Anda di halaman 1dari 11

Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri

Pada Lansia
60-74 Tahun

PERBEDAAN FOUR SQUARE STEP EXERCISES DAN SINGLE LEG


STAND BALANCE EXERCISES DALAM MENINGKATKAN
KESEIMBANGAN BERDIRI PADA LANSIA 60-74 TAHUN
Muthiah Munawwarah1, Nurul Arifyanti Rahmani2
1,2
Program Studi S-1 Fisioterapi, Universitas Esa Unggul
Jalan Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
muthi.ft@esaunggul.ac.id

Abstract
Purpose to know the difference four square step single leg stand exercises and balance exercises
to improve balance in elderly 60-74 years standing. Research conducted in the Duri Kepa, West
Jakarta Rt.12 Rw.07 and social homes Werdha Wisma Mulia Jakarta Barat. Samples were selected
by purposive sampling technique with the object 18 elderly people. Group I consisted of 9 persons
with interventions that give the four square step exercises and treatment group II consisting of 9
people with interventions for the single leg balance exercises stand. Eksprimental research with a
comparative approach to study the differences intervention provided the research object. improved
standing balance in the elderly was measured before and after intervention provided by using a
measuring instrument Romberg test. Results in group I Mean±SD before exercise 21.63±2.526
after practice Mean±SD 27.81±2.023. In group II Mean±SD before exercise 26.45±5.423 after
practice Mean±SD 36.94±7,658. results two variabel show that the provision of training
intervention p value of 0.002 (p <0.05). Conclusion difference effect Four Square Step Exercise
and Single leg balance stand up exercise improve balance in elderly 60-74 years

Keywords: four square step exercises, balance exercises single leg stand, standing balance .

Abstrak
Tujuan untuk mengetahui perbedaan four square step exercises dan single leg stand balance
exercises dalam meningkatkan keseimbangan berdiri pada lansia 60-74 tahun. Penelitian
dilaksanakan di lingkungan Kelurahan Duri Kepa Rt.12 Rw.07 Jakarta Barat dan Di Panti Werdha
Wisma Mulia Jakarta Barat. Sampel dipilih dengan tehnik purposive sampling dengan objek 18
orang lansia. Kelompok perlakuan 1 terdiri dari 9 orang dengan intervensi yang diberikan yaitu four
square step exercises dan kelompok perlakuan II yang terdiri dari 9 orang dengan intervensi yang
diberikan yaitu single leg stand balance exercises. Penelitian eksprimental dengan pendekatan
komperatif untuk mempelajari perbedaan intervensi yang diberikan terhadap obyek penelitian.
Untuk melihat peningkatan keseimbangan berdiri pada lansia tersebut dilakukan pengukuran
sebelum dan sesudah intervensi yang diberikan dengan menggunakan alat ukur romberg test.
Hasil pada kelompok I didapatkan nilai rata-rata sebelum latihan 21.63, SD: 2.526 sedangkan
sesudah latihan 27.81 SD: 2.023. Pada kelompok II didapatkan nilai rata-rata sebelum latihan
26.45 SD: 5.423 sedangkan sesudah latihan 36.94 SD : 7.658. hasil uji 2 pemberian intervensi
latihan menunjukkan bahwa nilai p 0,002 (p<0.05). Kesimpulan ada perbedaan Four Square Step
Exercise dan Single leg stand balance exercise dalam meningkatkan keseimbangan berdiri pada
lansia 60-74 tahun.

Kata Kunci :four square step exercises, single leg stand balance exercises, keseimbangan berdiri.

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 95


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
Pendahuluan Perubahan yang terjadi pada lanjut usia
Manusia tumbuh dan berkembang dari tersebut dapat terjadi secara fisiologis dan
bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan lansia patologis. Bila seseorang mengalami penuaan
(lanjut usia). Lansia (lanjut usia) adalah suatu secara fisiologis, maka mereka tua dalam
tahap lanjut yang dilalui dalam proses keadaan sehat. Penuaan dibagi menjadi 2
kehidupan pada setiap manusia yang ditandai yaitu, penuaan sesuai dengan kronologi usia
dengan penurunan kemampuan dan fungsi yang dipengaruhi oleh faktor endogen,
tubuhnya baik secara fisik maupun psikologis. dimana perubahan dimulai dari sel, organ dan
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun sistem pada tubuh sedangkan penuaan secara
1998 tentang Kesejahteraan Lanjut usia yang sekunder yang dipengaruhi faktor ekstrogen
dimaksud dengan lanjut usia adalah penduduk yaitu lingkungan sosial budaya atau gaya
yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Diseluruh dunia penduduk lansia dengan usia keseimbangan berupa: Gaya gravitasi bumi,
lebih dari 60 tahun tumbuh dengan sangat Pusat gravitasi (center of gravity-COG), Garis
cepat bahkan tercepat dibanding kelompok Gravitasi (Line Of Gravity-LOG), Bidang tumpu
usia lainnya. Diperkirakan mulai tahun 2010 (Base of Support-BOS).
akan terjadi ledakan jumlah penduduk lanjut Pada lansia yang memiliki banyak
usia. Hasil prediksi menunjukkn bahwa penurunan pada fisiologis tubuh, terutama
persentase penduduk lanjut usia akan yang berpengaruh pada pengontrol keseim-
mencapai 9.77 persen dari total penduduk bangan seperti penurunan kekuatan otot,
pada tahun 2010 dan menjadi 11.34 persen perubahan posture, kadar lemak yang
pada tahun 2020. menumpuk pada daerah tertentu, beberapa
Menurut WHO batasan umur lansia komponen pada keseimbangan meliputi yaitu
adalah kelompok usia 45-49 tahun (midle sistem informasi sensoris visual, yang dimana
elderly), usia 60-74 tahun(elderly), usia 75-90 sistem visual sangat memegang peran penting
tahun (old), usia diatas 90 tahun (very old). dalam sistem sensoris. Sistem vestibular yaitu
Menurut Depkes RI, batasan lansia terbagi komponen vestibuler merupakan sistem
dalam empat kelompok yaitu pertengahan sensoris yang berfungsi penting dalam
umur usia lanjut (virilitasi) yaitu masa keseimbangan. Somatosensoris terdiri dari
persiapan usia lanjut yang menampkkan taktil atau proprioseptif serta pesrsepsi-
keperkasaan fisik dan kematangan jiwa antara kognitif. Adaptive sistem, merupakan kemam-
45-54 tahun, usia lanjut dini (prasenium) yaitu puan adaptasi akan memodifikasi masukan
kelompok yang mulai memasuki usia lanjut sensoris dan keluaran motorik ketika terjadi
antara 55-64 tahun, kelompok usia lanjut perubahan tempat sesuai dengan karak-
(senium) usia 65 tahun ke atas dan usia lanjut teristik lingkungan. Lingkup Gerak Sendi (Joint
dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang Range Of Motion) yaitu kemampuan sendi
berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok untuk membantu gerak tubuh dan meng-
usia lanjut yang hidup sendiri,menderita arahkan gerakan terutama saat gerakan yang
penyakit berat, atau cacat. memerlukan keseimbangan yang tinggi. jika
Dari sisi kualitas hidup, selain hal tersebut terjadi akan terjadi kontrol
pendidikan, penduduk lanjut usia juga meng- keseimbangan yang kurang baik bagi lansia
alami masalah kesehatan. Data menunjukan sehingga dapat meningkatkan resiko jatuh
bahwa ada kecendrungan angka kesakitan pada lansia. Sederhananya keseimbangan
lanjut usia mengalami peningkatan dari tahun sangat dibutuhkan dalam kehidupan
ke tahun. Kondisi ini tentunya harus beraktifitas semua orang setiap harinya
mendapatkan perhatian berbagai pihak. misalkan dalam berdiri, duduk, berjalan, dan
Lanjut usia yang sakit-sakitan akan menjadai aktifitas fungsional lainnya termasuk para
beban dalam pembangunan. Oleh sebab itu, lansia.
kita harus menjadikan masa lanjut usia Komponen yang mengatur
menjadi tetap sehat, produktif dan mandiri. keseimbangan lansia, meliputi sistem visual
Hal ini tidak akan tercapai bila kita tidak (tidak bisa membedakan jarak), vestibuler
mempersiapkan masa lanjut usia sejak dini (menurunnya pendengaran), sistem
(BPS, 2009). muskuloskeletal pada extremitas bawah (otot,
sendi, tulang). Tahap lanjutan dari suatu

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 96


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
proses kehidupan yang ditandai dengan “Perbedaan Four Square Step Exercises dan
penurunan kemampuan fisik dan /fungsional Single Leg Stand Balance Exercises Dalam
tubuh untuk beradaptasi, hal ini disebabkan Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
oleh berkurangnya jumlah protein dan juga Lansia 60-74 Tahun.“
berkurangnya jumlah serabut-serabut otot.
Dengan berkurangnya ukuran otot, kekuatan Tinjauan Pustaka
otot juga berkurang. Dengan pe-nurunan Pengertian Keseimbangan
elastisitas serta mobilitas, kemam-puan gerak Kemampuan tubuh untuk memperta-
dan terbatas serta fungsi sehingga hankan keseimbangan dan kestabilan postur
kemampuan keseimbangan tubuh menurun. oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan
Diperlukan latihan yang terarah, terukur dan dari faktor lingkungan dan sistem regulasi
terpadu untuk meningkatkan keseimbangan yang berperan dalam pembentukan keseim-
tersebut. bangan.
Adanya penurunan kekuatan otot salah Tujuan dari tubuh mempertahankan
satunya diikuti dengan penurunan aktifitas keseimbangan adalah menyangga tubuh
fungsional. Dasar dari segala gerakan fungsi- melawan gravitasi dan memepertahankan
onal adalah keseimbangan. Kelemahan otot- pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang
otot yang mengakibatkan penurunan aktivitas dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi
funsgional sehari-hari di dapati setelah proses bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
assesment yang tepat. Pemeriksaan akan bergerak.
dilakukan dengan kedua metode latihan Keseimbangan adalah merupakan suatu
keseimbangan yaitu Four Square Step kemampuan untuk mempertahankan keseim-
exercises dan Single Leg Stand Balance bangan tubuh ketika di tempatkan di berbagai
Exercises. Kedua metode latihan tersebut posisi atau tempat, sedangkan menurut
sangat cocok untuk melatih meningkatkan O’Sullivan keseimbangan adalah kemampuan
keseimbangan. Hal ini penting karena untuk untuk mempertahankan pusat gravitasi pada
menentukan jenis intervensi yang akan bidang tumpu terutama ketika saat posisi
diberikan supaya hasil yang diharapkan bisa tegak. Selain itu, Menurut Ann Thomson,
maksimal. Selain itu melakukan evaluasi ulang Keseimbangan adalah kemampuan untuk
sangat penting serta melakukan pencatatan mempertahankan tubuh dalam posisi
sebagai bahan dokumentasi yang ditujukan keseimbangan maupun dalam keadaan statik
untuk tindakan selanjutnya. atau dinamik serta menggunakan aktivitas
Intervensi fisioterapi pada kondisi ini otot yang nominal.
sangat banyak, salah satunya dengan latihan.
Latihan biasanya didefenisikan sebagai suatu Fisiologi Keseimbangan
proses sistematik yang dilakukan dalam Kemampuan tubuh untuk memper-
jangka waktu panjang, berulang-ulang, tahankan keseimbangan dan kestabilan postur
progresif dan mempunyai tujuan untuk oleh aktivitas motorik tidak dapat dipisahkan
meningkatkan kemampuan fisik. foursquare dari faktor lingkungan dan sistem regulasi
step exercises adalah berupa latihan untuk yang berperan dalam pembentukan keseim-
meningkatkan keseimbangan untuk bangan. Pusat keseimbangan terletak di dekat
meningkatkan vestibular , latihan ini di mulai telinga, sensasi kinestetik dan mata yang
berupa empat persegi yang diberi tanda, berfungsi untuk menjaga keseimbangan.
kemudian pasien melangkah dengan Tujuan dari tubuh mempertahankan
kemampuannya. Pasien melangkah ke target keseimbangan adalah menyangga tubuh
dalam waktu yang ditetapkan, Sedang-kan melawan gravitasi dan memepertahankan
single leg stand exercises merupakan latihan pusat massa tubuh agar sejajar dan seimbang
keseimbangan yang berupa untuk dengan bidang tumpu, serta menstabilisasi
meningkatkan propioceptifnya yang dimana bagian tubuh ketika bagian tubuh lain
latihan ini dengan berdiri satu kaki, dengan bergerak. Sensory channel yang terjadi pada
waktu yang sudah ditetapkan. lansia adalah: Sistem informasi sensoris
Berdasarkan latar belakang tersebut meliputi dari visual, vestibuler, dan
penulis merasa tertarik untuk mengangkat somatosensoris.
topik diatas dalam bentuk penelitian

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 97


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
Visual kekuatan) suatu otot terhadap otot yang
Input visual merupakan hal penting lainnya dala melakukan fungsi gerak tertentu.
dalam mengontrol keseimbangan yaitu Respon otot-otot postural yang sinergis
dengan menyediakan informasi tentang mengarah pada waktu dan jarak dari aktivitas
lingkungan tempat kita berada dan untuk kelompok otot yang diperlukan untuk
memprediksi gangguan-gangguan yang akan mempertahankan keseimbangan dan kontrol
datang. postur. Beberapa kelompok otot baik pada
ekstremitas atas maupun bawah berfungsi
Sistem Vestibular mempertahankan postur saat berdiri tegak
Komponen vestibular merupakan sistem serta mengatur keseimbangan tubuh dalam
sensoris yang berfungsi penting dalam berbagai gerakan.
keseimbangan, kontrol kepala, dan gerak bola
mata. Masukan (input) propioseptor pada Kekuatan Otot (Muscle Strength)
sendi, tendon, dan otot dari kulit di telapak Kekuatan otot umumnya diperlukan
kaki juga merupakan hal penting untuk dalam melakukan aktivitas. Semua gerakan
mengatur keseimbangan saat berdiri statik yang dihasilkan merupakan hasil dari adanya
maupun dinamik. peningkatan tegangan otot sebagai respon
motorik.
Somatosensoris Kekuatan otot dapat digambarkan
Sistem somatosensori memberikan sebagai kemampuan otot menahan beban baik
informasi tentang posisi dan gerakan bagian- berupa beban eksternal (eksternal force)
bagian tubuh dan tubuh relatif terhadap satu maupun beban internal (internal force).
sama lain dan permukaan dukungan. Informasi Kekuatan otot sangat berhubungan dengan
dari proprioceptors otot termasuk otot spindle sistem neuro-muskuler yaitu seberapa besar
dan organ tendon Golgi (sensitif terhadap kemampuan sistem saraf mengaktifasi otot
panjang otot dan ketegangan), reseptor sendi untuk melakukan kontraksi. Sehingga semakin
(sensitif terhadap posisi sendi, gerakan, dan banyak serabut otot yang teraktifasi, maka
stres), dan mechanoreceptors kulit (sensitif semakin besar pula kekuatan yang dihasilkan
terhadap getaran, sentuhan ringan, tekanan otot tersebut.
dalam, peregangan kulit) adalah input Kekuatan otot dari kaki, lutut serta
dominan untuk menjaga keseimbangan ketika pinggul harus adekuat untuk memperta-
permukaan dukungan tegas, datar, dan tetap. hankan keseimbangan tubuh saat adanya
Pengaruh lansia pada Proprioception tekanan gaya dari luar. Kekuatan otot tersebut
adalah adanya penurunan massa otot dan berhubungan langsung dengan kemampuan
kekuatan adalah salah satu karakteristik otot untuk melawan gaya gravitasi serta beban
menonjol dari penuaan alami. Kehilangan eksternal lainnya yang secara terus menerus
kekuatan dapat membatasi aktivitas hidup mempe-ngaruhi posisi tubuh.
sehari-hari dan mobilitas, meningkatkan
kemungkinan jatuh, dan bahkan mungkin Adaptive Systems
menyebabkan hilangnya mechanoreceptors Merupakan kemampuan adaptasi akan
yang lebih lanjut dapat menurunkan memodifikasi masukan sensoris dan keluaran
proprioception dan keseimbangan. motorik ketika terjadi perubahan tempat sesuai
dengan karakteristik lingkungan. Kemampuan
Respon Otot-otot Postural Yang adaptasi terhadap lingkungan dan perubahan-
Sinergis nya akan sangat menentukan proses
Keseimbangan pada tubuh dalam pembelajaran motorik sampai menghasilkan
berbagai posisi hanya akan memungkinkan jika gerakan terampilan dan fungsional.
respon dari otot-otot postural bekerja secara
sinergi sebagai reaksi dari perubahan posisi, Lingkup Gerak Sendi (Joint Range Of
titik tumpu, gaya gravitasi, dan alignment Motion)
tubuh. Kemampuan sendi untuk membantu
Kerja otot yang sinergi berarti bahwa gerak tubuh dan mengarahkan gerakan
adanya respon yang tepat (kecepatan dan terutama saat gerakan yang memerlukan
keseimbangan yang tinggi, serta keter-

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 98


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
jangkauan lingkup gerak sendi untuk formasi, dan serebellum. Keluaran (output)
memenuhi kebutuhan gerak yang dari nukleus vestibular menuju ke motor
memungkinkan untuk seimbang. neuron melalui medulla spinalis, terutama ke
motor neuro yang mengiinervasi otot-otot
punggung (otot-otot postural). Sistem
Mekanisme Keseimbangan Pada vestibular bereaksi sangat cepat sehingga
Lansia membantu mempertahankan keseimbangan
Untuk mencapai keseimbangan, pusat tubuh dengan mengontrol otot-otot postural.
gravitasi tubuh (COG) harus tetap tegak Somatosensoris, Sistem somatosensori
lurusdi atas pusat basis dukungan. Integrasi memberikan informasi tentang posisi dan
yang dicapai melalui informasi yang diterima gerakan bagian-bagian tubuh dan tubuh relatif
dari alat indera dan melalui gerakan- terhadap satu sama lain dan permukaan
terkoordinasi dan tersinkronisasi. Sebuah dukungan. Informasi dari proprioceptors otot
kehilangan keseim-bangan terjadi ketika termasuk otot spindle dan organ tendon Golgi
informasi sensorik pada posisi COG tidak (sensitif terhadap panjang otot dan
seimbang. ketegangan), reseptor sendi (sensitif terhadap
Sistem kontrol postural menerima posisi sendi, gerakan, dan stres), dan
informasi dari reseptor dalam sistem mechanoreceptors kulit (sensitif terhadap
proprioseptif, visual dan vestibular, serta dari getaran, sentuhan ringan, tekanan dalam,
sensor tekanan di bawah kulit. Visual peregangan kulit ) adalah input dominan untuk
memegang peran penting dalam sistem menjaga keseimbangan ketika permukaan
sensoris dan untuk mengindentifikasi dan dukungan tegas, datar, dan tetap. Namun,
mengatur jarak gerak dan memberikan ketika berdiri di atas permukaan yang bergerak
informasi tentang orientasi mata dan posisi atau pada permukaan yang tidak horisontal
tubuh atau kepala terhadap situasi dan kondisi (misalnya, pada ramp), posisi tubuh
lingkungan sekitarnya. Penglihatan muncul sehubungan dengan permukaan yang tidak
ketika mata menerima sinar yang berasal dari sesuai untuk menjaga keseimbangan. Oleh
objek sesuai jarak pandang. Dengan informasi karena itu, seseorang harus bergantung pada
visual, maka tubuh dapat menyesuaikan atau input sensorik lainnya untuk stabilitas dalam
bereaksi terhadap perubahan bidang pada kondisi ini. Informasi dari reseptor sendi tidak
lingkungan aktivitas sehingga memberikan berkontribusi besar terhadap kesadaran
kerja otot yang sinergi untuk mempertahankan bersama rasa posisi. Reseptor spindle otot
keseimbangan tubuh. tampaknya sebagian besar bertanggung jawab
Sistem Vestibular, komponen vestibular untuk menyediakan rasa posisi sendi,
merupakan sistem sensoris yang berfungsi sedangkan peran utama reseptor bersama
penting dalam keseimbangan, kontrol kepala, adalah untuk membantu sistem motor gamma
dan gerak bola mata. Input propioseptor pada dalam mengatur nada dan kekakuan untuk
sendi, tendon, dan otot dari kulit di telapak memberikan penyesuaian postural antisipatif
kaki juga merupakan hal penting untuk dan untuk melawan gangguan postural tak
mengatur keseimbangan saat berdiri statik terduga otot.
maupun dinamik. Reseptor pada sistem Sistem somatosensoris ini terdiri dari
vestibuler meliputi canalis semisirkularis, taktil atau proprioseptif serta persepsi-kognitif.
utrikulus, serta sakulus. Reseptor dari sistem Informasi propiosepsi disalurkan ke otak
sensoris ini disebut dengan sistem labyrinthine. melalui columna dorsalis medula spinalis.
Sistem labyrinthine mendeteksi perubahan Sebagian besar masukan (input) propioseptif
posisi kepala dan percepatan perubahan sudut. menuju serebellum, tetapi ada pula yang
Melalui refleks vestibulo occular mereka menuju ke korteks serebri melalui lemniskus
mengontrol gerak mata, terutama ketika medialis dan thalamus. Kesadaran akan posisi
melihat obyek yang bergerak. Beberapa berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian
stimulus tidak menuju nukleus vestibular tetapi bergantung pada impuls yang datang dari alat
ke serebellum, retikular formasi, talamus dan indera dalam dan sekitar sendi, alat indera
korteks serebri. tersebut adalah ujung-ujung saraf yang
Nukleus vestibular menerima masukan beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum.
(input) dari reseptor labyrinth, retikular Impuls dari alat indera ini dari reseptor raba di

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 99


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di keseimbangan. Tujuan dari tubuh memper-
korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh tahankan keseimbangan adalah menyangga
dalam ruang. tubuh melawan gravitasi dan faktor eksternal
Sehingga peran proprioception dalam lain untuk mempertahankan pusat massa
Sistem sensorimotor adalah Spindle otot dan tubuh agar seimbang dengan bidang tumpu,
GTOs memainkan peran penting dalam serta menstabilisasi bagia tubuh ketika bagian
mengatur otot dan kekakuan sendi. Sebagai tubuh lain bergerak.
kontributor utama kekakuan otot didefinisikan Pada proses degenerasi terjadinya
sebagai rasio perubahan berlaku panjang dan penurunan kekuatan dan kontraksi otot,
terdiri dari dua komponen: sebuah intrinsik elastisitas dan fleksibilitas otot, kecepatan
dan komponen reflexmediated. Komponen waktu reaksi dan rileksasi dan kinerja
intrinsik tergantung pada sifat viskoelastik otot fungsional. Penurunan fungsi kekuatan otot
dan jumlah obligasi acto-myosin, sedangkan mengakibatkan terjadinya penurunan kemam-
komponen refleks yang dimediasi tergantung puan mempertahankan keseimbangan tubuh,
pada rangsangan dari alpha motor neuron hambatan gerak dari duduk ke berdiri,
kolam renang. Gamma-otot sistem spindle penurunan kekuatan otot dasar panggul,
ambang rasa sensitivitas alpha motor neuron, perubahan postur dan peningkatan faktor
mengatur jumlah kekakuan otot intrinsik; hal resiko jatuh.
ini dipengaruhi oleh mechano-receptors dan Kemampuan gerak dan fungsi berhu-
terintegrasi dengan turun dan masukan bungan dengan erat dengan kekuatan otot
refleks. Peningkatan kekakuan otot dapat yang sifatnya individual. Kelemahan otot dasar
memiliki dua keuntungan: peningkatan abduktor panggul akan dapat mengurangi
resistensi terhadap perpindahan sendi kemungkinan mempertahankan keseimbangan
mendadak dan meningkatkan waktu untuk dengan berdiri satu kaki dan pemulihan
mengirimkan beban untuk spindle otot, cepat gangguan postural. Kelemahan otot dorsal
memulai aktivitas refleksif. Peraturan kekakuan sendi pergelangan kaki dan extensor sendi
otot melalui sistem spindle gamma-otot adalah lutut sangat berhubungan dengan resiko jatuh.
penting peran proprioception dan, bersama Perubahan postur pada lansia, kyposis sangat
dengan integrasi dalam SSP, memberikan jelas perubahan postur. Hal ini menyebabkan
kontribusi untuk memperoleh kontrol kelemahan dan penguluran menetap otot
neuromuskular yang tepat dan mencapai punggung dan leher dapat juga kontraktur
stabilitas sendi. pada otot quadriceps.Perubahan juga terjadi
Kontrol neuromuskular didefinisikan pada sistem saraf dan tulang, perubahan otot,
sebagai aktivasi sadar hambatan dinamis yang jaringan pengikat dan kulit, memungkinkan
terjadi dalam persiapan untuk, dalam terjadinya penurunan kontrol terhadap postur
menanggapi, gerak sendi dan pemuatan untuk statik. Sehingga dapat menyebabkan Informasi
tujuan mempertahankan dan memulihkan proprioseptif dari organ sensorik aferen
stabilitas sendi fungsional. (mechanoreceptors) mencapai sistem saraf
Pengaruh lansia pada Proprioception pusat (SSP), di mana ia diproses dan
adalah adanya penurunan massa otot dan terintegrasi dengan sinyal lain untuk mengatur
kekuatan adalah salah satu karakteristik kontrol neuromuskular dan benar menjaga
menonjol dari penuaan alami. Kehilangan stabilitas sendi. Proprioception memainkan
kekuatan dapat membatasi aktivitas hidup peran penting dalam pemeliharaan stabilitas
sehari-hari dan mobilitas, meningkatkan ke- sendi lutut melalui sistem sensorimotor. Setiap
mungkinan jatuh, dan bahkan mungkin proses yang efek proprioception atau
menye-babkan hilangnya mechanoreceptors pemrosesan informasi aferen akan memiliki
yang lebih lanjut dapat menurunkan dampak yang signifikan terhadap stabilitas
proprioception dan keseimbangan. sendi fungsional.
Sehingga, proses degenerasi lambat Sehingga keseimbangan dapat mempe-
tetapi pasti dan menjadi kenyataan yang mesti ngaruhi setiap gerakan pada setiap segmen
dihadapi dalam pola hidup yang harus tubuh yang melewati bidang tumpu,
diupayakan berimbang.Pusat keseimbangan kemampuan untuk menyeimbangkan massa
terletak di dekat telinga, sensasi kinestetik dan tubuh terhadap base of support sehingga
mata yang berfungsi untuk menjaga memungkinkan kita bergerak dengan lebih

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 100


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
efektif dan efisien. Dengan menyadari fungsi berasal dari sisi kanan konsisten dengan
sensorik, motorik, dan sensomotorik dan saraf impuls yang berasal dari sisi kiri.Informasi
akan mengalami penurunan sehingga fungsi yang diberikan oleh sensoris perifer organ-
gerak dan fungsional menjadi tidak stabil. mata, otot dan sendi, dan dua sisi vestibular
sistem dikirim ke batang otak.informasi yang
dipelajari disumbangkan oleh otak kecil (pusat
koordinasi otak) dan korteks serebral
Mekanisme Four Squre Step exercises (pemikiran dan memori pusat).
Latihan four squre step adalah tehnik Cerebellum memberikan informasi
latihan yang digunakan untuk meningkatkan tentang gerakan otomatis yang telah dipelajari
vestibularnya. Pada saat menjaga keseim- melalui paparan berulang terhadap gerakan
bangan informasi yang diterima oleh otot, dan tertentu. Misalnya, dengan berulang kali
sendi, dan organ-organ vestibular. Ketiga berlatih belajar untuk mengoptimalkan kontrol
sumber tersebut akan mengirimkan informasi keseimbangan selama gerakan itu. Kontribusi
ke otak dalam bentuk impuls saraf dari ujung dari korteks serebral sebelumnya termasuk
saraf khusus yang disebut reseptor sensorik. belajar informasi; misalnya, karena permukann
Dari reseptor sensorik akan diterima di retina, yang licin, satu diperlukan untuk menggunakan
ketika cahaya menyerang batang, maka akan pola yang berbeda dari gerakan untuk
mengirim impuls ke otak yang memberikan aman.Sehingga Otot extermitas bawah
isyarat visual yang dimana seseorang lansia bekerja, dan keseimbangan pun meningkat.
akan mengiidentifikasi terhadap benda lain.
Dari informasi propioceptif dari kulit, otot, dan Mekanisme Single leg Stand exercises
sendi akan melibatkan sensorik yang sensitif Latihan single leg stand adalah tehnik
terhadap peregangan atau tekanan pada yang paling umum digunakan untuk
jaringan sekitarnya. Misalnya, peningkatan meningkatkan propioception. Ketika reseptor
tekanan dirasakan dibagian depan telapak kaki yang diterima oleh retina, maka akan
ketika seseorang berdiri membungkuk. Dengan mengirimkan impuls ke otak yang akan
setiap gerakan kaki, lengan, dan bagian tubuh memberikan isyarat terhadap visual. Kemudian
lainnya, reseptor sensorik merespon dengan informasi pada propioceptif dari kulit, otot ,
mengirimkan impuls ke otak. Impuls sensorik dan sendi akan melibatkan reseptor sensorik
yang berasal dari leher dan pergelangan kaki, yang sensitif terhadap tekanan pada jaringan
yang dimana isyarat propioceptif dari leher sekitarnya. Dengan setiap gerakan kaki,
menunjukkan arah di mana kepala akan lengan, dan bagian tubuh lainnya, reseptor
diputar. Isyarat dari pergelangan kaki sensorik akan merespon dengan mengirimkan
menunjukkan gerakan yang relatif terhadap impuls ke otak. Informasi yang diberikan oleh
kedua permukaan pada saat berdiri. sensoris perifer adalah organ-mata, otot, dan
Dari informasi sensorik tentang gerak, sendi, dan dua sisi vestibuler sistem dikirim ke
keseimbangan, disediakan oleh bagian vesti- batang otak.
buler, yang dimana setiap telinga termasuk Dengan informasi yang diterima maka
utrikulus sakulus, dan canall berbentuk akan diterima oleh otak kecil (pusat koordinasi
setngah lingkaran di bagian utrikulus sakulus otak) dan korteks serebral (pemikiran dan
mende-teksi gravitasi dan gerakan linear. memori pusat). Kemudian cerebellum akan
Kanal semisirkularis, yang mendeteksi gerakan memberikan informasi tentang gerakan
rotasi, terletak disudut kanan satu sama lain otomatis yang telah dipelajari terhadap
dan diisi dengan cairan yang disebut gerakan tertentu. Kontribusi dari serebral
endolymph. Ketika kepala berputar ke arah sebelumnya termasuk informasi, karna yang
dirasakan oleh kanal tertentu, cairan diperlukan untuk menggunakan pola berbeda
endolymphatic dalamnya tertinggal karena dari setiap gerakan. Sebagai integrasi sensorik
inersia dan tekanannya terhadap reseptor yang terjadi, batang otak akan mengirimkan
sensorik kanal ini.Reseptor kemudian impuls ke otot-otot yang mengontrol gerakan
mengirimkan impuls ke otak tentang gerakan. mata, kepala dan leher, batang , dan kaki
Ketika organ vestibular di kedua sisi sehingga memungkinkan seseorang untuk baik
kepala berfungsi dengan baik, mereka menjaga keseimbangan dan memiliki tujuan
mengirim impuls simetris ke otak.(Impuls yang yang jelas saat bergerak. Sehingga otot yang

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 101


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
bekerja pada latihan tersebut otot pada 0.105 ( P>0.05). Dengan demikian dapat
extremitas bawah yaitu otot obliqus externus, disimpulkan bahwa sampel homogen.
vastus lateralis, biceps femoris, tibialis anterior,
extensor digitorum longus, rectus femoris, Uji Hipotesis I
sartorius, vastus medialis, gastrocnemius, Hasil penelitian pada hipotesis I yang
extensor-flexor halluces. terdapat pada bab sebelumnya dengan
penjelasan yaitu untuk menguji hipotesis I
Pembahasan dengan menggunakan uji paired sample t-test
Hasil Dari Penelitian pada kelompok perlakuan I yang berjumlah 9
Berdasarkan hasil penelitian yang telah orang sampel dengan pemberian intervensi
dilakukan pada 18 orang sampel yang dibagi four square step exercises.
dalam dua kelompok perlakuan yaitu kelompok Pengukuran tingkat keseimbangan
perlakuan I dan kelompok perlakuan II dengan dengan menggunakan Romberg test yang
maisng-masing berjumlah 9 orang sampel. diperoleh peningkatan keseimbangan pada
Dimana pada kelompok perlakuan I diberikan tabel 4.3 yang dimana nilai mean sebelum
four square step exercises, sedangkan pada latihan 21.63 (SD = 2.526) sedangkan nilai
kelompok perlakuan II diberikan single leg mean sesudah latihan 27.81 (SD=2.023).
stand balance exercises. Dengan uji paired sample t-test didapatkan
Hasil uji normalitas pada kelompok pvalue = 0.001 p < 0.05. Hal ini berarti Ho
perlakuan I dan kelompok Perlakuan II dengan ditolak dan Ha diterima yang menunjukkan
menggunakan uji Shapiro Wilk Test, karena bahwa kelompok perlakuan I terdapat pening-
sampel berjumlah kurang dari 30 orang. Data katan keseimbangan yang signifikan antara
berdistribusi normal jika nilai P > 0.05, data sebelum dan sesudah diberikan intervensi four
yang dimasukkan adalah sebelum latihan dan square step exercises. Sehingga dapat
sesudah latihan pada kelompok perlakuan I disimpulkan: “Ada peningkatan keseim-bangan
dan kelompok perlakuan II. Hasil berdiri dengan four square step exercises pada
keseimbangan nya sebelum latihan pada lansia 60-74 tahun. Hal tersebut dikarenakan,
kelompok perlakuan I nilai p = 0.281 (p> pada lansia mengalami perubahan fisiologis
0.05), keseimbangan sesudah latihan pada dari sistem muskuloskeletal, sistem saraf,
kelompok perlakuan I nilai p = 0.627 (p> sistem indera dan kognitif yang membuat
0.05). Keseimbangan sebelum latihan pada fungsi motorik, sensorik dan somatosensorik
kelompok perlakuan II nilai p= 0.760 (p> ter-ganggu sehingga mengakibatkan gangguan
0.05), keseimbangan sesudah latihan pada keseimbangan.
kelompok perlakuan II nilai p = 0.298 (p> Pada lanjut usia sangat mengalami
0.05). Selisih peningkatan kesiembangan gangguan keseimbangan tidak hanya statis
dengan kelompok perlakuan I nilai P = 0.306 maupun dinamis. Hal tersebut disebabkan
(P > 0.05), selisih peningkatan keseimbangan adanya penurunan kekuatan otot,
pada kelompok perlakuan II nilai P = 0.155 (P massatulang, fleksibilitas sendi dan
> 0.05) yang artinya baik kelompok perlakuan propioception yang dapat mempengaruhi
I maupun kelompok perlakuan II berdistribusi keseimbangan. Sehingga de-ngan four square
normal, maka dari itu uji hipotesis I dan step exericses dapat mening-katkan
hipotesis II menggunakan uji Paired Samples keseimbangan karena pada gerakan latihan
T-Test, sedangkan pada hipotesis III dengan melangkah tersebut sangat melatih pada
menggunakan Indenpendent Samples Test. koordinasi dan kekuatan ekstremitas bawah.
Uji homogenitas data penelitian sebelum Penelitian yang menggunakan four
latihan antara kelompok perlakuan I dan square step exercises juga telah dilakukan
kelompok perlakuan II ( 2 sampel sebelumnya oleh Shigematsu, ryosuke.
indenpendent). Peneliti menggunakan dengan dkk(2008): Square-Stepping Exercise and Fall
uji Levene’s Test yang dapat dinilai dengan uji Risk Factors in Older Adults: A Single-Blind,
homogenitas pada kelompok perlakuan I dan Randomized Controlled Trial
kelompok perlakuan 2 untuk peningkatan
keseimbangan sebelum latihan kelompok Hipotesis II
perlakuan I dan kelompok perlakuan II nilai P= Untuk menguji hipotesisi II
menggunakan uji Paired T-test pada kelompok

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 102


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
perlakuan II yang berjumlah 9 orang sampel sehingga keseimbangan nya kurang
dengan intervensi single leg stand balance meningkat.
exercises. Pengukuran tingkat keseimbangan Faktor yang mengalami penurunan pada
menggu-nakan Romberg test diperoleh lansia kelompok perlakuan I yaitu adanya
peningkatan keseimbangan pada tabel 4.4 nilai penurunan daya ingat, adanya gangguan pada
mean sebelum intervensi single leg stand penglihatan, adanya penurunan kekuatan dan
balance exericses 26.45 (SD=5.423), kontraksi otot, adanya penurunan elastisitas
sedangkan nilai mean seseudah intervensi dan fleksibilitas otot,adanya penurunan
single leg stand balance exercises 36.94 kecepatan waktu reaksi dan rileksasi, adanya
(SD=7.658). Dengan uji paired t-test tersebut penurunan sel-sel sendi, dan berkurangnya
didapatkan nilai pvalue = 0.000 dimana p < kepadatan tulang sehingga produksi estrogen
0.05. Hal ini berarti Ho ditolak dan Ha diterima menyebabkan kekuatan dan kekakuan tulang
yang menunjukkan bahwa kelompok perlakuan menurun, dan mengakibatkan terjadinya
II terdapat peningkatan nilai romberg test penurunan kemampuan dalam
yang signifikan antara sebelum dan sesudah mempertahankan keseimbangan tubuh.
diberikan intervensi single leg stand balance Sehingga latihan yang dilakukan pada sampel
exercise. Sehingga dapat disimpulkan: “Ada tersebut tidak optimal dan itu sangat
peningkatan keseimbangan berdiri dengan mempengaruhi hasil penelitian.
single leg stand balance exerises pada lansia Sedangkan selisih kelompok perlakuan II
60-74 tahun.“ didapatkan nilai selisih dengan mean 10.48
Hal ini dikarenakan intervensi single leg (SD=3.427) dengan uji test indenpendent
stand balance exercises memiliki prinsip untuk didapatkan nilai pvalue = 0.0002 dimana p <
mampu mempertahankan posisi tegak lurus 0.05, sehingga Ho ditolak dan Ha diterima.
dengan satu kaki tanpa adanya bantuan Yang dimana kelompok perlakuan II kondisi
apapun agar dapat menciptakan keseimbangan sampel sangat baik, sehingga latihan yang
dan koordinasi postur tubuh yang baik. diberikan dapat bekerja secara
Penguatan pada otot kaki diperlukan dalam optimal.Sehingga latihan yang dilakukan
melakukan sikap single leg stand tersebut. meningkat pada keseimbangannya. Sehingga
Apabila kekuatan pada otot kaki lemah, maka disimpulkan: ”Ada perbedaan peningkatan
keseimbangan akan terganggu dan akan keseimbangan berdiri pada lansia 60-74 tahun
mudah terjatuh karena tidak adanya stabilisasi dengan four square step exercises dan single
yang kuat pada ekstremitas bawah. leg stand balance exercises”.
Penelitian yang menggunakan single leg Dan kedua intervensi tersebut memiliki
stand balance exercises juga telah dilakukan perbedaan pada keseimbangan lansia.
sebelumnya oleh: Anthony I. Beuter et.all Peningkatan keseimbangan lansia 60-74 tahun
dengan judul: Electromyographic analysis of lebih signifikan pada single leg stand balance
single leg, closed chain exercise: Implications exercises dibandingkan pada four square step
for Rehabilitation After Anterior Cruciate exercises.
Ligament Recontruction (2002). Sehingga
memperkuat penulis dalam penelitian ini Kesimpulan Dan Saran
bahwa single leg stand balance exercises dapat Kesimpulan
meningkatkan keseimbangan pada lansia. Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan diatas maka kesimpulan yang
Hipotesis III dapat diambil adalah sebagai berikut :
Berdasarkan pada tabel 4.12 pada 1. Ada peningkatan keseimbangan berdiri
hipotesis III sampel masing-masing kelompok dengan four square step exercises pada
9 orang yang didapatkan selisih nilai mean lansia 60-74 tahun.
romberg test untuk selisih kelompok perlakuan 2. Ada peningkatan keseimbangan berdiri
I dengan nilai mean 6.18 (SD= 1.075). Pada dengan single leg stand balance pada
selisih kelompok perlakuan I yang diberikan lansia 60-74 tahun.
four square step exercises, ada beberapa 3. Ada perbedaan four square step exercises
sampel yang mengalami penurunan, lansia dan single leg stand balance exercises
yang mengalami penurunan terdapat beberapa dalam meningkatkan keseimbangan berdiri
faktor yang mempengaruhi latihan tersebut lansia 60-74 tahun.

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 103


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri Pada
Lansia 60-74 Tahun
Saran Swearingen, Jessie. Studenski, A. (2012).
Dari kesimpulan yang telah dikemukakan “Interpreting the Need for Initial Support to
maka saran yang dapat peneliti berikan Perform Tandem Stance Tests of Balance.”
adalah sebagai berikut : (Physiotherapy Journal, 92:1316-1328)
1. Peneliti(Fisioterapis) mengharapkan agar
lansia, dapat selalu berlatih terhadap S,P Sri. Utomo Budi. (2002). Fisioterapi pada
latihan tersebut agar dapat mengurangi Lansia. Buku Kedokteran EGC.
resiko jatuh terhadap lansia.
2. Peneliti(Fisioterapis)mengharapkan waktu Setiati, Siti. W Subagyo, Aru. Setiyohadi,
penelitian lebih lama agar hasil yang Bambang. Alwi, Idrus. Simadibrata,
didapatkan lebih akurat dan optimal. Marcellus. (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
3. Peneliti(Fisioterapis) menyarankan kepada Dalam. Jakarta. Internal Publishing, Jilid
lansia, agar setiap latihan kondisi tubuh V, November.
tetap fitt, agar hasil keseimbangan yang
dicapai dapat maksimal. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Cetakan
Daftar Pustaka ke-17. Bandung: Alfabeta.
B Talkowski, Jaime. S Brach, Jennifer.
Studenski, Stephanie. B Newman, Anne. Sugiyono. (2010). Statistik Non Parametris
(2008). “Impact of Health Perception, Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Balance Perception, Fall History, Balance
Performance, and Gait Speed on Walking Sulistyaningsih. (2011) Metodelogi Penelitian
Activity in Older Adults.” (Physiotherapy KebidananKuantitatif-Kualitatif. Yogyakarta:
Journal, 88:1474-1481) Graha Ilmu.

Batson, Glenna. (2008). Proprioception. Szturm, Tony. L Betker, Aimee. Moussavi,


International Association for Dance Zahra. Desai, Ankur. Goodman, Valerie.
Medicine and Science. (2011). “Effects of an Interactive Computer
Game Exercise Regimen on Balance
C Nitz, Jennifer. R Hourigan, Susan. Impairment in Frail Community- Dwelling
Heinemann, Butterworth. (2004) Older Adults: A Randomized Controlled
Physiotherapy Practicein Residental Trial.” (Physiotherapy Journal, 91:1449-
Aged Care. 1462)

Cook, Anne. Gruber, William, et al. (1997). Tee, LH. Chee, NWC. Vestibular Rehabilitation
“The Effect of Multidimensional Exercises Therapy for the Dizzy Patient.(Acad
on Balance, Mobility, and Fall Risk in Med Singapore, 2005)
Community-Dwelling Older Adults.”
(Physiotherapy Journal, 77:46-57) W Muir, Susan. Berg, Katherine. Chesworth,
Bert. Klar, Neil. Speechley, Mark. Balance
Gaur, Vivek. Gupta, Sukriti. (2012). “Arora, Impairment as a Risk Factor for Falls in
Manish.Study to Compare the Effects of Community-Dwelling Older Adults Who Are
Balance Exercises on Swiss ball and High Functioning: A Prospective study.
Standing, on Lumbar Reposition Sense, (Physiotherapy Journal, 2010; 90:338-347)
in Asymptomatic Individuals.”
(Physiotherapy and Occupational Therapy
Journal, Volume 5 Number 1 January -
March)

Irfan, M. (2010). Fisioterapi Bagi Insane


Stroke. Jakarta: Graha Ilmu.

S Hile, Elizabeth. S Brach, Jennifer. Perera,


Subashan. David M, Stephanie. Van

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 104


Perbedaan Four Square Step Exercises Dan Single Leg Stand Balance Exercises Dalam Meningkatkan Keseimbangan Berdiri
Pada Lansia 60-74 Tahun

Jurnal Fisioterapi Volume 15 Nomor 2, Oktober 2015 105

Anda mungkin juga menyukai