Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan merupakan suatu proses dari kehidupan seorang wanita, proses
ini akan menyebabkan terjadinya perubahan fisik, mental, dan sosial yang
dipengaruhi beberapa faktor fisik, psikologis, lingkungan, sosial budaya serta
ekonomi. Pada masa kehamilan terdapat berbagai komplikasi atau masalah masalah
yang terjadi, seperti halnya mual dan muntah yang sering dialami pada ibu hamil
yang merupakan salah satu gejala paling awal kehamilannya (Tiran ,2009). Mual
dan muntah yang terjadi pada wanita hamil trimester 1 dan trimester 2 dalam waktu
lama yang dapat berlangsung sampai 4 bulan yang dapat menggangu keadaan
umum ibu hamil sehari-hari disebut hiperemesis gravidarum (Proverawati, 2009).
Berdasarkan hasil penelitian Depkes RI ditahun 2009 menjelaskan bahwa
lebih dari 80% perempuan hamil mengalami rasa mual dan muntah, Hal ini bisa
menyebabkan perempuan menghindari makanan tertentu dan biasanya membawa
resiko baginya dan janin (Vicki, 2012).
Menurut Lisnawati (2013) faktor predisposisi yang menimbulkan
hiperemesis gravidarum adalah primigravida, overdistensi uterus, faktor alergi,
faktor psikologis, kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil, dan masalah
keluarga. Hiperemesis gravidarum dapat disebabkan karena peningkatan Hormone
Chorionic Gonodhotropin (HCG) dapat menjadi faktor mual dan muntah.
Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem
gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan lambung
menjadi kosong. Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi ibu hamil
muda bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi,
ketidakseimbangan elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan
lemak habis terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010).
Abortus adalah kejadian produk konsepsi yang keluar sebelum usia
kehamilan 20 minggu. Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara spontan
tanpa ada unsur kesengajaan. Abortus disengaja (induced abortion) adalah abortus
yang terjadi karena tindakan yang sengaja dilakukan untuk mengakhiri kehamilan

1|Page
sebelum usia 20 minggu. WHO menetapkan bahwa abortus termasuk dalam
masalah kesehatan reproduksi yang perlu mendapatkan perhatian dan merupakan
penyebab penderitaan wanita di seluruh dunia. Masalah abortus mendapat perhatian
penting dalam kesehatan masyarakat karena berpengaruh terhadap morbiditas dan
mortalitas maternal.
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya abortus, yaitu gangguan pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta,
infeksi-infeksi maternal, penyakit vascular, kelainan endokrin, faktor imunologis,
trauma, kelainan uterus, faktor psikosomatik, radiasi, obat-obatan dan bahan-bahan
kimia lainnya seperti bahan yang mengandung arsen. Pada awal abortus terjadilah
perdarahan dalam desidua basalis, kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di
sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil konsepsi terlepas sebagian atau
seluruhnya, sehingga merupakan benda asing dalam uterus. Keadaan ini
menyebabkan uterus berkontraksi untuk mengeluarkan isinya. Berdasarkan kondisi
tempat pelaksanaan abortus dan metode yang digunakan, berbagai komplikasi berat
dapat terjadi seperti sepsis, perdarahan, trauma genital dan abdominal, perforasi
uterus atau keracunan dapat berakibat fatal apabila terlambat ditangani.
Berdasarkan uraian diatas, kejadian hiperemesis gravidarum dan abortus
mengharuskan setiap kaum wanita untuk meningkatkan perhatian dan kewaspadaan
terhadap segala yang berkaitan dengan kehamilan yang mereka jalani, sehingga
peran perawat dalam mencegah dan mengatasi masalah hiperemesis gravidarum
dan abortus sangat diperlukan yaitu menjelaskan, mengajarkan, memberi arahan
serta melakukan asuhan keperawatan dengan intervensi yang sesuai dengan
keadaan pasien dan melakukan kolaborasi dengan tenaga medis yang lain dalam
perawatan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari hiperemesis gravidarum?

2|Page
2. Apa klasifikasi dari hiperemesis gravidarum?
3. Bagaimana etiologi dari hiperemesis gravidarum?
4. Bagaimana patofisiologi dari hiperemesis gravidarum?
5. Apa saja manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum?
6. Apa saja pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk mendiagnosa
hiperemesis gravidarum?
7. Bagaimana penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
8. Bagaimana komplikasi dari hiperemesis gravidarum?
9. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk
pasien dengan hiperemesis gravidarum?
10. Apa definisi dari abortus?
11. Apa klasifikasi dari abortus?
12. Bagaimana etiologi dari abortus?
13. Bagaimana patofisiologi dari abortus?
14. Apa saja manifestasi klinis dari abortus?
15. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk mediagnosa
abortus?
16. Bagaimana penatalaksanaan abortus?
17. Bagaimana komplikasi dari abortus?
18. Bagaimana asuhan keperawatan keperawatan yang harus dilakukan untuk
pasien dengan abortus?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Setelah pembelajaran mata kuliah keperawatan reproduksi I materi
gangguan trimester I kehamilan yaitu hyperemesis gravidarum dan abortus
diharapkan mahasiswa dapat memahami konsep dan teori dan mengaplikasikan
dalam asuhan keperawatan pasien dengan gangguan trimester I kehamilan.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan definisi dari hiperemesis gravidarum?
2. Menjelaskan klasifikasi dari hiperemesis gravidarum?

3|Page
3. Menjelaskan etiologi dari hiperemesis gravidarum?
4. Menjelaskan patofisiologi dari hiperemesis gravidarum?
5. Menjelaskan manifestasi klinis dari hiperemesis gravidarum?
6. Menjelaskan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan untuk
mendiagnosa hiperemesis gravidarum?
7. Menjelaskan penatalaksanaan hiperemesis gravidarum?
8. Menjelaskan komplikasi dari hiperemesis gravidarum?
9. Menjelaskan proses asuhan keperawatan keperawatan yang harus
dilakukan untuk pasien dengan hiperemesis gravidarum?
10. Menjelaskan definisi dari abortus?
11. Menjelaskan klasifikasi dari abortus?
12. Menjelaskan etiologi dari abortus?
13. Menjelaskan patofisiologi dari abortus?
14. Menjelaskan manifestasi klinis dari abortus?
15. Menjelaskan pemeriksaan penunjang yang dilakukan untuk
mediagnosa abortus?
16. Menjelaskan penatalaksanaan abortus?
17. Menjelaskan komplikasi dari abortus?
18. Menjelaskan proses asuhan keperawatan keperawatan yang harus
dilakukan untuk pasien dengan abortus?
1.4 Manfaat
1. Mahasiswa mampu memahami tentang hiperemesis gravidarum dan abortus
sehingga dapat menunjang pembelajaran perkuliahan pada mata kuliah
Keperawatan Reproduksi I.
2. Mahasiswa mampu memahami proses asuhan keperawatan yang dilakukan
pada klien dengan hiperemesis gravidarum dan abortus sehingga dapat
menjadi bekal saat melakukan proses asuhan keperawatan selama dirumah
sakit.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

4|Page
2.1 Hiperemesis Gravidarum
2.1.1 Definisi Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidum yang berlebihan
sehingga menimbulkan gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari hari
(Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 2004). Mual dan muntah yang berlebihan
sehingga pekerjaan sehari-hari dan bahkan membahayakan kehidupannya
(Manuaba d., 2007).
Hiperemesis gravidarum tingkat 1 adalah muntah terus menerus yang
mempengaruhi keadaan umum, menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tidak
ada, berat badan turun dan nyeri epigastrum. Frekuensi nadi pasien naik sekitar
100x permenit, tekanan darah sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering
dan mata cekung (Kapita Selekta 1, 259). Hiperemesis gravidarum yang
berlangsung lama (umumnya antara 6-12 minggu) dapat mengakibatkan
gangguan tumbuh kembang janin intrauteri (Manuaba d., 2007).
Mual dan muntah selama kehamilan biasanya di sebabkan oleh perubahan
dalam sistem endokrin yang terjadi selama kehamilan, terutama disebabkan
oleh tingginya fluktuasi kadar hCG (human Chorionik gonadotropin),
khususnya karena periode mual dan muntah gestasional yang paling umum
adalah pada 12-16 minggu pertama, yang pada saat itu hCG mencapai kadar
tingginya. hCG sama dengan LH (luteinizing hormon) dan di sekresikan oleh
sel-sel trofoblas blastosit. hCG melewati kontrol ovarium di hipofisis dan
menyebabkan korpus luteum terus memproduksi estrogen dan progesteron,
suatu fungsi yang nantinya diambil alih oleh lapisan korionik plasenta. Keluhan
ini secara umum dikenal sebagai “morning sickness” karena terasa lebih berat
pada pagi hari. Namun, mual dan muntah dapat berlangsung sepanjang hari.
Rasa dan intensitasnya seringkali dideskripsikan menyerupai mual muntah
karena kemoterapi untuk kanker.

2.1.2 Klasifikasi Hiperemesis Gravidarum


Menurut (Prof. dr. Ida Bagus Gde Manuaba, 2004) Pembagian
hiperemesis gravidum adalah sebagai berikut:

5|Page
1. Tingkat I :
a. Muntah berlebih
b. Dehidrasi ringan
c. Nyeri epigastrum
d. Nadi meningkat
e. Berat badan menurun
2. Tingkat II:
a. Tampak lemah dan apatis
b. Dehidrasi sedang
c. Turgor kulit turun
d. Lidah mengering
e. Tampak ikterus
f. Nadi meningkat, temperatur naik, tekanan darah turun
g. Hemokonsentrasi disertai oliguria
h. Badan keton dalam keringat dan air kencing
3. Tingkat III
a. Keadaan umum sangat turun
b. Kesadaran somnolen sampai koma
c. Ikterus yang makin nyata
d. Komplikasi yang makin tampak
Ensepalopati Wernicke
Muntah dapat disertai darah
2.1.3 Etiologi Hiperemesis Gravidarum
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Tetapi
beberapa faktor predisposisi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Faktor adaptasi dan hormonal
Pada wanita hamil yang kekurangan darah lebih sering terjadi hiperemesis
gravidarum. Dapat dimasukkan dalam ruang lingkup faktor adaptasi adalah
wanita hamil dengan anemia, wanita primi gravida dan over distensi rahim
pada hamil ganda dan hamil mola hidatidosa. Sebagian kecil primi gravida
belum mampu beradaptasi terhadap hormon estrogen dan khorionik
gonadrotropin, sedangkan pada hamil ganda dan mola hidatidosa, jumlah

6|Page
hormon yang dikeluarkan terlalu tinggi dan menyebabkan terjadi
hiperemesis gravidarum itu.
2. Faktor psikologis
Hubungan faktor psikologis dengan kejadian hiperemesis gravidarum
belum jelas. Besar kemungkin bahwa wanita yang menolak hamil, takut
kehilangan pekerjaan, keretakan hubungan dengan suami dan sebagainya,
diduga dapat menjadi faktor kejadian hiperemesis gravidarum.
3. Faktor alergi
Pada kehamilan, di mana diduga terjadi invasi jaringan villi korialis yang
masuk ke dalam peredaran darah ibu, maka faktor alergi dianggap dapat
menyebabkan kejadian hiperemesis gravidarum (Manuaba, 1998. hal: 209).
2.1.4 Patofisiologi Hiperemesis Gravidarum
Diawali dengan mual muntah yang berlebih sehingga dapat menimbulkan
dehidrasi, tekanan darah turun dan deuriris menurun. Hal ini menimbulkan
perfusi ke jaringan menurun untuk memberikan nutrisi dan mengkonsumsi O2
oleh karena itu, dapat terjadi perubahan metabolisme menuju ke arah anaerobik
yang menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebih dapat
menimbulkan perubahan elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih tinggi.
Dampak dari semua masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan
fungsi vital berikut ini :
a. Liver
Dehidrasi yang menimbulkan konsumsi O2 menurun
Gangguan fungsi sel liver dan terjadi ikterus
Terjadi pendarahan pada parenkim liver sehingga menyebabkan gangguan
funngsi imun

b. Ginjal
Dehidrasi penurunan diereses sehingga sisa metabolisme tertimbun seperti
asam laktat, benda keton
Terjadi pendarahan dan nekrosis sel ginjal: dieresis berkurang bahkan dapat
anuria, mungkin terjadi albuminuria

7|Page
c. Sistem saraf pusat
Terjadi nekrosis dan pendarahan otak diantaranya pendarahan ventrikel
Dehidrasi sistem jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak
jaringan otak dan adanya benda keton dapat merusak fungsi saraf pusat yang
menimbulkan kelainan ensefalopati wencke dengan gejala (nigtamus,
gangguan kesadaran dan mental serta diplopia)
Pendarahan pada retina dapat mengaburkan penglihatan
Mual muntah yang berkelanjutan dapat menimbulkan gangguan fungsi
umum alat- alat vital dan menimbulkan kematian.
Muntah yang terus menerus mengakibatkan dehidrasi dan akhirnya
mengakibatkan penurunan jumlah darah dan nutrient yang bersikulasi ke janin
yang berkembang
Perawatan di rumah sakit mungkin di perlukan pada gejala- gejala yang
berat saat klien memerlukan hidrasi intravena dan koreksi terhadap
ketiakseimbangan metabolisme.

2.1.5 Manifestasi Klinis Hiperemesis Gravidarum


Batas antara muntah yang fisiologis dan patologis tidak jelas, tetapi
muntah menimbulkan gangguan dalam kehidupan sehari-hari dan dehidrasi
memberikan petunjuk bahwa wanita hamil telah memerlukan perawatan yang
intensif. Gambaran gelaja hiperemesis gravidarum secara klinis dapat dibagi
menjadi 3 tingkat :
a. Hiperemesis gravidarum tingkat pertama
Muntah yang terus menerus, makan berkurang, berat badan menurun, kulit
dehidrasi-tonusnya lemah, nyeri di daerah epigastrium, tekanan darah turun
dan nadi meningkat, lidah kering, mata tampak cekung

b. Hiperemesis gravidarum tingkat kedua


Penderita tampak lebih lemah, gejala dehidrasi makin tampak, mata makin
cekung, turgor kulit makin kurang, lidah kering dan kotor, tekanan darah
turun, nadi meningkat, berat badan makin menurun, mata ikterik, gejala
hemokonsentrasi makin tampak : urin berkurang, badan aseton dalam urin

8|Page
meningkat, terjadi gangguan buang air besar, mulai tampak gejala gangguan
kesadaran menjadi apatis, napas berbau aseton
c. Hiperemesis gravidarum tingkat ketiga
Muntah berkurang, keadaan umum wanita hamil makin menurun, tekanan
darah menurun, nadi meningkat dan suhu naik, keadaan dehidrasi makin
jelas, gangguan faal hati terjadi dengan manifestasi ikterus, gangguan
kesadaran dalam bentuk: somnolen sampai koma, komplikasi susunan saraf
pusat (ensellopati wernicke), nigtamus (perubahan arah bola mata), diplopia
(gambar tampak ganda), perubahan mental.
2.1.6 Pemeriksaan Diagnostik Hiperemesis Gravidarum
1. USG (dengan menggunakan waktu yang tepat): mengkaji usia gestasi
janin dan adanya gestasi multipel, mendeteksi abnormalitas janin,
melokalisasi plasenta.
2. Urinalisis: kultur, mendeteksi bakteri, BUN
3. Pemeriksaan fungsi hepar: AST, ALT dan kadar LDH.
2.1.7 Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum
Jarang ada terapi untuk mual dan muntah pada kehamilan yang
menyebabkan calon ibu benar–benar terbebas dari keluhan mual dan muntah
(williams, 2006). Secara keseluruhan penatalaksanaan untuk hiperemesis
gravidarum harus tergantung pada angka kesakitan yang dirasakan ibu,
pengaruh yang kuat pada kualitas kehidupan seorang wanita dan aman bagi
bayi. Penatalaksanaan dimulai dari perubahan pola makan dan pola hidup
sampai penggunaan supplement vitamin, terapi antiemetik, sampai pada
hospitalisasi. Penatalaksanaan umum dimulai dari intervensi nonfarmakologi,
terapi obat-obatan diperlukan jika mual dan muntah tidak dapat diatasi.
Pertimbangkan yang ada yaitu dengan pendekatan terapi nonfarmakologi dan
terapi farmakologi, petugas kesehatan harus mengerti bahwa penatalaksanaan
yang adekuat dengan menggabungkan terapi nonfarmakologi dan terapi
farmakologi (Smith, et al., 2006).
a. Terapi nonfarmakologi
1. Pengobatan psikologis

9|Page
Pendekatan psikologik sangat penting dalam pengobatan
hiperemesis gravidarum. Bantuan moral dengan meyakinkan wanita
bahwa gejala–gejala yang terjadi wajar dalam kehamilan muda dan akan
hilang dengan sendirinya menjelang kehamilan 4 bulan sangat penting
artinya (Prawirohardjo, 1997).
Ketika dirawat dan dilakukan isolasi, petugas dapat memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi tentang berbagai masalah berkaitan
dengan kehamilan untuk mengurangi stress yang dialami ibu (Manuaba,
1998). Konsultasi pada psikiater juga terkadang diperlukan bila ibu
mengalami depresi, dicurigai mengalami kekerasan dalam rumah tangga
atau memiliki penyakit jiwa (Quinlan & Hill, 2003).
2. Makan porsi kecil tapi sering
Keluhan mual dan muntah ini dapat diminimalisasi dengan makan
kecil tapi sering dan berhenti sebelum kenyang dan menghindari
makanan yang mungkin akan memicu atau memperparah gejala
(williams, 2006). Rekomendasi umum yang dapat dipilih adalah
makanan lunak dan manis, tinggi karbohidrat, rendah lemak,
menghindari makanan berbau menyengat, dan tidak mengkonsumsi
tablet besi (Mesics, 2008).
Direkomendasikan makan dalam porsi kecil tapi sering setiap 2
sampai 3 jam, makan rendah lemak, tinggi protein, menghindari
makanan berminyak dan makanan asin (Mesics, 2008).
3. Penggunaan akupresure dan jahe
Murphy dan Chez (2000, dalam Williams, 2006) mengkaji terapi-
terapi alternatif antara lain penggunaan akupuntur pada titik P6 dan
bubuk jahe yang diberikan 250 mg 3–4 kali sehari. Terapi alternatif yang
biasa digunakan adalah penggunaan jahe, peppermint, dan daun
raspberry. Jahe memiliki keuntungan sebagai sebuah terapi alternatif
untuk penatalaksanaan variasi mual dan muntah dalam kehamilan.
Dosis yang biasa digunakan untuk jahe adalah 1–2 gr/hari peroral 3–4
dibagi perdosis selama seminggu (Smith, et al., 2006).
4. Pemijatan

10 | P a g e
Terapi pemijatan juga berperan untuk meningkatkan serotonin dan
dopamine dan menurunkan kadar kortisol, dapat membantu secara
umum untuk relaksasi dan penurunan stress. Pemijatan taktil dengan
lembut, lambat dapat dilakukan pada tangan dan kaki atau pada seluruh
tubuh (Mesics, 2008). Pemijatan taktil dapat membantu untuk
meningkatkan relaksasi, melapangkan pikiran dan memberikan
pemikiran kepada ibu bahwa tubuhnya dapat berfungsi kembali.
Pemijatan taktil merupakan terapi alternatif dan saling melengkapi
untuk hiperemesis gravidarum (Mesics, 2008).
b. Terapi farmakologi
Tujuan dari perawatan hiperemesis gravidarum adalah mengurangi
mual dan muntah, menggantikan cairan dan elektrolit, meningkatkan gizi
dan berat badan ibu (Tiran, 2008).
1. Hospitalisasi
Jika mual dan muntah yang dialami diikuti oleh dehidrasi,
diperlukan perawatan di rumah sakit untuk rehidrasi dan penggantian
vitamin dan mineral yang disebut sebagai terapi antiemetik. Setelah
ketonuria dan mual dan muntah teratasi, perlu perawatan di rumah, salah
satunya adalah obat peroral (Mesics, 2008). Dalam keadaan muntah
yang berlebihan dan dehidrasi ringan, penderita hiperemesis gravidarum
sebaiknya dirawat sehingga dapat mencegah komplikasi dari
hiperemesis gravidarum (Mansjoer, 2001).
2. Pemberian obat – obatan
3. Penghentian kehamilan
Pada beberapa kasus, pengobatan hiperemesis gravidarum tidak
berhasil, malah mengakibatkan keadaan ibu bertambah buruk sehingga
diperlukan pertimbangan untuk melakukan penghentian kehamilan.
Delirium, kebutaan, takhikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan
merupakan manifestasi komplikasi organik yang dapat mnyebabkan
penghentian kehamilan dapat dilkukan (Prawirohardjo, 1997; Manuaba,
1998).
2.1.8 Komplikasi Hiperemesis Gravidarum

11 | P a g e
Menurut Manuaba (2010) terdapat beberapa komplikasi yang dapat terjadi
akibatnya adanya Hiperemesis Gravidarum pada kehamilan diantaranya:

1. Komplikasi ringan
a. Kehilangan berat badan
Diakibatkan ibu hamil yang mengalami hiperemesis gravidarum
memuntahkan semua makanan yang telah dimakan dan diminum yang
dapat menyebabkan ibu tersebut kehilangan pemenuhan nutrisi
kehamilan sehingga mampu menyebabkan BB ibu turun drastis.
b. Dehidrasi
Akibat rasa mual dan muntah berulang maka cairan yang seharusnya
diserap oleh tubuh ikut keluar bersama makanan yang dimuntahkan,
sehingga tubuh tidak memiliki banyak cairan untuk menjalankan fungsi
normalnya.
c. Asidosis dari kekurangan gizi
Disebabkan karena rasa mual yang berlebihan menyebabkan kondisi
lambung tidak adekuat dalam memproses nutrisi makanan sehingga
terjadi peningkatan asam pada tubuh. Sehingga tubuh mencerna asam
atau zat yang dapat diubah menjadi asam.
d. Alkalosis hipokalemia
Diakibatkan karena rasa mual dan muntah yang berlebihan sehingga
kadar cairan dalam tubuh berkurang (hilangnya Na dan K) yang dapat
menyebabkan ketidakseimbangan pH dalam tubuh.
e. Kelemahan otot
Diakibatkan karena nutrisi makanan banyak yang terbuang dalam proses
muntah sehingga proses pembentukan energi terganggu dan akibatnya
sel–sel otot tidak menerima asupan nutrisi dengan baik.
f. Kelainan elektrokardiografik
Diakibatkan oleh makanan yang tidak termetabolisme dengan baik atau
dimuntahkannya makanan yang dapat menyebabkan perfusi jaringan
tidak adekuat menerima nutrisi dan mendistribusikan bahan–bahan
makanan dari pengambilan sisa–sisa metabolisme.

12 | P a g e
g. Gangguan psikologik
Diakibatkan oleh rasa mual dan muntah yang diderita terjadi berkali-kali
dalam kurun waktu 24 jam mampu memicu terjadinya stress dalam
menangani hal tersebut, gelisah, tegang, dan ketakutan.
2. Komplikasi yang mengancam kehidupan
a. Ruptur oesophageal
Hal ini berkaitan dengan muntah berat, jika terlalu sering muntah maka
secara tidak langsung memberikan tekanan pada esopagus untuk
mengeluarkan kembali makanan yang telah dimakan. Sehingga mampu
menimbulkan nyeri pada esopagus dan menimbulkan jejas yang dapat
menyebabkan dinding esopagus ruptus secara bertahap.
b. Encephalophaty wernike’s mielinolisis pusat pontine
Dapat diakibatkan kehilangan cairan yang berlebihan dari proses muntah.
Sehingga, terjadi kerusakan ginjal yang memicu terjadinya gangguan
regulasi vaskuler oleh ginjal. Hal ini dapat menyebabkan nyeri kepala
berat pada ibu hamil.
c. Kerusakan ginjal
Akibat hilangnya nutrisi dan cairan yang berlebih menyebabkan ginjal
tidak dapat mensekresi dan ekskresi cairan di dalam tubuh dengan baik.
Sehingga jika terjadi dalam waktu yang lama ginjal akan mengalami
kolaps.
d. Keterlambatan pertumbuhan janin didalam kandungan
Diakibatkan pemenuhan nutrisi pada placenta janin mengalami
gangguan, sehingga proses pertumbuhan janin mengalami keterlambatan
(usia kandungan 16 minggu belum merasakan pergerakan janin).
e. Kematian janin
Diakibatkan oleh kondisi ibu muntah berat sehingga plasenta janin
kurang asupan nutrisi dan cairan. Jika terjadi dalam waktu yang lama
janin mengalami defisiensi nutrisi dan akhirnya dapat menyebabkan
kematian.

2.1.9 Asuhan Keperawatan Hiperemesis Gravidarum

13 | P a g e
1. Pengkajian (Runiari. N, 2010)
a. Pengkajian Data Subjektif
1) Riwayat kehamilan saat ini meliputi ada tidaknya gemeli, riwayat
pemeriksaan antenatal dan komplikasi.
2) Riwayat diet, khususnya intake cairan.
3) Pengobatan yang didapat saat ini.
4) Riwayat pembedahan khususnya pembedahan pada umumnya.
5) Riwayat medis sebelumnya seperti riwayat penyakit obstetri dan
ginekologi, kolelitiasis atau gangguan abdomen lainnya, gangguan
tiroid, dan ada tidaknya depresi.
6) Riwayat sosial seperti terpapar penyakit yang mengganggu
komunikasi, terpapar dengan lingkungan, tercapainya pelayanan
antenatal, peran, tanggung jawab, pekerjaan, ketidakhadiran di
tempat bekerja, perubahan status kesehatan atau stresor
kehamilan, respons anggota keluarga yang dapat bervariasi
terhadap hospitalisasi dan kondisi sakit, serta seistem pendukung.
7) Integritas ego seperti konflik interpersonal keluarga, kesulitan
ekonomi, perubahan persepsi tentang kondisi, dan kehamilan yang
tidak direncanakan.
8) Riwayat penyakit sebelumnya meliputi awal kejadian dan
lamanya. Jika mengalami muntah, kaji warna, volume, frekuensi,
dan kualitasnya. Kaji juga faktor yang memperberat dan
memperingan keadaan, serta pengobatan yang dilakukan baik di
fasilitas kesehatan atau pengobatan di rumah.
9) Gejala-gejala lain seperti bersendawa atau flatus, diare atau
konstipasi, serta nyeri pada abdomen. Riwayat nyeri abdomen
meliputi lokasi, derajat, kualitas, radiasi, serta faktor yang
memperingan dan memperberat nyeri.
b. Pengkajian Data Objektif
1) TTV: ada tidaknya demam, takikardi, hipotensi, frekuensi nafas
meningkat, adanya nafas bau aseton
2) Status gizi: berat badan meningkat/menurun

14 | P a g e
3) Status kardiovaskuler: kualitas nadi, takikardi, hipotensi
4) Status hidrasi: turgor kulit, keadaan membrane mukosa, oliguria
5) Keadaan abdomen: suara abdomen, adanya nyeri lepas/tekan,
adanya distensi, adanya hepatosplenomegali, tanda Murpy.
6) Genitourinaria: nyeri kostovertebral dan suprapubik
7) Status eliminasi: Perubahan konstipasi feses, konstipasi dan
perubahan frekuensi berkemih
8) Keadaan janin: Pemeriksaan DJJ, TFU, dan perkembangan janin
(apakah sesuai dengan usia kehamilan)
2. Diagnosa Keperawatan
a. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual dan muntah.
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif (mual
dan muntah berlebihan)
d. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan energi
dan kelelahan
e. Risk for disturbed maternal-fetal dyad berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum
f. Ineffective childbearing process (00221) berhubungan dengan
ketidakefektifan menejemen pada gejala yang tidak menyenangkan
dalam kehamilan
NO Dx. Keperawatan NOC NIC
1 Ketidakseimbangan Memperlihatkan Mual / Muntah
nutrisi kurang dari Status Gizi: 1. Identifikasi faktor pencetus
kebutuhan tubuh Asupan Gizi Mual dan Muntah
b/d mual dan yang dibuktikan 2. Catat warna, jumlah, dan
muntah pasien dapat frekuensi muntah
makan seperti 3. Minimalkan faktor yang dapat
menyebabkan mual dan
biasanya
muntah

15 | P a g e
4. Instruksikan pasien agar
menarik napas dalam, perlahan
dan menelan secara sadar
5. Kolaborasi: berikan obat
antiemetik sebelum makan
atau sesuai jadwal yang di
anjurkan
Manajemen Nutrisi
1. Pantau kandungan nutrisi dan
kalori pada catatan asupan
2. Berikan pasien minuman dan
kudapan bergizi, tinggi protein,
tinggi kalori
2 Intoleransi aktivitas Menunjukkan Manajemen Energi
b/d kelemahan toleransi 1. Tentukan penyebab keletihan
aktivitas 2. Pantau asupan nutrisi untuk
dibuktikan menentukan sumber energi
pasien dapat yang adekuat
melakukan
kegiatan seperti
biasa.

3 Kekurangan Kekurangan Manejemen Cairan


volume cairan b/d volume cairan 1. Pantau status hidrasi
kehilangan volume akan teratasi 2. Tingkatkan asupan oral
cairan aktif (mual dibuktikan 3. Kolaborasi: berikan terapi IV,
dan muntah keseimbangan sesuai program
berlebihan) air dalam
kompartemen
intrasel dan
ekstrasel tubuh

4 Ketidakefektifan Menunjukkan Pemantauan Pernapasan


pola napas b/d pola pernapasan 1. Pantau kecepatan, irama,
penurunan energi efektif, yang kedalaman, dan upaya
dan kelelahan dibuktikan pernapasan
pergerakan 2. Pantau pola pernapasan
udara ke dalam 3. Pantau pergerakan dada
4. Auskultasi suara napas
dan ke luar paru
tidak terganggu

(Wilkinson. J.M, dan Ahern. N.R, 2011)

16 | P a g e
3. Evaluasi (Runiari. N, 2010)
Hal-hal yang perlu dievaluasi pada asuhan keperawatan klien dengan
hiperemesis gravidarum.
1. Keseimbangan cairan dan elektrolit.
a. Turgor kulit.
b. Membrane mukosa.
c. Berat badan sesuai dengan umur kehamilan.
d. Tanda-tanda vital.
e. Pemeriksaan laboratorium: elektrolit serum, Hb dan Ht, serta
berat jenis urine.
2. Frekuensi dan beratnya muntah.
3. Intake oral.
4. Kemampuan dalam beraktifitas.

2.2 Abortus
2.2.1 Definisi Abortus

17 | P a g e
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim (belum viable) dengan kriteria usia
kehamilan <20 minggu atau berat janin <500g. (Achadiat, 2003)
Menurut definisi WHO, abortus didefinisikan sebagai hilangnya janin
atau embrio dengan berat kurang dari 50 gram setara dengan sekitar 20-22
minggu kehamilan.
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan sebelum janin mencapai
berat 500 gram atau usia kehamilan kurang dari 2 minggu atau janin belum
mampu untuk hidup di luar kandungan (Prawirohardjo, Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal., 2006)
Definisi abortus adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun
sebelum janin mampu bertahan hidup. Abortus spontan pula didefinisikan
sebagai abortus yang terjadi tanpa tindakan mekanis atau medis. Dengan kata
lain yang luas digunakan adalah keguguran (miscarriage). Sedangkan abortus
yang terjadi dengan disengaja dilakukan tindakan disebut sebagai abortus
provokatus.
2.2.2 Klasifikasi Abortus
Menurut (Sulaiman Sastrawinata, 2003) Berdasarkan jenis tindakan yang
dilakukan, abortus dibedakan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Abortus spontan adalah keluarnya hasil konsepsi tanpa intervensi medis
maupun mekanis. Abortus spontan terbagi lagi menjadi beberapa jenis
yaitu:
a. Abortus imminens (threatened abortion, abortus mengancam) ialah
proses awal dari suatu keguguran yang ditandai dengan perdarahan per
vaginam, sementara ostium uteri eksternum masih tertutup dan janin
masih baik intrauterin.
b. Abortus incipiens (inevitable abortion, abortus sedang berlangsung)
ialah proses abortus yang sedang berlangsung dan tidak lagi dapat
dicegah, ditandai dengan terbukanya ostium uteri eksternum, selain
perdarahan.
c. Abortus inkompletus ialah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari
kavum uteri dan masih ada yang tertinggal.

18 | P a g e
d. Abortus kompletus ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil
konsepsi telah keluar melalui jalan lahir.
e. Missed abortion ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu
namun keseluruhan hasil konsepsi itu tertahan dalam uterus selama 6
minggu atau lebih.
f. Abortus habitualis ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut-turut atau
lebih oleh sebab apapun.
g. Abortus infeksious ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi
berupa infeksi baik yang diperoleh dari luar maupun yang terjadi setelah
tindakan di rumah sakit.
h. Septic abortion ialah suatu komplikasi lebih jauh daripada abortus
infeksious, dimana pasien telah masuk dalam keadaan sepsis akibat
infeksi tersebut. Angka kematian akibat septic abortion ini cukup tinggi
sekitar 60%.

Gambar 2. Jenis-jenis Abortus Spontan


2. Abortus buatan, Abortus Provocatus (disengaja, digugurkan), yaitu:
a. Abortus buatan menurut kaidah ilmu (Abortus provocatus artificialis
atau Abortus therapeuticus). Indikasi abortus untuk kepentingan ibu,
misalnya penyakit jantung, hipertensi esensial, dan karsinoma serviks.
Keputusan ini ditentukan oleh tim ahli yang terdiri dari dokter, ahli
kebidanan, penyakit dalam dan psikiatri atau psikolog.
b. Abortus buatan criminal (Abortus provocatus criminal) adalah
pengguguran kehamilan tanpa alasan medis yang sah atau oleh orang
yang tidak berwenang dan dilarang oleh hokum atau dilakukan oleh
yang tidak berwenang. Kemungkinan adanya abortus provokatus
kriminalis harus dipertimbangkan bila ditemukan abortus febrilis.
Aspek hukum dari tindakan abortus buatan harus diperhatikan. Bahaya
abortus buatan kriminalis adalah infeksi, infertilitas sekunder, kematian.

19 | P a g e
2.2.3 Etiologi Abortus
Penyebab abortus merupakan gabungan dari beberapa faktor. Umumnya
abortus didahului oleh kematian janin. Faktor-faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya abortus, yaitu :
1. Faktor janin
Kelainan yang paling sering dijumpai pada abortus adalah gangguan
pertumbuhan zigot, embrio, janin atau plasenta. Kelainan tersebut
biasanya menyebabkan abortus pada trimester pertama, yakni:
a. Kelainan telur, telur kosong (blighted ovum), kerusakan embrio atau
kelainan kromosom (monosomi, trisomi, atau poliploidi)
b. Embrio dengan kelainan local
c. Abnormalitas pembentukan plasenta (hipoplasi trofoblas)
2. Faktor maternal
a. Infeksi-infeksi maternal dapat membawa resiko bagi janin yang
sedang berkembang terutama pada akhir trimester pertama atau awal
trimester kedua. Tidak diketahui penyebab kematian janin secara
pasti, apakah janin yang menjadi terinfeksi ataukah toksin yang
dihasilkan oleh mikroorganisme penyebabnya.
Penyakit-penyakit yang dapat menyebabkan abortus :
a) Virus, misalnya rubella, sitomegalovirus, virus herpes
simpleks, varicella zoster, vaccinia, campak, hepatitis,
polio dan ensefalomelitis.
b) Bakteri, misalnya Salmonella typhi.
c) Parasite, misalnya Toxoplasma gondii, Plasmodium.
b. Penyakit vaskular, misalnya hipertensi vaskular.
c. Kelainan endokrin
Abortus spontan dapat terjadi bila produksi progesteron tidak
mencukupi atau pada penyakit disfungsi tiroid, defisiensi insulin.
d. Faktor imunologis
Ketidakcocokan (inkompabilitas) system HLA (Human Leucocyte
Antigen).
e. Trauma

20 | P a g e
Kasusnya jarang terjadi, umumnya abortus terjadi segera setelah
trauma tersebut, misalnya trauma akibat pembedahan :
a) Pengangkatan ovarium yang mengandung korpus luteum
graviditatum sebelum minggu ke-8
b) Pembedahan intraabdominal dan operasi pada uterus pada
saat hamil.
f. Kelainan uterus
Hipoplasia uterus, mioma (terutama mioma submukosa), serviks
inkompeten atau retroflexio uteri gravidi incarcerate.
g. Faktor psikosomatik
Pengaruh dari faktor ini masih dipertanyakan.
3. Faktor eksternal
1. Radiasi
Dosis 1-10 rad bagi janin pada kehamilan 9 minggu pertama dapat
merusak janin dan dosis yang lebih tinggi dapat menyebabkan
keguguran.
2. Obat-obatan
Antagonis asam folat, antikoagulan, dan lain-lain.Sebaiknya tidak
menggunakan obat-obatan sebelum kehamilan 16 minggu, kecuali
telah dibuktikan bahwa obat tersebut tidak membahayakan janin,
atau untuk pengobatan penyakit ibu yang parah.
3. Bahan-bahan kimia lainnya, seperti bahan yang mengandung arsen.
2.2.4 Patofisiologi Abortus
Pada awal abortus terjadilah perdarahan dalam desidua basalis, kemudian
diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya. Hal tersebut menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya, sehingga merupakan benda asing
dalam uterus. Keadaan ini menyebabkan uterus berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya.
Pada kehamilan kurang dari delapan minggu, hasil konsepsi biasanya
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara
mendalam. Pada kehamilan antara 8-14 minggu villi koriales menembus
desidua lebih dalam, sehingga umumnya plasenta tidak dilepaskan sempurna

21 | P a g e
yang dapat menyebabkan banyak perdarahan. Pada kehamilan 14 minggu ke
atas umumnya yang dikeluarkan setelah ketuban pecah ialah janin, disusul
beberapa waktu kemudian plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta
segera terlepas dengan lengkap.
Peristiwa abortus ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniatur.Hasil
konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai bentuk. Ada kalanya
kantong amnion kosong atau tampak di dalamnya benda kecil tanpa bentuk
yang jelas (blighted ovum), mungkin pula janin telah mati lama (missed
abortion)
2.2.5 Manifestasi Klinis Abortus
1. Adanya keterlambatan haid atau amenorea kurang dari 20 minggu
2. Pendarahan pervagina, dapat pula disertai jaringan
3. Rasa nyeri atau kram, terutama di daerah suprasimpisis
4. Abortus imminens : pendarahan pada wanita hamil kurang dari 20
minggu, kadang disertai rasa mules, uterus membesar sebagaimana
usai kehamilam, serviks dijumpai tidak membuka dan tes kehamilan
hasilnya +
5. Abortus incipiens : ostium dalam keadaan terbuka dengan hasil
konsepsi masih dapat dalam usus
6. Abortus inkompletus : jika sebagian hasil konsepsi telah keluar namun
sebagian masih tertinggal intra uterus. Ostium uteri eksternum
dijumpai terbuka kadang- kadang teraba adanya jaringan atau kadan
menonjol di ostium
7. Abortus kompletus apabila keseluruhan jaringan hasil konsepsi telah
keluar secara lengkap
8. Missed abortion biasanya diatndai dengan adanya pengecilan ukuran
uterus hamil, oleh karena itu sering kali diagnosis ditegakan setelah
melalui bebrapa kali pemeriksaan serial. Sering kali missed abortion
di dahului dengan abortus immines kemudian menghilang secara
spontan atau setelah diobati
2.2.6 Pemeriksaan Penunjang Abortus

22 | P a g e
Pemeriksaan penunjang ini diperlukan dalam keadaan abortus Imminiens,
abortus habitualis serta missed abortion:
1. Pemeriksaan Ultrasonografi atau Doppler untuk menetukan apakah
janin masih hidup atau tidak serta menentukan prognosis
2. Pemeriksaan kadar fibrinogen pada missed abortion
3. Tes kehamilan
4. Pemeriksaan Ginekologi:
a. Inspeksi vulva
1) Perdarahan pervaginam sedikit atau banyak
2) Adakah disertai bekuan darah
3) Adakah jaringan yang keluar utuh atau sebagian
4) Adakah tercium bau busuk dari vulva
b. Pemeriksaan dalam speculum
1) Apakah perdarahan berasal dari cavum uteri
2) Apakah ostium uteri masih tertutup / sudah terbuka
3) Apakah tampak jaringan keluar ostium
4) Adakah cairan/jaringan yang berbau busuk dari ostium.
c. Pemeriksaan dalam/ Colok vagina
1) Apakah portio masih terbuka atau sudah tertutup
2) Apakah teraba jaringan dalam cavum uteri
3) Apakah besar uterus sesuai, lebih besar atau lebih kecil dari
usia kehamilan
4) Adakah nyeri pada saat porsio digoyang
5) Adakah rasa nyeri pada perabaan adneksa
6) Adakah terasa tumor atau tidak
7) Apakah cavum douglasi menonjol, nyeri atau tidak

2.2.7 Penatalaksanaan Abortus


Ada beberapa penatalaksanaan abortus yaitu :
1. Abortus imminens :

23 | P a g e
a. Istirahat berbaring. Tidur berbaring merupakan unsur penting dalam
pengobatan
b. Fenobarbital 3x30 mg sehari dapat diberikan untuk menenangkan pasien
2. Abortus Inkompletus
a. Kuretase atau drip oksitosin bila kehamilan lebih dari 12 minggu
b. Metilergometrin Maleat 3x5 tab, selama 5 hari
c. Amoksisilin 4x500 mg selama 5 hari
Penanganan abortus inkompletus disertai syok karena perdarahan, harus
segera diberikan infus intravena cairan NaCl fisiologik atau cairan Ringer
dan di susul dengan pemberian darah. Setelah syok diatasi, dilakukan
kuretase. Pasca tindakan ergometrin intramuskuler untuk mempertahankan
kontraksi uterus.
3. Abortus kompli
Tidak memerlukan pengobatan khusus, hanya apabila menderita anemia
perlu diberikan sulfas ferrosus dan dianjurkan supaya makanannya
mengandung banyak protein, vitamin dan mineral.
4. Missed abortion
Pada missed abortion apabila kadar fibrinogen normal, jaringan konsepsi
dapat segera dikeluarkan. Namun apabila kadar fibrinogen menurun,
perbaiki dul dengan cara pmberian darah (transfuse darah). Pengeluaran
hasil konsepsi pada missed abortion merupakan satu tindakan yang tidak
lepas dari bahaya karena plasenta melekat erat pada dinding uterus. Apabila
diputuskan untuk mengeluarkan hasil konsepsi itu, pada uterus yang
besarnya tidak melebihi 12 minggu sebaiknya dilakukan pembukaaan servix
uteri dengan memasukkan laminaria selama kira – kira 12 jam dalam kavum
uteri atau jari dapat masuk ke dalam kavum dan sisa – sisanya kemudian
dibersihkan dengan kuret. Jika besar uterus melebihi kehamilan 12 minggu,
maka pengeluaran hasil konsepsi diusahakan dengan invus intravena
oksitosin dengan dosis cukup tinggi. Untuk membuat uterus lebih peka
terhadap oksitosin hendaknya beri pasien lebih dulu stilbestrol dalam dosis
5 mg 3x/sehari selama 5 – 7 hari. Dosis oksitosin dimulai dengan 20 tetes
permenit dari cairan 500 ml glukosa 5% dengan 10 satuan oksitosin, dosis

24 | P a g e
ini dapat dinaikkan sampai ada kontraksi. Apabila fundus uteri tingginya
sampai 2 jari dibawah pusar, maka pengeluaran hasil konsepsi dapat pula
dilakukan dengan penyuntikan larutan garam 20% ke dalam cavum uteri
melalui dinding perut (Mansjoer. 2001).
5. Abortus spontan
1. Memperbaiki keadaan umum. Bila perdarahan banyak, berikan transfusi
darah dan cairan yang cukup
2. Pemberian antibiotika yang cukup tepat yaitu suntikkan penisilin 1 juta
satuan tiap 6 jam, suntikkan streptomisin 500 mg setiap 12 jam.
3. 24 – 48 jam setelah dilindungi antibiotika atau lebih cepat bila terjadi
perdarahan yang banyak, lakukan dilatasi atau kuretase untuk
mengeluarkan hasil konsepsi.
4. Pemberian infuse dan antibiotika menurut kebutuhan pasien.
5. Semua pasien abortus disuntik vaksin serap tetanus 0,5 cc IM.
6. Terdapat berbagai metode bedah dan medis untuk mengobati abortus
spontan (Kenneth dkk, 2003):
a. Dilatasi serviks diikuti oleh evakuasi uterus : kuretase, aspirasi
vakum (kuretase isap), Dilatasi dan evakuasi (D&E), Dilatasi dan
Curretase (D&C)
b. Aspirasi haid
c. Laparotomi : Histerektomi, Histerotomi
d. Oksitosin intavena
e. Cairan hiperosmotik intraomnion : Salin 20%, Urea 30%
f. Prostaglandin E2, F2α, dan analognya : injeksi intraomnion, injeksi
ekstraovular, insersi vagina, injeksi parenteral, ingesti oral
g. Antiprogesteron – RU 486 (mifepriston) dan epostan

2.2.8 Komplikasi Abortus


Komplikasi-komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah
(Prawirohardjo S., 2002):
1. Perdarahan

25 | P a g e
Perdarahan akibat luka pada jalan lahir, atonia uteri, sisa jaringan tertinggal,
diatesa hemoragik. Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus
dari sisa – sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah.
Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak
diberikan pada waktunya.
2. Perforasi
Perforasi sering terjadi sewaktu kuretase oleh tangan yang tidak ahli seperti
pada dukun bayi. Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada
uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita
perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya perlu segera dilakukan
laparotomi. Perforasi uterus pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam
menimbulkan persoalan gawat karena perlukaan uterus biasanya luas,
mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih dan usus. Dengan
adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparotomi harus segera
dilakukan untuk menentukan luasnya perlukaan pada uterus.
3. Infeksi
4. Syok pada abortus dapat disebabkan karena :
a. Perdarahan ( syok hemoragik)
b. Infeksi berat atau sepsis (endoseptik)

2.2.9 Asuhan Keperawatan Teori Abortus


1. Pengkajian
a. Pengkajian Umum
1) Pengkajian dasar notes pasien
Tinjauan ulang catatan prenatal sampai adanya terjadi abortus.

26 | P a g e
2) Sirkulasi: Kehilangan darah selama terjadi perdarahan karena
abortus.
3) Integritas Ego
Dapat menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan sampai
ketakutan, marah atau menarik diri klien/ pasangan dapat memiliki
pertanyaan atau salah terima peran dalam pengalaman kelahiran.
Mungkin mengekpresikan ketidak mampuan untuk menghadapi
suasana baru.
4) Eliminasi: Kateter urinarius mungkin terpasang : urin jernih pusat,
bising usus tidak ada.
5) Makanan/ cairan: Abdomen lunak dengan tidak ada distensi pada
awal.
6) Neurosensorik: Kerusakan gerakan pada sensori dibawah tindak
anestesi spinal epidural.
7) Nyeri/ kenyamanan: Mungkin mengeluh ketidaknyamanan dari
berbagai sumber, misal nyeri penyerta, distensi kandung kemih/
abdomen, efek-efek anestesi : mulut mungkin kering.
8) Pernapasan: Bunyi paru jelas dan vesikuler.
9) Keamanan: Jalur parenteral bila digunakan resiko terkena infeksi
karena pemasangan infus dan nyeri tekan.
10) Seksualitas: Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.
11) Pemeriksaan Diagnostik: Jumlah darah lengkap, hemoglobin/
hematokrit (Hb/Ht). Mengkaji perubahan dari kadar efek
kehilangan darah pada pembedahan urinalisis, kultur urine, darah
vaginalm, dan lokhea : Pemeriksaan tambahan didasarkan pada
kebutuhan individual (Doengoes, MZ, & Mary P.M., 2001).
b. Riwayat penyakit terdahulu
1) Waktu terjadinya abortus meliputi usia kehamilan ketika abortus.
2) penyebab mekanis yang menonjol, obat dan toksin lingkungan.
3) Infeksi ginekologi dan obstetri.

27 | P a g e
4) Gambaran asosiasi terjadinya “antiphospholipid syndrome”
(thrombosis, autoimmune phenomena, false-positive tests untuk
syphilis)
5) Faktor genitika antara suami istri (consanguinity).
6) Riwayat keluarga yang pernah mengalami terjadinya abortus
berulang dan sindroma yang berkaitan dengan kejadian abortus
ataupun partus prematur yang kemudian meninggal.
7) Pemeriksaan terkait dengan pengobatan yang pernah didapat.
c. Pemeriksaan fisik
1) Pemeriksaan fisik secara umum
2) Pemeriksaan ginekologi
d. Pemeriksaan laboratorium
1) Kariotik darah tepi kedua orang tua
2) Histerosangografi diikuti dengan histeroscopi atau laparoskopi
bila ada indikasi
3) Biopsi endometrium pada fase luteal
4) Pemeriksaan hormon TSH dan antibodi anti tiroid
5) Antibodi antiphospholipid (cardiolphin, phosphatidylserine)
6) Lukpus antilogulan (“a partial thromboplastin time or Russell
Viper Venom“)
7) Pemeriksaan darah lengkap termasuk trombosit
8) Kultur cairan serviks (mycoplasma, ureaplasma, chlamdia) bila
diperlukan.
Jika selama kehmilan ditemukan perdarahan, identifikasi:
a. Lama kehamilan.
b. Kapan terjadinya perdarahan, berapa lama, banyaknya, dan aktifitas
yang mempengaruhi.
c. Karakteristik darah: merah terang, kecoklatan, adanya gumpalan
darah, dan lender
d. Sifat dan lokasi ketidaknyamanan seperti kejang, nyeri tumpul atau
tajam, mulas, serta pusing.
e. Gejala–gejala hivopolemia seperti sinkop

28 | P a g e
2. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.
c. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan intrauteri.
d. Resiko Infeksi berhubungan dengan perdarahan, kondisi vulva lembab
NO Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1. Resiko defisit Tujuan: 1. Kaji kondisi status
volume cairan Setelah dilakukan tindakan hemodinamika
berhubungan asuhan keperawatan selama 2. Ukur pengeluaran harian
dengan 2x24 jam, volume cairan 3. Berikan sejumlah cairan
pendarahan terpenuhi. pengganti harian
Kriteria hasil : 4. Evaluasi status hemodinamika
Fluid Balance (0601)
1. (060101) tekanan darah
kembali normal. (2-4)
2. (060122) Denyut nadi radial
kembali normal
(2-4)
3. (060118) elektrolit serum
(2-4)
4. (060119) Hematokrit (2-4)
2. Intoleransi Tujuan: 1. Kaji pengaruh aktivitas
aktivitas Setelah dilakukan tindakan terhadap kondisi
berhubungan asuhan keperawatan selama uterus/kandungan
dengan 2x24 jam, aktifitas pasien bisa 2. Kaji tingkat kemampuan klien
kelemahan berjalan dengan baik. hasil: untuk beraktivitas
Activity tolerance (005) 3. Bantu klien untuk memenuhi
1. (000501) saturasi oksigen kebutuhan aktivitas sehari-
dengan aktivitas (1–5) hari
2. (000502) denyut nadi 4. Bantu klien untuk melakukan
dengan aktivitas (1-5) tindakan sesuai dengan
3. (000503) tingkat kemampuan/kondisi klien
pernapasan dengan aktivitas 5. Evaluasi perkembangan
(1–5) kemampuan klien melakukan
4. (000508) kemudahan aktivitas
bernapas dengan aktivitas
(1–4)
5. (000504) tekanan darah
sistolik dengan aktivitas
6. (000505) tekanan darah
diastolic dengan aktivitas
3. Nyeri akut Tujuan: Pain Management (1400)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Lakukan pengkajian
dengan asuhan keperawatan selama komprehensif dari nyeri untuk

29 | P a g e
kerusakan 2x24 jam, nyeri yang dirasakan memasukkan lokasi,
jaringan pasien dapat berkurang atau karakteristik, onset/durasi,
intrauteri hilang, dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
Pain Control (1605) atau keparahan nyeri dan
1. (160502) Mengenal onset faktor pencetus
nyeri (2-4) 2. Amati isyarat nonverbal dari
2. (160501) Menggambarkan ketidaknyamanan, terutama
faktor penyebab (2-4) pada mereka
3. (160509) Mengenal gejala tidak dapat berkomunikasi
yang berhubungan dengan secara efektif
nyeri (2-4) 3. Yakinkan pasien peduli
4. (160511) Melaporkan nyeri analgesik
yang terkontrol (1-4) 4. Gunakan strategi komunikasi
Pain Level (2102) terapeutik untuk mengakui
1. (210204) Panjang episode pengalaman nyeri dan
nyeri (2-4) menyampaikan penerimaan
2. (210206) Ekspresi wajah respon pasien
kesakitan (2-4) terhadap nyeri
5. Jelajahi pengetahuan dan
keyakinan pasien tentang nyeri
6. Pertimbangkan pengaruh
budaya pada respon nyeri
7. Tentukan dampak dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup
(Mis, tidur, nafsu makan,
aktivitas, kognisi, suasana hati,
hubungan,
kinerja kerja, dan tanggung
jawab peran)
8. Evaluasi, dengan pasien dan
tim perawatan kesehatan,
efektivitas tindakan
pengendalian nyeri masa lalu
yang telah digunakan
9. Membantu pasien dan
keluarga untuk mencari dan
memberikan dukungan
10. Memanfaatkan metode
penilaian sesuai dengan
tahapan perkembangan yang
memungkinkan untuk
pemantauan perubahan nyeri
dan yang akan membantu
dalam
mengidentifikasi faktor-faktor
pencetus yang aktual dan

30 | P a g e
potensial (misalnya, aliran
grafik, catatan harian)
11. Tentukan frekuensi yang
diperlukan untuk membuat
pengkajian tentang
kenyamanan pasien dan
melaksanakan rencana
pemantauan
12. Sediakan informasi tentang
nyeri, seperti penyebab
nyeri, berapa lama akan
berlangsung, dan
ketidaknyamanan yang tidak
diantisipasi dari
prosedur
13. Pilih dan terapkan berbagai
macam langkah (mis,
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal) untuk
memfasilitasi bantuan nyeri,
yang sesuai
14. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
15. Ajarkan teknik
nonfarmakologi (misalnya,
biofeedback, TENS, , hipnotis,
relaksasi, perumpamaan
terkendali, terapi musik,
distraksi, terapi bermain,
terapi aktivitas, akupresur,
aplikasi panas/dingin dan
pijat) sebelum, sesudah, dan,
jika mungkin, selama
aktivitas menyakitkan;
sebelum nyeri terjadi atau
meningkat; dan bersama
dengan tindakan penghilang
nyeri lainnya
16. Jelajahi penggunaan metode
farmakologis pereda nyeri
pasien saat ini
17. Dorong pasien untuk
menggunakan obat penghilang
nyeriadekuat
18. Berkolaborasi dengan pasien,
orang penting lainnya, dan
professional kesehatan lainnya

31 | P a g e
untuk memilih dan
menerapkan tindakan
penghilang
nyeri,nonfarmakologi, yang
sesuai
4. Resiko infeksi Tujuan: Infection Control (6540)
berhubungan Setelah dilakukan tindakan 1. Bersikan Lingkungan setelah
dengan asuhan keperawatan selama dipakai pasien lain
pendarahan, 2x24 jam, infeksi pasien dapat 2. Pertahankan teknik isolasi
kondisi vulva berkurang atau hilang, dengan 3. Batasi pengunjung bila perlu
lembab. kriteria hasil: 4. Gunakan sabun antimikrobia
Risk Control : Infectious untuk cuci tangan
Process (1924) 5. Cuci tangan setiap sebelum dan
1. (192426) mengidentifikasi sesudah tindakan keperawatan
faktor risiko untuk infeksi 6. Gunakan baju, sarung tangan
2.(192404) mengidentifikasi sebagai alat pelindung
risiko infeksi pada kegiatan 7. Pertahankan lingkungan aseptic
sehari-hari selama pemasangan alat
3. (192401) mengakui faktor 8. Gunakan kateter intermiten
risiko pribadi untuk infeksi untuk menurunkan infeksi
4. (192409) memonitor kandung kencing
lingkungan untuk faktor yang 9. Tingkatkan intake nutrisi
terkait dengan risiko infeksi Infection Protection (6550)
1. Monitor tanda gejala infeksi
sistemik dan local
2. Monitor hitung granulosit. WBC
3. Monitor kerentanan terhadap
infeksi
4. Pertahankan teknik isolasi /
batasi pengunjung
5. Berikan perawatan kulit pada
area epidema
6. Inspeksi kulit dan membrane
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
7. Inspeksi kondisi luka / insisi
bedah
8. Dorong masukan nutrisi yang
cukup
9. Dorong masukan cairan
10. Dorong istirahat
11. Ajarkan cara menghindari
infeksi
12. Laporkan kecurigaan infeksi
13. Laporkan kultur positif

32 | P a g e
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Asuhan Keperawatan Kasus Hiperemesis Gravidarum


Kasus

33 | P a g e
Ny. A berusia 25 tahun, status menikah, hamil denga usia kehamilan 10
minggu sedang dirawat di RSUA dengan diagnosa medis Hiperemesis
Gravidarum. Saat ini kondisi pasien terlihat lemas dan nyeri di daerah
epigastrium. Ny. A sedang mengandung anak pertama, dan belum siap dengan
kehamilannya ini. Sejak satu minggu SMRS pasien mengeluh mual muntah
lebih dari 7 kali sehari, terutama di pagi hari. BB klien sebelum hamil 54 kg dan
sekarang 42 kg. TB = 160. Terdapat kelainan oliguria. Dari hasil pemeriksaan
TTV diperoleh TD = 100/60 mmHg, N = 95 x/menit, RR = 23 x/menit, T =
37,6o C dan DJJ = 97x/menit. Hasil pemeriksaan laboratorium Hb = 9, Eritrosit
= 4.05 jt/ul, Hematokrit = 38.2 %, Leukosit = 8.7 rb/ul, Trombosit 233 rb/ul.
3.1.1 Pengkajian
1. Identitas Klien
Nama : Ny. A
Umur : 25 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Alamat : Surabaya
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
mual muntah lebih dari 7 kali sehari, terutama di pagi hari
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien didiagnosa Hiperemesis Gravidarum.Kondisi pasien terlihat
lemas dan nyeri di daerah epigastrium.
c. Riwayat penyakit dahulu
Klien tidak pernah mengalami penyakit ini sebelumnya
d. Riwayat penyakit keluarga
Keluarga klien tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan
klien
e. Riwayat psikologi
Ibu terlihat belum siap dengan kehamilannya ini. Hal ini dapat
memperberat mual muntah pasien

34 | P a g e
3. Riwayat Menstruasi
Menarche : usia 13 tahun Siklus : 28 hari
Banyaknya : normal Usia Kehamilan: 10 minggu
HPHT : 10-9-2014 Dismenorhea :-
Siklus : 2 bulan Taksiran Partus :17-6-2015
4. Pemeriksaan Fisik
a. Observasi
Keadaan umum : Lemas Kesadaran : Komposmentis
Berat badan : 42kg Tinggibadan : 160 cm
Tanda Vital:
TD : 100/60mmHg Nadi : 95x/mnt
Suhu : 37,60C RR : 23x/mnt
CRT : >2 Akral : panas kering
GCS :456 Lain-lain :-
b. Kepala dan Leher
Rambut : bersih
Mata :-
Sklera : bening Konjungtiva : anemis
Konjungtiva : isokhor Lain – lain :-
Mulut :-
Mukosa bibir : kering Gigi : tidak ada karies
Lidah : ada stomatitis Kebersihan mulut :
Lain – lain :-
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
c. Dada (thorax)
Jantung : Irama: normal S1/S2: normal
Bunyi : normal Nyeri dada : (-)
Nafas :
Suara nafas : vesikuler Keterangan :-
Jenis :- Keterangan :-
Batuk :- Sputum : tidak ada
Nyeri :-

35 | P a g e
Payudara :-
Konsistensiareola: coklat
Papilla : Simetris
Nyeri :-
Produksi ASI :-
Lain-lain :-
d. Perut (abdomen)
Ginekologi:
Pembesaran: tidak benjolan: tidak
Area:
Ascites: tidak Peristaltik: 6 x/menit
Luka: tidak Lain-lain:
Prenatal dan Intranatal:
Inspeksi: Striae: - Línea:
Palpasi:
Leopold I : TFU di bawah pusar (mc.donald 16 cm)
Leopold II : letak punggung atau ekstremitas janin belum
teraba, karena organ masih dalam proses
pembentukan
Leopold III : bagian bawah perut belum teraba dan belum
masuk PAP
Leopold IV : untuk mengetahui seberapa jauh janin masuk ke
PAP, terapi belum dapat dilakukan pemeriksaan
karena bagian tubuh janin belum terbentuk secara
sempurna
DJJ : 97x/menit

Lain-lain:
Albumin : 2.2
Hb : 9 Px lemas
Diet : lunak, porsi tidak habis.
e. Genitalia
Keputihan: -

36 | P a g e
Laserasi: -
Miksi: -
Perdarahan: -
Defekasi: -
Lain-lain: -
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Hiperemis Gravidarum Kekurangan volume
Klien mengatakan sejak satu ↓ cairan dan elektrolit
minggu SMRS pasien Kehilangan cairan
mengeluh mual muntah lebih berlebih
dari 7 kali sehari, terutama di ↓
pagi hari Menurunnya volume
DO : cairan
Terdapat kelainan oliguria, TD ↓
= 100/60 mmHg, N = 95 dehidrasi
x/menit, RR = 23 x/menit, ↓
Hematokrit = 38.2 %, Albumin Kekurangan volume
: 2.2, mukosa bibir kering cairan dan elektrolit
2 DS: Hiperemis Gravidarum Ketidakseimbangan
Klien mengatakan sejak satu ↓ nutrisi kurang dari
minggu SMRS pasien Lidah kering kebutuhan tubuh
mengeluh mual muntah lebih ↓
dari 7 kali sehari, terutama di Penurunan sensasi
pagi hari kecap
DO : ↓
BB klien sebelum hamil 54 kg Nafsu makan menurun
dan sekarang 42 kg. TB = 160, ↓
terdapat stomatitis, porsi tidak Ketidakseimbangan
habis. nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
3. DS : Hiperemis Gravidarum Intoleransi aktivitas

37 | P a g e
Klien mengatakan lemah ↓
DO : Intake nutrisi kurang
Klien tampak lemah, CRT > 2 ↓
detik, konjungtiva anemis, Hb : Metabolisme tubuh
9 menurun

Pemecahan cadangan
protein & lemak tdk
sempurna

Ketosis

Intoleransi Aktivitas
4. DS : Hiperemis Gravidarum Resiko keterlambatan
Klien mengatakan sejak satu ↓ perkembangan
minggu SMRS pasien Intake nutrisi menurun
mengeluh mual muntah lebih ↓
dari 7 kali sehari, terutama di Asupan nutrisi maternal
pagi hari tidak adekuat
DO : ↓
DJJ bayi 97x/menit Resiko keterlambatan
perkembangan

Diagnosa Keperawatan
1. Kekurangan volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah
yang berlebihan dan pemasukan yang tidak adekuat.
2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual-muntah terus menerus, tidak nafsu makan
3. Intoleransi aktifitas fisik berhubungan dengan kelemahan dan kurangnya
intake nutrisi.

38 | P a g e
4. Resiko keterlambatan perkembangan berhubungan dengan berkurangnya
makanan ke fetal (janin)
5. Risk for disturbed maternal-fetal dyad (00209) berhubungan dengan
hiperemesis gravidarum
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa NOC NIC
Keperawatan
1 Kekurangan volume Tujuan: 1. Kaji kondisi status
cairan dan elektrolit Setelah diberikan asuhan hemodinamik klien
berhubungan keperawatan selama 2 x 24 2. Ukur intake dan output klien
dengan muntah jam diharapkan kebutuhan setiap hari
yang berlebihan dan volume cairan klien terpenuhi 3. Evaluasi status hemodinamik
pemasukan yang optimal dengan kriteria hasil : klien setiap hari
tidak adekuat 1. Tidak terjadi mual-muntah 4. Kolaborasi pemberian
2. Intake dan output sejumlah cairan pengganti
seimbang baik jumlah / harian sesuai indikasi
kualitasnya
3. Turgor kulit baik
2 Ketidakseimbangan Tujuan: 1. Kaji status nutrisi klien
nutrisi kurang dari Setelah dilakukan tindakan 2. Hidangkan makanan dalam
kebutuhan tubuh keperawatan selama 1x24 porsi kecil dan hangat
berhubungan kebutuhan nutrisi klien 3. Berikan makanan sedikit
dengan mual, terpenuhi optimal dengan dalam frekuensi sering
muntah terus kriteria hasil: 4. Kolaborasi pemberian
menerus, tidak 1. Klien tidak mengeluh mual antiemetic (anti mual) sesuai
nafsu makan muntah indikasi
2. Nafsu makan klien 5. Berikan makanan yang tidak
meningkat dan porsi berlemak dan berminyak
makan dihabiskan.
3. BB dan TB seimbang
3 Intoleransi aktifitas Tujuan: 1. Tingkatkan tirah baring /
fisik berhubungan Setelah dilakukan tindakan duduk. Ciptakan lingkungan
dengan kelemahan keperawatan 2x24 jam klien yang tenang, batasi
dan kurangnya dapat melakukan aktifitas pengunjung sesuai keperluan.
intake nutrisi sehari-hari dengan optimal 2. Tingkatkan aktivitas sesuai
dengan kriteria hasil : toletansi, bantu klien untuk
1. Nafsu makan meningkat, melakukan latihan rentang
tidak mual muntah gerak sendi pasif / aktif.
2. Klien tidak mengalami 3. Dorong penggunaan teknik
kelemahan dalam menejemen stress, contoh
melakukan ADL Terlihat relaksasi progresif,
segar dan bersemangat visualisasi, bimbingan
melakukan ADL imajinasi. Berikan aktivias
hiburan yang tepat seperti
nonton tv, radio, membaca

39 | P a g e
4. Lakukan aktifitas secara
bertahap dan sesuai toleransi.
4 Resiko Tujuan: 1. Jelaskan pada ibu mengenai
keterlambatan Setelah dilakukan tindakan pentingnya nutrisi bagi
perkembangan keperawatan 2x24 jam pertumbuhan dan
berhubungan pertumbuhan dan perkembangan janin
dengan perkembangan janin optimal 2. Periksa fundus uteri secara
berkurangnya dengan kriteria hasil : berkala
makanan ke fetal 1. Nutrisi janin terpenuhi 3. Pantau denyut jantung janin.
(janin) optimal
2. Pertumbuhan janin sesuai
dengan usia kehamilan
5 Risk for disturbed Tujuan: 1450 Nausea Management
maternal-fetal dyad Setelah diberikan asuhan 1. Dorong pasien untuk
(00209) keperawatan selama 2 x 24 monitor pengalaman
berhubungan jam diharapkan kesehatan ibu nauseanya
dengan hiperemesis dan janin tidak terganggu 2. Dorong pasien untuk
gravidarum selama proses kehamilan mempelajari strategi untuk
mengatur nausenya
3. Dapatkan riwayat diet
yang terdiri dari yang
disukai, tidak disukai, dan
pilihan budaya makanan
seseorang
4. Evaluasi dampak
pengalaman nausea pada
kualitas hidup (contoh:
nafsu makan, aktivitas,
hasil pekerjaan,
tanggungjawab peran, dan
tidur)
5. Kontrol faktor lingkungan
yang mungkin
menimbulkan nausea
(contoh: bau menyengat,
suara, dan stimulasi visual
yang tidak menyenangkan)
6. Kurangi/hilangkan faktor
personal yang
mempercepat/meningkatk
an nausea (ansietas, takut,
kelelahan, dan kurangnya
pengetahuan)
7. Identifikasi strategi yang
telah berhasil dalam
meringankan nausea

40 | P a g e
3.1.2 Evaluasi
1. Klien dapat menghabiskan semua porsi yang diberikan tanpa
mengeluhkan mual dan muntah.
2. Klien dapat memenuhi kebutuhannya secara mandiri dan mampu
melakukan aktivitas.
3. Klien tidak mengalami mual dan muntah kembali serta mukosa klien
lembab.

PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus dapat dikaitkan pada konsep penyakit bahwa pada gejala klinis
pasien terlihat lemas dan nyeri di daerah epigastrium.Sedang mengandung anak
pertama, dan belum siap dengan kehamilannya ini. Sejak satu minggu SMRS pasien
mengeluh mual muntah lebih dari 7 kali sehari, terutama di pagi hari. Maka ini
sama gejalanya dengan tanda dan gejala pada konsep penyakit.
Dari tanda dan gejala muncul dignosa keperawatan yaitu Kekurangan
volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan muntah yang berlebihan dan

41 | P a g e
pemasukan yang tidak adekuat, Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan mual, muntah terus menerus, tidak nafsu makan. Resiko
keterlambatan perkembangan berhubungan dengan berkurangnya makanan ke
fetal (janin), dan Risk for disturbed maternal-fetal dyad (00209) berhubungan
dengan hiperemesis gravidarum.
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu yang mengidap atau
mengalami hipermesis gravidarum ini akan menentukan kelangsungan hidup janin
maupun ibu jika tidak di tangani dengan baik bahkan dapat menimbukan kegagalan
dalam kehamilan maupun kematian pada janin atau ibu karna kurangnya nutrisi.
Oleh karna itu perawat harus mempunyai keterampilan,kompetensi dan
pengetahuan yang luas tentang konsep asekp hipermesis gravidarum sehingga dapat
menentukan diagnosa keperawatn serta intervensi yang akan dilakukan.

3.2 Asuhan Keperawatan Kasus Abortus


Kasus
Ny. X umur 38 tahun dibawa ke Rumah Sakit Universitas Airlangga
dengan keluhan pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien tiba-
tiba mengalami perdarahan. Pasien diketahui sedang hamil 3 bulan. Pasien
menyatakan nyeri pada daerah abdomen, skala 3 nyeri hilang timbul seperti
ditusuk. Setelah USG ternyata pasien mengalami abortus incompletus. KU:
sedang. Tinggi fundus uteri tidak teraba. Dan keluar darah sedikit, saat dikaji
pasien mengatakan agak cemas dengan tekanan darah 90/60 mmHg, Nadi: 110
x/mnt, suhu: 37,5 0C. Pasien belum mendapat terapi, rencana akan dicurratage.

42 | P a g e
Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny. X
Umur : 38 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pekerjaan : ibu rumah tangga
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
MRS : 17 Oktober 2016
2. Keluhan Utama
Pasien menyatakan nyeri pada daerah abdomen, skala 3 nyeri hilang
timbul seperti ditusuk
3. Riwayat penyakit sekarang
Ny. X umur 38 tahun dibawa ke Rumah Sakit Universitas Airlangga
dengan keluhan pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS pasien
tiba-tiba mengalami perdarahan. Pasien diketahui sedang hamil 3 bulan.
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah dan pada pinggang,
skala 3 nyeri hilang timbul seperti ditusuk.
4. Riwayat Obstentrik
Pasien mengatakan siklus mentruasi 28 hari lamanya 3-7 hari. Hari
pertama haid terakhir (HPHT) pada tanggal 28 Oktober 2016
5. Riwayat KB
Pasien sebelumnya pernah KB yaitu KB suntik tapi kemudian berhenti
karena badan menjadi gemuk.
6. Rencana KB
Pasien mengatakan setelah ini akan melakukan KB IUD/ spiral
7. Riwayat persalinan
Pasien mengatakan sebelumnya pernah melahirkan 1 anak. Anak pertama
laki-laki berat badan lahir 2800 gram dan lahir spontan
8. Riwayat penyakit dahulu
Pasien sebelumnya belum belum pernah mengalami abortus. Pasien sudah
pernah mengalami persalinan di Bidan dan belum pernah dirawat di RS.

43 | P a g e
9. Riwayat penyakit keluarga
Pasien mengatakan ibu pasien pernah mengalami abortus 1 kali.
10. Pola pengkajian fungsional Gordon
a. Persepsi kesehatan–pola manajemen kesehatan
Saat dikaji pasien mengatakan apabila ada anggota keluarga sakit yang
dilakukan pasien adalah membawa ke Pusksmas/ bidan
b. Pola nutrisi dan metabolik
Sebelum sakit pasien makan 3 kali sehari dengan nasi, lauk, sayur dan
minum 7–8 gelas perhari. Tidak ada pantangan makanan. Ketika dikaji
pasien dapat makan seperti biasa
c. Pola eliminasi
Sebelum sakit pasien BAK 4–5 kali sehari berwarna kuning, bau khas
dan BAB 1–2 kali sehari berwarna kuning, konsistensi lembek dan
berbau khas. Ketika dikaji pasien tidak megalami gangguan dalam
pola eliminasi
d. Pola latihan dan aktivitas
Sebelum sakit pasien dapat beraktifitas tanpa bantuan orang lain.
Ketika dikaji pasien tetap bisa beraktivitas tanpa bantuan oranglain.

e. Pola persepsi dan kognitif


Sebelum sakit dan saat dikaji pasien mengatakan belum tahu
bagaimana merawat diri setelah di curratage dan bagaimana efeknya.
f. Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit pasien biasa tidur 7–8 jam perhari tidak pernah tidur
siang. Ketika dikaji pasien mengatakan jam tidur masih tetap sama
seperti biasa.
g. Konsep diri dan persepsi diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan suka pada seluruh bagian tubuhnya
2) Ideal diri

44 | P a g e
Pasien mengatakan ingn menjadi ibu yang baik bagi anak dan
keluarganya
3) Peran
Pasien seorang ibu berumur 38 tahun berperan sebagai ibu dai 1
putra
4) Harga diri
Pasien senang menjadi ibu dari 1 orang putra dan istri bagi seorang
suami dan pasien merasa dihargai
h. Pola peran dan hubungan
Sebelum sakit hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik.
Saat dikaji hubungan dengan keuarga, perawat dan pasien lain baik.
i. Pola reproduksi dan seksual
Tidak dikaji
j. Pola koping
Sebelum sakit pasien mengatakan jika ada masalah selalu cerita
dengan suami dan orangtua. Saat dikaji pasien juga sedang bercerita
dengan suami dan keluarga
k. Pola keyakinan
Sebelum sakit pasien biasa sholat 5 waktu dan selalu berdoa. Saat
dikaji pasien berdoa dan menyerahkan segala urusan kepada Allah
SWT.
11. Pemeriksaan fisik
a. Kesadaran: compos mentis
b. TD : 90/60 mmHg
N : 110 x/menit
RR : 24 x/menit
S :37,5 0C
12. Pemeriksaan Cepalo Caudal
a. Kepala: bentuk kepala normal, rambut agak panjang bergelombang,
berwarna hitam dan bersih
b. Mata: simetris, konjungtiva anemis, penglihatan jelas tidak
menggunakan alat bantu

45 | P a g e
c. Hidung: tidak ada polip, tidak ada gangguan penciuman
d. Telinga: simetris, tidak ada gangguan–gangguan pendengaran
e. Mulut: bersih, tidak ada stomatis, mukosa mulut lembab
f. Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, JVP normal
g. Dada: simetris, payudara simetris tidak ada benjolan atau kelainan
h. Abdomen: Bunyi peristaltic (+), strie tidak ada. Nyeri skala 3, nyeri
hilang timbul seperti ditusuk
i. Punggung: Tidak terdapat luka decubitus
j. Vagina perianal: perdarahan sedikit warna merah muda
k. Rectum: tidak terjadi hemoroid
l. Ekstremitas : ekstremitas atas tangan kiri terpasang infus, ekstremitas
bawah dapat bergerak bebas
13. Pemeriksaan Penunjang
a. Golongan darah :B
b. Hemoglobin : 12,49 %
c. Leukosit 11,600/mm3
d. LED (Laju Endapan Darah) : 55 mm/jam (Normal L<14, P<20)
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 DS : Penyakit infeksi akut Resiko defisit volume
Pasien mengatakan  cairan
sejak 1 hari yang lalu Toksin, bakteri, virus
keluar darah cair dan 
menggumpal Masuk ke plasenta
DO : 
 TD: 90/60 Gangguan pertumbuhan janin
mmHg 
 Konjungtiva Perdarahan dalam desidua
anemis basalis
 Pasien tampak 
pucat Nekrosis jaringan sekitar
 Pasien lemah 
Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas seluruhnya

46 | P a g e
Perdarahan

Kurang volume cairan
2 DS : Penyakit infeksi akut Nyeri akut
Pasien mengatakan 
nyeri pada perut Toksin, bakteri, virus
bagian bawah dan 
pada pinggang, skala Masuk ke plasenta
3 nyeri hilang timbul 
seperti ditusuk. Gangguan pertumbuhan janin
DO : 
P = Abortus Perdarahan dalam desidua
Q = seperti ditusuk basalis
R = perut bagian 
bawah dan pada Nekrosis jaringan sekitar
pinggang

S = 3 dari rentang 1 -
Hasil konsepsi lepas (abortus)
10

T = Hilang timbul
Kontraksi uterus

Nyeri akut
3 DS :- Penyakit infeksi akut Resiko infeksi
DO : 
Leukosit 11,600/mm3 Toksin, bakteri, virus
S :37,5 0C 
Masuk ke plasenta

Gangguan pertumbuhan janin

Perdarahan dalam desidua
basalis

Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas sebagian

Resiko infeksi
4 DS : Penyakit infeksi akut Cemas

47 | P a g e
pasien mengatakan Toksin, bakteri, virus
takut dan cmas 
dengan keadaannya Masuk ke plasenta
DO : 
Pasien terlihat gelisah Gangguan pertumbuhan janin
dan akralnya dingin 
Perdarahan dalam desidua
basalis

Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas seluruhnya

Perdarahan

Cemas
5 DS: Penyakit infeksi akut Berduka
pasien mengatakan 
masih belum bisa Toksin, bakteri, virus
menerima kenyataan 
bahwa dirinya Masuk ke plasenta
keguguran 
DO: Gangguan pertumbuhan janin
pasien tampak sedih 
dan menangis. Perdarahan dalam desidua
Pasien tampak putus basalis
asa dan kesepian 
Nekrosis jaringan sekitar

Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas sebagian

Tindakan curatase

Berduka

6 DS: Penyakit infeksi akut Harga diri rendah


48 | P a g e
Pasien Toksin, bakteri, virus
mengungkapkan malu 
dan tidak bisa bila Masuk ke plasenta
diajak melakukan 
sesuatu. Gangguan pertumbuhan janin
DO: 
tampak sedih dan Perdarahan dalam desidua
tidak melakukan basalis
aktivitas yang 
seharusnya dapat Nekrosis jaringan sekitar
dilakukan, wajah 
tampak murung Hasil konsepsi lepas (aborsi)

Lepas sebagian

Tindakan curatase

Berduka

Harga diri rendah

Diagnosa dan Intervensi Keperawatan


1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan)
NOC NIC
Tujuan : Fluid Management(4120)
Setelah dilakukan tindakan 1. Timbang BB setiap hari
asuhan keperawatan selama 2x24 2. Menjaga asupan yang tepat
jam, status pernafasan klien dan mencatat output
kembali normal. 3. Memantau status hidrasi
Kriteria hasil : (misalnya, membran mukosa
Fluid Balance (0601) lembab, dan tekanan darah
(060101) Tekanan darah normal ortostatik), yang sesuai
120/80 (4) 4. Pantau tanda-tanda vital,
(060116) turgor kulit normal (4) yang sesuai
(060117) kelembaban membrane 5. Memantau makanan / cairan
mucus normal (4) tertelan dan menghitung
asupan kalori harian,
sewajarnya
6. Memantau status gizi

49 | P a g e
7. Berikan cairan, yang sesuai
8. Distribusikan asupan cairan
selama 24 jam, yang sesuai
9. Memantau respon pasien
terhadap terapi elektrolit
yang telah ditentukan
10. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda-tanda dan gejala
volume cairan yang menetap
atau memburuk

2. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera (abortus)


NOC NIC
Setelah dilakukan tindakan Pain Management (1400)
asuhan keperawatan selama 1. Lakukan penilaian yang
2x24 jam, status pernafasan komprehensif dari rasa sakit
klien kembali normal. untuk memastikan lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik, onset / durasi,
Pain control (1605) frekuensi, kualitas, intensitas
160502 Mengenali onset nyeri atau keparahan nyeri, dan
(4) faktor pencetus
160503 Menggunakan langkah- 2. Amati isyarat nonverbal dari
langkah preventif (4) ketidaknyamanan, terutama
160505 Menggunakan analgesik pada mereka yang tidak dapat
seperti yang dianjurkan (4) berkomunikasi secara efektif
160513 Laporan perubahan 3. Yakinkan pasien penggunaan
gejala sakit kepada profesional analgesic
kesehatan (4) 4. Gunakan strategi komunikasi
Pain Level (2102) terapeutik untuk melaporkan
210201 melaporkan nyeri (4) pengalaman rasa sakit dan
210204 Panjang episode sakit (4) menyampaikan penerimaan
210206 Ekspresi wajah respon rasa sakit pasien
kesakitan (4) 5. Kaji pengetahuan dan
210208 Gelisah (4) keyakinan pasien tentang rasa
210224 meringis (4) sakit
6. Pertimbangkan pengaruh
budaya pada respon nyeri
7. Menentukan dampak dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup (Mis, tidur,
nafsu makan, aktivitas,

50 | P a g e
kognisi, suasana hati,
hubungan, kinerja kerja, dan
peran tanggung jawab)
• Jelajahi dengan pasien faktor
yang meningkatkan /
memperburuk nyeri
8. Mengajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
9. Evaluasi, dengan pasien dan
tim perawatan kesehatan,
efektivitas tindakan
pengendalian nyeri masa lalu
yang telah digunakan
10. Memberikan informasi
tentang rasa sakit, seperti
penyebab nyeri, berapa lama
akan berlangsung, dan
antisipasi ketidaknyamanan
dari prosedur

3. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive


NOC NIC
Infection Serevity (0703) Infection control (6540)
070301 Ruam (4) 1. Pantau tanda-tanda dan gejala
070307 Demam (4) infeksi sistemik dan local
070329 Hipotermia (4) 2. Bersihkan lingkungan tepat
070333 Nyeri (4) setelah digunakan pasien
3. Ubah peralatan perawatan
pasien, per protokol lembaga
4. Batasi jumlah pengunjung,
yang sesuai
5. Ajarkan cuci tangan
6. Ajarkan pasien tentang teknik
mencuci tangan yang tepat
7. Instruksikan pengunjung
untuk mencuci tangan saat
memasuki dan meninggalkan
kamar pasien
8. Gunakan sabun antimikrobial
untuk cuci tangan, sesuai

51 | P a g e
9. Cuci tangan sebelum dan
sesudah setiap kegiatan
perawatan pasien
10. Menjaga sistem tertutup saat
melakukan pemantauan
invasive
11. Pastikan teknik perawatan
luka yang tepat
12. Tingkatkan asupan nutrisi
yang tepat
13. Ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimana
menghindari infeksi

PEMBAHASAN KASUS
Pada kasus dapat dikaitkan pada konsep penyakit bahwa pada gejala klinis
pasien terlihat dengan keluhan pasien mengatakan 1 hari sebelum dibawa ke RS
pasien tiba-tiba mengalami perdarahan. Pasien diketahui sedang hamil 3 bulan.
Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawah dan pada pinggang, skala 3 nyeri
hilang timbul seperti ditusuk. Selain gejala disini ada juga persamaan komplikasi
antara kasus dan konsep yaitu pendarahan.

Dari tanda dan gejala muncul dignosa keperawatan yaitu :

52 | P a g e
1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan Kehilangan
volume cairan aktif (perdarahan).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cidera (abortus)
3. Resiko Infeksi berhubungan dengan tindakan invasive
Dalam pemberian asuhan keperawatan pada ibu yang mengalami abortus ini
akan dilakukan tindakan currage karna menentukan kelangsungan hidup ibu jika
tidak di tangani dengan baik bahkan dapat menimbukan pendarahan yang semakin
parah.
Oleh karna itu perawat harus mempunyai keterampilan,kompetensi dan
pengetahuan yang luas tentang konsep asekp abortus sehingga dapat menentukan
diagnosa keperawatn serta intervensi yang akan dilakukan saat menemukan pasien
sseperti ini.

BAB 4
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Hiperemesis gravidarum adalah emesis gravidum yang berlebihan sehingga
menimbulkan gejala klinis serta mengganggu kehidupan sehari hari. Hiperemesis
gravidum dibagi menjadi tingkat I, tingkat II, dan tingkat III (Manuaba, 2004).
Kejadian hiperemesis gravidarum belum diketahui dengan pasti. Beberapa faktor
predisposisi, yaitu faktor adaptasi, psikologi dan alergi. Hiperemesis gravidarum
bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi, ketidakseimbangan

53 | P a g e
elektrolit, serta dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi (Winkjosastro, 2010). Pemeriksaan diagnostiknya
meliputi USG, urinalisis, dan pemeriksaan fungsi hepar. Penatalaksanaan dimulai
dari perubahan pola makan dan pola hidup sampai penggunaan supplement vitamin,
terapi antiemetik, sampai pada hospitalisasi. Komplikasi yang dapat terjadi meliputi
ruptur esophageal, Encephalophaty wernike’s mielinolisis pusat pontine, kerusakan
ginjal, keterlambatan pertumbuhan janin di dalam kandungan dan kematian janin.
Abortus adalah suatu proses berakhirnya suatu kehamilan di mana janin
belum mampu hidup di luar rahim dengan kriteria usia kehamilan <20 minggu atau
berat janin <500g (Achadiat, 2003). Menurut Sulaiman Sastrawinata, 2003,
berdasarkan jenis tindakan yang dilakukan, abortus dibedakan menjadi abortus
spontan dan abortus buatan. Umumnya abortus didahului oleh kematian janin.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya abortus, yaitu faktor janin,
maternal, dan eksternal. Pada awal terjadilah perdarahan dalam desidua basalis,
kemudian diikuti oleh nekrosis jaringan di sekitarnya yang menyebabkan hasil
konsepsi terlepas sebagian atau seluruhnya dan menyebabkan uterus berkontraksi
untuk mengeluarkan isinya. Pemeriksaan penunjang diperlukan dalam keadaan
abortus Imminiens, abortus habitualis dan missed abortion: USG, pemeriksaan
kadar fibrinogen, tes kehamilan, pemeriksaan ginekologi. Pemeriksaan lain sesuai
dengan keadaan dan diagnosis pasien. Penatalaksanaan tergantung jenis abortus.
Komplikasi yang dapat terjadi yakni perdarahan, perforasi, infeksi dan syok.
DAFTAR PUSTAKA

Achadiat, Chrisdiono M. (2003). Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:


EGC.
Cunningham FG, L. K. (2010). Williams Obstetrics 23rd Edition. United States of
America: McGraw-Hill Companies.
Manuaba, d. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (1998). Ilmu kebidanan, Penyakit Kandungan &
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2004). Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan
Ginekologi, Edisi 2. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: Penerbit
EGC.
Manuaba, Ida Bagus Gde. (2010). Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan
Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: Penerbit EGC.
Prawirohardjo, S. (2006). Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:
Yayasan Bina Pustaka.

54 | P a g e
Rahmani, S.I. (2014). Faktor-faktor Risiko Kejadian Abortus di RS Prikasih
Jakarta Selatan Tahun 2013. Skripsi S1 pada UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Sarwono, Prawiroharjo. (2008). Abortus: Etiologi. Ilmu Kebidanan dan
Kandungan, edisi 4
Sulaiman Sastrawinata, d. (2003). Ilmu Kesehatan Reproduksi: Obstetri patologi,
Edisi 2. Jakarta: EGC.
Wijayarini, A. Maria. (2001). Keperawatan Ibu- Bayi Baru Lahir. Jakarta: Penerbit
EGC.
https://eprints.uns.ac.id/id/eprint/10463 diakses pada tanggal 7 november 2016
[19:33]
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/27175/1/SILMI%20LIS
ANI%20RAHMANI-FKIK.pdf diakses pada tanggal 9 november 2016
[20:45]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/24223/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 7 november 2016 [18:37]
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23479/4/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 7 november 2016 [19:05]

55 | P a g e
Faktor psikologi estrogen meningkat Na dan Cl hilang melalui
muntah

Lampiran 1 Perangsangan pada hipotalamus Aliran balik vena ke


(WOC Hiperemesis Gravidarum) jantung
Aktivasi dan stimulasi CT2
Iritasi asam pada selaput
lendir esofagus Curah jantung menurun
Mual, muntah terus
menerus
Lidah kering Aktivasi mekanisme
Cadangan lemak dan karbohidrat habis homeostatik
Output cairan meningkat
Penurunan sensasi kecap
Glukosa darah menurun Penurunan TD
Gangguan keseimbangan cairan
Nafsu makan menurun
Glukosa otak menurun
Deteksi respon pada
MK : Kekurangan volume jantung
MK : Perubahan nutrisi
Pusing, sakit kepala cairan dan elektrolit
kurang dari kebutuhan
Pusat vasomotor
vasokontriksi
MK : Gangguan rasa nyaman
nyeri
Vasokontriksi perifer

Intake nutrisi menurun Asupan nutrisi maternal tidak MK : Resiko pertumbuhan tidak
adekuat proporsional MK : Penurunan
perfusi jaringan

MK: Intoleransi aktivitas

56 | P a g e
Lampiran 2 (WOC Abortus)

Kelainan kromosom Lingkungan nidasi Pengaruh luar Penyakit Kelainan saluran genital
kurang sempurna radiasi obat infeksi akut retroposisis

Pemberian zat Gangguan uterus Toksin, bakteri, virus


makanan ke janin

Perubahan struktur sel Masuk ke plasenta

Gangguan
Gangguan
pertumbuhan
pertumbuhan janin
janin

Perdarahan
Perdarahan dalam
dalam
desidua
desidua basalis
basalis

Nekrosis jaringan
Nekrosis jaringansekitar
sekitar

Hasil konsepsi
Hasil konsepsilepas (aborsi)
lepas (aborsi)

MK :Resiko Lepas sebagian


Lepas sebagian Kontraksi uterus
Kontraksi uterus Lepas seluruhnya
Lepas seluruhnya
infeksi

Tindakan curatase
Tindakan curatase MK : :Nyeri
MK Nyeri Perdarahan
Perdarahan MK : :Cemas
MK Cemas
57 | P a g e

MK : Harga diri rendah MK : :Berduka


MK Berduka MK
MK: :Kurang
Kurangvolume cairan
volume cairan

Anda mungkin juga menyukai