PROPOSAL TESIS
Disusun Untuk Menyelesaikan Tugas Akhir
Program Pascasarjana
Prodi Magister Pendidikan Agama Islam
Oleh:
A. LATAR BELAKANG
Hal ini ditunjukkan dari berbagai macam bahasa, mata pencaharian, agama,
ada di Indonesia terbentuk karena adanya interaksi antar suku yang ada.
budaya yang ada akan menjadi jalan untuk mengetahui jati diri bangsa ini yang
sebenarnya. Dengan mengetahui jati diri sebenarnya bangsa ini, maka bangsa
ini bisa menjadi bangsa yang kuat dan mampu bersaing dengan bangsa lain.
disebabkan karena adanya keragaman budaya dan Suku bangsa. Suatu daerah
seperti tarik tambang, engklek, jetengan, gobag sodor, boi, jamuran, soyang,
menggunakan peralatan bermain yang dapat dengan mudah didapat dari alam
sekitarnya seperti kayu, batu, biji, dan juga hewan- hewan yang terdapat
didalamnya.
2
Bermain merupakan elemen dasar yang selalu ada dalam kehidupan
fungsi sosial dan kulturalnya masih ada yang tetap bertahan secara
berkelanjutan, namun ada pula yang hilang diganti mainan baru. Permainan
perubahan.
kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar anak, melalui bermain anak
permainan tradisional antara lain permainan modern lebih banyak variasi, dan
termasuk dalam hal bermain. Perubahan dalam bermain lebih mengacu pada
1
Johan Huizinga, Homo Ludens: A Study Of The Play-Element In Culture, Routledge &
Kegan Paul Ltd, 1949 edition, hlm 5
3
online. Saat ini permainan modern seperti ini yang digemari anak-anak. Kita
bisa melihat saat ini jarang sekali anak-anak memainkan permainan tradisional.
play station, hingga x-box menjamur dan peminatnya pun membludak. Tidak
pandang usia, anak usia pra sekolah hingga dewasa berbaur diarena permainan.
menarik.2
permainan semacam video game memiliki beberapa sisi negatif apabila kita
tidak bisa dengan bijak memainkannya. Hal yang paling sederhana ialah kita
jadi malas belajar, dari segi kesehatan apabila kita terlalu lama duduk dan
bermain mata dapat lelah atau rusak, tubuh pun akan mengalami gangguan
karena kita tidak banyak bergerak, anak cuma dilatih berkomunikasi dengan
benda mati yang bisanya cuma menuruti si pemencet tombol, maka tumbuhlah
mental anak menjadi seorang yang terbiasa hanya menghargai egonya sendiri
2
Irawati Istadi, Mendidik Dengan Cinta, Jakarta: Pustaka Inti, 2002, hlm. 127
3
Ibid.,hlm. 128
4
kota besar. Permainan video game memang menghibur, tetapi bisa membuat
kecanduan berupa unsur thrill, suasana tegang. Para peneliti berpendapat video
anak- anak, karena jauh lebih hidup dan bersifat interaktif. Di sana ada target
kepada tujuan yang positif. Permainan modern mampu membuat anak berfikir
kreatif karena game yang ada sangat beragam. Dampak negatifnya interaksi
anak sangat kurang, bahkan terkadang dalam game modern termuat unsur
dalam berbagai hal terutama dalam hal mengasah kemampuan motorik. Dan
melahirkan kepekaan terhadap semua input yang masuk pada anak dan menjadi
pendorong bagi perkembangan anak. Hal ini memiliki potensi yang besar untuk
dan motorik, serta kaya akan nilai-nilai sosial yang luhur. Permainan
diciptakan orang tua atau nenek moyang kita merupakan warisan budaya yang
memiliki kearifan lokal, harus dilindungi dan dijaga keberadaannya agar tidak
4
Ifa H. Misbach, Peran Permainan Tradisional Yang Bermuatan Edukatif Dalam
Menyumbang Pembentukan Karakter Dan Identitas Bangsa, Laporan Penelitian, Universitas
Pendidikan Indonesia, 2006, hlm 3
5
tergerus arus modernisasi. Internalisasi nilai-nilai edukatif permainan
anak, seperti kerja sama, jujur, kreatif, cerdik, menghargai orang lain, dan
menuntut kerja sama yang tinggi agar bisa menang dari kelompok lain. Selain
itu, mereka harus mengatur strategi agar bisa mengalahkan lawan. Bila mereka
kalah, mereka harus fair menerima kekalahan mereka. Suatu permainan yang
Permainan tradisional semacam ini di Indonesia tidak asing lagi karena hampir
perasaan orang lain dan tidak mampu melakukan musyawarah dengan teman
berkembang menjadi generasi yang penuh tepa selira, bisa mengerti dan
5
Achmad Allatief Ardiwinata, et al., Kumpulan Permainan Rakyat; Olahraga Tradisional,
Jakarta: 2006, hlm. 4
6
Suyami, Kandungan Nilai Dalam Permainan Egrang dan Gobag sodor. Makalah Seminar
Revitalisasi Permainan Tradisional, 2007
6
bermain. Pelibatan teman ini membentuk karakter sosial anak yaitu
dan fungsi totalitas sosial kultural dalam konteks interaksi (dalam keluarga,
(local wisdom) yang luhur. Sangat sayang jika generasi sekarang kurang peduli
karena minimya bahan bacaan atau metode praktis untuk mengajarkan nilai-
senasib sepenanggungan.
7
kinestetik (physical and kinestetic development), dan olah rasa dan karsa
olah pikir, olah raga, dan olahrasa dan karsa) tersebut secara holistik dan
seluruh aspek yang ada dalam keempat konteks tersebut sehingga mampu
lebih baik ke depan, sangat diperlukan penanaman nilai-nilai moral sejak dini
anak. Di sisi lain, dapat menjadi alternatif untuk menanamkan nilai dan moral
7
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Desain Induk Pendidikan Karakter Kementerian
Pendidikan Nasional, hlm. 8 diunduh dari: http://pendikar.dikti.go.id/wp-content/uploads/Desain-
Induk-Pendidikan-Karakter-Kemdiknas.pdf
8
Achmad Allatief Ardiwinata, et al., Kumpulan Permainan Rakyat; Olahraga Tradisional,
Jakarta: 2006, hlm. 4.
8
Dengan alasan tersebut, penulis mengajukan penelitian tesis ini dengan
Permainan Tradisional).
B. RUMUSAN MASALAH
tradisional?
C. TUJUAN PENELITIAN
tradisional
9
D. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat teoritis
tradisional.
2. Manfaat praktis
E. KERANGKA TEORITIS
tidak hormat kepada orangtua, guru dan figur pimpinan, pengaruh peer-group
10
tanggung jawab individu dan warga negara, semakin tingginya perilaku
diri”. Maka karakter dapat didefinisikan sebagai kumpulan sifat baik yang
peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan tanggung jawab.10
Jika dijabarkan, terdapat delapan belas nilai karakter yang berasal dari nilai-
nilai luhur universal, yaitu: religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah
Terdapat dua macam nilai yang terdapat di dunia ini yaitu nilai moral dan
keadilan adalah hal yang dituntut dalam kehidupan ini. Kita akan merasa
tertuntut untuk menepati janji, membayar berbagai macam tagihan dan lain-
lain. Nilai-nilai moral meminta kita unguk melaksanakan apa yang sebaiknya
kita lakukan. Kita harus melakukannya bahkan kalupun sebenarnya kita tidak
Bahasa Yunani yang berarti to mark (menandai), yaitu menandai tindakan atau
9
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2012, hlm
20
10
Erie Sudewo, Character Building. Jakarta: Republika, 2011, hlm 14
11
Thomas Lickona, Mendidik Untuk Membentuk Karakter, Jakarta: Bumi Aksara, 2012,
hlm 63
11
tingkah laku seseorang. Seseorang dapat disebut sebagai “orang yang
moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif)
tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai
yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter
terkait erat kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus
sesuai dengan tahap perkembangan moral anak. Dengan demikian harus ada
1. Tahap anomi yaitu tahap nilai baru merupakan potensi yang siap
dikembangkan. Pada tahap ini anak tidak merasa wajib untuk menaati
peraturan. Namun pada tahap ini anak justru harus dikenalkan pada nilai-
nilai yang ada. Pada tahap ini nilai-nilai moral, karakter dan agama baru
12
Ratna Megawangi, Semua Berakar Pada Karakter, Jakarta: LPFEUI, 2007, hlm 83
13
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, op cit, hlm 10
14
Norma J Bull, 1969. Moral Judgement from Chilhood to Adolescence. London:
Routledge & Kegan Paul, hlm 21-26
12
akan mengenal adanya perbedaan, dimana perbedaan itu dapat dijadikan
melalui aturan dan pendisiplinan. Pada tahap ini anak merasa bahwa yang
benar adalah patuh kepada peraturan, dan merasa perlu menaati kekuasaan.
sebaya dan masyarakatnya. anak merasa bahwa yang benar adalah patuh
Pada tahap ini, proses nilai-nilai budaya sudah dilakukan melalui aturan
permainan dimana anak sudah dapat berbagi aturan dengan teman sebaya
sebagai role model yang mengikuti permainan yang sama. Jika proses ini
4. Tahap otonomi yaitu tahap nilai mengisi dan mengendalikan kata hati dan
kemauan bebasnya tanpa tekanan lingkungannya. Pada tahap ini anak telah
membantu membuat perubahan dalam sikap dan perilaku anak dengan cara
13
mendorong mereka menerapkan nilai-nilai dalam hidup mereka.15 Permainan
dan keterampilan dan bertujuan untuk mendorong dalam diri anak munculnya
kritis. Dengan pelibatan anak secara aktif dalam proses bermain, belajar, akan
disepakati bersama dan tidak lepas dari pesan-pesan moral yang dikemas
dengan warna budaya nenek moyang yang telah diturunkan dari generasi ke
untuk memasuki dunia nilai yang ditandai dengan dapat membedakan antara
yang baik dan yang buruk. Sebagai ilustrasi dapat disimak contoh
atas kejujuran.
15
CePDeS, Play It Fair! Alat Bntu Pendidikan Hak Asasi Manusia Untuk Anak, Jakarta,
2006, hlm, 13
16
Ifa H. Misbach, op cit, hlm 18
14
2. Tenggang rasa, strategi pembelajaran yang dikembangkan dapat melalui
waktu mereka bisa berganti posisi dimana si kalah bisa jadi pemenang,
F. STUDI KEPUSTAKAAN
serta kajian yang telah dilakukan terkait dengan permainan tradisional, antara
lain yaitu:
Penelitian tahun 2014 yang dilakukan oleh Dian Ulul Khasanah yang
15
pendidikan karakter melalui kelas, keluarga dan komunitas di kampung pintar
menyeimbangkan antara moral knowing, moral feeling dan moral action. Hal
ini akan mendidik manusia menjadi insan yang berkarakter,yang punya prinsip
dan pegangan jelas. Nilai-nilai karakter yang berkembang antara lain nilai yang
berhubungan pada Allah SWT, nilai yang berhubungan pada diri sendiri, nilai
dan nilai kebangsaan. Dampaknya antara lain anak menjadi lebih kreatif, sosial
17
Dian Ulul Khasanah, Pendidikan Karakter melalui Dolanan Anak Tradisional sebagai
Jembatan antar Kelas, Keluarga dan Komunitas di Kampung Pintar Pandes Panggungharjo
Sewon Bantul Yogyakarta, Skripsi, Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2014, hlm. ix
16
pada penelitian ini yang akan dilakukan, fokus penelitiannya adalah pada
Permainan Tradisional Pada Anak Usia Dini Di Kota Pati. Penelitian ini
membangun pemahaman karakter pada anak usia dini di kota pati. Jenis
ini desain yang digunakan adalah bentuk pre test and post test control group
design. Populasi dalam penelitian yaitu lembaga dari satu yayasan, berusia 5-6
18
Ernita Lusiana, Membangun Pemahaman Karakter Kejujuran Melalui Permainan
Tradisional Pada Anak Usia Dini Di Kota Pati, Journal of Early Childhood Education Papers 1 (1)
(2012), ISSN 2252-6625, Universitas Negeri Semarang, hlm 1
17
sodor efektif terhadap pernyesuaian anak sekolah dasar. Subjek yang
sampling. Alat pengumpulan data adalah skala penyesuaian sosial yang telah
dimodifikasi. Nilai rata-rata kelompok kontrol adalah 61,17 dan nilai rata-rata
fokus kajian dalam penelitian Ika Sri Wahyuni adalah nilai penyesuaian sosial
19
Ika Sri Wahyuni, Efektivitas Pemberian Permainan Tradisional Gobag Sodor Terhadap
Penyesuaian Sosial Anak Sekolah Dasar Negeri Cakraningratan Surakarta, Skripsi, Universitas
Sebelas Maret.
18
G. METODE PENELITIAN
pembentuk karakter pada anak. Dengan harapan agar hasil penelitian ini
naskah, catatan, dan lain - lain yang berhubungan dengan judul tersebut.21
20
Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan. Alfabeta : Bandung, 2012, hlm 15
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta : Andi Offset, 1989), hlm. 16.
19
2. Sumber data
Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data
penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah bersumber dari buku,
dari dekat.22
ini digunakan sebagai pelengkap data atau informasi yang berasal dari
arsip, surat-surat, laporan dan catatan atau data lain yang sesuai dengan
tujuan penelitian.
22
Moh. Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung : Aksara, 1992, hlm. 31
23
Suharsimi Arikunto, Managemen Penelitian, Jakarta: Rineka Cipta, 1999, hlm 188
20
4. Analisis data
variabel yang diteliti susuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan.24
Analisis ini hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan
umum dan bertitik tolak dari pengetahuan umum itu kita kehendaki
24
Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian., op.cit., hlm. 386
25
Sutrisno Hadi, Metodologi Research., op.cit., hlm. 27
21
kegiatan bermain dan permainan, pengertian dan jenis permainan
pendidikan karakter pada anak, fungsi dan peran kegiatan bermain dan
22
DAFTAR PUSTAKA
CePDeS, 2006, Play It Fair! Alat Bntu Pendidikan Hak Asasi Manusia Untuk
Anak, Jakarta
23
Kampung Pintar Pandes Panggungharjo Sewon Bantul Yogyakarta, Skripsi,
Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Suyami, 2007, Kandungan Nilai Dalam Permainan Egrang dan Gobag sodor.
Makalah Seminar Revitalisasi Permainan Tradisional
24