Anda di halaman 1dari 14

LABORATORIUM KIMIA FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)

LAPORAN PRAKTIKUM
ANALISIS BAHAN MAKANAN DAN KOSMETIK
PERCOBAAN VIII
BAHAN MAKANAN/PENGAWET

DI SUSUN OLEH

KELOMPOK I

NI KADEK DEWI PUSPA YANTI SARAH WINDY PRISCILIA

NUR HIKMAH SRI WAHYUNI ABD.

PUTRI PRATIWI TIRZA WULANDARI

ROBINSON PASANGLA VIVIN FADILA

ASISTEN : PUPUT FADHILA YALIJAMA

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI (STIFA)

PELITA MAS

PALU

2018
BAB I

PENDAHULUAN

A .Latar belakang

Banyaknya kasus keracunan makanan yang terjadi dimasyarakat saat ini

mengindikasikan adanya kesalahan yang dilakukan masyarakat ataupun makaan dalam

mengolah dan mengawetkan bahan makanan yang dikonsumsi. Problematika

mendasar pengolahan makanan yang dilakukan masyarakat lebih disebabkan budaya

pengelohan pangan yang kurang berorientasi terhadap nilai gizi, serta keterbatasan

pengetahuan sekaligus desakan ekonomi sehingga masalah pemenuhan dan

pengolahan bahan pangan terabaikan, Industri makanan sebagai pelaku penyedia

produk makanan seringkali melakukan tindakan yang tidak terpuji dan hanya

berorientasi profit oriented dalam menyediakan berbagai produk di pasar sehinngga hal

itu membuka peluang terjadinya penyalahgunaan bahan dalam pengolahan bahan

makanan untuk masyarakat diantaranya seperti kasusu penggunaan belpagai bahan

tambahan makanan yang seharusnya tidak layak dikosumsi. (Fitri Rahmawati)

Kasus yang paling menyeruak dikalangan masyarakat baru-baru ini ialah

penggunaan formalin dan borak dibeberapa produk makanan pokok masyarakat

dengan bebrbagai dalih untuk menambah rasa dan keawetan makana tanpa

memperdulikan efek bahan yang digunankan terhadap kesehatan masyarakat. (Fitri

Rahmawati)

Salah satu bahan tambahan yang dilarang penggunaannya tetapi masih sering

disalahgunakan untuk makanan adalah boraks. Boraks merupakan suatu senyawa

yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu
dan tekanan normal. Boraks biasanya digunakan untuk mematri logam, sebagai bahan

pembuatan gelas dan enamel, pengawet dan anti jamur kayu, sebagai antiseptik, dan

pembasmi kecoa. (Wayus Ningrum, 2013)

B. Maksud percobaan

Untuk menguji kandungan pengawet ( bahan tambahan makanan) pada makanan

somay menggunakan metode uji nyala

C. Tujuan percobaan

Untuk mengetahui cara penentuan kandungan boraks pada makanan dan

mengetahui ciri ciri makanan yang mengandung boraks


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dasar Teori

Bahan tambahan pangan (BTP) dalam peraturan menteri kesehatan RI

No.722/Menkes/Per/IX/88 tentang Bahan Tambahan Makanan sebagaimana telah

diubah dengan peraturan Menteri Kesehatan No. 1168/Menkes/Per/X/1999 secara

umum adalah bahan yang biasanya tidak digunakan sebagai makanan dan

biasanya bukan merupakan ingredients khas makanan, mempunyai atau tidak

mempunyai nilai gizi, yang dengan sengaja ditambahkan ke dalam makanan untuk

maksud teknologi (termasuk organoleptik) pada pembuatan, pengolahan,

penyiapan, perlakuan, pengepakan, pengemasan, penyimpanan, atau

pengangkutan makanan untuk menghasilkan (langsung atau tidak langsung) suatu

komponen atau mempengaruhi sifat khas makanan tersebut (Permenkes, 1988).

Boraks adalah senyawa dengan nama kimia natrium tetraborat (NaB 4O7).

berbentuk padat, jika terlarut dalam air akan menjadi natrium hidroksida dan asam

borat (H3BO3). Dengan demikian bahaya boraks identik dengan bahaya asam

borat. (Khamid, 1993).

Bakso yang menggunakan boraks memiliki kekenyalan khas yang berbeda

dari kekenyalan bakso yang menggunakan banyak daging. Kerupuk yang

mengandung boraks kalau digoreng akan mengembang dan empuk, teksturnya

bagus dan renyah. Ikan basah yang tidak rusak sampai 3 hari pada suhu kamar,

insang berwarna merah tua dan tidak cemerlang, dan memiliki bau menyengat

khas formalin. Tahu yang berbentuk bagus, kenyal, tidak mudah hancur, awet
hingga lebih dari 3 hari, bahkan lebih dari 15 hari pada suhu lemari es, dan berbau

menyengat khas formalin. Mie basah biasanya lebih awet sampai 2 hari pada suhu

kamar (25 derajat celcius), berbau menyengat, kenyal, tidak lengket dan agak

mengkilap. (Ida Mudzikrah,2016)

Sering mengkonsumsi makanan berboraks akan menyebabkan gangguan

otak, hati, lemak dan ginjal. Dalam jumlah banyak, boraks menyebabkan demam,

anuria (tidak terbentuknya urin), koma, merangsang sistem saraf pusat,

menimbulkan depresi, apatis, sianosis, tekanan darah turun, kerusakan ginjal,

pingsan bahkan kematian. (Ida Mudzikrah,2016)

Gejala awal keracunan boraks bisa berlangsung beberapa jam hingga

seminggu setelah mengonsumsi atau kontak dalam dosis toksis. Gejala klinis

keracunan boraks biasanya ditandai dengan hal-hal berikut: (Ida Mudzikrah,2016)

a. Sakit perut sebelah atas, muntah dan mencret

b. Sakit kepala, gelisah

c. Penyakit kulit berat

d. Muka pucat dan kadang-kadang kulit kebiruan

e. Sesak nafas dan kegagalan sirkulasi darah

f. Hilangnya cairan dalam tubuh

g. Degenerasi lemak hati dan ginjal

h. Otot-otot muka dan anggota badan bergetar diikuti dengan kejang-kejang

i. Kadang-kadang tidak kencing dan sakit kuning

j. Tidak memiliki nafsu makan, diare ringan dan sakit kepala

k. Kematian
B. URAIAN BAHAN

1. Asam Sulfat (FI Edisi III, Hal 58)

Nama Resmi : ACIDUM SULFURICUM

Nama Lain : Asam Sulfat

Rumus Molekul : H2SO4

Berat Molekul : 98.07 gram/mol

Pemerian : Cairan kental seperti minyak, korosif, tidak berwarna, jika

ditambahkan kedalam air menimbulkan panas.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Untuk mengendapkan boraks dan mengidentifikasi warna.

2. Metanol (FI Edisi III, Hal 706)

Nama Resmi : METHANOLUM

Nama Lain : Metanol

Rumus Molekul : CH3OH

Bobot Jenis : 0.796 – 0.798 gram/mL

Berat Molekul : 34.00 gram/mol

Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, bau khas.

Kelarutan :Dapat bercampur dengan air, membentuk cairan jernih tidak

berwarna.

Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat

Kegunaan : Untuk mempermudah proses pembakaran


BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang di gunakan

Cawan porselin, gelas ukur, sendok tanduk,oven,pipet tetes, dan timbangan

analitik.

B. Bahan yang di gunakan

Somay Mas Muji lapangan Vatulemo, H2SO4 pekat, methanol p.a, kertas

perkamen .

C. Cara kerja

1. Mengambil somay secukupnya lalu di haluskan

2. Menimbang somay yang telah halus sebanyak 15 gram dan di panaskan di

dalam oven pada suhu 105℃ selama 2 jam

3. Menimbang 5 gram somay yang telah kering lalu masukkan ke dalam cawan

porselin

4. Menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 10 tetes dan methanol p.a sebanyak 2

ml

5. Membakar campuran tersebut di atas cawan porselin

6. Mengamati warna nyala api, Hasil uji positif mengandung boraks yang di tandai

dengan warna menyala hijau pada ap


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Tabel Pengamatan

Sampel Hasil

Positif Negatif

Somay Mas MM (Mas - 

Muji)

B. Hasil Pengamatan

Keterangan :

Nyala api berwarna orange, menandakan sampel negatif mengandung boraks.


C. Pembahasan

Pada praktikum bahan makanan/pengawet ini dilakukan dengan cara analisa

kualitatif untuk mengidentifikasi adanya kandungan boraks pada sampel bahan

makanan somay menggunakan metode uji nyala.

Uji nyala adalah salah satu jenis analisis kualitatif yang digunakan untuk

menentukan kandungan boraks pada suatu sampel yang akan di uji. Uji nyala

merupakan salah satu uji yang paling sederhana dan tidak membutuhkan banyak alat

maupun bahan. Disebut uji nyala karena sampel yang digunakan dibakar uapnya,

kemudian warna nyala dibandingkan dengan nyala boraks asli. Boraks murni bila

dibakar menghasilkan nyala api yang berwarna hijau. jika sapel yang dibakar

menghasilkan warna nyala hijau maka sampel dinyatakan positif mengandung boraks. .

(Wayus Ningrum, 2013)

Pada percobaan kali ini sampel yang digunakan yaitu somay Mas Ab, pertama-

tama menyiapkan alat dan bahan yang akan digunkan. Mengambil somay yang telah

halus sebanyak 15 gram dan dipanaskan dalam oven pada suhu 105°C selama 2 jam

hingga kering. Menimbang sampel sebanyak 5 gram yang telah kering lalu masukkan

kedalam cawan porselin. Selanjutnya menambahkan H2SO4 pekat sebanyak 10 tetes

yang bertujuan untuk mengendapkan boraks dan mengidentifikasi warna.

Menambahkan metanol 2 mL yang bertujuan untuk mempermudah pembakaran.

Setelah itu membakar campuran tersebut diatas cawan porselin dengan tujuan untuk

melihat adanya boraks pada sampel somay Mas MM (Mas Muji). Mengamati warna

nyala api, apabila nyala api berwarna hijau, maka sampel positif mengandung boraks.
Adapun hasil reaksi yang terjadi pada boraks, asam sulfat pekat dan metanol

dimana metanol (CH3OH) dengan adanya asam sulfat sebagai katalisator

menghasilkan trimetil borat {(CH3O)3B} yang jika terbakar akan menghasilakan nyala

api yang berwarna hijau dengan reaksi yaitu:

3 CH3OH + H3BO2 H2SO4 (CH3O)3B + 3H2O

Trphenyl asam trietil Hidrogen


methanol borat borat dioksida

Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh hasil pengamatan pada saat

pembakaran sampel somay Mas MM (Mas Muji) warna yang terbentuk yaitu warna

orange yang menunjukkan bahwa sampel somay Mas MM (Mas Muji) tersebut tidak

mengandung boraks.

Dalam bidang farmasi, boraks digunakan sebagai ramuan bahan baku obat

seperti bedak, larutan kompres, obat oles mulut, semprot hidung, salep dan pencuci

mata. Bahan hasil industri farmasi tersebut tidak boleh diminum karena beracun. BPOM

melarang penggunaan boraks pada makanan karena boraks tersebut sangat beracun

pada semua sel. Bila tertelan senyawa ini dapat menyebabkan efek negatif pada

susunan syaraf pusat, ginjal dan hati. Ginjal merupakan organ yang paling mengalami

kerusakan dibandingkan dengan organ lain. (Devina Avinda, 2018)


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil percobaan bahan makanan/pengawet dapat disimpulkan

bahwa :

1. Asam borat atau boraks ( boric acid ) merupakan zat pengawet berbahaya yang

tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan makanan. Boraks adalah

senyawa kimia dengan rumus Na2B4O7 10H2O berbentuk kristal putih, tidak

berbau dan stabil pada suhu dan tekanan normal. Dalam air, boraks berubah

menjadi natrium hidroksida dan asam borat

2. Dari percobaan ini diperoleh hasil pengamatan yaitu sampel somay Mas Muji

menghasilkan warna nyala api orange yang membuktikan bahwa somay Mas

Muji yang dianalisis negatif (-) atau tidak mengandung boraks.

B. Saran

1. Asisten

Diharapkan kepada asisten kalau menjelaskan tentang materi percobaan jangan

terlalu cepat.

2. Praktikan

Diharapkan kepada praktikan agar hadir tepat waktu pada saat praktek akan

berlangsung agar tidak menunggu terlalu lama dan lebih memperhatikan asisten

ketika menjelaskan.
DAFTAR PUSTAKA

Avinda, Deviana. 2018. Kegunaan Boraks Dalam Bidang Farmasi. Academia.edu

Departemen Kesehatan RI. 1988. Peraturan mentri Kesehatan RI


No.722/Menkes/Per/IX/1988, tentang Bahan Tambahan Makanan. Depkes RI : Jakarta.

Ningrum Wayus. 2013. Bahan Tambahan Makanan. Universitas Muhamadiyah Malang:


MALANG.

Dirjen POM. 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Depkes RI : Jakarta. Hal. 58, 706.

Mudzkirah Ida. 2016. IDENTIFIKASI PENGGUNAAN ZAT PENGAWET BORAKS DAN


FORMALIN PADA MAKANAN JAJANAN DI KANTIN UN ALAUDDIN MAKASAR. UN
Alauddin: MAKASAR.

Rahmawati Fitri. Pengawet Makanan dan Permasalahannya. Universitas Negeri


Yogyakarta: YOGYAKARTA

Tim Dosen. 2018. Penuntum Praktikum "Analisis Bahan Makanan dan Kosmetik. STIFA
Pelita Mas: PALU
DOKUMENTASI
NO. GAMBAR KETERANGAN
1.

Proses penimbangan sampel somay

2.

Penambahan H2SO4 pekat sebanyak


10 tetes

3.

Penambahan metanol 2 mL

4.

Proses pembakaran

Anda mungkin juga menyukai