Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
1
itu analisis aliran kas sering dipakai sebagai alat analisis untuk melihat kemampuan
perusahaan sekaligus untuk menganalisis risiko perusahaan. Perusahaan kadang-kadang
mengalami kebangkrutan atau tidak bisa membayar kewajiban-kewajibannya karena tidak
mempunyai kas yang cukup, meskipun perusahaan tersebut cukup menguntungkan.
Tabel 10.2 Kegiatan perusahaan dan aliran kas yang dihasilkan atau dibutuhkan
Analisis risiko biasanya dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis risiko jangka pendek
dan analisis risiko jangka panjang. Analisis risiko jangka pendek memfokuskan pada
kemampuan perusahaan memenuhikewajiban jangka pendeknya (kurang dari satu tahun)
sedangkan analisis risiko jangka panjang memfokuskan pada kemampuan
perusahaanmemenuhi kewajiban jangka panjangnya (lebih dari satu tahun)
Risiko bisa dikelompokkan menjadi dua: (1) Risiko perusahaan spesifik, dan (2)
Risiko sistematis atau risiko pasar. Ide risiko sistematis datang dari teori portofolio yang
mengatakan bahwa diversifikasi bisa menurunkan risiko suatu portofolio. Tetapi apabila
jumlah investasi ditambah sampai tidak terbatas, ada risiko yang tetap tidak bisa dihilangkan
melalui diversifikasi. Risiko tersebut dinamakan sebagai risiko sistematis, yang akan
mempengaruhi semua perusahaan atau investasi yang ada di perusahaan. Contoh sumber
risiko sistematis adalah resesi nasional.
2
Berikut skema analisis risiko jangka pendek dan jangka panjang
Tabel 10.3 Skema Analisis Risiko
Likuiditas jangka pendek Kemampuan Kebutuhan
- Rasio lancar Aktiva lancar Hutang lancar
- Rasio quick Aktiva lancar persediaan Hutang lancar
- Rasio aliran kas operasional Aliran kas dari operasi Hutang lancar
terhadap hutang lancar
- Analisis rasio aktivitas modal kerja Perputaran piutang Perputaran hutang
dagang dan persediaan dagang
- Rasio Interest Coverage Pendapatan sebelum Biaya bunga
bunga dan pajak
- Rasio aliran kas operasional Aliran kas dari operasi Total hutang
terhadap total hutang
- Rasio aliran kas operasional Aliran kas dari operas Pengeluaran modal
terhadap pengeluaran modal
3
Rasio lancar dipengaruhi beberapa hal. Apabila perusahaan menjual surat-surat
berharga yang diklasifikasikan sebagaiaktiva lancar dan menggunakan kas yang diperolehnya
untuk membiayai akuisisi perusahaan tersebut terhadap beberapa perusahaan lain atau untuk
aktivitas lain, rasiolancar bisa mengalami penurunan. Apabila penjualan naik, sementara
kebijakan piutang tetap, piutang akan naik dan memperbaiki rasio lancar. Apabila supplier
melonggarkan kebijakan kredit mereka, missal dengan memperpanjang jangka waktu hutang,
hutang akan naik dan ini akan mengurangi rasio lancar. Satu-satunya komponen dalam aktiva
lancar yang dinyatakan dalam harga perolehan adalah persediaan. Persediaan terjual dengan
harga jual yang biasanya lebih besar dibandingkan dengan harga perolehan. Dengan demikian
kas yang bisa diharapkan masuk akan lebih besar dibandingkan dengan angka yang dipakai
untuk menghitung rasio lancar. Perubahan prinsip akuntansi juga akan mempunyai pengaruh
terhadap rasio lancar.
Perubahan prinsip akuntansi juga akan mempunyai pengaruh terhadap rasio lancar.
Perubahan dari metode FIFO ke LIFO untuk persediaan akan cenderung memperkecil rasio
lancar. Dalam FIFO, harga pokok penjualan mempunyai kecenderungan lebih kecil, dan
persediaan akan mempunyai kecenderungan lebih besar. Harga barang dagangan yang masuk
kemudian akan cenderung mempunyai harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga
barang dagangan yang masuk terlebih dahulu. Dalam LIFO, harga pokok penjualan akan
cenderung lebih besar, dan persediaan akan mempunyai kecenderungan lebih kecil.
Penggunaan LIFO akan cenderung memperkecil rasio lancar.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yang bisa menyulitkan interpretasi rasio
lancar:
1. Jika rasio lancar lebih besar dari 1, kenaikan aktiva lancar dan hutang lancar dalam
jumlah yang sama akan menurunkan rasio lancar.
2. Rasio lancar yang tinggi barangkali justru mencerminkan kondisi bisnis yang kurang
menguntungkan, sementara penurunan rasio lancar barangkali akan mencerminkan
kondisi bisnis yang menguntungkan.
3. Perubahan-perubahan yang dilakukan oleh pihak manajemen bisa membuat rasio
lancar lebih baik.
Rasio quick bisa mengalami penurunan. Penurunan ini bisa disebabkan karena
penjualan surat-surat berharga. Secara umum rasio lancar dengan rasio quick mempunyai
korelasi yang tinggi. Analis akan memperoleh informasi yang sama (searah) dari kedua rasio
tersebut. Kecuali apabila terjadi perubahan-perubahan pada persediaan, maka kedua rasio
tersebut mungkin akan menghasilkan informasi yang berbeda.
5
Pertama kali perusahaan mengeluarkan kas utuk membayar bahan mentah dan
membayar karyawan. Pembelian bisa dilakukan dengan kas, tetapi juga bisa dilakukan
dengan kredit yang berarti perusahaan memperoleh subsidi dari supplier. Setelah itu barang
diproduksi dan kemudian disimpan dalam persediaan. Apabila terjadi dan penjualan tersebut
dalam bentuk kredit, maka timbul piutang. Setelah piutang tersebut dibayar, perusahaan
menerima kas kembali.
Siklus kas = Rata-rata umur piutang + Rata-rata umur persediaan - Rata-rata umur utang
Pembelian
Perputaran Hutang =
Rata − rata hutang
65
Rata − rata Umur Piutang =
Perputaran piutang
365
Rata − rata Umur Persediaan =
Perputaran Persediaan
6
365
Rata − rata Umur Hutang =
Perputaran Hutang
Misalkan dua perusahaan mempunyai siklus kas sebagai berikut :
Keterangan Perusahaan A Perusahaan B
Siklus Piutang 30,9 hari 32,6 hari
Siklus Persediaan 68,9 hari 89,0 hari
Siklus Utang (43,5 hari) (41,5 hari)
Siklus Kas 56,3 hari 80,1 hari
Perusahaan A Perusahaan B
Th. 1 Th.2 Th.3 Th. 1 Th.2 Th.3
Kas Operasi 400 410 450 600 610 650
Kas Investasi
Penjualan (pembelian) Pabrik 200 250 240 300 320 340
Utang Lancar 667 661 692 1.224 1.173 1.300
Perusahaan A Perusahaan B
Th. 1 Th.2 Th.3 Th. 1 Th.2 Th.3
Rasio lancar 1,75 1,74 1,72 1,55 1,55 1,51
Rasio Quick 0,7 0,6 0,55 0,69 0,65 0,61
Rasio aliran kas terhadap
Utang Lancar 0,6 0,62 0,65 0,49 0,52 0,5
Dari data diatas nampak bahwa perusahaan A mempunyai kemampuan likuiditas yang lebih
baik diabndingkan perusahaan B. Secara umum kedua perusahaan mengalami penurunan
pada rasio lancarnya, meskipun tidak begitu besar penurunannya. Rasio quick untuk kedua
perusahaan tersebut mengalami penurunan yang cukup berarti. Hal ini barangkali disebabkan
karena kedua perusahaan tersebut menjual surat berharga mereka untuk membiayai program
ekspansi mereka. Secara umum penurunan rasio quick menunjukkan meningkatnya risiko
likuiditas mereka, apalagi kalau program ekspansi tersebut masih berlangsung lama. Tetapi
rasio aliran kas terhadap utang lancar kedua perusahaan tersebut masih stabil, bahkan
menunjukkan kecenderungan meningkat. Meningkatnya risiko likuiditas yang diimbangi oleh
7
kemampuan menghasilkan aliran kas yang stabil, menunjukkan risiko likuiditas tidak terlalu
menjadi masalah bagi kedua perusahaan tersebut.
Rasio Utang jangka panjang 20% 25% 22% 26% 30% 29%
Rasio Utang modal saham 25% 33,30% 28% 37% 43% 41%
Rasio utang jangka panjang
total Aset 10% 12,50% 11% 13,50% 15% 14,50%
Total Hutang
Rasio Total Hutang Total Aset =
Total Aset
Keempat rasio tersebut akan memberikan informasi yang sama mengenai kondisi
hutang jangka panjang suatu perusahaan.
Tabel 10.5 menunjukkan contoh hipotesis rasio likuiditas perusahaan A dan B. Rasio-
rasio menunjukkan bahwa perusahaan A dan B mempunyai tingkat utang yang hampir sama,
kecuali untuk rasio utang modal saham yang menunjukkan angka yang lebih tinggi untuk
perusahaan B. Rasio utang modal kedua perusahaan relatif tidak begitu besar, karena rasio
utang modal lebih dari 100% utang jangka panjang lebih besar dibandingkan dengan modal
saham.
Ada beberapa item yang bisa dihilangkan dari neraca. Penghilangan semacam ini
membuat neraca nampak lebih baik, total kewajiban bisa berkurang dan perusahaan nampak
akan lebih kecil risikonya. Contoh item semacam itu adalah sewa aset (leasing). Leasing bisa
dimasukkan ke dalam neraca (dikapitalisasi), apabila masuk dalam kategori capital lease.
Tetapi dalam kategori operating lease, biaya sewa masuk dalam laporan rugi laba dan
kewajiban leasing tidak masuk dalam neraca. Pada dasarnya meskipun tidak masuk dalam
neraca, biaya merupakan biaya yang bersifat tetap, sama seperti biaya bunga, dan karenanya
merupakan beban bagi perusahaan. Item lain yang mirip dengan leasing adalah pembayaran
untuk cadangan pensiun karyawan. Apabila perusahaan mempunyai kebijakan untuk
menyisihkan sejumlah uang tertentu sebagai cadangan pembayaran pensiun, maka kewajiban
tersebut akan bersifat tetap yang harus dipenuhi oleh perusahaan.
Untuk memperoleh gambaran yang menyeluruh mengenai kewajiban perusahaan yang
bersifat tetap, item-item diatas bisa dimasukkan ke dalam analisis. Misalkan pada tahun 1
kewajiban yang bersifat tetap ( sewa dan pensiun) berjumlah 75 untuk perusahaan A dan
berjumlah 25 untuk perusahaan B. Informasi tersebut bisa dipakai untuk menghitung kembali
rasio-rasio di atas sebagai berikut.
9
Perusahaan A Perusahaan B
Keterangan
Th.1. Th.1.
Kewajiban sewa 75 25
Utang jangka panjang 200 270
modal sendiri 800 730
Total aset 2.000 2.000
Dengan memasukkan item-item off balance sheet, nampak likuiditas jangka panjang
kedua perusahaan semakin tinggi. Meskipun demikian kesimpulan mengenai perbandingan
antara perusahaan A dan B tetap sama yaitu kedua perusahaan tersebut mempunyai risiko
likuiditas jangka panjang yang hampir sama.
Apabila rasio lebih kecil dari sekitar 2 dipandang sebagai situasi yang cukup beresiko.
Aliran kas ini merupakan angka yang sama dengan aliran kas pada rasio yang
digunakan untuk menganalisis risiko likuiditas jangka pendek. Bedanya sekarang digunakan
total hutang sebagai pembaginya. Berikut ini perhitungan rasio aliran kas terhadap total
hutang:
10
Aliran kas dari operasi kas
Rasio Aliran Kas terhadap total hutang =
Rata − rata total hutang
Aliran kas dari operasi bisa dilihat dari laporan aliran kas, komponen operasi dalam laporan
aliran kas, ada tiga komponen yaitu operasi, pendanaan, dan investasi. Rata-rata utang bisa
dihitung sebagai (utang tahun lalu/utang tahun ini)/2. Unuk rasio ini, angka sekitar 20%
merupakan hal yang biasa untuk perusahaan yang sehat keuangannya.
11
DAFTAR PUSTAKA
Halim, Abdul, dan M.Hanafi, Mamduh. 2009. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : UPP
STIM YKPN
12