Anda di halaman 1dari 3

TUGAS METODOLOGI PENELITIAN GEOLOGI

PARAGRAF

Oleh
TAMPAN NAULI
NIM: 22016016
(Program Studi Magister Teknik Geologi)

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG


14 November 2016
Indonesia dan Energi Panas Bumi

Terjadinya sumber energi panasbumi di Indonesia serta karakteristiknya dijelaskan


oleh Budihardi (1998). Terdapat tiga lempeng yang berinteraksi di Indonesia, yaitu
Lempeng Pasifik, Lempeng India‐Australia dan Lempeng Eurasia. Tumbukan yang
terjadi antara ketiga lempeng tektonik tersebut telah memberikan peranan sangat
penting bagi terbentuknya sumber energi panas bumi di Indonesia.

Sistim panas bumi di Indonesia umumnya merupakan sistim hidrothermal yang


mempunyai temperatur tinggi (>2250C) dan beberapa diantaranya mempunyai
temperatur sedang (150‐2250C). Pada dasarnya sistem panas bumi jenis
hidrothermal terbentuk sebagai hasil perpindahan panas dari suatu sumber panas ke
sekelilingnya yang terjadi secara konduksi dan konveksi. Perpindahan panas secara
konduksi terjadi melalui batuan, sedangkan perpindahan panas secara konveksi
terjadi karena adanya kontak antara air dengan suatu sumber panas. Perpindahan
panas secara konveksi pada dasarnya terjadi karena gaya apung. Air karena gaya
gravitasi selalu mempunyai kecenderungan untuk bergerak kebawah. Apabila air
tersebut kontak dengan suatu sumber panas maka akan terjadi perpindahan panas
sehingga temperatur air menjadi lebih tinggi dan air menjadi lebih ringan. Keadaan
ini menyebabkan air yang lebih panas bergerak ke atas dan air yang lebih dingin
bergerak turun ke bawah, sehingga terjadi sirkulasi air atau arus konveksi.

Energi panas bumi merupakan energi yang ramah lingkungan karena fluida panas
bumi berupa energi panas diubah menjadi energi listrik, fluida dikembalikan ke
bawah permukaan melalui sumur injeksi. Penginjeksian air kedalam reservoir
merupakan suatu keharusan untuk menjaga keseimbangan masa sehingga
memperlambat penurunan tekanan reservoir dan mencegah terjadinya subsidence.
Penginjeksian kembali fluida panas bumi secara alami berupa pengisisan air
permukaan. Menjadikan energi panas bumi sebagai energi yang berkelanjutan.

Emisi dari pembangkit listrik panasbumi sangat rendah bila dibandingkan dengan
minyak dan batubara, akibanya energi panasbumi memiliki kesempatan untuk
memanfaatkan Clean Development Mechanism produk Kyoto Protocol.

1
Mekanisme ini menetapkan bahwa negara maju harus mengurangi emisi gas rumah
kaca sebesar 5.2% dan membuat energi bersih di negara berkembang yang
dibangun diatas tahun 2000. Energi bersih tersebut termasuk panas bumi.

Lapangan panas bumi umumnya dikembangkan secara bertahap. Tahap awal


dimana ketidakpastian tentang karakterisasi reservoir masih cukup tinggi,
dibeberapa lapangan menggunakan unit pembangkit berkapasitas kecil. Unit
pembangkit digunakan untuk mempelajari karakteristik reservoir dan sumur, serta
kemungkinan terjadi masalah teknis lainnya. Pada prinsipnya, pengembangan
lapangan panas bumi dilakukan dengan sangat hati‐hati dan selalu
mempertimbangkan aspek teknis, ekonomi serta lingkungan.

Pemboran sumur perlu dilakukan dibeberapa titik untuk memindahkan uap menjadi
energi listrik. Cara untuk menekan biaya dan efisiensi pemakaian lahan, dari satu
lokasi umumnya tidak hanya dibor satu sumur, tapi beberapa sumur, yaitu dengan
melakukan pemboran miring. Keuntungan menempatkan sumur dalam satu lokasi
adalah, dapat menghemat pemakaian lahan, menghemat waktu untuk pemindahan
menara bor, menghemat biaya jalan masuk dan biaya pemipaan.

Keunggulan lain dari geothermal energi adalah dalam faktor kapasitasnya.


Perbandingan antara beban rata‐rata yang dibangkitkan oleh pembangkit dalam
suatu perioda (average load generated in period) dengan beban maksimum yang
dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load). Faktor kapasitas dari
pembangkit listrik panas bumi rata‐rata 95%, jauh lebih tinggi bila dibandingkan
dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang menggunakan batubara 60‐
70% (U.S Department of Energy).

Kekurangan dari proyek panas bumi memiliki resiko yang tinggi dan memerlukan
dana yang besar, oleh karena itu sebelum suatu lapangan panasbumi dikembangkan
perlu dilakukan pengkajian yang hati‐hati. Proses ini untuk menilai sumberdaya
panas bumi yang terdapat di daerah tersebut baik dalam produksi. Penilaian
kelayakan meliputi beberapa aspek, yaitu: aspek teknis, pemasaran, finansial,
legalisasi dan sosial ekonomi.

Anda mungkin juga menyukai