Digidaw Polimer 42-45
Digidaw Polimer 42-45
akan mengalami propagasi daripada terminasi. Hal ini sejalan dengan parameter p ( tingkatan
reaksi) dalam tahap proses polimerisasi. (Bagian 2.1.4) dari pengertian α maka diperoleh
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑎𝑔𝑎𝑠𝑖
α=
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑜𝑔𝑎𝑠𝑖 + 𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑟𝑒𝑎𝑘𝑠𝑖 𝑙𝑎𝑖𝑛
persamaan ini dapat digunakan untuk menghitung probabilitas P(i) membentuk molekul
polimer Mi yang mengandung unit monomer i.
R–M–M–M–. . . –M
1 2 3 (i – 1)
Jika mekanisme terminasi adalah disproposionasi maka derajat polimerisasi akan sama dengan
panjang rantai. Reaksi awal antara radikal dan molekul monomer pertama berlangsug cepat
dan hanya adisi berikutnya yg perlu dipertimbangkan. Molekul Mi telah terbentuk oleh (i – 1)
reaksi adisi. Probabilitas salah satu reaksi telah terjadi adalah α dan dengan menggunakan
analogi tahap proses polimerisasi probabilitas bahwa reaksi adisi berturut berturut telah terjadi
adalah α(i – 1). Probabilitas reaksi terakhir mengalami terminasi daripada propagasi adala (1 –
α) dan sehingga probabilitas Mi yang telah terbentuk adalah
P(i) = α(i – 1) (1 – α) (2.39)
Menggunakan asumsi yang sama untuk tahap proses polimerisasi (Bagian 2.1.6) maka
diperoleh
Mw/Mn = (1+ α) (2.40)
Untuk mendapatkan molekul yang panjang laju propagasi harus lebih cepat dari seluruh reaksi
yang terjadi.
Contohnya α i dan Mw/Mn 2
Yang hasilnya identik dengan tahap proses polimerisasi.
Hasil yang berbeda diperoleh jika mekanisme terminasi merupakan suatu kombinasi. Pada
kasus ini perhitungannya semakin rumit karena rantai yang bertambah bergabung memberikan
molekul polimer dua kali panjang rantainya. Maka diperoleh
Mw/Mn = (2+ α)/2 (2.41)
Dan untuk molekul polimer yang panjang
Α 1 sehingga Mw/Mn 1.5
Dua kasus yang dipertimbangkan diatas cukup ideal dan dalam prakteknya situasinya dapat
lebih rumit. Contohnya, mekanisme terminasi mungkin merupakan campuran dari kombinasi
dan disproposionasi, reaksi percabangan mungkin terjadi dan transfer rantai dapat terjadi.
Semua itu mungkin mempengaruhi distribusi massa molekul relatif.
2.2.8 Autoacceleration
Sering ditemukan penyimpangan dari kinetika steady-state selama adisi polimerisasi radikal
bebas, terutama menuju akhir reaksi menggunakan monomer murni atau larutan pekat. Hal ini
mudah ditunjukkan dengan melihat persamaan laju polimerisasi yang disederhanakan.
−𝑑[𝑀]
= 𝑘𝑟 [𝑀] (2.32)
𝑑𝑡
Jika konsentrasi inisiator konstan maka dapat diintegrasikan jika konsentrasi monomer awal
adalah [M]0 dan menjadi [M] setelah waktu t, sehingga
[𝑀]
ln ( [𝑀]0 ) = 𝑘𝑅 𝑡 (2.42)
Grafik dari ln([M]0/[M]) terhadap t seharusnya merupakan garis lurus jika berlaku steady state.
Gambar 2.5 memperlihatkan beberapa data eksperimen untuk polimerisasi larutan metil
metaklirat dalam benzena pada berbagai konsentrasi. Larutan dengan konsentrasi terendah
mengikuti persamaan (2.42), namun karena konsentrasi metil metaklirat meningkat, pada
mulanya, merupakan kemajuan signifikan, dan akhirnya menjadi bencana pada kurva yang
menunjukan peningkatan kR dan cukup mempercepat reaksi. Fenomena ini disebut sebagai
autoacceleration aau efek Trommsdorff-Norrish atau efek gel. Hal ini disebabkan karena
peningkatan viskositas medium reaksi yang disebabkan oleh pembentukan molekul polimer
dan cenderung lebih jelas dalam larutan pekat atau monomer yang tidak diencerkan. Karena
peningkatan viskositas pusat aktif tidak mampu bertemu dan terbatas. Oleh karena itu laju
terminasi menurun drastis. Reaksi inisiasi dan propagasi masih berlangsung pada tingkat yang
sama dan konsentrasi perpanjangan rantai meningkat. Reaksi adisi adalah reaksi eksotermis
sehingga panas berubah sesuai dengan peningkatan laju yang berarti jika disipasi energi buruk
memungkinkan terjadi ledakan. Cara paling mudah untuk menghindari autoacceleration adalah
dengan menggunakan larutan encer atau menghentikan reaksi sebelum difusi rantai menjadi
sulit.
Dimana ktrM, ktrI, dan ktrS merupakan konstanta untuk laju reaksi transfer dengan monomer,
inisiator, dan pelarut masing-masing. Reaksi transfer tersebut mengubah kinetika reaksi steady-
state pada Bagian 2.2.5. Panjang rantai v didefinisikan sebagai
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑝𝑟𝑜𝑝𝑎𝑔𝑎𝑠𝑖
v =
𝑙𝑎𝑗𝑢 𝑖𝑛𝑖𝑠𝑖𝑎𝑠𝑖
reaksi transfer dapat dianggap sebagai reaksi yang menghentikan rantai kinetik sehingga
mengikuti persamaan (2.27), (2.28), (2.43), (2.44), and (2.46) yaitu
𝑘𝑝 [𝑀]𝛴[𝑀𝑖 ·]
v = (2.46)
2𝑘𝑡 (𝛴[𝑀𝑖 ·])2 +𝛴[𝑀𝑖 ·](𝑘𝑡𝑟𝑀 [𝑀]+𝑘𝑡𝑟𝐼 [I]+𝑘𝑡𝑟𝑆 [𝑆])
jika diasumsikan hanya mekanisme normal terminasi adalah disproporsionasi maka karena v =
xn untuk mekanisme ini
1 2𝑘𝑖 𝛴[𝑀𝑖 ·] [I] [𝑆}
= + 𝐶 𝑀 + 𝐶𝐼 + 𝐶𝑠 (2.47)
𝑥𝑛 𝑘𝑝 [𝑀] [𝑀] [𝑀]