Anda di halaman 1dari 21

Laboratorium Obgyn Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

PERSALINAN SUNGSANG

Oleh
Fanytha Libra Karmila

Pembimbing
dr. Hj. Alfiani Rachmiputeri, Sp. OG (K)

LAB / SMF OBGYN


Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
RSUD Abdul Wahab Sjahranie
2016

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri1. Klasifikasi presentasi bokong yaitu : letak
bokong dengan kedua tungkai terangkat ke atas, letak sungsang sempurna, di mana letak kaki
ada di samping bokong, letak sungsang tidak sempurna yaitu letak sungsang di mana selain
bokong bagian yang terendah juga kaki atau lutut2.
Letak sungsang terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada. Terjadinya letak sungsang
berkurang dengan bertambahnya umur kehamilan. Letak sungsang terjadi pada 25% dari
persalinan yang terjadi sebelum umur kehamilan 28 minggu, terjadi pada 7% persalinan yang
terjadi pada minggu ke 32 dan terjadi pada 1-3% persalinan yang terjadi pada kehamilan
aterm. Presentasi bokong murni terjadi 60-70%, presentasi bokong kaki sempurna 5-10%,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki 10-30%.3
Kehamilan dengan presentasi bokong merupakan kehamilan yang memiliki risiko. Hal ini
dikaitkan dengan abnormalitas janin dan ibu. Pada tahun 2011 ditemukan 67 kasus letak
sungsang di RSUD Sukoharjo. Banyak faktor yang dapat menyebabkan kelainan letak
presentasi bokong, diantaranya paritas ibu dan bentuk panggul ibu. Angka kejadian presentasi
bokong jika dihubungkan dengan paritas ibu maka kejadian terbanyak adalah pada ibu dengan
multigravida dibanding pada primigravida, sedangkan jika dihubungkan dengan panggul ibu
maka angka kejadian presentasi bokong terbanyak adalah pada panggul sempit, dikarenakan
fiksasi kepala janin yang tidak baik pada Pintu Atas Panggul4.
Kematian perinatal langsung yang disebabkan karena persalinan presentasi bokong
sebesar 4-5 kali dibanding presentasi kepala. Sebab kematian perinatal pada persalinan
presentasi bokong yang terpenting adalah prematuritas dan penanganan persalinan yang
kurang sempurna, dengan akibat hipoksia atau perdarahan di dalam tengkorak. Trauma lahir
pada presentasi bokong banyak dihubungkan dengan usaha untuk mempercepat persalinan
dengan tindakan-tindakan untuk mengatasi macetnya persalinan5.
Dilaporkan satu kasus wanita 21 tahun dengan GIP0A0 gravid 35-36 minggu + janin
tunggal hidup intrauterin + inpartu kala I fase laten + letak bokong sempurna.

2
1.2 Tujuan
Mengetahui tentang letak sungsang dalam kehamilan, cara mendiagnosis serta
penatalaksanaannya

1.3 Manfaat peulisan


Makalah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan mengenai kelainan letak pada
kehamilan. Pengetahuan ini diharapkan menjadi bekal bagi para dokter muda untuk pelayanan
kesehatan ke depannya di tempat kerja.

3
BAB II
LAPORAN KASUS

Anamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari Kamis, 25 Agustus 2016 pukul
23.30 wita di ruang VK Mawar RSUD AW. Sjahranie Samarinda.

Anamnesis:
Identitas pasien:
Nama : Ny. LJ
Umur : 21 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Suku : Madura
Alamat : Jl. Adam Malik
Masuk RS (MRS) : Hari Kamis, 25 Agustus 2016 pukul 23.30 WITA

Identitas suami:
Nama : Tn. AF
Umur : 27 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Suku : Kutai
Alamat : Jl. Adam Malik

Keluhan Utama:
Perut kencang-kencang, keluar air dari kemaluan, dan keluar lendir darah

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang ke RSUD atas rujukan bidan, karena diketahui letak bayinya sungsang
dalam rahim. Pasien merasakan mulas-mulas sejak 8 jam SMRS, perut kencang-kencang
awalnya dirasakan jarang namun semakin lama semakin sering, kuat dan teratur dirasakan.
Pasien juga mengaku sudah keluar air dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Air-air yang keluar
berwarna jernih, berbau amis dan tidak bisa ditahan ketika keluar namun bukan air kemih.
4
Keluhan keluar lendir darah dari jalan lahir. Pasien mengatakan selama hamil sering
mengalami keputihan yang banyak berwarna putih susu dan berbau, gerakan janin pertama
kali dirasakan sejak usia kehamilan 4 bulan hingga sekarang. Pasien merasa perutnya penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Pasien tidak memiliki riwayat penyakit kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit
jantung.

Riwayat Haid:
- Menarche usia 14 tahun
- Siklus teratur setiap 28 hari
- Lama haid 7 hari
- Hari Pertama Haid Terakhir : 18 Desember 2015
- Taksiran Persalinan : 25 September 2016

Riwayat Perkawinan:
Perkawinan yang pertama, menikah sejak usia 21 tahun, lama menikah 9 bulan.

Riwayat Obstetrik:
Hamil ini

Ante Natal Care:


Selama kehamilan ini pasien rutin memeriksakan kandungan di bidan puskesmas tiap
bulan.

Kontrasepsi:
Pasien tidak pernah menggunakan kontrasepsi.

Pemeriksaan fisik:
1. Berat badan 51 kg, tinggi badan 152 cm
2. Keadaan Umum : Baik
3. Kesadaran : Composmentis, GCS : E4V5M6

5
4. Tanda vital:
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Frekuensi nadi : 80 x/menit
Frekuensi napas : 18x/menit
Suhu : 36,6°C
5. Status generalis:
Kepala : normochepali
Mata : konjungtiva anemis (-/-), ikterik (-/-)
Telinga/hidung/tenggorokan : tidak ditemukan kelainan
Leher : Pembesaran KGB (-)
Thorax:
 Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-), gallop (-)
 Paru : vesikuler, rhonki (-/-), wheezing (-/-)
Abdomen : hepar: pembesaran (-), limpa: pembesaran (-)
6. Ekstremitas : Atas: akral hangat
Bawah: edema tungkai (-/-), varices (-/-), refleks patella (+/+)
7. Status Ginekologi:
1. Inspeksi : cembung dan membesar dengan arah memanjang, linea nigra (+).striae
(+) luka bekas operasi (-)
2. Palpasi :
a. Leopold I : Teraba kepala, TFU : 22 cm
b. Leopold II : Teraba punggung kiri
c. Leopold III: Letak Bokong
d. Leopold IV: Belum masuk pintu atas panggul (PAP)
e. Taksiran Berat Janin (TBJ) : 1.550 gram
f. HIS : 3x dalam 10 menit  25-30 detik
3. Auskultasi : DJJ 154 x/menit, terdengar jelas di abdomen sinistra lebih tinggi dari
umbilikus ibu.

4. Pemeriksaan Dalam : v/v normal, ∅ 1 cm, ketuban (+), teraba bokong di Hodge I,

blodyslim (+)

6
Pemeriksaan Tambahan:
Laboratorium Darah Lengkap
a. Leukosit : 39.400/mm3
b. Hb : 11,1 gr/dl
c. HCT : 33,3 %
d. Trombosit : 302.000 / mm3
e. BT : 2 menit
f. CT : 9 menit
g. Gula darah sewaktu (GDS) : 104
h. Ureum : 20,8 gr/dl
i. Creatinin : 0,6 gr/dl

Ultrasonografi obstetri

Diagnosis kerja:
GIP0A0 gravid 35-36 minggu + janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala I fase laten +
letak bokong sempurna

Penatalaksanaan VK :
Observasi tanda-tanda vital
Observasi DJJ dan His
Observasi kemajuan persalinan
Lapor Sp. OG, anjuran : Partus pervaginam
Injeksi cefotaxime 3x1 gr
7
Follow up:
Waktu Observasi
25/8/16 Menerima pasien baru dari igd, dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik :
23.30 :Diagnosis : G1P0A0 Gravid 35-36 minggu inpartu kala 1 fase laten + letak
bokong sempurna
- Tekanan Darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 80x /menit, kuat angkat, reguler
- Pernafasan : 18 x/menit, reguler
- Suhu : 36,6 C (per axiller)
Leopold I: TFU :22 cm, kepala
Leopold II: Punggung kiri
Leopold III: bokong
Leopold IV: belum masuk PAP
DJJ 154x/menit , HIS 3x10’ durasi 25-30”
VT : v/v normal, pembukaan 1 cm, portio tipis lunak, bagian terbawah HI,
ketuban (+), teraba bagian bawah lunak, bloodyslim (+)
Lapor Sp. OG :
- observasi KU, TTV, DJJ, HIS
- Observasi kemajuan persalinan
- Injeksi cefotaxime 3x1g
- R/partus pervaginam
26/08/2016 -USG : presentasi bokong sempurna
00.00 -VT: Pembukaan 4 cm, ketuban (+), bagian terbawah HI, teraba bokong,
bloodyslim (+)
01:15 Pasien ingin mengedan
VT: pembukaan 7 cm, portio tipis, teraba bokong di HII, ketuban
(+),bloodyslim (+)
DJJ : 153x/menit, his: 3x10’ durasi 30-35’’
01.45 Ketuban menonjol depan vulva, amniotomi (+), ketuban jernih
VT: pembukaan lengkap, tampak bokong depan vulva
Pimpin persalinan
Persalinan untuk bokong dan kaki dilakukan secara spontan Bracht , manuver
Lovset untuk bahu dan untuk kepala secara Manuver Mauriceau
01.47 Bayi lahir spontan jenis kelamin laki-laki, BB/PB 1850/40 cm, A/S 7/9, A/C
+/-
Injeksi oksitosin 1 ampul/IM, melakukan PTT
02.02 Plasenta belum lahir, injeksi oksitosin 1 ampul/IM ke-II
Lanjut PTT
02.17 Tali pusat putus, dilakukan manual plasenta namun portio telah kuncup.lapor
dr. Sp.OG. Advice:
-Drip oksitosin 2 ampul 28 tpm.
-R/kuret jika tidak keluar spontan

8
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

1. Definis
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang dengan kepala
difundus uteri dan bokong di bawah kavum uteri1.

2. Klasifikasi
Letak sungsang dibagi sebagai berikut:6,7
1. Presentasi bokong murni (Frank breech), bokong menjadi bagian terendah, sedangkan
kedua tungkai lurus ke atas sehingga ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala
janin.
2. Presentasi bokong kaki sempurna (Complete breech), di samping bokong dapat diraba
kedua kaki.
3. Presentasi bokong kaki tidak sempurna (Incomplete breech), dimana selain bokong
bagian terendah juga kaki atau lutut, terdiri dari:

a. Kedua kaki = letak kaki sempurna


b. Satu kaki = letak kaki tidak sempurna
c. Kedua lutut = letak lutut sempurna
d. Satu lutut = letak lutut tidak sempurna

Gambar 1. a. Presentasi bokong murni. b. Presentasi bokong kaki sempurna.


c. Presentasi bokong kaki tidak sempurna
3. Etiologi
Faktor predisposisi dari letak sungsang adalah prematuritas, abnormalitas uterus
(malformasi, fibroid), abnormalitas janin (malformasi CNS, massa pada leher, aneploid),
overdistensi uterus (kehamilan ganda, polihidramnion), multipara dengan berkurangnya
kekuatan otot uterus, dan obstruksi pelvis (plasenta previa, myoma, tumor pelvis lain). Fianu
9
dan Vacclanova (1978) mendapatkan dengan pemeriksaan USG bahwa prevalensi letak
sungsang tinggi pada implantasi plasenta pada cornu-fundal8.

4. Diagnosis3
1) Anamnesa
Ibu merasa kehamilannya terasa lain dari kehamilan yang terdahulu, karena terasa penuh
dibagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah.
2) Pemeriksaan Luar
1. Palpasi
Bagian bawah uterus tidak dapat diraba bagian yang keras dan bulat, yaitu kepala, dan
kepala teraba di fundus uteri. Kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
kesan sebagai kepala, tetapi bokong tidak dapat digerakkan semudah kepala.
2. Auskultasi
Denyut jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi
daripada umbilikus.
3) Pemeriksaan Dalam
Setelah ketuban pecah dapat diraba lebih jelas adanya bokong yang ditandai dengan
adanya sakrum, kedua tuber ossis iskii, dan anus. Bedakan antara:
a. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki terdapat tumit,
sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak sejajar dengan jari-jari
lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang telapak tangan.
b. Pada persalinan lama, bokong janin mengalami oedem, sehingga sulit membedakan
bokong dengan muka. Pemeriksaan yang teliti dapat membedakan bokong dengan
muka karena jari yang akan dimasukkan ke dalam anus mengalami rintangan otot,
sedangkan jari yang dimasukkan ke dalam mulut akan meraba tulang rahang dan
alveola tanpa ada hambatan.
4) Pemeriksaan ultrasonografi, foto rontgen, MRI (Magnetic Resonance Imaging).

5. Mekanisme persalinan1
Kepala adalah bagian janin yang terbesar dan kurang elastis. Pada presentasi kepala
apabila kepala dapat dilahirkan, maka bagian janin yang lainnya relatif mudah dilahirkan.
Tidak demikian halnya pada presentasi bokong. Hal inilah yang menjadiakan persalinan
pervaginam pada presentasi bokong lebih berisiko.
Bokong akan memasuki pintu atas panggul dengan diameter bitrokanter dalam posisi
oblik. Pinggul janin bagian depan mengalami penurunan lebih cepat dibanding pinggul
10
belakangnya. Dengan demikian pinggul depan akan mencapai pintu tengah terlebih dahulu.
Kombinasi antara tahanan dinding panggul dan kekuatan yang mendorong kebawah akan
menghasilkan putaran paksi dalam yang membawa sakrum kearah transversal (pukul 3 atau
9), sehingga posisi diameter bitrokanter di pintu bawah panggul menjadi anteroposterior.
Penurunan bokong berlangsung terus setelah terjadinya putaran paksi dalam. Perineum
akan meregang, vulva membuka, dan pinggul depan akan lahir terlebih dahulu. Pada saat itu,
tubuh janin mengalami putaran paksi dalam dan penurunan, sehingga mendorong pinggul
bawah menekan perineum, dengan demikian, lahirlah bokong dengan posisi diameter
bitrokanter anteroposterior, diikuti dengan putar paksi luar. Putaran paksi luar akan membuat
posisi diameter bitrokanter menjadi transversal. Kelahiran bagian tubuh lain akan terjadi
kemuadian baik secara spontan (spontan brach) maupun dengan bantuan (manual aid).

6. Penanganan

Menentukan cara persalinan


Untuk menentukan cara persalinan pada presentasi bokong diperlukan pertimbangan ada
tidaknya kontraindikasi persalinan pervaginam, dilihat dari umur kehamilan, taksiran berat
janin, dan persetujuan pasien. Percobaan persainan pervaginam tidak dilakukan apabila
didapatkan kontraindikasi bagi ibu atau janin, presentasi kaki, hiperekstensi kepala janin,
berat bayi > 3.600 gram, tidak ada informed consent, dan tidak adanya petugas yang
berpengalaman melakukan pertolongan.
Indek prognosis untuk menilai lebih tepat apakah persalinan pada letak sungsang dapay
dilahirkan pervaginam atau perabdominal1.
Zatuchni-Andros Score10
0 1 2
Paritas Primi Multi
Umur kehamilan ≥39 minggu 38 minggu ≤ 37 minggu
Taksiran berat janin > 3630 gram 3630 – 3176 gram < 3176 gram
Riwayat letak Tidak pernah 1 kali ≥2
sungsang >2500gram
Pembukaan serviks ≤ 2 cm 3 cm ≥ 4 cm
Stasion -3 atau lebih tinggi 2 -1 atau lebih tinggi
* skor ≤ 3, persalinan perabdominal
* skor yang lebih tinggi dapat dilahirkan pervaginam, namun bukan merupakan suatu jaminan
bahwa persalinan pervaginam pasti berhasil.

11
Persalinan pada presentasi bokong
Pada persalinan kala I perlu digunakan partograf untuk mendeteksi secara dini adanya
kelambatan kemajuan persalinan. Dalam hal terjadi kelambatan kemajuan persalinan stimulasi
sebaiknya tidak dilakukan. Pengamatan terhadap terjadinya prolaps tali pusat atau kegawatan
pada janin perlu dipantau. Pembukaan serviks harus sudah benar-benar lengkap sebelum
memimpin ibu untuk mengejan. Prinsip untuk melahirkan bayi presentasi bokong secara
vaginal adalah tidak tergesa-gesa, tidak melakukan tarikan, dan selalu menjaga agar punggung
janin dalam posisi anterior. Siapkan peralatan resusitasi bayi dan petugas yang siap
melakukannya. Menjelang pembukaan lengkap kosongkan kandung kemih menggunakan
kateter. Ketika pembukaan sudah lengkap dan perineum mulai teregang, letakkan ibu dalam
posisi litotomi1.
Dikenal ada 3 tahap dalam menolong persalinan letak sungsang yaitu:
1. Tahap pertama: fase lambat, mulai dari lahirnya bokong sampai pusar (skapula depan).
Disebut fase lambat karena fase ini hanya untuk melahirkan bokong, yaitu bagian janin
yang tidak berbahaya.
2. Tahap kedua: fase cepat, yaitu mulai dari lahirnya pusar sampai lahirnya mulut. Disebut
fase cepat karena pada fase ini kepala janin mulai masuk pintu atas panggul, sehingga
kemungkinan tali pusat terjepit. Oleh karena itu harussehera diselesaikan dan tali pusat
segera dilonggarkan. Bila mulut sudah lahir janin dapat bernapas lewat mulut.
3. Tahap ketiga: fase lambat, mulai lahirnya mulut sampai seluruh kepala lahir. Disebut fase
lambat karena kepala akan keluar dari ruangan yang bertekanan tinggi (uterus), kedunia
luar yang tekanannya lebih rendah, sehingga kepala harus dilahirkan secara perlahan-
lahan untuk menghindari terjadinya perdarahan intrakranial (adanya ruptur tentorium
serebelli)10.
Cara-cara persalinan letak sungsang10
a. pervaginam
- Spontan Bracht
- Ekstraksi parsial (untuk melahirkan bahu) : Klasik dan Muller
- Lovset (bila ekstraksi secara parsial gagal)
- Mauriceau (untuk melahirkan kepala), bila gagal gunakan cunam Piper
- Ekstraksi total, terdiri dari: ekstraksi bokong dan ekstraksi kaki.
b. Perabdominal (bila ada indikasi)

12
Prosedur melahirkan bokong dan kaki secara Spontan Bracht1
- Biarkan persalinan berlangsung dengan sendirinya hingga bokong tampak divulva
- Pastikan pembukaan benar-benar lengkap sebelum memperkenankan ibu untuk
mengejan
- Perhatikan hingga bokong membuka vulva
- Lakukan episiotomi bila perlu (pada perineum yang cukup elastis dengan introitus
yang sudah lebar, episiotomi mungkin tidak diperlukan)
- Biarkan bokong lahir, bila tali pusat sudah tampak, kendorkan. Perhatikan hingga
tulang skapula janin mulai tampak divulva. Jangan melakukan tarikan atau tindakan
apapun pada tahap ini.
- Dengan lembut, peganglah bokong dengan cara kedua ibu jari penolong sejajar
sumbu panggul, sedang jari-jari yang lain memegang belakang pinggul janin.
- Tanpa melakukan tarikan angkatlah kaki, bokong dan badan dengan kedua tangan
penolong disesuaikan dengan sumbu panggul ibu (melengkung ventrokranial kearah
perut ibu) sehinggs berturut-turut lahir perut, dada, bahu, dan lengan, dagu,mulut dan
seluruh kepala.
- Bila langkah sebelumnya tidak ada kemajuan dan atau tungkai tidak lahir secara
spontan, maka lahirkan kaki satu per satu dengan cara:
 Jari telunjuk dan jari tengah diletakkan di belakang paha sebagai bidai dan
lakukan eksorotasi paha sampai tungkai lahir.
- Jika bahu dan lengan tidak lahir spontan, maka dapat dilakukan manuver klasik,
muller atau lovset.

13
Manuver klasik1
- segera setelah bokong lahir, bokong dicekam dan dilahirkan sehingga bokong dan
kaki lahir.
- Tali pusat dikendorkan
- Pegang kaki pada pergelangan kaki dengan satu tangan tarik ke atas.
- Dengan tangan kiri dan menariknya ke arah akan atas ibu, untuk melahirkan bahu
kiri bayi
- Dengan tangan kanan dan menariknya ke arah kiri atas ibu, untuk melahirkan bahu
kanan bayi yang berada dibelakang.
- Masukkan dua jari tangan kanan/kiri (sesuai letak bahu belakang) sejajar dengan
lengan bayi, untuk melahirkan lengan belakang bayi.
- Setelah bahu dan lengan belakang lahirkedua kaki ditarik kearah bawah
kontralateral dari langkah sebelumnya untuk melahirkan bahu dan lengan bayi
depan dengan cara yang sama.

Manuver Muller1
- Melahirkan bahu depan terlebih dahulu dengan menarik kedua kaki dengan cara yang
sama seperti klasik, ke arah belakang kontralateral dari letak bahu depan
- Setelah bahu dan lengan depan lahir dilanjutkan langkah yang sama untuk melahirkan
bahu dan lengan belakang.

Prosedur melahirkan legan diatas kepala atau dibelakang leher secara Manuver Lovset1
- Setelah bokong dan kaki bayi lahir, memegang bayi dengan kedua tangan
- Memutar badan bayi setelah lingkaran dengan arah putaran mengupayakan punggung
yang berada diatas
- Sambil melakukan gerakan memutar, lakukan traksi ke bawah sehingga lengan
posterior berubah menjadi anterior, dan melahirkannya dengan menggunakan dua jari
penolong dilengan atas bayi.
- Putar kembali badan janin kearah berlawanan (punggung tetap berada diatas) sambil
melakukan traksi ke arah bawah. Dengan demikian, lengan yang awalnya adalah
anterior kembali lagi ke posisi anterior untuk dilahirkan dengan cara yang sama.

14
Prosedur melahirkan kepala secara manuver Mauriceau1
- Letakkan badan bayi diatas tangan kiri sehingga badan bayi seolah-olah menunggang
kuda
- Satu jari dimasukkan kedalam mulut dan dua jari di maksilla (di fossa canina).
- Tangan kanan memegang atau mencengkram bahu tengkuk bayi.
- Minta seorang asisten menekan fundus uteri
- Bersamaan dengan adanya his, asistern menekan fundus uteri, penolong persalinan
melakukan tarikan kebawah sesuai arah sumbu jalan lahir dibimbing jari yang
dimasukkan untuk menekan dagu/mulut.

4. Prognosis

Angka kematian bayi pada persalinan letak sungsang lebih tinggi bila dibandingkan
dengan letak kepala. Sebab, kematian perinatal yang terpenting adalah prematuritas dan
penanganan persalinan yang kurang sempurna dengan akibat hipoksia atau perdarahan di
tengkorak. Sedangkan hipoksia terjadi akibat terjepitnya tali pusat antara kepala dan panggul
pada waktu kepala memasuki rongga panggul serta akibat retraksi uterus yang dapat
menyebabkan lepasnya plasenta sebelum kepala lahir9.

15
16
BAB IV
PEMBAHASAN

Pasien Ny. LJ, 21 tahun, datang ke rumah sakit dengan keluhan utama perut kencang-
kencang dan keluar air. Hari pertama haid terakhir 18 Desember 2015, taksiran persalinan 25
September 2016. Didiagnosis dengan GIP0A0 gravid 35-36 minggu + janin tunggal hidup
intrauterin + inpartu kala I fase laten + letak bokong sempurna. Penegakkan diagnosis pasien
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang.

1. Anamnesis

Kasus Teori
 Pasien merasa perutnya penuh  Penyebab sungsang pada kasus ini tidak
dibagian atas dan gerakan diketahui karena berdasarkan literatur Lebih
terasa lebih banyak di bagian dari 50 % kasus tidak ditemukan faktor yang
bawah. menyebabkan terjadinya letak sungsang.10
 Dari anamnesis didapatkan kalau ibu hamil
akan merasakan perut terasa penuh
dibagian atas dan gerakan anak lebih
banyak di bagian bawah rahim. 3

2. Pemeriksaan Fisik

Kasus Teori
 Palpasi:  Pada pemeriksaan luar berdasarkan
 Leopold I: TFU 22 cm, pemeriksaan Leopold ditemukan bahwa
Teraba kepala. Leopold I difundus akan teraba bagian yang
 Leopold II:Teraba punggung keras dan bulat yakni kepala. Leopold II teraba
kiri punggung disatu sisi dan bagian kecil
 Leopold III: Bokong disisi lain. Leopold III-IV teraba bokong
 Leopold IV: belum masuk dibagian bawah uterus. Kadang-kadang
pintu atas panggul bokong janin teraba bulat dan dapat memberi
 Auskultasi: DJJ: 132 x/menit, kesan seolah-olah kepala, tetapi bokong
terdengar jelas di abdomen tidak dapat digerakkan semudah kepala.

17
sinistra lebih tinggi dari  Denyut jantung janin pada umumnya
umbilikus ibu. ditemukan setinggi pusat atau sedikit lebih
 Taksiran Berat Janin: 1.550 gr tinggi daripada umbilikus. Dalam hal ini,

VT: v/v normal, ∅ 1 cm, setelah pemeriksaan abdomen dilakukan


ternyata hasil pemeriksaan fisik yang
ketuban (+), teraba bokong H1
didapatkan sesuai dengan teori yang ada.
 Taksiran berat badan janin dapat dilakukan
dengan menggunakan rumus Johnson-Tausak.
Setelah dilakukan Sectio Caesarea didapatkan
bayi lahir dengan jenis kelamin laki-laki, berat
badan 2.750 gr. Hasil ini mendekati dengan
angka taksiran berat janin.
 Pada kasus ini, diagnosis letak sungsang
dikuatkan lagi dengan hasil pemeriksaan dalam
yang menunjukkan bahwa bagian terbawah
janin teraba kaki tidak sempurna dan ketuban
telah pecah sebelumnya. Hal ini sesuai dengan
teori yang ada yaitu pada pemeriksaan dalam
kehamilan letak sungsang, setelah ketuban
pecah dapat lebih jelas terabanya bagian
terbawah janin. 3

3. Pemeriksaan penunjang

Kasus Teori
 Dilakukan pemeriksaan USG.  Pada kasus ini, jika dilihat dari definisi
merupakan kehamilan dengan letak sungsang,
dimana keadaan janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong
dibagian bawah kavum uteri. Dilakukan
pemeriksaan USG untuk konfirmasi
terhadap presentasi bagian janin yang
terdapat di bagian terbawah rahim.

18
4. Diagnosis

Kasus Teori
 Penegakan diagnosis pasien  Sesuai dengan teori yang ada bahwa
berdasarkan atas anamnesis dan diagnosis ditegakkan berdasarkan keluhan
pemeriksaan fisik dan subyektif dan pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan penunjang. Pada penunjang yang telah dilakukan.
pasien ini, diagnosa awal dari IGD
GIP0A0 gravid 35-36 minggu +
janin tunggal hidup intrauterin +
inpartu kala I fase laten + letak
bokong sempurna

5. Penatalaksanaan

Kasus Teori
 Pada pasien dilakukan tindakan  Untuk menentukan cara persalinan pada
persalinan pervaginam secara presentasi bokong diperlukan pertimbangan
spontan bracht, manuver lovset dan ada tidaknya kontraindikasi persalinan
manuver maureciau pervaginam, dilihat dari umur kehamilan,
taksiran berat janin, dan persetujuan pasien.
 Cara-cara persalinan letak sungsang
a. pervaginam
- Spontan Bracht
- Ekstraksi parsial (untuk melahirkan
bahu) : Klasik dan Muller
- Lovset (bila ekstraksi secara parsial
gagal)
- Mauriceau (untuk melahirkan
kepala), bila gagal gunakan cunam
Piper
- Ekstraksi total, terdiri dari:
ekstraksi bokong dan ekstraksi
kaki.

19
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Pasien datang ke RSUD atas rujukan bidan, karena diketahui letak bayinya sungsang
dalam rahim. Pasien merasakan mulas-mulas sejak 8 jam SMRS, perut kencang-kencang
awalnya dirasakan jarang namun semakin lama semakin sering, kuat dan teratur dirasakan.
Pasien juga mengaku sudah keluar air dari jalan lahir sejak 5 jam SMRS. Setelah dilakukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien didiagnosa GIP0A0 gravid
35-36 minggu + janin tunggal hidup intrauterin + inpartu kala I fase laten + letak bokong
sempurna. Pasien memenuhi syarat untuk dilakukan persalinan per vaginam sehingga tidak
perlu dilakukan persalinan dengan seksio sesarea. Presentasi bokong murni menyebabkan
tidak ada komplikasi pada pasien dan bayinya dan prognosis pada pasien ini adalah baik.

2. Saran
Diagnosis dan rencana penatalaksanaan dalam penanganan kasus letak sungsang sangat
menentukan dalam keberhasilan persalinan.

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo Edisi 4. Jakarta: PT


Bina Pustaka.

2. Purwaningsih,W. 2010. Asuhan Keperawatan Maternitas. Yogyakarta: ISBN.

3. Bendo K. Asuhan Kebidanan dengan Multigravida Letak Sungsang. (online); 2009.


Available from: (http://wordpress.com/2009/02/22/asuhan-kebidanan-dengan-
multigravida-letak-sungsang/, diakses 14 September 2016).

4. Syaifuddin, A B. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Dan


Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

5. Manuaba, I. A., Manuaba, I. B., & Manuaba, I. B. 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit
Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan (2 ed.). Jakarta: EGC.

6. Wiknjosastro H. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin Dalam Buku Ilmu
Kandungan Edisi Ketiga, editor: Saifuddin A.B dan Rachimhadhi T. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2008: 588-597.

7. Sastrawinata S. Dystocia Dalam buku Obstetri Patologi Bagian Obstetri & Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Bandung: Elstar Offset. 1982:169-185

8. Cunningham, F.G et al.. Breech Presentation and Delivery In: Williams Obstetrics.22st
edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division. 2005: 509-536.

9. Wiknjosastro H. Distosia karena Kelainan Letak serta Bentuk Janin Dalam Buku Ilmu
Kandungan Edisi Ketiga, editor: Saifuddin A.B dan Rachimhadhi T. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2006: 606-622.

10. Protap Obstetri Unhas Jilid I oleh Departemen Ilmu Kesehatan Obstetri dan Ginekologi
FK Unhas.

21

Anda mungkin juga menyukai