Untitled PDF
Untitled PDF
BAB 1
PENDAHULUAN
Sehat ” yaitu pembangunan kesehatan yang memberikan prioritas utama pada upaya
besar, sementara itu telah terjadi peningkatan penyakit tidak menular seperti penyakit
serta kecendrungan meningkatnya kembali beberapa penyakit yang selama ini sudah
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah salah satu penyakit menular
yang sampai saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
dapat menimbulkan dampak sosial dan ekonomi serta berkaitan dengan perilaku
manusia. Kerugian sosial yang terjadi antara lain karena menimbulkan kepanikan
dalam keluarga, kematian anggota keluarga dan berkurangnya usia harapan hidup
Penyakit DBD disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes
aegypty, muncul pertama kali pada tahun 1951 di Filipina dan selanjutnya menyebar
pertama kali ditemukan di Surabaya dan DKI Jakarta pada tahun 1986, kemudian
menyebar ke berbagai daerah dengan jumlah kasus kematian yang terus meningkat
dari tahun ke tahun. Keadaan ini erat kaitannya dengan peningkatan mobilitas
Penyakit DBD telah menyebar luas ke seluruh wilayah Provinsi Sumatera Utara
sebagai Kejadian Luar Biasa ( KLB ) dengan angka kesakitan dan kematian yang
relatif tinggi. Berdasarkan data di wilayah Provinsi Sumatera Utara terdapat 8 daerah
endemis DBD, yaitu ; Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, Kota Binjai, Kabupaten
Langkat, Kabupaten Asahan, Kota Tebing Tinggi, Kota Pematang Siantar dan
Kabupaten Karo. Angka kejadian DBD di Propinsi Sumatera Utara dalam lima tahun
terakhir terus meningkat, tahun 2005 terjadi 3.790 kasus dengan kematian 68 orang,
tahun 2006 terjadi 2.222 kasus dengan kematian 34 orang, tahun 2007 terjadi 4.427
kasus dengan kematian 41 orang, tahun 2008 terjadi 4.401 kasus dengan kematian
50 orang dan tahun 2009 terjadi 4.705 kasus dengan kematian 58 orang (Dinkes.
Dalam kurun waktu dua bulan (Januari - Pebruari 2010), dilaporkan sebanyak
10 orang meninggal dan 877 lainnya dirawat akibat terjangkit DBD di berbagai
Provinsi Sumatera Utara, kasus DBD terbanyak dilaporkan dari Kota Medan yakni
197 dirawat dan 1 orang meninggal. Kemudian, Deli Serdang 170 dirawat dan 3
orang meninggal, Pematang Siantar 129 dirawat dan 5 orang meninggal serta Tanjung
endemis DBD. Kecamatan Medan Helvetia, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan
Kota, Medan Baru, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Selayang, Medan
Perjuangan dan Medan Petisah merupakan sepuluh kecamatan yang paling tinggi
kasusnya. Adapun angka kejadian DBD di Kota Medan dalam lima tahun terakhir
adalah sebagai berikut : tahun 2005 terjadi 1.960 kasus dengan kematian 24 orang,
tahun 2006 terjadi 1.376 kasus dengan kematian 20 orang, tahun 2007 terjadi 1.917
kasus dengan kematian 18 orang, tahun 2008 terjadi 1.545 kasus dengan kematian 14
orang dan tahun 2009 terjadi 1.940 kasus dengan kematan 18 orang ( Dinkes Kota
Medan, 2009).
Berdasarkan uraian di atas dapat kita lihat bahwa setiap tahunnya tetap terjadi
kenaikan kasus DBD, walaupun selama ini berbagai upaya pencegahan dan
Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB), abatisasi selektif, fogging atau pengasapan pada
merupakan suatu kegiatan yang sudah dilakukan, dimana bertujuan untuk merubah
pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, kelompok dan
perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang
maksimal, metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian yang besar dan
ceramah dan film lebih berpengaruh terhadap peningkatan dan pengetahuan pada
dokter kecil dalam pemberantasan sarang nyamuk DBD dari pada metode ceramah
dan leaflet.
Penyuluhan DBD berkaitan erat dengan peran serta masyarakat dalam upaya
PSN-DBD adalah cara yang paling utama, efektif dan sederhana. Kegiatan ini harus
didukung oleh peran serta masyarakat secara terus menerus dan berkesinambungan
mengingat nyamuk ini telah tersebar luas di seluruh tempat, baik di rumah-rumah,
Sampai saat ini penyuluhan kesehatan belum menampakkan hasil yang optimal
dilihat dari peran serta masyarakat dalam kegiatan pencegahan DBD yang masih
rendah (Suhardiono, 2005), partisipasi orang tua dan wali murid khusunya ibu dalam
itu populasi anak sekolah di dalam suatu komunitas cukup besar, antara 40 – 50 %.
Oleh sebab itu, promosi atau pendidikan kesehatan di sekolah adalah sangat penting.
(Notoatmodjo, 2005).
mereka inilah sebagai generasi penerus bangsa. Oleh sebab itu, pendidikan di
Oleh karena itu komunitas sekolah yang terdiri dari murid, guru dan karyawan
kesehatan masyarakat, karena hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa sekolah
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, baik fisik, mental, moral maupun
intelektual.
hidup sehat. Hal ini disebabkan sekolah merupakan komunitas yang telah
masyarakat, anak sekolah merupakan kelompok yang sangat peka untuk menerima
perubahan atau pembaharuan, karena anak sekolah sedang berada dalam taraf
pertumbuhan dan perkembangan. Pada taraf ini anak dalam kondisi peka terhadap
Penyuluhan lebih efektif dilakukan pada sekolah dengan sasaran pada siswa
a. Secara statistik jumlah murid sekolah dasar (SD) adalah yang paling besar,
b. Anak-anak pada usia SD mempunyai rasa ingin tahu yang besar, sehingga
antusiasme mengikuti program lebih tinggi dari anak sekolah menengah pertama
c. Pendidikan kesehatan paling ideal jika dimulai sejak usia dini, melibatkan
seluruh komponen perilakunya, dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotor, serta
anak-anak bisa memilih apa yang paling baik mereka lakukan dan mereka bisa
memberikan makna atas apa yang mereka lihat (Jensen dan Simovska, 2005).
Kota Medan mempunyai jumlah sekolah dasar (SD) mencapai 841 unit dengan
jumlah siswa sebanyak 272.155 orang ( Profil Kota Medan, 2009). Hal ini merupakan
potensi yang besar jika dapat diberdayakan dalam melaksanakan pencegahan DBD di
baik dan sikap yang positif dapat melaksanakan kegiatan pencegahan DBD akan
siswa sekolah dasar dalam pencegahan DBD sehingga mempunyai dampak pada
1.2. Permasalahan
adalah belum optimalnya penyuluhan DBD yang dilakukan selama ini serta melihat
potensi yang besar dari siswa sekolah dasar, maka perlu dilakukan penelitian tentang
pengaruh penyuluhan kesehatan terhadap pengetahuan dan sikap siswa sekolah dasar
1.4. Hipotesis
penyuluhan.
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk program
siswa sekolah dasar sebagai potensi yang besar untuk ikut berperan dalam
Berdarah Dengue.