Anda di halaman 1dari 9

TOKSISITAS ORGANOKLORIN

Zehrotul Aini NIM 142310101063


Rischa Isrotul Nur Afida NIM 142310101067
Farida Nur Qomariyah NIM 142310101071
Berrylianti Ariesta Eldoris NIM 142310101076
Iqbal Luthfi Nauri NIM 142310101083

DEFINISI
Pertanian di Indonesia tidak jauh ikatannya dengan penggunaan pestisida.
Pestisida digunakan hampir semua lahan pertanian di Indonesia sebagai anti hama
dan gulma. Namun, penggunaan pestisida sangat merugikan dan dapat
menyebabkan keracunan. Pestisida berasal dari kata pest, yang berarti hama dan
cida, yang berarti pembunuh, jadi pestisida adalah substansi kimia digunakan
untuk membunuh atau mengendalikan berbagai hama. Secara luas pestisida
diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun, menghambat
pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan, kesehatan,
pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai pengikat,
penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT. Sedangkan menurut The
United State Federal Environmental Pestiade Control Act, Pestisida adalah semua
zat atau campuran zat yang khusus untuk memberantas atau mencegah gangguan
serangga, binatang pengerat, nematoda, cendawan, gulma, virus, bakteri, jasad
renik yang dianggap hama kecuali virus, bakteri atau jasad renik yang terdapat
pada manusia dan binatang lainnya.
Organoklorin adalah salah satu golongan pestisida. Klasifikasi
organoklorin adalah :
1. DDT dan analognya, misalnya BHC, dicofol, Klorobenzilat, TDE
dan metoxychlor.
2. Senyawa siklodien, misalnya aldrin, dieldrin, endrin, endusulfan
dan heptaklor
3. Terpena berklor, misalnya toksafen
Organoklorin Secara kimia tergolong insektisida yang toksisitas relatif
rendah akan tetapi mampu bertahan lama dalam lingkungan. Racun ini bersifat
mengganggu susunan syaraf dan larut dalam lemak. Pada aplikasinya
organoklorin bersifat non sistemik yaitu tidak diserap oleh jaringan tanaman tetapi
hanya menempel pada bagian luar tanaman disebut dengan insektisida kontak.
Disamping itu organoklorin juga sebagai racun kontak, insektisida yang masuk ke
dalam tubuh serangga lewat kulit dan ditranformasikan ke bagian tubuh serangga
tempat insektisida aktif bekerja (susunan saraf).
Organoklorin merupakan polutan yang bersifat persisten dan dapat
terbioakumulasi di alam serta bersifat toksik terhadap manusia dan makhluk hidup
lainnya. Organoklorin tidak reaktif, stabil, memiliki kelarutan yang sangat tinggi
di dalam lemak, dan memiliki kemampuan degradasi yang rendah (Ebichon dalam
Soemirat, 2005). Organoklorin termasuk ke dalam golongan pestisida yang bagus
dan ampuh, namun memiliki banyak dampak negatif terhadap lingkungan.
Sebagai pestisida, sifat persistensinya sangat menguntungkan untuk mengontrol
hama. Namun, Penggunaan insektisida organoklorin telah mengakibatkan
pencemaran terhadap udara, tanah, dan air. Area persawahan yang menggunakan
banyak materi organik akan mengandung residu pestisida yang tinggi karena
tanah yang seperti ini dapat mengabsorbsi senyawa hidrokarbon yang
mengandung klor (hidrokarbon terklorinasi).

EFEK RACUN
Toksisitas/daya racun adalah sifat bawaan pestisida yang menggambarkan
potensi pestisida untuk menimbulkan kematian langsung pada hewan dan
manusia. Berdasarkan toksisitasnya dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sangat toksik ,aldrin, endosulfan, dieldrin.
2. Toksik sederhana,Clordane, DDT,lindane, heptaklor.
3. Kurang toksik Benzane hexacloride (BHC).
Bahan pencemar senyawa organoklorin jenis PCBs Polikhorobiphenil
(PCB) adalah suatu senyawa suatu senyawa organoklorin yang memiliki sifat
racun yang sama dengan peptisida dan mempunyai sifat yang persisten atau sukar
di pecah dialam di alam. Seperti halnya peptisida dan PCB , poliaromatik
hidrokarbon merupakan polusi yang dapat memberikan efek yang negative
terhadap suatu perairan dengan kata lain akan mempengaruhi kualitas air suatu
perairan. Ciri-ciri PCBs sebagai berikut; dapat berbentuk cairan atau padat, tidak
berwarna dan kuning muda. PCBs mudah menguap sebagai uap air di udara dan
tidak diketahui bau maupun rasanya. PCBs yang masuk ke lingkungan adalah
dalam bentuk gabungan komponen individu chlorinated biphenyl, yang dikenal
sebagai congenercongener artinya sama dengan tidak murni.
1). Kategori toksisitas
Label pestisida memuat kata-kata simbol yang tertulis dengan huruf tebal dan
besar yang berfungsi sebagi informasi
a. Kategori I
Kata–kata kuncinya ialah “Berbahaya Racun” dengan simbol tengkorak dengan
gambar tulang bersilang dimuat pada label bagi semua jenis pestisida yang sangat
beracun. Semua jenis pestisida yang tergolong dalam jenis ini mempunyai LD 50
yang aktif dengan kisaran antara 0-50 mg perkg berat badan.
b. Kategori II
Kata-kata kuncinya adalah “Awas Beracun” digunakan untuk senyawa pestisida
yang mempunyai kelas toksisitas pertengahan, dengan daya racun LD 50 oral
yang akut mempunyai kisaran antara 50-500 mg per kg berat badan.

c. Kategori III
Kata-kata kuncinya adalah “Hati-Hati” yang termasuk dalam kategori ini ialah
semua pestisida yang daya racunnya rendah dengan LD 50 akut melalui mulut
berkisar antara 500-5000 mg per kg berat badan. Keracunan DDT tidak saja
disebabkan oleh daya toksis DDT itu sendiri tetapi larutan yang dipakai seperti
minyak tanah dapat menyebabkan lebih beratnya tingkat keracunan.
Tanda-tanda keracunan organoklorin adalah keracunan pada dosis rendah, si
penderita merasa pusing pusing, mual, sakit kepala, tidak dapat berkonsentrasi
secara sempurna. Pada keracunan dosis yang tinggi dapat kejang-kejang, muntah
dan dapat terjadi hambatan pernafasan.
2).Toksisitas terhadap susunan saraf
Organoklorin merangsang sistem saraf dan menyebabkan parestesia, peka
terhadap perangsangan, iritabilitas, terganggunya keseimbangan, tremor, dan
kejang-kejang.Beberapa zat kimia ini menginduksi fasilitasi dan hipereksitasi
pada taut sinaps dan taut neuromuskuler yang mengakibatkan pelucutan berulang
pada neuron pusat, neuron sensorik, dan neuron motorik. Organofosfat dan
karbamat menghambat AChE. Biasanya neurotransmiter ACh dilepaskan pada
sinaps itu. Sekali impuls saraf disalurkan, ACh yang dilepas dihidrolisis oleh
AChE menjadi asam asetat dan kolin di tempat itu. Dalam sistem saraf autonom
akumulasi ini akan menyebabkan diare, urinasi tanpa sadar, bronkokonstriksi,
miosis, dll. Akumulasinya pada taut neuromuskuler akan mengakibatkan
kontraksi otot yang diikuti dengan kelemahan, hilangnya refleks, dan paralisis.
3). Karsinogenisitas
Organofosfat umumnya tidak bersifat karsinogenik, kecuali senyawa yang
mengandung halogen, misalnya tetraklorinvos. Karbamat sendiri juga tidak
bersifat karsinogenik. Tetapi bila ada asam nitrit, karbaril terbukti dapat
membentuk nitrosokarbaril yang bersifat karsinogenik. Organoklorin yang diuji
semuanya telah terbukti menginduksi hepatoma pada mencit.
4). Teratogenisitas dan Efek pada Fungsi Reproduksi
Pada akhir tahun 1960-an, muncul berbagai artikel yang melaporkan berbagai
jenis efek teratogen dan efek reproduksi akibat karbaril pada anjing. Penelitian
pada tikus yang diberi karbaril tidak membuktikan adanya efek pada berbagai
fungsi reproduksi dan tidak ada teratogen. Pestisida lain yang dilaporkan
mempunyai efek teratogen ialah fungisida ditiokarbamat.
5). Efek buruk lain

Efek khusus karbaril pada ginjal dilaporkan terjadi pada sekelompok sukarelawan
manusia yang diberi karbaril dengan dosis 0,12 mg/kg setiap hari selama 6
minggu. Organoklorin bersifat hepatotoksik, menginduksi pembesaran hati dan
nekrosis sentrolobuler. Zat ini juga merupakan penginduksi monooksigenase
mikrosom, sehingga dapat mempengaruhi toksisitas zat kimia lain. Beberapa
organofosfat, karbamat, organoklorin, fungisid ditiokarbamat, dan herbisid
mengubah berbagai fungsi imun. Contohnya malation, metilparation, karbaril,
DDT, parakuat, dan dikuat telah terbukti dapat menekan pembentukan antibodi,
mengganggu fagositosis leukosit, dan mengurangi pusat germinal pada limpa,
timus dan kelenjar limfa.
6). Bioakumulasi dan Biomagnifikasi
Pestisida organoklorin umumnya lebih mampu bertahan di lingkungan dan
cenderung disimpan dalam timbunan lemak. Tetapi bioakumulasi lebih nyata pada
beberapa zat kimia dibanding dengan zat lainnya. Contohnya DDT jauh lebih
lama tersimpan dalam lemak tubuh dibanding metoksiklor. Kemampuannya
bertahan dalam lingkungan dapat menimbulkan masalah ekologis. DDT dan zat
kimia yang berkaitan dengan lingkungan meningkatkan metabolisme estrogen
pada burung.

JENIS DAN TINGKAT KEPARAHAN KERACUNAN

Secara umum terjadinya keracunan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis yaitu


sengaja atau tidak sengaja. Keracunan yang disengaja erat hubungannya dengan
usaha bunuh diri ataupun penyalahgunaan obat obatan sedangkan jenis keracunan
yang tidak disengaja erat hubungannya dengan kecelakaan kerja, atau ketidak
sadaran maupun ketidak tahuan seseorang terhadap suatu produk tertentu yang
dapat menimbulkan keracunan. Tingkat efek racun terhadap tubuh sangat
dipengaruhi oleh beberapa factor seperti sifat kimia bahan penyebab keracunan,
dosis, lama paparan, rute paparan serta faktor individu korban seperti umur, jenis
kelamin, derajat kesehatan tubuh, daya tahan tubuh, kebiasaan, nutrisi, serta faktor
genetik

JALUR PAPARAN
Bahan bahan penyebab keracunan yang masuk kedalam tubuh dapat
mempengaruhi atau merusak tubuh manusia sehingga dapat menyebabkan
gangguan kesehatan atau keracunan dan bahkan pada tingkat tertentu dapat
mengakibatkan kematian. Ada berbagai jalur / rute cara racun masuk ke dalam
tubuh, misalnya melalui penelanan lewat mulut, inhalasi pernapasan, kontak lewat
kulit atau mata maupun melalui suntikan dan semua jalur tersebut adalah sama
berbahayanya, dan pada tingkat tertentu untuk semua rute dapat berakibat fatal.

TANDA DAN GEJALA TERJADINYA KERACUNAN.


Banyak sekali gejala dan tanda tanda keracunan yang mirip dengan gejala atau
tanda dari suatu penyakit, seperti kejang, stroke dan reaksi insulin. Seseorang
yang telah mengalami keracunan kadang dapat diketahui dengan adanya gejala
keracunan. Gejala gejala keracunan tersebut secara umum dapat berupa gejala non
spesipik dan spesipik, namun kadang kadang sulit untuk menentukan adanya
keracunan hanya dengan melihat gejala-gejala saja. Perlu dilakukan tindakan
untuk memastikan telah terjadi keracunan dengan melakukan pemeriksaan
laboratorium. Pemerikasaan laboratorium ini dapat dilakukan melalui
pemeriksaan periodik urin, tinja, darah, kuku, rambut dan lain lain. Bila dicurigai
telah terjadi keracunan maka perlu
diidentifikasi tanda dan gejala yang muncul seperti tersebut dibawah ini:
1. Luka bakar atau kemerahan di sekitar mulut dan bibir yang mungkin
akibat menelan bahan kimia korosif.
2. Bau napas seperti bau bahan kimia, contoh bensin, minyak tanah dan cat
3. Adanya bercak atau bau bahan pada tubuh korban, baik pada pakaian atau
pada furnitur, pada lantai atau objek disekitar korban
4. Muntah, mulut berbuih, sulit bernapas, rasa kantuk yang berat,
kebingungan atau gejala lain yang tidak diharapkan.

USAHA USAHA PENCEGAHAN TERJADINYA KERACUNAN


Usaha usaha pencegahan keracunan perlu dilakukan di tempat dimana bahan
bahan kimia tersebut sering digunakan. Rumah tangga merupakan salah satu
tempat penggunaan produk produk industri, sehingga perlu dilakukan langkah-
langkah praktis untuk pencegahan terjadinya keracunan, disamping itu pada
tempat tempat kerja baik pada industri kecil ( home industri ) maupun industri
besar merupakan tempat utama terdapatnya bahan bahan kimia baik sebagai bahan
baku maupun sebagai hasil produk dari industri yang siap diedarkan kepada
masyarakat
USAHA USAHA MENCEGAH KERACUNAN DI RUMAH TANGGA
1. Simpanlah produk kimia rumah tangga, obat obatan , kosmetika dan
produk lain yang memiliki potensi bahaya pada tempat tertutup dan
terkunci serta jauh dari jangkauan anak anak.
2. Gunakan produk yang wadahnya memiliki tutup yang tidak mudah dibuka
oleh anak-anak.
3. Jangan menaruh bahan kimia / berbahaya di sembarang tempat
4. Simpanlah bahan kimia hanya pada wadah aslinya dan beri label berisi
nama bahan
5. Jangan sekali kali menyimpan bahan kimia pada wadah makanan maupun
minuman atau sebaliknya
6. Jangan membuang atau merusak label pada wadah asli sebuah produk,
baca label dengan teliti sebelum memakainya
7. Bila akan menggunakan bahan kimia ( baik pestisida atau pembersih lantai
) selalu gunakan alat pelindung diri, minimal masker atau sarung tangan.
8. Cuci tangan dengan sabun setiap habis menggunakan bahan kimia
9. Periksa kotak obat anda secara berkala, buanglah obat yang sudah rusak
atau kadaluarsa ketempat aman, jangan buang obat ke tempat yang orang
lain masih bisa mengambilnya kembali.
10. Simpanlah obat obatan dalam wadah aslinya lengkap dengan labelnya
sehingga kita dapat mengenali obat tersebut beserta bahan aktifnya
11. Sebelum meminum obat atau memberikan obat pada anak kecil malam
hari, nyalakanlah lampu terlebih dahulu, lalu baca teliti dosis dan aturan
pakai.
12. Anak anak cenderung meniru tindakan yang dilakukan orang dewasa.
Hindarilah meminum obat di hadapan anak kecil, dan jangan pernah
menyebut obat sebagai permen kepada anak anak
13. Pestisida dan penyegar ruangan akan terakumulasi pada karpet, kalau ingin
menyemprot hindari dari karpet misalnya dengan menggulung terlebih
dahulu atau jangan gunakan karpet pada ruangan ini.
14. Jika ingin menyemprot pestisida hindari anak anak dan binatang
kesayangan. Lakukan penyemprotan 1 jam sebelum ruangan dipakai
15. Simpanlah selalu nomor nomor telepon penting, seperti Sentra Informasi
Keracunan, Rumah sakit, Ambulans, Polisi dll.

USAHA USAHA MENCEGAH KERACUNAN DI TEMPAT KERJA


1. Manajemen program pengendalian sumber bahaya yang berupa
perencanaan, organisasi, kontrol, peralatan, dll
2. Penggunaan alat pelindung diri seperti masker, kaca mata pengaman,
pakaian khusus, krim kulit, sepatu kerja, dan sebagainya
3. Ventilasi yang baik
4. Maintenance, yaitu pemeliharaan yang baik dalam proses produksi,
kontrol, dll
5. Membuat label dan tanda peringatan terhadap sumber bahaya
6. Penyempurnaan produksi : Mengeleminasi sumber bahaya dalam proses
produksi.
7. Mendesain produksi berdasarkan keselamatan dan kesehatan kerja
8. Pengendalian / peniadaan debu, dengan memasang alat penyerap debu
disetiap tahap produksi yang menghasilkan debu
9. Ruang isolasi, yaitu proses kerja yang berbahaya harus terpisah dari
ruangan lainnya
10. Operasional praktis : Inspeksi keselamatan dan kesehatan kerja, Evaluasi
dan analisis keselamatan dan kesehatan kerja
11. Kontrol administrasi, berupa administrasi kerja yang sehat, pengurangan
jam pamaparan pada pekerja industri.
12. Pendidikan, yaitu pendidikan kesehatan atau job training masalah
penanganan bahan kimia beracun
13. Monitoring lingkungan kerja.
14. Pemeriksaan kesehatan awal, periodik, khusus dan screening serta
monitoring biologis ( darah, tinja, urine dan lainnya )
15. Sanitasi dan higiene dalam hal higiene perorangan, kamar mandi, pakaian,
fasilitas kesehatan, desinfektan dan sebagainya
16. Eleminasi, pemindahan sumber bahaya
Daftar Pustaka
Sutarmi,. dan Sari. 2007. Neurologi. Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press.

Yuantari. 2011. Dampak Pestisida Organoklorin Terhadap Kesehatan Manusia


Dan Lingkungan Serta Penanggulangannya. Universitas Dian Nuswantoro
Semarang : tidak dipublikasikan

Anda mungkin juga menyukai