Anda di halaman 1dari 65

PEDOMAN PELAYANAN PROMOSI

KESEHATAN RUMAH SAKIT


RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN

i
2018
RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH
LAMONGAN - JAWA TIMUR
Jalan Merpati No. 58-62, Sidokumpul, Lamongan, Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440. Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH LAMONGAN
NOMOR : 3228 /SK/DIR/III/2018

TENTANG
PEDOMAN PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT
RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH LAMONGAN

DIREKTUR RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN

Menimbang : a. bahwa RSI Nashrul Ummah Lamongan perlu untuk selalu


meningkatkan pelayanan kepada pelanggan melalui peningkatan
mutu secara berkesinambungan;
b. bahwa Akreditasi Rumah Sakit merupakan salah satu Instrumen
peningkatan mutu berkelanjutan dan kewajiban bagi Rumah Sakit
sesuai ketentuan pemerintah;
c. bahwa dalam pelaksanaan dan persiapan Akreditasi diperlukan
berbagai pedoman dan kebijakan;
d. bahwa sesuai butir a., b dan c diatas perlu ditetapkan dengan
Surat Keputusan Direktur RSI Nashrul Ummah Lamongan.
Mengingat : 1. Keputusan Badan Pelaksana Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah
Lamongan Nomor 053/KPTS/BPRSINU/2012 tentang Pengangkatan
Direktur RSI Nashrul Ummah Lamongan;
2. Keputusan Yayasan Rumah Sakit Islam Nashrul Ummah Lamongan
Nomor 064/KPTS/YARSINU/III/2015 tentang Perubahan Struktur
Organisasi RSI Nashrul Ummah Lamongan.
Memperhatikan : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009
tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan No. 004 tahun 2014; tentang cara
distribusi alat kesehatan yang baik;

ii
RUMAH SAKIT ISLAM NASHRUL UMMAH
LAMONGAN - JAWA TIMUR
Jalan Merpati No. 58-62, Sidokumpul, Lamongan, Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440. Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

5. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor


417/MENKES/PER/II/2011 tentang Komisi Akreditasi Rumah Sakit.

M EMUTUSKAN

Menetapkan : PEDOMAN PELAYANAN PROMOSI KESEHATAN RUMAH SAKIT RSI


NASHRUL UMMAH LAMONGAN.
Pertama : Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSI Nashrul
Ummah Lamongan sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini.
Kedua : Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit RSI Nashrul
Ummah Lamongan sebagaimana terlampir dalam surat keputusan ini
dimaksud dalam Diktum pertama harus dijadikan acuan dalam
memberikan pelayanan di RSI Nashrul Ummah Lamongan.
Ketiga : Surat Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat hal-hal yang perlu penyempurnaan
akan diadakan perbaikan dan penyesuaian sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Lamongan
Pada Tanggal : Maret 2018
--------------------------------------------
Direktur,

dr. Muwardi Romli, Sp.B, M.Kes


NIK. 120001

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr Wb
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
anugrahnya yang telah diberikan kepada penyusun, sehingga Buku Pedoman Pelayanan
PKRS RSI Nashrul Ummah Lamongan ini dapat selesai disusun.
Buku pedoman ini merupakan pedoman kerja dalam melakukan pelayanan PKRS di RSI
Nashrul Ummah Lamongan
Dalam pedoman ini diuraikan tentang pengertian dan tatalaksana pelayanan PKRS di
rumah sakit ini.
Tidak lupa penyusun menyampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas bantuan
semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan Pedoman Pelayanan PKRS RSI
Nashrul Ummah Lamongan.
Wassalamu’alaikum Wr Wb

Lamongan, Maret 2018

Penyusun

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul........................................................................................................................................i
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR.....................................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................iv
DAFTAR ISI.........................................................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................................1
A. Pengertian 1
B. Tujuan Pedoman ………………….……………………………………………………………2
C. Ruang Lingkup Pelayanan …………………...…………………………………………………2
D. Batasan Operasional ………………………………………………………………………...….3
E. Landasan Hukum 4
BAB II STANDAR KETENAGAAN ……………………………………………………....…………5
A. Kualifikasi SDM ………………………………………………………………………………....5
B. Distribusi Ketenagaan PKRS.………………………………………………………………...…..6
B. Pengaturan Jaga ……………………………………………………………………………...…..7
BAB III STANDAR FASILITAS ……………………………………………………………………...8
A. Denah Ruang …..………………………………………………………………………………....8
B. Standar Fasilitas ……………………………………………………………………………...…..9
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN …………………………………………………………10
A. Jenis Pelayanan ……………………………………………………………………………..…..10
B. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan ….…………………………………....10
C. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Inap..……………………………………….11
D. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit …..……………………12
E. Panduan Pelayanan Medical Information ………………………………………………………12
F. Panduan Komunikasi Efektif ……………………………………………………………………13
G. Panduan Pelayanan Informasi Gizi…………………………………………………………….. 27
H. Panduan Pelayanan Informasi Kebidanan ………………………………………………...…….31
I. Panduan Pelayanan Unit Fisioterapi…………………………………………………...…………31
J. Panduan Pelayanan Informasi Farmasi ……………………………….………………………....38
K. Panduan Pelayanan Informasi PPI …………………………………….………………………..38
L. Panduan Pelayanan Rekam Medis Pasien………………………………………………….……38
M. Panduan Pelayanan Marketing ……..……………………………………………………….….39
N. Panduan Pelayanan Geriatri………………………………………………………………….….39

v
BAB V LOGISTIK..............................................................................................................................52
BAB VI KESELAMATAN PASIEN...................................................................................................54
BAB VII KESELAMATAN KERJA....................................................................................................56
BAB VIII PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU..............................................58

BAB IX PENUTUP.................................................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................61

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Pengertian
Undang-undang RI no. 44 tahun 2009 tentang rumah sakit menyatakan bahwa
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan
kesehatan perorangan secara paripurna. Pelayanan Kesehatan Paripurna adalah
pelayanan kesehatan yang meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Namun
kenyataannya upaya pelayanan kesehatan paripurna di rumah sakit masih belum
dilaksanakan secara maksimal. Rumah sakit masih berorientasi pada upaya kuratif dan
rehabilitative, sementara pelayanan promotif dan preventif di rumah sakit masih dianggap
sebelah mata, karena dinilai merupakan sebuah cost center tanpa pernah melihat esensi
dampak/ outcome dari promosi kesehatan yang dikelola dengan baik seperti yang
dilakukan di beberapa negara maju.
Health Promoting Hospital (HPH) atau rumah sakit yang mempromosikan
kesehatan di dunia saat ini telah menjadi trend dan dipandang sebagai rumah sakit masa
depan karena menintegrasikan seluruh aspek pelayanan secara holistik dan inklusif
terhadap kesehatan secara berkesinambungan. Pelayanan secara holistik bertujuan bahwa
pelayanan yang dilakukan oleh rumah sakit tidak hanya berdimensi fisik semata yang
berorientasi pada patogenik tetapi juga mencakup seluruh dimensi manusia meliputi bio,
psiko, sosio dan determinan lainnya yang berorientasi pada salutogenik.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan rujukan harus melaksanakan
pelayanan yang inklusif sehingga RS akan memberikan kontribusi lebih bagi peningkatan
derajat kesehatan masayarakat melalui upaya pelayanan kesehatan yang
berkesinambungan dan sistematis. Ciri pelayanan kesehatan inklusif adalah pelayanan
kesehatan yang berkesinambungan dari mulai pelayanan kesehatan dasar/ primer,
pelayanan kesehatan rujukan sekunder/ tersier hingga dikembalikan ke pelayanan
kesehatan primer atau langsung ke lingkungan masayarakat yang telah terkondisikan
untuk peningkatan derajat kesehatannya.
Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dimulai per 1 Januari 2014 dan penerapan
akreditasi RS versi 2012 mewajibkan rumah sakit untuk menerapkan pelayanan secara
paripurna sebagaimana amanat undang-undang RI nomor 44 tahun 2009 tentang rumah
sakit. Upaya promotif dan preventif menjadi suatu upaya terintegrasi dalam pelayanan
rumah sakit. Upaya promotif dan preventif dapat dijadikan kendali mutu dan biaya

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 1


dengan melalui peningkatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga serta masyarakat
rumah sakit untuk berpartisipasi aktif dalam mendukung upaya penyembuhan dan
rehabilitasi.
RSI Nashrul Ummah Lamongan, sebagai rumah sakit rujukan fasilitas kesehatan
tingkat II di wilayah Lamongan berusaha menerapkan pelayanan paripurna dalam rangka
mensukseskan program jaminan kesehatan nasional. Upaya promosi kesehatan telah
direvitalisasi sejak tahun 2008 dan saat ini pengelolaan promosi kesehatan di RSI Nashrul
Ummah telah memiliki struktur yang jelas.
Berdasarkan hal tersebut penerbitan buku pedoman pelayanan promosi kesehatan ini
diharapkan dapat menjadi bagian penting dalam tata kelola instalasi promosi kesehatan
sebagai koordinator/ pengelola upaya promosi kesehatan di RSI Nashrul Ummah
Lamongan.
B. Tujuan Pedoman

Tujuan pembuatan pedoman pelayanan PKRS adalah sebagai acuan dalam


pelayanan PKRS yang terintegrasi dengan unit layanan lainnya di RSI Nashrul Ummah
Lamongan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang Lingkup Promosi Kesehatan meliputi :
1. Edukasi staf
2. Edukasi pasien dan keluarga Di Dalam Lingkungan Rumah Sakit
a. Di bagian pendaftaran
b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien
c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien
d. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat)
f. PKRS di ruang pembayaran
g. PKRS di tempat parkir
h. PKRS di taman RS
i. PKRS di dinding luar RS yang memungkinkan di pasang gambar edukasi dan
terbaca oleh masyarakat.
3. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit
a. PKRS di Sekolah-Sekolah sekitar lingkungan Rumah Sakit
b. PKRS di Kelurahan sekitar lingkungan Rumah Sakit.
c. PKRS di kelompok khusus di masyarakat

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 2


D. Batasan Operasional
1. Pelayanan PKRS : upaya pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kemampuan
pasien, klien dan kelompok-kelompok masyarakat, agar pasien dapat mandiri dalam
mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, klien dan kelompok-kelompok
masyarakat dapat mandiri dalam meningkatkan kesehatan, mencegah masalah-
masalah kesehatan dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber daya
masyarakat, melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama mereka sesuai sosial
budaya mereka, serta didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan.

2. Edukasi Staf adalah upaya peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan staf
rumah sakit dalam berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) untuk menunjang
produktifitas kerja di lingkungan rumah sakit dan keselamatan pasien.

3. Edukasi Pasien dan Keluarga adalah upaya peningkatan partisipasi pasien dan
keluarga dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara mandiri melaui upaya
peningkatan pengetahuan, kemauan dan kemampuan pasien dan keluarga sesuai
dengan kebutuhan pasien. Edukasi dilakukan di dalam lingkungan rumah sakit
meliputi :
a. Di bagian pendaftaran, yaitu di ruang dimana pasien harus melapor/mendaftar
sebelum mendapatkan pelayanan.
b. PKRS dalam pelayanan rawat jalan bagi pasien, yaitu di poli umum, poli gigi, poli
kebidanan dan kandungan, polik anak, polik bedah, poli penyakit dalam, poli
Mata, poli Jantung dan pembuluh darah, poli syaraf, poli paru, poli TB, poli
Geriatri, poli gizi, poli orthopaedi, dan lain-lain.
c. PKRS dalam pelayanan rawat inap bagi pasien, yaitu di ruang-ruang gawat
darurat, rawat intensif dan rawat inap.
d. PKRS dalam pelayanan Penunjang Medik bagi pasien yaitu pelayanan
obat/apotik, pelayanan laboratorium, pelayanan radiologi dan pelayanan
rehabilitasi medik, kamar operasi.
e. PKRS dalam pelayanan bagi klien (orang sehat) seperti di pelayanan KB,
konseling gizi, pemeriksaan kesehatan jiwa, konseling kesehatan remaja dan lain-
lain.
f. PKRS di ruang pembayaran yaitu di ruang di mana pasien harus menyelesaikan
pembayaran setelah mendapatkan pelayanan sebelum meninggalkan RS.
g. PKRS di tempat parkir, yaitu pemanfaatan ruang yang ada di lahan parkir.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 3


h. PKRS di taman RS, yaitu baik taman-taman yang ada di depan dan sekitar rumah
sakit.
i. PKRS di dinding luar RS yang memungkinkan di pasang gambar edukasi dan
terbaca oleh masyarakat.
4. Edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit adalah upaya rumah sakit
dalam menyediakan informasi kesehatan maupun informasi pelayanan yang bertujuan
untuk meningkatkan akses masyarakat akan informasi kesehatan dan pelayanan
rumah sakit. Kegiatannya meliputi :
a. PKRS di Sekolah-Sekolah sekitar lingkungan Rumah Sakit
b. PKRS di Kelurahan sekitar lingkungan Rumah Sakit
c. PKRS di kelompok khusus di masyarakat seperti Fatayat NU, Muslimat NU, dll.
E. Landasan Hukum
Kegiatan promosi kesehatan di RS merupakan upaya kesehatan bersama sebagai
landasan hukum pelayanan PKRS meliputi:
1. Undang-Undang RI No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
2. Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk
Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1193/Menkes/SK/X/2004 tentang
Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1114/Menkes/SK/X/2004 tentang
Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 1144/Menkes/Per/X/2004 tentang Pedoman
Pelaksanaan Promosi Kesehatan di Daerah
8. Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI Nomor
66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 4


BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Pelayanan promosi kesehatan yang professional memiliki standar pengelolaan


sumberdaya manusia/ tenaga sebagai bagian penting dalam pelayanan. Pengaturan tenaga
promosi kesehatan bertujuan agar kegiatan pelayanan yang di berikan dapat terlaksana secara
efektif dan efisien. Standar ketenagaan PKRS telah diatur dalam Keputusan Menteri
Kesehatan RI Nomor 004/Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan
Rumah Sakit dan Surat Keputusan Bersama Menteri Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial RI
Nomor 66/Menkes-Kesos/SK/I/2001 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat dan Angka Kreditnya.
A. Kualifikasi SDM
Pada umumnya seluruh petugas rumah sakit adalah tenaga promotor kesehatan
namun untuk tenaga khusus pengelola dan pemberi pelayanan promosi kesehatan harus
memenuhi kulalifikasi sebagai berikut:
1. Tenaga Pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi pengelolaan/
manajemen kegiatan PKRS di RSI Nashrul Ummah Lamongan. Adapun kualifikasi
tenaga pengelola PKRS adalah sebagai berikut :
a. Pendidikan minimal S 1 Kesehatan diutamakan peminatan promosi kesehatan
b. Memiliki sertifikat pelatihan pengelola PKRS
2. Tenaga Fungsional PKRS
Tenaga fungsional PKRS adalah tenaga yang memiliki tugas dan fungsi memberikan
pelayanan langsung sesuai dengan ruang lingkup pelayanan yang ditetapkan. Adapun
kualifikasi tenaga fungsional PKRS sebagai berikut:
a. Fungsional ahli
1). Pendidikan minimal S 1 Kesehatan
2). Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional
3). Memenuhi pencapaian angka kredit
b. Fungsional terampil
1) Pendidikan minimal D3 Kesehatan
2) Memiliki sertifikat pelatihan jabatan fungsional

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 5


3) Memenuhi pencapaian angka kredit
3. Tenaga Fungsional khusus edukator
a. Minimal D 3 Kesehatan
b. Minimal memiliki sertifikat pelatihan edukasi dasar
c. Memiliki sertifikat pelatihan komunikasi efektif dan terapeutik
4. Tenaga Teknis lainnya
a. Pendidikan minimal SMA sederajat
b. Memiliki kompetensi desain multimedia

Tabel 2.1 Kualifikasi formal Unit PKRS RSI Nashrul Ummah Lamongan
No. Profesi Kualifikasi Formal Jumlah
1. Dokter S2 Kedokteran 2
2. Dokter Gigi S1 Kedokteran 1
3. Perawat S1 Keperawatan 5
4. Bidan D4 Kebidanan 1
5. Ahli Gizi S1 Gizi 1
6. Apoteker S1 Apoteker 1
7. Fisioterapi D3 Fisioterapi 1
8. Analis Medis D3 Analis 1
9. Radiografer D3 Radiografer 1
10. Rekam Medis D3 Rekam Medis 1
11. Panitia Pengendali Infeksi S1 Keperawatan 1
12. Marketing S1 2
B. Distribusi Ketenagaan
Distribusi ketenagaan pelayanan promosi kesehatan dilakukan sesuai dengan ruang
lingkup pelayanan sebagai berikut:
1. Tenaga pengelola PKRS
Tenaga pengelola PKRS terdiri dari kepala instalasi PKRS, koordinator media
dan teknologi, koordinator advokasi dan kemitraan serta koordinator pemberdayaan
dan peran serta.

2. Pelayanan rawat inap


Pelayanan PKRS di rawat inap meliputi pendidikan pasien dan keluarga yang
dilakukan oleh tenaga fungsional PKRS ataupun tenaga fungsional kesehatan lainnya
yang mendapatkan sertifikasi edukator.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 6


3. Pelayanan rawat jalan
Pelayanan pendidikan pasien dan keluarga di rawat jalan difasilitasi dengan
adanya klinik edukasi terintegrasi. Di poli tersebut terdapat dokter umum, perawat
dan ahli gizi yang telah tersertifikasi edukator.

C. Pengaturan Jaga
Pola pengaturan jaga disesuaikan dengan beban kerja dengan prinsip pengelolaan
yang efektif dan efisien.
1. Pelayanan edukasi di poliklinik dilakukan setiap hari Senin-Sabtu mulai pkl. 07.00 –
21.00 WIB
2. Pelayanan edukasi di rawat inap dilakukan sesuai dengan kondisi pasien selama
7x24jam.
3. Pelayanan edukasi ke masyarakat sekitar rumah sakit melalui penyuluhan dan
kelompok binaan dilakukan sesuai jadwal rencana kegiatan PKRS.
4. Pelayanan edukasi di ruangan lain sesuai tabel

Tabel 2.2 Jam Pelayanan PKRS di Rumah Sakit


No Area PKRS Jam Pelaksanaan Keterangan
1 UGD 7 x 24 jam -
2 Kamar Operasi 7 x 24 jam -
3 Farmasi 7 x 24 jam -
4 Laboratorium 7 x 24 jam -
5 Radiologi 7 x 24 jam -
6 Admisi 7 x 24 jam -
7 Kasir 7 x 24 jam -

BAB III

STANDAR FASILITAS

Pemenuhan standar fasilitas minimal untuk pelayanan promosi kesehatan didasarkan


pada Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk Teknis promosi Kesehatan
Rumah Sakit.
A. Denah Ruangan

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 7


Undang-undang RI No. 44 tahun 2009 mengamanatkan bahwa setiap rumah sakit
harus memiliki ruangan penyuluhan kesehatan. Ruangan penyuluhan/ pendidikan kesehatan
harus dimiliki oleh setiap unit. misalnya di ruang rawat inap diperlukan satu ruang edukasi
bagi pasien dan keluarga yaitu memanfaatkan Ruang Kepala Ruangan. Begitupun di unit
lainnya misalnya di ruangan farmasi, laboratorium, radiologi dan ruangan penunjang lainnya
termasuk di pelayanan rawat jalan dengan klinik edukasi terintegrasi. Selain ruang pelayanan
edukasi, diperlukan juga ruangan pengelola PKRS yang berfungsi untuk aktifitas manejemen
PKRS disini memanfaatkan ruang aula RS.
Suasana dalam ruangan PKRS dibuat sedemikian rupa sehingga tenang dan kondusif
dalam menyampaikan informasi dan promosi kesehatan bagi pasien dan klien. Selain
menggunakan ruang khusus, PKRS juga memanfaatkan lorong ruang rawat inap dan ruang
tunggu rawat jalan untuk melaksanakan promosi kesehatan rumah sakit.
Gambar Denah Ruang Penyuluhan PKRS :

Keterangan :
2 3
1. Alat Peraga 4. Meja

2. Kursi Pasien/keluarga 5. Kursi


4 Petugas PKRS

3. Kursi Pasien / Keluarga

1
5

Gambar 3.1 Denah Ruangan PKRS


B. Standar Fasilitas

Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 004/ Menkes/SK/II/2012 tentang Petunjuk


Teknis promosi Kesehatan Rumah Sakit mengatur tentang standar minimal fasilitas untuk
unit/ instalasi PKRS sebagai berikut:

1. Ruangan pengelola PKRS

2. Televisi

3. LCD projector

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 8


4. VCD/ DVD Player

5. Amplifier dan wireless microphone

6. Komputer dan laptop

7. Pointer

8. Public address system (PSA)/ Megaphone

9. Plypchart

10. Kamera photo

Pengembangan fasilitas pelayanan disesuaikan dengan kebutuhan melalui hasil


kajian kebutuhan pelayanan promosi kesehatan. Saat ini fasilitas pelayanan yang dimiliki
oleh PKRS RSI NU Lamongan diantara :

1. Pedoman/ panduan edukasi

2. Media cetak

3. Peralatan kantor dan alat cetak

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 9


BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Jenis Pelayanan
Informasi medis tertulis yang diberikan meliputi beberapa penyakit yang pernah
diderita pasien di RSI Nashrul Ummah Lamongan dan edukasi yang termasuk dalam
Program Nasional. Pemberian promosi kesehatan dapat dilakukan di rumah sakit oleh
karyawan Rumah Sakit yang berkompetensi di bidang tersebut di dalam lingkungan
Rumah Sakit terutama rawat jalan, rawat inap, penunjang medis (laborataorim, radiologi,
rehabilitasi medik, farmasi dan lain-lain). Informasi diluar kategori diatas disampaikan
secara lisan oleh sub-unit Tim PKRS baik di seluruh instalasi rumah sakit maupun di
suatu ruangan PKRS khusus bahkan di luar RS di kelompok-kelompok khusus di
masyarakat.

B. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Jalan

Pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat jalan dilakukan di klinik edukasi
terintegrasi. Tenaga edukator adalah dokter umum, perawat dan ahli gizi yang telah
tersertifikasi edukator. Untuk menunjang pelayanan dibuatkan pedoman edukasi yang
telah di standardisasi. Kegiatan edukasi meliputi assesment kebutuhan edukasi
pemberian edukasi secara terstruktur dan merencanakan tindak lanjut pelayanan. Adapun
pasien yang berkunjung ke klinik edukasi terdiri dari pasien langsung dan pasien rujukan
dari klinik dokter spesialis. Alur pelayanan edukasi di klinik rawat jalan adalah sebagai
berikut :

Pasien Pendaftaran Klinik Kebutuhan edukasi


Spesialis

Pulang Klinik Edukasi Y Td


a k

Gambar 4.1 Alur Pelayanan Edukasi di Rawat Jalan

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 10


Pasien yang membutuhkan pelayanan edukasi dapat melakukan pendaftaran
langsung ke klinik edukasi. Klinik edukasi juga menerima rujukan dari klinik spesialis
sesuai dengan kebutuhan edukasi.

C. Pelayanan Edukasi Pasien dan Keluarga di Rawat Inap

Pelayanan edukasi pasien di rawat inap bertujuan untuk meningkatkan partisipasi


pasien dan keluarga dalam mendukung upaya penyembuhannya melalui peningkatan
pengetahuan, kemauan dan kemampuan upaya peningkatan kesehatannya secara mandiri.
Pemberi pelayanan adalah tenaga kesehatan tersertifikasi minimal edukator dasar.
Pemberian edukasi disesuaikan dengan kebutuhan yang didapat melalui assessment
kebutuhan edukasi. Inisial kebutuhan edukasi dilakukan oleh tenaga fungsional promosi
kesehatan sedangkan pelaksana edukator dilakukan oleh masing-masing profesi sesuai
dengan kebutuhan edukasi pasien tersebut. RS menerbitkan buku panduan edukasi dan
media edukasi yang telah terstandardisasi yang bertujuan untuk menjaga mutu pelayanan
promosi kesehatan. Alur pelayanan edukasi pasien dan keluarga di rawat inap sebagai
berikut :

Rawat Inap
Asessmen Kebutuhan
Pelayanan
Pasien IGD edukasi
Medik
Keperawatan
Penunjang
Diizinkan
Pulang T Y
pulang
d a
k
Evaluasi
Proses
Re edukasi/
Edukasi
Tidak

Gambar 4.2 Alur Edukasi di Rawat Inap

Edukasi pasien dan keluarga di rawat inap dilakukan pada semua pasien sesuai
dengan kebutuhan edukasi. Setelah pasien masuk rawat inap maka dilakukan kajian
kebutuhan edukasi oleh tenaga fungsional PKRS, hasil kajian ini di jadikan dasar bagi
multi profesi dalam melakukan edukasi. Edukasi dilakukan terintegrasi multi profesi.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 11


Setelah dilakukan edukasi kemudian dilakukan evaluasi apakah diperlukan edukasi
kembali atau tidak, jika di perlukan maka dilakukan edukasi kembali tetapi jika pasien
sudah akan pulang dan masih memerlukan edukasi lanjutan maka dianjurkan untuk
mengikuti program edukasi melalui klinik edukasi.

D. Pelayanan Edukasi Pengunjung dan Masyarakat Sekitar Rumah Sakit

Pelayanan edukasi bagi pengunjung dan masyarakat sekitar rumah sakit dilakukan
berdasarkan hasil kajian kebutuhan edukasi pengunjung dan masyarakat yang dilakukan
secara berkala. Pemberian edukasi bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap informasi kesehatan maupun informasi pelayanan RS. Edukasi dilakukan oleh
tenaga edukator melalui metode dan media yang tepat. Pada sasaran pengunjung dan
masyarakat RS informasi yang dapat disampaikan diantaranya penyakit yang menjadi isu
terkini, tatalaksana pelayanan di RS, info pelayanan dan peraturan RS dll.

E. Panduan Pelayanan Medical Information


Medical information for patient care (informasi medis) adalah suatu tim medis yang
berperan dalam menyediakan, menyampaikan informasi medis serta mengedukasi pasien
rawat inap mengenai kondisi yang berhubungan dengan penyakit pasien (awal dirawat,
selama perawatan dan sebelum pasien pulang). Tim tersebut merupakan titik akhir
pelayanan tim medis RSI Nashrul Ummah Lamongan.
1. Ruang lingkup
Instalasi rawat inap, instalasi rawat jalan, IGD dan unit penunjang.
2. Tujuan
Memberikan edukasi dan informasi kepada pasien rawat jalan dan pasien rawat
inap yang perlu penjelasan lebih dalam tentang penyakitnya dan pada saat pasien akan
pulang tentang tata cara perawatan di rumah seperti apa yang harus dilakukan, apa
yang harus dihindari, jadwal kontrol kembali, tata cara minum obat, perubahan
perilaku dan gaya hidup, dll.
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan oleh
DPJP/dokter jaga kepada pasien/keluarga dengan mencakup materi sebagai berikut :

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 12


a. Perencanaan asuhan kesehatan
b. Perkembangan asuhan kesehatan
c. Proses Terapy
d. Prosedur Tindakan
e. Hasil Intervensi
f. Informasi Sebelum Melakukan Tindakan
g. Komplikasi yang mungkin terjadi
h. Tingkat Keberhasilan Asuhan Kesehatan
Pemberian informasi , edukasi dan promosi kesehatan yang diberikan kepada
pasien/keluarga meliputi 10 besar penyakit yang terdapat pada lampiran tersendiri.
Informasi yang disediakan oleh medical information dan dapat diberikan oleh
perawat kepada pasien, dokter memberikan pendelegasian tugas tentang kewenangan
sekaligus tanggung jawab dalam pemberian edukasi, promosi dan informasi
pasien/keluarga sesudah perawatan (pasien pulang) kepada perawat sesuai dengan
panduan.
Medical information for patient care berperan sebagai perencana program
promosi kesehatan serta memonitor dan mengevaluasi pelaksanaannya.

F. Panduan Komunikasi Efektif


Secara umum tujuan penyusunan pedoman komunikasi efektif ini adalah :
a. Memberikan pengetahuan dan pedoman bagi petugas, perawat dan dokter mengenai
cara berkomunikasi dengan pasien dan keluarganya.
b. Agar petugas, perawat dan dokter dapat melakukan komunikasi yang efektif dengan
pasien dan keluarganya.
c. Menghindarkan kesalah pahaman yang bisa menimbulkan dugaan malpraktik.
Komunikasi berasal dari bahasa latin “communis” yang artinya bersama. Secara
terminologis, komunikasi diartikan sebagai suatu proses penyampaian pikiran atau
informasi (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan menggunakan suatu media.
Menutur ahli kamus bahasa, komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk
mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang sama
terhadap pesan yang saling dipertukarkan adalah tujuan yang diinginkan oleh keduanya.
Webster’s New Collegiate Dictionary edisi tahun 1977 antara lain menjelaskan bahwa

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 13


komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi diantara individu melalui sistem
lambang-lambang, tanda-tanda atau tingkah laku.
1. Klasifikasi komunikasi
Berdasarkan kepada penerima pesan atau komunikan, komunikasi diklasifikasikan
menjadi :
a. Komunikasi intrapersonal
Penggunaan bahasa atau pikiran yang terjadi di dalam diri komunikator sendiri
antara individu dengan Tuhannya. Komunikasi intrapersonal merupakan
keterlibatan internal secara aktif dari individu dalam pemrosesan simbolik dari
pesan-pesan. Seorang individu menjadi pengirim sekaligus penerima pesan,
memberikan umpan balik bagi dirinya sendiri dalam proses internal yang
berkelanjutan.
b. Komunikasi interpersonal
Komunikasi interpersonal berlangsung dengan dua arah, antara komunikator dan
komunikan, antara seorang tenaga medis dengan teman sejawat atau antara
seorang tenaga medis dengan pasien.
c. Komunikasi kelompok
Komunikasi tidak hanya terjadi antara seseorang dengan seorang lainnya,
komunikasi juga dilakukan dengan sekelompok orang yang disebut dengan
komunikasi kelompok. Menurut Michael Burgoon, komunikasi kelompok adalah
interaksi secara tatap muka antara tiga orang atau lebih dengan tujuan yang telah
diketahui, seperti berbagi informasi, menjaga diri, pemecahan masalah, dimana
anggota-anggotanya dapat mengingat karakteristik pribadi anggota-anggota yang
lain secara tepat, misalnya organisasi profesi, kelompok remaja dan kelompok-
kelompok sejenisnya. Komunikasi dapat dalam bentuk diskusi, rapat dan
sebagainya.
d. Komunikasi publik
Komunikasi yang dilakukan secara aktif maupun pasif yang dilakukan di depan
umum. Dalam komunikasi publik, pesan yang disampaikan dapat berupa suatu
informasi, ajakan, gagasan. Komunikasi ini memerlukan keterampilan komunikasi
lisan dan tulisan agar pesan dapat disampaikan secara efektif dan efisien.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 14


e. Komunikasi organisasi
Merupakan komunikasi yang dilakukan dalam suatu organisasi atau antar
organisasi baik secara formal maupun informal. Komunikasi organisasi pada
umumnya membahas tentang struktur dan fungsi organisasi serta hubungan antar
manusia.
f. Komunikasi massa
Komunikasi ini melibatkan sejumlah besar komunikasi heterogen yang tersebar di
suatu wilayah geografis yang luas dan berkepentingan pada pesan komunikan
yang sama.

2. Jenis komunikasi
a. Komunikasi tertulis
Merupakan komunikasi yang penyampaian pesan secara tertulis bail manual
maupun melalui media seperti e-mail, surat, media cetak dan lainnya. keuntungan
dari komunikasi secara tertulis antara lain :
1) Adanya dokumen tertulis
2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman
3) Daoat menyampaikan ide yang rumit
4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan
5) Menyebarkan informasi kepada khalayak ramai
6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan
7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian
8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan
b. Komunikasi verbal
Merupakan komunikasi yang disampaikan secara lisan. Komunikasi dapat
dilakukan secara langsung atau melalui sarana komunikasi seperti telepon.
Kelebihan dari komunikasi ini terletak pada keberlangsungannya, yakni dilakukan
secara tatap muka sehingga umpan balik dapat diperoleh secara langsung dalam
bentuk respon dari pihak komunikan. Dalam menyebutkan kata yang sulit maka
pemberi pesan harus mengeja hurufnya dengan menggunakan kode alfabeth
internasional.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 15


c. Komunikasi non verbal
Merupakan proses komunikasi di mana pesan disampaikan tidak menggunakan
kata-kata. Komunikasi ini adalah cara yang paling meyakinkan untuk
menyampaikan pesan kepada orang lain. tenaga medis perlu menyadari pesan
verbal dan non verbal yang disampaikan oleh pasien mulai dan saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan karena pesan non verbal dapat memperkuat
pesan yang disampaikan secara verbal, misalnya menggunakan gerak isyarat,
bahasa tubuh, ekspresi wajah, kontak mata, simbol-simbol serta cara berbicara
seperti intonasi, penekanan, kualitas suara, gaya emosi dan gaya berbicara.
3. Model Komunikasi
Model komunikasi adalah ilustrasi alur komunikasi yang menunjukkan unsur-unsur
penting di dalamnya. Menurut beberapa pakar komunikasi model adalah
penyederhanaan teori yang disajikan dalam bentuk gambar.
a. Model komunikasi SMCR/BERLO
Merupakan salah satu model komunikasi. Model ini mensyaratkan adanya empat
unsur komunikasi (sumber informasi, pesan, saluran dan penerima pesan) untuk
dapat terjadinya komunikasi.
b. Unsur komunikasi
i. Sumber informasi (source)
Sumber (pengirim pesan) adalah orang yang menyampaikan pemikiran atau
informasi yagn dimilikinya kepada orang lain (penerima pesan). Pengirim
pesan bertanggung jawab dalam menterjemahkan pemikiran atau informasinya
menjadi sesuatu yang berarti, dapat berupa pesan verbal, non verbal dan
tulisan atau kombinasi dari ketiganya. Pengirim pesan (komunikator) yang
baik adalah komunikator yang menguasai materi, pengetahuannya luas tentang
informasi yang disampaikan, cara berbicaranya jelas dan menjadi pendengar
yang baik saat dikonfirmasi oleh si penerima pesan (komunikan).
ii. Pesan atau informasi (Message)
Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pesan komunikasi adalah :
a. Tingkat kepentingan informasi
b. Sifat pesan
c. Kemungkinan pelaksanaannya

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 16


d. Tingkat kepastian dan kebenaran pesan
e. Kondisi pada saat pesan diterima
f. Penerima pesan
g. Cara penyampaian pesan
iii. Saluran (Channel)
Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali
komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, biasanya menggunakan
dua, tiga atau empat saluran yang berbeda secara simultan.
Contoh : dalam interaksi tatap muka, kita berbicara dan mendengarkan
(saluran suara), teapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima
isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium
bau-bauan (saluran olfaktori) dan seringkali kita saling menyentuh (saluran
taktil). Media fisik yang sering digunakan di rumah sakit adalah telepon,
brosur, surat edaran, memo, internet, royal news dll.
iv. Penerima pesan (Receiver)
Penerima pesan adalah orang yang menerima pesan dari sumber informasi
(komunikator). Penerima pesan akan menterjemahkan pesan (decoding)
berdasarkan pada batasan pengertian yang dimilikinya. Dengan demikian
dapat saja terjadi kesenjangan antara yang dimaksud oleh pengirim pesan
dengan yang dimengerti oleh penerima pesan yang disebabkan oleh adanya
kemungkinan hadirnya gangguan/hambatan. Hambatan ini bisa karena
perbedaan sudut pandang, pengetahuan atau pengalaman, perbedaan budaya,
masalah bahasa dan lainnya. pada saat menyampaikan pesan, pengirim pesan
(komunikator) harus memastikan apakah pesan telah diterima dengan baik
atau tidak. Sementara penerima pesan perlu berkonsentrasi agar pesan diterima
dengan baik dan memberikan umpan balik (feedback) kepada pengirim pesan.
v. Umpan balik
Umpan balik merupakan tanggapan komunikan terhadap pesan yang diberikan
oleh komunikator. Umpan balik dapat berupa tanggapan verbal atau non
verbal dan sangat penting sekali sebagai proses klasifikasi untuk memastikan
tidak terjadi kesalahan dalam menginterpretasikan pesan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 17


vi. Gangguan
Gangguan adalah segala sesuatu yang menghambat atau mengurangi
kemampuan kita untuk mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi
ini meliputi :
a. Pengacau indra, misalnya suara terlalu keras atau lemah, bau menyengat,
udara panas dan lain-lain.
b. Faktor-faktor pribadi, antara lain prasangka, lamunan dan lain-lain.
c. Komunikasi Efektif Perawat dan Pasien
1. Tahap pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal proses pelayanan di rumah sakit yang
dilakukan oleh petugas registrasi/admini dan perawat untuk mengumpulkan
data pasien. Data tersebut diperlukan sebagai dasar pelaksanaan proses
keperawatan pada tahap selanjutnya.
2. Tahap perumusan diagnosa
Diagnosa dirumuskan berdasarkan data yang diperoleh dari tahap pengkajian.
Perumusan diagnosa keperawatan merupakan hasil penilaian perawat dengan
melibatkan pasien dan keluarganya, tenaga kesehatan lain yang ebrkenaan
dengan masalah yang dialami pasien. Diagnosa keperawatan yang tepat
memerlukan sikap masalah yang dialami pasien.
3. Tahap perencanaan
Pengembangan rencana tindakan keperawatan kepada pasien diperlukan
interaksi dan komunikasi dengan pasien. Hal ini untuk menentukan alternative
rencana keperawatan yang akan diterapkan. Misalnya, sebelum memberikan
makan kepada pasien, perawat harus terlebih dahulu mengetahui makanan
yang sesuai bagi pasien. Rencana tindakan yang dibuat oelh perawat
merupakan media komunikasi antar tenaga kesehatan yang berkesinambungan
sehingga pelayanan dapat dilaksanakan secara teratur dan efektif.
4. Tahap pelaksanaan
Tahap pelaksanaan merupakan realisasi dari perencanaan yang telah
ditetapkan terlebih dahulu. Aktivitas ini memerlukan ketrampilan dalam
berkomunikasi dengan pasien.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 18


Dalam berkomunikasi di rumah sakit, petugas dan tenaga medis harus melakukan
proses verifikasi terhadap akurasi dari komunikasi lisan dengan catat, baca
kembali dan konfirmasi ulang (CABAK) yaitu:
1. Pemberi pesan memberikan pesan secara lisan.
Komunilasi dapat dilakukan secara lagnsung atau melalui sarana komunikasi
seperti telepon. Pemberi pesan harus memperhatikan kota kata yang
digunakan, intonasi, kekuatan suara (tidak besar dan tidak kecil), jelas, singkat
dan padat.
2. Penerima pesan mencatat isi pesan tersebut (CATAT)
Untuk emnghindari adanya pesan yang terlewat maka penerima pesan harus
mencatat pesan yang diberikan secara jelas.
3. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan (BACA)
Setelah pesan dicatat, penerima pesan harus membacakan kembali pesan
tersebut kepada pemberi pesan agar tidak terjadi kesalahan dan pesan dapat
diterima dengan baik.
4. Penerima pesan mengkonfirmasi kembali isi pesan kepada pemberi pesan.
(KONFIRMASI)
Pemberi pesan harus mendengarkan pesan yagn dibacakan oleh penerima
pesan dan memberikan perbaikan bila pesan tersebut masih ada yang kurang
atau salah.

d. Komunikasi Efektif Dokter dan Pasien


Pada dasarnya komunikasi efektif adalah bagaimana menyatukan sudut
pandang pasien maupun dokter menjadi sebuah bentuk relasi dokter-pasien.
Keberhasilan komunikasi antara dokter dengan pasien pada umumnya akan
melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya
menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati dapat diraih
melalui kecukupan dokter akan listening skills dan training skills yang dapat
diperoleh melalui latihan.
Carma L Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic
Communication in Physician-patient encouter 2002, menyatakan betapa

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 19


pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam
batasan definisi berikut:
1. Kemampuan kognitif seorangdokter dalam mengerti kebutuhan pasien
2. Kemampuan afektifitas/sensifitas dokter terhadap perasaan pasien.
3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan
empatinya kepada pasien.
Berikut ini adalah contoh aplikasi empati yang dikembangkan oleh Bylund &
Makoul 2002. Tingkat atau level empati dalam komunikasi dibedakan dalam suatu
sistem. Ada 6 level pada pengkodean ini, yaitu :
Level 0 : Dokter menolak sudut pandang pasien

a. Mengacuhkan pendapat pasien


b. Membuat pernyataan yang tidak menyetujui pendapat
pasien seperti “Kalau stress ya, mengapa datang ke sini?” Atau
“Ya, lebih baik operasi saja sekarang.”
Level 1 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara sambil lalu

“A ha”, tapi dokter mengerjakan hal lain: menulis, membalikkan


badan, menyiapkan alat, dan lain-lain.
Level 2 : Dokter mengenali sudut pandang pasien secara implisit

a. Pasien, “Pusing saya ini membuat saya sulit bekerja”


b. Dokter, “Ya...? Bagaimana bisnis Anda akhir-akhir ini?
Level 3 : Dokter menghargai pendapat pasien

“Anda bilang Anda sangat stres datang ke sini? Apa Anda mau
menceritakan lebih jauh apa yang membuat Anda stres?”
Level 4 : Dokter mengkonfirmasi kepada pasien

“Anda sepertinya sangat sibuk, saya mengerti seberapa besar


usaha Anda untuk menyempatkan berolah raga”
Level 5 : Dokter berbagi perasaan dan pengalaman (sharing feelings
andexperience)dengan pasien.

“Ya, saya mengerti hal ini dapat mengkhawatirkan Anda


berdua. Beberapa pasien pernah mengalami aborsi spontan,

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 20


kemudian setelah kehamilan berikutnya mereka sangat, sangat,
khawatir”
Empati pada level 3 sampai 5 merupakan pengenalan dokter terhadap
sudut pandang pasien tentang penyakitnya, secara eksplisit.
Ketrampilan empati bukan hanya sekedar basa-basi atau bermanis mulut kepada
pasien, melainkan :
1. Mendengarkan aktif.
2. Responsif pada kebutuhan pasien.
3. Responsif pada kepentingan pasien.
4. Usaha memberikan pertolongan kepada pasien.

e. Sikap Profesional Dokter


Sikap profesional dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan
tugasnya, yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan peran
dan fungsinya, mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian
tugas profesi dengan tugas-tugas pribadinya yang lain dan mampu menghadapi
berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan
lain di dalam proses komunikasi dokter pasien, sikap profeisonal ini penting untuk
menjalin sambung rasa, sehingga pasien merasa nyaman, aman dan dapat percaya
kepada dokter yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara
efektif (Silverman, 1998).
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua tahapan yang penting, yaitu:
1. Tahap pengumpulan informasi.
Dimulai dengan tahap penggalian informasi yang terdiri dari mampu
mengenali alasan dari kedatangan pasien dan penggalian riwayat penyakit
yang pernah diderita oleh pasien.
2. Tahap penyampaian informasi
Setelah tahap pengumpulan informasi dilakukan dengan akurat, maka dokter
masuk ke tahap penyampaian informasi. Tanpa informasi yang akurat di tahap
pengumpulan informasi, maka dokter dapat terjebak ke dalam kecurigaan yagn
tidak beralasan.
Secara ringkas ada 6 hal penting yang harus diperhatikan agar efektif dalam
berkomunikasi dengan pasien, yaitu:

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 21


1. Materi informasi apa yang disampaikan
a. Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak
nyaman/sakit saat pemeriksaan).
b. Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.
c. Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan
diagnosis (manfaat, resiko, efek samping/komplikasi).
d. Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk
menegakkan diagnosis.
e. Diagnosis, jenis atau type.
f. Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan
masing-masing cara)
g. Prognosis
h. Dukungan (support) yang tersedia.
2. Siapa yang diberi informasi
a. Pasien, kalau pasiennya menghendaki dan kondisinya memungkinkan.
b. Keluarga atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.
c. Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali dan bertanggung jawab
atas pasien jika kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi
sendiri secara langsung.
3. Berapa banyak atau sejauh mana
a. Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu
dengan memperhatikan kesiapan mental pasien.
b. Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak
yang dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.
4. Kapan menyampaikan informasi
Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan
5. Dimana menyampaikannya

a. Di ruang praktik dokter


b. Di bangsal, ruangan tempat pasien di rawat
c. Di ruang diskusi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 22


d. Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan
dokter.
Agar tujuan komunikasi tercapai, seorang dokter harus menjadi pendengar
yang aktif. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1. Perhatikan sikap non verbal pasien
a. Bila terlihat lemas, dokter memberi kesempatan untuk berbaring, duduk
ataupun dapat membantunya selama proses konsultasi.
b. Bila terlihat amat memperhatikan penjelasan dokter, maka dokter dapat
meneruskan penjelasannya, dengan melakukan periksa silang (crosscheck),
apakah pasien merasa sudah jelas atau belum.
c. Bila pasien terlihat tergesa-gesa, dokter dapat menawarkan segala sesuatu
yang membuat proses konsultasi berlangsung cepat dengan cara
bernegosiasi dengan pasien. Bila perlu pasien dapat datang lagi di
kesempatan berikutnya.
d. Bila pasien terlihat ingin bertanya tapi ragu-ragu, maka dokter hendaknya
memberi kesempatan pasien untuk berbicara.
2. Mulai dengan pertanyaan terbuka
Misalnya : “Bagaimana dengan keadaan Bapak/Ibu hari ini? “
“Apa yang Bapak/Ibu ingin sampaikan atau diskusikan hari
ini?”

3. Dengarkan keluhan pertama kali yang disampaikan pasien atau keluhan medis.
Misalnya : “Sekarang susah ya, mencari pekerjaan …”
“Harga – harga semakin mahal saja ya”
4. Fasilitas keluhan pasien dengan :
a. Mendengarkan aktif jawaban pasien, tanpa interupsi.
b. Menanggapi dengan ucapan atau menganggukkan kepala
c. Merespon atau memberikan umpan balik maupun klasifikasi dengan
pertanyaan atau jawaban pada waktu yang tepat.
5. Tanyakan bila ada keraguan
6. Konfirmasi maupun negosiasi agenda hari ini dengan mengikutsertakan
pendapat atau putusan pasien

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 23


f. Komunikasi Antar Pemberi Layanan
Dalam memberikan pelayanan di RSI Nashrul Ummah Lamongan, antar pemberi
layanan melakukan komunikasi dengan teknik SBAR. SBAR merupakan suatu teknik
komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan identifikasi terhadap pasien sehingga
mampu meningkatkan kemampuan komunikasi antara perawat dengan dokter. Dengan
komunikasi SBAR ini maka perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien
lebih informatif dan terstruktur. SBAR merupakan komunikasi standar yang ingin
menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa yang diharapkan oleh perawat dari dokter
yang dihubungi dan kapan dokter harus mengambil tindakan.
Empat unsur SBAR, antara lain:
1. Situation
Menjelaskan kondisi terkini dan keluhan yang terjadi pada pasien. Misalnya:
penurunan tekanan darah, gangguan irama jantung, sesak nafas, dll.
2. Background
Menggali informasi mengenai latar belakang klinis yang menyebabkan
timbulnya keluhan klinis. Misalnya : riwayat alergi obat-obatan, hasil
pemeriksaan laboratorium yang sudah diberikan, hasil pemeriksaan
penunjang, dll.
3. Assessment
Penilaian/pemeriksaan terhadap kondisi pasien terkini sehingga perlu
diantisipasi agar kondisi pasien tidak memburuk.
4. Recommendation
Merupakan usulan sebagai tindak lanjut, apa yang perlu dilakukan untuk
mengatasi masalah pasien saat ini. Misalnya : menghubungi dokter,
mengarahkan pasien untuk melakukan pemeriksaan penunjang, dll.

g. Komunikasi Asuhan dan Edukasi


1. Tujuan
Komunikasi di rumah sakit memiliki dua tujuan, yaitu :
a. Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 24


b. Komunikasi yang ebrtujuan untuk memberikan edukasi kepada pasien dan
keluarga.
2. Komunikasi informasi asuhan
Komunikasi yang bertujuan untuk memberikan informasi asuhan ini biasa
dilakukan oleh petugas customer service, registrasi dan admission yang
meliputi:
a. Jam pelayanan
b. Pelayanan yang tersedia
c. Cara mendapatkan pelayanan
d. Sumber alternatif mengenai asuhan dan pelayanan yang diberikan ketika
kebutuhan pasien melebihi kemampuan rumah sakit.
3. Komunikasi edukasi pasien dan keluarga pasien
Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien
dan keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami
pentingnya mengikuti proses pengobatan yang telah ditetapkan.
a. Tahap asessment pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai kebutuhan
edukasi pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen
kebutuhan edukasi. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain:
1) Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2) Kemampuan membaca, tingkat pendidikan danbahasa yang digunakan
3) Hambatan emosional dan motivasi
4) Keterbatasan fisik dan kognitif
5) Ketersediaan pasien untuk menerima informasi
b. Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung pada
hasil asesmen pasien, yaitu:
1) Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka
proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan edukasinya.
2) Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara)
maka proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan
menggunakan media cetak seperti brosur yang diberikan kepada pasien
dan keluarganya dan menjelaskan kepada mereka.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 25


3) Jika pasien memiliki hambatan emosional (pasien marah atau depresi)
maka proses komunikasi edukasinya juga dapat disampaikan dengan
menggunakan media cetak seperti brosur dan menyarankan pasien
untuk membacanya. Apabila pasien tidak mengerti materi edukasi,
pasien bisa menghubungi medical information.
c. Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan.
1) Apabila pada saat pemberian edukasi, pasien dalam kondisi baik dan
senang maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan
kembali edukasi yang telah diberikan.
2) Untuk pasien yang mengalami hambatan fisik maka verifikasi dapat
dilakukan dengan cara menanyakan kepada keluarganya dengan
pertanyaan yang sama, yaitu “Apakah Bapak/Ibu memahami materi
edukasi yang kami berikan?”
3) Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional (marah atau
depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan
kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang
materi edukasi yang diberikan melalui brosur. Proses pertanyaan ini
bisa melalui telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah
pasien tenang.
Dengan diberikan informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi
yang disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila
pasien mengikuti semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat
proses penyembuhan pasien.

G. Panduan Pelayanan Informasi Gizi


Pelayanan gizi di RSI Nashrul Ummah Lamongan merupakan suatu
penyelenggaraan makanan kepada pasienRSI Nashrul Ummah Lamongan yang diawali
dari perencanaan menu sampai pendistribusian makanan kepada pasien dalam rangka
pencapaian status gizi yang optimal melalui pemberian diet yang tepat. Dalam
keterlibatannya di panitia PKRS, instalasi gizi bertujuan untuk menyampaikan informasi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 26


mengenai diet yang sesuai dengan kondisi penyakit pasien serta mengkomunikasikan
informasi pemilihan menu maupun gizi yang diindikasikan oleh dokter atau ahli gizi.
Instalasi gizi jugabertanggung jawab untuk melakukan asessment nutrisi pasien dan
melaksanakan konsultasi gizi kepada pasien/klien rumah sakit.
Pelayanan informasi gizi yang tersedia bagi pasien terdiri dari sebagai berikut :
1. Panduan asesment nutrisi pasien
2. Memberikan informasi gizi kepada pasien rawat inap bahwa penyajian makanan
adalah makanan nabati.
3. Menawarkan menu makanan ke pasien rawat inap bahwa ada menu pengganti apabila
pasien tidak menyukai menu harian.
4. Memberikan konsultasi gizi kepada pasien rawat inap dan pasien rawat jalan
5. Memberikan pelayanan tata cara berkonsultasi gizi kepada pasien
6. Formulir pemberian makanan harian
7. Materi edukasi diet:
a. Diet cair/SONDE
b. Diet lambung
c. Diet rendah kalori
d. Diet jantung
e. Diet nefropati diabetes
f. Perencanaan makan untuk ibu hamil dengan diabetes
g. Diet dislipidemia
h. Diet rendah protein
i. Diet diabetes melitus
j. Hidup sehat dengan nabati
k. Perencanaan makanan bagi penyandang diabetes yang berpuasa di bulan
ramadhan
l. Diet rendah purin
m. Diet hati
n. Diet rendah garam
o. Pemantauan asuhan gizi
1. Assessment Gizi
a. Definisi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 27


Proses pengumpulan data, verifikasi dan interpretasi data secara sistematis dalam
rangka membuat keputusan mengenai penyebab masalah gizi.
b. Komponen
i. Riwayat gizi/makanan
a. Asupan makanan
Yaitu komposisi dan kecukupan gizi, pola makan dan snack, kebiasaan
makan di rumah, pantangan/alergi makanan, diet yang pernah dilakukan
b. Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan
c. Yaitu pengetahuan dan kepercayaan terhadap makanan, konsultasi dan
pendidikan gizi yang pernah di dapat.
d. Aktifitas fisik dan exercise
Yaitu status fungsional, pola aktifitas, jumlah waktu santai, intensif,
frekuensi dan lamanya.
e. Ketersediaan makanan
Yaitu perencanaan makan, pembelian, kemampuan dan keterbatasan
menyiapkan makanan, keamanan makanan.
ii. Data biokimia, pemeriksaan dan tindakan medik
a. Data laboratorium
Yaitu elektrolit, albumin, glukosa darah, Hb, dll.
b. Pemeriksaan medik
iii. Ukuran antropometri
a. Tinggi badan
b. Berat badan
c. Indeks masa tubuh
d. Perubahan berat badan
e. Pertumbuhan
f. Lingkar lengan atas
g. Massa otot
h. Lingkar perut/pinggang
i. Tebal lemak/skinfold thickness
iv. Hasil pemeriksaan fisik
a. Kesehatan mulut : gigi, lidah, gusi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 28


b. Penampilan fisik secara umum
c. Otot dan lemak subkutan
d. Mata
e. Kulit
f. Kemampuan mengunyah dan menelan
g. Kebiasaan buang air
v. Riwayat pasien
a. Riwayat sosial
Status ekonomi, budaya, kepercayaan, situasi rumah
b. Riwayat individu
Umur, pekerjaan, tingkat pendidikan, kedudukan dalam keluarga
c. Riwayat kesehatan
Penyakit yang saat ini dan dulu, riwayat operasi, penyakit keluarga
d. Riwayat pemakaian obat dan suplemen apakah obat sesuai dengan resep
dokter/suplemen diet/herbal
2. Diagnosa Gizi
a. Tujuan
Identifikasi masalah gizi yang dapat diatasi atau diperbaiki melalui intervensi gizi
oleh seorang dietetis.
b. Komponen
1) Problem/masalah
Yaitu perubahan meningkat/menurun, kekurangan/kelebihan, tidak seimbang,
tidak tepat, gangguan dan kesulitan
2) Etiology
Yaitu penyebab atau factor yang berhubungan dengan penyakit
3) Signs/Tanda dan gejala
Tanda atau gejala mengenai apa yang dirasakan oleh pasien.
3. Intervensi Gizi
a. Tujuan
Mengatasi atau memperbaiki masalah gizi dengan merencanakan dan
mengimplementasikan intervensi gizi yang sesuai dengan kebutuhan dan
keinginan pasien.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 29


b. Strategi
1) Food and nutritient delivery
Menyediakan atau merekomendasikan makanan/gizi sesuai ketentuan,
termasuk makanan, snack, makanan cair dan parental maupun suplemen
2) Edukasi gizi
Proses formal atau mengajari dan melatih pasien mengenai
mengelola/memodifikasi makanan atau kebiasaan makan sehari-hari
3) Konsultasi gizi
Proses dukungan pada pasien untuk menetapkan prioritas, membuat tujuan,
rencana kegiatan yang disetujui serta hendaknya kegiatan tersebut bisa
dilaksanakan.
4) Koordinasi pelayanan gizi
Merujuk atau mengkonsultasikan denga institusi pemberi layanan kesehatan
lainnya yang dapat mengatasi masalah gizi.
4. Monitoring dan Evaluasi Gizi (MONEV)
Tujuan
Mengetahui seberapa jauh kemajuan perkembangan pada penyakit yang diderita, yaitu
dilihat dari :
a. Kebiasaan dan kemampuan dari lingkungan yang berpengaruh asupan gizi
b. Asupan makanan dari semua sumber
c. Tanda dan gejala fisik dari hasil pengukuran antropometri, laboratorium dan fisik
d. Persepsi pasien mengenai intervensi gizi jelas atau tidaknya serta apakah dapat
dijalankan sesuai anjuran.

H. Panduan Pelayanan Informasi Kebidanan


Dalam panitia PKRS, peranan kebidanan sangatlah penting untuk meningkatkan
standar mutu pelayanan ibu dan anak di RSI Nashrul Ummah Lamongan melalui promosi
kesehatan yang mencakup :
1. Masalah pada bayi dan solusinya
2. Inisiasi menyusui dini
3. Tatacara pemberian ASI yang benar
4. Informasi rawat gabung/rooming in

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 30


5. Perawatan metode kangguru
6. Edukasi pasien sebelum pulang
7. Materi penyuluhan imunisasi
Jadwal pemberian informasi kepada pasien dilaksanakan paling lambat 1 x 24 jam atau
mengikuti pedoman pelayanan kebidanan.

I. Panduan Pelayanan Unit Fisioterapi


Unit fisioterapi adalah unit pelayanan medis yang bertujuan pelayanan rehabilitasi
medis yang komprehensif, berkualitas dan terjangkau (dengan cara mencegah,
mengurangikelainan, ketidakmampuan danketurunan) oleh masyarakat luar sesuai dengan
standar di RSI Nashrul Ummah Lamongan
Adapun beberapa informasi yang diberikan bagi pasien yang mendapatkan
pelayanan fisioterapi :
a. Informasi saat dilakukan assessment/pemeriksaan
Adalah informasi yang diberikan kepada pasien saat awal pasien datang konsultasi
sebelum dilakukan tindakan atau treatment, dengan tujuan agar pasien mengerti dan
memahami kondisi penyakit, diagnosa maupun prognosa dari penyakitnya serta
tindakan apa yang diberikan untuk mengatasi keluhannya.
b. Informasi saat diberikan tindakan fisioterapi
Adalah informasi yang diberikan oleh fisioterapis mengenai prosedur pelaksanaan
tindakan fisioterapi terhadap kondisi masing-masing pasien yang meliputi : tujuan
diberikannya treatment, persiapan sebelum treatmen, selama intervensi/treatment
dilaksanakan, maupun setelah treatment selesai dilaksanakan.
c. Informasi pencegahan terjadinya cidera/keluhan berulang
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan teknik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yang dilakukan.
d. Informasi berupa program di rumah/diluar waktu terapi di rumah sakit/klinik
Informasi ini berupa teknik-teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilakukan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat perbaikan
kondisi mereka. Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan
mereka melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 31


Keterangan :
1. Informasi saat assessment/pemeriksaan
Adalah penyampaian informasi yang diperoleh terkait dengan proses pengumpulan
data dari pasien yang bersangkutan dengan tujuan agar pelaksanaan asuhan fisioterapi
dapat diberikan secara tepat, efektif dan efisien dengan hasil yang optimal.
a. Anamnesa pasien secara umum
Yang meliputi : nama, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan dan hobi, alamat,
agama dan pendidikan terakhir.
b. Anamnesa khusus
Yaitu informasi berupa keluhan utama, lokasi keluhan, sifat keluhan dan berapa
lama keluhan tersebut telah berlangsung.
c. Inspeksi
Pemeriksaan dengan cara melihat kondisi pasien secara keseluruhan
d. Quick test/tes cepat
Pemeriksaan terhadap kondisi pasien secara cepat yang mengarah langsung ke
keluhan pasien
e. Tes gerak pasif, aktif fan isometric
Test yang dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai ada tidaknya
gangguan gerak pada suatu kondisi
f. Tes spesifik
Adalah tes yang dilakukan secara khusu terkait langsung dengan kondisi pasien
untuk lebih menegakkan diagnosa penyakit secara tepat.

g. Pemeriksaan lain
Pemeriksaan yang dapat menunjang suatu diagnosa, yang dapat berupa
pemeriksaan laboratorium, radiologi ataupun pemeriksaan terkait lainnya.
h. List of problem
Adalah informasi yang terkumpul yang berupa beberapa rincian permasalahan
yang ditemukan sehubungan dengan hasil pemeriksaan tersebut diatas
i. Diagnosa fisioterapi dan prognosa
i. Merupakan informasi mengenai problematik pasien yang disimpulkan dari
hasil pemeriksaan

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 32


ii. Gambaran kondisi pasien setelah diberikan tindakan terkait dengan patologi
dan diagnosa penyakit.
j. Rencana tindakan/intervensi
1) Penjelasan tentang rencana tindakan dan hasil yang diharapkan terkait dengan
diagnosa penyakit
2) Persetujuan pasien terhadap target, tujuan dan prosedur tindakan/intervensi
k. Intervensi/tindakan
Penerapan tindakan fisioterapi yang telah ditentukan sesuai dengan perencanaan.
l. Evaluasi
1) Informasi kepada pasien mengenai hasil dari tindakan/intervensi fisioterapi
baik sebelum, selama dan setelah tindakan
2) Menginformasikan rencana tindakan/intervensi secara bertahap dan tindakan
lebih lanjut
2. Informasi pencegahan cidera/keluhan berulang
Yakni beberapa informasi yang diberikan dalam hal upaya dan tenik pencegahan
terhadap cedera atau keluhan berulang yang kemungkinan setiap saat dapat muncul
seiring dengan aktifitas yang dilakukan seperti informasi mengenai :
a. Teknik mengangkat dengan benar
b. Koreksi posture yangbenar
c. Teknik duduk, tidur tepat
d. Teknik penanganan cidera awal dengan metode RICE
e. Teknik penggunaan dan manfaat alat bantu seperti splint, support untuk ektremitas
atas dan bawah, TLSO, alat bantu jalan, dll.
Keterangan :
a. Teknik pencegahan cidera dengan metode RICE
Rest  bagian tubuh yang cidera diistirahatkan
Ice  pemberian es pada daerah cidera
Compress  pemberian tekanan dengan elastik perban di area cidera yang
bengkak
Elevate  meninggikan daerah tubuh yang cidera
Aplikasi : kasus-kasus cidera akut  3 x 24 jam
Gambar Metode RICE

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 33


b. Koreksi posture yang benar
Posture adalah posisi di mana kita menahan tubuh agar tetap tegak melawan
grafitasi sambil berdiri, duduk atau pun berbaring.
Koreksi posture bertujuan untuk :
1. Menjaga tulang dan sendi pada ‘alignment’ yang benar sehingga otot
berfungsi dengan baik
2. Membantu mengurangi kesalahan pemakaian pada permukaan sendi yang
mengakibatkan arthritis.
3. Mencegah sakit punggung dan nyeri otot
4. Memberikan kontribusi untuk penampilan yang baik
5. Mencegah kelelahan otot, sehingga otot yang digunakan lebih efisien dan
tubuh dapat menghemat energi

Gambar Good Posture

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 34


c. Teknik Lifting (mengangkat)
Teknik yang benar :
1. Hindari mengangkat beban > 30 kg
2. Sebelum mengangkat, pastikan kedua kaki cukup kuat untuk menyanggah
tubuh
3. Saat mengangkat beban pada posisi lebih rendah dari pinggang  pertahankan
tulang belakang tetap lurus, dengan kaki menapak kuat di lantai, tekuk kedua
lutut dan pinggul
4. Jika mengangkat objek dari meja, dekatkan objek sedekat mungkin dengan
tubuh, tekuk kedua lutut dan gunakan tumpuan kaki untuk mengangkat &
kemudian berdiri.
5. Untuk menurunkan benda, posisikan kaki, tulang belakang seperti awal saat
mengangkat

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 35


d. Teknik duduk & tidur yang benar
Posisi duduk yang benar :
1. Duduk dengan punggung dan bahu lurus serta rilex, pinggul menyentuh
bagian belakang kursi
2. Untuk mempertahankan kelurusan tulang belakang, dapat digunakan support
pada area kelengkungan
3. Distribusikan berat badan secara merata pada kedua pinggul
4. Tekuk lutut, jaga agar lutut dengan atau sedikit lebih tinggi dari pinggul
5. Posisi kaki tidak menyilang, dan jaga kaki tetap rata di lantai
6. Hindari posisi yang sama selama > 30 menit
7. Di tempat kerja sesuaikan tinggi kursi dan meja sehingga posisi dekat dengan
pekerjaan. Istirahatkan siku dan lengan pada lengan kursi atau diatas meda,
bahu rileks.
8. Ketika berdisi dari posisi duduk, geser tubuh ke bagian depan kursi kemudian
berdiri dengan tumpuan kedua kaki dan luruskan.
9. Posisikan kursi dekat dengan setir, upayakan lutut dapat menekuk dan kaki
menyentuh pedal.
e. Posisi tidur dan berbaring yang benar
1. Posisi bantal berada di bawah kepala dan pastikan ketebalan bantal
memungkinkan kepala pada posisi normal
2. Cobalah untuk tidur dalam posisi yang tetap mempertahankan kelengkungan
tulang belakang (seperti tidur terlentang : letakkan bantal di bawah lutut atau
bantalan tipis pada pinggang atau lutut sedikit menekuk pada posisi tidur
miring).
3. Pilih jenis kasur yang nyaman, jika diperlukan letakkan papan di bawah kasur
4. Gunakan penyangga (lumbar support) pada malam hari untuk kenyamanan
tidur
5. Tirah baring lama  changes position  setiap 2 jam
6. Ketika berdiri dari posisi berbaring, putar ke satu sisi, tekuk kedua lutut dan
ayunkan kaki disisi tempat tidur lain, lalu duduk dengan mendorong tubuh
dengan bantuan tangan
7. Hindari bangun dengan posisi pinggang membungkuk ke depan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 36


f. Teknik dan manfaat penggunaan alat bantu (support)
Teknik ini di sesuaikan dengan problematika klien/pasien, misalnya:
a. Back pain e.c HNP lumbal lumbosacral support
b. Fraktur os tibia post operasi crutch
3. Informasi program di rumah/ di luar rumah sakit
Informasi ini berupa teknik latihan ataupun treatment sederhana dan mudah
dilaksanakan oleh pasien guna membantu meningkatkan ataupun mempercepat
perbaikan kondisi mereka.
Informasi ini diberikan sedemikian rupa sehingga memudahkan mereka
melakukannya kapanpun dan dimanapun mereka berada, seperti diantaranya :
a. Aplikasi terapi panas dan dingin dengan teknik kompres, perendaman
b. Breathing exercise
c. Latihan peregangan/stretching
d. Latihan gerak aktif dengan ataupun tanpa beban
e. Latihan jalan baik dengan alat bantu maupun tanpa alat bantu
f. Latihan lingkup gerak sendi, stabilisasi

J. Panduan Pelayanan Informasi Farmasi


Pelayanan farmasi rumah sakit adalah bagian yang tidak terpisahkan dari sistem
pelayanan kesehatan rumah sakit yang berorientasi kepada pelayanan pasien, penyediaan
obat yang bermutu, termasuk pelayanan farmasi klinik yang terjangkau bagi semua
lapisan masyarakat. Sub-unit tersebut bertujuan untuk menyelenggarakan kegiatan
pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan etik profesi serta
melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat.
Pelayanan informasi farmasi terdiri atas:

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 37


1. Pelayanan Informasi Obat (PIO) dan konseling tatacara minum obat bagi pasien
2. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat inap
3. Informasi pelayanan farmasi pasien rawat jalan

K. Panduan Pelayanan Informasi PPI


Pelayanan informasi unit PPI terdiri dari :
1. Informasi tata cara pembuangan sampah medis
2. Informasi tata cara pembuangan sampah non medis
3. Informasi pembuangan sampah medis benda tajam
4. Informasi mencuci tangan dengan air
5. Informasi mengenai kewaspadaan isolasi
6. Informasi etika meludah
7. Informasi etika batuk
8. Informasi mencuci tangan dengan hand rub

L. Panduan Pelayanan Rekam Medis Pasien


Pelayanan unit rekam medis dalam kepanitiaan PKRS bergerak sebagai penunjang
dalam bidang penyediaan data dan informasi tertulis yang berhubungan dengan pelayanan
dan pendidikan pasien yang termasuk dalam inisiatif peningkatan promosi kesehatan
pasien/klien pasien.
Data dan informasi yang diberikan oleh instalasi rekam medis termasuk
memfasilitasi pembuatan dan penyediaan formulir rumah sakit seperti formulir pemberian
edukasi, formulir edukasi kolaboratif, formulir persetujuan tindakan medis, penyusunan
rekam medis yang meliputi data pengetahuan dan ketrampilan yang menjadi kekuatan dan
kekurangan diidentifikasi dan digunakan untuk membuat perencanaan pendidikan.
Variable yang menentukan apakah pasien dan keluarga mau dan mampu untuk belajar di-
asses dengan menyertakan:
1. Keyakinan dan nilai-nilai pasien dan keluarga
2. Kemampuan membaca, tingkat pendidikan dan bahasa yang digunakan
3. Hambatan emosional dan motivasi
4. Keterbatasan fisik dan kognitif
5. Ketersediaan pasien untuk menerima informasi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 38


M. Panduan Pelayanan Marketing PKRS
Peranan marketing dalam PKRS adalah untuk melakukan kajian kebutuhan promosi
kesehatan untuk pengunjung rumah sakit dan masyarakat sekitar rumah sakit. Unit ini
bertugas untuk menyediakan instrumen kajian kebutuhan promosi kesehatan yang sesuai
untuk pengunjung dan masyarakat disekitar rumah sakit serta memiliki informasi yang
dibutuhkan untuk menunjang promosi kesehatan tersebut. Peranan lain yang tak kalah
penting adalah untuk membina suasana yang mendukung kegiatan promosi maupun
pemberdayaan dengan memanfaatkan ruangan dan halaman rumah sakit untuk
memasang/menayangkan berbagai media komunikasi, memanfaatkan individu, kelompok
di luar rumah sakit untuk bina suasana. Hal lainnya yang berhubungan dengan peran
marketing adalah untuk menjalin kerja sama dengan mitra terkait untuk
mengoptimalisasikan pelaksanaan kegiatan PKRS seperti mengidentifikasi mitra
potensial dalam rangka menggalang kemitraan berkaitan dengan pelaksanaan promosi
kesehatan mempunyai jejaring kemitraan diberbagai sektor, dunia usaha dan swasta
lainnya serta melaksanakan program kerjasama kemitraan dengan sektor lain, organisasi
kemasyarakatan, swasta dan dunia usaha lain.

N. Panduan Pelayanan Geriatri


Pelayanan geriatri dalam tim PKRS adalah pelayanan kesehatan usia lanjut dengan
pendekatan interdisiplin yang mencakup aspek medik promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitratif serta aspek sosial dan psikologik pada pasien usia lanjut
a. Pelayanan geriatri sederhana adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mepuynyai
kegiatan hanya berupa pelayanan poliklinik, Pelayanan tersebut diberikan oleh tim
geriatri yang minimal terdiri dari:
- Dokter umum yang telah mendpatakan pelatihan geriatri
- Perawat yang telah mendapatkan pelatihan geriatri
- Tim rehabilitasi medik, minimal fisioterapi
b. Pelayanan geriatri sedang adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mepunyai
kegiatan poliklinik, day hospital sesuai dengan kemampuan rumah sakit, pelayanan
tersebut diberikan oleh tim geriatri yang minimal terdiri dari :
- Dokter spesialis penyakit dalam yang telah mendapat pelatihan geriatri
- Tim rehabilitasi medik yang ada

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 39


c. Pelayanan geriatri lengkap adalah suatu bentuk pelayanan geriatri yang mepunyai
kegiatan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan pelatihan pelatihan.
Pelayanan tersebut diberikan oleh:
- Konsultan geriatri atau dokter spesialis rehabilitasi medik/ dokter umum
yang dilatih rehabilitasi medik, fisioterapis, ortotisprostesis, terapi wicara,
psikologi dan pekerja sosial
- Perawat yang telah mendapat pelatihan geriatri
- Nutrisionis
- Asisten farmasi
- Disyaratkan pula harus memiliki akses ke instalasi rehabilitasi medik yang
lengkap dirumah sakit yang sama
d. Pelayanan geriatri sangat lengkap adalah suatu bentuk pelayanna geriatri yang
memberiukan pelayanan poliklinik, day hospital, ruang geriatri akut dan kronis,
pendidikan serta penelitian dan pengembangan.
Tenaga tim geriatri paripurna sama dengan tim geriatri lengkap, akan tetapi ditambah
tenaga untuk penelitian, pengembangan dan konsultasi hukum
Seperti pada pelayanan geriatri lengkap, pada pelayanan geriatri paripurna disyaratkan
pula untuk mempunyai akses ke instalasi rehabilitasi medik yang lengkap

Yang diwajibkan melakukan penelitian adalah tingkat pelayanan sangat lengkap


saja, sedangkan tujuan penelitian adalah untuk pengembangan ilmu geriatri. Tingkat
pelayanan dibawahnya boleh dilaksanakan penelitian yang lebih sederhana.
1. Jenis pelayanan geriatri
a. Poliklinik geriatri
Tempat ini meberikan jasa pengaduan asesmen, tindakan kuratif sederhana dan
konsultasi bagi penderita rawat jalan, baik dari masyarakat, puskesmas,
maupun antar poliklinik. Tenaga minimal yang dibutuhkan adalah dokter
umum/ internis yang telah mendapat kursus geriatri atau dokter spesialis
geriatri/ geriatrism, seorang perawat, dan seorang petugas sosial medik
b. Bangsal geriatri akut
Bangsal geriatri merawat pasien usia lanjut yang menderita penyakit akut atau
semi akut, antara lain : stroke akut, pnemonia, asidosis, penyakit jantung
kongestif dan lain lain. Pasien lansia dilakukan asesment, tindakan kuratif dan
rehabilitasi oleh tim geriatri
Ketenagaan di bangsal ini tergantung dari jumlah tempat tidur dan
kompleksnya pelayanan yang diberikan minimal ada renaga geriatri atau

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 40


internis yang mendapat kursus geriatri, perawat, 1 (satu) TT minimal 1 (satu)
perawat, tenaga rehabilitasi (FT, OT, TW, PSM) bisa di tambah kan kedalam
tim tersebut psikolog, nutrision, tenaga farmasi, dan tenaga lain yang
membutuhkan
c. Rehabilitasi medik
Rehabilitasi medik adalah pelayanan terpadu dengan pendekatan medik,
psikososial, edukasional, dan vokasional untuk mencapai kemampuan
fungsional semaksimal mungkin
Penyakit pada usia lanjut mempunyai kecenderungan terjadi kecacatan,
sehingga oleh WHO selalu diharapkan penegakan diagnosis pasien usia lanjut
dalam aspek impairment, disabilitas dan handikap, sehingga rehabilitasi medik
merupakan aspek penting dalam Pelayanan lansia dan harus dilaksanakan
secepat mungkin sejak pasien masuk sampai pulang sesuai kebutuhannya.
Untuk memulai program program rehabilitasi medik pada lansia, tenaga
profesional harus mengetahui kondisi lansia saat itu juga, baik penyakit yang
menyertai maupun kemampuan fungsional yang mampu dilakukan. Banyak
instrumen untuk menilai kemampuan seorang lansia, salah satu di antaranya
adalah index katz yang cukup sederhana dan mudah ditetapkan untuk menilai
kemampuan fungsional AKS ( aktifitas kehidupan sehari hari ) dan juga untuk
meramaikan prognosis dari berbagai macam penyakit pada golongan lansia
Adapun aktivitas yang dinilai adalah :
1) Bathing
- Mandiri : memerlukan bantuan hanya pada satu bagian tubuh atau dapat
melakukan sendiri secara menyeluruh
- Tergantung : memerlukan bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh atau
tidak dapat mandiri sendiri
2) Dressing
- Mandiri : menaruh, mengambil, memakai dan menanggalkan pakaian
sendiri serta menalikan sepatu sendiri
- Tergantung : tidak dapat berpakaian sebagian
3) Toileting
- Mandiri : pergi ke toilet sendiri, duduk sendiri di kloset, memakai pakaian
dalam, membersihkan kotoran
- Tergantung : mendapat bantuan orang lain
4) Transfering
- Mandiri : berpindah dari dan ke tempat tidur, dari dan ke tempat duduk
( memakai / tidak memakai alat bantu )
- Tergantung : tidak dapat melakukan sendiri / dengan bantuan

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 41


5) Continence
- Mandiri : dapat mengontrol buang air besar dan air kecil
- Tergantung : tidak dapat mengontrol sebagai atau seluruhnya
6) Feeding
- Mandiri : mengambil makanan dari piring atau yang lainnya dan
memasukkan ke dalam mulut ( tidak termasuk kemampuan memotong
daging dan menyiapkan makanan seperti mengoleskan mentega pada roti )
- Tergantung : memerlukan bantuan untuk makan atau tidak dapat makan
sendiri secara parenteral
Dari kemampuan melaksanakan 6 ( enam) aktivitas dasar etrsebut di atas,
kemudian di klasifikasikan menjadi 7 (tujuh ) tahapan yang disebut sesuai
dengan aktivitas yang dikerjakan sendiri, atau disebut juga dengan indekx katz
yang secara beruntun adalah sebagai berikut:
1) Indekz katz A : mandiri untuk 6 (enam ) aktivitas
2) Indekz katz B : mandiri untuk 5 (lima ) aktivitas
3) Indekz katz C : mandiri kecuali bathing dan 1 (satu ) fungsi lain
4) Indekz katz D : mandiri kecuali bathing, dressing dan 1 (satu) fungsi lain
5) Indekz katz E : mandiri kecuali bathing, dressing, toileting dan 1 (satu)
fungsi lain
6) Indekz katz F : mandiri kecuali bathing, dressing, toileting, transfering dan
1 (satu) fungsi lain
7) Indekz katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 (enam ) aktivitas
d. Bangsal geriatri kronis
Bangsal ini diperlukan untuk merawat pasien usia lanjut dengan penyakit
kronis yang memerlukan rawat inap dalam jangka waktu lama dan
memerlukan biaya sangat tinggi mengingat turn over ratenya yang sangat
rendah ( sementara ini rumah skait menfasilitasi di bangsal internis)
e. Pendidikan dan riset
Hal ini merupakan suatu bagian inplisit dari suatu pemberian pelayanan
geriatri, antara lain : dilaksanakan untuk pendidikan tenaga paramedis, medis,
terapis rehabilitasi, dan berbagai riset yang diperlukan untukmmeningkatkan
pelayanan dan pengembangan ilmu geriatri
2. Assesment geriatri
Assesment geriatri adalah suatu proses pendekatan multidisiplin untuk menilai
aspek medik, fungsional, psikososial dan ekonomi penderita usia lanjut dalam
rangka menyusun program pengobatan dan pemeliharaan kesehatan yang rasional.
Assesment ini bersifat tidak sekedar multi disiplin tetpai juga interndisiplin
dengan koordinasi serasi antar disiplin dan lintas pelayanan kesehatan
3. Yang perlu mendapatkan pelayanan geriatri

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 42


- Menderita lebih dari satu penyakit kronis atau degeneratif dengan atau tanpa
di sertai penyakit akut
- Menghadapi kesulitan untuk berjalan (instability) mengalami jatuh ( falls)
atau immobilisasi ( badridden)
- Menghadapi masalah untuk merawat diri sendiri (self care) seperti kesulilitan
makan dan berpakaian
- Mengalami penurunan daya ingat (memory) dini atau gangguan tingkah laku
( behavior) dini
- Masalah kesehatan lain seperti osteoporosis, penyakit parkinson, artritis,
gangguan berkemih (inkontensia urine) atau gangguan buang air besar
4. Prinsip pelayanan geriatri adalah sebagai berikut:
- Pendekatan menyeluruh (biopsikososialspiritual)
- Orientasi terhadap kebutuhan klien
- Diagnosa secara terpadu
- Team work (koordinasi)
- Melibatkan keluarga dalam pelaksanaannya
5. Kriteria pelayanan lansia
- Komperehensif : adanya dukungan finansial yang adekuat, perawatan sehari
hari, pelayanan kesehetana yang memadai, pendidikan kesehatan, perawatan
keluarga, kebutuhan rekreasi dan aktivitas fisik dan pelayanan transpotras
- Adanya kerjasama terkoordinasi lintas program sektoral
- Mudah dijangkau
- Memperhatikan kualitas pelayanan
6. Tata laksana asesment lansia
Asesment lansia adalah suatu rangkaian kegiatan proses keperawatan yang :
- Di tujukan kepada usia lanjut
- Meliputi kegiatan pengkajian, dengan memperhatika kebutuhan fisik,
psikologis, sosial dan spiritual
- Menganalisa masalah dan merumuskan diagnosis keperawatan
- Membuat perencanaan
- Melaksanakan implementasi dan melakukan evaluasi
7. Tujuan asesment usia lanjut
a. Menegakkan
- Diagnosa kelainan fisik / psikis yang bersifat fisiologik
- Diagnosa kelainan fisik / psikis yang bersifat patologik
- Dan melakukan terapi atas kelainan tersebut
b. Menegakkan adanya gangguan organ / sistem (impairment), ketidakmampuan
(disabilitas) dan ketidakmampuan sosial (handicap) untuk dpaat melakukan
terapi dan atau rehabilitasi
c. Untuk menegtahui sumber daya sosial ekonomi dan lingkungan yang dapat
digunakan untuk pentalaksanaan penderita tersebut
8. Proses asesment usia lanjut

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 43


a. Pengkajian
Nama :…………………………………………………………
Alamat :…………………………………………………………
Jenis kelamin :………………………………………………………….
Umur :…………………………………………………………
Status : (1) menikah (2) tidak menikah (3) janda (4) duda
Agama : (1) islam (2)protestan (3) hindu (4) katolik (5) budha
Suku : (1) jawa (2) madura (3) lain lain, sebutkan .....
Tingkat pendidikan : (1) tidak tamat SD (2) tamat SD (3) SMP (4) SMA (5)
PT (6) buta huruf
Sumber pendapatan : (1) PNS (2) wiraswasta (3) Swasta (4) lain lain...
Keluarga yang dapat di hubungi:

Jumlah Anak Pekerjaan Tempat Tinggal

Kondisi lingkungan rumah :


- Lantai licin atau tidak
- Penerangan cukup atau tidak
- Jarak kamar mandi dengan kamar pasien
Riwayat pekerjaan :.................................................
b. Riwayat kesehatan
A. GERIATRIC GIANT
Penampilan suatu penyakit pada usia lanjut sering berbeda dengan usia muda. Harus
dapat dibedakan, apakah kelainan yang terjadi berkenan dengan bertambahnya usia
atau memang ada suatu proses patologi sebagai penyebabnya. Beberapa problema
klinik dari penyakit pada lansia yang sering dijumpai disebut “GERIATRIC
GIANTS” yang terdiri dari :
1. Sindroma serebral
Dengan adanya kelainan anatomis pembuluh darah arteri pada usia lanjut dapat
dimengerti bahwa sirkulasi otak pada orang tua sangat rentan terhadap perubahan
perubahan, baik perubahan posisi tubuh maupun terhadap faktor lain, misalnya
yang berkaitan dengan tekanan darah seperti fungsi jantung, bahkan fungsi otak
yang berkaitan dengan pengaturan tekanan darah (sistem otonom)

2. Konfusion dan dementia

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 44


Konfusion akut adalah suatu akibat gangguan menyeluruh fungsi kognitif yang
ditandai oleh meburuknya secara mendadak derajat kesadaran dan kewaspadaan
dan tergantungnya proses berfikir yang berakibat terjadinya disorentasi
Gambaran klasik penderita konfusion yaitu:
a. Derajat kesadaran menurun, misalnya sulit untuk tetpa bangun saat diperiksa
b. Gangguan persepsi, antara lain ilusi, delusi, halusinasi, dan mis interpretasi
c. Terganggunya siklus bangun tidur dengan terjadinya insomnia,. Tetapi siang
hari tertidur
d. Aktivitas psikomotor meningkat atau menurun
e. Disorientasi waktu, tempat dan orang
f. Gangguan memory
Dimensia adalah suatu sindroma klinik yang meliputi hilangnya fungsi intelektual
dan ingatan/ memory sedemikian berat sehingga menyebabkan disfungsi hidup
sehari hari
Secara garis besar, dimensia pada usia lanjut dapat di kategorikan dalam 4 (empat)
golongan , yaitu:
a. Demensia degeneratif primer 50 – 60 %
b. Demensia multi infark 10 – 20 %
c. Demensia yang reversible atau sebagian reversibel 20 – 30 %
d. Gangguan lain ( terutama neurologik ) 5 – 10 %
3. Gangguan otonom
Beberapa hal yang dikatakan sebagai penyebab seringnya gangguan syaraf
otonom pada usia lanjut adalah:
- Dengan meningkatnya usia, terdapat beberapa perubahan pada neurotransmisi
pada ganglion otonom, berupa perubahan asetil kolin terutama disebabkan
oleh penurunan enzim utama yaitu kolin asetilase. Hal ini cenderung
menurunkan fungsi otonom
4. Inkontinensia
Inkontinensia urine merupakan salah satu keluhan utama pada penderita lansia.
Inkontinensia adalah pengeluaran urine (atau feses) tanpa disadari, dalam jumlah
dan frekwensi yang cukup sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan
atau sosial
Inkontinensia dapat disebabkan oleh “DRIP”
D – delirium
R – retriksi mobilitas, retensi
I – infeksi, inflamasi, impaks feses
P – pharmasi (obat obatan )poliuri
5. Jatuh (the true geriatic giants)

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 45


Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang
melihat kejadian seseorang mendadak terbaring / terduduk di lantai / tempat yang
lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka
Faktor faktor yang mepengaruhi jatuh pada lansia :
a. Faktor intrinsik
- Kondisi fisik dan neuropsikiatrik
- Penurunan visus dan pendengaran
- Perubahan neuro muskuler, gaya berjalan dan reflek postural karena proses
menua
b. Faktor ekstrinsik
- Obat obatan yang di minum
- Alat alat bantu berjalan
- Lingkungan yang tidak mendukung ( berbahaya )
Penyebab penyebab jatuh pada lansia:
a. Kecelakaan: merupakan penyebab jatuh yang utama
b. Nyeri kepala dan atau vertigo
c. Hipotensi orthostatic
d. Obat obatan
e. Proses penyakit yang spesifik
f. Idiopatik
g. Sinkope
Faktor faktor lingkungan yang sering di hubungkan dengan kecelakaan pada
lansia:
a. Alat alat atau perlengakpan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil atau
tergeletak dibawah
b. Tempat tidur / WC yang rendah / jongkok
c. Tempat berpegangan yang tidak kuat atau tidak mudah dipegang
- Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
- Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk
pinggirnya, dan benda benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
- Lantai yang licin atau basah
- Penerangan yang tidak baik ( kurang / menyilaukan )
- Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat maupun cara penggunaanya
Faktor faktor situasional yang mungkin mempresipitasi jatuh antara lain :
a. Aktivitas
- Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa
seperti berjalan, naik atau turun tangga, dan mengganti posisi

b. Lingkungan
- Sekitar 70 % lansia jatuh di rumah, 10 % terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibandingkan saat naik
tangga

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 46


c. Penyakit akut
Pencegahan jatuh :
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan ini, antara lain:
a. Identifikasi faktor resiko
Perlu dilakukan asesment keadaan sensorik, neurologik, muskuluskeletal dan
penyakin sistemik yang sering mendasari / emnyebabkan jatuh, juga keadaan
lingkungan, obat obatan dan alat bantu jalan
b. Penilaian keseimabnagan gaya berjalan
Setiap lansia harus dievaluasi keseimbangan badannya dalam melakukan
gerakan pindah tempat, pindah posisi, juga gaya berjalan dan kekuatan otot
ekstremitas bawah lansia
c. Mengatur mengatasi faktor situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut dapat dicegah dengan
pemeriksaan rutin kesehatan lansia, bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
perbaikan lingkungan. Aktivitas fisik dapat dibatasi sesuai kondisi kesehatan
lansia
6. Kelainan pada tulang belakang
Penyakit tulang dan patah tulang merupakan salah satu dari sindroma geriatrik.
Dengan bertambahnya usia terdapat peningkatan hilang tulang secara linear.
Hilang tulang ini lebih nyata pada wanita dibanding pria
7. Dekubitus
Dekubitus adalah kerusakan / kematian kulit sampai jaringan dibawah kulit,
bahkan menembus otot sampai mengenai tulang akiban adanya penekanan pada
suatu area secara terus menerus, sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi
darah setempat
Area yang biasa terjadi dekubitus adalah tempat diatas tonjolan tulang dan tidak
dilindungi cukup dengan lemak subkutan, misalnya : daerah sakrum, daerah
trokonter mayor dan spina ischiadica superior anterior, daerah tumit dan siku.
karekteristik penampilan klinis dari dekubitus dapat di bagi sebagai berikut:
- Derajat I : reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis, kemerahan/
eritema indurasi atau lecet
- Derajat II : reaksi yang lebih mencapai seluruh dermis hingga lapisan
lemak subkutan. Tampak sebagai ulkus yang dangkal, dengan tepi yang jelas
dan perubahan warna pigmen kulit
- Derajat III : ulkus menjadi lebih dalam, meliputi jaringan lemak subkutan
dan menggaung, berbatasan dengan fascia dari otot, sudah mulai didapat

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 47


infeksi dengan jaringan nekrotik yang berbau didaerah ulkus yang dapat
mengakibatkan infeksin pada tulang atau sendi.
Faktor faktor penyebab dekubitus:
a. Faktor intrinsik ( dari tubuh sendiri ):
- Status gizi
- Anemia
- Hipoalbuminanemia
- Penyakit penyakit neurologik
- Keadaan hidrasi / cairan tubuh perlu dinilai dengan cermat
b. Faktor ekstrinsik
- Kebersihan tempat tidur
- Alat alat tenun yang kusut dan kotor
- Peralatan medik yang menyebabkan penderita terfiksasi pada suatu sikap
tertentu
Pengelolaan dekubitus:
a. Dekubitus derajat I:
Dengan reaksi peradangan masih terbatas pada epidermis: kulit yang
kemerahan dibersihkan hati hati dengan air hangat dan sabun, diberi lotion,
kemudian di massage 2-3 kali / hari
b. Dekubitus derajat II:
Terjadi ulkus yang dangkal : perawatan luka harus memperhatikan syarat
syarat septik dan antiseptik. Daerah bersangkutan digesek dengan es dan
dihembus dengan udara hangat bergantian untuk merangsang sirkulasi. Dapat
diberikan slaep topikal, mungkin juga merangsang tumbuhnya jaringa muda /
granulasi. Pergantian balut dan salep ini jangan terlalu sering karena malah
dapat merusakkan pertumbuhan jaringan yang diharapkan.
c. Dekubitus derajat III:
Usahakan luka selalu bersih dan eksudat, di usahakan dapat mengalir keluar.
Balut jangan terlalu tebal dan sebaiknya transparant sehingga nekrotik
dibuang dan luka bersih, penyembuhan luka secar alami dpat diharapkan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 48


BAB V
LOGISTIK

Dalam menjalankan tugas dan fungsinya dibutuhkan fasilitas pendukung berupa


logistik dan perbekalan baik alat penunjang fungsional pekerjaan, peralatan rumah tangga
maupun alat tulis kantor.
1. Peralatan penunjang fungsi promosi kesehatan
a. Kamera Foto
b. Komputer desain grafis
c. Laptop
d. LCD Proyektor
e. Media leaflet/ poster/ Banner
f. Sound sistem
g. Mini DV/ DVD
h. Formulir edukasi terintegrasi
2. Peralatan perkantoran
a. Komputer
b. Printer
c. Kertas
d. Spidol
e. Pulpen
f. Buku Agenda
3. Peralatan rumah tangga
a. Peralatan kebersihan
b. Peralatan pengamanan
Proses pengadaan logistik dilakukan secara terencana dan terstruktur dengan proses
pelaksanaan sebagai berikut :
Pengelola PKRS membuat perencanaan kebutuhan logistik setahun

1. Pengadaan logistik dilakukan dengan pengajuan daftar usulan kebutuhan barang ke


instalasi logistik perbekalan dan gudang.
2. Instalasi perbekalan dan gudang melakukan pengecekan barang di gudang jika ada maka
kebutuhan langsung dipenuhi, jika tidak ada diajukan ke unit pengadaan barang dan jasa
(UPBJ).
3. UPBJ melakukan pengadaan barang dan memberikannya ke instalasi gudang dan
perbekalan
4. Instalasi gudang dan perbekalan melakukan pencatatan dan menyerahkanya ke instalasi
PKRS
5. Instalasi PKRS melakukan pencatatan dan barang/ alat yang dibutuhkan sudah dapat
digunakan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 49


Form
Dupada
Tid
Instalasi Gudang stok
PKRS akk UPBJ
dan Perbekalan a
Ad
Gambar 5.1 Alur Manajemen Logistikaa

BAB VI
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien merupakan prioritas dari setiap pelayanan RS. Setiap RS harus
menjamin keselamatan pasien melalui upaya peningkatan kualitas pelayanan secara
berkesinambungan. Upaya promosi kesehatan pun tidak terlepas dari upaya menjamin
pelayanan yang diberikan aman kepada pasien. Pelayanan edukasi bagipasien dan keluarga
tidak dapat dianggap hanya sebatas memberikan informasi, tetapi RS harus menjamin bahwa
isi informasi yang diberikan adalah benar karena akan berakibat fatal dalam merubah perilaku
pasien dan keluarganya dalam upaya peningkatan status kesehatannya secara mandiri.
Mendapatkan informasi yang benar dijamin oleh Undang-Undang RI No.44 tahun 2009
tentang Rumah Sakit yang menyatakan bahwa pasien berhak atas informasi yang benar
terhadap kesehatannya. Upaya jaminan keselamatan pasien tersebut dilakukan melalui :
1. Adanya kebijakan tentang pelayanan edukasi pada pasien dan keluarga

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 50


Kebijakan pelayanan edukasi pasien dan keluarga merupakan dasar hukum
pelaksanaan pelayanan edukasi yang ditetetapkan oleh direktur. Kebijakan ini memuat
tentang tatalaksana dan tatakelola pelayanan edukasi. Kebijakan ini akan memberikan
perlidungan bagi pemberi edukasi (edukator) maupun memberikan perlindungan dan
jaminan keselamatan bagi pasien dan keluarga.
2. Adanya pedoman/ panduan edukasi pasien dan keluarga yang telah distandardisasi
Untuk menjamin bahwa informasi yang diberikan benar maka RS harus
menerbitkan pedoman edukasi pasien dan keluarga yang distandardisasi. Tidak menutup
kemungkinan dokter penanggungjawab pasien (DPJP) tidak bisa memberikan pelayanan
edukasi yang cukup sehingga dimungkinkan edukasi diberikan oleh dokter umum, oleh
karena itu pedoman ini akan memberikan panduan apa saja yang harus dipersiapkan dan
materi apa saja harus diberikan selama proses edukasi. Proses penyusunan panduan
edukasi pasien dan keluarga dilakukan oleh profesi yang bersangkutan yang didasarkan
pada sumber rujukan ilmiah untuk menghindari kesalahan isi materi panduan. Beberapa
panduan yang harus disiapkan rumah sakit adalah :
a. Panduan edukasi obat high alert
b. Panduan edukasi peralatan medis
c. Panduan edukasi penyakit
d. Panduan edukasi rehabilitasi medik
e. Panduan edukasi manajemen nyeri
f. Panduan edukasi gizi
g. Panduan edukasi masalah perawatan
h. dll
3. Pembuatan media yang di standardisasi
Media merupakan alat bantu dari proses edukasi pasien dan keluarga yang berisi
materi edukasi. Media berfungsi sebagai alat penyampai pesan sehingga struktur media
harus menjamin informasi yang diberikan adalah benar. Proses pembuatan media harus
melibatkan tenaga yang memiliki kompetensi dibidangnya untuk menjamin bahwa
informasi yang diberikan adalah benar. Tenaga ahli tersebut dapat berfungsi sebagai
validator dan verifikator dari konten media yang dibuat. Semua media rumah sakit harus
distandardisasi dan memiliki kode media yang ditetapkan oleh direktur. Proses
pembuatan media juga harus melalui ujicoba media untuk memastikan kefektifan media
tersebut dalam proses edukasi.
4. Asessmen kebutuhan
Asessmen kebutuhan edukasi pasien dan keluarga dilakukan untuk mengetahui
nilai-nilai yang dimiliki pasien dan keluarga yang mendukung maupun yang
bertentangan dengan upaya peningkatan kesehatan. Hal ini akan memberikan dasar bagi

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 51


pemberi edukasi untuk memberikan penguatan nilai tersebut jika nilai tersebut sejalan
dengan upaya peningkatan kesehatan. Sedangkan jika nilai yang diyakini pasien dan
keluarga bertentangan dengan upaya peningkatan kesehatan maka harus diluruskan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 52


BAB VII
KESELAMATAN KERJA

Keselamatan kerja (safety) adalah segala upaya atau tindakan yang harus diterapkan
dalam rangka menghindari kecelakaan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas ataupun
kelalaian / kesengajaan. RS harus menjamin keselamatan kerja pegawai agar petugas merasa
nyaman dan aman sehingga dapat meningkatkan produktifitas kerja. Keselamatan kerja juga
akan berdampak pada keselamatan pasien. Untuk mendukung upaya keselamatan kerja di unit
pelayanan PKRS melalui kegiatan:

1. Pengembangan kebijakan kesehatan dan keselamatan kerja

Adanya kebijakan tentang keselamatan dan kesehatan kerja merupakan komitmen


direksi terhadap perlindungan hak karyawan untuk memperoleh tempat kerja yang aman
dan sehat.

2. Identifikasi potensial hazard baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitasnya
maupun dalam proses pekerjaan

Pengelola PKRS bersama dengan unit K3RS harus melakukan kajian potensial
hazard dalam pelayanan PKRS baik yang ditimbulkan oleh gedung dan fasilitas maupun
dalam proses kegiatan, hal ini bertujuan untuk mengantisipasi dan dasar perencanaan
manajemen resiko di unit layanan RS.

3. Melakukan manajemen resiko terhadap hazard potensial

Manajemen risiko terhadap hazard potensial perlu dilakukan untuk menghindari


timbulnya hazard tersebut.

4. Melakukan upaya pencegahan terhadap kecelakan kerja melalui penataan sistem kerja
yang sehat

Penataan sistem kerja yang sehat perlu dikembangkan, pengkajian beban kerja
secara berkala harus dilakukan untuk menghindari kecelekaan kerja akibat beban
kerjaberlebih. Modifikasi jam kerja dilakukan untuk melakukan efisiensi dan efektifitas
dalam aktifitas pelayanan dengan tetap memperhatikan jam pelayanan efektif.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 53


5. Menyediakan peralatan keselamatan kerja dan alat pelindung diri yang mudah terjangkau

Mengantisipasi kejadian bencana diperlukan kesiapan penempatan alat pelindung


diri yang mudah terjangkau. Melakukan pemeriksaan petugas secara berkala.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 54


BAB VIII

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN MUTU

Pengawasan merupakan salah satu fungsi manajemen yang mengusahakan agar


pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana, instruksi, pedoman, standar, peraturan dan hasil
yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai tujuan yang diharapkan. Pengendalian
merupakan metode atau alat melakukan control terhadap input proses dan output pelayanan
agar tetap sesuai dengan arah yang ditetapkan. Pengawasan dan pengendalian bertujuan agar
semua kegiatan- kegiatan dapat tercapai secara berdaya guna dan berhasil guna,
dilaksanakan sesuai dengan tujuan, rencana, pembagian tugas, rumusan kerja, pedoman
pelaksanaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku. Bentuk-bentuk pengawasan
dan pengendalian pelayanan PKRS adalah sebagai berikut:

1. Pencatatan dan pelaporan

Pencatatan dan pelaporan merupakan alat untuk pengawasan dan pengendalian


kegiatan pelayanan adapun bentuk – bentuk pencatatan dan pelaporan adalah sebagai
berikut :
a. Formulir edukasi terintegrasi
b. Laporan kegiatan
c. Laporan Tahunan

2. Kegiatan Pertemuan/ rapat koordinasi

Pertemuan dilakukan secara berkala adapun bentuk pertemuan/ rapat koordinasi


adalah sebagai berikut :

a. Rapat bulanan

Rapat bulanan dilakukan setiap rabu minggu pertama setiap bulan dengan tujuan
evaluasi kegiatan bulan lalu dan melakukan perencanaan untuk bulan berjalan. Rapat
bulanan ini dihadiri oleh Ketua PKRS, Sekretaris dan anggota PKRS. Pada rapat ini
juga dilakukan evaluasi kinerja individu sebagai bagain dari system pengendalian

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 55


b. Rapat tahunan

Rapat tahunan dilakukan dengan tujuan evaluasi kinerja PKRS tahun berjalan,
kegiatan ini penting untuk mengukur sejauhmana perencanaan tahunan yang telah
direncanakan sebelumnya telah terelialisasi.

3. Uji petik dan telusur/ supervisi

Sebagai bagian dari pengawasan dan pengendalian terutama pada program


edukasi pasien dan keluarga dilakukan uji petik dan telusur melalui metode open
medical record review (OMRR) dan close medical record review (CMRR). OMRR
dilakukan dengan telusur rekam medic pada pasien yang sedang dilakukan perawatan
sedangkan CMRR adalah metode uji petik untuk mengetahui apakah kegiatan edukasi
dilakukan atau tidak pada dokumen rekam medik pasien yang telah pulang.

INDIKATOR MUTU PELAYANAN & STANDAR MUTU INSTALASI PKRS


Berikut poin indikator keberhasilan yang menjadi tujuan pelayanan Instalasi PKRS RSI
Nashrul Ummah Lamongan: Terselenggaranya kegiatan edukasi pasien dan keluarga, edukasi
staf, edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar secara terstruktur dengan indikator :
a. Cakupan edukasi pasien dan keluarga 80%
b. Cakupan edukasi staf 80%
c. Cakupan edukasi pengunjung dan masyarakat sekitar 12 kegiatan pertahun

BAB IX
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 56


Pedoman Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) ini disusun agar dapat dijadikan
acuan dalam pengembangan kegiatan promosi kesehatan di RSI Nashrul Ummah Lamongan
dan pengembangan akreditasi rumah sakit yang berhubungan dengam promosi kesehatan.
Pedoman ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan upaya meningkatkan mutu
dan kualitas pelayanan rumah sakit.
Sebagai penutup kiranya dapat diingatkan kembali bahwa PKRS bukanlah urusan
mereka yang bertugas di unit PKRS saja, PKRS adalah tanggung jawab dari Direksi rumah
sakit dan menjadi urusan (tugas) bagi seluruh jajaran di rumah sakit. Yang paling penting
dilaksanakan dalam rangka PKRS adalah upaya-upaya pemberdayaan, baik pemberdayaan
terhadap pasien rawat jalan dan rawat inap maupun terhadap klien rumah sakit.
Namun demikian, upaya-upaya pemberdayaan ini akan lebih berhasil jika didukung
oleh upaya-upaya bina suasana dan advokasi, bina suasana dilakukan terhadap mereka yang
paling berpengaruh terhadap pasien/klien. Sedangkan advokasi dilakukan terhadap mereka
yang dapat mendukung dan membantu rumah sakit dari segi kebijakan (peraturan perundang-
undangan) dan sumber daya, dalam rangka memberdayakan pasien/klien.
Banyak sekali peluang untuk melaksanakan PKRS, dan peluang-peluang tersebut harus
dapat dimanfaatkan dengan baik, sesuai dengan fungsi dari peluang yang bersangkutan.

Pedoman Pelayanan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) 57


DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes (2008), Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergenci


Komprehensif 24 jam di Rumah Sakit
2. Departemen Kesehatan (2008), Standar Tenaga Keperawatan Di Rumah Sakit, Cetakan
Pertama, Jakarta.
3. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelayanan Maternal dan Perinatal Pada Rumah
Sakit Umum Kelas B, C dan D, Edisi Kedua, Jakarta.
4. Departemen Kesehatan (2007), Pedoman Rawat Gabung Ibu dan Bayi, Direktorat Bina
Pelayanan Keperawatan, Direktorat Jendral Bina Pelayanan Medisk, Jakarta.
5. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelayanan Kesehatan Bayi Baru Lahir Rendah
dengan Perawatan Metode Kangguru di Rumah Sakit Dan jejaringnya, DepKes RI,
Jakarta.
6. Departemen Kesehatan (2009), Pedoman Pelaksanaan Program Rumah Sakit Sayang Ibu
dan Bayi, DepKes RI, Jakarta.

Pedoman Pengorganisasian Promosi Kesehatan Rumah Sakit 58


Jalan Merpati No. 58-62, Sidokumpul, Lamongan,
Jawa Timur 62213
Telepon : (0322) 321522, 321427, 323440.
Fax : (0322) 321427
email : rsinashrulummah@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai