Anda di halaman 1dari 10

VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI

(Studi Kasus : Tsunami di Tasikmalaya)


VALIDATION ON INPUT DATA METHODE FOR MODELING TSUNAMI
(Cases Study : Tsunami in Tasikmalaya)

Wiko Setyonegoro1 dan Jimmi Nugraha1


1
Puslitbang BMKG : Jl. Angkasa I No.2 Kemayoran Jakarta Pusat, 10720, Indonesia
wikosetyonegoro@yahoo.com, jimmi.nugraha@gmail.com

ABSTRAK

Pembahasan pada jurnal ini merupakan pengembangan metode pemodelan tsunami difokuskan
pada input data dari software JISView yang menghasilkan output berupa parameter sumber
gempabumi, kemudian output tersebut dijadikan input pada pemodelan tsunami untuk dilihat
run-up tsunaminya pada beberapa titik pengamatan. Daerah pengamatan yang diambil disini
adalah gempabumi dan tsunami untuk Tasikmalaya 2 September 2009. Kemudian hasil run-up
tsunami dibeberapa titik pengamatan tersebut divalidasi dengan sumber input dari hasil
perhitungan yang dihasilkan oleh beberapa instansi lain di Indonesia, seperti BMKG dan USGS.
Hasilnya, Pada gempabumi Tasikmalaya, data input dari metode penentuan mekanisme sumber
gempabumi dengan JISView, BMKG dan USGS menghasilkan run-up tsunami yang tidak
berbeda secara signifikan. Untuk Tsunami Tasikmalaya pada titik acuan dititik M, yaitu daerah
Pameungpeuk metoda JISView memiliki run-up tsunami 0.22 m, sedangkan metoda
BMKG=0.28 dan USGS = 0.26.

Kata Kunci: tsunami, pemodelan, sesar

ABSTRACT

The discussion in this paper is the development of tsunami modeling method focused on data
input from JISView software that produces output in the form of earthquake source parameters,
then the output is used as input in the modeling of tsunami run-up to look at floor depth at some
points of observation. Regional observations taken here is that earthquakes and tsunamis to
Tasikmalaya 2 September 2009. Then the results of the tsunami run-up in some point of
observation is validated with the input of the calculation results produced by some other
agencies in Indonesia, such as BMKG and USGS. As a result, for the Tasikmalaya earthquake,
the input data of the method of determination of the earthquake source mechanism JISView,
BMKG and USGS produced tsunami run-up did not differ significantly. To Tsunami Tasikmalaya
at a reference point in the point M, which is the area Pameungpeuk, the method has JISView
tsunami run-up 0.22 m, while the method USGS = 0.28 and BMKG = 0.26.

Keywords: tsunami, modeling, fault

1. PENDAHULUAN beberapa kejadian tsunami. Hal ini dijelaskan


oleh kondisi tektonik wilayah Indonesia yang
Kepulauan di Indonesia merupakan wilayah mendapat tekanan lempeng Eurasia dari
dengan kondisi tektonik aktif yang seringkali arah utara dan tekanan lempeng Australia
menimbulkan bencana gempabumi dengan dari arah selatan, ditambah dengan

VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI


Wiko Setyonegoro, Jimmi Nugraha

106
ISSN 0215-1952

pergerakan lempeng pasifik dari arah timur


(gambar 1). Kejadian bencana gempabumi
dan tsunami seringkali menimbulkan korban
jiwa dan materi. 1)

Beberapa gempabumi yang telah


menimbulkan tsunami diantaranya adalah
gempabumi Aceh 26 Desember 2004,
gempabumi Pangandaran M 7,7 Skala
Richter tanggal 17 Juli 2006, gempabumi
Tasikmalaya dengan magnitudo 7,3 Skala
Richter pada tanggal 2 September 2009 dan
tsunami Mentawai 25 Oktober 2010. Gambar 2. Arah pergerakan lempeng tektonik
pada busur sunda (P. Sumatra
dan P. Jawa). 3)
Dengan beberapa contoh kejadian bencana
tersebut maka pengembangan model Manfaat dari pengembangan pada metoda
tsunami ini menjadi sangatlah penting input software tsunami L-2008 ini adalah
mengingat potensi tsunami di Indonesia untuk melihat tingkat akurasi sumber input
masih sangat besar. Pada kajian ini data. Dalam penelitian ini dititikberatkan
diharapkan dapat memberikan manfaat pada pada software JISView untuk mekanisme
bidang sistem data (database) dibidang fokus gempabumi. Dimana output parameter
geofisika dari software JISView untuk pada software tersebut dapat memberikan
mekanisme gempabumi dan pemodelan informasi yang cepat (kurang dari 5 menit)
tsunaminya. dan mendekati informasi parameter sumber
yang diberikan oleh sumber lain seperti
N BMKG dan USGS, diharapkan software
tersebut dapat berguna bagi keperluan
operasional BMKG.

Evolusi tektonik pada busur sunda (P.


Sumatra dan P. Jawa) sebelum Jaman
Neogen dicirikan oleh pemekaran tektonik
W E (rifting tectonic) yang diikuti oleh terjadinya
$ tumbukan, amalgamasi, dan akrasi yang
lebih lanjut mengakibatkan terbentuknya
pegunungan, perlipatan, dan pensesaran
(Simanjuntak, 2004). Tersingkapnya batuan
bancuh (melange) di Sumatera Utara dan
S
Sumatera Barat yang berumur Kapur
1)
menunjukkan terdapatnya sistem
Gambar 1. Tatanan tektonik di Indonesia. penunjaman yang berhubungan dengan
komplek akrasi (Asikin, 1974; Simanjuntak,
Tujuan dari penelitian ini adalah Memvalidasi 1980; Sukamto, 1986; Wajzer dkk, 1991
output dari software JISView yang berupa dalam Simandjuntak, 2004). (gambar 2)2)
parameter sumber gempabumi dengan
parameter sumber yang dikeluarkan oleh
BMKG, GFZ dan USGS, dimana proses
validasi dilakukan dengan membandingkan
run-up tsunami yang dihasilkan dari hasil
running software tsunami L-2008.
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Vol. 7 No. 2 JUNI 2011
107
1.1. Teori Dasar Propagasi Tsunami

Tsunami berasal dari bahasa Jepang, yang


terdiri dari 2 (dua) kata yaitu tsu =
pelabuhan, nami = gelombang ; Secara
harafiah berarti "ombak besar di pelabuhan"
adalah perpindahan badan air yang
disebabkan oleh perubahan dasar laut
secara vertikal dengan tiba-tiba. Perubahan
permukaan laut tersebut bisa disebabkan
Gambar 3. Distribusi Mekanisme Sumber oleh gempabumi yang berpusat di bawah
Gempabumi di Pulau Jawa dan laut, letusan gunung berapi bawah laut,
Sekitarnya Berdasarkan (Plot longsor bawah laut, atau hantaman meteor di
dengan GMT). 3)
laut. Gelombang tsunami dapat merambat ke
segala arah. Tenaga yang dikandung dalam
Pada Zaman Paleogen sistem penunjaman
gelombang tsunami adalah tetap terhadap
ini bergeser relatif ke arah barat dengan
fungsi ketinggian dan kelajuannya. Di laut
ditemukannya batuan bancuh di Pulau Nias,
dalam, gelombang tsunami dapat merambat
Pagai, dan Sipora yang terletak di sebelah
dengan kecepatan 500-1000 km per jam
barat Pulau Sumatera (Katili, 1973; Karig
setara dengan kecepatan pesawat terbang.
dkk., 1978; Hamilton, 1979; Djamal dkk.,
Ketinggian gelombang tsunami di laut dalam
1990; Andi-Mangga, 1991 dalam
hanya sekitar 1 meter.4)
Simandjuntak, 2004). Dalam istilah
geotektonik perubahan jalur batuan bancuh
Dengan demikian, laju gelombang tidak
yang berhubungan dengan komplek akrasi
terasa oleh kapal yang sedang berada di
dikenal dengan sebutan roll back. Orogenesa
tengah laut. Ketika mendekati pantai,
pada zaman Neogen di kawasan ini
kecepatan gelombang tsunami menurun
menghasilkan Pegunungan Bukit Barisan
hingga sekitar 30 km per jam, namun
dan penunjaman di sebelah barat pulau
ketinggiannya sudah meningkat hingga
Sumatera bersifat penunjaman miring
mencapai puluhan meter. Hantaman
berkisar 50o – 65° (oblique subduction),
gelombang Tsunami bisa masuk hingga
Sesar Sumatera serta kegiatan magmatisme.
3) puluhan kilometer dari bibir pantai.
Kerusakan dan korban jiwa yang terjadi
karena Tsunami bisa diakibatkan karena
Busur Sunda di Indonesia merupakan salah
hantaman air maupun material yang terbawa
satu kawasan yang terletak pada pinggiran
oleh aliran gelombang tsunami. Dampak
lempeng aktif (active plate margin) dunia
negatif yang diakibatkan tsunami adalah
yang dicerminkan tingginya frekuensi
merusak apa saja yang dilaluinya.
kejadian gempabumi di wilayah ini. Sebaran
Bangunan, tumbuh-tumbuhan, dan
gempabumi di wilayah ini tidak hanya
mengakibatkan korban jiwa manusia serta
bersumber dari aktivitas zona subduksi,
menyebabkan genangan, pencemaran air
tetapi juga dari sistem sesar aktif di
asin pada lahan pertanian, tanah, dan air
sepanjang Pulau Sumatera dan Jawa.
bersih. 4)
Berdasarkan data mekanisme sumber
gempabumi dari Harvard CMT, kegempaan
bersumber dari zona subduksi pada
umumnya memperlihatkan sesar naik,
sedangkan di darat memperlihatkan
mekanisme sesar mendatar (Gambar 3). 3)
VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI
Wiko Setyonegoro, Jimmi Nugraha

108
ISSN 0215-1952

1.2. Hubungan Amplitudo Gelombang 1. Perhitungan persamaan penjalaran


Run- Up dan Inundasi Tsunami gelombang tsunami dari sumber
gempabumi.
Propagasi gelombang tsunami akan memiliki 2. Mengkaitkan mekanisme sumber
puncak gelombang yang rendah di pusat gempabumi dengan potensi ketinggian
gangguan (dalam hal ini gempabumi) di tsunami di pantai.
tengah samudera, dan akan mengalami 3. Data Input parameter.
kenaikan amplitudo puncak gelombangnya 4. Metode JISView.
saat mencapai daratan. Hal ini disebabkan
penjalaran gelombang yang dipengaruhi oleh Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan
struktur batimetri dasar laut dari pusat validasi dari beberapa metode input data
gempabumi ke daratan.(gambar 4) 5) untuk memodelkan tsunami.

Dengan cara ini diharapkan dapat diketahui


lebih jauh tingkat akurasi dari beberapa
metode input pemodelan dalam tulisan ini.
Beberapa metode tersebut diantaranya
JISView, BMKG dan USGS. Untuk
melakukan perbandingan tersebut dilakukan
perhitungan penjalaran dan kecepatan
tsunami pada software (gambar 6). Untuk
Gambar 4. Propagasi Gelombang Tsunami panjang gelombang >> 50 m, percepatan
dari pusat gangguan sampai ke vertikal dapat diabaikan. Dan untuk tinggi
garis pantai. (Nakamura, M. 2006) gelombang << 50 m kedalaman, maka
5)
pengaruh nonlinier dapat diabaikan (gambar
7) 5).

Berikut adalah persamaan perambatan


gelombang tsunami yang dirumuskan oleh
gangguan yang berasal dari lantai samudera.
Gelombang massa air laut yang menjalar
dari koordinat tempat terjadinya gangguan
sampai ke garis pantai yang sangat
dipengaruhi oleh kondisi batimetri dasar
Gambar 5. Hubungan Ketinggian Gelombang samudera.
dan Ketinggian Run-Up Tsunami.
5)

Gelombang tsunami yang menjalar kearah


pantai akan mengalami kenaikan amplitudo
dan berbanding lurus dengan inundasi
gelombang dari garis pantai. Luasan
inundasi bergantung pada struktur topografi
daratan dekat pantai. (gambar 5) 5)

2. METODA PENELITIAN

Metode yang dilakukan dalam penelitian ini Gambar 6. Persamaan Penjalaran Gelombang
5)
adalah sebagai berikut : Tsunami Untuk Perairan Dalam

©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Vol. 7 No. 2 JUNI 2011
109
t : waktu
M,N : debit flux dalam arah x dan y

Gambar 7. Persamaan Penjalaran Gelombang


Tsunami Untuk Perairan
Dangkal.5) Persamaan 2. pesamaan hubungan momentum
masa gelombang air batimetri (2). 5)
2.1. Teori Perairan Dangkal
η : Deformasi Vertikal dari permukaan air
Berikut adalah pesamaan yang memberikan D : Total Kedalaman Air
hubungan antara momentum masa g : Percepatan Gravitasi
gelombang air batimetri di dasar samudera x,y : Koordinat Horizontal (axes)
terhadap ketinggian gelombang dari mean t : waktu
sea level. Untuk ketinggian gelombang (h1) M,N : debit flux dalam arah x dan y
<< kedalaman (h2), dimana kedalaman > 50 c : Koefisien bawah permukaan
m, Jika h1/ h 2 mendekati nol, maka
pengaruh nonlinear dapat diabaikan. 5) 2.2. Data Input Parameter

Ada beberapa metode input data yang


diperlukan untuk menjalankan software
tsunami L-2008 dalam memodelkan tsunami,
data tersebut diperoleh dengan cara
mengunduh melalui website Seperti NOAA
dan BMKG. Input data yang diperoleh dari
hasil output penentuan mekanisme sumber
gempabumi adalah sebagai berikut :
1. Data mekanisme sumber gempabumi
yang diperoleh dari output Software
Menjadi, Focal JISView untuk sumber
gempabumi.
2. Data Batimetri

Pada penelitian ini akan dipaparkan


mengenai gempabumi yang berpusat di
samudera dengan magnitudo > 7 SR dan
Persamaan 1. pesamaan hubungan momentum dalam kaitannya dengan potensi tsunami
masa gelombang air batimetri. yang ditimbulkannya. Dalam hal ini
mekanisme sumber gempabumi jelas
η : Deformasi Vertikal dari permukaan air memiliki perbedaan menurut beberapa
D : Total Kedalaman Air pemodelan tsunami yang akan dibahas
g : Percepatan Gravitasi dibawah ini. Untuk mendukung operasional,
x,y : Koordinat Horizontal (axes)
VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI
Wiko Setyonegoro, Jimmi Nugraha

110
ISSN 0215-1952

SOP yang disyaratkan untuk gempabumi menimbulkan tsunami, seperti pada kasus
yang berpotensi tsunami adalah : Gempa gempabumi Mentawai, kemudian dianalisa
berlokasi di laut dan magnitude > 7.0 SR, perbedaan mekanisme sumbernya dengan
sehingga dalam penelitian ini pembahasan kejadian gempabumi yang tidak
difokuskan pada gempabumi dengan potensi menghasilkan tsunami, seperti pada
tsunami. Adapun pengolahan data pada gempabumi Tasikmalaya. 9,10
penelitian ini akan dibandingkan hasil output
dari tsunami wilayah Tasikmalaya dan Prinsip yang mendasari pemodelan tsunami
Mentawai, sehingga dapat dianalisa input ini adalah menganalisa deformasi pada lantai
dari beberapa metoda penentuan parameter samudera (ocean bottom) dari gempabumi
sumber (JISView, BMKG dan CMT USGS). yang menimbulkan tsunami dan tidak
menimbulkan tsunami. Sehingga dapat
2.3. Output Software JISView Sebagai dipahami mekanisme tipe sumber gempa-
Input Pemodelan Tsunami gempa yang berpotensi tsunami. 8),9),10)

Pengembangan model tsunami pada Studi kasus uji validitas dalam tulisan ini
penelitian ini dititikberatkan pada difokuskan pada kejadian gempabumi
pengembangan format dari input data pada tektonik yang mengguncang Tasikmalaya
software, yaitu menggunakan output dari dan sekitarnya, berkekuatan 7,3 Skala
software JISView untuk mekanisme fokus Richter 2 September 2009 pukul 14:52.
gempabumi, kemudian dijalankan Gempa 7,3 skala richter (SR) yang berpusat
menggunakan Software Tsunami L-2008. di 142 kilometer barat daya Tasikmalaya itu
Output dari masing-masing metoda input setara dengan peristiwa gempa di
akan dimodelkan dan divalidasi akurasinya. Pangandaran yang mengakibatkan tsunami
9),10)
pada 17 Juli 2006 lalu, mekanisme sumber
gempabumi inilah yang akan dijadikan fokus
N dalam validasi metode input data dari
metode JISView, karena wilayah gempabumi
ini memiliki aktivitas seismik yang cukup
tinggi dari sejarah kegempaannya dimasa
lalu. (gambar 9) 6)

Gempabumi pada tanggal 2 September 2009


W E
merupakan gempabumi dengan tsunami.
$ Tsunami yang dihasilkan memang tidak
signifikan dan sulit dibedakan dengan
gelombang laut biasa, namun jaringan tide
gauge mendeteksi adanya perubahan tinggi
gelombang laut yang diakibatkan gempabumi
S
tersebut. 6
Gambar 9. Koordinat lokasi terjadinya
gempabumi Tasikmalaya 2 Stasiun yang digunakan untuk pemodelan
September. 6) mekanisme sumber gempabumi dari
gempabumi tersebut sebanyak 10 stasiun.
Input pemodelan tsunami tersebut diperoleh Berdasarkan analisa mekanisme sumber
dari output running Software Focal JISView gempabumi, nodal plane yang dipilih adalah
untuk mekanisme fokus gempa bumi. Dari nodal plane 2 dengan strike 174°, dip 72°
sejumlah lokasi penelitian disini, akan dan rake 73°. Meskipun tipe patahan
dibahas kejadian gempabumi yang gempabumi ini adalah patahan naik namun

©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Vol. 7 No. 2 JUNI 2011
111
tsunami yang dihasilkan kurang signifikan, Tabel 1. Data Mekanisme Sumber Gempabumi
disebabkan karena gerakan oblique patahan Tasikmalaya Tanggal 2 September
masih cukup dominan. Hal ini terlihat dari 2009
aktivitas seismik yang tinggi pada selatan
Jawa. (gambar 10)6)

Berikut merupakan output software JISView


dan merupakan metode input pada
pemodelan tsunami (gambar 2.5), juga
ditampilkan perbandingan hasil analisa
parameter sumber gempabumi dari JISView Data mekanisme sumber tersebut dijadikan
dan beberapa Institusi Internasional lainnya input pada pemodelan tsunami
seperti BMKG dan USGS CMT Global (table menggunakan software Tsunami L-2008.
1). Hasil keluaran pemodelan inilah yang akan
divalidasi tingkat akurasinya.

N 2.4. Data Batimetri

Untuk mendapatkan hasil simulasi yang baik


diperlukan data batimetri yang detail
setidaknya sama dengan daerah yang
dimodelkan. Data batimetri yang di pakai
dalam Tsunami L2008 adalah data Etopo2
yaitu peta batimetri yang dikeluarkan oleh
W E
British Oceanographic Data Centre (BODC).
$
Batas daerah model meliputi 98 0 – 1350 BT
dan 50 LS - 100 LS.7)

2.5. Software

S Software Tsunami L2008 merupakan


software yang dapat menganalisis
mekanisme sumber dari sesar saat
Gambar 10. Sejarah Kegempaan di wilayah terjadinya gempabumi, lalu dihubungkan
6)
Tasikmalaya.
dengan outputnya berupa run-up tsunami
pada garis pantai. Dari sekian banyak
software yang telah publish dan dikenal
seperti WINITDB, Tunami N-2, TTT, telah
dikembangkan software tsunami yang diberi
nama Tsunami L-2008 dan dipelopori oleh Dr.
Mamoru Nakamura dari Nagoya University
dan dikembangkan format outputnya oleh
Nguyen Anh Duong dari Institute of
Geophysics Vietnam. Melalui pemodelan
tsunami ini dikembangkan beberapa metoda
untuk penentuan parameter sumbernya
Gambar 11. Model Focal Mechanism
Gempabumi Tanggal 2 seperti ; USGS, BMKG, GFZ dan JISView
September 2009. untuk mekanisme sumber gempabumi. 8) ,9),10)

VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI


Wiko Setyonegoro, Jimmi Nugraha

112
ISSN 0215-1952

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Slip=1310, B. Posisi strike dari sesar Output


data BMKG dengan vertical displacement =
3.1. Mekanisme Sumber Gempabumi 0.167 m, asumsi tiap parameter input
mekanisme fokus gempabumi adalah sama,
pada gambar ini yang berubah adalah adalah
Hasil perbandingan data dari beberapa Strike= 340, Dip=410, Slip= 1120. C. Posisi
metoda penentuan sumber (mekanisme strike dari sesar Output data USGS dengan
fokus) gempabumi Tasikmalaya dengan vertical displacement = 0.166 m, asumsi tiap
parameter gempabumi ; Mw, Epicenter, parameter input mekanisme fokus gempabumi
Kedalaman (depth), Slip (D), Strike (0), Dip adalah sama, pada gambar ini yang berubah
(0) dan Slip (0) ditampilkan pada gambar 11, adalah adalah Strike= 540, Dip=460, Slip= 1120.
dimana parameter tersebut merupakan input
dari ketiga metoda penentuan sumber
gempabumi (JISView, BMKG dan CMT
USGS), untuk selanjutnya masing-masing Menit ke 13.20
parameter tersebut akan divalidasi. Pada
gempabumi tasikmalaya ini tsunami yang
ditimbulkan tidak merusak secara signifikan,
korban jiwa yang timbul diakibatkan oleh
kejadian gempabuminya bukan oleh
tsunaminya. Berikut pada gambar 11 input
dari ketiga metode (JISView, BMKG dan
CMT USGS). Posisi strike hampir sama
dengan arah sesar tidak menghadap
langsung ke garis pantai, dan tidak signifikan
searah dengan proses subduksi yang Menit ke 16.40
normalnya bergerak dari lempeng samudera
ke arah lempeng benua sehingga potensi
tsunami sangat minim terjadi.

Gambar 12. Run-Up Tsunami dengan


metode JISView.

Run-Up maksimum tsunami diambil di titik M


(Daerah “Pameungpeuk” koordinat : 7.61 LS
107.68 BT) = 0.22 m untuk Output data
JISView (gambar 12) , Run-Up maksimum
tsunami (Daerah “Pameungpeuk” koordinat :
7.61 LS 107.68 BT) = 0.28 m untuk Output
data BMKG dan Run-Up maksimum tsunami
di titik M (Daerah “Pameungpeuk” koordinat :
7.61 LS 107.68 BT) = 0.26 m untuk Output
Gambar 11.A. Posisi strike dari sesar Output
data JISView dengan vertical displacement = data USGS.
0.04 m, dengan MW = 7.0, Epicenter = -7.825
LS dan 107.396 BT, Kedalaman (depth) = 53.2
km, Slip (D) = 4 m Strike=380, Dip=230,
©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Vol. 7 No. 2 JUNI 2011
113
Output yang diperoleh dari metoda Untuk selanjutnya run-up dibeberapa
penginputan JISView memperlihatkan bahwa titik/lokasi wilayah sekitar Tasikmalaya dapat
runup tsunami pada garis pantai, dalam hal dilihat lengkap pada tabel 2.
ini diambil dititik M (Daerah “Pameungpeuk”
koordinat : 7.61 LS 107.68 BT) setinggi 0.22 Tabel 2. Table perbandingan run-up tsunami
m, sehingga jika diambil selisih perbedaan dari ketiga metode penentuan
antar vertical displacement data JISView mekanisme fokus
dan data CMT USGS = 0.12 tidak signifikan gempabumi.(JISView, BMKG dan
CMT USGS) di daerah Tasikmalaya.
menunjukkan perbedaan pada run-Up
tsunaminya (gambar 13).

Menit ke 03.20

4. KESIMPULAN

Pada gempabumi Tasikmalaya, data input


dari metode penentuan mekanisme sumber
gempabumi dengan JISView, BMKG dan
CMT USGS menghasilkan run-up tsunami
yang tidak berbeda secara signifikan. Untuk
Menit ke 13.20 Tsunami Tasikmalaya pada titik acuan dititik
M, yaitu daerah Pameungpeuk) metoda
JISView memiliki run-up tsunami 0.22 m.
Sedangkan metoda BMKG=0.28 dan CMT
USGS = 0.26

Pada gempabumi Mentawai, data input dari


metode penentuan mekanisme sumber
gempabumi dengan JISView, BMKG dan
CMT USGS menghasilkan deformasi vertikal
yang rendah (1.53 m) dibandingkan input
Menit ke 16.40
dari metode BMKG =2.37m dan CMT
USGS=1.87m, akan tetapi masih
menunjukkan nilai run-up tsunami yang tidak
berbeda secara signifikan pada titik acuan
pada titik K yaitu daerah Purorougat, untuk
metode JISView=3.9 m, metode BMKG=4.8
m dan untuk CMT USGS=4.6 m

5. DAFTAR PUSTAKA

Gambar 13. Run-Up Tsunami dengan metode 1)


Bock, L. Y. and Prawirodirdjo, J. F.2003.
CMT USGS Crustal motion in Indonesia from Global
Positioning System measurements.
Journal of Geophysical Research, Vol.

VALIDASI METODE INPUT DATA UNTUK PEMODELAN TSUNAMI


Wiko Setyonegoro, Jimmi Nugraha

114
ISSN 0215-1952

108, No. B8, 2367, Meteorologi dan Geofisika BMKG,


doi:10.1029/2001JB000324, 2003. Vol.12.No.1, Hal : 21 -32, Mei 2011.
2)
Simandjuntak, T. O., 2004. Tektonika.
Publikasi Khusus, Pusat Penelitian dan
Pengembangan Geologi, 216 p.
3)
Lasitha, S., Radhakrishna, M., Sanu, T. D.,
2006. Seismically Active Deformation In
The Sumatera – Java Trench Arc
Region : Geodynamic Implications.
Current Science, 90 (5), pp. 690 – 696.
4)
Dudley, Walter C. & Lee, Min, “Tsunami”.
ISBN 0-8248-1125-9. 1988.
5)
Nakamura, M. 2006. Source fault model of
the 1771 Yaeyama Tsunami- Southern
Ryukyu island Japan Inferred from
Numerical Simulation, Pure Appl.
Geophys., 163, 41-54.
6)
Java earthquake. (2011).
(http://earthquake.usgs.gov/earthquake
s/recenteqsww/Quakes/us2009lbat.php,
diakses 5 Februari 2012.
7)
National Geophysical Data Center ,
GEODAS Grid Translator. (2009).
(http://www.ngdc.noaa.gov/mgg/gdas/g
d_designagrid.html. NOAA, diakses 8
Augustus 2009).
8)
Wells,D.L. & Coppersmith, K.J. 1994. New
Empirical Relationships among
Magnitude, Rupture Length, Rupture
Width, Rupture Area, and Surface
Displacement. Bulletin of the
Seismological Society of America, 84(4).
1994.
9)
Hanks, Thomas C.; Kanamori, Hiroo.
"Moment Magnitude Scale". Journal of
Geophysical Research 84 (B5): 2348–
2350. Retrieved October 2007.
10)
Setyonegoro, W. (2011). Tsunami
Numerical Simulation Applied to
Tsunami Early Warning System, Jurnal

©BULETIN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA


Vol. 7 No. 2 JUNI 2011
115

Anda mungkin juga menyukai