Limbah merupakan suatu benda yang mengandung zat yang bersifat
membahayakan atau tidak membahayakan kehidupan manusia, hewan, serta lingkungan dan umumnya muncul karena hasil perbuatan manusia, termasuk industrialisasi (UU RI No.32 tahun 2009). Jumlah populasi masyarakat yang mengalami peningkatan setiap tahunnya akan berdampak pada peningkatan akan kebutuhan transportasi. Alat transportasi yang umum digunakan oleh masyarakat adalah sepeda motor, hal ini dikarenakan sepeda motor cukup terjangkau dan lebih fleksibel untuk masyarakat yang memiliki tingkat mobilitas yang cukup tinggi. Peningkatan permintaan akan sepeda motor harus diimbangi dengan penambahan pelayanan untuk sepeda motor tersebut seperti bengkel. Dari kegiatan bengkel tersebut juga dihasilkan limbah yang berupa limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) seperti oli bekas, accu bekas dan juga lap yang sudah terkontaminasi oleh pelarut atau pelumas. Walaupun oli bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak dikelola dengan baik, maka akan membahayakan bagi lingkungan. Kota Palopo sebagai salah satu kota metropolitan di Indonesia pada tahun 2015 memiliki total jumlah penduduk sebesar 168 894 jiwa (BPS, 2015). Sejalan dengan perkembangan kota dan daerah, volume oli bekas terus meningkat seiring dengan pertambahan jumlah kendaraan bermotor dan mesin-mesin bermotor. Didaerah pedesaan sekalipun, sudah bisa ditemukan bengkel-bengkel sepi, yang salah satu limbahnya adalah oli bekas. Dengan kata lain, keberadaan oli bekas sudah sangat luas dari kota besar sampai ke wilayah pedesaan di seluruh Indonesia. Dari persebaran tersebut haruslah dilakukan pengawasan untuk mencegah terjadinya pencemaran lingkungan oleh limbah oli bekas tersebut. Oli bekas merupakan senyawa hidrokarbon yang dapat merubah struktur dan fungsi tanah sehingga produktifitas tanah menjadi menurun. Pencemaran oli bekas dapat terjadi dikarenakan tidak adanya sistem yang baku mengenai pengelolaan minyak pelumas bekas terutama dari bengkel– bengkel kendaraan bermotor (Hertien dan Wahyu, 2004). Faktor risiko yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja bengkel yaitu adanya keluhan atau gangguan gejala sakit secara subjektif dan objektif sehingga pekerja memerlukan pengobatan untuk mengembalikan keadaan sehat. Gangguan saluran pernafasan adalah gangguan pada organ mulai dari hidung sampai alveoli serta organ-organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Gejala keracunan akut akibat gas karbon monoksida ini seperti sakit kepala, mual dan pusing, sesak nafas tidak teratur, suhu badan turun, shock, peredaran darah tepi tidak lancar hingga dapat terjadi oedema paru yang sifatnya reversibel, penyakit kulit dimana paparan bahan-bahan pada tempat kerja merupakan penyebab utama timbulnya kelainan kulit (American Medical Assosiation 1939).