Tinea Cruris: Laporan Kasus
Tinea Cruris: Laporan Kasus
TINEA CRURIS
Oleh:
Pembimbing:
FKIK WARMADEWA
DENPASAR
APRIL 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan laporan kasus ini tepat pada waktunya. Laporan
kasus yang berjudul “Tinea Cruris” ini disusun dalam rangka menikuti Kepaniteraan
Klinik Madya di Bagian/SMF Ilmu Penakit Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum
Daerah Sanjiwani Gianyar.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER......................................................................................................... i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI………………………………………………………………. iii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………….
1.1 Latar Belakang………………………………………………….. 1
BAB II LAPORAN KASUS……………………………………………….
2.1 Identitas Pasien………………………………………………….. 3
2.2 Anamnesis……………………………………………………….. 3
2.3 Pemeriksaan Fisik……………………………………………….. 4
2.4 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………. 6
2.5 Diagnosis Banding………………………………………………. 7
2.6 Diagnosis Kerja………………………………………………….. 7
2.7 Penatalaksanaan…………………………………………………. 7
2.8 KIE……………………………………………………………… 7
2.9 Prognosis………………………………………………………… 7
BAB III PEMBAHASAN………………………………………………….
3.1 Pembahasan……………………………………………………… 8
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………
4.1 Simpulan…………………………………………………………. 11
4.2 Saran……………………………………………………………... 12
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 13
BAB I
PENDAHULUAN
2.2 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Keluhan Utama : gatal pada daerah pubis hingga kelamin
Pasien datang ke poliklinik kulit dan kelamin RSUD Sanjiwani Gianyar dengan
keluhan gatal pada daerah pubis hingga kelamin. Keluhan tersebut muncul kurang
lebih sejak 10 hari yang lalu. Keluhan awal muncul pada daerah pubis kemudian
meluas gatal sampai daerah kelamin. Bertambah gatal jika pasien berkeringat.
Keluhan lain seperti bengkak dan nyeri disangkal oleh pasien.
b. Riwayat Pengobatan
Pasien pernah melakukan pengobatan ke dokter umum untuk menghilangkan
keluhannya tersebut dan diberikan salep, tetapi keluhan tidak membaik.
e. Riwayat Alergi
Pasien dikatakan tidak memiliki riwayat alergi.
f. Riwayat Sosial
Pasien merupakan seorang pedagang. Kesehariannya pasien dikatakan sering
melakukan aktivitas mempersiapkan barang dagangannya di rumah. Selain itu
pasien sering melakukan kegiatan memberikan makan ternak yaitu babi. Pasien
memiliki kebiasaan mandi dua kali sehari dan pasien memiliki kebiasaan
memakai celana yang sama dalam satu hari dengan alasan agar tidak banyak
mencuci. Pasien mengatakan setiap harinya mengonsumsi makanan dan minuman
denga frekuensi teratur yaitu tiga kali sehari.
2. Regio genitalia:
1. Erythrasma
2. Cutaneus candidiasis
3. Dermatitis kontak
4. Psoriasis
2.7 Penatalaksanaan
Terapi Medikamentosa :
1. Griseofulvin 1x500 mg/ minggu
2. Myconazole Cream 2% / 2 kali sehari
2.8 KIE
1. Meningkatkan kebersihan diri khusus nya pakaian yang dikenakan agar
sering diganti setiap hari.
2. Menjaga hygenitas diri dengan mandi minimal 2 kali sehari.
3. Lebih memperhatikan bagian genital, jika merasa berkeringat cepat lap
ataupun tissue agar tidak lembab.
4. Menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat seperti pola makan dan
olahraga yang teratur.
2.9 Prognosis
Tinea Cruris adalah dermatofitosis yang susah dan lama untuk disembuhkan,
sehingga dibutuhkan kedisiplinan penderita dalam pengobatan. Tinea cruris
mudah diatasi asal penderita menjaga kelembaban dan kebersihan kulit.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pembahasan
Tinea kruris yang sering disebut “jock itch” merupakan infeksi jamur
superfisial yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan
daerah perineum. Tinea kruris masuk ke dalam golongan dermatofitosis dimana
infeksi ini disebabkan oleh jamur dermatofita. Tinea kruris merupakan salah satu
manifestasi klinis yang sering di lihat di Indonesia. Suhu dan kelembaban yang
tinggi menjadi salah satu faktor yang mendukung penyebaran infeksi ini.
Penyakit ini dapat bersifat akut atau menahun, bahkan dapat merupakan penyakit
yang berlangsung seumur hidup. Tinea kruris lebih sering menyerang pria
dibandingkan wanita. (Wiratma MK, 2011).
Tinea kruris biasanya dapat disembuhkan dengan obat anti jamur topikal.
Umumnya, anti jamur topikal membutuhkan dosis satu atau dua kali sehari
selama 2 minggu. Pengobatan sistemik merupakan alternative untuk pasien yang
tidak berespon atau resisten terhadap pengobatan topikal dan pada pasien dengan
lesi yang luas. Anti jamur yang dapat digunakan adalah golongan azole dan
allylamine. Pengobatan dengan azole yang direkomendasikan adalah
ketoconazole, econazole, oxiconazole, clotrimazole dan miconazole. Terbinafine
dan natrifine merupakan allylamine yang dapat digunakan. Pengobatan
allylamine membutuhkan durasi yang lebih singkat dibandingkan azole tapi
biaya pada pengobatan dengan allylamine mengeluarkan biaya yang lebih besar.
Untuk kasus resisten atau penyakit yang luas, oral itraconazole, terbinafine, dan
fluconazole dapat digunakan. Efek samping untuk pengobatan topikal sangat
minimal dibandingkan dengan pengobatan sistemik seperti Itraconazole,
ketoconazole dan griseofulvin yang menyebabkan sakit kepala dan muntah.
(Yossela Tanti, 2015).
Dengan terapi yang benar dan menjaga kebersihan diri sendiri prognosis
tinea cruris adalah baik, tetapi dibutuhkan pengobatan dalam jangka waktu yang
lama.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Tinea kruris yang sering disebut “jock itch” merupakan infeksi jamur superfisial
yang mengenai kulit pada daerah lipat paha, genital, sekitar anus dan daerah
perineum. Tinea kruris lebih sering pada rentang usia 51-60 tahun dan tiga kali
lebih sering terjadi pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Orang dewasa
lebih sering menderita tinea kruris bila dibandingkan dengan anak-anak.
4.2 Saran
Dalam penatalaksanaan tinea cruris, selain pengobatan secara farmakologis juga
penting adanya edukasi terhadap pasien dan keluarganya terutama untuk
meningkatkan higienitas erorangan dan kedisiplinan dalam menjalani
pengobatan.
DAFTAR PUSTAKA
Djuanda, A.2011.