Anda di halaman 1dari 47

ASUHAN KEBIDANAN PADA NY.

M DENGAN POST SEKSIO SESAREA


ATAS INDIKASI PANGGUL SEMPIT DI RSU ANUTAPURA PALU
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Menurut World Health Organization (WHO) di Amerika Serikat


dilaporkan setiap tahunnya terjadi peningkatan sectio caesarea terdapat 27%
dari seluruh proses melahirkan dari angka tersebut 19,1% merupakan sectio
caesarea primer, dari laporan Amerika Serikat menyatakan bahwa sectio
caesarea primer terbanyak tanpa komplikasi. Distosia dan persalinan angka
ini meningkat masing-masing 49,7% dan 51% distosia menyebabkan sectio
caesarea karena panggul sempit (Sulistiawati, 2011).

Angka persalinan sectio caesarea di Indonesia juga cukup tinggi, angka


tersebut sebanyak 35,7%-55,3%. Dengan tindakan sectio caesarea sebanyak
19,5-27,3% diantaranya merupakan sectio caesarea karena adanya komplikasi
Disproporsi kepala panggul (Depkes RI, 2010).

Berdasarakan data dari rekam medik RSUD Kayuagung menyebutkan


bahwa jumlah yang mengalami sectio caesarea dengan disproporsi kepala
panggul pada tahun 2018 sebanyak 40 kasus

Menurut Varney (2007) Disproporsi Kepala Panggul adalah disproporsi


antara ukuran janin dengan ukuran pelvis, ukuran pelvis tertentu tidak cukup
besar untuk mengakomodasi keluarnya janin melalui pelvis sampai terjadi
kelahiran pervaginaan.

Asuhan keperawatan pasca persalinan yang meliputi biologis, psikologis,


sosial, dan spiritual diperlukan untuk meningkatkan status kesehatan ibu dan
anak terutama pada masa nifas. Masa nifas merupakan masa yang relatif tidak
komplek dibandingkan dengan kehamilan, masa nifas ditandai oleh
banyaknya perubahan fisiologi. Berbagai komplikasi persalinan sectio
caesarea dapat dialami oleh ibu, dan apabila tidak segera ditangani dengan
baik akan memberi kontribusi yang cukup besar terhadap tingginya angka
kematian ibu di Indonesia.

Persalinan melalui seksio sesarea didefenisikan sebagai pelahiran janin


melalui insisi di dinding abdomen (laparatomi) dan dinding uterus
(histeroktomi). Pada praktik obstetri medern, hampir tidak ada kontraindikasi
untuk seksio sesarea. Angka kematian ibu akibat sectio caesarea kurang dari
1:1000 prosedur. Bahkan, angka mortalitas operasi yang relatif rendah ini
harus dianggap berlebihan karena sebagian besar dari kematian ini terjadi
pada perempuan muda sehat yang menjalani suatu proses fisiologik normal
(Cunningham, 2011: 466).

Untuk mencegah ibu dengan seksio sesaria agar tidak terjadi komplikasi
maka asuhan kebidanan penting untuk ibu post seksio sesaria. Kurangnya
pengetahuan ibu tentang proses penyembuhan sectio caesarea yang
membutuhkan waktu yang lebih lama dari pada persalinan pervaginam.
Penanganan dan pencegahan sectio caesarea yang benar dapat mengurangi
komplikasi yang mungkin akan terjadi.

Menurut peneliti sebagian besar kurangnya pengetahuan ibu tentang


persalinan normal di mana persalinan normal proses penyembuhannya lebih
cepat di bandingkan dengan sectio caesarea. Serta kebanyakan perasaan takut
dalam proses persalinan normal. Padahal persalinan dengan sectio caesarea
masa penyembuhanya membutuhkan waktu lama. Maka dari itu peneliti
tertarik untuk mengambil judul asuhan kebidanan pada ibu post sectio
caesarea dengan indikasi disproporsi kepala panggul.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan masalah bagaimana


“Asuhan Kebidanan pada ibu post op sc dengan indikasi disproporsi kepala
panggul”
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Dilaksanankan asuhan kebidanan secara langsung sekaligus


pengalaman nyata tentang asuhan kebidanan pada ibu post op sc
dengan indikasi disproporsi kepala panggul di RSUD Kayuagung.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Telah melakukan pengkajian data subjektif secara langsung pada


ibu post op sc dengan indikasi disproporsi kepala panggul di RSUD
Kayuagung.

b. Telah melakukan pengkajian data objektif secara langsung pada ibu


post op sc dengan indikasi disproporsi kepala panggul di RSUD
Kayuagung.

c. Telah melakukan penegakan diagnosa atau assasment sesuai data


yang telah diperoleh secara langsung pada ibu post op sc dengan
indikasi disproporsi kepala panggul di RSUD Kayuagung.

d. Telah melakukan perencanaan dan penatalaksanaan untuk


penanganan pada ibu post op sc dengan indikasi disproporsi kepala
panggul di RSUD Kayuagung.

e. Telah melakukan evalusi dan pendokumentasian atas tindakan yang


telah diberikan pada ibu post op sc dengan indikasi disproporsi
kepala panggul di RSUD Kayuagung

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Bagi Penulis
Hasil dari laporan ini diharapkan dapat memberikan masukan dan
bahan untuk mengetahui dan menambah wawasan khusus nya dalam
mata kuliah studi kasus ini.
1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan
Penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai sarana penambah
informasi mahasiswa dalam melakukan pengkajian dari data sekunder.

1.3.3 Bagi Lahan Praktik


Dapat dijadikan bahan informasi dan masukan serta memberikan
manfaat bagi instansi terkait khususnya RSUD Kayuagung sebagai
tempat pengambilan kasus untuk meningkatkan asuhan kebidanan.

1.4 Pelaksanaan

Asuhan kebidanan ini dilaksanakan selama 4 hari sejak tanggal 11 desember


2018 – 15 desember 2018 di IRKB RSUD Kayuagung.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Sectio Caesarea

2.1.1 Pengertian

Istilah sectio caesarea berasal dari perkataan latin caedere yang


artinya memotong. Pengertian ini semula dijumpai dalam Roman
Law(lex Regia) danEmperor’s law (Lex Caesarea) yaitu undang-undang
yang menghendaki supaya janin dalam kandungan ibu-ibu yang
meninggal harus dikeluarkan dari dalam rahim (Sofian, 2012 : 85).

Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin


dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim
dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat diatas 500 gram
(Mitayani, 2011 : 111).

Sectio Caesarea adalah pembedahan guna melahirkan anak lewat


insisi pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010 : 634).

2.1.2 Jenis – Jenis Sectio Caesarea

Menurut Sofian (2012 : 86), jenis-jenis operasi adalah :

 Sectio Caesarea abdominalis, yaitu seksio sesarea klasik atau


korporal dengan insisi memanjang pada korpus uteri. Seksio sesarea
ismika profunda dengan insisi pada segmen bawah rahim. Seksio
sesarea ekstraperitonealis, yaitu seksio sesarea tanpa membuka
peritonium parietal, dengan demikian tidak membuka kavum
abdominalis.
 Sectio Caesarea Vaginalis, yaitu menurut arah sayatan pada rahim.

 Sectio Caesarea klasik (korporal). Dilakukan dengan membuat


sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira sepanjang 10 cm.

 Sectio Caesarea ismika (profunda). Dilakukan dengan membuat


sayatan meintang konkaf pada segmen bawah rahim kira-kira
sepanjang 10 cm.

2.1.3 Indikasi

 Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Placenta previa
c) Ruptura uteri mengancam
d) Partus Lama
e) Partus Tak Maju
f) Pre eklampsia, dan Hipertensi
 Indikasi Janin
a) Kelainan Letak
1. Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea
adalah jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin
dengan segala letak lintang yang janinnya hidup dan
besarnya biasa. Semua primigravida dengan letak lintang
harus ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada
perkiraan panggul sempit. Multipara dengan letak lintang
dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.

2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak
belakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan
berharga.
b) Gawat Janin
c) Janin Besar
 Kontra Indikasi
a) Janin Mati
b) Syok, anemia berat.
c) Kelainan congenital Berat

2.1.4 Komplikasi Operasi Sectio Caesarea

1. Infeksi Puerpuralis
a) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
b) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai
dehidrasi atau perut sedikit kembung
c) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal
ini sering kita jumpai pada partus terlantar dimana
sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartum karena
ketuban yang telah pecah terlalu lama.
2. Perdarahan
a) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
b) Atonia Uteri
c) Pendarahan pada placenta bled
3. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih
bila reperitonalisasi terlalu tinggi.
4. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
2.1.5 Prinsip Perawatan Pasca Operasi

Penatalaksanaan pasca post operasi menurut Prawirahardjo (2010 :


444) sebagai berikut :

a. Perawatan Awal

1. Letakan pasien dalam posisi untuk pemulihan

 Tidur miring dengan kepala agak ekstensi untuk


membebaskan jalan nafas.

 Letakan lengan atas di muka tubuh agar mudah melakukan


pemeriksaan tekanan darah.

 Tungkai bawah agak tertekuk, bagian atas lebih tertekuk


dari pada bagian bawah untuk menjaga keseimbangan.

2. Segera setelah selesai pembedahan periksa kondisi pasien

 Cek tanda vital dan suhu tubuh setiap 15 menit selama jam
pertama, kemudian tiap 30 menit pada jam selanjutnya

 Periksa tingkat kesadaran setiap 15 menit sampai sadar

 Cek kontraksi uterus jangan jangan sampai lembek

b. Analgesia

- Pemberian analgesia sesudah bedah sangat penting

- Pemberian sedasi yang berlebihan akan menghambat


morbilitas yang diperlukan pasca bedah.

Analgesia yang diberikan : suposutoria ketoprofen 2 kali/12


jam atau tramadol ; oral tramadol tiap 6 jam atau
parasetamol ; injeksi penitidin 50 – 75 mg diberikan tiap 6
jam bila perlu.
- Bila pasien sudah sadar, perdarahan minimal, tekanan darah
baik stabil, urin >30 cc/jam, pasien bisa kembali keruangan.

c. Perawatan Lanjutan

Lakukan pemeriksaan tanda-tanda vital tiap 4 jam, kontraksi


uterus, dan perdarahan.

d. Mobilisasi

Pasien telah dapat menggerakan kaki dan tanganya serta tubuhnya


sedikit, kemudian dapat duduk pada jam 8 – 12 (bila tak ada
kontraindikasi dari anastesi). Ia dapat berjalan bila mampu pada
24 jam pasca bedah bahkan mandi sendiri pada hari kedua.

e. Fungsi Gastrointestinal

Fungsi gastrointestinal pada pasien obstetri yang tindakanya tidak


terlalu berat akan kembali normal dalam waktu 12 jam.

1. Jika tindakan bedah tidak berat, berikan pasien diet cair.


Misalnya 6-8 jam pasca bedah dengan anastesi spinal, infus
dan kateter dapt dilepas.

2. Jika ada tanda infeksi, atau jika seksio sesaria karena partus
macet atau ruptura uteri, tunggu sampai bising usus timbul.

3. Jika peristaltik baik dan pasien bisa flatus mulai berikan


makan padat

4. Pemberian infus diteruskan sampai pasien bisa minum


dengan baik.

5. Berika pada 24 jam I sekitar 2 liter cairan, dengan monitor


produksi urin tidak kurang dari 30 ml/jam. Bila kurang,
kemungkinan ada kehilangan darah yang tidak kelihatan atau
efek antidiuretik dan oksitosin.
6. Jika pemberian infus melebihi 48 jam, berikan cairan
elektrolit untuk balans (misalnya kalium klorida 40 mEq
dalam 1/cairan infus).

7. Sebelum keluar dari rumah sakit, pasien sudah harus bisa


makan makanan biasa.

f. Pembalutan dan Perawatan Luka

Pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan pelindung


terhadap infeksi terhadap proses penyembuhan yang dikenal
dengan reepitelisasi. Pertahankan penutup luka ini selama hari
pertama setelah pembedahan untuk mencegah infeksi selama
proses reepitelisasi berlangsung.

1. Jika pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau


keluar cairan tidak terlalu banyak, jangan menganti pembalut:

 Perkuat pembalutnya

 Pantau keluarnya cairan dan darah

 Jika perdarahan tetap bertambah atau sudah membasahi


setengah atau lebih dari pembalutnya, buka pembalut,
inspeksi luka atasi penyebabnya, dan ganti dengan
pembalut baru.

2. Jika pembalut agak kendor, jangan ganti pembalut tetapi


diplester untuk mengencangkan. Ganti pembalut dengan cara
yang steril

3. Luka harus dijaga tetap kering dan bersih, tidak boleh terdapat
bukti infeksi atau seroma sampai ibu diperbolehkan pulang
dari rumah sakit.
g. Perawatan Fungsi Kandung Kemih

Pemasangan kateter dibutuhkan pada prosedur bedah. Semakin


cepat melepas kateter akan lebih baik mencegah kemungkinan
infeksi dan membuat perempuan lebih cepat mobilisasi.

1) Jika urin jernih, kateter dilepas 8 jam setelah bedah atau


sesudah semalam.

2) Jika urin tidak jernih, biarkan kateter dipasang sampai urin


jernih

3) Kateter dipasang pada 48 jam pada kasus :

 Bedah karena ruptur uteri

 Partus lama atau partus macet

 Oedema perineum yang luas

 Sepsis puerperalis/pelvio peritonitis

h. Antibiotika

Jika ada tanda infeksi atau pasien demam, berikan antibiotika


sampai bebas demam selama 48 jam.

i. Melepas Jahitan

1. Jahitan fasia merupakan hal utama pada bedah abdomen

2. Melepas jahitan kulit 5 hari setelah hari bedah pada


penjahitan dengan sutera.
j. Demam

1) Suhu yang melebihi 38ºC pasca pembedahan hari ke-2 harus


dicapai penyebabnya.

2) Yakinkan pasien tidak panas minimum 24 jam sebelum keluar


dari rumah sakit.

k. Ambulasi/Mobilisasi

1) Ambulasi menyebabkan perbaikan sirkulasi, membuat napas


dalam dan menstimulasi kembali fungsi gastrointestinal
normal.

2) Dorong untuk menggerakan kaki dan tungkai bawah sesegera


mungkin, biasanya dalam waktu 24 jam.

l. Perawatan Gabung

Pasien dapat dirawat gabung degan bayi dan memberikan ASI


dalam posisi tidur atau duduk.

m. Memulangkan Pasien

1) 2 hari pasca seksio sesarea berencana tanpa komplikasi.

2) Perawatan 3 – 4 hari cukup untuk pasien. Berikan instruksi


mengenai perawatan luka (mengganti kassa) dan
keterangan tertulis mengenai teknik pembedahan.

3) Pasien diminta datang untuk kontrol setelah 7 hari pasien


pulang

4) Pasien perlu segera datang bila terdapat perdarahan,


demam, dan nyeri perut berlebihan.
2.2 Disproporsi Kepala Panggul

Disproporsi kepala panggul yaitu suatu keadaan yang timbul karena tidak
adanya keseimbangan antara panggul ibu dengan kepala janin disebabkan
oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya

2.2.1 Faktor yang mempengaruhinya yaitu:

1. Kelainan pada faktor maternal (passage, power, psyche)

2. Kelainan pada faktor fetal (presentation, passenger)

3. Kelainan pada faktor maternal & fetal. Ada dua tindakan utama
yang dilakukan untuk menangani persalinan dengan disproporsi
kepala panggul, yaitu seksio sesarea dan partus percobaan.
Disamping itu kadang-kadang ada indikasi dilakukan kraniotomia.

2.2.2. Macam-Macam Panggul Sempit

Dalam Obstetri yang terpenting bukan panggul sempit secara anatomi


melainkan panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan
antara kepala dan panggul

 Kesempitan panggul dibagi sebagai berikut :

1. Kesempitan pintu atas panggul

2. kesempitan bidang bawah panggul

3. Kesempitan pintu bawah panggul

2.2.3 Pemeriksaan Radiologik

1. Foto pintu atas panggul


Ibu dalam posisi setengah duduk (THOMS), sehingga tabung ronten
tegak lurus di pintu atas panggul.
2. Foto rateral
Ibu dalam posisi berdiri, tabung rontgen diarahkan horizontal pada
trochater mayor dari samping.

Dari keduanya dapat dilihat


 Diameter tranversa
 Distansia interspinarum
 Jenis pelvis
 Conjunggata diagonalis-konjunggata vera
 Dalamnya pelvis
 Diameter AP pintu bawah
 Diameter sagitalis posterior
 Bentuk sakrum, spina isciadika

2.2.4 Jenis Panggul Wanita Indonesia (Djaka & Moeljo)

Ginekoid 64,2%

Antropoid 16,3%

Platipeloid 13,6%

Android 2,2%

Panggul Patologik 3%
2.2.5 Ukuran Pelvis

Diameter pelvis dihitung dengan cara

1. THOMS – sentimeter – grid atau,

2. Matematika menurut prinsip segitiga siku-siku

Rumus= x : b = c : a

a: jarak tabung film dapat di pasang tetap misal 100 cm

b: jarak objek – film harus diukur pada setiap pemotretan

c: diukur pada gambar rontgen

x: yang harus dihitung

2.2.6 Luas Bidang Panggul

Untuk menentukan luasnya suatu bidang panggul di pergunakan index


MENGERT, yaitu diameter AP di kalikan diameter tranversa.

Luas bidang panggul wanita Indonesia (standart):

Pintu atas panggul : 10 x 12 = 120 cm2

Pintu tengah : 10 x 11,5 = 115 cm 2

Untuk tiap-tiap panggul yang dibuat pelvimetri, diukur luas bidang


menurut index MENGERT, kemudian dibandingkan dgn luas standart
tadi.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NY “D” POST SECTIO
CAESAREA DENGAN INDIKASI DISPROPORSI KEPALA
PANGGUL DI BANGSAL KEBIDANAN
RSUD KAYUAGUNG
TAHUN 2018

No. Reg : 029151

Tanggal Masuk: 11 – 12 – 2018

Jam Masuk : 08.30 Wib

I. PENGKAJIAN

Hari/Tanggal pengkjian : Selasa, 11- 12- 2018

Waktu pengkajian : 09.00 Wib

Tempat pengkajian : Di Bangsal Kebidanan RSUD Kayuagung

Nama Mahasiswa : Tiara Kartika

NIM : 05160071
A. DATA SUBJEKTIF
1. IDENTITAS KLIEN

Nama Ibu : Ny. D Nama Suami : Tn. M


Umur : 27 tahun Umur : 30 tahun
Suku/Bangsa: Jawa/Indonesia Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Serigeni Alamat : Serigeni
3. KELUHAN UTAMA
Ibu mengatakan nyeri pada luka bekas operasi sectio caesarea (SC)

4. RIWAYAT KESEHATAN
1. Riwayat kesehatan terdahulu
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada Malaria : Tidak ada
TBC : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
2. Riwayat kesehatan sekarang
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada Malaria : Tidak ada
TBC : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
3. Riwayat kesehatan keluarga
Jantung : Tidak ada DM : Tidak ada
Asma : Tidak ada Malaria : Tidak ada
TBC : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada

5. RIWAYAT PERKAWINAN
Nikah : 1 kali
Umur : 25 tahun
Lama : 2 tahun

6. RIWAYAT OBSTETRI
1. Riwayat Mentruasi
Menarche : 12 tahun Dismenorhe : Tidak ada
Siklus : 28 hari Warna :Merah
kecoklatan
Lama : 5 hari Keluhan : Tidak ada
Bau : Amis
Konsistensi : Cair
Banyaknya : 2x Ganti Pembalut

2. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas Yang Lalu

N Tahun UK JP TP Komplikasi Penolong Bayi Nifas


o persalin bayi
Ibu Bayi Pb/bb/ Keada Lochea Laktasi
an
jk an
1 2013 aterm SC RS Tidak Tidak Dokter 3048/ Sehat Normal Lancar
ada ada dan 48cm/
Bidan lk

7. RIWAYAT KB
Ibu mengatakan belum pernah memakai KB apapun

8. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI


No Activity SMRS MRS
1. Nutrisi

Makan 3 x/hari dengan


Klien mengatakan belum
menu nasi lauk pauk
boleh makan 6 jam post
sayur mayur, setiap kali
SC
makan habis 1 porsi

Klien mengatakan belum


Minum 5 – 7 gelas sehari. boleh minum post SC

2. Eliminasi
1x/hari dengan
Belum BAB
BAB konsistensi lembek
4 – 5 kali dalam satu hari menggunakan kateter
dengan konsistensi jernih
no.16 jumlah urine 1500
dan berbaukhas.
BAK cc dengan warna kuning
pekat.

3. Pola aktivitas
Tidur malam ±8 jam ±4-5 jam

Tidur siang ±2 jam ±30menit

4. Kebersihan diri

Mandi 2/hari
Gosok gigi 2x/hari tidak mandi, klien hanya
Ganti celana 1x/hari dilap dengan
dalam menggunakan waslap
Cuci rambut 2/hari dan air hangat

9. RIWAYAT PSIKOSOSIAL, BUDAYA DAN SPIRITUAL


 Psikologi
Ibu mengalami kecemasan dan khawatir akan keadaan dirinya
 Sosial
Hubungan antara ibu dan suami dan anggota keluarganya sangat
baik
 Budaya
Ibu mengatakan pernah minum jamu-jamuan tapi jarang, seperti
beras kencur,dan kunyit asem
 Spiritual
Ibu menjalankan ibadah sesuai keyakinannya
B. DATA OBJEKTIF
1. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Kesadaran : Compos mentis
Keadaan emosional : Baik
2. Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Polse : 84x /menit
RR : 24x/menit
Suhu : 370c
TB : 142 cm
BB
Sebelum hamil :43 kg
Setelah hamil :55 kg
Lila : 21 cm

2. Pemeriksaan Head To Toe

1) Kepala

a. Wajah dan kulit kepala

Klien berwajah simetris, kulit kepala bersih, rambut hitam panjang


bersih dan tidak ada ketombe, ekpresi wajah merintih menahan
nyeri dan tidak ada nyeri tekan.

b. Mata

Kedua mata klien simetris, tidak ada oedema pada kedua


palpebrae, tidak ada radang, sekrela an ikterik, konjungtiva an
anemis, kantong mata terlihat agak hitam, tidak ada penonjolan
pada kedua mata klien dan penglihatan klien normal.

c. Hidung

Keadaan hidung bersih, tidak ada radang, tidak ada polip, tidak ada
secret atau cairan dan tidak ada benjolan, tidak ada nyeri
tekan, terpasang O2dengan 2 liter/menit.
d. Telinga

Kedua telinga klien simetris, keadaan canalis bersih, tidak ada


serumen, indra pendengaran masih normal, klien tidak
menggunakan alat bantu pendengaran.

e. Mulut

Keadaan gigi bersih, tidak ada karang gigi atau karies, tidak
menggunakan gigi palsu, gusi merah tidak ada radang, lidah agak
kotor, bibir tidak sianosis dan kering.

2) Leher

Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada


kelainan kelenjar getah bening, tidak ada pembesaran vena jugularis,
tidak ada nyeri tekan.

3) Abdomen

Bentuk abdomen normal, datar, TFU 2 jari di bawah pusat, terdapat


luka jahitan post SC dengan panjang 10 cm, terdapat nyeri tekan
disekitar luka, terdapat bunyi peristaltik 12 kali / menit, terdapat bunyi
timpani, kalau buat bergerak terasa sakit.

4) Genetalia

Vagina klien terpasang kateter no.16 jumlah urin 1500 cc, warnanya
kuning pekat, tidak ada luka pada perineum, keluar sedikit darah post
partum, warna merah segar, baunya khas amis, lochea rubra, tidak
terdapat hemoroid eksternal maupun internal.

5) Muskuloskeletal

a) Ekstremitas atas

Bentuk simetris, tangan kanan terpasang infus RL 20 tetes / menit,


tidak terdapat lesi, kulit lembab, tidak ada oedema.

b) Ekstremitas bawah

Bentuk simetris, tidak ada oedema, tidak ada lesi atau jaringan
parut, tidak ada tremor dan tidak ada nyeri tekan.
6) Integumen

Turgor kulit baik, warna kuning langsat, kulit lembab, tidak ada
oedema.

3. Pemeriksaan Penunjang

Tabel 2. Pemeriksaan Laboratorium

PARAMETER HASIL SATUAN NILAI NORMAL


Haematologi
Hemoglobin 12,8 g/dl M : 14 – 18 F : 12 – 16

4. Pemberian Obat-Obatan Sesuai Instruksi Dokter

 Injeksi cefriaxone 1 gr/ 12jam

 Injeksi ranitidine 1 ampul/ 8 jam

 Injeksi ketorolac 1 ampul/10 jam

 Metronidazole /10 jam

 Transamin 500 mg/8jam

 Pronalges supposutoria/ 8 jam


II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah


1 Ds: klien mengatakn nyeri pada daerah luka Tindakan sc Nyeri
operasi Caesar berhubungan
Do: klien tampak meringis kesakitan skala nyeri Diskuntunitas dengan
8(0-10) jaringan kerusakan
- Td 130/90 mmhg jaringan
- N 88×/ Menit
- RR ×23/ menit
merangsang
- Terdapat luka sayatan post op sc garis
melintang ±10 cm area sensori
nyeri

2. Ds: klien mengatakn nyeri pada daerah luka Resiko


Luka tinggi
operasi Caesar infeksi
operasi
Do: terdapat luka sayatan post op sc dengan
panjang ±10 cm luka sedikit basah tidak ada pus
hasil lab: Operasi
 Hemoglobin:9,6 cectio
 Leukosit:16 .400
 Hematokrit:29,5%
Kerusakan
 Eritrosit:3,19
jaringan
Td:120/80mmhg
N:88×/menit Resiko tinggi
S:37°C infeksi
3 Ds: klien mengatakn lemas kepala pusing Gangguan
Tindakan mobilitas
fisik b.d
Do: klien tampak lemas adl di bantu oleh keluarga sc nyeri pada
tonos otot 4/4 abdomen
post op SC
Luka insisi

Diskotunita
jaringan
Meransang
area sensori

Gangguan
mobilitas
fisik b.d
nyeri pada
abdomen
post op SC

d. Klasifikasi Data

Kesimpulan

Ny.M, umur 27 tahun PII AI, post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit
hari petama selesai operasi pada tanggal 23-06-2014 dengan jenis insisi
memanjang (klasik) ± 10 cm di perut, anastesi lumbal, tiba diruangan RR kasuari
bawah 14:00 wita. Keluhan pasca operasi, ibu mengatakan baru selesai
melahirkan dengan cara operasi, ibu mengatakan rasa nyeri pada luka operasi,
nyeri pada bagian perut, ibu merasa haus, ibu juga mengatakan masih dipuasakan.

KU lemah, kesadaran composmentis, TD : 110/70 mmHg, nadi : 78 kali/menit,


suhu : 36,00C, pernafasan : 22 kali/menit. Ekspresi wajah ibu meringis, kontraksi
uterus baik, tidak ada perdarahan, TFU 2 jari dibawah pusat, nampak luka operasi
tertutup verban di abdomen dengan jenis sayatan memanjang (klasik), konjungtifa
tidak anemis, lachea rubra, terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1
ampul drips oxytosin kolf I 16 tetes/menit, juga terpasang kateter sebelum operasi
dengan jumlah urine ± 50 cc dan sesudah operasi jumlah urine ± 200 cc.

PENDOKUMENTASIAN SOAP

Tanggal 23-06-2014 Pukul : 16.00 wita

I. Data subyektif

a) Ibu mengatakan baru selesai malahirkan dengan cara operasi

b) Ibu mengatakan nyeri pada luka operasi

c) Ibu mengatakan nyeri pada bagian perut.

d) Ibu mengatakan merasa haus.

e) Ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan

II. Data obyektif

a) KU lemah

b) Kesadaran composmentis

c) TTV, TD : 100/70 mmHg, N : 78 kali/menit, S : 36,00C, R : 22 kali/menit

d) Nampak luka bekas operasi tetutup verban di abdomen, jenis insisi


memanjang (klasik).

e) Konjungtifa tidak anemis

f) Kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat.

g) Tidak ada perdarahan, lochia rubra.

h) Terpasag infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf I 16 tetes/menit.

i) Terpasang kateter dengan jumlah urine sebelum operasi ± 50 cc, dan sesudah
operasi ± 200 cc.
j) Ekspresi wajah meringis

k) Mukosa bibir sedikit pucat

l) Bibir nampak kering

III. Assesment

1. Diagnosa aktual

a) Ny. D, umur 27 tahun, PIIAIpost SC dengan indikasi panggul sempit.

b) Nyeri luka operasi

2. Masalah aktual

Ganguan rasa nyaman

3. Diagosa potensial

Potensial terjadi infeksi luka operasi

IV. Planning of action

1. Pukul 14.00 wita

Memindahkan pasien keruang perawatan.

Evaluasi : Terpasang infus RL drips oxytosin 1 ampul kolf II 16 tetes per menit
dan terpasang kateter.

2. Pukul 16.00 wita

Melakukan anamnese pada ibu

Evaluasi : wawancara secara langsung pada ibu.

3. Pukul 16.30 wita

Membersihkan dan mengganti pakaian ibu.


Evaluasi : Membersihkan dan menganti pakaian Ny.M Agar ibu dapat merasa
nyaman.

4. Pukul 16.40 wita

Mengobservasi perdarahan pada ibu.

Evaluasi : mengetahui perdarahan dalam keadaan normal atau tidak. Perdarahan


sedikit ( 1/3 pembalut ), lochia rubra.

5. Pukul 16.50 wita

Mengobservasi intake dan output pada pasien

Evaluasi : Terpasang cairan RL drips oxytosin 1 Ampul 16 tetes/menit, takar urine


± 210cc.

6. Pukul 17.00 wita

Mengobservasi involusio setiap hari. Untuk mengetahui keadaan yang patologi


dan untuk mengetahui apakah proses involusio dalam keadaan normal atau tidak.

Evaluasi : TFU 2 jari dibawah pusat uterus berkontraksi dengan baik.

7. Pukul 17.20 wita

Menjelaskan pada ibu bahwa puasa harus dilakukan sampai dengan 6 jam.Agar
peristaltic usus kembali normal sehingga meringankan kerja usus.

Evaluasi : Ibu memahami dengan apa yang dijelaskan dan ibu sudah bisa sedikit
minum namun belum bisa makan.

8. Pukul 17.30 wita

Menjelaskan pentingnya mobilisasi dini pada ibu, agar sering untuk mengerakan
anggota tubuh Untuk meningkatkan sirkulasi aliran darah yang lancar sehingga
mempercepat proses penyembuhan luka operasi.

Evaluasi : Ibu mengerti dan dapat menggerakkan anggota tubuhnya.


9. Pukul 17.35 wita

Mengubah posisi pasien setiap 2 jam gar posisi tetap kooperatif.

Evaluasi : Ibu memahami dan mau untuk miring kiri dan kanan.

10. Pukul 17.45 wita

Menjelaskan timbulnya rasa nyeri agar pasien memahami penyebab rasa nyeri.

Evaluasi : Ibu sudah mengerti dengan penyebab rasa nyeri yang dirasakan.

11. Pukul 18.00 wita

Menggunakan tekhnik antiseptic sebelum dan sesudah tindakan.

Evaluasi : memutus rantai penyebaran mikroorganisme dan membantu proses


penyembuhan.

12. Pukul 20.00 wita

Memberi terapi antibiotic sesuai dokter untuk membantu proses


penyembuhan.

Evaluasi : Telah di berikan injeksi ranitidine 1 ampul secara IV melalui infus, dan
pronalges secara suppusutoria sesuai intruksi dokter.

13. Pukul 21.00 wita

Mengobservasi tanda-tanda infeksi setiap hari untuk menilai terjadinya


infeksi.

Evaluasi : Tidak terjadi infeksi pada luka operasi.

14. Pukul 21.10 wita

Memberi terapi antibiotic sesuai instruksi dokter untuk membantu proses


penyembuhan.
Evaluasi : Telah dibrikan injeksi ketorolac 1 ampul secara IV melalui infus dan
melalui IV serta memberi metronidazole.

15. Pukul 21.15 wita

Memberikan obat pronalges supposutoria pada ibu sesuai instruksi dokter.

Evaluasi : Telah diberikan pronalges supposutoria pada ibu agar ibu flatus.

16. Pukul 23.00 Wita

Pemberian injeksi Ketorolac 1 ampul 10 jam/iv dan Metronidazole 10 jam/iv.

Evaluasi : Telah diberikan injeksi ketorolac 1 ampul 10 jam/iv dan metronidazole


10 jam/iv sudah diberikan.

17. Pukul 00.00 wita

Pemberian terapi injeksi Cefotaxime 1 gr/24 jam/iv sesuai instruksi dokter.

Evaluasi : Telah diberikan injeksi cefotaxime 1 gr/24 jam/iv sudah diberikan.

18. Pukul 00.05 wita

Menganjurkan pada ibu untuk istrahat.

Evaluasi : ibu sudah istrahat

CATATAN PERKEMBANGAN

A. Catatan perkembangan hari II

Tanggal 24-juni-2014, Pukul 08.20 wita


S : Data subyektif

Ibu mengeluh sakit dan nyeri pada luka bekas operasi, nyeri bila ditekan, ibu
mengatakan ketidakmampuannya beraktifitas saat ini, ibu mengatakan sudah
kentut tadi pagi namun belum buang air besar.

O : data objektif

Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm, tertutup verban dengan baik
tidak ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemi, sklera tidak ikterus, wajah ibu
masih tampak meringis bila bergerak, terpasang infus RL drips oxytosin 1 Ampul
16 tetes/menit, terpasang kateter urine ± 250 cc. Kesadaran : composmenthis,
kontraksi uterus baik, pengeluaran lochea rubra.

A : asessment

Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesareadengan indikasi panggul


sempit hari ke II, potensial terjadi infeksi luka operasi.

P : planning of action

1) Pukul 08.30 wita

Mengobservasi perdarahan pervaginam, dan pengeluaran lochea, dengan


mengobservasi untuk mengetahui keadaan patologi.

Evaluasi : Softex basah dengan sebagian dengan darah, lochea rubra.

2) Pukul 08.45 wita

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini, agar dapat merilekskan otot-otot dan
rasa nyeri.

Evaluasi : Ibu sudah bisa menggerakkan tubuhnya sedikit demi sedikit dan bisa
miring kiri-kanan.

3) Pukul 09.05 wita


Mengenjurkan ibu posisi setiap 1-2 jam, dengan mengubah posisi dapat
membantu merilekskan otot-otot.

Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran yang diberikan.

4) Pukul 90.20 wita

Mengobservasi keadaan luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin


kemungkinan buruk yang dapat terjadi.

Evaluasi : Nampak Luka operasi tertutup verban dengan baik.

5) Pukul 10.00 wita

Menjelaskan pada ibu tentang penyebab nyeri, dimana nyeri diakibatkan oleh
terputusnya saraf-saraf akibat luka operasi.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan tentang rasa nyeri yang
dia rasakan.

6) Pukul 10.20 wita

Membantu ibu untuk mobilisasi dini.

Evaluasi : Ibu sudah bisa miring kanan dan kiri serta berjalan sedikit-sedikit.

7) Pukul 11.10 wita

Mengobservasi intake dan output.

Evaluasi : Terpasang infus cairan RL drips oxytosin 1 ampul kolf III 16


tetes/menit dan takar urine ± 350 cc.

8) Pukul 12.00 wita

Memberikan HE tentang personal hygiene, untuk mencegah terjadinya infeksi.

Evaluasi : Ibu mengerti dan memahami apa yang dijelaskan.

9) Pukul 12.00 wita


Memberikan injeksi cefotaxime dan drips metronidazole

Evaluasi : Ibu sudah diberikan injeksi cefotaxime dan drips metronodazole


melalui cairan infus per iv.

10) Pukul 13.40 wita

Menganjurkan ibu untuk mobilisasi dini dengan duduk atau turun dari tempat
tidur untuk berjalan secara perlahan, dengan mobilisasi dini akan memeperlancar
peredaran darah dan merilekskan otot-otot. Evaluasi : Ibu bisa berjalan secara
perlahan-lahan.

11) Pukul 14.00 wita

Menganjurkan pada ibu untuk makan secara bertahap mulai dari makan bubur
sampai pada makan, untuk memeperingan kerja usus.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan dan ibu sudah makan
bubur.

12) Pukul 14.30 wita

Menganjurkan pada ibu untuk memeberikan ASI esklusif pada bayinya untuk
mempercepat involusio uterus dan sistem immun pada bayi.

Evaluasi : ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan dan mau
memberikan ASI ekslusif pada bayinya.

13) Pukul 15.00 wita

Membantu ibu membersihkan diri dan memakai pakaiannya.

Evaluasi : Ibu sudah dalam keadaan rapi dan bersih.

14) Pukul 15.30 wita

Mengobservasi intake dan output, untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam


tubuh.
Evaluasi : Terpasang cairan infus RL 16 tetes/menit. .

15) Pukul 17.30 wita

Memberikan obat ceftriaxone I ampul secara IV melalui infus sesuai intruksi


dokter.

Evaluasi : Telah diberikan injeksi ceftriaxone I ampul secara IV melalui cairan


infus.

16) Pukul 18.20 wita

Memberikan obat pronalges supposutoria sesuai intruksi dokter.

Evaluasi : Ibu sudah diberikan obat pronalges supposutoria.

17) Pukul 18.30 wita

Menganti cairan RL 20 tetes/menit

Evaluasi : Cairan infus RL sudah terpasang dengan baik 20 tetes/menit.

18) Pukul 20.00 wita

Menyuruh ibu untuk istrahat.

Evaluasi : Ibu sudah mulai istrahat.

19) Pukul 05.00 wita

Mengobservasi tanda-tanda vital ibu.

Evaluasi : Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV TD : 120/70 mmHg,


N : 88 kali/menit, R : 22 kali/menit, S : 37oC.

20) Pukul 06.15 wita

Mengobservasi intake dan output untuk mengetahui keseimbangan cairan yang


keluar dan masuk. Urine takar ± 250 cc.
B. Catatan perkembangan hari ke III

Tanggal 25-juni-2014 Pukul 08.00

S : data subyektif

Ibu mengeluh sakit dan rasa nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang, ibu
sudah buang air besar, ibusudah bisa berjalan pelan-pelan,sudah dapat makan nasi
sedikit demi sedikit.

O : data obyektif

Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm, tertutup verban dengan baik dan tidak
ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus, wajah ibu
masih meringis bila bergerak, terpasang kateter dan infus cairan RL 20
tetes/menit. KU : baik, kesadaran : composmenthis, kontraksi uterus baik,
perdarahan pervagina biasa softex basah sebagian, pengeluaran lochea rubra.

A : asessment

Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesareadengan indikasi panggul sempit
hari ke III , potensial terjadi infeksi luka operasi.

P : planning of action

1) Pukul 08.00 wita

Aplosan dengan dinas malam.

2) Pukul 08.30 wita

Memberi injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam.

Evaluasi : sudah diberikan injeksi cefotaxime 1 gr/12 jam secara iv.

3) Pukul 09.20 wita

Melakukan aff infus karena flebitis.


Evaluasi : Aff infus dikarenan tangan ibu bengkak/flebitis sesuai intruksi dokter.

4) Pukul 10.00 wita

Melakukan ganti verban pada luka operasi.

Evaluasi : Sudah di lakukan ganti verban dan luka operasi masih basah

5) Pukul 10.30 wita

Melakukan vulva hygiene agar ibu merasa nyaman.

Evaluasi : Ibu mengerti dan sudah merasa nyaman setelah dibersihkan.

6) Pukul 12.10 wita

Mengobservasi KU dan TTV ibu. KU : baik, TTV TD : 90/60 mmHg, N : 88x/i,


R : 22x/i, S : 37oC.

7) Pukul 12.20 wita

Melakukan takar urine

Evaluasi : Telah melakukan takar urine sebanyak ± 500 cc.

8) Pukul 13.10 wita

Mengobservasi keadaan luka operasi untuk mendeteksi sedini mungkin


kemungkinan buruk yang akan terjadi.

Evaluasi : Luka operasi masih sedikit basah.

9) Pukul 15.00 wita

Melakukan aff kateter agar ibu dapat BAB dan BAK sendiri.

Evaluasi : kateter sudah di aff karena ibu telah bisa BAK dan BAB sendiri.

10) Pukul 15.10 wita


Mengenjurkan ibu untuk banyak minum dan makan-makanan dengan gizi
seimbang, untuk memenuhi kebutuhan nutrisi ibu secara adekuat.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan anjuran yang diberikan, ibu minum kurang lebih 6
gelas sehari, sudah makan nasi dan buah.

11) Pukul 17.15 wita

Menganjurkan pada ibu agar setiap hari memberihkan dirinya agar ibu merasa
nyaman.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang telah diberikan.

12) Pukul 19.00 wita

Menganjurkan pada ibu sebelum menyusui bayinya harus dibersihkan terlebih


dahulu agar tidak terjadi infeki.

Evaluasi : Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan.

13) Pukul 20.00 wita

Menganjurkan ibu untuk istrahat.

Evaluasi : Ibu sudah istrahat dengan bayinya di letakan disamping.

14) Pukul 07.30 wita

Aplosan dengan dinas pagi.

C. Catatan perkembangan hari ke IV

Tanggal 26-juni-2014 Pukul 08.00

S : data subyektif

Ibu mengatakan rasa sakit dan nyeri pada luka bekas operasi sudah berkurang,
sudah bisa berjalan pelan-pelan, BAB dan BAK dikamar mandi sendiri, sudah
dapat makan nasi, ASI sudah ada keluar, dan sudah bisa mandi sendiri.
O : data objektif

Panjang luka operasi kurang lebih 10 cm tertutup verban dengan baik dan tidak
ada rembesan darah, konjungtifa tidak anemis, sklera tidak ikterus. KU : baik,
kesadaran : composmenthis, TTV TD : 120/80 mmHg, N : 84 kali/menit, R : 24
kali/menit, S : 36oC, kontraksi baik, pengeluaran lochea sanguinolenta, nampak
luka operasi masih basah.

A : asessment

Ny. M umur 27 tahun PIIAI, post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit
hari ke IV, potensial terjadi infeksi luka operasi.

P : planning of action

1) Pukul 08.30 wita

Memandikan bayi ibu.

Evaluasi : Bayi ibu sudah dimandikan dan menyuruh ibu untuk segera
menyusuinya.

2) Pukul 08.50 wita

Menganjurkan ibu untuk membersihkan dirinya dan mengobservasi perdarahan.

Evaluasi : Ibu sudah bisa mandi dan Perdarahan sedikit (1/2 pembalut), lochia
sanguinolenta, TFU 2 jari dibawah pusat, kontraksi uterus baik.

3) Pukul 09.40 wita

Memberikan (HE) healt education pada ibu tentang perawatan luka operasi dan
juga HE gizi pada ibu nifas, dengan diberi HE ibu mengerti perawatan luka yang
benar dan gizi yang cukup akan mempercepat proses penyembuhan luka operasi.

Evaluasi : Ibu mengerti dan memahami apa yang disarankan.

4) Pukul 09.50 wita


Memberikan healt education (HE) pada ibu tentang KB.

Evaluasi : Dengan diberi HE ibu sudah mengerti manfaat dan kegunaan KB.

5) Pukul 10.00 wita

Memberikan obat oral cefadroxil 500 mg 2x1, methylergometrine 3x1, Asam


mefenamat 3x1, dan moloco 2x1 sesuai intruksi dokter.

Evaluasi : Obat sudah diberikan pada ibu

6) Pukul 10.20 wita

Pasien minta pulang. Lapor dokter Mardiyah, SpOG. Intstruksi dokter pasien
dibolehkan pulang dan dianjurkan untuk kontrol kembali 3 hari berikutnya atau
kontrol dipuskesmas terdekat. Dengan memeriksakan diri da mengontrol luka
operasi secara rutin maka dapat diketahui sedini mungkin apabila ada kelainan.

Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan kontrol.

7) Pukul 10.30 wita

Mengganti verban ibu dan melihat perdarahan pada luka operasi.

Evaluasi : ada perembesan darah dan luka masih basah.

8) Pukul 10.40 wita

Menganjurkan ibu untuk memebawa bayinya keposyandu dan mengontrol berat


badannya dan immunisasi. Dengan menimbang bayi secara rutin maka dapat
diketahui berat badannya naik atau turun, dan vaksin immunisasi dapat
memberikan kekebalan bayi.

Evaluasi : Ibu mengerti dan berjanji akan rutin membwa anaknya ke posyandu.

9) Pukul 11.00 wita

Ibu pulang paksa.


B. PEMBAHASAN

Penulis akan membahas tentang kesenjangan yang terjadi antara kasus yang
ditemukan dengan teori. Pada pelaksanaan asuhan kebidanan pada Ny. M, ibu
dengan post sc atas indikasi panggul sempit yang dirawat di RSU Anutapura Palu
yang dilaksanakan mulai tanggal 23 juni 2014 sampai dengan 05 Juni 2014.

Agar mempermudah dan memperjelas pembahasan, maka penulis menggunakan


pendekatan asuhan kebidanan yaitu dengan membahas data subjektif, data
objektif,asessment, planning of action, dan catatan perkembangan.

Dalam melakukan asuhan kebidanan tidak ditemukan hambatan-hambatan karena


ibu maupun keluarga sangat terbuka dalam memberikan informasi dan data-data
yang dibutuhkan sehingga mempermudah proses penerapan asuhan kebidanan.

1. Data subjektif

Asumsi peneliti dari data subjektif yang ditemukan pada Ny. M dengan post
seksio sesarea yaitu ibu mengatakan baru selesai melahirkan dengan cara operasi,
ibu mengatakan nyeri pada bagian perut, ibu mengatakan merasa haus, ibu
mengatakan dirinya masih dipuasakan. Berdasarkan teori menurut Prawirahardjo
(2010) bahwa indikasi panggul sempit harus dilakukan seksio sesarea dan
menurut Mitayani (2011) ibu merasa tidak nyaman dengan bekas luka operasi.

Dengan demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus yang
teliti yaitu ibu merasa haus dan masih dipuasakan dikarenakan

pasien tersebut sebelumnya memiliki riwayat operasi seksio sesarea sehingga


nyeri yang dirasakan ibu karena adanya bekas luka operasi. Ibu juga mengatakan
merasa haus serta masih dipuasakan karena pasien post operasi belum bisa makan
dan minum sebelum bisa buang angin karena menunggu gerakan peristaltic usus
kembali normal sehingga meringankan kerja usus.

2. Data objektif
Asumsi peneliti dari data objektif yang ditemukan Pada kasus post seksio sesarea
Pada Ny M yang ditemukan yaitu : KU : baik, tanda-tanda vital TD : 120/80
mmHg, Nadi : 80 kali/menit, Suhu : 36,5°C, Pernafasan : 22 kali/menit dan
kesadaran composmenthis, nampak luka bekas operasi tertutup verban di
abdomen, jenis insisi klasik (memanjang), konjungtifa tidak anemis, sklera tidak
ikterus,kontraksi uterus baik, TFU 2 jari dibawah pusat, terdapar lochea rubra,
terpasang infus dengan cairan RL drips oxytosin 1 ampul 16 tetes/menit,
terpasang kateter urine sebelum operasi ±50 cc dan sesudah operasi ±200 cc,
pemeriksaan laboratorium HBG : 11.8, WBC : 11.6, Gol.darah A.

Berdasarkan teori menurut Manuaba (2012) kesadaran penderita : Composmentis,


Tanda-tanda vital (suhu tidak boleh melebihi 380C, Pernapasan normal 18-24
kali/menit). Menurut Prawirahardjo (2010) perdarahan / lochea yang normal
lochea rubra yaitu darah yang berwarna merah segar. Menurut Jotowiyono (2012)
laboratorium yang harus diperiksa adalah hemoglobin/hematokrit, leukosit
(WBC), kulture urine, golongan darah, dan elektrolit.

Dengan demikian ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M, Pada


masalah ini pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena
pemeriksaan kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena
penyakit infeksi saluran kemih atau tidak. Serta untuk pemeriksaan elektrolit juga
penting karena untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.

3. Asessment

a. Analisa masalah/diagnosa aktual

Asumsi peneliti pada diagnosa aktual pada Ny M yaitu : Post seksio sesarea
dengan indikasi panggul sempit. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu ibu nifas
dengan post seksio sesarea. Asumsi peneliti diagnosa potensial pada Ny M yaitu
tidak ditemukan infeksi luka karena ibu selalu bergerak aktif, selalu
membersihkan bekas luka operasi, makan makanan yang bergizi serta personal
hygiene ibu bersih. Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu terjadi infeksi luka.
Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.

4. Plan of action atau pelaksanaan

Asumsi peneliti yang ditemukan pada Ny M yaitu observasi Ku dan tanda-tanda


vital, kontraksi : baik, perdarahan : sedikit, obervasi luka operasi, observasi urine.
Menurut Prawirahardjo (2010) yaitu observasi tanda-tanda vital pada 15 menit
jam pertama dan 30 menit pada jam selanjutnya, Observasi kontraksi uterus dan
perdarahan, Anjurkan ibu untuk mobilisasi dini setelah 8-12 jam pasca operasi,
observasi insisi terhadap infeksi, Observasi pengeluaran urine.

Dengan demikian tidak ditemukan kesenjangan antara teori dengan kasus Ny M.

5. Pendokumentasian

Pada pendokumentasian kasus Ny.M tidak ditemukan adanya kesenjangan antara


tinjauan teori dan tinjauan kasus karena catatan perkembangan sudah
dilaksanakan berdasarkan tori yang ada yaitu pendokumentasian dalam bentuk
SOAP.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah menguraikan teori dan kasus pada Ny. M dengan post seksio sesarea
dengan indikai panggul sempit yang dirawat di ruangan kasuarai bawah RSU
Anutapura Palu, maka pada bab ini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut.

Pada saat pengkajian kasus terdapat kesenjangan pada data subjektif ibu
mengatakan mulutnya haus, ibu mengatakan dirinya masih dipuasakan sementara
pada teori tidak ada.Dengan demikian telah ditemukan kesenjangan antara teori
dengan kasus yang teliti yaitu ibu mengatakan merasa haus serta masih
dipuasakan karena pasien post operasi belum bisa makan dan minum sebelum bisa
buang angin karena menunggu gerakan peristaltic usus kembali normal sehingga
meringankan kerja usus.

Pada data objektif ditemukan kesenjangan dengan teori yaitu dimana dalam
pemeriksaan laboratorium tidak dilakukan pemeriksaan kulture urinedan alektrolit
.Pada masalah ini pemeriksaan kulture urine dan elektrolit sangat penting karena
pemeriksaan kulture urin untuk memeriksa dan mengetahui apakah dia terkena
penyakit infeksi saluran kemih atau tidak. Serta untuk pemeriksaan elektrolit juga
penting karena untuk mengetahui keseimbangan cairan dalam tubuh.

Penegakkandiagnosaatau asessment yaitu Ny. M umur 27 tahun PIIAI post seksio


sesarea dengan indikasi panggul sempit. Potensial terjadi infeksi luka operasi dan
apabila perlu kolaborasi dengan dokter.

Pada perencanaan dan pelaksanaan dibuat untuk memenuhi kebutuhan klien


sesuai dengan masalah yang ditemukan. Penyembuhan dan pemulihan dapat
dicapai dengan pengobatan yang tepat dan perawatan dan perawatan yang
menyeluruh.

B. Saran

1. Bagi RSU Anutapura Palu khususnya bidan dan para staff kepegawaian
diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan dalam upaya meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Seperti peralatan yang kurang memadai dan
penatalaksanaan yang belum sesuai dengan langkah-langkah pada tinjauan teori
yang didapatkan.

2. Bagi institusi Akbid Graha Ananda agar dapat menjadi literatur tentang
asuhan kebidanan seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit.

3. Untuk peneliti dapat menambah wawasan dan pengetahuan kasus post seksio
sesarea apabila telah berada dilahan praktik.

4. Bagi peneliti lainnya agar dalam melakukan pelaksanaan asuhan kebidanan


pada ibu post seksio sesarea lebih intensif dan pendampingan langsung pada ibu
post seksio sesarea dengan indikasi panggul sempit.

DAFTAR PUSTAKA

Baston H, Hall J, 2008, Postnatal, Buku Kedokteran EGC, Jakarta.


Buraerah, 2013, Analisis Deskriptif Data Riset Kesehatan, Masagena Press,
Makasar

Chapman V, Cathy C, 2013, Persalinan dan Kelahiran Asuhan Kebidanan, Buku


Kedokteran EGC, Jakarta.

Cunningham G.F, 2013, Obstetri Willianms, Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Cunnningham. G. F, Gant. F. N, 2011, Dasar - Dasar Ginekologi Dan Obstetri,


EGC, Jakarta.

Dinas kesehatan Propinsi Sulawesi Tengah, 2012, Profil Kesehatan Propinsi


Sulawesi Tengah

, 2013, Profil Kesehatan Profinsi


Sulawesi Tengah

Dinas Kesehatan Kota Palu, 2012, Profil Kesehatan Kota Palu

, 2013, Profil Kesehatan Kota


Palu
Liu. T.Y.D, 2008, Manual Persalinan, ECG, Jakarta.

Mangkuji B, Ginting I, Suswati, Lubis R, Wildan, 2013, Asuhan Kebidanan 7


Langkah SOAP, EGC, Jakarta

Manuaba G.B.I, 2012, Teknik Operasi Obstetri Dan Keluarga Berencana, CV.
Trans Info Media, Jakarta.

Mitayani, 2011, Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Madika, Jakarta

Muslihatun N. W, 2009,Dokumentasi Kebidanan, Fitramaya ,Yogyakarta

Muslihatun, N.W, 2010, Asuhan Neonatus Bayi Dan Balita, Fitramaya,


Yogyakarta

Notoatmodjo S, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT Rineka Cipta, Jakarta

Oxorn H, Forte R. W, R.2010,Ilmu Kebidanan, Patologi & Fisiologi Persalinan,


Yayasan Essentia Medica, Yogyakarta

Prawihardjo S, 2009, Ilmu kebidanan, PT Yayasan Bina Pustaka, Jakarta


Rukiyah Y. A, Lia Y, 2010, Asuhan
Kebidanan IV (Patologi Kebidanan), CV. Trans info Media, Jakarta

Rukiyah, Y.A, Lia Y, Meida L, 2009, Asuhan Kebidanan I (Kehamilan), CV.


Trans info Media, Jakarta

Rukiyah, Y.A, Lia Y, Maemunah, Lilik S, 2009, Asuhan Kebidanan II


(Persalinan), CV. Trans info Media, Jakarta

, 2010, Asuhan Kebidanan III


(Nifas),CV. Trans Info Media, Jakarta

Soepardan, S. 2008, Konsep Kebidanan, EGC, Jakarta

Sudarti, Fauziah A, 2011, Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan, Nuhamedika,


Yokyakarta.

Anda mungkin juga menyukai