HIPEREMESIS GRAVIDARUM
A. Pengertian
Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan selama masa
hamil.Muntah yang membahayakan ini dibedakan dari morning sickness
normal yang umum dialami wanita hamil karena intensitasnya melebihi muntah
normal dan berlangsung selama trimester pertama kehamilan (Varney, 2016).
Hiperemesis gravidarum adalah morning sickness dengan gejala muntah terus
menerus, makan sangat kurang sehingga menyebabkan gangguan suasana
kehidupan sehari-hari (Nugroho, 2010).
Hiperemesis gravidarum merupakan mual muntah yang berlebihan dan
merupakan salah satu gejala paling awal, paling umum dan paling menyebabkan
stres yang dikaitkan dengan kehamilan (Tiran, 2018).
Hiperemesis gravidarum adalah gejala mual muntah yang wajar dan sering
kedapatan pada kehamilan trimester pertama, mual biasanya terjadi pada pagi
hari, tetapi dapat pula timbul setiap saat dan malam hari.Gejala-gejala ini
kurang lebih terjadi 6 minggu setelah hari pertama haid terakhir dan
berlangsung selama kurang lebih 10 minggu (Wiknjosastro, 2017).
B. Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum belum diketahui secara pasti. Tidak ada
bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh factor toksik, juga tidak ditemukan
kelainan biokimia. Perubahan – perubahan anatomic pada otak, jantung, hati,
dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta zat – zat lain
akibat inanisi. Beberapa factor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan
oleh beberapa penulis sebagai berikut:
1. Faktor predisposisi : primigravida, overdistensi rahim : hidramnion,
kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.
2. Faktor organik: masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal,
perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang menurun dari pihak ibu
dan alergi
3. Faktor psikologis: rumah tangga yang retak, hamil yang tidak diinginkan,
takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan (Wiknjosastro, 2017).
C. Patofisiologi
Hiperemesis gravidarum yang merupakan komplikasi mual dan muntah
pada hamil muda terjadi terus menerus dapat menyebabkan dehidrasi dan tidak
seimbangnya elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak
habis terpakai untuk keperluan energi.Karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah.Kekurangan volume cairan yang
diminum dan kehilangan karena muntah menyebankan dehidrasi
sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.Natrium dan khlorida air
kemih turun.Selain itu jug adapt menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran
darah berkurang. Kekurangan kalium sebagai akibat dari muntah dan
bertambahnya ekskresi lewat ginjal menambah frekuensi muntah – muntah
lebih banyak, dapat merusak hati dan terjadilah lingkaran yang sulit dipatahkan.
Selain dehidrasi dan terganggunya keseimbangan elektrolit dapat terjadi
robekan pada selaput lender esophagus dan lambung (Sindroma Mallory Weiss)
dengan akibat perdarahan gastrointestinal.Pada umumnya robekan ini ringan
dan perdarahan dapat berhenti sendiri, jarang sampai diperlukan transfusi atau
tindakan operatif (Wiknjosastro,2017).
D. Manifestasi Klinik
Batas jelas antara mual yang masih fisiologik dalam kehamilan dengan
hiperemesis gravidarum tidak ada; tetapi bila keadaan umum penderita
terpengaruh, sebaiknya ini dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dapat dibagi dalam 3
tingkatan:
1. Tingkatan I : Muntah terus menerus yang mempengaruhi keadaan
umum penderita, ibu merasa lemah, nafsu makan tidak ada, berat badan
menurun dan merasa nyeri pada epigastrium. nadi meningkat sekitar 100
kali/menit dan tekanan darah sistolik turun, turgor kulit mengurang, lidah
mongering dan mata cekung.
2. Tingkatan II : penderita tampak lebih lemah dan apatis, turgor kulit
mengurang, lidah mengering dan Nampak kotor, nadi kecil dan cepat, suhu
kadang-kadang naik dan mata sedikit ikterik. Berat badan menurun dan
mata menjadi cekung, tensi turun, hemokonsentrasi oliguria dan konstipasi.
Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, karena pempunyai aroma
yang khas dan dapat pula ditemukan dalam kencing.
3. Tingkatan III : Keadaan umum lebih parah, muntah berhenti, kesadaran
makin menurun hingga mencapai somnollen atau koma, terdapat
ensefalopati werniche yang ditandai dengan : nistagmus, diplopia, gangguan
mental, kardiovaskuler ditandai dengan: nadi kecil, tekanan darah menurun,
dan temperature meningkat, gastrointestinal ditandai dengan: ikterus makin
berat, terdapat timbunan aseton yang makin tinggi dengan bau yang makin
tajam. Keadaan ini adalah akibat sangat kekurangan zat makanan termasuk
vitamin B kompleks. Timbulnya ikterus menunjukkan adanya payah hati
(Wiknjosastro,2017).
E. Diagnosis
Diagnosis hiperemesis gravidarum biasanya tidak sukar. Harus ditentukan
adanya kehamilan muda dan muntah terus menerus, sehingga mempengaruhi
keadaan umum. Namun demikian harus dipikirkan kehamilan muda dengan
penyakit pielonefritis, hepatitis, ulkus ventrikuli dan tumor serebri yang dapat
pula memberikan gejala muntah.
Hiperemesis gravidarum yang terus menerus dapat menyebabkan kekurangan
makanan yang dapat mempengaruhi perkembangan janin, sehingga
pengobatan perlu segera dilakukan (Wiknjosastro, 2017).
F. Pencegahan
Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar ridak terjadi hiperemesis
gravidarum dengan cara :
1. Memberikan penerapan tentang kehamilan dan persalinan sebagai suatu
proses yang fisiologik.
2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan kadang – kadang muntah
merupakan gejala yang fisiologik pada kehamilan muda dan akan hilang
setelah kehamilan4 bulan.
3. Menganjurkan mengubah makan sehari – hari dengan makanan dalam
jumlah kecil tapi sering
4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi jangan segera turun dari tempat
tidur, terlebih dahulu makan roti kering atau biscuit dengan teh hangat
5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan
6. Makanan seyogyanya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin
7. Menghindari kekurangan kardohidrat merupakan factor penting,
dianjurkan makanan yang banyak mengandung gula (Wiknjosastro, 2007).
G. Penatalaksanaan
Apabila dengan cara diatas keluhan dan gejala tidak berkurang maka
diperlukan:
1. Obat – obatan; Sedativa : Phenobarbital, Vitamin : Vitamin B1 dan B6 atau
B – kompleks, Anti histamine : dramamin, avomin, Anti emetik (pada
keadaan lebih berat) : Dislikomin hidrokloride atau khlorpromasine.
Penanganan hiperemesis gravidarum yang lebih berat perlu dikelola di
rumah sakit.
2. Isolasi; Penderita disendirikan dalam kamar yang tenang, tetapi
cerah danperedaran udara yang baik, catat cairan yang keluar masuk, hanya
dokter dan perawat yang boleh masuk ke dalam kamar penderita sampai
muntah berhenti pada penderita mau makan. Tidak diberikan makanan atau
minuman dan selama 24 jam. Kadang – kadang dengan isolasi saja gejala –
gejala akan berkurang atau hilang tanpa pengobatan.
3. Terapi psikologika; perlu diyakinkan kepeda penderita bahwa penyakit
dapat disembuhkan, hilangkan rasa takut oleh karena kehamilan, kurangi
pekerjaan serta menghilangkan masalah dan konflik.
4. Cairan parenteral; cairan yang cukup elektrolit, karbohidrat dan protein
dengan glukosa 5% dalam cairan fisiologis (2 – 3 liter/hari), dapat ditambah
kalium dan vitamin (vitamin B komplek, vitamin C), bila kekurangan
protein dapat diberiakan asam amino secara intravena, bila dalam 24 jam
penderita tidak muntah dan keadaan umum membaik dapat diberikan
minuman dan lambat laun makanan yang tidak cair. Dengan penanganan
diatas, pada umumnya gejala – gejala akan berkurang dan keadaan akan
bertambah baik.
5. Menghentikan kehamilan; Bila keadaan memburuk dilakukan
pemeriksaan medik dan psikiatrik, manifestasi komplikasi organis
adalah delirium, takikardi, ikterus, anuria dan perdarahan dalam keadaan
demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan keadaan
yang memerlukan pertimbangan gugur kandung diantaranya:
a. Gangguan kejiwaan ditandai dengan: delirium, apatis, somnolen sampai
koma, terjadi gangguan jiwa.
b. Gangguan penglihatan ditandai dengan: pendarahan retina, kemunduran
penglihatan.
c. Ganggguan faal ditandai dengan: hati dalam bentuk ikterus, ginjal dalam
bentuk anuria, jantung dan pembuluh darah terjadi nadi meningkat,
tekanan darah menurun. (Wiknjosastro, 2017).
6. Diet
Menurut Runiari ( 2010 ) Tiga macam diet pada hiperemesis gravidarum
yaitu:
a. Diet hiperemesis I
Diet ini diberikan pada hiperemesis tingkat III.Makanan hanya terdiri dari
roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah-
buahan.Cairan tidak diberikan bersama dengan makanan tetapi 1-2 jam
setelahnya.Karena pada diet ini zat gizi yang terkandung didalamnya
kurang, maka tidak diberikan dalam waktu lama.
b. Diet hiperemesis II
Diet ini diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang.Diet
diberikan secara bertahap dan dimulai dengan memberikan bahan makanan
yang bernilai gizi tinggi.Minuman tetap tidak diberikan bersamaan dengan
makanan.Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat
memenuhi kebutuhan gizi kecuali kebutuhan energi.Jenis makanan ini
rendah kandungan gizinya, kecuali vitamin A dan D.
c. Diet hiperemesis III
Diet ini diberikan kepada klien hiperemesis gravidarum ringan.Diet
diberikan sesuai kemampuan klien, dan minuman boleh diberikan
bersamaan dengan makanan.Makanan pada diet ini mengcukupi kebutuhan
energi dan semua zat gizi.
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi menurut Lockhart ( 2014) adalah sebagai
berikut :
1. Penurunun berat badan yang cukup banyak.
2. Starvasi dengan ketosis dan ketonuria.
3. Dehidrasi dengan selanjutnya gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
(hipokalemia).
4. Gangguan keseimbangan asam basa.
5. Kerusakan retina, saraf, dan renal.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL
DENGAN HIPEREMESIS GRAVIDARUM.
I. Pengkajian
1. Biodata
Meliputi nama ibu, umur, agama, pendidikan pekerjaan dan alamat ibu
semua data ini untuk mengetahui identitas, tingkat pengetahuan, serta
status social ibu di masyarakat. Selain itu juga mencakup data suami yang
meliputi nama suami, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
2. Riwayat Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil muda dengan keluhan mual muntah yang
berlebihan sampai mengganggu aktivitas ibu.
3. Riwayat Kesehatan Yang Lalu
Ibu dengan penyakit gastritis.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit
menular, menurun dan menahun serta tidak ada riwayat Gemelly.
5. Riwayat Perkawinan
Umur pertama kali menikah : terlalu muda berhubungan dengan kesiapan
untuk hamil, serta kesiapan mengasuh dan mendidik anak.
6. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang Lalu
–
7. Riwayat Kehamilan Sekarang
Trimester I
Hyperemesis Gravidarum
Primi muda
Mola hidatidosa, gemelly
8. Pola Kebiasaan Sehari-hari
a. Pola Istirahat
Dianjurkan banyak istirahat sehubungan dengan keadaan umum lemah
akibat hyperemesis gravidarum.
b. Pola Aktifitas
Aktifitas terganggu karena mual muntah yang berlebihan
c. Pola Eliminasi
Oliguria
Konstipasi
Aseton dapat tercium saat BAK
d. Pola Nutrisi
Asupan gizi kurang
Ion-ion dalam tubuh berkurang sehingga terjadi dehidrasi
Mual-muntah.
e. Personal Hygiene
f. Keadaan Psikosial
Takut terhadap kehamilan dan persalinan
Takut kehilangan pekerjaan
Takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu dapat
menyebabkan konflik mental sehingga memperberat mual-
muntah.
g. Factor Spiritual
Kepercayaan dan keyakinan yang dianut dan dijalankan oleh ibu.
9. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Muka : Pucat
Mata : Cekung, sclera sedikit ikterus
Mulut : Bibir kering, lidah kering dan tampak kotor
Ekstremitas : Turgor kulit menurun
Warna kulit : Kuning pada stadium lanjut
b. Palpasi
Perut : - Nyeri epigastrium
Leopald I : < 3 jari bawah pusat
Leopald II:
Terjadi pada trimester I
Ekstremitas : Turgor menurun
c. Auskultasi
DJJ : Doppler pada umur kehamilan 12 minggu
d. Perkusi
Reflek patella +/+
Intervensi :
1) Catat intake dan output.
R/ menentukan hidrasi cairan dan pengeluaran melalui muntah.
2) Anjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
R/ dapat mencukupi asupan nutrisi yang dibutuhkan tubuh.
3) Anjurkan untuk menghindari makanan yang berlemak
R/ dapat merangsang mual dan muntah.
4) Anjurkan untuk makan makanan selingan seperti biskuit, roti dan teh
(panas)hangat sebelum bagun tidur pada siang hari dan sebelum tidur.
R/ makanan selingan dapat mengurangi atau menghindari rangsang
mual muntah yang berlebih
5) Catal intake TPN, jika intake oral tidak dapat diberikan dalam
periode tertentu.
R/ untuk mempertahankan keseimbangan nutrisi.
6) Inspeksi adanya iritasi atau Iesi pada mulut.
R/ untuk mengetahui integritas inukosa mulut.
7) Kaji kebersihan oral dan personal hygiene serta penggunaan cairan
pembersih mulut sesering mungkin.
R/ untuk mempertahankan integritas mukosa mulut.
8) Pantau kadar Hemoglobin dan Hemotokrit
R/ mengidenfifikasi adanya anemi dan potensial penurunan kapasitas
pcmbawa oksigen ibu. Klien dengan kadar Hb < 12 gr/dl atau kadar Ht
< 37 % dipertimbangkan anemi pada trimester I.
9) Test urine terhadap aseton, albumin dan glukosa.
R/ menetapkan data dasar ; dilakukan secara rutin untuk
mendeteksi situasi potensial resiko tinggi
sepertiketidakadekuatan asupan karbohidrat, Diabetik kcloasedosis
danHipertensi (Doenges, 2001).
Intervensi:
1) Jelaskan tentang Hiperemesis Grvidarum dan kaji pengetahuan pasien.
R/ untuk mengetahui seberapa dalam pengetahuan pasien tentang
penyakitnya dan tentang penatalaksanaannya di rumah.
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang hiperemesis gravidarum.
R/ untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang hiperemesis
gravidarum.
3) Buat hubungan perawat-klien yang mendukung dan terus menerus.
R/ peran penyuluh atau konselor dapat memberikan bimbingan
antisipasi dan meningkatkan tanggunmg jawab individu terhadap
kesehatan.
4) Evaluasi pengetahuan dan keyakinan budaya saat ini berkenaan dengan
perubahan fisiologis/psikologis yang normal pada kehamilan, serta
keyakinan tentang aktivitas, perawatan diri dan sebagainya.
R/ memberikan informasi untuk membantu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan dan membuat rencana keperawatan.
5) Klarifikasi kesalahpahaman.
R/ ketakutan biasanya timbul dari kesalahan informasi dan dapat
mengganggu pembelajaran selanjutnya.
6) Tentukan derajad motivasi untuk belajar.
R/ klien dapat mengalami kesulitan dalam belajar kecuali kebutuhan
untuk belajar tersebut jelas.
7) Pertahankan sikap terbuka terhadap keyakinan klien/pasangan.
R/ penerimaan penting untuk mengembangkan dan mempertahankan
hubungan.
8) Jawab pertanyaan tentang perawatan dan pemberian makan bayi.
R/ memberikan informasi yang dapat bermanfaat untuk membuat
pilihan.
9) Identifikasi tanda bahaya kehamilan, seperti perdarahan, kram,
nyeri abdomen akut, sakit punggung, edema, gangguan penglihatan,
sakit kepala dan tekanan pelvis.
R/ membantu klien membedakan yang normal dan abnormal sehngga
membantunya dalam mencari perawatan kesehatan pada waktu
yang tepat. (Doenges,2001)