Anda di halaman 1dari 32

MANAJEMEN BENCANA DAN PENYAKIT PASCA BENCANA

MANAJEMEN BENCANA DAN PENYAKIT-PENYAKIT PASCA


BENCANA

Sri Murni

E2A009201

RII / 2009

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro

I.PENDAHULUAN

Latar Belakang
Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan
bencana, balk yang disebabkan oleh kejadian alam seperti gempa bumi, tsunami,
tanah longsor, letusan gunung berapi, banjir, angin puting beliung dan kekeringan,
maupun yang disebabkan oleh ulah manusia dalam pengelolaan sumber daya dan
lingkungan (contohnya kebakaran hutan, pencemaran lingkungan, kecelakaan
transportasi, kecelakaan industri, dan tindakan teror born) serta konflik antar
kelompok masyarakat.

Kejadian bencana umumnya berdampak merugikan. Rusaknya sarana dan prasarana


fisik (perumahan penduduk, bangunan perkantoran, sekolah, tempat ibadah, sarana
jalan, jembatan dan lain-lain) hanyalah sebagian kecil dari dampak terjadinya bencana
disamping masalah kesehatan seperti korban luka, penyakit menular tertentu,
menurunnya status gizi masyarakat, stress pasca trauma dan masalah psikososial,
bahkan korban jiwa. Bencana dapat pula mengakibatkan arus pengungsian penduduk
ke lokasi-lokasi yang dianggap aman. Hal ini tentunya dapat menimbulkan masalah
kesehatan baru di wilayah yang menjadi tempat penampungan pengungsi, mulai dari
munculnya kasus penyakit dan masalah gizi serta masalah kesehatan reproduksi
hingga masalah penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, penyediaan air bersih,
sanitasi serta penurunan kualitas kesehatan lingkungan.

Upaya penanggulangan krisis akibat bencana merupakan rangkaian kegiatan yang


dimulai sejak sebelum terjadinya bencana yang dilakukan melalui kegiatan
pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi bencana. Kegiatan yang dilakukan pada saat terjadi bencana berupa
kegiatan tanggap darurat sementara pada saat setelah terjadi bencana berupa
kegiatan

II. BENCANA

DEFINISI
Kejadian / peristiwa bencana yang diakibatkan oleh alam atau ulah manusia, baik
yang terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan,dapat menyebabkan hilangnya
jiwa manusia, trauma fisik dan psikis, kerusakan harta benda dan lingkungan, yang
mampu melampaui kemampuan sumberdaya masy.untuk mengatasinya.
1. Definisi Oprasional
a. Gawat Darurat :
Keadaan dimana diperlukan pertolongan segeracepat,cermat,tepat) untuk
mencegah kematian atau kecacatan
b. Tanggap Darurat :
Upaya penangulangan dampak yang timbul akibat bencana, terutama
penyelamatan korban dan harta benda, evakuasi dan pengungsian.
c. Pencegahan ( prevention) :
Upaya pencegahan terjadinya bencana dan jika mungkin meniadakan bencana.
d. Mitigasi ( Mitigation ) :
Upaya untuk mengurangi dampak bencana, baik fisik struktural melalui pembuatan
bangunan fisik maupun non fisik struktural melalui undang-undang & pelatihan
e. Kesiapsiagaan ( Preparedness ) :
Upaya mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah – langkah tepat
guna dan berdaya guna.
2. Kesiapsiagaan = preparedness kegiatan pra bencana prevention mitigasi
3. Kegiatan saat bencana
a) Menginformasikan kejadian bencana misal pada forum desa dan petugas
kesehatan..
b) Memberitahukan pada warga (kentongan dll)
c) Membantu melakukan PPGD bersama petugas kesehatan.
d) Memberi bantuan perlengkapan pengungsian / logistik. (Dapur Umum, Tenda,
Posko, dll)
e) Membantu petugas dalam pencatatan dan (data korban, data logistik)
f) Membantu petugas kesehatan memberikan pertolongan awal
g) Mengaktifkan sistem pertolongan
h) Melakan evakuasi dan transfortasi dengan benar
i) Mengaktifkan sistem peringatan
4. Kegiatan paska bencana
a) Pengamatan terhadap dampak bencana (Misalnya sumur yg rusak, pipa air putus
atau jamban hancur)
b) Membantu memulihkan kondisi emosi warga (menghibur, menenangkan warga
dg cara berdoa/ berzikir bersama atau mendampingi korban)
5. Apa saja yang dicatat dan dilaporkan
a) Nama korban
b) Umur dan jenis kelamin
c) Tempat dan waktu kejadian
d) Penolong
e) Tindakan yang dilakukan
f) Tempat rujukan selanjutnya

III.PENYAKIT PASCA BENCANA

Bencana alam yang terjadi selalu menyisakan kepedihan yang mendalam. Baik
berupa gempa bumi, tanah longsor, banjir, gunung meletus, ataupun tsunami.
Banyak korban nyawa, fisik, dan harta akibat bencana yang terjadi. Bencana
menyebabkan korban yang selamat, kehilangan keluarga, sahabat, harta, bahkan
tempat tinggal. Bencana ini selanjutnya menyebabkan berbagai masalah kesehatan.
Menurut Ketua Umum PB IDI Fachmi Idris, secara umum, masalah kesehatan
utama setelah bencana adalah trauma fisik seperti luka dan patah tulang.
Kemudian, selama dan sesudah masa itu korban bencana yang selamat dan tinggal
di pengungsian juga terancam penyakit jika upaya antisipasinya tidak memadai.
Berbagai penyakit yang muncul pascabencana alam antara lain malaria, ISPA,
diare, leptospirosis, kolera, dan infeksi kulit.
Pada umumnya masalah kesehatan pasca gempa dapat dibagi dalam 3 fase:

a) Penyakit akut pasca bencana.

Yaitu penyakit yang berhubungan langsung dengan bencana yang terjadi.


Misalnya, kasus gempa bumi di Padang tanggal 30 September 2009, penyakit yang
berhubungan langsung dengan gempa adalah cedera akibat reruntuhan. Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa cedera utama akibat gempa adalah cedera kepala
dan patah tulang.

b) Penyakit ikutan pada beberapa hari-minggu pasca bencana

1) Malaria
Penyakit malaria dapat timbul misalnya saat masyarakat berada di pengungsian (
tenda-tenda darurat ), nyamuk anopheles bisa menginfeksi korban-korban bencana.

2) DBD
Misalnya banjir, air yang tergenang dapat menyebabkan bersarangnya nyamuk
aides aigypti. Kemudian menginfeksi korban-korban bencana.

3) Diare dan penyakit kulit

Penyakit ini bisa menginfeksi korban bencana karena sanitasi yang jelek. Misalnya
kuman-kuman penyebab diare seperti ; Vibrio kolera, Salmonella dysentriae pada
genangan banjir, diare akibat kurangnya asupan air bersih karena saluran air bersih
dan sanitari yang rusak.

Seseorang menderita diare bila frekuensi buang air besar telah melampaui
kebiasaannya dengan kotoran encer dan banyak cairan. Diare yang terus menerus
mungkin merupakan gejala penyakit berat seperti tipus, kolera dan kanker usus.
Diare yang berat bisa menyebabkan dehidrasi dan bisa membahayakan jiwa.
Gejala-gejalanya seperti frekuensi buang air besar melebihi normal, kotoran
encer/cair, sakit/kejang perut, demam dan muntah. Penyebabnya bisa
dari Anxietas (rasa cemas), keracunan makanan, infeksi virus dari usus, alergi
terhadap makanan tertentu.

Penanggulangannya adalah dengan minum banyak cairan, hindari makanan padat


atau yang tidak berperasa selama 1-2 hari, minum cairan rehidrasi oral-oralit.

4) ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas )

ISPA terjadi karena masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh


manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

Istilah ini diadaptasi dari istilah dalam bahasa Inggris acute respiratory
infections (ARI). Istilah ISPA meliputi tiga unsur yakni infeksi, saluran pernapasan
dan akut, dengan pengertian sebagai berikut:

a. Infeksi adalah masuknya kuman atau mirkoorganisme ke dalam tubuh manusia


dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala penyakit.

b. Saluran pernapasan adalah organ mulai dari hidung hingga alveoli. Secara
anatomis mencakup saluran pernapasan bagian atas, saluran pernpasan bagian
bawah (termasuk jaringan saluran pernapasan).

c. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari, Batas 14
hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit
yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih dari 14
hari.

Selain ISPA sering juga ditemukan pnemonia yaitu proses infeksi akut yang
mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pnemonia pada anak seringkali
bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (biasa
disebutbronchopneumonia).
Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang
secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali
per menit atau lebih pada anak usia dua bulan sampai kurang dari satu tahun, dan
40 kali permenit atau lebih pada anak usia satu tajun sampai kurang dari lima
tahun. Pada anak di bawah usia dua bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pencegahannya dengan pengadaan rumah dengan ventilasi yang memadai, perilaku


hidup bersih dan sehat, peningkatan gizi balita.

5) Leptospirosis
Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri leptospira
berbentuk spiral dan hidup di air tawar. Penyakit ini timbul karena
terkontaminasinya air oleh air seni hewan yang menderita leptospirosis. Biasanya
penyakit ini terdapat pada korban banjir.

6) Tipes
Penyakit tipes sebenarnya juga berkaitan erat dengan faktor daya tahan tubuh
seseorang. Oleh sebab itu, untuk mencegah terkena penyakit tipes, masyarakat
harus menjaga kondisi tubuh dengan makan makanan bergizi dan jangan sampai
kelelahan.
c) Masalah kesehatan mental akibat gempa.

Penyakit psikologis / Trauma berkepanjangan akibat reaksi stres akut saat bencana
bisa menetap menjadi kecemasan yang berlebihan. Akibat kehilangan rumah,
kehilangan anggota keluarga atau bisa juga trauma karena ketakutan yang
mendalam

IV.PENANGGULANGAN PASCA BENCANA

a. Tatakelola lingkungan pasca bencana

b. Ketersediaan fasilitas sanitasi

c. Suplay makanan dan air bersih

d. Pengiriman relawan-relawan ke lokasi bencana

REFERENSI

1. “Pencegahan Wabah Penyakit Pasca-Bencana” dalam


www.cybernet.cbn.id.

2. “Isu Pasca Bencana” dalam www.menlh.go.id.

3. “ Waspadai Penyakit Pasca Bencana” dalam


www.lautanindonesia.com.

4. http://www.scribd.com/doc/36278905/Pedoman-Manajemen-Sdm-
Kesehatan-Dalam-Penanggulangan-Bencana

5. http://indonews.org/berbagai-penyakit-mengincar-pascabencana/

6. http://regional.kompas.com/read/2010/10/29/04294798/Berbagai.P
enyakit.Mengincar.Pascabencana
SABAR SAAT TERTIMPA BENCANA MELURUSKAN AQIDAH

‫َيء َولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم‬ ِ ‫ت َو ْاْلَنفُ ِس ْاْل َ ْم َوا ِل ِ ِّمنَ َونَ ْقص َو ْال ُجوعِ ْالخ َْو‬
ْ ‫ف ِ ِّمنَ ِبش‬ ِ ‫ش ِر ۗ َوالث َّ َم َرا‬
ِّ ِ ‫صا ِب ِرينَ َو َب‬
َّ ‫ ال‬٢:١٥٥
َ‫صابَتْ ُهم إِذَا الَّذِين‬َ َ ‫صيبَة أ‬ ِ ‫اجعُونَ إِلَ ْي ِه َوإِنَّا ِ َّلِلِ إِنَّا قَالُوا ُّم‬
ِ ‫ َر‬٢:١٥٦
َٰ
َ‫علَ ْي ِه ْم أُولَئِك‬ َٰ
َ ‫صلَ َوات‬َ ‫ ْال ُم ْهتَدُونَ ُه ُم َوأُولَئِكَ ۖ َو َرحْ َمة َّربِِّ ِه ْم ِ ِّمن‬٢:١٥٧

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa
musibah, mereka mengucapkan,"Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un." Mereka itulah
yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Rabbnya, dan
mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". [al Baqarah/2:155-157]

PENJELASAN AYAT
Firman Allah Ta’ala :

‫َيء َولَنَ ْبلُ َونَّ ُكم‬ ِ ‫ت َو ْاْلَنفُ ِس ْاْل َ ْم َوا ِل ِ ِّمنَ َونَ ْقص َو ْال ُجوعِ ْالخ َْو‬
ْ ‫ف ِ ِّمنَ ِبش‬ ِ ‫َوالث َّ َم َرا‬

"Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan".

Dalam menafsirkan ayat di atas, Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, (pada
ayat ini) Allah Subhanahu wa Ta'ala memberitahukan bahwa Dia menguji dan
menempa para hamba-Nya. Terkadang (mengujinya) dengan kebahagiaan, dan
suatu waktu dengan kesulitan, seperti rasa takut dan kelaparan. [2]

Senada dengan keterangan sebelumnya, Syaikh Abdur-Rahman as-Sa’di


rahimahullah dalam tafsirnya menyatakan: “Allah Subhanahu wa Ta'ala
memberitahukan, bahwa Dia pasti akan menguji para hambaNya dengan bencana-
bencana. Agar menjadi jelas siapa (di antara) hamba itu yang sejati dan pendusta,
yang sabar dan yang berkeluh-kesah. Ini adalah ketetapan Allah Subhanahu wa
Ta'ala atas para hamba-Nya. Seandainya kebahagiaan selalu menyertai kaum
Mukminin, tidak ada bencana (yang menimpa mereka), niscaya terjadi
percampuran, tidak ada pemisah (dengan orang-orang tidak baik). Kejadian ini
merupakan kerusakan tersendiri. Sifat hikmah Allah Subhanahu wa Ta'ala (ini)
menggariskan adanya pemisah antara orang-orang baik dengan orang-orang yang
jelek. Inilah fungsi musibah”.[2]

Makna dari "dengan sedikit ketakutan dan kelaparan," yaitu takut kepada para
musuh dan kelaparan yang ringan. Sebab bila diuji dengan rasa takut yang
memuncak atau kelaparan yang sangat, niscaya mereka akan binasa. Karena,
hakikat ujian adalah untuk menyeleksi, bukan membinasakan. Sedangkan musibah
berupa "kekurangan harta," mencakup berkurangnya harta akibat bencana, hanyut,
hilang, atau dirampas oleh sekelompok orang zhalim, ataupun dirampok.

Adapun bencana yang menimpa "jiwa," yaitu berupa kematian orang-orang yang
dicintai. Misalnya, seperti anak-anak, kaum kerabat dan teman-teman. Atau
terjangkitinya tubuh seseorang, atau orang yang ia cintai oleh terjangkiti berbagai
penyakit.

Berkaitan dengan kekurangan pada "buah-buahan," lantaran bergulirnya musim


dingin, salju, terjadinya kebakaran, gangguan dari belalang dan hewan lainnya,
sehingga kebun-kebun dan ladang pertanian tidak menghasilkan sebagaimana
biasanya.[3]

Semua ini dan bencana lain yang serupa, merupakan ujian dari Allah Subhanahu
wa Ta'ala bagi para hamba-Nya. Barangsiapa bersabar, niscaya akan memperoleh
pahala. Dan orang yang putus asa, akan ditimpa hukuman-Nya. Karena itu, Allah
Subhanahu wa Ta'ala mengakhiri ayat ini dengan berfirman:

ِّ ِ َ‫صابِ ِرينَ َوب‬


‫ش ِر‬ َّ ‫ال‬

"(Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar)".[4]

Maksudnya, berilah kabar gembira atas kesabaran mereka. Pahala kesabaran tiada
terukur. Akan tetapi, pahala ini tidak dapat dicapai, kecuali dengan kesabaran pada
saat pertama kali mengalami kegoncangan (karena tertimpa musibah).[5]
Selanjutnya, Allah Subhanahu wa Ta'ala menjelaskan kriteria orang-orang yang
bersabar. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

َ‫صابَتْ ُهم إِذَا الَّذِين‬


َ َ ‫صيبَة أ‬
ِ ‫اجعُونَ إِلَ ْي ِه َوإِنَّا ِ َّلِلِ إِنَّا قَالُوا ُّم‬
ِ ‫َر‬

"(Yaitu), orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna


lillahi wa inna ilaihi raji'un".

Kata-kata ‫اجعُونَ إِلَ ْي ِه َوإِنَّا ِ َّلِلِ إِنَّا‬


ِ ‫" َر‬Inna lillahi wa inna ilaihi raji'un" inilah, dikenal
dengan istilah istirja’, yang keluar dari lisan-lisan mereka saat didera musibah.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata,"Mereka menghibur diri dengan


mengucapkan perkataan ini saat dilanda (bencana) dan meyakini, bahwa mereka
milik Allah Subhanahu wa Ta'ala. Dia (Allah Subhanahu wa Ta'ala) berhak
melakukan apa saja terhadap ciptaan-Nya. Mereka juga mengetahui, tidak ada
sesuatu (amalan baik) yang hilang di hadapan-Nya pada hari Kiamat. Musibah-
musibah itu mendorong mereka mengakui keberadaanya sebagai ciptaan milik
Allah, akan kembali kepada-Nya di akhirat kelak.”[6]

Allah Subhanahu wa Ta'ala menjadikan kata-kata itu sebagai sarana untuk mencari
perlindungan bagi orang-orang yang dilanda musibah dan penjagaan bagi orang-
orang yang sedang diuji. Karena kata-kata itu mengandung makna yang penuh
berkah.

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala (‫)لِلِ إِنَّا‬


َّ ِ ini mengandung nilai tauhid dan
pengakuan penghambahaan diri, dan di bawah kepemilikan Allah.

Sedangkan firmanNya (‫اجعُونَ إِلَ ْي ِه َوإِنَّا‬


ِ ‫)ر‬
َ mengandung makna pengakuan terhadap
kehancuran yang akan menimpa manusia, dibangkitkan dari kubur, serta keyakinan
bahwa segala urusan kembali kepada Allah.[7]

َ‫علَ ْي ِه ْم أُو َٰلَئِك‬


َ ‫صلَ َوات‬
َ ‫َو َرحْ َمة َّربِِّ ِه ْم ِ ِّمن‬

"(Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang sempurna dan rahmat dari
Rabbnya)".
Betapa besar balasan kebaikan yang diperoleh orang-orang yang mampu bersabar,
menahan diri dalam menghadapi musibah dari Allah, Dzat yang mengatur alam
semesta ini.

Kata Imam al Qurthubi rahimahullah : “Ini merupakan rangkaian kenikmatan dari


Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi orang-orang yang bersabar dan mengucapkan
kalimat istirja’. Yang dimaksud "shalawat" dari Allah bagi hamba-Nya, yaitu
ampunan, rahmat dan keberkahan, serta kemuliaan yang diberikan kepadanya di
dunia dan di akhirat. Sedangkan kata "rahmat" diulang lagi, untuk menunjukkan
penekanan dan penegasan makna yang sudah disampaikan”. [8]

Imam ath-Thabari mengartikannya dengan makna maghfirah (ampunan)[9].


Sedangkan menurut Ibnu Katsir rahimahullah maknanya ialah, mereka
mendapatkan pujian dari Allah Subhanahu wa Ta'ala.[10]

َ‫ْال ُم ْهتَدُونَ ُه ُم َوأُو َٰلَئِك‬

"(dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk)".

Disamping karunia yang telah disebutkan, mereka juga termasuk golongan orang-
orang muhtadin (yang menerima hidayah), berada di atas kebenaran. Mengatakan
ucapan yang diridhai Allah, mengerjalan amalan yang akan membuat mereka
menggapai pahala besar dari Allah Subhanahu wa Ta'ala [11]. Dalam konteks ini,
yaitu keberhasilan mereka bersabar karena Allah.[12]

Ayat ini menunjukkan pula balasan bagi orang yang tidak mampu bersabar. Yaitu
akan mendapat balasan dalam bentuk celaan, hukuman dari Allah, kesesatan dan
kerugian.[13]

KESABARAN MENGHADAPI MUSIBAH MELURUSKAN AQIDAH


Kata sabar berasal dari shabara. Yakni menahan dan menghalangi. Mengandung
makna mengekang jiwa dari menolak ketetapan takdir, menahan lisan dari keluh-
kesah dan murka, serta mengendalikan anggota tubuh dari tindakan memukuli pipi,
merobek-robek baju, dan reaksi-reaksi lainnya yang bersifat jasmine, dengan
maksud menggugat takdir.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

‫اب َما‬
َ ‫ص‬َ َ ‫صي َبة ِمن أ‬
ِ ‫ّللاِ ِبإ ِ ْذ ِن ِإ َّّل ُّم‬ َّ ‫ قَ ْل َبهُ َي ْه ِد ِب‬٦٤:١١
َّ ۗ ‫الِلِ يُؤْ ِمن َو َمن‬

"Tidak ada sesuatu musibah pun yang menimpa seseorang kecuali denga izin
Allah; Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi
petunjuk kepada hatinya." [at Taghabun/64:11]

Alqamah rahimahullah, seorang dari kalangan Tabi’in berkata: “Ia adalah


seseorang yang dilanda musibah. Kemudian ia meyakini bahwa musibah itu
berasal dari Allah, sehingga tetap ridha dan berserah diri".

Said bin Jubair berkata,"Maksud firman Allah di atas, yakni ia mengucapkan


istirja’ dengan mengatakan 'inna lillahi wa inna ilaihi raji’un' (saat dilanda
bencana)."

Ayat di atas, sebagaimana disampaikan Syaikh Shalih al Fauzan, adalah


merupakan dalil, bahwa amalan termasuk dalam lingkup keimanan. Ayat ini juga
menunjukkan, bahwa kesabaran merupakan pintu hidayah bagi hati. Dan seorang
mukmin membutuhkan kesabaran dalam segala keadaan.
Yang lebih penting lagi, saat dilanda berbagai macam musibah, maka kesabaran
benar-benar dituntut untuk selalu dikuatkan keberadaannya. Tidak bisa tidak,
karena musibah-musibah yang terjadi tidak lepas dari ketentuan Allah Ta’ala.
Sehingga ketidaksabaran, justru akan menggoreskan cacat pada keimanan
seseorang terhadap rububiyah Allah Subhanahu wa Ta'ala.[14]

Bahkan hakikatnya musibah itu mendatangkan berbagai kemanfaatan.


Diungkapkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah : “Bencana-
bencana merupakan kenikmatan. Sebab menggugurkan dosa-dosa dan menuntut
adanya kesabaran, sehingga memperoleh pahala. Juga mengharuskan inabah
(kembali) kepada Allah, menghinakan diri kepada-Nya, berpaling dari sesama
manusia dan kemaslahatan penting lainnya. Terhapusnya dosa dan kesalahan
dengan adanya musibah-musibah, (juga) termasuk kenikmatan yang besar…”.
Dikutip dari al Irsyad, hlm. 103.

SUKA MENGELUH, GELAR ORANG-ORANG YANG JAHIL [15]


Orang yang jahil (bodoh) mengadukan Allah kepada sesamanya. Ini merupakan
tindakan bodoh yang sangat parah terhadap Dzat yang Maha Agung. Seandainya ia
mengenal Allah dengan sebaik-baiknya, tentu ia tidak akan mengeluhkan
perbuatan-perbuatan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Juga tidak akan mengeluhkan
Allah kepada sesama.manusia.

Adapun orang yang berilmu, ia akan mengadu hanya kepada Allah saja. Yaitu
dengan menyalahkan diri sendiri, bukan orang lain.

PERLUNYA JIWA DIDIDIK DENGAN BENCANA [16]


Bencana atau musibah yang sedang melanda, hakikatnya memiliki peran besar
dalam mendidik jiwa. Karena sudah semestinya jiwa itu juga harus dididik,
meskipun dengan bencana. Sehingga ia akan memiliki kekuatan yang tegar,
keteguhan sikap, terlatih, selalu respek dan waspada terhadap lingkungan sekitar.

Kesulitan-kesulitan yang dialami jiwa, sesungguhnya akan menghasilkan potensi


luar biasa. Potensi itu dalam bentuk kekuatan besar yang tersembunyi. Kesulitan-
kesulitan itu mampu membuka celah-celah hati, yang bahkan tidak diketahui oleh
seorang mukmin sekalipun, kecuali melalui bencana atau musibah yang
menderanya.

Saat itulah, seorang manusia harus segera menyadari, bahwa yang paling penting
ialah iltija`. Yaitu mencari perlindungan diri kepada Allah semata, ketika seluruh
tempat bergantung mengalami kegoncangan. Tidak ada tempat berlindung kecuali
naungan-Nya. Tidak ada pertolongan, kecuali dari-Nya. Di saat-saat genting itulah,
tabir kepalsuan kekuatan makhluk tersingkap. Tidak ada kekuatan kecuali dengan
kekuatan Allah. Tidak ada daya kecuali daya-Nya. Dan tidak ada tempat
perlindungan kecuali kepada-Nya.
Razaqanallah husnal khatimah. Wallahu a’lam.

[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 12/Tahun X/1428H/2007M. Diterbitkan


Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km.8 Selokaton
Gondangrejo Solo 57183 Telp. 0271-761016]
Ayat ke 1:

ْ ‫ص ِب ُر‬
‫وا‬ ْ َ‫وا بِهَا وَإِن ت‬ْ ‫ح‬ ٌ ‫س ِي َئ‬
ُ ‫ة ي َْف َر‬ َ ‫م‬ ُ ‫صب‬
ْ ‫ْك‬ ِ ‫م وَإِن ُت‬ ْ ‫ه‬ ُ ‫س ْؤ‬ ٌ ‫َسن‬
ُ َ‫َة ت‬ َ ‫مح‬ ْ ‫س ُك‬
ْ ‫س‬ ْ َ‫إِن ت‬
َ ‫م‬
ٌ‫حيط‬ ِ ‫ون ُم‬َ ‫ّللا بِمَا ي َْعم َُل‬
َ ‫ن‬ َّ ‫ش ْي ًئا إ‬
َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ْ ‫َض ُّر ُك‬
ُ ‫م َك ْي ُد‬ ْ ‫َوتَ َّت ُق‬
ُ ‫وا ال َ ي‬
ِ

In tamsaskum hasanatun tasu'hum wa-in tusibkum sayyi-atun


yafrahoo biha wa-in tasbiroo watattaqoo la yadurrukum kayduhum
shay-an inna Allaha bima yaAAmaloona muheetun

[3:120] Jika kamu memperoleh kebaikan, niscaya mereka bersedih


hati, tetapi Jika kamu mendapat BENCANA, mereka bergembira
karenanya. Jika kamu bersabar dan bertakwa, niscaya tipu daya
mereka sedikitpun tidak mendatangkan kemudharatan kepadamu.
Sesungguhnya Allah mengetahui segala apa yang mereka kerjakan.

Ayat ke 2:

ِ ‫يل‬
‫ّللا‬ َ ‫م فِي‬
ِ ‫س ِب‬ ْ ‫وا لِمَا أَصَاب َُه‬
ْ ‫ه ُن‬
َ ‫ون َكثِي ٌر َفمَا َو‬ َ َ‫و ََكأَيِن ِمن نَّ ِبي َقات‬
َ ُّ‫ل َم َع ُه ِربِي‬
َ‫صابِ ِرين‬ ُّ ‫ح‬
َّ ‫ب ال‬ ِ ‫َّللا ُي‬
ُ ‫وا و‬ ْ ‫َكا ُن‬
َ ‫است‬
ْ ‫وا َومَا‬ ْ ‫ض ُع ُف‬
َ ‫َومَا‬

Wakaayyin min nabiyyin qatala maAAahu ribbiyyoona katheerun


fama wahanoo lima asabahum fee sabeeli Allahi wama daAAufoo
wama istakanoo waAllahu yuhibbu alssabireena

[3:146] Dan berapa banyaknya nabi yang berperang bersama-sama


mereka sejumlah besar dari pengikut (nya) yang bertakwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena BENCANA yang menimpa mereka di
jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada
musuh). Allah menyukai orang-orang yang sabar.

Ayat ke 3:

ُ ‫ّللا و‬
‫َّللا‬ َ ‫ضو‬
ِ ‫َان‬ ْ ‫سو ٌء وَاتَّ َب ُع‬
ْ ‫وا ِر‬ ُ ‫م‬
ْ ‫س ُه‬
ْ ‫س‬ ْ َّ‫ضل ل‬
ْ ‫مي‬
َ ‫َم‬ ْ ‫ّللا و ََف‬
ِ ْ ‫َفان َقلَ ُب‬
َ‫وا بِ ِن ْعمَة ِمن‬
‫ظيم‬ ْ ‫ُذو َف‬
ِ ‫ضل َع‬

Fainqalaboo biniAAmatin mina Allahi wafadlin lam yamsas-hum soo-


on waittabaAAoo ridwana Allahi waAllahu thoo fadlin AAatheemin

[3:174] Maka mereka kembali dengan ni′mat dan karunia (yang


besar) dari Allah, mereka tidak mendapat BENCANA apa-apa,
mereka mengikuti keridhaan Allah. Dan Allah mempunyai karunia
yang besar [251]Ayat 172, 173 dan 174, di atas membicarakan
tentang peristiwa perang Badar Shughra (Badar kecil) yang terjadi
setahun sesudah perang Uhud. Sewaktu meninggalkan perang
Uhud itu, Abu Sufyan pemimpin orang Quraisy menantang Nabi dan
sahabat-sahabat beliau bahwa dia bersedia bertemu kembali
dengan kaum muslimin pada tahun berikutnya di Badar. Tetapi
karena tahun itu (4 H) musim paceklik dan Abu Sufyan sendiri
waktu itu merasa takut, maka dia beserta tentaranya tidak jadi
meneruskan perjalanan ke Badar, lalu dia menyuruh Nu′aim Ibnu
Mas′ud dan kawan-kawan pergi ke Madinah untuk menakut-nakuti
kaum muslimin dengan menyebarkan kabar bohong, seperti yang
disebut dalam ayat 173. Namun demikian Nabi beserta sahabat-
sahabat tetap maju ke Badar. Oleh karena tidak terjadi perang, dan
pada waktu itu di Badar kebetulan musim pasar, maka kaum
muslimin melakukan perdagangan dan memperoleh laba yang
besar. Keuntungan ini mereka bawa pulang ke Madinah seperti
yang tersebut pada ayat 174.

Ayat ke 4:

ٌ ‫َسن‬ َ ‫م فِي ُب ُروج ُّم‬ ْ ‫ت وَلَ ْو ُكن ُت‬ َ ‫م ْال‬ ُّ ‫وا ُي ْدر‬
ْ ‫أَ ْي َنمَا تَ ُكو ُن‬
‫َة‬ َ ‫مح‬ ِ ‫شيَّدَة وَإِن ُت‬
ْ ‫صب ُْه‬ ُ ‫م ْو‬ ُ ‫كك‬ ِ
‫ل‬ ًّ ‫ل ُك‬ ْ ‫ك ُق‬َ ‫عن ِد‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫هـ ِذ ِه ِم‬ ْ ‫ول‬
َ ‫وا‬ ُ ‫ة ي َُق‬
ٌ ‫س ِي َئ‬ ْ ‫صب ُْه‬
َ ‫م‬ ِ ‫ّللا وَإِن ُت‬
ِ ‫عن ِد‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫هـ ِذ ِه ِم‬
َ ‫وا‬ ُ ‫ي َُق‬
ْ ‫ول‬
‫عن ِد‬ ِ ‫ن‬ ْ ‫ِم‬

‫ح ِدي ًثا‬ َ ‫ون ي َْف َق ُه‬


َ ‫ون‬ َ ‫َـؤالء ْال َق ْو ِم ال َ ي‬
َ ‫َكا ُد‬ ُ ‫ّللا َفمَا لِه‬
ِ

Aynama takoonoo yudrikkumu almawtu walaw kuntum fee buroojin


mushayyadatin wa-in tusibhum hasanatun yaqooloo hathihi min
AAindi Allahi wa-in tusibhum sayyi-atun yaqooloo hathihi min
AAindika qul kullun min AAindi Allahi famali haola-i alqawmi la
yakadoona yafqahoona hadeethan

[4:78] Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan


kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh,
dan jika mereka memperoleh kebaikan [319]Kemenangan dalam
peperangan atau rezki.

Ayat ke 5:
‫ك‬ َ ‫ك وَأَر‬
َ ‫ْس ْلنَا‬ ِ ‫من نَّ ْف‬
َ ‫س‬ ِ ‫سيِ َئة َف‬ َ ‫ك ِمن‬ َ َ‫ّللا َومَا أَصَاب‬
ِ ِ ‫َسنَة َف‬
َ‫من‬ َ َ‫َّما أَصَاب‬
ْ ‫ك ِم‬
َ ‫نح‬
‫ش ِهي ًدا‬ ِ ِ‫سوال ً و ََك َفى ب‬
َ ‫اّلل‬ ُ ‫اس َر‬
ِ ‫لِل َّن‬

Ma asabaka min hasanatin famina Allahi wama asabaka min sayyi-


atin famin nafsika waarsalnaka lilnnasi rasoolan wakafa biAllahi
shaheedan

[4:79] Apa saja ni′mat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan
apa saja BENCANA yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu
sendiri. Kami mengutusmu menjadi Rasul kepada segenap manusia.
Dan cukuplah Allah menjadi saksi.

Ayat ke 6:

‫صي َبنَا‬ِ ‫شى أَن ُت‬ َ ‫خ‬ْ َ‫ون ن‬ ُ ‫م ي َُق‬


َ ‫ول‬ ْ ‫يه‬
ِ ِ‫ون ف‬ َ ‫ار ُع‬
ِ ‫س‬ َ ‫ض ُي‬ ٌ ‫َف َت َرى الَّ ِذينَ فِي ُق ُلوبِ ِهم َّم َر‬
ْ ‫س ُّر‬
‫وا‬ َ َ‫وا َعلَى مَا أ‬
ْ ‫ح‬ ْ ‫عن ِد ِه َف ُي‬
ُ ‫ص ِب‬ ْ ‫ال َف ْتحِ أَ ْو أَ ْمر ِم‬
ْ ِ‫ي ب‬ ْ َ ُ ‫سى‬ َ ‫دَآئِ َر ٌة َف َع‬
ِ ‫ن‬ َ ِ‫ّللا أن يَأت‬
‫فِي‬

ِ ‫أَ ْن ُف‬
ْ ‫س ِه‬
َ‫م نَا ِد ِمين‬

Fatara allatheena fee quloobihim maradun yusariAAoona feehim


yaqooloona nakhsha an tuseebana da-iratun faAAasa Allahu an
ya'tiya bialfathi aw amrin min AAindihi fayusbihoo AAala ma asarroo
fee anfusihim nadimeena

[5:52] Maka kamu akan melihat orang-orang yang ada penyakit


dalam hatinya (orang-orang munafik) bersegera mendekati mereka
(Yahudi dan Nasrani), seraya berkata: "Kami takut akan mendapat
BENCANA". Mudah-mudahan Allah akan mendatangkan
kemenangan (kepada Rasul-Nya), atau sesuatu keputusan dari sisi-
Nya. Maka karena itu, mereka menjadi menyesal terhadap apa yang
mereka rahasiakan dalam diri mereka.

Ayat ke 7:

‫وا َك ِثي ٌر‬ ُّ ‫وا َوص‬


ْ ‫َم‬ ْ ‫م‬
ُ ‫م َع‬ َّ ‫م ُث‬
ْ ‫ّللا َعلَ ْي ِه‬
ُ َّ ‫وا ُث‬
َ‫م تَاب‬ ُّ ‫وا َوص‬
ْ ‫َم‬ ْ ‫م‬ َ ‫وا أَال َّ تَ ُك‬
ٌ ‫ون فِ ْتن‬
ُ ‫َة َف َع‬ ْ ‫س ُب‬ َ ‫َو‬
ِ ‫ح‬
‫ون‬َ ‫صي ٌر بِمَا ي َْعم َُل‬ ُ ‫مو‬
ِ َ‫َّللا ب‬ ْ ‫ِم ْن ُه‬

Wahasiboo alla takoona fitnatun faAAamoo wasammoo thumma


taba Allahu AAalayhim thumma AAamoo wasammoo katheerun
minhum waAllahu baseerun bima yaAAmaloona

[5:71] Dan mereka mengira bahwa tidak akan terjadi suatu


BENCANApun (terhadap mereka dengan membunuh nabi-nabi itu),
maka (karena itu) mereka menjadi buta dan pekak, kemudian Allah
menerima taubat mereka, kemudian kebanyakan dari mereka buta
dan tuli (lagi). Dan Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan.

Ayat ke 8:

‫ن‬ْ ‫ن أَنجَانَا ِم‬


ْ ِ‫َخ ْفيَ ًة لَّئ‬
ُ ‫ض ُّرعاً و‬ َ َ‫ح ِر تَ ْد ُعونَ ُه ت‬ ِ ‫ظ ُلمَا‬
ْ ‫ت ْالبَر و‬
ْ َ‫َالب‬ ِ
ُ ‫يكم ِمن‬
ُ ِ‫ل مَن ُينَج‬
ْ ‫ُق‬
َّ
َ‫الشاكِ ِرين‬ َ‫ن ِمن‬ ُ ‫هـ ِذ ِه لَن‬
َّ َ‫َكون‬ َ
Qul man yunajjeekum min thulumati albarri waalbahri tadAAoonahu
tadarruAAan wakhufyatan la-in anjana min hathihi lanakoonanna
mina alshshakireena

[6:63] Katakanlah: "Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu


dari BENCANA di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya
dengan rendah diri dengan suara yang lembut (dengan
mengatakan: "Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari
(BENCANA) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang
bersyukur"".

Ayat ke 9:

َ ‫ش ِر ُك‬
‫ون‬ ْ ‫م أَن ُت‬
ْ ‫م ُت‬ َّ ‫ل َكرْب ُث‬ ُ ُ
ِ ‫ّللا ُينَجِيكم ِم ْنهَا َو ِمن ك‬
ُ ‫ل‬ ُ
ِ ‫ق‬

Quli Allahu yunajjeekum minha wamin kulli karbin thumma antum


tushrikoona

[6:64] Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari BENCANA itu


dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali
mempersekutukan-Nya."

Ayat ke 10:

ُ َ‫ك َوبَلَ ْون‬


ْ ‫اه‬
‫م‬ َ ِ‫ون َذل‬ َ ‫م ُد‬ َ ‫ح‬
ْ ‫ون َو ِم ْن ُه‬ َّ ‫م ال‬
ُ ِ‫صال‬ ً ‫ْض ُأ َم‬
ُ ‫ما ِم ْن ُه‬ َ ُ ‫و ََقطَّ ْعن‬
ْ ‫َاه‬
ِ ‫م فِي األر‬
َ ‫ج ُع‬
‫ون‬ ِ ‫م يَ ْر‬ ْ ‫َالس ِي َئاتِ لَ َعلَّ ُه‬
َّ ‫ت و‬ َ ‫الح‬
ِ ‫َسنَا‬ ْ ِ‫ب‬
WaqattaAAnahum fee al-ardi omaman minhumu alssalihoona
waminhum doona thalika wabalawnahum bialhasanati waalssayyi-
ati laAAallahum yarjiAAoona

[7:168] Dan Kami bagi-bagi mereka di dunia ini menjadi beberapa


golongan; di antaranya ada orang-orang yang saleh dan di
antaranya ada yang tidak demikian. Dan Kami coba mereka dengan
(nikmat) yang baik-baik dan (BENCANA) yang buruk-buruk, agar
mereka kembali (kepada kebenaran).

Ayat ke 11:

َ ‫م تَ َر ْو‬
‫ها‬ ْ َّ‫ج ُنو ًدا ل‬
ُ ‫ل‬َ ‫م ْؤ ِمنِينَ وَأَن َز‬
ُ ‫َعلَى ْال‬ َ ‫هو‬ ُ ‫َه َعلَى َر‬
ِ ِ‫سول‬ ُ ‫كي َنت‬ ُ ‫ل‬
َ ‫ّللا‬
ِ ‫س‬ َ ‫م أَنَز‬
َّ ‫ُث‬
َ‫كافِ ِرين‬ َ ‫جزَاء ْال‬ َ ‫ك‬ ْ ‫َعذبَ الَّ ِذينَ َك َف ُر‬
َ ِ‫وا َو َذل‬ َّ ‫و‬

Thumma anzala Allahu sakeenatahu AAala rasoolihi waAAala


almu'mineena waanzala junoodan lam tarawha waAAaththaba
allatheena kafaroo wathalika jazao alkafireena

[9:26] Kemudian Allah menurunkan ketenangan kepada RasulNya


dan kepada orang-orang yang beriman, dan Allah menurunkan bala
tentara yang kamu tiada melihatnya, dan Allah menimpakan
BENCANA kepada orang-orang yang kafir, dan demikianlah
pembalasan kepada orang-orang yang kafir.

Ayat ke 12:
ُ ‫خ ْذنَا أَ ْم َرنَا ِمن َقب‬
‫ْل‬ َ َ‫وا َق ْد أ‬ ُ ‫ة ي َُق‬
ْ ‫ول‬ ٌ ‫صي َب‬
ِ ‫ك ُم‬ ِ ‫م وَإِن ُت‬
َ ‫ص ْب‬ ُ ‫س ْؤ‬
ْ ‫ه‬ ٌ ‫َسن‬
ُ َ‫َة ت‬ ِ ‫إِن ُت‬
َ ‫ص ْب‬
َ ‫كح‬
َ ‫ح‬
‫ون‬ ُ ‫م َف ِر‬
ْ ‫ه‬ ْ َّ‫َويَ َتوَل‬
ُ ‫وا َّو‬

In tusibka hasanatun tasu'hum wa-in tusibka museebatun yaqooloo


qad akhathna amrana min qablu wayatawallaw wahum farihoona

[9:50] Jika kamu mendapat suatu kebaikan, mereka menjadi tidak


senang karenanya; dan jika kamu ditimpa oleh sesuatu BENCANA,
mereka berkata : "Sesungguhnya kami sebelumnya telah
memperhatikan urusan kami (tidak pergi perang)" dan mereka
berpaling dengan rasa gembira.

Ayat ke 13:

ِ ‫ول‬
‫ّللا‬ ِ ‫س‬ ُ ‫وا َعن َّر‬ َ ‫ب أَن يَ َت‬
ْ ‫خلَّ ُف‬ ِ ‫ح ْولَ ُهم ِمنَ األَ ْع َرا‬َ ‫َن‬ ْ ‫ة َوم‬ َ ‫ل ْال‬
ِ ‫م ِدي َن‬ ِ ‫ه‬ْ َ‫ان ِأل‬
َ ‫مَا َك‬
ٌ ‫م ظَمَأٌ َوال َ نَص‬
َ ‫َب َوال‬ ْ ‫صي ُب ُه‬ ْ ‫ك بِأَنَّ ُه‬
ِ ‫م ال َ ُي‬ َ ِ‫ه َذل‬ ِ ‫م َعن نَّ ْف‬
ِ ‫س‬ ْ ‫س ِه‬ِ ‫وا بِأَن ُف‬
ْ ‫ْغ ُب‬
َ ‫َوال َ يَر‬
‫َة فِي‬ ٌ ‫مص‬َ ‫َخ‬ْ ‫م‬

َ‫ن َع ُدو نَّ ْيال ً إِال َّ ُكتِب‬ْ ‫ون ِم‬ ُ ‫يظ ْال ُك َّفا َر َوال َ يَن‬
َ ‫َال‬ ُ ‫ط ًئا َي ِغ‬ َ ‫ّللا َوال َ يَطَ ُؤ‬
ِ ‫ون َم ْو‬ ِ ‫يل‬ َ
ِ ‫س ِب‬
َ‫سنِين‬
ِ ‫ح‬ ْ ‫م‬ ُ ‫ج َر ْال‬ ْ َ‫يع أ‬
ُ ‫ض‬ِ ‫ّللا ال َ ُي‬
َ ‫ن‬ َّ ‫ح إ‬
ِ ٌ ِ‫ل صَال‬ ٌ ‫م‬ َ ‫ه َع‬ِ ِ‫لَ ُهم ب‬

Ma kana li-ahli almadeenati waman hawlahum mina al-aAArabi an


yatakhallafoo AAan rasooli Allahi wala yarghaboo bi-anfusihim AAan
nafsihi thalika bi-annahum la yuseebuhum thamaon wala nasabun
wala makhmasatun fee sabeeli Allahi wala yataoona mawti-an
yagheethu alkuffara wala yanaloona min AAaduwwin naylan illa
kutiba lahum bihi AAamalun salihun inna Allaha la yudeeAAu ajra
almuhsineena

[9:120] Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-


orang Arab Badwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut
menyertai Rasulullah (berperang) dan tidak patut (pula) bagi
mereka lebih mencintai diri mereka daripada mencintai diri Rasul.
Yang demikian itu ialah karena mereka tidak ditimpa kehausan,
kepayahan dan kelaparan pada jalan Allah, dan tidak (pula)
menginjak suatu tempat yang membangkitkan amarah orang-orang
kafir, dan tidak menimpakan sesuatu BENCANA kepada musuh,
melainkan dituliskanlah bagi mereka dengan yang demikian itu
suatu amal saleh. Sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala
orang-orang yang berbuat baik,

Ayat ke 14:

‫م‬ ُ ‫َق يَا أَيُّهَا ال َّن‬


ْ ‫اس إِنَّمَا ب َْغ ُي ُك‬ ْ
ِ ‫ْض بِ َغ ْي ِر الح‬
َ
ِ ‫ون فِي األر‬ َ ‫م يَب ُْغ‬
ْ ‫ه‬ُ ‫م إِ َذا‬ ُ ‫ما أَنج‬
ْ ‫َاه‬ َّ َ‫َفل‬
‫م‬ْ ‫م َف ُننَبِ ُئ ُكم بِمَا ُكن ُت‬
ْ ‫ج ُع ُك‬ َّ ‫الد ْنيَا ُث‬
ِ ‫م إِلَينَا َم ْر‬ ُّ ‫حيَا ِة‬
َ ‫ع ْال‬َ ‫س ُكم َّمتَا‬ِ ‫َعلَى أَن ُف‬
‫ون‬َ ‫تَ ْعم َُل‬

Falamma anjahum itha hum yabghoona fee al-ardi bighayri alhaqqi


ya ayyuha alnnasu innama baghyukum AAala anfusikum mataAAa
alhayati alddunya thumma ilayna marjiAAukum fanunabbi-okum
bima kuntum taAAmaloona
[10:23] Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba
mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang
benar. Hai manusia, sesungguhnya (BENCANA) kezalimanmu akan
menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah
keni′matan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu,
lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

Ayat ke 15:

‫ح‬ ٌ ‫ات َعنِي إِنَّ ُه لَ َف ِر‬ َّ


ُ ‫الس ِي َئ‬ َّ َ‫َس ْت ُه لَي َُقول‬
َ ‫ن َذ‬
َ‫هب‬ َ ‫ن أَ َذ ْقنَا ُه نَ ْعمَاء ب َْع َد‬
َّ ‫ض َّراء م‬ ْ ِ‫وَلَئ‬
‫خو ٌر‬ ُ ‫َف‬

Wala-in athaqnahu naAAmaa baAAda darraa massat-hu


layaqoolanna thahaba alssayyi-atu AAannee innahu lafarihun
fakhoorun

[11:10] Dan jika Kami rasakan kepadanya kebahagiaan sesudah


BENCANA yang menimpanya, niscaya dia akan berkata: "Telah
hilang BENCANA-BENCANA itu daripadaku"; sesungguhnya dia
sangat gembira lagi bangga,

Ayat ke 16:

‫ج ٌر َك ِبي ٌر‬ َ ِ‫صالِحَاتِ ُأ ْولَـئ‬


ْ َ‫ك لَ ُهم َّم ْغ ِف َر ٌة وَأ‬ ْ ‫م ُل‬
َّ ‫وا ال‬ َ َ‫إِال َّ الَّ ِذين‬
ْ ‫صبَ ُر‬
َ ‫وا و‬
ِ ‫َع‬

Illa allatheena sabaroo waAAamiloo alssalihati ola-ika lahum


maghfiratun waajrun kabeerun
[11:11] kecuali orang-orang yang sabar (terhadap BENCANA), dan
mengerjakan amal-amal saleh; mereka itu beroleh ampunan dan
pahala yang besar.

Ayat ke 17:

ِ ِ ‫م ْوتَى بَل‬
‫ّلل‬ َ ‫ه ْال‬ َ ‫ْض أَ ْو ُك ِل‬
ِ ِ‫م ب‬ ُ ‫ه األَر‬
ِ ِ‫ت ب‬ ِ ‫ال أَ ْو ُق‬
ْ ‫ط َع‬ ِ ‫ه ْال‬
ُ ‫ج َب‬ ُ ‫ن ُقرْآنًا‬
ْ ‫س ِي َر‬
ِ ِ‫ت ب‬ َّ َ‫وَلَ ْو أ‬
َ ‫مي ًعا َوال‬ َ َ‫ّللا لَ َهدَى ال َّناس‬
ِ ‫ج‬ ُ ‫َشاء‬ َ ‫وا أَن لَّ ْو ي‬ْ ‫م يَ ْي َأس الَّ ِذينَ آ َم ُن‬
ِ ْ َ‫مي ًعا أَ َفل‬ َ ‫األَ ْم ُر‬
ِ ‫ج‬
ُ ‫يَز‬
‫َال‬

ْ ُّ ُ َ‫ة أَ ْو ت‬
َ ِ‫ح َّتى يَأت‬
‫ي‬ َ ‫م‬ ْ ‫ه‬ ِ ‫حل َق ِريبًا ِمن د‬
ِ ‫َار‬ ٌ ‫ار َع‬ ْ
ِ ‫ص َن ُعوا َق‬ ِ ‫لَّ ِذينَ َك َف ُرو ْا ُت‬
َ ‫صي ُب ُهم بِمَا‬
ِ ‫ف ْال‬
‫مي َعا َد‬ ُ ِ‫خل‬ْ ‫ّللا ال َ ُي‬
َ ‫ن‬ َّ ‫ّللا إ‬
ِ ِ ‫و َْع ُد‬

Walaw anna qur-anan suyyirat bihi aljibalu aw quttiAAat bihi al-ardu


aw kullima bihi almawta bal lillahi al-amru jameeAAan afalam yay-
asi allatheena amanoo an law yashao Allahu lahada alnnasa
jameeAAan wala yazalu allatheena kafaroo tuseebuhum bima
sanaAAoo qariAAatun aw tahullu qareeban min darihim hatta ya'tiya
waAAdu Allahi inna Allaha la yukhlifu almeeAAada

[13:31] Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang dengan
bacaan itu gunung-gunung dapat digoncangkan atau bumi jadi
terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah mati dapat
berbicara, (tentulah Al Quraan itulah dia) [774]Dapat juga ayat ini
diartikan: "Dan sekiranya ada suatu bacaan (kitab suci) yang
dengan membacanya gunung-gunung dapat digoncangkan atau
bumi jadi terbelah atau oleh karenanya orang-orang yang sudah
mati dapat bicara (namun mereka tidak juga akan beriman).

Ayat ke 18:

‫ن‬ْ ‫اب ِم‬ ُ ‫م األَرْضَ أَ ْو ي َْأتِي َُه‬


ُ ‫م ْال َع َذ‬ ُ ‫ّللا بِ ِه‬
ُ ‫ف‬ َ ‫س‬ ْ ‫ت أَن ي‬
ِ ‫َخ‬ َّ
ِ ‫السيِ َئا‬ ‫وا‬ َ ‫أَ َفأَ ِمنَ الَّ ِذينَ م‬
ْ ‫َك ُر‬
ْ ‫ث ال َ ي‬
َ ‫َش ُع ُر‬
‫ون‬ ُ ‫ح ْي‬َ

Afaamina allatheena makaroo alssayyi-ati an yakhsifa Allahu bihimu


al-arda aw ya'tiyahumu alAAathabu min haythu la yashAAuroona

[16:45] maka apakah orang-orang yang membuat makar yang


jahat itu, merasa aman (dari BENCANA) ditenggelamkannya bumi
oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka
dari tempat yang tidak mereka sadari,

Ayat ke 19:

‫يم‬
ِ ‫ظ‬ِ ‫ك ْربِ ْال َع‬ ْ َ‫ج ْينَا ُه وَأ‬
َ ‫هلَ ُه ِمنَ ْال‬ َّ ‫ج ْبنَا لَ ُه َف َن‬ ْ ‫ْل َف‬
َ ‫اس َت‬ ُ ‫حا إِ ْذ نَادَى ِمن َقب‬
ً ‫َو ُنو‬

Wanoohan ith nada min qablu faistajabna lahu fanajjaynahu


waahlahu mina alkarbi alAAatheemi

[21:76] Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo′a,
dan Kami memperkenankan do′anya, lalu Kami selamatkan dia
beserta keluarganya dari BENCANA yang besar.
Ayat ke 20:

‫ه وَإِ ْن أَصَابَ ْت ُه‬ِ ِ‫ن ب‬َّ َ‫اطمَأ‬ َ ‫حرْف َف ِإ ْن أَصَاب َُه‬


ْ ‫خ ْي ٌر‬ َ ‫ّللا َعلَى‬َ َّ ‫اس مَن ي َْع ُب ُد‬
ِ ‫َو ِمنَ ال َّن‬
‫ين‬ُ ‫م ِب‬ ُ ‫ان ْال‬
ُ ‫س َر‬ْ ‫خ‬ ُ ‫ه َو ْال‬ُ ‫ك‬
َ ِ‫خ َر َة َذل‬
ِ ‫َاْل‬ ُّ ‫س َر‬
ْ ‫الد ْنيَا و‬ َ ‫ه‬
ِ ‫خ‬ ِ ‫َج ِه‬ْ ‫َة ان َقلَبَ َعلَى و‬ ٌ ‫فِ ْتن‬

Wamina alnnasi man yaAAbudu Allaha AAala harfin fa-in asabahu


khayrun itmaanna bihi wa-in asabat-hu fitnatun inqalaba AAala
wajhihi khasira alddunya waal-akhirata thalika huwa alkhusranu
almubeenu

[22:11] Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Allah


dengan berada di tepi [981]

Ayat ke 21:

‫م ًة و ََال‬ ْ ‫م َر‬
َ ‫ح‬ ْ ‫سو ًءا أَ ْو أَ َرا َد بِ ُك‬ ْ ‫ّللا إِ ْن أَ َرا َد بِ ُك‬
ُ ‫م‬ ِ َّ َ‫م ُكم ِمن‬ ِ ‫ل مَن َذا الَّ ِذي ي َْع‬
ُ ‫ص‬ ْ ‫ُق‬
‫صيرًا‬ ِ َ‫ّللا َولِيًّا و ََال ن‬
ِ َّ ‫ون‬ ِ ‫ون لَ ُهم ِمن ُد‬ َ ‫يَجِ ُد‬

Qul man tha allathee yaAAsimukum mina Allahi in arada bikum soo-
an aw arada bikum rahmatan wala yajidoona lahum min dooni
Allahi waliyyan wala naseeran

[33:17] Katakanlah: "Siapakah yang dapat melindungi kamu dari


(takdir) Allah jika Dia menghendaki BENCANA atasmu atau
menghendaki rahmat untuk dirimu?" Dan orang-orang munafik itu
tidak memperoleh bagi mereka pelindung dan penolong selain
Allah.
Ayat ke 22:

‫يم‬
ِ ‫ظ‬ِ ‫ك ْربِ ْال َع‬ ْ َ‫ج ْينَا ُه وَأ‬
َ ‫هلَ ُه ِمنَ ْال‬ َّ َ‫َون‬

Wanajjaynahu waahlahu mina alkarbi alAAatheemi

[37:76] Dan Kami telah menyelamatkannya dan pengikutnya dari


BENCANA yang besar.

Ayat ke 23:

‫يم‬
ِ ‫ظ‬ِ ‫ب ْال َع‬ َ ‫َهمَا ِمنَ ْال‬
ِ ‫ك ْر‬ ُ ‫َاهمَا و ََق ْوم‬ َّ َ‫َون‬
ُ ‫ج ْين‬

Wanajjaynahuma waqawmahuma mina alkarbi alAAatheemi

[37:115] Dan Kami selamatkan keduanya dan kaumnya dari


BENCANA yang besar.

Ayat ke 24:

ُ َّ ‫ي‬
‫ّللا‬ َ ِ‫ل َرب‬ َ ‫ج ًال أَن ي َُقو‬ َ ‫م إِيمَانَ ُه أَتَ ْق ُت ُل‬
ُ ‫ون َر‬ ُ ‫ن ي َْك ُت‬
َ ‫ْع ْو‬
َ ‫آل فِر‬ ِ ‫ن‬ ٌ ‫ل ُّم ْؤ ِم‬
ْ ‫ن ِم‬ ٌ ‫ج‬ َ ‫و ََقا‬
ُ ‫ل َر‬
‫ْكم‬ ُ ‫صب‬ِ ‫ك صَا ِد ًقا ُي‬ ِ ‫ك َكا ِذبًا َف َعلَ ْي‬
ُ َ‫ه َك ِذ ُب ُه وَإِن ي‬ ُ ‫م وَإِن َي‬ ْ ‫البَ ِينَاتِ ِمن َّربِ ُك‬ ُ ‫و ََق ْد ج‬
ْ ِ‫َاءكم ب‬
‫ض‬ُ ‫ب َْع‬

ٌ ‫سر‬
ٌ ‫ف َك َّذ‬ ْ ‫ّللا َال ي َْه ِدي م‬
ُ ‫َن‬ َّ ‫م إ‬
َ َّ ‫ن‬ ُ َّ
‫اب‬ ِ ْ ‫ه َو ُم‬ ِ ْ ‫ال ِذي يَ ِع ُدك‬
Waqala rajulun mu'minun min ali firAAawna yaktumu eemanahu
ataqtuloona rajulan an yaqoola rabbiyya Allahu waqad jaakum
bialbayyinati min rabbikum wa-in yaku kathiban faAAalayhi
kathibuhu wa-in yaku sadiqan yusibkum baAAdu allathee
yaAAidukum inna Allaha la yahdee man huwa musrifun kaththabun

[40:28] Dan seorang laki-laki yang beriman di antara pengikut-


pengikut Fir′aun yang menyembunyikan imannya berkata: "Apakah
kamu akan membunuh seorang laki-laki karena dia menyatakan:
"Tuhanku ialah Allah padahal dia telah datang kepadamu dengan
membawa keterangan-keterangan dari Tuhanmu. Dan jika ia
seorang pendusta maka dialah yang menanggung (dosa) dustanya
itu; dan jika ia seorang yang benar niscaya sebagian (BENCANA)
yang diancamkannya kepadamu akan menimpamu". Sesungguhnya
Allah tidak menunjuki orang-orang yang melampaui batas lagi
pendusta.

Ayat ke 25:

‫ب‬ ْ َ‫األ‬
ِ ‫حزَا‬ َ ‫اف َعلَ ْي ُكم ِم ْث‬
ْ ‫ل َي ْو ِم‬ ُ ‫خ‬َ َ‫ل الَّ ِذي آمَنَ يَا َق ْو ِم إِنِي أ‬
َ ‫و ََقا‬

Waqala allathee amana ya qawmi innee akhafu AAalaykum mithla


yawmi al-ahzabi

[40:30] Dan orang yang beriman itu berkata: "Hai kaumku,


sesungguhnya aku khawatir kamu akan ditimpa (BENCANA) seperti
peristiwa kehancuran golongan yang bersekutu.
Ayat ke 26:

‫ْل أَن‬
ِ ‫م إِال فِي كِتَاب ِمن َقب‬
َّ ْ ‫س ُك‬ِ ‫ْض و ََال فِي أَن ُف‬ ِ ‫مَا أَصَابَ ِمن ُّم‬
َ ْ ‫صي َبة فِي‬
ِ ‫األر‬
ِ َّ ‫ك َعلَى‬ َّ ‫ها إ‬ َ
‫سي ٌر‬
ِ َ‫ّللا ي‬ َ ِ‫ن َذل‬ ِ َ ‫نَّ ْب َرأ‬

Ma asaba min museebatin fee al-ardi wala fee anfusikum illa fee
kitabin min qabli an nabraaha inna thalika AAala Allahi yaseerun

[57:22] Tiada suatu BENCANApun yang menimpa di bumi dan


(tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab
(Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.

Ayat ke 27:

‫حدَى ْال ُكبَ ِر‬ ِ َ ‫إِنَّهَا‬


ْ ‫َل‬

Innaha la-ihda alkubari

[74:35] Sesungguhnya Saqar itu adalah salah satu BENCANA yang


amat besar,

Anda mungkin juga menyukai