Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPEREMESIS GRAVIDARUM

A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa
hamil.Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness
normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2016).
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus
menerus, makan sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana
kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebihan dan
merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan
stres yang dikaitkan dengan kehamilan (Tiran, 2018).
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2017).

B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung, hati,
dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain
akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan
oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu
dan alergi
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2017).

C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan volume cairan yang
diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khlorida air
kemih turun.Selain itu jug adapt menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran
darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan
dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif (Wiknjosastro,2017).

D. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan:
1. Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100
kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah
mongering dan mata cekung.
2. Tingkatan II : penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan
mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat
ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan
mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun,
dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin
berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin
tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro,2017).

E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat
pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera dilakukan (Wiknjosastro, 2017).
F. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2007).

G. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan:
1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau
B – kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada
keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit.
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai
muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau
minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala –
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
4. Cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah
kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan
diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan
pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis
adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan
yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2017).
6. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:
a. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.Makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-
buahan.Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam
setelahnya.Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya
kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.Diet
diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi.Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan.Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan.Diet
diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan
bersamaan dengan makanan.Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan
energi dan semua zat gizi.

H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai
berikut :
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM.

I. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama ibu, umur, agama, pendidikan pekerjaan dan alamat ibu
semua data ini untuk mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta
status social ibu di masyarakat. Selain itu juga mencakup data suami yang
meliputi nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil muda dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan sampai mengganggu aktivitas ibu.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu dengan penyakit gastritis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular, menurun dan menahun serta tidak ada riwayat Gemelly.
5. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kali menikah : terlalu muda berhubungan dengan kesiapan
untuk hamil, serta kesiapan mengasuh dan mendidik anak.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu

7. Riwayat Kehamilan Sekarang
 Trimester I
 Hyperemesis Gravidarum
 Primi muda
 Mola hidatidosa, gemelly
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Dianjurkan banyak istirahat sehubungan dengan keadaan umum lemah
akibat hyperemesis gravidarum.
b. Pola Aktifitas
Aktifitas terganggu karena mual muntah yang berlebihan
c. Pola Eliminasi
 Oliguria
 Konstipasi
 Aseton dapat tercium saat BAK
d. Pola Nutrisi
 Asupan gizi kurang
 Ion-ion dalam tubuh berkurang sehingga terjadi dehidrasi
 Mual-muntah.
e. Personal Hygiene
f. Keadaan Psikosial
 Takut terhadap kehamilan dan persalinan
 Takut kehilangan pekerjaan
 Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental sehingga memperberat mual-
muntah.
g. Factor Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan yang dianut dan dijalankan oleh ibu.

9. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Pucat
Mata : Cekung, sclera sedikit ikterus
Mulut : Bibir kering, lidah kering dan tampak kotor
Ekstremitas : Turgor kulit menurun
Warna kulit : Kuning pada stadium lanjut
b. Palpasi
Perut : - Nyeri epigastrium
Leopald I : < 3 jari bawah pusat
Leopald II:
Terjadi pada trimester I
Ekstremitas : Turgor menurun
c. Auskultasi
DJJ : Doppler pada umur kehamilan 12 minggu
d. Perkusi
Reflek patella +/+

II. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


A. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan nausea dan
vomitus yang menetap.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Klien akan mengkonsumsi asupan oral diet yang mengandung zat gizi
yang adequat.
2) Klien tidak mengalami nausea dan vomitus.
3) Klien akan menoleransi diit yang telah di programkan.
4) Klien akan mengalami peningkatan berat badan yang sesuai selama
hamil.

Intervensi :
1) Catat intake dan output.
R/ menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/ dapat merangsang mual dan muntah.
4) Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh
(panas)hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
R/ makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang
mual muntah yang berlebih
5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam
periode tertentu.
R/ untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
R/ untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan
pembersih mulut sesering mungkin.
R/ untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
R/ mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas
pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht
< 37 % dipertimbangkan anemi pada trimester I.
9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
R/ menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial resiko tinggi
sepertiketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis
danHipertensi (Doenges, 2001).

B. Defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan akibat


vomitus dan asupan cairan yang tidak adequat.
Tujuan : kebutuhan cairan terpenuhi
Kriteria hasil :
1) Keseimbangan cairan dan elektrolit akan kembali ke kondisi normal,
yang terbukti dengan turgor kulit normal, membran mukosa lembab,
berat badan stabil, tanda-tanda vital dalam batas normal; elektrolit,
serum, hemoglobin, hematokrit, dan berat jenis urin akan berada dalam
batas normal.
2) Klien tidak akan muntah lagi
3) Klien akan mengkonsumsi asupan dalam jumlag yang adequat.
Intervensi:
1) Tentukan frekuensi atau beratnya mual/muntah.
R/ Memberikan data berkenaan dengan semua kondisi. Peningkatan
kadar hormon Korionik gonadotropin (HCG), perubahan metabolisme
karbohidrat dan penurunan motilitas gastrik memperberat mual/muntah
pada kehamilan.
2) Tinjau ulang riwayat kemungkinah masalah medis lain (misalnya
Ulkus peptikum, gastritis.
R/ Membantu dalam mengenyampingkan penyebab lain untuk
mengatasi masalah khusus dalam mengidentifikasi intervensi.
3) Kaji suhu badan dan turgor kulit, membran mukosa, TD, input/output
dan berat jenis urine. Timbang BB klien setiap hari.
R/ Sebagai indikator dalam membantu mengevaluasi tingkat atau
kebutuhan hidrasi.
4) Anjurkan peningkatan asupan minuman berkarbonat, makan
seseringmungkin dengan jumlah sedikit. Makanan tinggi karbonat
seperti : roti kering sebelum bangun dari tidur.
R/ Membantu dalam meminimalkan mual/muntah dengan menurunkan
keasaman lambung. (Doenges, 2001)

C. Ketakutan berhubungan dengan efek hiperemesis pada kesejahteraan janin.


Tujuan : ketakutan klien teratasi
Kriteria hasil : klien memverbalisasi perasaan dan kekhawatirannya
tentang kesejahteraan janin.
Intervensi:
1) Memperlihatkan sikap menerima rasa takut klien
R/ Sikap yang menerima takut klien akan memungkinkan
komunikasi terbuka tentang sumber ketakutan.
2) Mendorong untuk mengungkapakn perasaan dan kekhawatirannya.
R/ Pengetahuan tentang risiko potensial pada janin dapat
membantunya.menghilangkan rasa takut.
3) Memberi informasi yang berhubungan dengan risiko potensial yang
dapat terjadi pada janinnya.
R/ Strategi koping yang efektif dibutuhkan untuk memampukan
klien mengatasi penyakit yang dideritanya dan efek-efek penyakit
tersebut (bobak,2004: 273).

D. Gangguan rasa nyaman : nyeri (perih) berhubungan dengan muntah


yang berlebihan, peningkatan asam lambung.
Tujuan : nyeri hilang/berkurang. Kriteria hasil :
1) Klien mengungkapkan secara verbal.
2) Nyeri hilang atau berkurang
3) pasien dapat beristirahat dengan tenang
Intervensi:
1) kaji skala nyeri, karakteristik, kualitas, frekuensi dan lokasi nyeri.
R/ menentukan perubahan dalam tingkat nyeri dan mengevaluasi nilai
skala nyeri.

2) Mengidentifikasi sumber sumber multiple dan jenis nyeri.Anjurkan


penggunaan tekhnik relaksasi dan distraksi
R/ menggunakan strategi ini sejalan dengan pemberian analgesic
untuk mengurangi atau mengalihkan respon terhadap nyeri.
3) Yakinkan pada klien bahwa perawat mengetahui nyeri yang
dirasakannya dan akan berusaha membantu untuk mengurangi nyeri
tersebut.
R/ ketakutan bahwa nyari akan tidak dapat diterima seperti
peningkatan ketegangan dan ansietas yang nyata dan menurunkan
toleransi nyeri.
4) Berikan kembali skala pengkajian nyeri
R/ memungkinkan pengkajian terhadap keefektifan analgesic dan
mengidentifikasi kebutuhan terhadap tindak lanjut bila tidak
efektif.
5) Catat keparahan nyeri pasien dengan bagan.
R/ membantu dalam menunjukkan kebutuhan analgesic tambahan atau
pendekatan alternative terhadap penatalaksanaan nyeri.
6) Kolaborasi pemberian analgesik sesuai indikasi.
R/ analgesic lebih efektif bila diberikan pada awal siklus nyeri.
(Smeltzer. 2001)

E. Kurang pengetahuan tentang penyakit dan pengobatan berhubungan


dengan keterbatasan informasi.
Tujuan : klien mengerti tentang perubahan fisiologis dan pskologis
yang normal
dan tanda-tanda bahaya kehamilan.
Kriteria hasil :
1) Klien menjelaskan perubahan fisiologis dan pskologis normal
berkaitan dengan kehamilan trimester pertama..
2) Klien menunjukkan perilaku perawatan diri sendiri yang
meningkatkan kesehatan
3) Mengidentifikasi tanda-tanda bahaya kehamilan.

Intervensi:
1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
R/ peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan
antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap
kesehatan.
4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan
perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta
keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
R/ memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
5) Klarifikasi kesalahpahaman.
R/ ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
R/ klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan
untuk belajar tersebut jelas.
7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
R/ penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan.
8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
R/ memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat
pilihan.
9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram,
nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan,
sakit kepala dan tekanan pelvis.
R/ membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga
membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu
yang tepat. (Doenges,2001)

F. Resiko perubahan integritas kulit berhubungan dengan penurunan


darah dan nutrisi kejaringan-jaringan sekunder akibat dehidrasi
Tujuan : Tidak terjadi ganguan integritas kulit.
Kriteria hasil : mengidentifikasi dan menunjukkan perilaku
untuk
mempertahankan kulit halus, kenyal, utuh.
Intervensi :
1) Observasi kemerahan, pucat, ekskoriasi.
R/ area ini meningkat risikonya untuk kerusakan dan memerlukan
pengobatan lebih intensif.
2) Dorong mandi tiap 2 hari 1x, pengganti mandi tiap hari.
R/ sering mandi membuat kekeringan kulit.
3) Gunakan krim kulit dua kali sehari dan setelah mandi.
R/ melicinkan kulit dan mengurangi gatal.
4) Diskusikan pentingnya perubahan posisi sering, perlu untuk
mempertahankan aktivitas.
R/ meningkatkan sirkulasidan perfusi kulit dengan mencegah tekanan
lama pada jaringan.
5) Tekankan pentingnya masukan nutrisi/cairan adequat.
R/ perbaikan nutrisi dan hidrasi akan memperbaiki kondisi kulit.
(Doenges,2001).

G. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber


energi sekunder.
Tujuan : Pasien dapat beraktivitas secara mandiri.
Kriteria hasil :
1) Pasien dapat memperlihatkan kemajuan khususnya tingkat yang lebih
tinggi.
2) Pasien mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi
aktivitas.
Intervensi :
1) Tingkatkan tirah baring/duduk. Berikan lingkungan yang tenang;
batasi pengunjung sesuai keperluan.
R/ meningkatkan istirahat dan ketenangan.
2) Ubah posisi dengan sering. Berikan perawatan kulit yang baik.
R/ meningkatkan fungsi pernapasan dan meminimalkan tekanan pada
area tertentu untuk menurunkan risiko kekurangan jaringan.
3) Tingkatkan aktivitas sesuai toleransi, bantu melakukan latihan rentang
gerak sendi pasif/aktif.
R/ tirah baring lama dapat menurunkan kemampuan. Ini dapat terjadi
karena keterbatasan aktivitas yang mengganggu periode istirahat.
4) Dorong penggunaan tekhnik manajemen stress. Contoh relaksasi
progresif, visualisasi, bimbingan imajinasi.
R/ meningkatkan relaksasi dan penghematan energy, memusatkan
kembali perhatian dan dapat meningkatkan koping.
5) Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi: sedatif, agen antiansietas,
contoh diazepam (valium); lorazepam(ativan).
R/ membantu dalam manajemen kebutuhan tidur. (Doenges, 2001).
DAFTAR PUSTAKA

Acy, (2012). Hubungan Antara Karakteristik Ibu Hamil dengan Kejadian


Hiperemesis Gravidarum di RSUD Ujung Berung pada 2010-1011,
http://elibrary.unisba.ac.id. diunduh pada tanggal 12 Februari 2015, jam
15.00.
Asfuah, (2009), Buku Ajar Gizi Untuk Kebidanan, Muha Medika, Yogyakarta.
Devi, N. (2010), Nutrition and Food Gizi Untuk Keluarga, Kompas, Jakarta.
Doengoes, Marilynn. E, (2011). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Edisi 2.
Jakarta : EGC.
Gunawan et all, (2011), Asuhan Kebidanan Patologis, Yogyakarta, Yayasan Bina
Pustaka.
Hendi, A. (2009), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, ECG, Jakarta.
Hidayat, Alimul A. (2017). Pengantar Konsep Asuhan Keperawatan. Salemba
Medika,
Jakarta.
Lochart, Anita. 2014. Kebidanan Patologi. Tanggerang: Binarupa Aksara
Publisher.
Mitayani, (2009), Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika, Jakarta.
Mochtar, R. (2013), Sinopsis Obsteri: Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi Ed.3
Jilid 1, EGC, Jakarta
Mullin, P M et all. (2011). Riks Factor Treatment and Outcomes Associated
WithProlonged Hyperemesis Gravidarum, Journal Of Maternal-Fetal and
NeonatalMedicine.
Nugroho, Taufan, (2011). Buku Ajar Obstetri. Yogyakarta : Nuha Medika.
Rekam Medik RSUD Gambiran Kota Kediri. RM. (2014).
Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis
Gravidarum. Jakarta: Salemba Medika.
Tiran, Denise, (2018). Mual dan muntah kehamilan. Jakarta : EGC.
Varney, Helen, (2016). Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Wilkinson Judith M, Ahern Nancy R. (2011), Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Diagnosa NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC Ed.9, alih bahasa
EstyWahyuningsih, EGC, Jakarta.
Wiknjosastro, H. (2017), Ilmu Kebidanan Ed.3 Cetakan ke-9, YBP-SP, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai