Anda di halaman 1dari 11

ALAT UKUR & KESALAHAN

PENGGUNAANNYA
Adelia
Makmur
X IPA 5

1
SMA Negeri 17 Makassar
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt. yang mana atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya, saya bisa menyelesaikan makalah ini
dengan tepat waktu yang berjudul “Alat Ukur & Kesalahan Penggunaannya”.

Makalah ini saya buat untuk memenuhi salah satu tugas mata
pelajaran Fisika saya yang dibawakan oleh guru tercinta yaitu Bu Murnih.
Kami sadar bahwa dalam pembuatan makalah ini masih banyak sekali
kekurangan, karena tidak ada manusia yang sempurna d muka bumi ini
kecuali Allah swt.

Makassar, 15 Agustus 2013

Adelia Makmur

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................................3

ALAT UKUR………...................................................................................................4

a. Mistar………....................................................................................4

b. Jangka Sorong…...............................................................................5

c. Mikrometer Sekrup……...................................................................5

d. Basic Meter…………………...........................................................6

2. Kesalahan Ukur….........................................................................................8

a. Kesalahan-Kesalahan Umum (Gross-Errors)………………………8

b. Kesalahan-Kesalahan Sistematis (Systematic Errors)……………..9

c. Kesalahan Acak Yang Tak Disengaja (Random Errors)………….10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................11

3
A. ALAT UKUR
Alat-alat ukur besaran panjang yang sehari-hari sering kita gunakan
adalah: mistar, segitiga, meteran, dan rol meter. Selain alat ukur tersebut.
Dalam suatu laboratorium juga ada alat ukur besaran panjang yang namanya
jangka sorong dan micrometer sekrup. Kedua alat ini memiliki dua macam
skala untuk menetukan hasil pengukuran, yaitu skala utama dan skala nonius
(Vernier).

Skala nonius dipasang pada alat-alat ukur dengan tujuan untuk


menambah ketelitian hasil pengukuran dari alat tersebut. Skala nonius pada
alat-alat ukur linier disebut Nonius Geser karena bergeser pada skala utama,
sedangkan skala nonius pada alat ukur anguler disebut Nonius Putar karena
nonius ini berputar diatas skala utama alat.

1. Mistar
Mistar atau biasa dikenal sebagai penggaris adalah alat ukur panjang
yang sering digunakan oleh siswa. Mistar mempunyai daya ukur yang
bermacam-macam, mulai dari 10 cm, 20 cm, 30 cm, 50 cm dan 100 cm.
Mistar mempunyai skala terkecil 0,1 cm atau 1 mm. Ketelitian dari mistar
adalah 0,5 mm. Perhatikan cara mengukur benda menggunakan mistar
berikut ini.

4
Letakkan ujung benda yang akan diukur tepat di garis angka nol,
kemudian baca skala pada mistar. Pada mistar tersebut ditunjukkan bahwa
panjang benda adalah 2,5 cm + 0,5 mm = 2,5 cm + 0,05 cm = 2,55 cm.

2. Jangka sorong

Jangka sorong merupakan alat ukur panjang yang mempunyai batas


ukur sampai 10 cm dengan ketelitiannya 0,1 mm atau 0,01 cm. Jangka sorong
juga digunakan untuk mengukur diameter luar tabung, diameter bagian

dalam sebuah tabung dan kedalaman suatu tabung. Bagian-bagian penting


jangka sorong yaitu terdiri atas rahang tetap dengan skala tetap terkecil 0,1
cm dan rahang geser (dapat bergerak) yang dilengkapi skala nonius. Skala
tetap dan nonius mempunyai selisih 1 mm.

Cara menggunakan jangka sorong :


Pertama, silakan lihat angka pada skala diam tepat di angka nol skala
bergerak (misal angka X). Kemudian, carilah angka pada skala bergerak yang
berhimpit dengan garis skala diam (misal angka Y). Silakan jumlahkan X +
(0,01 x Y)

3. Mikrometer sekrup
Mikrometer sekrup biasa digunakan untuk mengukur ketebalan suatu
benda. Misalnya tebal koin, tebal kertas dan diameter kawat yang kecil.

Skala pada mikrometer dibagi dua jenis, yaitu : Skala Utama, terdiri
dari skala : 1, 2, 3, 4, 5 mm, dan seterusnya dan nilai tengah : 1,5; 2,5; 3,5;
4,5; 5,5 mm, dan seterusnya serta Skala Putar, terdiri dari skala 1 sampai
50. Setiap skala putar berputar mundur 1 putaran maka skala utama
bertambah 0,5 mm. Sehingga 1 skala putar = 1/100 mm = 0,01 mm

5
Cara menggunakan mikrometer sekrup :

1. Sebelum digunakan, pastikan pengunci dalam keadaan terbuka untuk


mempermudah memutar skala putar.
2. Buka rahang dengan cara memutar ke kiri pada skala putar hingga
benda dapat masuk ke rahang.
3. Letakkan benda yang diukur ketebalannya pada rahang, dan putar
kembali sampai tepat.
4. Putarlah pengunci sampai skala putar tidak dapat digerakkan dan
terdengar bunyi ‘klik’.

Contoh pembacaan skala pada mikrometer sekrup :

4. Basic Meter
Basic meter atau meter dasar dapat
berfungsi sebagai galvanometer,
amperemater, dan voltmeter. Alat ini
hanya dapat digunakan untuk sumber
arus searah (DC)

Basic meter sebagai Galvanometer

6
Jika basic meter tanpa hamabatan shunt atau multiplier akan berfungsi
sebagai galvanometer. Jadi dapat digunakan untuk mengukur kuat arus
listrik yang lemah dari sumber arus DC. Basic meter yang banyak di jumpai
di sekolah-sekolah mempunyai batas ukur 100 uA dengan ketelitian 0,2 uA.

Basic meter sebagai Amperemeter

Basic meter dapat digunakan sebagai amperemeter jika dihubungkan


dengan hambatan shunt. Cara menghubungkan shunt dengan basic meter
adalah dengan meletakkan shunt di atas bagian kiri basic meter dan angka
nol (0)pada shunt terletak dibawah. Jika pada shunt tertulis A di bawah
tulisan DC berarti hasil pengukuran kuat arus DC dalam satuan ampere.
Tetapi andaikata tertulis mA di bawaqh tulisan DC berarti hasil pengukuran
kuat arus DC dalam satuan milliamper. <br />

Cara penggunaan basic meter sebagai amperemeter adalah kutub negative


rangkaian dihubungkan dengan angka nol (0) pada shunt, sedangkan kutub
positif dihubungkan dengan salah satu angka yang lain pada shunt.
Andaikata waktu menggunakan basic meter sebagai amperemeter, rangkaian
dihubungkan dengan angka nol dan angka lima pada shunt, maka batas ukur
amperemeter adalah 5 A atau angka 50/100 pada skala basic meter
menandakan harga 5 A. jika pada waktu digunakan jarum menunjukkan
angka 30/60 berarti hasil pengukuran 3A. kalau yang dihubungkan dengan
kutub positif rangkaian adalah angka I pada shunt, maka batas ukur alat
adalah 1 A. Ini berarti bahwa waktu alat ini digunakan jarum menunjukkan
angka 30/60, maka hasil pengukuran adalah 0,6 A.<br />

Basic meter sebagai Voltmeter

Basic meter dapat digunakan sebagai voltmeter jika dihubungkan dengan


multiplier. Cara menghubungkan multiplier dengan basic meter adalah sama
waktu menghubungkan dengan shunt. Pada mulitiplier biasanya ada tulisan
V dibawah tulisan DC yang berarti waktu menggunakan multiplier ini hasil
pengukuran beda potensial dalam satuan volt. Waktu menggunakan basic
meter sebagai amperemeter, kutub negative rangkaian dihubungkan dengan
angka nol (0) pada multimeter dan kutub positif rangkaian dihubungkan
dengan angka 50 pada multimeter, maka batas ukur voltmeter adalah 50 volt
atau angka 50/100 pada basic meter menandakan harga 50 volt. Jika jarum
menunjukkan angka 20/40 berarti hasil pengukuran adalah 20 volt. Shunt
yang dipasang pada basic meter merupakan hambatan parallel, sedangkan
multiplier yang dipasang sebagai hambatan seri atau hambatan depan

B. KESALAHAN UKUR
7
Saat melakukan pengukuran besaran listrik tidak ada yang
menghasilkan ketelitian dengan sempurna. Perlu diketahui ketelitian yang
sebenarnya dan sebab terjadinya kesalahan pengukuran. Kesalahan
kesalahan dalam pengukuran dapat digolongkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Kesalahan-Kesalahan Umum (Gross-Errors)

Kesalahan ini kebanyakan disebabkan oleh kesalahan manusia.


Diantaranya adalah kesalahan pembacaan alat ukur, penyetelan yang tidak
tepat dan pemakaian instrumen yang tidak sesuai dan kesalahan penaksiran.
Kesalahan ini tidak dapat dihindari, tetapi harus dicegah dan perlu
perbaikkan. Ini terjadi karena keteledoran atau kebiasaan kebiasaan yang
buruk, seperti : pembacaan yang tidak teliti, pencatatan yang berbeda dari
pembacaannya, penyetelan instrumen yang tidak tepat. Agar hasilnya
optimal, maka
diperlukan
pembacaan lebih
dari satu kali.
Bisa dilakukan
tiga kali,
kemudian dirata-
rata. Jika
mungkin dengan
pengamat yang
berbeda.

Gambar 1.3.
Posisi
pembacaan
meter

Gambar 1.4. (a) Pembacaan yang salah (b) Pembacaan yang benar

8
Gambar 1.5. Pengenolan meter tidak tepat.

2. Kesalahan-Kesalahan Sistematis (Systematic Errors)

Kesalahan ini disebabkan oleh kekurangan-kekurangan pada alat itu


sendiri. Seperti kerusakan atau adanya bagianbagian yang aus dan pengaruh
lingkungan terhadap peralatan atau pemakai. Kesalahan ini merupakan
kesalahan yang tidak dapat dihindari dari instrumen, karena struktur
mekanisnya.

Contoh : Gesekan beberapa komponen yang bergerak terhadap


bantalan dapat menimbulkan pembacaan yang tidak tepat. Tarikan pegas
(hairspring) yang tidak teratur, perpendekan pegas, berkurangnya tarikan
karena penanganan yang tidak tepat atau pembebanan instrumen yang
berlebihan. Ini semua akan mengakibatkan kesalahankesalahan. Selain dari
beberapa hal yang sudah disinggung di atas masih ada lagi yaitu kesalahan
kalibrasi yang bisa mengakibatkan pembacaan instrumen terlalu tinggi atau
terlalu rendah dari yang seharusnya.

Cara yang paling tepat untuk mengetahui instrumen tersebut apakah


mempunyai kesalahan yaitu dengan membandingkan dengan instrumen lain
yang memiliki karakteristik yang sama atau terhadap instrumen lain yang
akurasinya lebih tinggi. Untuk menghindarikesalahan yaitu dengan cara :

 Memilih instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu.


 Menggunakan faktor koreksi setelah mengetahui banyaknya kesalahan.
Mengkalibrasi instrumen dengan yang standar. Pada kesalahan yang
disebabkan lingkungan, seperti efek perubahan temperatur, kelembaban,
tahanan udara luar, medan-medan maknetik dapat dihindari dengan
membuat pengkondisian udara (AC), penyegelan komponen instrumen
tertentu dengan rapat, pemakaian pelindung maknetik dan sebagainya.

9
Gambar 1-6 Posisi Pegas

3. Kesalahan Acak Yang Tak Disengaja (Random Errors)

Kesalahan ini disebabkan oleh hal yang tidak langsung diketahui.


Antara lain sebab perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi
secara acak. Pada pengukuran yang sudah direncanakan, kesalahan ini
biasanya hanya kecil. Tapi untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian
tinggi berpengaruh. Contoh suatu tegangan diukur dengan voltmeter dibaca
setiap jam, walaupun instrumen yang digunakan sudah dikalibrasi dan
kondisi lingkungan sudah diset sedemikian rupa, tetapi hasil pembacaan
akan terjadi perbedaan selama pengamatan. Untuk mengatasi kesalahan,
tambah jumlah pembacaan dan menggunakan cara-cara statistik untuk
mendapatkan hasil yang akurat. Alat ukur listrik sebelum digunakan untuk
mengukur perlu diperhatikan penempatannya karena posisi pada bagian
yang bergerak menunjukkan besarannya akan di pengaruhi oleh titik berat
bagian yang bergerak dari suatu alat ukur tersebut. Oleh karena itu letak
penggunaan alat ukur ditentukan seperti pada tabel 1-6

10
Tabel 1-6 Posisi alat ukur waktu digunakan
DAFTAR PUSTAKA
http://sukasains.com/materi/yuk-belajar-pengukuran-besaran-fisika-edisi-
2/

http://teknik-pengukuran.blogspot.com/2013/02/kesalahan-
ukur.html#chitika_close_button

http://fisikawanunmul.blogspot.com/2010/10/laboratorium.html

11

Anda mungkin juga menyukai