal
ini telah dilakukan, seharusnya disertakan alasannya pada rekam medis pasien. Standar ini
129
tidak dimaksudkan untuk penanganan pasien obstetri dalam persalinan atau pelaksanaan
manajemen nyeri
STANDAR I
Petugas anestesi yang berkualitas harus hadir dalam ruangan selama pelaksanaan anestesi
umum, anestesi regional dan monitoring perawatan anestesi.
Tujuan : Karena perubahan yang cepat dari status pasien selama anestesi, petugas anestesi
yang berkualitas harus terus menerus mengawsi pasien dan memberikan penanganan
anestesi. Pada kejadian yang diketahui bahaya langsung bagi petugas anestesi, beberapa
perubahan untuk monitoring pasien harus dibuat. Pada kejadian gawat darurat
membutuhkan ketidakberadaan sementara orang yang bertanggung jawab untuk anestesi
tersebut, keputusan terbaik dari seorang anestesiolog akan dinilai dalam membandingkan
kegawatdaruratan dengan kondisi pasien yang sedang dianestesi dan pilihan dari orang
yang tinggal untuk bertanggung jawab selama ketidakberadaannya.
STANDAR II
Selama semua anestesi, oksigenasi, ventilasi, sirkulasi dan suhu pasien harus selalu terus
menerus dievaluasi.
OKSIGENASI
Tujuan : Untuk menjamin konsentrasi oksigen yang adekuat dalam gas inspirasi dan darah
selama semua anestesi.
Metode :
(1). Gas inspirasi; Selama setiap memberi-kan anestesi umum menggunakan mesin
anestesi, konsentrasi oksigen dalam sistem pernapasan pasien harus diukur dengan
penganalisa oksigen dengan penggunaan alarm konsentrasi oksigen rendah.*
(2). Oksigenasi darah; Selama setiap anes-tesi, metode kuantitatif untuk mengukur
oksigenasi seperti pulse oksimetri haris dipakai.* Iluminasi dan pemaparan pasien
penting untuk menilai warna.
VENTILASI
Tujuan : Untuk menjamin ventilasi yang adekuat dari pasien selama anestesi.
Metode :
(1) Setiap pasien anestesi umum harus dievaluasi secara kontinyu adekuat atau
tidaknya ventilasi. Tanda klinis yang kualitatif seperti gerakan dada, observasi
kantung cadangan pernapasan dan auskultasi suara nafas sangatlah berguna.
Monitoring yang terus menerus untuk ada tidaknya karbon dioksida harus dilakukan
kecuali bila ketidakvalidan keadaan pasien, prosedur atau peralatan. Monitoring
kuantitatif dari volume gas ekspirasi sangatlah dianjurkan.*
(2) Bila ETT atau laryngeal mask dimasukkan, posisi yang benar harus diverifikasi
dengan penilaian klinik dan identifikasi dari karbon dioksida pada gas ekspirasi.
Analisa karbon dioksida end tidal yang kontinu, digunakan dari waktu ke waktu pada
130
pemakaian ETT atau laryngeal mask, sampai ekstubasi/ pencabutan atau
pemindahan ke tempat perawatan paska operasi, harus menggunakan metode
kuantitatif seperti kapnografi, kapnometri atau spektroskopi mass.*
(3) Bila ventilasi dikontrol dengan ventilator mekanik, harus digunakan alat yang
mampu mendeteksi putusnya hubungan antar komponen sistem pernapasan. Alat
ini harus diberikan sinyal yang dapat terdengar bila ambang batas alarmnya
terlampaui.
(4) Selama anestesi regional dan perawatan anestesi, ventilasi yang cukup harus
dievaluasi, setidaknya dengan observasi kontinyu dari tanda klinis kualitatif.
SIRKULASI
Tujuan : Untuk menjamin fungsi yang adekuat dari sirkulasi pasien selama anestesi.
Metode :
(1). Setiap pasien yang mengalami anestesi harus dipasang EKG kontinyu, ditampilan dari
awal anestesi sampai persiapan untuk meninggalkan lokasi anestesi.*
(2). Setiap pasien yang mengalami anestesi harus diukur tekanan darah dan denyut jantung
setiap paling tidak 5 menit.
(3). Setiap pasien yang mengalami anestesi harus, sebagai tambahan yang di atas, fungsi
sirkulasi harus diawasi oleh setidaknya satu dari berikut : palpasi nadi, auskultasi suara
jantung, monitoring tekanan intra arterial, ultrasound peripheral pulse, atau pulse
plethysmograf atau oksimetri.
SUHU TUBUH
Tujuan : Untuk membantu menjaga suhu tubuh yang cukup selama semua anestesi.
Metode : Seluruh pasien mengalami anestesi harus di ukur suhunya bila ada perubahan
klinis pada suhu tubuh yang disengaja, sebagai antisipasi atau diduga.
131