makanan bagi manusia dan hewan. Bahan makanan tersebut berupa metabolit primer dan
sekunder. Metabolit primer berfungsi untuk kelangsungan hidup sedangkan metabolit sekunder
berfungsi sebagai pertahanan diri dari organisme penggangu yaitu dengan memproduksi zat
racun. Zat racun ini banyak digunakan manusia sebagai bahan obat-obatan.
Senyawa metabolit sekunder yang terkandung dalam tumbuhan berkhasiat bagi kesehatan dan
dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh berbagai macam penyakit (Dalimarta, 2000). Bagian-
bagian tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat adalah daun, buah, biji, bunga, akar,
rimpang, batang (kulit) dan getah (resin) (Dalimartha, 2008). Ada dua cara membuat ramuan
obat dari tumbuhan yaitu dengan cara direbus dan ditumbuk (diperas). Sementara itu,
penggunaan ramuan obat ada tiga cara yaitu diminum, ditempelkan, atau dibasuhkan dengan air
pencuci. Penggunaan dengan cara diminum biasanya untuk pengobatan organ tubuh bagian
dalam, sedangkan dua cara lainnya untuk pengobatan tubuh bagian luar (Kusuma dan Zakky,
2005).
Potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan kebun sangatlah besar.
Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai
bahan baku obat, antara lain untuk antikuman, demam, pelancar air seni, antidiare, antimalaria,
antitekanan darah tinggi, sariawan, antidiabetes, antikanker dan anti cacing atau antelmintik.
Tumbuhan yang memiliki aktivitas antelmintik umumnya mengandung senyawa metabolit sekunder
Pemanfaatan tumbuhan sebagai obat didasarkan pada pengalaman sehari-hari masyarakat di suatu
tempat, karena itu perbedaan lokasi dapat menyebabkan perbedaan jenis yang dimanfaatkan
meskipun pada suku yang sama. Hal ini 6
terkait dengan ketersediaan jenis tumbuhan obat di alam dan pengetahuan yang dimiliki. Beberapa
tahun yang lalu, misalnya, jenis tumbuhan akar kuning digunakan oleh suku tertentu, namun
kemudian tidak digunakan lagi karena sudah sulit ditemukan di alam (Hidayat, 2005; Noorcahyati,
2012).
Potensi khasiat obat dari tumbuhan tingkat tinggi yang ada di hutan dan kebun sangatlah besar.
Industri obat tradisional dan fitofarmaka telah memanfaatkan berbagai jenis tumbuhan sebagai bahan
baku obat, antara lain untuk antikuman, demam, pelancar air seni, antidiare, antimalaria, antitekanan
darah tinggi, sariawan, antidiabetes, antikanker dan anti cacing atau antelmintik. Indonesia memiliki
sekitar 370 etnis yang hidup di dalam atau di sekitar kawasan hutan. Mereka umumnya memiliki
pengetahuan tradisional dalam penggunaan tumbuhan berkhasiat obat untuk mengobati penyakit
tertentu. Pengetahuan tradisional tentang tumbuhan obat ini merupakan dasar pengembangan obat
fitofarmaka atau obat modern (Supriadi, 2001).
Menurut Asvira (2012), terdapat beberapa kelebihan yang dimiliki oleh tumbuhan obat atau obat
herbal dalam penyembuhan penyakit diantaranya yaitu:
1) Tidak Menimbulkan Efek Samping
2) Bebas Racun
Tumbuhan obat memiliki kelebihan dimana dalam satu jenis tumbuhan dapat memeliki banyak
khasiat. Seperti jintan hitam atau yang lebih terkenal dengan sebutan habbatussauda yang dapat
menyembuhkan asam urat, migren, diabetes, hepatitis, bahkan kanker. Contoh lain, bawang putih
yang bersifat antivirus serta mampu menguatkan jantung dan menurunkan kolesterol.