HIDROKEL
HIDROKEL
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
TUGAS UJIAN
PENGUJI
dr. ISTI LUKITA R Sp.B
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2019
PENATALAKSANAAN KOLELITIASIS
Penatalaksanaan dari batu empedu tergantung dari stadium penyakit. Saat batu
tersebut menjadi simptomatik maka intervensi operatif diperlukan. Biasanya yang
dipakai ialah kolesistektomi. Akan tetapi, pengobatan batu dapat dimulai dari obat-
obatan yang digunakan tunggal atau kombinasi yaitu terapi oral garam empedu ( asam
ursodeoksikolat), dilusi kontak dan ESWL. Terapi tersebut akan berprognosis baik
apabila batu kecil < 1 cm dengan tinggi kandungan kolesterol.
1. Asimptomatik
Penanganan operasi pada batu empedu asimptomatik tanpa komplikasi tidak
dianjurkan. Indikasi kolesistektomi pada batu empedu asimptomatik ialah:
a. Pasien dengan batu empedu > 2cm.
b. Pasien dengan kandung empedu yang kalsifikasi yang resikko
tinggi keganasan.
c. Pasien dengan cedera medula spinalis yang berefek ke perut.
2. Simptomatik
Kolesistektomi
Kolesistektomi adalah pengangkatan kandung empedu yang secara umum
diindikasikan bagi yang memiliki gejala atau komplikasi dari batu, kecuali yang
terkait usia tua dan memiliki resiko operasi. Pada beberapa kasus empiema
kandung empedu, diperlukan drainase sementara untuk mengeluarkan pus yang
dinamakan kolesistostomi dan kemudian baru direncanakan kolesistektomi elektif.
Indikasi yang paling umum untuk kolesistektomi adalah kolik biliaris rekuren,
diikuti oleh kolesistitis akut. Komplikasi yang berat jarang terjadi, meliputi trauma
CBD, perdarahan, dan infeksi. Langkah-langkah pada kolesistektomi terbuka:
a. Insisi
Jenis insisi yang dapat digunakan ialah insisi subkosta kanan atas, insisi kocher,
insisi kocher termodifikasi dan insisi tranverse.
1. Insisi kocher
7. Insisi transverse
Kolesistostomi
Pada pasien dengan kandung empedu yang mengalami empiema dan sepsis,
yang dapat dilakukan ialah kolesistostomi. Kolesistostomi adalah penaruhan pipa
drainase di dalam kandung empedu. Setelah pasien stabil,maka kolesistektomi
dapat dilakukan.
Endoscopic sphincterotomy
Dilakukan apabila batu pada CBD tidak dapat dikeluarkan. Pada prosedur
ini kanula diletakan pada duktus melalui papila vateri. Dengan mennggunkan
spinterectome elektrokauter, dibuat insisi 1 cm melalui sfingter oddi dan bagian
CBD yang mengarah ke intraduodenal terbuka dan batu keluar dan diekstraksi.
Prosedur ini terutama digunakan pada batu yang impaksi di ampula vateri.
HIDROKEL
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara
lapisan parietalis dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang
berada di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara
produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Epidemiologi
Di USA, insidensi hidrokel adalah sekitar 10-20 per 1000 kelahiran hidup dan
lebih sering terjadi pada bayi premature. Lokasi tersering adalah di sebelah kanan, dan
hanya 10% yang terjadi secara bilateral.
Insidensi PPPVP menurun seiring dengan bertambahnya umur. Pada neonates,
80%-94% memiliki PPPVP. Risiko hidrokel lebih tinggi pada bayi premature dengan
berat badan lahir kurang dari 1500 gram dibandingkan dengan bayi aterm.
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum
sempurnanya penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke
prosesus vaginalis atau (2) belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam
melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.
Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan
sekunder. Penyebab sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau
epididimis yang menyebabkan terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di
kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin suatu tumor, infeksi, atau trauma
pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi cairan yang
berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:
1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus
vaginalis. Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik
yang melintasi kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel
jenis ini tidak diperlukan terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan
menutup dan cairan dalam tunika akan diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam
suatu masa dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat
disebabkan oleh kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang
atau karena suatu proses neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis
menyebabkan terjadinya produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang
keluar dalam jumlah yang cukup oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1. Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan
berrwarna kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2. Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan
walaupun akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan
nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang
hari.
2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis,
sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel.
Pada anamnesis kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak
menangis. Pada palpasi kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat
dimasukkan kedalam rongga abdomen
Patofisiologi
Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan
sebagai hidrokel komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh usus,
omentum, atau organ viscera abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori
yang membahas tentang kegagalan penutupan processus vaginalis. Otot polos telah
diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada peritoneum
normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi
processus vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada
kantung hernia dibandingkan dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut
untuk menentukan peranan otot polos pada pathogenesis ini.
Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi
kistus dan pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada
hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang sangat tebal kadang-kadang sulit
melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan ultrasonografi.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa
macam hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel
komunikan. Pembagian ini penting karena berhubungan dengan metode operasi yang
akan dilakukan pada saat melakukan koreksi hidrokel.
Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri
tonjolan tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada
tonjolan (dapat mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau
hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan
tekanan intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh
pasien meniup balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan
tekanan pada abdomen (palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas
kepalanya sehingga bayi akan memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika
vaginalis mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan
hernia.
Pemeriksaan penunjang
1. Transiluminasi
Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan
massa skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan
pada sisi pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis
normal tidak dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah
menunjukkan rongga yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan
membantu melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal
(varikokel) dan kemungkinan adanya tumor.
Diferential Diagnosis
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama
dengan hidrokel, sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding
hidrokel adalah :
Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis
dengan perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan
pada hidrokel, benjolan dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes
transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang positif sedangkan pada hernia
inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut sehubungan
dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat
terjadi.
Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah
balik vena spermatika interna.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Pasien biasanya mengeluh belum mempunyai anak setelah beberapa tahun menikah.
2. Terdapat benjolan di atas testis yang tidak nyeri.
3. Terasa berat pada testis
Pemeriksaan Fisik : (Pasien berdiri dan diminta untuk manuver valsava)
Inspeksi dan Palpasi terdapat bentukan seperti kumpulan cacing di dalam kantung, yang
letaknya di sebelah kranial dari testis, permukaan testis licin, konsistensi elastis.
Pada posisi berbaring, benjolan akan menghilang, sedangkan pada hidrokel tidak hilang,
hanya dapat berkurang tetapi butuh waktu yang lama.
Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan
vaskularisasi dari testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah daripada
testis.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
1. Timbul mendadak, nyeri hebat dan pembengkakan skrotum.
2. sakit perut hebat, kadang mual dan muntah.
3. nyeri dapat menjalar ke daerah inguinal.
Pemeriksaan Fisik :
1. Inspeksi
testis bengkak, terjadi retraksi testis ke arah kranial, karena funikulus spermatikus
terpuntir dan memendek, testis pada sisi yang terkena lebih tinggi dan lebih horizontal
jika dibandingkan testis sisi yang sehat.
2. Palpasi teraba lilitan / penebalan funikulus spermatikus
Pemeriksaan fisik yang paling sensitive pada torsio testis adalah hilangnya reflex
kremaster. Refleks kremaster dilakukan dengan menggores atau mencubit paha
bagian medial, menyebabkan kontraksi musculus cremaster yang akan mengangkat
testis. Refleks kremaster dikatakan positif bila testis bergerak ke arah atas minimal
0.5 cm.
Pada torsio appendix testis, teraba adanya nodul keras berdiameter 2-3 mm di ujung
atas testis, dapat tampak berwarna kebiruan, yang dikenal dengan “blue dot sign”.
Prehn’s sign negative mengindikasikan nyeri tidak berkurang dengan pengangkatan
testis dapat menunjukkan adanya torsio testis, merupakan operasi CITO dan harus
dikoreksi dalam 6 jam.
Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma.
Gambaran klinik : benjolan pada testis
Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
-Transiluminasi (-)
Tumor testis
Keganasan pada pria terbanyak usia antara 15-35 tahun.
Gambaran klinis :
Anamnesa :
keluhan adanya pembesaran testis yang tidak nyeri.
Terasa berat pada kantong skrotum
Pemeriksaan Fisik :
Benjolan pada testis yang padat, keras, tidak nyeri pada palpasi.
Terapi
Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun
dengan harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri;
tetapi jika hidrokel masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk
dilakukan koreksi. Mayoritas hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan
spontan dari PPPVP awal setelah kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan
direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun. Berdasarkan fakta tersebut, observasi
umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
o Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
o Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
o Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
o Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)
Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini
disertai dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus
melakukan herniografi. Pada hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal
dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong hidrokel sesuai cara Winkelman
atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia (Lord’s
procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini
mengurangi resiko terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel
dibelakang testis (Jaboulay procedure) dihubungkan dengan pengurangan kejadian
rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya hematom. Pada hidrokel funikulus
dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.
Komplikasi operasi
Komplikasi pasca bedah ialah perdarahan dan infeksi luka operasi.
Penyulit
Jika dibiarkan, hidrokel yang cukup besar mudah mengalami trauma dan
hidrokel permagna bisa menekan pembuluh darah yang menuju ke testis sehingga
menimbulkan atrofi testis.
Prognosis
1. Benson CD, Mustard WT. Pediatric Surgery. Volume 1. 1962. Year Book
2. Sjamsuhidajat R. dan Jong W.D., Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 4, Jakarta, EGC,
1997
p 118-129
surgery.htm#ixzz12zjIvvR5
7. http://emedicine.medscape.com/article/777386-print
8. http://emedicine.medscape.com/article/1015147-print
9. http://emedicine.medscape.com/article/438724-overview