Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara? Apa itu negara? Pada dasarnya negara adalah sebuah organisasi. Seperti
layaknya sebuah organisasi, negara memiliki anggota, tujuan dan peraturan. Anggota negara
adalah warganya, tujuan negara biasanya tercantum dalam pembukaan konstitusinya (undang-
undang dasar), sedang peraturannya dikenal sebagai hukum. Bedanya dengan organisasi yang
lain, negara berkuasa di atas individu-individu dan di atas organisasi-organisasi pada suatu
wilayah tertentu.

Keberadaan negara, seperti organisasi secara umum, adalah untuk memudahkan


anggotanya (rakyat) mencapai tujuan bersama atau cita-citanya. Dalam bentuk modern negara
terkait erat dengan keinginan rakyat untuk mencapai kesejahteraan bersama dengan cara-cara
yang demokratis. Bentuk paling kongkrit pertemuan negara dengan rakyat adalah pelayanan
publik, yakni pelayanan yang diberikan negara pada rakyat. Terutama sesungguhnya adalah
bagaimana negara memberi pelayanan kepada rakyat secara keseluruhan, fungsi pelayanan
paling dasar adalah pemberian rasa aman. Negara menjalankan fungsi pelayanan keamanan bagi
seluruh rakyat bila semua rakyat merasa bahwa tidak ada ancaman dalam kehidupannya. Dalam
perkembangannya banyak negara memiliki kerajang layanan yang berbeda bagi warganya.

Peraturan negara berhak mengatur seluruh individu dan organisasi yang ada pada suatu
wilayah tertentu, sedangkan peraturan organisasi hanya berhak mengatur pihak-pihak yang
menjadi anggotanya saja. Peraturan negara bersifat memaksa, bila ada yang tidak mematuhinya,
negara mempunyai hak untuk memberikan sanksi, dari sanksi yang bersifat lunak (denda) sampai
sanksi yang bersifat kekerasan (hukum bunuh misalnya).

Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent. Syarat primer sebuah negara
adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki pemerintahan yang berdaulat.
Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari negara lain.

Negara adalah pengorganisasian masyarakat yang mempunyai rakyat dalam suatu


wilayah tersebut, dengan sejumlah orang yang menerima keberadaan organisasi ini. Syarat lain
keberadaan negara adalah adanya suatu wilayah tertentu tempat negara itu berada. Hal lain
adalah apa yang disebut sebagai kedaulatan, yakni bahwa negara diakui oleh warganya sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi atas diri mereka pada wilayah tempat negara itu berada.

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian negara
2. Unsur-unsur terbentuknya negara
3. Asal mula terjadinya negara
4. Sifat-sifat negara
5. Tujuan dan fungsi negara
6. Bentuk-bentuk negara
7. Negara Indonesia

1.3 Tujuan Makalah


1. Mengetahui pengertian negara
2. Mengetahui unsur-unsur terbentuknya negara
3. Mengetahui asal mula terjadinya negara
4. Mengetahui sifat-sifat negara
5. Mengetahui tujuan dan fungsi negara
6. Mengetahui bentuk-bentuk negara
7. Mengetahui negara Indonesia

1.4 Manfaat Makalah


1. Dapat mengetahui pengertian Negara
2. Dapat mengetahui unsur-unsur terbentuknya Negara
3. Dapat mengetahui asal mula terjadinya Negara
4. Dapat mengetahui sifat-sifat Negara
5. Dapat mengetahui tujuan dan fungsi Negara
6. Dapat mengetahui bentuk-bentuk Negara
7. Dapat mengetahui negara Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Negara

Pengertian negara jika ditinjau secara etimologi, “negara” dalam bahasa inggris (state),
belanda (Staat), prancis (L,etat), jerman (De’staat), dan bahasa yunani (Status dan statum). Status
atau statum menurut bahasa yunani diartikan yaitu : menempatkan dalam keadaan berdiri atau
menempatkan dalam posisi berdiri, status atau statum dalam bahasa yunani atau latin merupakan
istilah abstrak yang menunjukkan keadaan tetap dan tegak.
Sedangkan secara histori, pengertian negara senantiasa berkembang sesuai dengan
kondisi masyarakat pada saat itu. Pada zaman Yunani kuno para ahli filsafat Negara,
merumuskan pengertian negara secara beragam. Aristoteles yang hidup pada tahun 384-322
S.M., merumuskan negara dalam bukunya Politic, yang disebutnya sebagai negara polis, yang
pada saat itu masih dipahami negara merupakan suatu wilayah yang kecil.
Dalam pengertian itu negara disebut sebagai negara hukum, yang didalamnya terdapat
sejumlah warga negara yang ikut dalam permusyawaratan (ecclesia). Oleh karna itu menurut
Aristoteles keadilan merupakan syarat mutlak bagi terselenggaranya negara yang baik, demi
terwujudnya cita-cita seluruh warga.
Pengertian Negara menurut para ahli:
1. Pengertian negara dikembangkan oleh Agustinus. Ia membagi negara dalam dua
pengertian yaitu Civitas Dei yang artinya negara Tuhan, dan Civitas Terrena atau Civitas
Diaboli yang artinya duniawi (Kusnardi, Dalam Kaelan, 2007).
2. Nicollo Machiavelli (1469-1527), merumuskan negara sebagai negara kekuasaan, dalam
bukunya IL Principle, dalam sebuah negara, raja sebagai pemegang kekuasaan. namun
pada kenyataannya raja menghalalkan segala cara untuk mencapai suatu tujuan sehingga
muncullah berbagai pelaksanaan kekuasaan negara yang otoriter, yang jauh dari nilai-
nilai moral.
3. Thomas Hobbes (1588-1679), Jhon Locke (1632-1704) dan Rousseau (1712-1778).
mengartikan negara sebagai suatu badan atau organisasi hasil perjanjian masyarakat
secara bersama. Menurut mereka, manusia sejak dilahirkan telah membawa hak-hak
asasinya seperti hak untuk hidup, hak milik serta hak kemerdekaan. Dalam keadaan
alamiah sebelum terbentuknya negara, hak-hak tersebut belum ada yang dapat menjamin
perlindungannya, sehingga akan mudah untuk dilanggar oleh seseorang atau kelompok
tertentu. Oleh kerena itu perlulah dibentuknya sebuah negara dalam suatu wilayah
masyarakat.
Jadi Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik,
militer, ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah
tersebut. Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang
berlaku bagi semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.

2.2 Unsur-unsur Terbentuknya Negara


Suatu organisasi tentunya ada syarat-syaratnya untuk berdiri atau didirikan, demikian
pula halnya organisasi yang namanya Negara. Syarat-syarat pokok suatu negara disebut unsur
konstitutif. Unsur-unsur konsitutif suatu negara merdeka adalah; harus terpenuhi unsur-unsur
berikut yaitu : adanya wilayah, adanya rakyat, adanya pemerintahan yang berdaulat, dan adanya
pengakuan negara lain atau internasional. Adapun pengakuan dari negara lain tersebut
merupakan unsur deklaratif. Unsur deklaratif merupakan unsur pelengkap namun sangat penting,
karena pengakuan tersebut dapat menjadi jaminan keberlangsungan hidup suatu negara dalam
tatanan hubungan internasional.
1. Wilayah
Wilayah negara adalah wilayah yang menunjukkan batas-batas dimana negara yang
bersangkutan dapat melaksanakan kedaulatannya. Wilayah suatu negara dibagi menjadi tiga
yaitu : wilayah darat, wilayah laut dan wilayah udara.
2. Rakyat
Rakyat suatu negara ialah semua orang yang berada di wilayah suatu negara dan tunduk
pada kekuasaan dari negara tersebut. Rakyat suatu negara dapat dibedakan atas dua golongan
yaitu penduduk dan bukan penduduk.
Penduduk adalah mereka yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu yang ditetapkan
oleh peraturan negara yang bersangkutan, sehingga orang itu diperkenankan mempunyai tempat
tinggal pokok (domisili) dalam suatu wilayah negara itu. Penduduk dibedakan atas warga negara
dan bukan warga negara.
a. Warga negara adalah mereka yang berdasarkan hukum merupakan anggota dari suatu
negara, serta mempunyai hak dan kewajiban yang diatur dalam peraturan atau
undang-undang yang berlaku dalam negara tersebut.
b. Bukan warga negara adalah warga negara asing yang berada di wilayah suatu negara
untuk sementara waktu dan tidak bermaksud bertempat tinggal di wilayah negara itu.
3. Pemerintah yang berdaulat
Menurut Gunadi S. Dipanoto dalam bukunya “Ilmu Negara” menyebutkan dua
pengertian pemerintahan, yaitu dalam pengertian sempit dan luas. Dalam arti sempit pemerintah
yang dimaksud hanyalah pelaksana perundang-undangan (eksekutif). Pemerintah dalam arti luas
adalah keseluruhan badan pengurus negara meliputi eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
Pemerintah mempunyai dua macam kedaulatan, yaitu kedaulatan kedalam dan kedaulatan
keluar. Pemerintah berdaulat kedalam berarti pemerintah mengatur negaranya sendiri agar ditaati
oleh rakyatnya dan dapat melaksanakan ketertiban hukum dalam negara, sehingga kesejahteraan
terjamin. Pemerintah berdaulat keluar berarti pemerintah berhak mengadakan hubungan dan
kerja sama dengan negara lain tanpa mencampuri urusan dalam negeri masing-masing negara.
4. Pengakuan dari Negara lain (Internasional)
Pengakuan dari negara lain bersifat deklaratif. Pengakuan atas terbentuknya suatu negara
terbagi menjadi dua yaitu :
a. Pengakuan de facto (Pengakuan berdasarkan kenyataan/fakta).
b. Pengakuan de jure (Pengakuan terhadap sahnya suatu negara menurut hukum
internasional).
Perbedaan antara pengakuan de facto dan pengankuan de jure adalah sebagai berikut.
a. Hanya negara atau pemerintah yang diakui secara de jure yang dapat mengajukan
klaim atas harta yang berada dalam wilayah negara yang mengakui.
b. Wakil dari negara yang diakui secara de facto secara hukum tidak memiliki kekebalan
dan hak istimewa diplomatik penuh.
c. Karena pengakuan defakto sifatnya sementara maka pengakuan ini dapat ditarik
kembali oleh negara yang memberikannya.
Apabila suatu negara berdaulat yang diakui secara de jure memberikan kemerdekan pada
suatu wilayah jajahan, maka negara yang baru merdeka tersebut harus diakui secara de jure.
2.3 Asal Mula Terjadinya Negara
Teori tentang asal mula atau teori terbentuknya Negara dapat dilihat dari dua segi, yakni :
(1) teori yang bersifat spekulatif, dan (2) teori yang bersifat evolusi.

1. Teori yang Bersifat Spekulatif


Teori yang bersifat spekulatif, meliputi antara lain : teori teokratis, teori perjanjian
masyarakat, dan teori kekuatan/ kekuasaan.
a. Teori Teokrasi (ketuhanan)
Menurut teori ketuhanan, segala sesuatu di dunia ini adanya atas kehendak
ALLOHU Subhanahu Wata’ala, sehingga negara pada hakekatnya ada atas kehendak
ALLOH. Penganut teori ini adalah Fiedrich Julius Stah, yang menyatakan bahwa
negara tumbuh secara berangsur-angsur melalui proses bertahap mulai dari keluarga
menjadi bangsa dan negara.
b. Teori perjanjian masyarakat.
Dalam teori ini tampi tiga tokoh yang paling terkenal, yaitu Thomas Hobbes, John
Locke dan J.J. Rousseau. Menurut teori ini negara itu timbul karena perjanjian yang
dibuat antara orang-orang yang tadinya hidup bebas merdeka, terlepas satu sama lain
tanpa ikatan kenegaraan. Perjanjian ini diadakan agar kepentingan bersama dapat
terpelihara dan terjamin, supaya ”orang yang satu tidak merupakan binatang buas bagi
orang lain” (homo homini lupus, menurut Hobbes). Perjanjian itu disebut perjanjian
masyarakat (contract social menurut ajaran Rousseau). Dapat pula terjadi suatu
perjanjian antara daerah jajahan, misalnya : Kemerdekaan Filipina pada tahun 1946
dan India pada tahun 1947.
c. Teori kekuasaan/ kekuatan.
Menurut teori kekuasaan/kekuatan, terbentuknya negara didasarkan atas
kekuasaan/kekuatan, misalnya melalui pendudukan dan penaklukan. Ditinjau dari teori
kekuatan, munculnya negara yang pertama kali, atau bermula dari adanya beberapa
kelompok dalam suatu suku yang masing-masing dipimpin oleh kepala suku (datuk).
Kemudian berbagai kelompok tersebut hidup dalam suatu persaingan untuk
memperebutkan lahan/wilayah, sumber tempat mereka mendapatkan makanan. Akibat
lebih jauh mereka kemudian berusaha untuk bisa mengalahkan kelompok saingannya.
Adagium thomas Hobbes yang menyatakan ”Bellum Omnium Contra Omnes” semua
berperang melawan semua, kiranya tepat sekali untuk memotret kondisi mereka dalam
persaingan untuk memperebutkan sesuatu. Kelompok yang terkalahkan kemudian
harus tunduk serta wilayah yang dimilikinya diduduki dan dikuasai oleh sang
penakluk, dan demikian seterusnya.
2. Teori yang Bersifat Evolusi
Teori yang evolusi atau teori historis ini merupakan teori yang menyatakan bahwa
lembaga – lembaga sosial tidak dibuat, tetapi tumbuh secara evolusioner sesuai dengan
kebutuhan – kebutuhan manusia. Sebagai lembaga sosial yang diperuntukkan guna memenuhi
kebutuhan – kebutuhan manusia, maka lembaga – lembaga itu tidak luput dari pengaruh tempat,
waktu, dan tuntutan – tuntutan zaman. Menurut teori yang bersifat evolusi ini terjadinya negara
adalah secara historis-sosio (dari keluarga menjadi negara).
Termasuk dalam teori ini yang bersifat evolusi ini antara lain teori hukum alam.
Berdasarkan teori hukum alam ini, negara terjadi secara alamiah.

2.4 Sifat Negara


1. Sifat Monopoli
Sifat monopoli monopoli berasal dari kata ³mono´ yang artinya satu dan ³poli´ yang
artinya penguasa, jika sifat monopoli dikaitkan dengan Negara adalah suatu hak tunggal yang
dilakukan oleh negara untuk berbuat atau menguasai sesuatu untuk kepentingan dan tujuan
bersama. Negara mempunyai monopoli dalam menetapkan tujuan bersama dalam kehidupan
bermasyarakat. Dalam hal ini Negara dapat menyatakan bahwa suatu aliran kepercayaan atau
aliran politik tertentu dilarang hidup dan disebarkluaskan, oleh karena dianggap bertentangan
dengan tujuan masyarakat dan dapat membahayakan posisi suatu kekuasaan. Misalnya,
Pemerintah mencanangkan Indonesia Sehat 2010. Itu berarti Warga Negara Indonesia harus
berpartisipasi agar tercapai.
2. Sifat memaksa
Sifat memaksa artinya bahwa negara mempunyai kekuatan fisik secara legal agar tercapai
ketertiban dalam masyarakat dan mencegah timbulnya anarkhi. Dengan ditaatinya peraturan
perundang-undangan, penertiban dalam kehidupan bermasyarakat dapat tercapai serta dapat pula
mencegah timbulnya anarki. Saran dalam pencapaian hal tersebut tidak luput dari kinerja polisi,
tentara yang bertugas menjaga pertahan dan keamanan serta alat penjamin hukum lainnya.
Organisasi dan asosiasi yang lain dari Negara juga mempunyai aturan-aturan yang mengikat,
akan tetapi aturan-aturan yang dikelurkan oleh Negara lebih mengikat penduduknya.
Dalam masyarakat yang bersifat homogen dan ada consensus nasional yang kuat
mengenai tujuan-tujuan bersama, biasanya sifat paksaan itu tidak begitu menonjol, akan tetapi di
Negara-negara baru yang kebanyakan belum homogen dan konsensus nasionalnya kurang kuat,
sering kalli sifat paksaan ini akan lebih tampak. Dalam hal iinegara demokratis tetap disadari
bahwa paksaan hendaknya dipakai seminimal mungkin dan sedapat-dapatnya dipakai persuasi
(menyakinkan). Lagi pula pemakaian paksaan secara ketat, selain memerlukan organisasi yang
ketat, juga memerlukan biaya yang tinggi Contoh sifat memaksa antara lain adalah setiap warga
wajib membayar pajak, menaati peraturan lalu lintas serta peraturan hukum lainnya. Jika mereka
melanggar hokum dan ketentuan Negara, maka aparat Negara (polisi dan kejaksaan) dapat
memaksa warga Negara untuk tunduk pada hukum, baik dengan memberikan sanksi pidana
maupun kurungan ataupun penjara.
3. Sifat Mencakup Semua
Sifat untuk semua berarti semua peraturan perundang-undangan yang berlaku (misalnya
keharusan membayar pajak) adalah untuk semua orang tanpa kecuali. Keadaan demiian memang
perlu, sebab kalu seseorang dibiarkan berada di luar lingkup aktivitas Negara, maka usaha
Negara kea rah tercapainya masyarakat yang dicita-citakan akan gagal, atau dapat menganggu
cita-cita yang telah tercapai. Lagi pula, menjadi warga negar tidak berdasarkan kemauan sendiri
(involuntary) dan hal ini berbeda dengan asosiasi di mana keanggotaan sukarela. Misalnya,
dalam Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 berisi tentang kebebasan memilih agama. Hal itu berarti,
semua Warga Negara Indonesia berhak memilih agama dan kepercayaannya masing-masing
tanpa adanya paksaan.

2.5 Tujuan dan Fungsi Negara


1. Tujuan Negara
Setiap negara seperti halnya organisasi atau lembaga, pasti memiliki tujuan tertentu.
Tujuan negara Indonesian menurut pembukaan UUD 1945 alenia ke 4 adalah

a. Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia,


b. Memajukan kesejahteraan umum,
c. Menceraskan kehidupan bangsa,dan
d. Ikut serta melaksanakan ketertiban dunia yang berdsarkan kemerdekaan,perdamaian
abadi dan keadilan sosial.
2. Fungsi negara
Negara sebagai lembaga pemerintahan yang berdaulat dalam rangka mewujudkan tujuan
negara tidak berfungsi untuk memenuhi kepentingan –kepentingan individu atau kelompok dan
golongan tertentu,melainkan untuk mengutamakan kepentingan umum.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut negara memiliki fungsi sebagai berikut
a. Fungsi pertahanan, yaitu mempunyai kemampuan menangulagi timbul nya serangan
dan ancaman baik dari dalam maupun dari luar dgan cara membentuk alat negara yang
tangguh demi tetap tegag nya negara.
b. Fungsi keamanan dan ketertiban, yaitu menciptakan suasana yang aman dan tentram
demi keserasian dan kehrmonisan hidup ber negara bagi warga negara nya.
c. Fungsi kesejahteraan dan kemakmuran, yaitu dengan menyelengarakn pembangunan
demi terwujud nya masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera di segala bidang.
d. Fungsi ke adilan, yaitu dengan membentuk badan-badan peradilan dan penega hukum
yang dapat menjamin dan melindungi kepentingan masyarakat.
Sejak bangsa Indonesia merdeka tahun 19945, negara kita belum dapat melaksanakan
fungsi pertaha nan dan ke amanan dengan baik sampai tahun 1966.
3. Pelaksanan fungsi negara untuk mencapai tujuan negara
Agar negara dapat berfungsi untuk kepentingan umum, sebagai mana di tetap kan dalam
pasal 1ayat (2) UUD 1945, kedulatan berada di tangan rakyat dan di laksanakan menurut UUD.
Pasal 33 dan 34 UUD 1945 merupakan ketentuan yang menjadi dasar pemerintah dalam
menjalankan fungsinya untuk memajukan kesejahteraan umum. Presiden sebagai kepala negara
memegang kekuasaan pemerintahan tertingi menurut UUD.
Dalam bidang pendidikan dan kebudayaan sesuai dengan fungsi negara dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa sebagai mana di sebut dalam pasal 31 ayat (2) ,pemerintah
wajib membiayai pendidikan dasar. Pasal 31 ayat (3) menegakan bahwa pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan serta akhlak yang mulia. Sementara dalam ayat 4 nya negara
memperiotaskan anggaran pendidikan srkurang-kurang nya 20% dari APBN dan APBD.
Pelaksanaan fungsi tersebut merupakan salah satu upaya untuk mencapai tujuan negara, yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Selain itu, negara juga harus menjalan kan fungsi nya dengan
menyiapkan aparat penega hukum sepeti polisi, jaksa, pengacara, dan hakim. Pelaksanan fungsi
tersebut sekaligus merupakan upaya untuk mencapai tujuan negara.

2.6 Bentuk Negara


Menurut teori-teori modern sekarang ini, bentuk negara yang terpenting ialah negara
Kesatuan (Unitarisme) dan negara Serikat (Federasi).

1. Negara Kesatuan
Negara kesatuan ialah suatu negara yang merdeka dan berdaulat, diseluruh negara
yang berkuasa hanya ada satu pemerintahan (pusat) yang mengatur seluruh daerah.
Negara kesatuan dapat juga berbentuk:
a. Negara kesatuan dengan sistem sentralisasi yang segala sesuatu dalam negara itu
langsung diatur dan diurus oleh pemerintah pusat dan daerah-daerah tinggal
melaksanakannya.
b. Negara kesatuan dengan sistem desentralisasi, dimana kepala daerah diberikan
kesempatan dan kekuasaan untuk mengurus rumah tangganya sendiri (otonomi
daerah) yang dinamakan daerah Swatantra.

Dalam UUD 1945 Pasal 1 ayat (1), dinyatakan bahwa Negara Indonesia ialah
Negara Kesatuan, yang berbentuk Republik.

2. Negara Serikat (federasi)


Negara serikat ialah suatu negara yang merupakan gabungan dari beberapa negara,
yang menjadi negara-negara bagian dari negara Serikat itu. Negara-negara bagian itu
asal mulanya adalah suatu negara yang merdeka dan berdaulat serta berdiri sendiri.
Dengan menggabungkan diri dalam suatu negara Serikat, maka negara yang tadinya
berdiri sendiri itu sekarang menjadi negara bagian, melepaskan sebagian kekuasaan dan
menyerahkannya kepada negara Serikat itu.
Kekuasaan yang diserahkan itu disebutkan satu demi satu (limitatif), hanya kekuasaan
yang disebutkan itu yang diserahkan kepada negara Serikat (delegated powers).
Kekuasaan asli ada pada negara bagian. Negara bagian berhubungan langsung dengan
rakyatnya. Kekuasaan negara Serikat adalah kekuasaan yang diterimanya dari negara
bagian. Biasanya yang diserahkan negara-negara bagian kepada negara Serikat ialah hal-
hal yang berhubungan dengan hubungan luar negeri, pertahanan negara, keuangan dan
urusan pos.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Negara adalah suatu wilayah di permukaan bumi yang kekuasaannya baik politik, militer,
ekonomi, sosial maupun budayanya diatur oleh pemerintahan yang berada di wilayah tersebut.
Negara juga merupakan suatu wilayah yang memiliki suatu sistem atau aturan yang berlaku bagi
semua individu di wilayah tersebut, dan berdiri secara independent.
Syarat primer sebuah negara adalah memiliki rakyat, memiliki wilayah, dan memiliki
pemerintahan yang berdaulat. Sedangkan syarat sekundernya adalah mendapat pengakuan dari
negara lain.

3.2 Saran
Negara merupakan sebuah organisasi yang besar serta memiliki sistem pemerintahan
didalamnya. Apapun bentuk negara yang dianut oleh sebuah negara, selaku warga negara
harusnya saling mematuhi peraturan yang dianut oleh negara maupun yang memerintah negara
tersebut. Kebijaksaan yang dilakukan oleh pemeritah adalah hal yang pasti memiliki kebaikan
untuk negara tersebut, hanya saja bagaimana rakyat dalam suatu negara mematuhi kebijaksanaan
tersebut. Rakyat juga memiliki peran dalam membuat suatu negara menjadi negara yang besar
dan negara yang maju.
DAFTAR PUSTAKA

Abdulkarim, Aim. 2008. LKS UNSUR Kenegaraan untuk umum. Bandung: Gema Ilmu.
Rofi, Aang Witarsa. 2007. Pemerintahan Kewarganegaraan untuk umum. Bogor: Regina.
Pirak, Abd. Mutallib Yacoeb. 2006. Pendidikan Kewarganegaraan (CIVIC
EDUCATION). Banda Aceh.
Huda, Ni’matul, Ilmu Negara. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2010
.

Anda mungkin juga menyukai