Anda di halaman 1dari 18

DAFTAR ISI

I. JUDUL 2

II. TUJUAN 2

III. TEORI DASAR 2

1. Tinjauan Bahan 2
2. Tinjauan Flavonoid8
IV. METODE PERCOBAAN 10
V. HASIL PERCOBAAN 13
VI. PEMBAHASAN 15
VII. KESIMPULAN 16
VIII. DAFTAR PUSTAKA 17
IX. LAMPIRAN 18

I. JUDUL
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 1
“Ekstraksi Dan Identifikasi Flavonoid Dari Simplisia Tumbuhan”

II. TUJUAN
1. Memahami proses ekstraksi simplisia tumbuhan menggunakan pelarut yang
mempunyai tingkat kepolaran berbeda.
2. Mampu melakukan pemisahan senyawa dengan menggunakan kromatografi
kertas preparative.
3. Mengekstraksi atau mengisolasi dan mengindentifikasi senyawa flavonoid
dari Simplisia Daun Kumis Kucing.

III. TEORI DASAR


1. Tinjauan Simplisia
Menurut Materia Medika Indonesia
a. Klasifikasi
 Divisi : Spermatophyta
 Sub divisi : Angiospermae
 Kelas : Dicotyledonae
 Bangsa : Tubiflorae
 Suku : Labiatae
 Marga : Orthosiphon
 Jenis : Orthosiphon spicatus

b. Nama
1.) Sinonim : Orthosiphon aristatus (Bl.) Miq., O. grandiflorus Bold., O.
grandiflorum et aristatum Bl., O. langifloru Ham., O.
spiralis Merr., O. stamineus Benth., Clerodendranthus
spicatus (Thunb.) C.Y.Wu, Trichostemma spiralis Lour.

2.) Nama umum/dagang : Daun Kumis Kucing


Nama Daerah

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 2


Sumatera : Kumis Kucing (Melayu)
Jawa : Kumis Ucing (Sunda), Remujung (Jawa
Tengah), Sesalaseyan, Soengot Koceng
(Madura)
Nama Asing : mao xu cao (C), Kattesnor (B), Balbas
pusa, Kablig gubat (Tag.)

c. Deskripsi
 Habitus : Semak, tahunan, tinggi 50-150 cm.
 Batang : Berkayu, segiempat, beruas, bercabang, coklat
kehijauan.
 Daun : Tunggal, bulat telur, panjang 7-10 cm, lebar 8-50 cm,
tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tippis, hijau.
 Bunga : Majemuk, bentuk malay, di ujung ranting dan cabang,
kelopak berlekatan, ujung terbagi empat, hijau,
benang sari empat, kepala sari ungu, putik satu, putih,
mahkota bentuk bibir, putih.
 Buah : Kotak, bulat telur, masih muda hijau setelah tua
coklat.
 Biji : Kecil, masih muda hijau setelah tua hitam.
 Akar : Tunggang, putih, kotor.

d.Uraian tumbuhan
Kumis kucing tumbuhan liar di sepanjang anak sungai dan selokan, atau
ditanam di pekarangan sebagai tumbuhan obat dan dapat ditemukan di daerah
dataran rendah sampai ketinggian 700m dpl.
Kumis kucing dapat diperbanyak dengan biji atau stek batang.

e.Identifikasi (pada serbuk daun)

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 3


i. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes sulfat P; terjadi warna biru tua.
ii. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida P; terjadi warna
hijau tua
iii. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan natrium hidroksida P 5%
b/v; terjadi warna coklat kekuningan.
iv. Pada 2mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna
coklat kekuningan.
v. Pada 2 mg serbuk daun tambnahkan 5 tetes besi(III) klorida LP; terjadi
warna biru tua
vi. Pijarkan 500 mg serbuk daun. Sisa pijar membentuk kristal dengan
pereaksi yang dibuat dengan mencampur volume sama larutan 1 dan
larutan 2 sebagai berikut:
1. Larutkan 1 g tembaga(II) asetat P, 1,6 g timbal(II) asetat P dan 0,5 ml
asam asetat glasial P dalam 5 ml air
2. Larutkan 2,5 g natrium nitrit P dalam 5 ml air.
vii. Mikrodestilasikan 40 mg serbuk daun pada suhu 240̊C selama 90 detik
menggunakan tanur TAS, tempatkan hasil mikrodestilasi pada titik
pertama dari lempeng KLT sikila gel GF254P. Timbang 500mg serbuk daun,
campur dengan 5 ml metanol P dan panaskan diatas tangas air selama 2
menit dinginkan. Saring, cuci endapan dengan metanol P secukpnya
sehingga diperoleh 5 ml filtrat. Pada titik kedua dari lempeng KLT tutulkan
30 µl filtrat dan pada titik ketiga tutulkan 10 µl zat warna 1 LP. Eluasi
dengan dikloroetana P dengan jarak rambat 15 cm, keringkan lempeng
diudara selama 10 menit, eluasi lagi dengan benzen P dengan arah eluasi
dan jarak rambat yang sama. Amati dengan sinar biasa dan dengan sinar
ultraviolet 366nm. Semprot lempeng dengan anisaldehida-asam sulfat LP,
panaskan pada suhu 110̊ selama 10 menit

f.Sifat dan khasiat

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 4


Herba kumis kucing rasanya manis sedikit pahit, sifatnya sejuk. Berkhasiat
sebagai antiradang, peluruh kencing (diuretik), menghilangkan panas dan
lembab, serta menghancurkan batu saluran kencing.

g.Kandungan Kimia
Orthosiphon glikosida, zat samak, minyak atsiri,minyak lemak, saponin,
garam kalsium, mioinositol, dan sinensetin. Kalium berkhasiat diuretik dan
pelarut batu saluran kencing, sinensetin berkhasiat antibakteri.
mengandung minyak atsiri 0,02-0,06% terdiri dari 60 macam sesquiterpens
dan senyawa fenolik. 0,2% flavonoid lipofil dengan kandungan utama sinensetin,
eupatorin, skutellarein, tetrametil eter, salvigenin, rhamnazin; glikosida flavonol,
turunan asam kafeat (terutama asam rosmarinat dan asam 2,3-dikaffeoil tartarat
), metilripariokromen A 6-(7,8-dimetoksi-2,2-dimetil [2H,1-benzopiran]-il),
saponin serta garam kalsium (3%) dan myoinositol.4,9,13) Hasil ekstraksi daun
dan bunga Orthosiphon stamineus ditemukan metilripariokromen A atau 6-(7,8-
dimetoksietanon).

h.Bagian yang digunakan

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 5


Bagian yang digunakan adalah herba, baik yang segar maupun yang telah
dikeringkan.

i. Indikasi
Herba kumis kucing digunakan untuk pengobatan :
-infeksi ginjal akut dan kronis,
-infeksi kandung kencing (sistitis),
-kencing batu,
-sembab karena timbunan cairan di jaringan (edema)
-kencing manis (diabetes mellitus),
-tekanan darah tinggi (hipertensi), dan
-rematik gout

j.Cara pemakaian
Rebus 30-60 gram herba kering atau 90-120 gram herba segar, lalu minum
air rebusannya. Herba kumis kucing yang kering ataupun yang segar juga bisa
diseduh, lalu diminum seperti teh.

Menurut Farmakope Herbal Indonesia


Daun kumis kucing adalah daun Orthosiphon stamineus Benth., suku
Lamiaceae, mengandung flavonoid sinesetin tidak kurang dari 0,10%.
ldentitas Simplisia
Pemerian Berupa serpihan daun dan tangkai baik bersama maupun terpisah,
warna hijau kecokelatan, tidak berbau, rasa agak pahit, rapuh, bentuk bundar
telur, lonjong, belah ketupat memanjang atau bentuk lidah tombak, ujung lancip
atau tumpul, panjang 2-12 cm, Iebar 1-8 cm. Tangkai daun persegi, warna agak
ungu, panjang kurang lebih I cm. Heiai daun dengan tepi bergerigi kasar tidak
beraturan, kadang-kadang beringgit tajam dan menggulung ke bawah, ujung
daun dan pangkal daun meruncing. Tulang daun menyirip halus dan bercabang
sedikit.

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 6


Mikroskopik Fragmen pengenal adalah epidermis dengan rambut penutup,
epidermis atas dengan sisik kelenjar, rambut penutup, epidermis bawah dengan
stomata dan berkas pcngangkut penebalan spiral.

Senyawa identitas Sinensetin


Struktur Kimia :

Sinensetin
Ekstrak Kental
Ekstrak kental daun kumis kucing adalah ekstrak yang dibuat dari daun
tumbuhan Orthosiphon stamineus Benth., suku Lamiaceae, mengandung
flavonoid sinensetin tidak kurang dari 1,10%.
Pemerian Ekstrak kental; warna cokeJat tua; bau khas; rasa pahit.
Rendemen Tidak Kurang dari 8,7%
Gunakan etanol P sebagai pelarut

Kandungan Kimia Simplisia

Kadar sinensetin Tidak kurang dari 0,10%

Lakukan penetapan kadar dengan cara Kromatografi lapis tipis-densitometri


Larutan uji Timbang saksama lebih kurang 2 g serbuk, sari dalam tabung reaksi
dengan 10 mL elano! P, vorteks selama 30 menit dan diamkan selama I jam.
Saring dengan kertas saring ke dalam labu tentukur 10 mL. Tambahkan melalui
kertas saring elanol P sampai tanda.

Larutan pembanding Sinensetin 0,1% dalam elanol P, buat enceran hingga


diperoleh serapan yang mendekati serapan Larutan uIji.

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 7


Pengukuran Totolkan masing-masing 10 mikroL Larutan uji dan enceran Larutan
pembanding pada lempeng silika gel 60 F254, kembangkan dengan fase/gerak
diklorometan p.

Kromatograji lapis tipis-densilometri, pada panjang gelombang 254 nm.

2. Tinjauan Flavonoid
a) Pendahuluan
Flavonoid adalah senyawa metabolit sekunder yang memiliki
struktur inti C6-C3-C6 yaitu dua cincin aromatik yang dihubungkan dengan 3
atom C, biasanya dengan ikatan atom O yang berupa ikatan oksigen
heterosiklik. Senyawa ini dapat dimasukan sebagai senyawa polifenol
karena mengandung dua atau lebih gugus hidroksil, bersifat agak asam
sehingga dapat larut dalam basa Umumnya flavonoid ditemukan berikatan
dengan gula membentuk glikosida yang menyebabkan senyawa ini lebih
mudah larut dalam pelarut polar, seperti metanol,etanol,butanol,etil
asetat. Bentuk glikosida memiliki warna yang lebih pucat dibandingkan
bentuk aglikon. Dalam bentuk aglikon, sifatnya kurang polar, cenderung
lebih mudah larut dalam pelarut kloroform dan eter.

Struktur Dasar Flavonoid

Kegunaan Flavonoid :
a. Bagi tumbuhan
 Untuk menarik serangga, yang membantu proses penyerbukan.

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 8


 Untuk menarik perhatian binatang yang membantu
penyebaran biji

b. Bagi manusia
 Dosis kecil, flavon bekerja sebagai stimulan pada jantung,
hesperidin mempengaruhi pembuluh darah kapiler
 Flavon terhidroksilasi bekerja sebagai diuretik dan sebagai
antioksidan pada lemak
c. Bagi bidang farmasi
Penggunaan tumbuhan berwarna merah untuk warna telah di
ketahui sajak lama, juga pemberian Flavonoid terhadap ternak yang
dimaksudkan untuk berbagai penyakit kronik seperti : kanker,
aterosklerosis, penyakit vaskuler dan influenza.
b) Persebaran
Dalam dunia tumbuhan, flavonoid tersebar luas pada divisi
Angiospermae dalam bentuk berbagai jenis flavonoid, seperti
flavon,isoflavon,auron,flavanon, atau kalkon. Pada divisi frokariota dan
eukariota jarang ditemukan adanya flavonoid, sedangkan pada divisi
Angiospermae, penyebaran flavonoid cukup luas.Flavonoid juga tersebar
pada jenis paku pakuan, lumut, dan Gymnospermae.
c) Ekstraksi
Flavonoid biasanya merupakan senyawa polifenol, bersifat agak
asam sehingga mudah larut dalam basa , dan bersifat polar sehingga
mudah larut dalam pelarut polar, seperti etanol, metanol, aseton, dan
butanol Polaritas flavonoid bertambah dengan adanya gula yang terikat
dalam bentuk glikosida baik sebagai C-glikosida maupun O-glikosida
sehingga lebih mudah larut dalam air.
d) Pemisahan
Keberadaan campuran flavonoid dalam satu tanaman diperlukan
proses pemisahan antara lain menggunakan Kromatografi Kertas,
Kromatografi Lapis Tipis dan Kromatografi Kolom.

PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5 9


Kromatografi Kertas
Kromatografi kertas merupakan cara sederhana yang memberikan
informasi awal yang cukup baik untuk identifikasi flavonoid. Kromatografi
kertas menurun lebih banyak dilakukan untuk pemisahan campuran
flavonoid. Kertas yang digunakan adalah Whatman 3MM atau yang
memiliki kualitas yang setara. Fase gerak awal yang umumnya digunakan
adalah BAA sebagai fase gerak pertama banyak digunakan untuk flavonoid
tahap awal. Untuk fase gerak kedua dapat digunakan pengembang lain
yang bersifat lebih polar, contohnya asam asetat 50%, fenol jenuh air.
Kromatografi satu arah lebih banyak digunakan pada tahao berikut ini
untuk pemurnian flavonoid.
e) Identifikasi Spektrum Spektrofotometer UV-Vis
Flavonoid memiliki sistem aromatik yang terkonjugasi sehingga
memiliki absrobsi atau serapan pada daerah sinar ultraviolet. Spektrum
flavonoid biasanya ditentukan dalam larutan dengan pelarut metanol atau
etanol, meski perlu diingat spektrum yang dihasilkan dalam metanol
kurang memuaskan. Spektrum khas terdiri atas dua maksimal pada
rentang 240-285nm (Pita II) dan 300-550 nm(Pita I) . Kedudukan yang
tepat dan kekuatan nisbi maksimal tersebut memberikan informasi yang
berharga mengenai sifat flavonoid dan pola oksigenasinya yang setara.

IV. METODE PERCOBAAN


Alat :

1. Erlenmeyer

2. Corong

3. Kapas

4. Kertas saring

5. Rotari evaporator vakum

6. Gelas piala

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
0
7. Corong pisah

8. Hair dryer

9. Kertas whatman no.3

10. Chamber

Bahan :

1. Serbuk Simplisia Daun Kumis Kucing

2. Etanol 70 %

3. Aquadest

4. Petroleum eter

5. N-heksan

6. Etil asetat

7. N-butanol

8. Methanol

9. Asam asetat

Cara Kerja :

1. Serbuk simplisia sebanyak 20 gram dimasukkan kedalam Erlenmeyer (volume


250 ml pakai tutup), tambahkan 125 ml etanol 70% pasang corong pada mulut
erlenmeyer yang diberi kapas yang telah dibasahi dengan air, panaskan diatas
penangas air selama 30 menit, sambil diaduk setiap 5 menit.

2. Setelah selesai pemanasan, dinginkan Erlenmeyer dengan bantuan air mengalir


saring dengan kapas, lalu saring lagi dengan kertas saring, filtrate yang diperoleh
diuapkan dengan vakum rotavapor sampai kental (volume kira-kira 10 ml dan
dituang kedalam cawan penguap, uapkan diatas penangas air sampai etanolnya
habis ).

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
1
3. Sisa ditambahkan air panas + 100 ml sambil diaduk-aduk (dalam gelas piala) dan
dituang kedalam corong pisah ditambahkan petroleum eter 25 ml, kocok
(pengocokkan 3 x 25 ml), kumpulkan fase petroleum eter dan dibuang.

4. Lapisan air (sisa) dikocok dengan etil asetat 3 x 25 ml, kumpulkan fase etil asetat
dan dibuang.

5. Lapisan air (sisa) diambil, ditempatkan dalam corong pisah lalu dikocok dengan
pelarut n-butanol 3 x 25 ml, kumpulkan fase n-butanol dan diuapkan dengan
rotary evaporator vakum ad sampai pelarut n-butanol habis, sisa larutkan dengan
5 ml methanol, larutan methanol yang diperoleh (mengandung senyawa
glikosida flavonoid)

6. Larutan ekstrak methanol tersebut uapkan dengan hair dryer sampai volumenya
setengah bagian (2,5 ml)

7. Larutan ekstrak methanol yang diperoleh (mengandung glikosida flavonoid)


ditotolkan pada kertas Whatman no.3 berbentuk pita dengan ketebalan
maksimum 1 cm, elusi dengan jarak rambat 10 cm. Fase gerak : BAA ( n-butanol :
As. Asetat : air ) = 4 : 1 : 5 campur baik – baik dalam corong pisah, diamkan
sebentar dan dipakai fase atas.

8. Hasil kromatogram kertas berupa bentuk pita-pita digunting pita tertentu, dan
pita tersebut digunting kecil (pengguntingan pita kromatogram kertas harus
dalam keadaan kering), dilarutkan dalam methanol 5 ml.

9. Larutan methanol tersebut 2 ml, lalu ditotolkan kembali pada kertas whatman
no.3 berbentuk pita seperti diatas, eluasi dengan jarak rambat 10 cm. fase gerak
II : As. Asetat 3%

10. Hasil kromatogram kertas bentiuk satu pita, digunting setelah kering pita
tersebut digunting kecil – kecil dan dilarutkan dalam methanol 5 ml-3 ml ambil
filtrate methanol dan akan digunakan pada pembuatan spectrum UV/VIS.

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
2
V. HASIL PERCOBAAN
1. Data Penimbangan

Bahan Teoritis Praktek

Simplisia Orthosiphon
20 g 20 g
Stamineus

Cawan Penguap - 25,83 g


Cawan Penguap + Ekstrak - 26,51 g
Bobot Ekstrak - 0,68 g

Rendemen Tidak Kurang dari 8,7 % 3,4 %

 Bobot Ekstrak = (Bobot Cawan + Ekstrak) – (Bobot Cawan Kosong)


= 26,51 g - 25,83 g
= 0,68 g
Bobot Ekstrak
 Rendemen = x 100 %
Bobot Bahan Awal
0,68 g
= x 100 %
20 g
= 3,4 %

2. Data Spektrum UV-Vis


I. Pita I
Panjang Gelombang Maksimal ( maks ) Serapan (A)

205,0 nm 1,1794

II. Pita II
Panjang Gelombang Maksimal ( maks ) Serapan (A)

545,0 nm 0,0156

326,0 nm 0,7598

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
3
281,5 nm 0,7761

206,5 nm 2,2188
III. Pita IV
Panjang Gelombang Maksimal ( maks ) Serapan (A)

326,0 nm 0,5486

289,0 nm 0,5481

204,5 nm 1,4276

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
4
VI. PEMBAHASAN

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
5
VII. KESIMPULAN

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
6
VIII. DAFTAR PUSTAKA

1) Departemen Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, Jilid III. 1979.

2) Departemen Kesehatan RI, Materia Medika Indonesia, Jilid IV. 1980.

3) Harbone, J.B.1996. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan. Bandung : Penerbit ITB.

4) Departemen Kesehatan RI,Farmakope Herbal Indonesia Edisi I.2008

5) K.R.Markham. 1988. Cara Mengidentifikasi Flavonoid. Bandung : Penerbit ITB

6) Endang,Hanani. 2015. Analisis Fitokimia. Jakarta : Penerbit EGC

7) Tim DPP Lab Fitokimia. 2018. Diktat Penuntun Praktikum Fitokimia. Jakarta :
Fakultas Farmasi Universitas Pancasila

Jakarta, 15 November 2018


Yang Membuat Laporan

Fadhil Yusral Joshua Christoper

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
7
LAMPIRAN

1
PRAKTIKUM EKSTRAKSI DAN IDENTIFIKASI FLAVONOID DARI SIMPLISIA TUMBUHAN-5
8

Anda mungkin juga menyukai