Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Prof Dr Aloe Saboe merupakan salah
satu rumah sakit umum yang dimiliki oleh pemerintah Kota Gorontalo. Saat ini
RSUD Prof Dr Aloei Saboe menjadi rumah sakit terbesar di Provinsi Gorontalo
Dengan kondisi tingkat pelayanan saat ini dan dibarengi pula oleh berbagai
perubahan yang terjadi, RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo memiliki
optimal (Prima) yang diformulasikan dalam Visi dan Misi, sebagai berikut:
1. Visi
2. Misi
sampai dengan tahun 2013 melaksanakan program dan kegiatan yang dibiayai
melalui dana APBN maupun APBD Kota Gorontalo yang ditunjang dengan kiat-
26
kiat/upaya-upaya dalam pemperlancar proses pelaksanaan program dan kegiatan
sebagai berikut:
1. Jenis-jenis pelayanan yang diberikan oleh RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
antar lain:
medis dan non medis yang lengkap serta sumber daya manusia yang
f. Pelayanan Laboratorium
g. Pelayanan Radiologi
k. Pelayanan Gizi
l. Pelayanan Farmasi
p. Pelayanan Spesialistik.
27
4.2 Karakteristik Responden
4.2.1 Usia responden di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei
Tabel 4.1 Distribusi Usia perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof
Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No Usia Jumlah %
1 Remaja akhir (19-25 tahun) 15 53,6
2 Dewasa awal (26-35 tahun) 13 46,4
Jumlah 28 100
(Sumber: Data Primer 2015)
Tabel 4.1 menunjukan sebagian besar perawat (53,6%) yang bekerja di
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
4.2.2 Jenis kelamin di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof Dr. H. Aloei
Tabel 4.2 Distribusi Jenis Kelamin Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD)
RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
perempuan (60,7%).
28
4.2.3 Lama kerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Prof Dr. H. Aloei
Tabel 4.3 Distribusi Lama Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD
Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
4.2.4 Pelatihan perawat di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H. Aloei
No Pelatihan Jumlah %
1 Pernah mengikuti 23 82,1
2 Tidak pernah mengikuti 5 17,9
Jumlah 28 100
(Sumber: Data Primer 2015)
4.2.5 Tingkat pendidikan di Instalasi Rawat Darurat (IRD) RSUD Prof Dr. H.
29
Tabel 4.5 menunjukan sebagian besar perawat (96,4%) yang memiliki
lima waktu mencuci tangan (five moment hand hygiene) di Instalasi Gawat
Darurat (IGD) RSUD Prof Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo adalah sebagai
berikut:
No Kepatuhan Jumlah %
1 Patuh 11 39,3
2 Tidak patuh 17 60,7
Jumlah 28 100
(Sumber: Data Primer 2015)
Tabel 4.5 menunjukan sebagian besar perawat (60,7%) tidak patuh dalam
pelaksanaan hand hygiene berdasarkan lima waktu mencuci tangan (five moment
hand hygiene).
4.4 Pembahasan
Cuci tangan (Hand Hygiene) adalah suatu tindakan yang dilakukan untuk
menggunakan air sabun atau cairan antiseptic (Akyol, 2007). Menurut WHO
(2009), Hand hygiene adalah istilah yang digunakan untuk mencuci tangan
menggunakan antiseptik pencuci tangan. Five moment hand hygiene adalah lima
30
waktu yang tepat untuk pelaksanaan hand hygiene (WHO, 2009) yaitu sebelum
melingkupi pasien.
pelaksanaan hand hygiene berdasarkan lima waktu mencuci tangan (five moment
hand hygiene) sebanyak 11 orang perawat (39,3%) dan tidak patuh sebanyak 17
orang perawat (60,7%). Hasil penelitian menunjukan sebagian besar perawat tidak
patuh dalam pelaksanaan hand hygiene berdasarkan lima waktu mencuci tangan.
five moment yang dilakukan perawat. Hasil observasi terlihat 46,4% perawat
beralasan bahwa karena telah menggunakan handscoon jadi tidak perlu lagi
melakukan hand hygine. 14,3% perawat tidak patuh hand hygiene sebelum
prosedur invasive. Perawat beralasan karena banyaknya pasien yang masuk secara
hand hygine dan 32,1% perawat tidak patuh hand hygiene setelah kontak alat di
31
lingkungan pasien. Perawat beralasan bahwa karena menyentuh lingkungan tidak
patuh melakukan hand hygine pada saat setelah terkena cairan dan setelah kontak
mikroorganisme yang dapat ditularkan oleh pasien melalui cairan tubuh atau luka
pasien.
terhadap pelaksanaan five moment hand hygine di ruang IGD RSUD Prof, Dr.
H.ALoei Saboe Kota Gorontalo seperti yang digambarkan pada hasil observasi
sumber informasi tentang five moment hand hygine seperti tidak adanya poster
yang menjelaskan tentang five moment hand hygine. Pendapat ini didasarkan atas
hasil wawancara peneliti dengan 6 orang perawat yang bertugas shif sore dan
malam hari yang mengatakan bahwa mereka belum mengetahui apa yang
dimaksud dengan five moment hand hygine, mereka hanya mengetahui bahwa
32
pada tangan dan kurang mengerti tentang tekhnik melakukan hand hygiene yang
benar. Hal sama juga dinyatakan oleh WHO (2010) bahwa kurangnya
Pendapat peneliti ini juga didukung hasil penelitian Saragih dan Rumapea
(2012) bahwa perawat dengan tingkat pengetahuan yang baik tentang cuci tangan
mempunyai kepatuhan yang lebih tinggi (73,75%) untuk melakukan prosedur cuci
tangan. Hasil penelitian Ernawati (2014) di ruang rawat inap RSIA Malang
beban kerja perawat di IGD. Hasil pengamatan peneliti menemkan bahwa perawat
dalam setiap shif harus menangani pasien yang datang berkunjung secara
bersamaan dalam kondisi gawat darurat sehingga perawat tidak memiliki lagi
kesempatan untuk melakukan hand hygiene sesuai dengan five moment hand
hygine.
penampilan kerja dari perawat. Akibat negatif dari banyaknya tugas tambahan
perawat diantaranya timbulnya emosi perawat yang tidak sesuai dengan yang
dipengaruh oleh beberapa faktor yaitu umur, pendidikan, pengetahuan, lama kerja
33
dan beban kerja. Namun apabila peneliti menghubungkan beberapa faktor tersebut
dengan ketidakpatuhan perawat di IGD RSUD Prof, Dr. H.Aloei Saboe Kota
analisis data pada karakteristik umur dimana baik perawat yang memiliki kategori
umur remaja akhir (19-25 tahun) dan kelompok umur dewasa awal (26-35 tahun)
sebagian besar sama-sama tidak patuh dalam pelaksanaan five moment hand
hygiene. Pendapat peneliti ini sejalan dengan pendapat Hassan (2004) menyatakan
bahwa tidak ada perbedaan antara kelompok rentang usia dewasa awal dan
Pada faktor tingkat pendidikan, pelatihan dan lama kerja, peneliti tidak
analisisa peneliti perawat yang memiliki lama kerja kurang 5 tahun atau lebih 5
tahun dan perawat berpendidikan D-III keperawatan dan ners, serta yang pernah
mengikuti pelatihan sebagian besar tidak patuh dalam melaksanakan five moment
hand hygine.
perawat yang patuh menyatakan bahwa alasan mereka harus melakukan five
moment hand hygiene karena mereka menyadari manfaat dari hand hygine yaitu
34
CFUs Klebsiella setelah melakukan aktivitas yang bersih seperti memeriksa
yang sangat penting dari berbagai lembaga akreditasi termasuk komite akreditasi
rumah sakit yang memasukan hand hygiene sebagai salah satu penilaian
sakit. Tujuan program pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah
sukarela, mahasiswa dan pengunjung dimana hal yang paling mendasar dalam
hygine tanpa harus mengetahui fakktor penyebab kepatuhan perawat dan analisis
data yang digunakan belum dapat membuktikan secara statistic terhadap faktor
yang mempengaruhi kepatuhan perawat di IGD RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
35