Anda di halaman 1dari 17

A.

Konsep Dasar Penyakit


1. Definisi Penyakit
Bronkopneumonia merupakan proses inflamasi paru yang
umumnya disebabkan oleh agens infeksius, serta mengambarkan
pneumonia yang mempunyai pola penyenaran berbercak, dalam satu atau
lebih area terlokalisasi dalam bronkiolus dan meluas ke parenkim paru
yang terdekat (Nursalam, 2005).
Bronkopneumonia disebut juga pneumonia lobularis adalah radang
paru dalam satu atau lebih area dalam bronki dan meluas ke parenkim paru
yang dapat disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri,
virus, jamur dan benda asing lainnya, sehingga kemampuan menyerap
oksigen menjadi kurang.

2. Penyebab / Faktor Predisposisi


Penyebab pneumonia pada bayi dan anak menurut Mansjoer
(2000:466) yaitu:
a. Umumnya adalah bakteri yaitu Streptococus Pneumoniae dan
Staphylococus Aureus. Pada bayi dan anak kecil ditemukan dan
Staphylococus Aureus sebagai penyebab pneumonia yang berat, serius
dan sangat progresif dengan mortalitas tinggi.
b. Virus yaitu Virus sinsisial pernafasan, Hantavirus, Virus
influenza, Virus parainfluenza, Adenovirus, Rhinovirus, Virus herpes
simpleks, Sitomegalovirus, Virus Influensa, Virus Synsitical
respiratorik, Adenovirus, Rubeola, Varisella, Micoplasma (pada anak
yang relatif besar), Pneumococcus, Streptococcus dan Staphilococcus
c. Jamur :Candidiasis, Histoplasmosis, Aspergifosis, Coccidioido
Mycosis, Cryptococosis, Pneumocytis Carini
d. Aspirasi: Makanan, cairan lambung
3. Patofisiologi
Kuman penyebab bronchopneumonia masuk ke dalam jaringan
paru-paru melaui saluran pernafasan atas ke bronchiolus, kemudian kuman
masuk ke dalam alveolus ke alveolus lainnya melalui poros kohn,
sehingga terjadi peradangan pada dinding bronchus atau bronchiolus dan
alveolus sekitarnya.
Tetapi bebelum proses peradangan terjadi sebagian besar kuman
penyebab bronco pneumonia didapat melalui aspirasi partikel infektif. Ada
beberapa mekanisme yang pada keadaan normal melindungi paru dari infeksi.
Partikel infeksius difiltrasi di hidung, atau terperangkap dan dibersihkan oleh
mukus dan epitel bersilia di saluran napas. Bila suatu partikel dapat mencapai
paru-paru, partikel tersebut akan berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga
dengan mekanisme imun sistemik, dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama
kehidupan juga memiliki antibodi maternal yang didapat secara pasif yang dapat
melindunginya dari pneumokokus dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini dapat menyebabkan anak mudah
mengalami bronco pneumonia misalnya pada kelainan anatomis kongenital,
defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan neurologis yang
memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas sekresi mukus
atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor predisposisi tersebut,
partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan pada pertahanan
anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi akibat virus pada
saluran napas bagian atas. Virus tersebut dapat menyebar ke saluran napas bagian
bawah dan menyebabkan bronko pneumonia atau pneumonia virus.
Kemungkinan lain, kerusakan yang disebabkan virus terhadap
mekanisme pertahanan yang normal dapat menyebabkan bakteri patogen
menginfeksi saluran napas bagian bawah. Bakteri ini dapat merupakan organisme
yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di udara.
Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella, campak,
rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi melalui
penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau bakteremia/viremia
generalisata.
Proses radang ini selalu dimulai pada hilus paru yang menyebar
secara progresif ke perifer sampai seluruh lobus. Dimana proses peradangan
ini dapat dibagi dalam empat (4) tahap, antara lain :
1. Stadium Kongesti (4 – 12 jam)
Dimana lobus yang meradang tampak warna kemerahan,
membengkak, pada perabaan banyak mengandung cairan, pada
irisan keluar cairan kemerahan (eksudat masuk ke dalam alveoli
melalui pembuluh darah yang berdilatasi)
2. Stadium Hepatisasi (48 jam berikutnya)
Dimana lobus paru tampak lebih padat dan bergranuler karena sel
darah merah fibrinosa, lecocit polimorfomuklear mengisi alveoli
(pleura yang berdekatan mengandung eksudat fibrinosa
kekuningan).
3. Stadium Hepatisasi Kelabu (3 – 8 hari)
Dimana paru-paru menjadi kelabu karena lecocit dan fibrinosa
terjadi konsolidasi di dalam alveolus yang terserang dan eksudat
yang ada pada pleura masih ada bahkan dapat berubah menjadi pus.
4. Stadium Resolusi (7 – 11 hari)
Dimana eksudat lisis dan reabsorbsi oleh makrofag sehingga
jaringan kembali pada struktur semua (Sylvia Anderson Pearce,
1995 : 231- 232).
4. Pathways
Jamur Aspirasi
V B
i a
r k
u t
s e
Mas
r ke
uk
i
salur
Masan
uk
pern ke
salur
afasa
Peradangan
an
n terjadi pada broncus dan
pernalveoulus dan jaringan sekitarnya
atas
afasa
n
bawa
B
h
ro
EdePen
n
maum
k
anta
puk
o
Supl
raan
pai
kapi
sec
n
O K
lerret
2
H e
H dandi B R DeM
ip u
ipalve a o eti u
bro
o m
er oli t n mda
nku
M
ks D o u c aa l
ve s
et
ia is niK
nt k h mkA
ab a
il et i end
p
ol R
ne
as pi foa
ic et
ai rd p eBrn
an ra o o ke
a e
F
ae ks G dk s tirkm
at
ro i ua i K fasu
In
iq G n n
b da atin
ky t et
to
ue g g
da nbat
t i id
le
M n/ ga
mi f baaa
ra
R p
na fu
a edh
ks
ns
S er
fa a
n ra
ei
Tii tu
s n
a si
m n
an k P
cu
n hb
kt
da ar
pi o
fi aa
iv
A
ka a
n l
si nn
it
nsn ng a
k jg
as
ie
In g T
hi aa
ta
va as
d i l
n
s
si u d an
pf n u n
ut
a g r nri
d
asi
a
5. Klasifikasi

Klasifikasi berdasarkan morfologi yaitu:


a. Pneumonia Lobaris yaitu pneumonia yang melibatkan semua atau segmen
yang luas dari satu lobus paru atau lebih. Jika kedua kedua paru terkena
disebut pneumonia bilateral atau pneumonia ganda. Berbagai stadium
menggambarkan riwayat pneumonia lobaris tanpa komplikasi :
 Kongesti terlihat nyata pada 24 jam pertama.
 Hepatisasi merah (konsolidasi) menggambarkan jaringan paru dengan
eksudat akut yang berpadu, mengandung neutropil dan sel darah
merah, memberikan penampakan makroskopik merah, padat, seperti
hati.
 Hepatisasi kelabu menyusul, ketika sel darah merah pecah dan
tertinggal eksudat fibrinosupuratif, memberikan penampakan kelabu
coklat.
 Resolusi adalah stadium akhir yang diharapkan, ketika eksudat padat
mengalami degradasi enzimatik dan selular dan pembersihan. Struktur
normal kembali lagi.
b. Bronkopneumonia/Pneumonia Lobularis yaitu pneumonia yang dimulai
pada bronkiolus terminal yang tersumbat dengan eksudat mukopurulen
yang membentuk bidang yang terkonsolidasi pada lobus-lobus di
dekatnya. Secara makroskopik, paru menunjukkan fokus konsolidasi dan
supurasi yang tersebar dan menimbul. Gambaran histologik terdiri atas
eksudat akut (neurofilik) supuratif mengisi ruang dan saluran udara,
biasanya sekitar bronkus dan bronkiolus. Resolusi eksudat biasanya
normal, tetapi organisasi dapat terjadi dan berakibat pembentukan
jaringan parut fibrotik pada beberapa kasus, atau pada penyakit yang
agresif mungkin menimbulkan abses. Corak peradangan yang predominan
interstisium terlihat pada infeksi pediatrik, seperti pada Escheria coli atau
streptokokus hemolitik grup B.
c. Pneumonia intertisial yaitu proses inflamasi dengan batas-batas yang
lebih atau kurang dalam dinding alveolus (interstisium) dan jaringan
peribronkial dan interlobaris (Wong, 2008:952; Price, 2005:813; Robbins,
1999:442).

Gambar 2. Distribusi dari paru meliputi bronkial pneumonia dan lobar


pneumonia. Pada bronkopneumonia (kiri) terjadi konsolidasi
pada area yang berbercak. Pada pneumonia lobar (kanan)
konsolidasi terjadi pada keseluruhan lobus.

d. Gejala Klinis
a. Takipnea (nafas cepat) f. Gerakan dada tidak
b. Saat bernapas terdengar simetris
suara ronki g. Anoreksia
c. Batuk produktif h. Malaise
d. Menggigil dan demam i. Gelisah
e. Sianosis j. Fatique
k. Nyeri dada
l. Retraksi dinding dada
(Nurarif, A, 2015)
e. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik difokuskan pada area dada
 Inspeksi : pernafasan cuping hidung, penggunaan otot bantu
pernafasan, retraksi dada, pipi berwarna kemerahan, warna mata
menjadi lebih terang, bibir serta bidang kuku sianotik.
 Palpasi : taktil fremitus meningkat dengan konsolidasi
 Perkusi : pekak diatas area yang konsolidasi
 Auskulatasi : suara ronki nyaring, suara pernafasan bronchial

f. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang


a. Foto polos : digunakan untuk melihat adanya infeksi di paru dan status
pulmoner
b. Nilai analisa gas darah: untuk mengetahui status kardiopulmoner yang
berhubungan dengan oksigenasi
c. Hitung darah lengkap dan hitung jenis: digunakan untuk menetapkan
adanya anemia, infeksi dan proses inflamasi
d. Pewarnaan gram: untuk seleksi awal anti mikroba
e. Tes kulit untuk tuberkulin: untuk mengesampingkan kemungkinan
terjadi tuberkulosis jika anak tidak berespon terhadap pengobatan
f. Jumlah lekosit: terjadi lekositosis pada pneumonia bacterial. Menurut
Ngastiyah; 1997; 41, pemeriksaan laborat didapatkan leukosit
meningkat mencapai 15.00-40.000/cm3, urine biasanya lebih tua dan
terdapat albuminuria ringan dan pada analisa gas darah tepi
menunjukkan asidosis metabolic dengan atau beberapa lobus
g. Tes fungsi paru: digunakan untuk mengevaluasi fungsi paru,
menetapkan luas dan beratnya penyakit dan membantu memperbaiki
keadaan
h. Spirometri statik digunakan untuk mengkaji jumlah udara yang
diinspirasi
i. Kultur darah spesimen darah untuk menetapkan agen penyebab seperti
virus
g. Diagnosa
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum berlebih.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas b.d insufiensi oksigen untuk beraktivitas sehari –
hari.
e. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan fisik
f. Ansietas b.d tindakan invasive.
(Nurarif, A, 2015)

h. Terapi / Tindakan Penanganan


Penatalaksanaan untuk pneumonia bergantung pada penyebab,
sesuai yang ditentukan oleh pemeriksaan sputum mencakup :
a. Oksigen 1-2 L/menit.
b. IVFD dekstrose 10 % : NaCl 0,9% = 3 : 1 ditambah larutan KCL 10
mEq/500 ml/botol infus. Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan
suhu, dan status hidrasi.
c. Berikan istirahat yang cukup
d. Mengontrol suhu tubuh
e. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum
luas seperti ampisilin 100mg/kgBB/hari. Pengobatan ini diteruskan
sampai bebas demam 4-5 hari.

i. Komplikasi
Komplikasi yang bisa muncul yaitu abses kulit, abses jaringan lunak,
otitis media, sinusitis, meningitis purulenta, perikarditis dan epiglottis
kadang ditemukan pada infeksi H. influenza tipe B (Mansjoer, 2000:467).
Komplikasi yang lain dapat terjadi antara lain :
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau
kolaps paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk
hilang. Terjadi apabila penumpukan sekret akibat berkurangnya daya
kembang paru-paru terus terjadi. Penumpukan sekret ini akan
menyebabkan obstruksi bronchus intrinsik. Obstruksi ini akan
menyebabkan atelektasis obstruksi dimana terjadi penyumbatan
saluran udara yang menghambat masuknya udara ke dalam alveolus.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam
rongga pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang
meradang
Infeksi sistemik
d. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial
e. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak. Ini disebabkan
apabila terjadi penyebaran virus hemofilus influenza melalui
hematogen ke sistem saraf sentral. Penyebaran juga bisa dimulai saat
terjadi infeksi saluran pernapasan.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian ( data subjektif/objektif )
a. Sistem Integumen
Subyektif : -
Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi
sekunder), banyak keringat , suhu kulit meningkat,
kemerahan
b. Sistem Pulmonal
Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng
Obyektif : pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk
(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan
otot bantu pernafasan, pernafasan diafragma dan perut
meningkat, Laju pernafasan meningkat, terdengar stridor,
ronchii pada lapang paru,
c. Sistem Cardiovaskuler
Subyektif : sakit kepala
Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi,
kualitas darah menurun
d. Sistem Neurosensori
Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang
Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi
e. Sistem Musculoskeletal
Subyektif : lemah, cepat lelah
Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan
penggunaan otot aksesoris pernafasan
f. Sistem genitourinaria
Subyektif : -
Obyektif : produksi urine menurun/normal,
g. Sistem digestif
Subyektif : mual, kadang muntah
Obyektif : konsistensi feses normal/diare

2. Diagnose keperawatan yang mungkin muncul


a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d produksi sputum berlebih.
b. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler,
gangguan kapasitas pembawa oksigen darah, gangguan pengiriman
oksigen.
c. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia.
d. Intoleransi aktivitas b.d insufiensi oksigen untuk beraktivitas sehari –
hari.
e. Gangguan pola tidur b.d ketidaknyamanan fisik
f. Ansietas b.d tindakan invasive.
(Nurarif, A, 2015)
g. Rencana asuhan keperawatan meliputi tujuan keperawatan,
intervensi dan rasional tindakan

No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional

1. Ketidakefektifan NOC : NIC : 1. Mengetahui keadaan


bersihan jalan nafas Airways suction umum pasien.
Respiratory status :
b.d peningkatan Ventilation 1. Pantau tanda-
2. Mengidentifikasi
produksi sputum. tanda vital
Respiratory status : kelainan pernafasan
Airway patency 2. Auskultasi suara berhubungan dengan
nafas, perhatikan obstruksi jalan
Setelah dilakukan
bunyi nafas napas
asuhan keperawatan
abnormal.
selama….x 24jam, 3. Menentukan
bersihan jalan napas 3. Monitor usaha intervensi yang tepat
pasien efektif. pernafasan, dan mengidentifikasi
Kriteria hasil : pengembangan derajat kelainan
- Pasien melaporkan dada, dan pernafasan
sesak berkurang keteraturan
4. Merupakan indikasi
- Pernafasan teratur 4. Observasi dari kerusakan
produksi sputum, jaringan otak
- Ekspansi dinding
muntahan
dada simetris 5. Membantu
5. Berikan klien air mengencerkan dahak
- Suara ronchi (-),
putih hangat dan meningkatkan
wheezing (-)
sesuai kebutuhan rasa nyaman
- Sputum berkurang jika tidak ada
6. Membantu dalam
atau tidak ada kontraindikasi
pengeluaran sekret
- Frekuensi nafas 6. Lakukan klien sehingga jalan
normal sesuai umur fisioterapi dada nafas klien kembali
sesuai indikasi efektif

7. Meningkatkan rasa
7. Lakukan suction nyaman pasien dan
bila perlu membantu
pengeluaran secret.
8. Berikan O2 sesuai
8. Memenuhi
indikasi
kebutuhan O2
9. Kolaborasi
9. Membantu
pemberian obat
membebaskan jalan
sesuai indikasi
napas secara kimiawi
misalnya
bronkodilator,
antibiotic atau
steroid

2. Gangguan NOC NIC 1. Mengetahui keadaan


pertukaran gas b.d Airway Management umum pasien dan
Respiratory status : gas
perubahan Respiratory berguna dalam
exchanges
membrane alveolus Monitoring evaluasi derajat
kapiler, gangguan Respiratory status : distress pernapasan
1. Kaji tanda-
kapasitas pembawa ventilation atau kronisnya proses
tanda vital dan catat
oksigen darah, penyakit
Vital sign status penggunaan otot
gangguan
aksesori, napas 2. Sianosis kuku
pengiriman Setelah dilakukan
bibir, ketidak menggambarkan
oksigen. tindakan keperawatan
mampuan berbicara vasokontriksi/respon
selama ….x….24jam
tubuh terhadap
diharapkan pertukaran 2.Observasi warna
gas kembali efektif. kulit, membran demam. Sianosis
mukosa dan kuku, cuping hidung,
Dengan kriteria :
serta mencatat membran mukosa,
- Pasien melaporkan adanya sianosis dan kulit sekitar
keluhan sesak perifer (kuku) atau mulut dapat
berkurang sianosis pusat mengindikasikan
(circumoral). adanya hipoksemia
- Tidak terjadi
3.Mengobserva-si sistemik
sianosis.
kondisi yang
- Tingkat kesadaran memburuk.
komposmentis. Mencatat adanya 3. Mencegah kelelahan
hipotensi,pucat, dan mengurangi
- Nadi teratur.
cyanosis, perubahan komsumsi oksigen
- TTV dalam batas dalam tingkat untuk memfasilitasi
normal sesuai kesadaran, serta resolusi infeksi.
dengan umur dispnea berat dan
4. Meningkatkan
kelemahan.
- Hasil AGD dalam ekspansi paru optimal
4.Berikan posisi
batas normal (PCO2
semifowler jika 5. Pemberian terapi
: 35-45 mmHg, PO2
tidak ada oksigen untuk
: 95-100 mmHg)
kontraindikasi menjaga PaO2 diatas
5.Berikan terapi 60 mmHg, oksigen
oksigen sesuai yang diberikan sesuai
kebutuhan, dengan toleransi
misalnya: nasal dengan pasien
kanul dan masker.

3. Ketidakseimbangan NOC NIC : 1. Mencegah terjadi


nutrisi kurang dari adanya reaksi alergi
Nutritional Status : Nutrition
kebutuhan tubuh food and Fluid Intake Management 2. Memenuhi kebutuhan
b.d anoreksia nutrisi pasien sesuai
Nutritional Status :
nutrient intake Nutrition Monitoring usia
3. Mencegah terjadi
Weight control 1. Kaji adanya alergi
makanan dehidrasi
Setelah diberikan 2. Kolaborasi dengan 4. Menambah nafsu
tindakan keperawatan ahli gizi untuk makan
menentukan jumlah
selama …x24 jam 5. Mengetahui
kalori dan nutrisi
diharapkan nutrisi yang dibutuhkan keseimbangan cairan
pasien seimbang sesuai pasien. 6. Memonitor terjadinya
3. KIE intake susu
kebutuhan tubuh penurunan BB selama
yang adekuat
4. Berikan makanan sakit
Kriteria Hasil :
yang terpilih ( 7. Memantau adanya
sudah
a. Adanya peningkatan tanda dehidrasi
dikonsultasikan
berat badan sesuai 8. Mencegah
dengan ahli gizi)
dengan tujuan
5. Monitor jumlah pengeluaran cairan
b. Berat badan ideal intake berlebih
sesuai dengan tinggi 6. Pantau BB pasien
badan secara berkala.
7. Monitor turgor
c. Mampu kulit
mengidentifikasi 8. Monitor mual dan
kebutuhan nutrisi muntah

d. Tidak ada tanda


tanda malnutrisi

e. Tidak terjadi
penurunan berat badan
yang berarti

4. Intoleransi aktivitas NOC NIC 1. Menetapkan


b.d insufiensi Activity Therapy kemampuan pasien
Energy conservation
oksigen untuk 1. Evaluasi respon dan memudahkan
beraktivitas sehari pasien terhadap pemilihan intervensi
– hari. Activity tolerance aktifitas. Catat 2. Menurunkan stress
laporan dipsnea, dan rangsangan
Self care :ADLs
peningkatan berlebihan,
Setelah diberikan kelemahan/kelele meningkatkan
tindakan keperawatan han dan istirahat
selama …x24 jam perubahan tanda 3. Tirah baring
diharapkan pola vital selama dan dipertahankan
aktivitas pasien sesudah aktifitas. selama fase akut
bertambah. 2. Beri pasien untuk menurunkan
lingkungan yang kebutuhan
Kriteria hasil:
tenang dan batasi metabolic,
- 1. Pasien tidak pengunjungselam menghemat energy
mengalami dipsnea saat a fase akut sesuai untuk
melakukan aktifitas indikasi.dorong penyembuhan.
penggunaan 4. Memaksimalkan
- 2.Mampu melakukan
manajemen stress pola istirahat pasien
ADLs sendiri
dan pengalihan 5. Meminimalkan
- 3. Frekuensi nadi dalam yang tepat kelelahan dan
batas normal sesuai 3. Jelaskan membantu
dengan umur pentingnya keseimbangan
istirahat dalam suplai dan
- 4. Frekuensi napas
rencana kebutuhan oksigen.
dalam batas normal
pengobatan dan
sesuai dengan umur
perlunya
keseimbangan
istirahat dan
aktifitas
4. Bantu pasien
memilih posisi
nyaman untuk
istirahat dan tidur
5. Bantu aktivitas
perawatan diri
yang diperlukan,
berikan kemajuan
peningkatan
aktivitas selama
fase
penyembuhan

5. Gangguan pola NOC NIC 1. Mengetahui


tidur b.d Sleep perkembangan
Ansiety reduction
ketidaknyamanan Enhancement kesehatan pasien dan
Comfort level dapat menentukan
fisik 1.Observasi keluhan
intervensi selanjutnya
Pain Level utama dan TTV
2. Mengetahui deviasi
pasien
Rest : Extent and Pattern tidur yang dialami
2.Identifikasi pola
klien
Sleep : Extent and tidur klien dan
3. Agar pasien
Pattern Setelah dilakukan aktivitas klien
asuhan keperawatan memahami tujuan
3.Jelaskan
selama x24 jam intervensi yang akan
pentingnya tidur
diharapkan insomnia pada dilakukan.
yang adekuat
pasien dapat berkurang 4. Agar pasien mampu
4.Dorong pasien
dengan kriteria hasil: membangun pola
menetapkan waktu
tidur yang sesuai
1. Waktu tidur normal tidur yang rutin.
5. Stres dapat
(6-8 jam sehari) 5.Bantu
mengganggu tidur
2. Pola tidur, kualitas menghilangkan
seseorang.
dalam batas normal situasi yang
6. Relaksasi membantu
3. Perasaan segar setelah membuat tidur
pasien santai.
tidur atau istirahat terganggu
Lingkungan nyaman
4. Mampu 6.Ajarkan pasien
membantu
mengidentifikasikan melakukan
hal – hal yang relaksasi meningkatkan
meningkatkan tidur 7.Ciptakan kualitas dan kuantitas
lingkungan yang tidur
nyaman

6. Ansietas b.d NOC NIC 1. Mengurangi


tindakan invasif Anxiety self-control Anxiety Reduction tingkat
Anxiety level (penurunan kecemasan
Coping kecemasan) 2. Membantu
1. Gunakan menenangkan
Kreteria hasil :
pendekatan yang pasien dan
1.Klien mampu menenangkan kelurga
mengidentifikasikan 2. Jelaskan semua 3. Mengetahui
dan mengungkapkan prosedur dan apa faktor penyebab
gejala cemas. yang dirasakan kecemasan pasien
2.Mengidentifikasi, selama prosedur 4. Support dari
mengungkapkan, dan 3. Pahami perspektif keluarga terdekat
menunjukkan teknik terhadap situasi akan memberikan
untuk mengontrol stress ketenangan pada
cemas. 4. Dorong keluarga anak
3.Vital sign dalam untuk menemani 5. Distraksi dapat
batas normal anak mengalihkan
4.Postur tubuh, 5. Instruksikan perhatian anak
ekspresi wajah, pasien sehingga tidak
bahasa tubuh, dan menggunakan terfokus pada
tingkat aktivitas teknik distraksi tindakan yang
menunjukkan dilakukan
berkurangnya
kecemasan

Anda mungkin juga menyukai