Tiba-Tiba Malam
Nostalgia dan Penyesalan
Angin di Tindari
Cermin
Musim Gugur Kali Ini
Musuh Maut
Sarang Burung Malam
Laut Masih Bersuara
Kegembiraan Imitasi
Lorong
Tanpa Mengingat Maut
Kegelapan Mengembang dan Menjulang
Lahirnya Sebuah Lagu
Musim Gugur
Kesenyapan Sungai yang Terlelap
Epitaf Untuk Bice Donetti
Tanah Makam Bersenandung Dalam Diriku
Puisi Cinta
Di Sebuah Pulau
Auschwitz
Tentang Penyair
Tiba-Tiba Malam
*) Tindari, atau Tyndaris kuno, berada di pesisir tanjung provinsi Messina, Italia.
Pengasingan nan kejam
dan pencarian keselarasan berakhir padamu,
kini telah berubah
menjadi rasa cemas, terhadap kematian, yang berkembang
terlalu lekas,
dan tiap-tiap cinta ialah perisai untuk melawan kesedihan,
anak tangga sunyi dalam temaram,
di mana kaulah pemberhentianku sejenak
untuk memecah-mecah rotiku yang apak.
*) ‘Arbeit macht frei’ adalah sebuah frasa bahasa Jerman yang berarti “bekerja
membuatmu merdeka”. Frasa ini terkenal ditampilkan di pintu masuk
Auschwitz dan kamp kerja lainnya.
Pada sehampar pulau di mana cinta dan airmata
serta kasih sayang membusuk, dalam hujan,
di sana kata ‘tidak’ berdenyut dalam diri kita,
‘tidak’ bagi kematian, maut di Auschwitz,
takkan pernah lagi, dari dalam lubang
debu itu, kematian.
Tentang Penyair
Salvatore Quasimodo adalah novelis dan penyair kelahiran Modi-
ca, Sicily, Italia, 20 Agustus 1901. Pada tahun 1959, ia dianugerahi
penghargaan Nobel Sastra. Quasimodo wafat di Naples, Italia, pada
14 Juni 1968 di usia 66.