PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa yang terjadi di era globalisasi dan persaingan bebas
ini cenderung semakin meningkat. Peristiwa kehidupan yang sangat penuh
dengan tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai, putusnya
hubungan sosial, pengangguran, masalah pernikahan, krisis ekonomi,
tekanan dalam pekerjaan dan deskriminasi meningkat, resiko terjadi
gangguan jiwa (Suliswati, Payapo et al. 2014). Berdasarkan data dari
Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan tahun
2013 tercatat jumlah penduduk Indonesia sebesar 241.000.000 orang
sedangkan sekitar 17.400.000 orang (7,2%) mengalami gangguan jiwa
(Hasriana, dkk, 2013).
Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan bahwa sebanyak
0,46% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar satu juta orang
menderita gangguan psikotik dan 11,6% menderita gangguan emosional
perilaku terhadap responden usia 15-64 tahun sehingga diperkirakan
penderita gangguan jiwa mencapai 19 juta orang. Hal ini menunjukkan
bahwa pada setiap 1000 orang penduduk terdapat empat sampai lima
orang menderita gangguan jiwa. Data tersebut menunjukkan bahwa data
pertahun di Indonesia yang mengalami gangguan jiwa selalu meningkat
(Depkes.RI 2013).
Jenis dan karakteristik gangguan jiwa beragam, satu diantaranya
gangguan jiwa yang sering ditemukan dan dirawat adalah Skizofrenia
(Maramis, W et al. 2009). Prevalensi gangguan jiwa berat skizofrenia di
Indonesia hasil dari Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2018
adalah sekitar 282.654 orang. Daerah paling banyak pasien gangguan jiwa
di Indonesia adalah Provinsi Jawa Barat sekitar 55.133 (Rikesdas 2018)..
Menurut data WHO (2016) prevalensi penderita skizofrenia yaitu 21 juta
terkena skizofrenia (WHO 2016).
Gejala skizofrenia dibagi dalam dua kategori utama : gejala positif
atau gejala nyata dan gejala negatif atau gejala samar. Gejala positif terdiri
dari delusi (waham) yaitu keyakinan yang keliru yang tetap dipertahankan
sekalipun dihadapkan dengan cukup bukti tentang kekeliruannya, serta
tidak serasi dengan latar belakang pendidikan dan sosial budaya,
halusinasi yaitu penghayatan (seperti persepsi) yang dialami dengan panca
indera dan terjadi tanpa adanya stimulus eksternal, dan perilaku aneh
(bizarre). Gejala negatif (defisit perilaku) meliputi afek tumpul dan datar,
menarik diri dari masyarakat, tidak ada kontak mata, tidak mampu
mengekspresikan perasaan. Tidak mampu berhubungan dengan orang lain,
tidak ada spontanitas dalam percakapan, motivasi menurun dan kurangnya
tenaga untuk beraktivitas. Gejala negatif pada skizofrenia menyebabkan
mengalami gangguan fungsi sosial, isolasi sosial, halusinasi, ilusi, waham,
gangguan proses pikir, kemampuan berpikir, serta tingkah laku aneh,
misalnya agresivitas atau katatonik (sheila, L et al. 2008).
Ketidak mampuan individu untuk beradaptasi terhadap lingkungan
dapat mempengaruhi kesehatan jiwa. Satu diantaranya adalah isolasi
sosial, supaya dapat mewujudkan jiwa yang sehat, maka perlu adanya
peningkatan jiwa melalui pendekatan secara promotif, preventif dan
rehabilitatif agar individu dapat senantiasa mempertahankan kelangsungan
hidup terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya maupun
pada lingkungannya (Winddyasih 2008).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain (Yosep and Iyus 2009). Prilaku yang sering ditampilkan klien isolasi
sosial adalah menunjukkan menarik diri, tidak komunikatif, mencoba
menyendiri, asyik dengan pikiran dan dirinya sendiri, tidak ada kontak
mata, sedih, afek tumpul, prilaku bermusuhan, menyatakan perasaan sepi
atau ditolak, kesulitan membina hubungan dilingkungannya, menghindari
orang lain dan mengungkapkan perasaan tidak dimengerti orang lain
(Nanda, 2012).
Untuk meningkatkan keterampilan sosial, penderita perlu
mendapatkan pelatihan (seperti terapi aktivitas kelompok/terapi
lingkungan) atau memberi respon terhadap suatu masalah atau situasi
tertentu melalui komunikasi terapeutik. Kemampuan menerapkan teknik
komunikasi memerlukan latihan dan kepekaan serta ketajaman perasaan
karena komunikasi terjadi tidak dalam kemampuan tetapi dalam dimensi
nilai, waktu dan ruang yang turut mempengaruhi keberhasilan komunikasi
verbal yang terlihat melalui dampak terapeutiknya bagi klien juga
kepuasan bagi perawat. Perawat harus memiliki tanggung jawab moral
yang tinggi dan didasari atas sikap peduli dan penuh kasih sayang serta
perasaan ingin membantu orang lain (Winddyasih 2008). Terapi aktivitas
kelompok sosialisasi (TAKS) merupakan suatu rangkaian kegiatan yang
sangat penting dilakukan untuk membantu dan memfasilitasi pasien isolasi
sosial untuk mampu bersosialisasi secara bertahap melalui tujuh sesi untuk
melihat kemampuan sosialisasi pasien. Ketujuh sesi tersebut diarahkan
pada tujuan khusus TAKS, yaitu : kemampuan memperkenalkan diri,
kemampuan berkenalan, kemampuan bercakap-cakap, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan topik tertentu, kemampuan
menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi, kemampuan bekerja
sama, kemampuan menyampaikan pendapat tentang manfaat kegiatan
TAKS yaitu tahap persiapan, orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi
dengan menggunakan metode dinamika kelompok,diskusi atau Tanya
jawab serta bermain peran atau stimulasi (Stuart, G.W et al. 2006).
Berdasarkan data dari Rumah Sakit Jiwa Derah Abepura tahun 2017
tercatat jumlah pasien gangguan jiwa menurut jenis kelamin yaitu : laki-
laki 414, perempuan 132, menurut usia 24-64 tahun sebanyak 539,
menurut diagnosa medis yaitu Skizofrenia paranoid 473 . Berdasarkan data
tahun 2018 yaitu tercatat jumlah pasien gangguan jiwa menurut jenis
kelamin yaitu : laki-laki 548, perempuan 174, menurut usia 15-64 tahun
sebanyak 684, menurut diagnose medis yaitu skizofrenia paranoid 473.
Berdasarkan jumlah data pasien yang di rawat pada bulan Januari 2019 di
ruang kronis pria I jumlah pasien sebanyak 8 orang dengan kasus Defisit
Perawatan Diri: 3 orang, Isoalsi Sosial : 2 orang, Halusinasi : 3 orang,
Harga Diri Rendah : 1 orang. Di ruang kronis pria II jumlah pasien
sebanyak 15 orang dengan kasus Halusinasi : 12 orang, Perilaku
Kekerasan : 3 orang. Di ruangan kronis wanita jumlah pasien sebanyak 5
orang dengan kasus Defisit Perawatan Diri : 3 orang, dan Halusinasi : 2
orang. Di ruangan akut pria jumlah pasien sebanyak 4 orang dengan kasus
Halusinasi : 2 orang dan Perilaku Kekerasan : 2 orang. Di ruangan kelas
bangsal wanita jumlah pasien sebanyak 3 orang dengan kasus Halusinasi :
1 orang dan Waham : 2 orang.
Beberapa penelitian mengenai pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
terhadap klien dengan masalah keperawatan isolasi sosial seperti
penelitian yang dilakukan oleh Andaryaniwati (2003) di rumah sakit jiwa
Dr. Radjiman Wedioningrat Lawang, menunjukkan persentasi pelaksanaan
yang memuaskan yaitu mencapai tingkat keberhasilan 90% dimana
mampu meningkatkan kemampuan pasien untuk berinteraksi sosial.
Andaryaniwati (2003) menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dari
pelaksanaan Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi. Keberhasilan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah peran perawat di
rumah sakit tersebut yang turut membantu pelaksanaan TAK Sosialisasi
yang senantiasa dikembangkan di dalam kegiatan sehari-hari melalui
proses keperawatan.
Pada jurnal Susiana 2012 tentang Terapi aktivitas kelompok
sosialisasi terhadap peningkatan kemampuan komunikasi verbal dan non
verbal klien isolasi sosial di rumah kutilang RSJ Dr.Radjiman
Wediodiningrat lawang-malang dengan Jenis penelitian pre-eksperimen
dengan rancangan one-group protest-post test design dan hasil penelitian
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan verbal, terbukti dari 0%
berubah menjadi 47% (8 responden dari 17 responden) masuk kategori
baik setelah dianalisa menunjukkan Z hitung lebih kecil dari Z tabel yaitu
3,464 < 35 dengan signifikansi 0,001 < 0,05 artinya TAKS efektif terhadap
3 pengaruh TAKS Sesi 1-7 terhadap peningkatan kemampuan komunikasi
verbal. Untuk kemampuan nonverbal, dari 0% berubah menjadi 11,8% (2
responden dari 17 responden) masuk kategori baik, setelah dianalisa
menunjukkan Z hitung lebih kecil dari Z tabel yaitu -3,162 < 35 dengan
signifikansi 0,002 < 0,05, berarti Ha diterima. Artinya TAKS efektif
terhadap peningkatan kemampuan komunikasi nonverbal klien isolasi
sosial.
Jurnal Margitri 2010 tentang Efektifitas terapi aktivitas kelompok
sosialisasi terhadap perubahan perilaku isolasi sosial di ruang abimanyu,
maespati dan pringgondani rumah sakit jiwa daerah Surakarta. Dimana
jenis penelitiannya adalah quasi experiment dengan hasil penelitian
menunjukkan perubahan perilaku klien Isolasi Sosial, dari skor rata-rata
perilaku isolasi sosial klien sebelum dilakukan terapi aktivitas kelompok
sosialisasi sebesar 16,61 menjadi skor rata-rata 1,17 setelah dilakuan
pemberian terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Pemberian terapi aktivitas
kelompok sosialisasi efektif terhadap perubahan perilaku klien isolasi
sosial.
B. Rumusan Masalah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
b. Bahasa
Bahasa adalah suatu sistem lambang yang memungkinkan orang berbagi
makna. Dalam komunikasi verbal, lambang bahasa yang dipergunakan
adalah bahasa lisan, tertulis pada kertas, ataupun elektronik.(Agus, M. et
al. 2003) Bahasa memiliki tiga fungsi yang erat hubungannya dalam
menciptakan komunikasi yang efektif. Fungsi itu digunakan untuk
mempelajari dunia sekitarnya, membina hubungan yang baik antar sesama
dan menciptakan ikatan-ikatan dalam kehidupan manusia. Ada tiga teori
yang membicarakan sehingga orang bisa memiliki kemampuan berbahasa,
diantarnya
1) Operant Conditioning Theory yang dikembangkan oleh seorang ahli
psikologi behavioristik yang bernama B. F. Skinner (1957). Teori ini
menekankan adanya unsur rangsangan (stimulus) serta tanggapan
(response) atau lebih dikenal dengan istilah S-R. Teori ini menyatakan
jika satu organism dirangsang oleh stimuli dari luar, orang cenderung
akan memberi reaksi. Anak-anak mengetahui bahasa karena ia diajar
oleh orang tuanya atau meniru apa yang diucapkan oleh orang lain
2) Cognitive Theory yang dikembangkan oleh Noam Chomsky, yang
menyatakan bahwa kemampuan berbahasa yang ada pada manusia
adalah pembawaan biologis yang dibawa dari lahir.
3) Mediating Theory atau teori penengah, yang dikembangkan oleh
Charles Osgood. Teori ini menyatakan bahwa manusia dalam
mengembangkan kemampuannya berbahasa, tidak saja bereaksi
terhadap rangsangan (stimulus) yang diterima dari luar, tetapi juga
dipengaruhi oleh proses internal yang terjadi dalam dirinya.(Agus, M.
et al. 2003)
C. Gangguan jiwa
1. Pengertian
Gangguan jiwa atau mental illenes adalah kesulitan yang harus
dihadapi oleh seseorang karena hubungannya dengan orang lain, kesulitan
karena persepsinya tentang kehidupan dan sikapnya terhadap dirinya sendiri-
sendiri (Budiman 2010). Salah satu bentuk dari gangguan jiwa adalah
skizofrenia. Skizofrenia merupakan suatu penyakit persisten dan serius yang
mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkrit dan kesulitan dalam
memproses informasi, hubungan interpersonal, serta memecahkan masalah
menurut (Stuart 2007). Hampir di seluruh dunia tidak kurang dari 450 juta
(11 %) orang yang mengalami skizofrenia (ringan sampai berat) (WHO,
2006). Dampak yang di timbulkan oleh menarik diri pada pasien skizofrenia
adalah ; kerusakan komunikasi verbal dan non verbal, gangguan hubungan
interpersonal, gangguan interaksi sosial, resiko perubahan persepsi sensori
( halusinasi )
1) Isolasi Sosial
a. Pengertian
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al.
2017) Isolasi sosial ialah ketidak mampuan untuk membina hubungan
yang erat, hangat, terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Isolasi sosial adalah keadanaan dimana individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya, pasien mungkin merasa ditolak, tidak
diterma, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain. (Dermawan, D et al. 2013).
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain di sekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak, tidak
diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain (Yosep and Iyus 2009).
Menurut Dermawan D dan Rusdi (2013) isolasi sosial :
menarik
diri adalah keadaan di mana seseorang mengalami atau tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Klien merasa di tolak,
tidak di terima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang
berarti dengan orang lain.
b. Rentang respon
Adaptif
maladaptif
3. curiga
3. Bekerja sama 3.Manipulasi curiga
4. Saling
ketergantungan
(Sumber: Surya Direja Buku Ajaran Asuhan Keperawatan Jiwa di Indonesia, 2011)
1. Respon adaptif
2. Respon maladaptif
c. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a) Factor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stess yang
ditimbulkan oleh factor sosial budaya seperti keluarga.
b) Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologi, yaitu stress terjadi akibat
ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadinya
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya.
d.Tanda gejala
Menurut Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (PPNI, T et al.
2017) tanda gejala isolasi sosial sebagai berikut:
1) Gejala dan Tanda Mayor isolasi sosial
Subyektif Obyektif
Subyektif Obyektif
1. Merasa berbeda 1. Afek datar
2. Efek sedih
dengan orang lain
3. Riwayat ditolak
2. Merasa asik dengan
4. Menunjukkan
pikiran sendiri
permusuhan tidak
3. Merasa tidak
mampu memenuhi
mempunyai tujuan
harapan orang lain
yang jelas
kondisi difabel
tindakan tidak
berarti tidak ada
kontak mata,
perkembangan
terlambat, tidak
bergairah/ lesu
2). Halusinasi
a. Pengertian
Halusinasi didefinisikan sebagai seseorang yang merusak
stimulasi yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik
stimulus suara, bayangan, bau-bauan, pengecapan maupun (Yosep
and Iyus 2009) perabaan. Menurut (Stuart 2007)Halusinasi adalah
kesan respon dan pengalaman sensori yang salah. Halusinasi juga
dinyatakan sebagai persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan sesuatu
yang nyata tanpa rangsangan dari luar (direja, A. et al.
2011)Halusinasi pendengaran adalah mendengar suara atau bunyi
yang berkisar dari suara sederhana sampai suara yang berbicara
mengenai klien sehingga klien terhadap suara atau bunyi tersebut
(Stuart 2007)
b. Etiologi
Faktor Predisposisi menurut Yosep (2011)
1).Faktor perkembangan Perkembangan klien yang terganggu
misalnya kurangnya mengontrol emosi dan keharmonisan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil,
mudah frustasi, dan hilang percaya diri.
2).Faktor sosioklturalStres lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya respon maladaptif, misalnya bermusuhan,
kehilangan harga diri, kerusakan dalam berhubungan
interpersonal, tekanan dalam pekerjaan dan kemskinan.
3).Faktor biokimia Adanya stress yang berlebihan yang dialami
oleh seorang maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia buffoferom dan
dimetytron ferase sehingga terjadi ketidakseimbangan
acetykolin dan dopamine.
4).Faktor psikologis Tipe kepribadian yang lemah dan tidak
bertanggung jawab akan mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat aditif. Klien lebih memilih beserangan
sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
5).Faktor genetik dan pola asuh, hasil study menunjukan bahwa
faktor keluarga menunjukan hubungan yang sangat
No Nama Judul Penelitian Tujuan Penelitian Metode Dan Hasil Penelitian Kesimpulan
Variable Penelitian
1 (Nyumirah Peningkatan Bertujuan untuk Dengan metode Sample berjumlah Berdasarka hasil
Kemampuan kuantitatif
2013) mengetahui pengaruh 33 orang dengan uji statistic tidak
menggunakan desain
Interaksi Sosial pemberian terapi quasi experimental tehnik ada hubungan
(Kognitif, afektif pre –post test
perilaku kognitif pengambilan umur dengan
dan Prilaku) Melalui
without control
terhadap kemampuan teknik pengambilan sample total kognitif, efektif,
Penerapan Terapi sample secara total
klien isolasi sosial sampling. Hasil dan prilaku dan
Perilaku Kognitif sampling . denga
dalam melakukan variable yang di penelitian ada hubungan
teliti yaitu kognitif
interaksi. Penelitian menunjukkan ada antara jenis
sebelum 13,79 dan
dilakukan untuk sesudah 19,88 pegaruh terapi kelamin dengan
Afektif sebelum
menganalisa perilaku kognitif kognitif (P< 0,05)
14,58 dan sesudah
peningkatan 17,33 terhadap ada hubungan
Perilaku sebelum
kemampuan kognitif kemampuan
9,64 dan sesudah
,efektif dan perilaku 11,06 interaksi
klien isolasi sosial (kognitif, efektif
dan perilaku)
pada klien isolasi
sosial (P value
≤ 0,05¿
2 (Wiastuti and Pengaruh Terapi Diketahuinya pengaruh Penelitian ini Hasil penelitian Sehingga hasil ini
Aktivitas terapi aktivitas merupakan diketahui bahwa mengindikasikan
Mamnu’ah
Kelompok kelompok sosialisasi penelitian quasi didapatkan hasil bahwa terdapat
2011) Sosialisasi terhadap kemampuan eksperiment teknik uji statistic nilai P perbedaan yang
Terhadap sosialisasi pada pasien sample yang di 0,001 lebih kecil signifikan antara
Kemampuan isolasi sosial di rumah gunakan adalah dari pada 0,05. sbelumdan sesdah
Sosialisasi Pada sakit purposive sampling. Sehingga di dapat perlakuan hasil
Pasien Isoalasi Dengan sample 15 disimpulkan ada tersebut
Sosial responden yang pengaruh terapi menunjukkan
memenuhi kriteria aktivitas bahwa Ha di
inklusi untuk kelompok terima Ho di tolak
menganalisa sosialisasi yang artinya terapi
hubungan dua terhadap aktivitas kelmpok
variable digunakan kemampuan sosialisasi
iju Wilcoxon signed sosialisasi pada berpengaruh dalam
test pasien isolasi meningktkan
sosial kemampuasn
sosialisasi
3 (Tumiwa Pengaruh Terapi Penelitian ini bertujuan Metode yang di Menunjukkan ada Berdasarkan hsil
Aktivitas untuk mengetahui gunakan adalah pengaruh antara penelitian yang
2018)
Kelompok pengaruh terapi quasi experiment terapi aktivitas telah dilakukan
Sosialisasi Sesi aktivitas kelompok dan desain yang di kelompok terdapat
3Terhadap soasialisasi sesi 3 gunakan dala sosialisasi sesi 3 peningkatan nilai
Kemampuan terhadap kemampuan penelitian ini adalah dengan rata- rata
Komunikasi komunikasi verbal one group pretest kemampuan kemampuan
Verbal Pada Klien klien menarik diri dan posttet jumlah komunikasi komunikasi verbal
Menarik Diri sample dalam verbal pada klien klien menarik diri
penelitian sebanyak menarik diri di setelah di berikan
34 orang dengan RSJ prov jawa TAKS sesi 3
teknik pengambilan barat
total sampling
pengumpulan data
menggunakan
wawancara bebas
terpimpin
4 (Nancye and Pengaruh Terapi Untuk mengetahui Dalam penelitian ini Hasil dari Ada pengaruh
Aktivitas Klompok pengruh terapi aktivitas rancangan yang di penelitian ini terapi aktivitas
Maulidah
Sosialisasi kelompok sosialisasi gunakan adalah penilitian ini kelompok
2018) Terhadap terhadap kemampuan quasi eksperiment semua responden sosiaisasi terhadap
Kemampuan bersosialisasi dengan metode one- tidak memiliki kemampuan
Bersosialisasi group pre-post test kemampuan bersosialiasasi
Pasien Isolasi design. Yaitu bersosialisasi pada pasien isolasi
Sosial Diagnosa menggunakan dengan baik sosial diagnose
Skizofrenia Di hubungan sebab sebelum skizofrenia .
Rumah Sakit Jiwa akibat dengan cara dilakukan TAKS
Menur Surabaya melibatkan satu sebanyak 7
klompok oarang (100%)
subjek,variable sedangkan setelah
bebas dalam di lakukan TAKS
penelitian ini adalah sebagaian
terapi aktivitas responden
klompok sosiaslisasi mampu untuk
dan variable terkait bersosialisasi
dalam penelitian ini dengan baik
adalah kemampuan sebanyak 5 orang
bersosialisasi. ( 0,8%) dan ada
pengaruh TAKS
sebagaian
responden
mampu untuk
bersosialisasi
dengan nilai
p=0,025.
5 (Hasriana, Pengaruh Terapi Tujuan penelitian ini .Desain penelitian Pengolahan data .Kesimpulan
Aktivitas adalah mengidentifikasi menggunakan menggunakan penelitian ini
Nur et al.
Kelompok pengaruh terapi rancangan The one komputer SPSS adalah ada
2013) Sosialisasi aktivitas kelompok group pretest-postest versi 16.Hasil pengaruh terapi
Terhadap sosialisasi terhadap design, dengan analisa aktivitas kelompok
Kemampuan kemampuan pasien teknik pengambilan menunjukkan sosialisasi
Bersosialisasi Pada berinteraksi sosial sampel yaitu adanya pengaruh terhadap
Klien Isolasi purposive sampling yang signifikan kemampuan pasien
Sosial Menarik terhadap 30 dari TAK berinteraksi sosial.
Diri Di Rumah responden dengan Sosialisasi Sebaiknya TAK
Sakit Khusus lama rawat kurang terhadap Sosialisasi menjadi
Daerah Provinsi dari 3 bulan. kemampuan terapi keperawatan
Sulawesi Selatan Kemampuan berinteraksi sosial terhadap setiap
berinteraksi sosial dengan p = 0,000. pasien dengan
diukur sebelum dan masalah
setelah dilakukan keperawatan
intervensi TAK isolasi sosial
menggunakan karena TAK
lembar observasi. merupakan salah
Analisa data dengan satu tindakan
uji “wilcoxon sign keperawatan yang
rank test”. efektif.
Stuart, et al. (2006). Principles and practice of psychiatric nursing. Mosby Year
Book, Misouri.
WHO (2016). "World Health Statistics Monitoring Health For The Sdgs." from
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004.
Wiastuti, A. and M. a. Mamnu’ah (2011). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok
Sosialisasi Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Pasien Isolasi Sosial Di Rumah
Sakit Ghrasia Provinsi Diy, STIKES'Aisyiyah Yogyakarta.