KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya
validasi dan penyempurnaan Modul Hidrologi, Ketersediaan dan Kebutuhan Air
sebagai Materi Substansi dalam Pelatihan Alokasi Air . Modul ini disusun untuk
memenuhi kebutuhan kompetensi dasar Aparatur Sipil Negara (ASN) di bidang
Sumber Daya Air.
Modul Hidrologi, Ketersediaan dan Kebutuhan Air disusun dalam 5 (lima) bab yang
terbagi atas Pendahuluan, Materi Pokok, dan Penutup. Penyusunan modul yang
sistematis diharapkan mampu mempermudah peserta pelatihan dalam memahami
hidrologi, ketersediaan dan kebutuhan air. Penekanan orientasi pembelajaran pada
modul ini lebih menonjolkan partisipasi aktif dari para peserta.
Akhirnya, ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada Tim
Penyusun dan Narasumber Validasi, sehingga modul ini dapat diselesaikan dengan
baik. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa mendatang senantiasa
terbuka dan dimungkinkan mengingat akan perkembangan situasi, kebijakan dan
peraturan yang terus menerus terjadi. Semoga Modul ini dapat memberikan manfaat
bagi peningkatan kompetensi ASN di bidang Sumber Daya Air.
DAFTAR ISI
GLOSARIUM.......................................................................................................... 39
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI iii
MODUL 5 HIDROLOGI, KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Deskripsi
Modul Hidrologi, Ketersediaan dan Kebutuhan Air ini terdiri dari tiga kegiatan
belajar mengajar. Kegiatan belajar pertama membahas Ketersediaan Air.
Kegiatan belajar kedua membahas Kebutuhan Air. Kegiatan belajar ketiga
membahas Neraca Ketersediaan dan Kebutuhan Air.
Peserta diklat mempelajari keseluruhan modul ini dengan cara yang berurutan.
Pemahaman setiap materi pada modul ini diperlukan untuk memahami hidrologi,
ketersediaan dan kebutuhan air. Setiap kegiatan belajar dilengkapi dengan
latihan atau evaluasi yang menjadi alat ukur tingkat penguasaan peserta
pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.
Persyaratan
Metode
PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI vii
MODUL 5 HIDROLOGI, KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR
viii PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI
MODUL 5 HIDROLOGI, KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR
BAB I
PENDAHULUAN
Bentuk tindakan campur tangan Negara atas air, kita temukan di dalam Pasal
33 ayat (3) UUD 1945 yang menyatakan bahwa: “Bumi, air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan
sebesar-besar untuk kemakmuran rakyat”.
Dengan pengelolaan air serta sumber air yang profesional diharapkan dapat
menjamin ketersediaan air pada jaringan sumber air (sungai, danau, telaga,
waduk, rawa, dan cekungan air tanah) dan dapat mendayagunakan secara
adil, berkelanjutan, dan terkendali baik kuantitas maupun kualitasnya.
agar senantiasa dapat memenuhi jumlah dan mutu air yang sesuai dengan
hak yang dijamin oleh negara.
Berdasarkan pasal 3 dan 4 ayat (1) PP No. 22 Tahun 1982 tentang Tata
Pengaturan Air, menyatakan bahwa pengelolaan air dan/atau sumber-sumber
air didasarkan pada kesatuan wilayah tata pengairan yang ditetapkan
berdasarkan wilayah sungai. dan sesuai dengan pasal 4 Permen PUPR No.
04/PRT/M/2015, tentang Kriteria dan penetapan wilayah sungai, menyatakan
bahwa Pengelolaan sumber daya air untuk air permukaan dilakukan oleh
Pemerintah Pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah
kabupaten/ kota berdasarkan wilayah sungai.
BAB II
KETERSEDIAAN AIR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan ketersediaan air.
2.1 Umum
Ketersediaan air pada dasarnya terdiri atas tiga bentuk, yaitu air hujan, air
permukaan, dan air tanah. Sumber air utama dalam pengelolaan alokasi air
adalah sumber air permukaan dalam bentuk air di sungai, saluran, danau, dan
tampungan lainnya. Penggunaan air tanah kenyataannya sangat membantu
pemenuhan kebutuhan air baku dan air irigasi pada daerah yang sulit
mendapatkan air permukaan, akan tetapi keberlanjutannya perlu dijaga
dengan pengambilan yang terkendali di bawah debit aman (safe yield). Dalam
pengelolaan alokasi air, air hujan berkontribusi untuk mengurangi kebutuhan
air irigasi yaitu dalam bentuk hujan efektif. Pada beberapa daerah dengan
kualitas air permukaan yang tidak memadai, dilakukan pemanenan hujan,
yaitu air hujan ditampung menjadi sumber air untuk keperluan rumah tangga.
Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke
permukaan tanah lagi sebagai hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya
mengalir ke laut kembali. Siklus hidrologi dapat ditunjukkan seperti pada
gambar berikut.
Air hujan yang jatuh di permukaan terbagi menjadi dua bagian, pertama
sebagai aliran limpasan (overland flow) dan kedua bagian air yang
terinfiltrasi. Jumlah yang mengalir sebagai aliran limpasan dan yang
terinfiltrasi tergantung dari banyak faktor. Makin besar bagian air hujan yang
mengalir sebagai aliran limpasan maka bagian air yang terinfiltrasi akan
menjadi semakin kecil, demikian juga sebaliknya.
Data yang langsung berperan dalam alokasi air adalah data debit aliran
sungai. Kenyataannya data debit aliran sungai tidak selalu dalam kondisi yang
baik, ada kemungkinan kerusakan alat atau kesalahan pencatatan yang
membuat data menjadi tidak benar. Pemeriksaan kebenaran data hidrologi
dapat dilakukan secara lengkap dengan cara menguji konsistensi dan
homogenitas data. Cara sederhana untuk memeriksa data adalah dengan
memeriksa grafik data runtut waktu (time-series) dan data variabilitas
musiman. Kejanggalan yang terlihat dari kewajaran jangkauan (range) dan
fluktuasi musiman akan terlihat pada kedua jenis grafik tersebut.
350
300
250
Debit m3/dt
200
150
100
50
0
2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1600
1400
1200
Besar Aliran (m3/s)
1000
800
600
400
200
0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Air yang tersedia pada suatu lokasi tidak pernah tetap jumlahnya melainkan
selalu berubah ubah dari waktu ke waktu. Pada musim hujan terjadi debit
banjir yang besar, dan pada musim kemarau air mengalir dengan debit aliran
rendah yang kecil. Agar dapat menyatakan ketersediaan air secara sempurna
maka data debit aliran haruslah bersifat runtut waktu (time series). Data runtut
waktu inilah yang menjadi masukan utama dalam model simulasi wilayah
sungai, dan menggambarkan secara lengkap variabilitas data debit aliran.
Debit andalan adalah debit yang dapat diandalkan untuk suatu tingkat
keandalan atau reliabilitas tertentu. Untuk keperluan irigasi biasa digunakan
debit andalan dengan reliabilitas 80% sebagaimana ditetapkan dalam Kriteria
Perencanaan Irigasi (Ditjen Pengairan, 1985). Artinya dengan kemungkinan
80% debit yang terjadi adalah lebih besar atau sama dengan debit tersebut,
atau dengan kata lain sistem irigasi boleh gagal sekali dalam lima tahun.
Untuk keperluan air minum dan industri dituntut reliabilitas yang lebih tinggi,
yaitu sekitar 90% sampai dengan 95%. Jika air sungai digunakan untuk
pembangkitan listrik tenaga air, maka diperlukan reliabilitas yang sangat
tinggi, yaitu antara 95% sampai dengan 99% (Goodman, 1984). Contoh
ketersediaan air yang dinyatakan dalam tinggi aliran rata-rata, andalan Q80%
dan Q90% disajikan pada Gambar 2.3.
Nilai debit rata-rata, maupun debit andalan sebaiknya dihitung dari data debit
pengamatan yang cukup panjang. Permasalahan yang kerap kali terjadi
adalah bahwa data debit yang diukur tidak lengkap, yaitu banyak pengamatan
yang kosong atau salah, sehingga perlu dilakukan analisis hujan-aliran untuk
melengkapi data debit yang kosong dan memperpanjang data debit runtut
waktu yang kurang panjang.
Air yang tersedia jumlahnya selalu berfluktuasi, sehingga kebutuhan air tidak
selalu dapat dipenuhi sepanjang masa. Salah satu ukuran kinerja pemenuhan
kebutuhan air adalah keandalan sistem. Jika keandalan sistem adalah R,
maka resiko kegagalan (F).
Dimana:
Dimana:
Rv : adalah keandalan menurut volume
v : adalah volume penyediaan air; dan
V : adalah volume air yang dibutuhkan.
mengurangi pemasokan kebutuhan air, jika jumlah air dalam waduk dalam
kondisi minim;
b) Suplesi atau alih aliran antar Daerah Aliran Sungai (inter-basin transfer),
contohnya pasok air bersih Jakarta yang diambil dari Sungai Citarum
melalui Saluran Tarum Barat dan dari Sungai Cisadane;
c) Meningkatkan kelestarian hutan pada daerah tangkapan air.
Pada dasarnya terdapat dua cara untuk menghitung debit andalan, yaitu cara
plotting position, dan cara statistik. Cara plotting position pada dilakukan
dengan mengurutkan data dari besar ke kecil, dengan urutan nomor 1 sampai
dengan N. Selanjutnya masing-masing urutan diberi nilai kemungkinan
terlampaui (probability of exceedance). Plotting position yang dianjurkan
adalah cara Weibul yang memberikan probabilitas urutan ke-r adalan r/(N+1),
dan akhirnya dilakukan interpolasi untuk memperoleh Interpolasi untuk
mendapatkan probabilitas 80%, 90% dan 95%. Cara plotting position lainnya
adalah menggunakan fungsi Ms-Excel PERCENTILE, yang didasarkan atas
kemungkinan P = r/N, yang jika jumlah data semakin banyak maka hasilnya
akan mendekati cara Weibul.
Cara statistik sebaiknya hanya digunakan jika data yang tersedia hanya
berupa nilai rata-rata dan simpangan baku. Dengan asumsi distribusi Normal,
maka:
300
250
Besar Aliran (m3/s)
200
150
100
50
0
0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
2.8 Latihan
Jawab secara singkat pertanyaan berikut di bawah ini.
1. Mana yang lebih besar antara debit andalan Q80% dengan Q90% ?
2. Jelaskan cara menghitung debit andalan Q80%
3. Bagaimana cara meningkatkan tingkat keandalan pasokan air?
2.9 Rangkuman
Jumlah air yang tersedia sebagai debit aliran sungai bervariasi menurut waktu.
Untuk mengakomodasi variabilitas debit, maka digunakan debit andalan
dengan kemungkinan terlampaui tertentu. Perhitungan debit andalan
memerlukan data runtut-waktu yang panjang, yang diurutkan sehingga
diperoleh nilai kemungkinan terlampaui. Penyediaan air irigasi memerlukan
keandalan Q80%, dan air bersih Q90%. Tingkat keandalan penyediaan air
dapat ditingkatkan dengan tampungan air, alih aliran antar DAS, dan
kelestarian daerah tangkapan air.
2. Jika kebutuhan air pada suatu daerah Irigasi dipenuhi 100 bulan dalam
kurun waktu10 tahun, maka keandalan sistem penyediaan air irigasi
tersebut adalah.....
a. 17%
b. 83%
c. 100%
d. 10%
3. Jika suatu Daerah Irigasi membutuhkan air 10 m3/s, dan dipasok hanya 6
m3/s, maka keandalan volume atau faktor-K adalah.....
a. 10%
b. 6%
c. 60%
d. 40%
BAB III
KEBUTUHAN AIR
Penggunaan air oleh manusia pada dasarnya dapat dibagi atas pengambilan
air dan penggunaan di tempat. Pengambilan air (withdrawal), atau offstream
water use yaitu jika dalam penggunaannya air diambil dari sumbernya
(diverted), misalnya untuk irigasi dan air minum. Sedangkan penggunaan di
tempat (non-withdrawal), yaitu jika dalam penggunaannya air tidak diambil dari
sumber air, melainkan hanya digunakan di tempat (on-site uses) misalnya
untuk perhubungan, perikanan, wisata, kelestarian alam, dan pembuangan
limbah ke sungai.
Penggunaan air
Penggunaan di Pengambilan
tempat air
Pengambilan Pengambilan
konsumtif non-konsumtif
pada berbagai jenis industri tertentu. Angka indeks ini kemudian dapat
dikaitkan dengan ukuran besarnya industri tersebut misalnya melalui
banyaknya produk yang dihasilkan, atau banyaknya tenaga kerja. Untuk
industri yang terletak pada suatu kawasan industri, maka dapat digunakan
perkiraan kasar kebutuhan air per-hektarnya antara 0,5 sampai dengan 2
liter/s.
Pada pengelolaan alokasi air di wilayah sungai, data kebutuhan air irigasi
dapat diperoleh dari pengelola wilayah sungai, misalnya Dinas Pekerjaan
Umum Pengairan (DPUP) Kabupaten/ Kota, atau Dinas Sumber Daya Air
Provinsi, atau Balai dan Balai Besar Wilayah Sungai, sebagai masukan untuk
pengelolaan alokasi air. Besarnya kebutuhan air irigasi di lapangan ini dapat
diperiksa kebenarannya dengan bantuan model komputer untuk menghitung
kebutuhan air irigasi, berdasarkan parameter-parameter yang mempengaruhi,
antara lain pola dan jadwal tanam, curah hujan efektif, perkolasi, efisiensi,
golongan, dan sebagainya berdasarkan kriteria perencanaan jaringan irigasi
KP01 dari Direktorat Jenderal Pengairan (1985).
b) Jumlah air yang diperlukan untuk penyiapan lahan. Untuk tanah bertekstur
berat tanpa retak-retak diambil 250 mm, dan jika tanah dibiarkan kosong
atau bera untuk waktu yang lama (lebih dari 2,5 bulan) maka kebutuhan air
untuk penyiapan lahan diperkirakan 300 mm.
Penggunaan konsumtif
dimana:
Evapotranspirasi
Koefisien tanaman
Perkolasi
dimana:
Re = Hujan Efektif
R80% = Hujan minimum 5 tahunan
dimana:
dimana:
DR = kebutuhan air di bendung (Diversion Requirement)
NFR = kebutuhan air di sawah (Net Field Requirement)
Eff = efisiensi irigasi
Nilai efisiensi irigasi tanaman padi menurut Ditjen Pengairan (1984) berkisar
antara 55% untuk jaringan irigasi pada umumnya, dan 65 % untuk jaringan
irigasi yang airnya dipasok dari waduk. Sedangkan untuk palawija
diperkirakan sekitar 50%.
Perikanan dapat dibagi atas beberapa jenis, yaitu 1) Perikanan air tawar, yang
terdiri atas air tenang di kolam dan di sawah; perikanan air deras di saluran,
dengan atau tanpa keramba, atau di kolam; 2) Perikanan air payau atau tambak,
dengan sistem tradisional dan sistem teknis atau intensif; 3) Perikanan di danau
dan waduk, secara bebas; dan dengan keramba.
Pengembangan budi daya tambak memiliki potensi ekonomi yang cukup tinggi.
Budi daya tambak dapat berupa tambak tradisional, semi intensif, dan intensif.
Kebutuhan air tawar pada tambak perlu dihitung dengan seksama, sebab
kebutuhannya sangat besar, bahkan lebih besar dari kebutuhan air tanaman
padi. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan antara lain adalah: a) salinitas yang
diperlukan, yaitu sekitar 20 ppt; b) evaporasi, yang besarnya antara 5 - 7
mm/hari; c) curah hujan efektif; rembesan, umumnya sekitar 1 mm/hari; dan d)
efisiensi saluran pembawa (Puslitbang Pengairan dan Delft Hydraulics, 1989).
Untuk menjaga kualitas air tambak, maka diperlukan penggantian air tawar dan
air laut. Air tawar diperlukan untuk menjaga agar salinitas tambak tetap sesuai
dengan salinitas yang dibutuhkan udang agar tumbuh secara optimal, yaitu 23
ppt. Untuk mempertahankan volume air kolam tambak V0 agar tetap pada
salinitas yang diinginkan S0, maka diperlukan pasok air laut Qm dan pasok air
tawar Qf sebagai berikut:
Qf = [(F.V0 + S)(Sm-S0)+(E-R)Sm]/(Sm-Sf)
Qm = FV0 + E -+ S - R - Qf
dimana:
Qm adalah jumlah air laut yang diperlukan m3/hari, dengan salinitas Sm)
Tambak
Tambak
Simbol Parameter semi- Satuan
intensif
intensif
Data hidrologi dan salinitas
E Evaporasi 5 5 mm/hari
R Curah Hujan 1 1 mm/hari
S rembesan/bocoran 1 1 mm/hari
Sm Salinitas air laut 32 32 ppt
Sf Salinitas air tawar 2 2 ppt
Data tambak
Ef Efisiensi pasok air tawar 75% 85%
F Laju pergantian air 7% 13%
S0 Salinitas yang dibutuhkan 23 23 ppt
3
V0 Kedalaman tambak 1 1 m
Hasil perhitungan
Qm Kebutuhan air laut netto 0,049 0,091 m3/hari
Qf Kebutuhan air tawar netto 0,026 0,044 m3/hari
Qf Jumlah kebutuhan air tawar 0,034 0,051 m3/hari
Qf Debit kebutuhan air tawar 3,9 5,9 liter/s/ha
Sumber: Delft Hydraulics dan Puslitbang Pengairan (1989)
Peraturan Pemerintah Nomor 38 tahun 2011 tentang Sungai, yang telah batal
demi hukum karena induknya yaitu Undang-undang No. 7 tahun 2004 tentang
Sumber Daya Air telah dibatalkan, menyatakan bahwa besarnya aliran
pemeliharaan sungai adalah debit andalan 95%. Besarnya aliran
pemeliharaan sungai ini setara ini dengan debit kering 20 tahunan, suatu
angka yang relatif kecil, namun pada wilayah sungai dengan pemanfaatan
sumber daya yang maksimal dipandang dapat menimbulkan konflik
kepentingan dengan pengguna air lainnya. Kelemahan pendekatan ini adalah
pada sungai dengan kondisi daerah tangkapan air yang masih alami pada
umumnya memiliki fluktuasi yang relatif kecil dan akibatnya nilai Q95%
menjadi besar mendekati Q80% dan debit rata-rata. Untuk menghindari hal ini,
dapat digunakan Metode Tennant, di mana besarnya aliran pemeliharaan
dinyatakan sebagai persentase dari debit aliran sungai rata-rata, dengan nilai
persentase minimum 10% dari debit rata-rata.
3.8 Latihan
3.9 Rangkuman
2. Daerah Irigasi dengan luas 5 ribu hektar, membutuhkan pasokan air rata-
rata sebesar
a. 5 m3/hari
b. 5 liter/s
c. 5 liter/hari
d. 5 m3/s
3. Jika suatu Daerah Irigasi membutuhkan air 10 m3/s, dan dipasok hanya 6
m3/s, maka keandalan volume atau faktor-K adalah:
a. 10%
b. 6%
c. 60%
d. 40%
BAB IV
NERACA KETERSEDIAAN DAN KEBUTUHAN AIR
Indikator Hasil Belajar:
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta diharapkan mampu menjelaskan neraca
ketersediaan dan kebutuhan air
Banyaknya air yang tersedia dapat juga dinyatakan berlaku dalam suatu
areal tertentu, misalnya pada suatu pulau, wilayah sungai, daerah aliran
sungai, dan infrastruktur sumber daya air, misalnya bendung irigasi, di
mana satuan yang kerap digunakan adalah banyaknya air yang tersedia
pada satu satuan waktu, misalnya juta meter kubik per tahun atau milimeter
per hari. Untuk pengambilan air yang terletak di bagian hulu dari DAS,
neraca air sebaiknya dihitung atas dasar ketersediaan air pada lokasi
pengambilan air, bukan pada ketersediaan air di seluruh DAS.
Neraca air dapat dilakukan pada wilayah geografis seperti Wilayah Sungai,
DAS atau sub-DAS seperti pada Gambar 4.2 dan Gambar 4.5, atau pada
lokasi strategis seperti pada waduk dan bendung pada Gambar 4.3.
D525
D520
D518
D522
D521 D524
D512
D513 D519
D523
D511 D514
D506
D516
D507 D517
D508 D515
D503 D509D510
D504
D505
D502
Rasio WD Cimanuk
1 to 2
0.75 to 1
D501 0.5 to 0.75
0.25 to 0.5
0 to 0.25
6.00
5.00
4.00
Debit (m3/s)
3.00
2.00
1.00
0.00
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Air Permukaan 3.25 2.76 4.69 5.02 4.44 3.65 2.51 2.79 2.71 2.42 1.91 2.07
Air Tanah 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.25 0.00
Jumlah Tersedia 3.25 2.76 4.69 5.02 4.44 3.65 2.51 2.79 2.71 2.42 2.15 2.07
Kebutuhan Air 1.90 1.67 1.23 2.34 1.90 1.83 1.02 0.83 0.42 0.42 2.82 1.85
Bulan
Neraca air untuk alokasi air dinyatakan dalam bentuk Form A-02, sesuai
dengan Surat Edaran Dirjen Sumber Daya Air tentang Penyusunan Neraca
Air dan Penyelenggaraan Alokasi Air.
Contoh Form A-02 pada Tabel 4.1 menyatakan neraca air, dimana ada dua
daerah irigasi, PDAM yang melayani air rumah tangga, perkotaan dan
industri (RKI), dan aliran pemeliharaan sungai.
Kebutuhan Irigasi di sawah (l/s/ha) 0.9 0.9 0.1 1.1 1.1 0.7 0.7 0.7 0.1 0.3 1.3 1.3
Efisiensi saluran irigasi 60%
Kebutuhan Irigasi di bendung (l/s/ha) 1.4 1.4 0.2 1.9 1.9 1.2 1.2 1.2 0.2 0.4 2.1 2.1
DI Kanan (ha) 6,000
Keb. Irigasi DI Kanan (m3/s) 8.5 8.5 1.0 11.3 11.3 7.3 7.3 7.3 1.0 2.5 12.5 12.5
DI Kiri (ha) 22,000
Keb. Irigasi DI Kiri (m3/s) 31.2 31.2 3.7 41.3 41.3 26.6 26.6 26.6 3.7 9.2 45.8 45.8
Jumlah Kebutuhan Irigasi m3/s 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 33.8 33.8 4.7 11.7 58.3 58.3
PDAM m3/s 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Jumlah Kebutuhan Air Konsumtif m3/s 40.7 40.7 5.7 53.5 53.5 34.8 34.8 34.8 5.7 12.7 59.3 59.3
Neraca Air Kebutuhan Air Konsumtif 74.9 124.2 189.8 72.8 23.5 2.3 -29.8 -30.7 0.1 3.1 52.4 58.6
S S S S S S D D S S S S
Kebutuhan Aliran Pemeliharaan Sungai m3/s 79.0 127.4 76.9 65.0 74.7 13.5 2.8 3.3 2.1 1.6 12.8 23.4
Neraca Air Termasuk AP Sungai -4.0 -3.2 113.0 7.8 -51.1 -11.3 -32.6 -34.0 -2.0 1.5 39.7 35.2
D D S S D D D D D S S S
250.0
200.0
150.0
m3/s
100.0
50.0
0.0
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
Pemeliharaan Sungai 79.0 127.4 76.9 65.0 74.7 13.5 2.8 3.3 2.1 1.6 12.8 23.4
Irigasi 39.7 39.7 4.7 52.5 52.5 33.8 33.8 33.8 4.7 11.7 58.3 58.3
RKI 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0 1.0
Q80% 115.6 164.9 195.5 126.3 77.0 37.1 5.0 4.1 5.7 15.8 111.8 117.9
Kondisi surplus atau defisit dapat juga terlihat pada Gambar 4.6 yang
menggambarkan kondisi neraca air pada Tabel 4.2 Selain kondisi surplus
atau defisit secara menyeluruh, juga dapat diperiksa pemenuhan kebutuhan
air untuk RKI, irigasi, dan aliran pemeliharaan sungai.
4.3 Latihan
4.4 Rangkuman
Neraca ketersediaan dan kebutuhan air dapat berupa neraca air surplus-
defisit, dan Indeks Penggunaan Air. Neraca air untuk alokasi air dinyatakan
dalam bentuk Form A-02. Neraca air menyatakan kondisi ketersediaan air
dibandingkan dengan kebutuhan air, yang hasilnya dapat “surplus” atau
“defisit”.
1. Jika jumlah kebutuhan air adalah 3 m3/s, dan jumlah air yang tersedia
adalah 10 m3/s, maka Indeks Penggunaan Air (IPA) adalah sebesar:
a. 30
b. 3
c. 0,3
d. 3,33
2. Jika jumlah kebutuhan air sebesar 12 m3/s, dan jumlah ketersediaan air
hanya 10 m3/s, maka neraca air adalah:
a. Surplus 2 m3/s
b. Defisit 2 m3/s
c. Surplus 1,2 m3/s
d. Defisit 1,2 m3/s
3. Dalam menyusun grafik neraca air, maka jenis kebutuhan air yang
disajikan sebagai diagram batang, pada posisi paling bawah adalah:
a. irigasi
b. aliran pemeliharaan sungai
c. kebutuhan pokok sehari-hari
d. a), b) dan c) benar
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Sebagai tindak lanjut dari pelatihan ini, peserta diharapkan mengikuti modul
selanjutnya, yaitu Rencana Alokasi Tahunan, Rencana Alokasi Air Rinci,
dan Pemodelan Alokasi Air.
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
KUNCI JAWABAN