net/publication/318561462
Perlakuan Bahan
CITATIONS READS
0 4,042
1 author:
SEE PROFILE
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
TEKNIK PEMBENIHAN IKAN BAHAN BAKU KRIPIK MENGGUNAKAN BANTUAN RANGKAIAN ELEKTRONIKA View project
All content following this page was uploaded by Raden Edy Purwanto on 20 July 2017.
PERLAKUAN BAHAN
Praktikum
(Edisi Perdana)
ii PERLAKUAN BAHAN
PERLAKUAN BAHAN
Praktikum
(Edisi Perdana)
Dilarang memperbanyak, sebagian atau seluruh isi dari buku ini dalam bentuk
apapun, tanpa izin tertulis dari penerbit.
Cetakan ke-01
Tahun 16
Polinema Press
Politeknik Negeri Malang (Polinema)
Gedung AU ground floor
Jalan Soekarno Hatta No. 9, Malang PO BOX Malang
Telp. (0341) 404424 / 404425 Fax. (0341) 404420
www.polinema.ac.id
E-mail: polinemapress@gmail.com
ISBN : 978-602-19379-3-8
iii
Kata Pengantar
iii
iv PERLAKUAN BAHAN
Penulis
v
Daftar Isi
v
vi PERLAKUAN BAHAN
Daftar Tabel
vii
viii PERLAKUAN BAHAN
ix
Daftar Gambar
ix
x PERLAKUAN BAHAN
1
Perlakuan Panas
1
2 PERLAKUAN BAHAN
A. Pendahuluan
erlakuan panas atau heat treatment adalah suatu metode yang
P dipergunakan untuk merubah sifat-sifat mekanik dari suatu
baja, seperti misalnya kekerasan, kekuatan atau keuletannya.
Komponen/perkakas yang diproses perlakuan panas ada bermacam-
macam, ada yang sederhana bentuknya tetapi ada pula yang rumit
seperti moulds, matres, komponen mesin. Biaya pembuatan memang
tinggi; hal ini disebabkan lamanya waktu yang diperlukan untuk
membuat perkakas itu serta upah yang tinggi dari tenaga yang
terampil dan perlengkapan-perlengkapan presisi yang diperlukan.
Dalam hal ini ada suatu jaminan untuk tidak gagal terlalu awal,
yaitu penggunaan material yang baik sesuai dengan Jenis perkakas
yang dibuat dan yang tidak kalah pentingnya ialah perlakuan panas
yang benar dari material tersebut.
Mengeraskan suatu perkakas memang mudah, tetapi memberikan
kekerasan yang paling sesuai untuk fungsi suatu perkakas adalah
sulit. Untuk memperoleh sifat-sifat yang paling baik dari baja yang
dipilih dengan benar memang diperlukan perlengkapan yang
memadai. Sekurang-kurangnya harus ada temperature control yang
bekerja dengan baik pada dapur-dapur pemanasnya. Selanjutnya
diperlukan pula fasilitas pengujian kekerasan untuk benda-benda
yang sudah diproses perlakuan panas.
Perlakuan panas (Heat treatment) secara umum meliputi:
1. Pemanasan sampai suhu dan kecepatan tertentu.
2. Mempertahankan suhu untuk waktu tertentu sehingga
temperaturnya merata antara permukaan dan inti.
3. Pendinginan dengan media pendingin (air, minyak, atau udara/
media pendingin yang lain).
Ketiga hal tersebut tergantung dari sifat-sifat yang diinginkan.
1. Annealing
Annealing adalah salah satu proses perlakuan panas (heat
treatment) yang digunakan untuk.
a. Mengurangi kekerasan.
b. Menghilangkan tegangan sisa.
c. Memperbaiki kekuatan.
d. Memperbaiki ductility.
e. Menghaluskan ukuran butiran.
a. Full Annealing
Tujuan:
Untuk mengubah bentuk lapisan sementit di dalam pearlit dan
sementit pada batasan-batasan butiran dari baja karbon tinggi
menjadi bentuk spheroidical (bentuk bola).
Proses:
Untuk baja hypoeutectoid (<0,83% C). Baja dipanaskan 30 - 60°C
(50 - 100°F) di atas temperatur A3, kemudian ditahan beberapa
saat, baru didinginkan di dalam dapur dengan kecepatan
pendinginan 10 - 30°C/jam sampai temperatur 30 oC di bawah A1,
kemudian didinginkan di udara.
Untuk baja hyper eutectoid (>0,83%C). Pada dasarnya sama
dengan baja hypo eutectoid, kecuali pad a permulaan pemanasan
hanya sampai daerah austenit + sementit, yaitu pada temperatur
sekitar 30 - 60°C di atas A1.
b. Recrystallisation Annealing
Tujuan:
Melunakkan baja hasil pengerjaan, karena adanya rekristalisasi
dan pengembangan bentuk strukturnya.
6 PERLAKUAN BAHAN
Penggunaan:
Untuk baja hasil pengerjaan dingin yang berat.
Proses:
Baja dipanaskan pada suhu kira-kira 700°C (sedikit di bawah
temperatur A1), tahan pada temperatur tersebut untuk mencapai
kelunakan, kemudian didinginkan dengan kecepatan tertentu
(biasanya d udara).
Hasil:
- Menghasilkan baja/benda kerja dengan permukaan yang halus
(tidak bersisik).
- Mempermudah pengerjaan cold working tanpa ada keretakan.
c. Stress-Relief Annealing
(Annealing untuk menghilangkan tegangan dalam)
Tujuan:
Untuk menghilangkan tegangan sisa (tegangan dalam) dalam baja
tuang yang tebal, juga pada logam yang sudah mengalami penjelasan.
Proses:
Benda kerja dipanaskan sampai suhu di bawah Al (550-650)oC
dipertahankan beberapa saat kemudian didinginkan perlahan.
Hasil:
Memperbaiki sifat mampu di mesin.
d. Spheroidization
Tujuan:
Membentuk/menghaluskan struktur sementit dengan menghancurkan
bentuk sphreoids (bulatan kecil) dalam kandungan ferrit.
Proses:
- Memperpanjang waktu pemanasan pada suhu tepat di bawah A1,
diikuti dengan pendinginan yang lambat.
- Memperpanjang periode di sekitar suhu A1 yaitu sedikit di atas
dan di bawahnya.
- Untuk tool steel dan high alloy steel, pemanasan antara 750 - 8000
atau lebih tinggi dan dipertahankan pada suhu tersebut untuk
beberapa jam, diikuti oleh pendinginan yang perlahan-lahan.
Perlakuan Panas 7
Hasil:
Benda mudah di mesin.
2. Normalizing
Tujuan:
Untuk mendapatkan struktur butiran yang halus dan seragam,
juga untuk menghilangkan tegangan dalam.
Pemakaian:
Untuk baja-baja konstruksi, baja rol, material yang mengalami
penempaan, tidak mempunyai . struktur yang sama karena jumlah
beban tidak sebanding dan karena perubahan bentuk pada tahap-
tahap pendinginan yang tidak merata untuk benda yang
ketebalannya tidak sama.
Proses:
Memanaskan sampai sedikit di atas suku kritis (± 60oC di atas suhu
kritis atas), kemudian setelah suhu merata didinginkan di udara.
Hasil:
Diperoleh sifat mampu di mesin.
3. Hardening
a. Direct Hardening
Umumnya hanya disebut hardening, bertujuan untuk merubah
struktur baja sedemikian rupa sehingga diperoleh struktur martensit
yang keras dari permukaan hingga inti benda kerja.
Proses:
Baja dipanaskan sampai Suhu tertentu antara 770–830°C
(tergantung dari kadar karbon) kemudian ditahan pada suhu
tersebut, beberapa saat, kemudian didinginkan secara mendadak
dengan mencelupkan dalam air oli atau media pendingin yang lain.
Dengan pendinginan yang mendadak, tak ada waktu yang cukur
bagi austenit untuk berubah menjadi perlit dan ferit atau perlit dan
sementit. Pendinginan yang cepat menyebabkan austenit berubah
menjadi martensit.
Hasil:
Kekerasan tinggi, kekenyalan (ductility) rendah
Tujuan:
Menghasilkan lapisan permkaan yang keras pada baja yang
dianggap lunak dan ulet. Umumnya, pengerasan permukaan dibagi
menjadi tiga proses:
1) Carburizing/penambahan karbon.
2) Flame hardening
3) Nitriding/penambahan nitrogen
Carburizing
Proses karburizing didasarkan atas kemampuan baja untuk
menyerap karbon pada temperatur antara 900 - 9 50oC. Carburizing
adalah salah satu metoda yang digunakan untuk menghasilkan
permukaan keras padat baja yang berkadar karbon rendah (0,3 %).
Dengan proses ini didapat lapisan baja dengan kadar karbon
0,3-1%, dengan tebal antara 0,1-2,5 mm tergantung lamanya
pemanasan (lihat Gambar 4).
Flame Hardening
Proses ini sangat cepat untuk menghasilkan permukaan keras
dari baja yang kandungan karbonnya lebih dari 0,4%.
Permukaan baja dipanaskan dengan Cepat hingga suhu kritisnya
dengan perantaraan semburan api Flame atau dengan induction
coil frekuwensi tinggi, kemudian diquenching untuk mendapatkan
struktur martensit. Setelah quenching, perambatan panas dari inti
ke permukaan baja sudah cukup untuk tempering lapisan permukaan.
Proses ini banyak digunakan terutama untuk mempererat poros-
poros pendukung.
Nitriding
Baja yang dinitriding adalah baja paduan rendah yang
mengandung chromium dan molibdeniuri1 dan kadang-kadang
disertai kandungan nikel dan vanadium.
Beberapa baja nitriding mengandung kira-kira 1 % aluminium.
Baja tersebut dipanaskan pada 500oc. Selama 40 hingga 90 jam
dalam kotak gas yang diisi sirkulasi gas ammonia. Permukaan baja
akan menjadi sangat keras karena terbentuknya nitrida, sedangkan
inti bahan tetap tidak terpengaruh.
4. Tempering
Tempering adalah memanaskan kembali baja yang telah
dikeraskan untuk menghilangkan tegangan dalam dan mengurangi
kekerasan.
Proses:
Memanaskan kembali berkisar pada suhu 150 - 650°C dan
didinginkan secara perlahan-Iahan tergantung sifat akhir baja
tersebut.
Tempering dibagi dalam:
a. Tempering pada suhu rendah (150 - 300°C)
Tujuannya hanya untuk mengurangi tegangan-tegangan kerut dan
kerapuhan dari baja.
12 PERLAKUAN BAHAN
C. Diagram T - T - T (Pendinginan)
Pelaksanaan perlakuan panas terhadap: baja melibatkan
penggunaan bermacam-macam kecepatan pendinginan. Meskipun
pengaruh waktu tidak terlihat secara jelas pada diagram besi-zat
arang dengan demikian studi tentang phenomena transformasi
menjadi penting dan phase transformasi untuk bermacam-macam,
baja dicatat dengan hubungannya terhadap perubahan waktu dan
temperatur. Hal ini disajikan dengan diagram transformasi isothermal,
Gambar 9 untuk suatu baja perkakas. Diagram ini disebut curva TTT
Perlakuan Panas 13
1. Dapur Pemanas
Dapur pemanas digunakan untuk pemanasan, baik untuk
preheating ataupun untuk final heating pada proses perlakuan
panas.
Ada bermacam-macam dapur pemanas, Gambar 11 dan Gambar
12 disamping menunjukkan jenis Mufle Furnace dan Fluidesed Bed
Furnace.
Perlakuan Panas 15
3. Dapur Tempering
Dapur tempering digunakan untuk pemanasan ulang yang bertujuan:
a. Mengurangi stress yang timbul selama quenching
b. Menambah sifat yang terpenting, yaitu keuletan.
c. Pada Hot Work Steel dan High Speed Steel, kadang-kadang untuk
menaikkan kekerasan.
1. Pemanasan (Heating)
Pada waktu mengalami proses perlakuan panas baja akan
mengalami perubahan-perubahan pada bentuknya.
Perlakuan Panas
Hal ini karena temperatur kerja yang tinggi (± 750°C s/d 1.225°C),
oleh karena itu hampir semua benda kerja yang diproses hardening
ukurannya dilebihkan untuk proses finishing (Grinding Operation).
Di samping memberikan kelebihan ukuran, untuk menghindari rusak
akibat perubahan bentuk yang perlu dilakukan dalam proses
perlakuan panas adalah laju pemanasan tidak boleh terlalu cepat,
penempatan benda kerja dalam Furnace harus benar serta melakukan
Quenching dengan benar.
Gambar 16 di atas menjelaskan tentang perubahan fasa serta
sifat-sifat dari baja jika mengalami proses perlakuan panas Hardening
dan Tempering.
a. Preheating
Preheating bertujuan untuk memperkecil beda temperatur antara
permukaan benda kerja dan intinya (terutama untuk benda yang
tebal), sehingga dapat mengurangi kemungkinan rusak akibat
thermal stress.
b. Austenitizing
Austenitizing, pemanasan yang diperlukan untuk mencapai
temperatur Austenit, dimana tinggi temperatur tersebut tergantung
dari jenis materialnya.
Perlakuan Panas 19
6 4 5-10 12-20 10 10 15 5 15
12 6 10 20 12 15 20 5 20
18 8 18 25 18 20 25 6 30
25 10 20 30 20 25 25 8 30
38 15 25 35 22 30 30 10 30
50 15 35 40 25 35 35 40
Perlakuan Panas
75 15 40 45 35 45 40 40
100 15 40 50 40 45 45 40
125 15 45 50 40 45 45 40
150 15 45 60 40 45 50 40
175 15 45 60 45 45 50 40
200 15 45 60 45 45 50 40
21
22 PERLAKUAN BAHAN
1. Machining Stresses
Machining stresses selalu timbul pada benda kerja yang dibubut,
dibor, digerinda, disekrap ataupun diffais. Bahkan hal ini juga
berlaku pada benda kerja yang mengalami operasi-operasi cold
working seperti misalnya shearing, bending dan drawing.
Kalau ada tegangan-tegangan yang cukup besar yang telah
terjadi dalam benda kerja, tegangan-tegangan tadi dapat dihilangkan
dengan jalan memuaskannya. Karena adanya pemanasan ini maka
terjadi perubahan-perubahan bentuk pada benda kerja.
Pemanasan yang dimaksud dapat berupa operasi hardening,
apabila baja dipanaskan maka ultimate stress dan yield point-nya
menjadi rendah sehingga dengan mudah dapat terjadi deformasi
karena adanya stress yang relatif rendah saja. Kalau setelah di
mesin, benda kerja dipanaskan sampai suhu annealing yang
disarankan untuk bahan tersebut maka tegangan-tegangan yang
telah timbul akan dapat dihilangkan melalui perubahan bentuk dari
benda kerjanya. (Deformasi) Stress relief annealing adalah salah satu
proses pengolahan panas dimana machining stresses dihilangkan
pada suhu 500o - 700oC. Proses ini biasanya dilakukan setelah rough
machining suatu benda kerja dan dilanjutkan dengan fine machining
Perlakuan Panas 25
2. Thermal Stresses
Tegangan termis ini dapat timbul bila benda kerja dipanaskan
secara tidak merata dan terlalu cepat, demikian pula terjadi bila
suatu benda kerja didinginkan ataupun dikejutkan (quenching).
Perhatikan beberapa illustrasi di bawah ini yang diambilkan dari
ASM, dimana suatu benda kerja dipanaskan sampai merata pada
suhu 870oC kemudian dikejutkan dalam air. Perbedaan suhu antara
core dengan kulit diamati setelah satu detik, lima detik dan dua
puluh lima detik kemudian.
3. Transformasi Stresses
Transformasi stresses ini akan timbul bila struktur, du juga
volume dari baja menjadi lain/berubah pada waktu pemanasan
maupun pendinginan sehubungan dengan hardening dan temper-
ing. Jadi merupakan hasil dari bertambah besarnya volume karena
peralihan dari austenite, terutama martensite yang terbesar
volumenya. Hal ini dapat menimbulkan tegangan-tegangan yang
besar. Perhatikan juga Gambar 1b di depan. Pada waktu baja
dipanaskan transformasi ke austenite terjadi bila sudah dicapai
temperatur sekitar 850oC (austenization).
Kemudian pada waktu quenching terjadilah peralihan dari
austenite ke martensite (hardening) yaitu bila temperatur telah
turun di bawah kira-kira 300oC. setelah hardening, panjang benda
kerja sedikit berkurang. Hal ini disebabkan karena tidak seluruh
austenite telah beralih ke martensite, sisa austenite yang tinggal
disebut retained austenite, (kira-kira 5%). Selanjutnya pada temper-
ing, panjang benda kerja akan berubah lagi sesuai dengan peralihan
struktur lebih lanjut.
1. Design
Banyak kegagalan yang cukup serius pada benda kerja
yang dikeraskan disebabkan karena tegangan-tegangan dalam.
Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
cracking dan gangguan-gangguan lain selama heattreatment, yang
terpenting adalah memikirkannya sejak suatu perkakas/benda kerja
direncanakan.
Perlakuan Panas 29
ROUGH MACHINING
STRESS RELIEVING
SEMI FINISHING
HARDENING
TEMPERING
FINISHING
Lanjutan Gambar 30
2
Pelapisan Logam
Tujuan Umum:
Setelah mempelajari tentang teori dan praktek mengenai
pelapisan logam, mahasiswa diharapkan dapat:
• Menjelaskan pengertian dasar tentang pelapisan logam.
• Menjelaskan dan mengetahui istilah-istilah penting dalam teori
dan praktek pelapisan logam.
• Menjelaskan dan memahami tentang jenis-jenis pelapisan logam.
• Menjelaskan tentang cara pelapisan logam.
• Menjelaskan keuntungan-keuntungan dari pelapisan logam.
• Menjelaskan komposisi-komposisi campuran pelapisan logam.
• Menjelaskan proses terjadinya pelapisan logam.
Tujuan Khusus:
Tujuan mempelajari dan melakukan praktek pelapisan logam
dengan metoda Electroplating adalah:
• Memperoleh kekerasan bahan yang lebih tinggi dari sebelum
dilakukan pelapisan.
• Melindungi bahan dari peristiwa korosi dalam jangka waktu tertentu.
• Menimbulkan sifat logam yang baru.
• Proteksi permukaan logam atau dekoratif.
• Menunjang pekerjaan maintenance.
33
34 PERLAKUAN BAHAN
A. Pendahuluan
ogam adalah unsur yang paling banyak digunakan dalam bidang
L teknik, mulai dari industri besar, menengah, kecil sampai barang
rumah tangga semuanya tidak pemah lepas dari suatu logam.
Logam sendiri memiliki sifat yang mudah dibentuk dan mudah
didapatkan sehingga segala jenis peralatan produksi maupun
peralatan dapur terbuat dari logam. Namun struktur lapisan awal
yang mudah terkorosi oleh air, asam, air laut, maupun air hujan
membuat logam jenis baja mulai ditinggalkan dan digantikan oleh
jenis stainless steel yang lebih tahan terhadap korosi, karena baja
jenis stainless steel tersebut memiliki harga yang relative mahal
sehingga bahan yang terbuat dari baja biasa tetap digunakan tetapi
untuk mempertahankan agar terbebas dari korosi dilakukan suatu
proses yang biasa disebut pelapisan.
Dalam hal ini pelapisan yang dilakukan dapat berupa pelapisan
dengan menggunakan cat, maupun dengan poses Electroplating.
Proses Electroplating paling banyak digunakan karena dari segi
ketahanan terhadap korosi hasil proses tersebut memiliki beberapa
kelebihan selain warna yang mengkelat sifat dari logam dasar
yang dilapisi menjadi lebih keras, menunjang pekerjaan maintenance
dan lebih tahan terhadap korosi dibandingkan dengan proses
pengecatan.
3. Powder Metallurgy
Suatu metode pelapisan logam yang dilakukan dengan
menaburkan serbuk logam pelapis di atas logam yang akan dilapisi
dimana pada logam yang akan dilapisi dipanasi terlebih dahulu
sehingga logam pelapis menempel pada logam yang dilapis.
4. Galvanizing
Suatu metode pelapisan logam yang dilakukan dengan cara
memanaskan logam kemudian mencelupkannya ke dalam larutan
galvanis.
5. Electrodes
Adalah suatu metode pelapisan logam yang dilakukan dengan cara
mengalirkan arus listrik pada bahan uji kemudian dicelup cepat.
6. Coating
Suatu proses pelapisan logam dengan bahan pelapis. Proses ini
dapat dilakukan dengan cara menyemprotkan bahan pelapis yang
berbentuk powder dengan bantuan udara (oksigen) bertekanan
pada permukaan benda kerja. Campuran antara powder pelapis,
oksigen dan asitilyne komposisinya diatur pada blander seperti
pada proses pengelasan.
7. Electroplating
Adalah suatu proses pelapisan logam dengan cara mencelupkan
bahan uji ke dalam larutan elektrolit
C. Teori Electroplating
Electroplating merupakan proses elektrolisis, dimana akan terjadi
pengendapan logam pada permukaan logam yang akan dilapisi.
Reaksi electroplating adalah kebalikan dari reaksi korosi. Logam
pelapis harus jauh lebih tahan terhadap serangan lingkungannya
dibanding bahan yang dilindungi, sifat-sifat fisik seperti pelenturan
atau kekerasannya harus cukup memenuhi persyaratan operasional
struktur atau komponen bersangkutan, metode pelapisan harus
bersesuai dengan proses pabrikasi yang digunakan pada produk
akhir, logam pelapis tidak boleh memicu korosi pada logam yang
dilindungi seandainya mengalami goresan atau pecah permukaannya,
dan tebal lapisannya harus merata dan bebas pori-pori.
36 PERLAKUAN BAHAN
D. Tinjauan Bahan
1. Nikel Sulfat (NiS04)
Memiliki kristal hijau kekuningan. Larut dalam air, tak larut dalam
alcohol dan eter. Melting point 840°C terjadi dari reaksi asam sulfat
dalam nikel. Secara teknik tergolong dalam kristal tunggal.
2. Nikel Klorida (NiCl2)
Mempunyai warna coklat. Larut dalam air, alcohol dan NH..OH.
Melting point 1001 °c. tidak mudah terbakar. Terjadi dari reaksi
HCI dalam nikel. Kegunaan : melapisi/pelapis nikel, reagent kimia.
Mudah terbakar dan beracun sebagai debu atau asap.
3. Asam Sulfat (H2S04)
Salah satu bahan kimia paling penting. Berupa cairan. Merupakan
asam kuat dan bahan pengoksidator yang kuat. Dibuat melalui
proses kontak. Bereaksi secara kimia sebagai asam. Asam sulfat
encer bereaksi dengan logam basa dan karbonat membentuk
sulfat. Sedangkan Asam Sulfat pekat bereaksi dengan klorida dan
nitrat membentuk HCI dan Asam Nitrat.
4. Asam Klorida (HCI)
Merupakan asam kuat yang terdisolasi dengan sempuma pada
pengenceran sehingga disebut elektolit kuat. Merupakan gas yang
berasap tanpa warna. Titik leleh 144°C dan titik didih 85°C. Dibuat
dengan pemanasan NaCl dan H2S04 pekat.
5. Natrium Hidroksida (NaOH)
Merupakan soda kaustik padatan lembab, cair, bening
dan berwarna putih. NaOH larut dalam air dan etanol namun
tidak larut dalam eter. Titik didih 1390 °c dan titik leleh 3,5°C.
Merupakan basa kuat dan dapat digunakan untuk menyerap gas
yang bersifat racun.
Proses electroplating juga bertujuan untuk meningkatkan sifat
logam tersebut agar lebih tahan terhadap korosi. Adapun syarat
terjadinya proses electroplating tersebut memiliki tempat dan
38 PERLAKUAN BAHAN
1. Bahan Praktikum
a. Benda kerja
Benda kerja yang digunakan sebagai bahan praktikum pelapisan
logam dengan metoda electroplating diambil dari bahan ST37.
b. Larutan
Larutan yang digunakan adalah Asam klorida, yang merupakan
larutan kimia yang digunakan sebagai bahan pelapis dalam proses
Electroplating. Larutan ini mengandung unsur nikel.
Komposisi Larutan:
1) 250 - 500 gr Nikel Sulfat
2) 60 gr Nikel Chlorid + 1 lt H2O Aquades
3) 40 gr Baric Acid
Cara pembuatan larutan:
1) Panaskan Aquades ± 60°C
2) Masukkan NiS04 aduk sampai larut
3) Masukkan Nikel Chlorid kemudian aduk sampai rata pada temp
± 40°C
4) Masukkan Baric acid
c. Air panas
Air panas digunakan sebagai cairan pencuci sebelum, pada proses,
maupun setelah proses selesai dilakukan.
2. Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam proses Electroplating antara lain:
Pelapisan Logam 39
3. Langkah Kerja
a. Proses awal
Sebelum dilakukan proses pelapisan benda kerja memperoleh
perlakuan awal sebagai berikut:
1) Pengukuran
Pengukuran dilakukan dengan maksud untuk mengetahui
luas keseluruhan dari bahan uji. Hasil dari pengukuran
dipergunakan untuk menentukan komposisi dari proses
selanjutnya.
2) Pengamplasan
Pengamplasan dilakukan dengan tujuan meratakan
permukaan benda kerja untuk memudahkan dalam proses
sand Blasting.
3) Sand blasting
Sand blasting dilakukan untuk menghilangkan kotoran yang
menempel pada permukaan benda kerja, kotoran dapat
berupa minyak atau kerak. Karena bersihnya kotoran dari
permukaan benda kerja merupakan salah satu syarat dari
Electroplating.
4) Cuci
Pencucian dilakukan dengan menggunakan air sabun hingga
bersih dan dikeringkan.
5) Pengasaman /Pickling
Pengasaman adalah tahapan proses praktikum dengan
mencelupkan bahan uji ke dalam larutan asam yang sudah
ditentukan PH larutannya yaitu 4,2.
6) Cuci
Pencucian kembali dengan menggunakan air sabun hingga
bersih dan dikeringkan. pencucian di sini adalah proses
pencucian setelah dilakukan proses pickling.
40 PERLAKUAN BAHAN
b. Proses Electroliting
Electroliting: Adalah tahapan proses praktikum dengan
mencelupkan bahan uji ke dalam larutan elektrolit nikel
dengan ketentuan tegangan dan arus listrik tertentu.
c. Finishing
1) Pencucian kembali dengan menggunakan air sabun hingga
bersih dan dikeringkan. Cuci di sini adalah proses pencucian
setelah dilakukan proses Electroliting.
2) Cuci dengan air panas
Bagan urutan pelapisan logam dengan metode Electroplating
secara garis besar dapat digambarkan sebagai berikut:
Pengamplasan
Benda Kerja Dibersihkan
Sand Blasting
Cuci
Pengemasan/Packing
Finishing dengan
Cuci Panas
1. Pelapisan Nikel
Tujuan proses pelapisan nikel adalah untuk: memperoleh lapisan
pelindung pada permukaan logam yang tahan terhadap lingkungannya.
Pelapisan Logam 41
b. Kondisi Operasi
* Temperatur Elektrolit : 55°C (45 - 60)oC.
* Kepekatan Arus : 1 - 8 A/dm2 .
* Menggolakkan rendaman : dengan peniupan udara.
* Nilai pH : 4,5 (3,9 - 5,2).
Periksa nilai pH secara teratur (sebelum dan selama pengerjaan)
dan aturlah dengan memakai asam sulfur 10% murni secara kimia.
Agar supaya pH tidak menurun terlalu banyak, tambahkan 3 - 5 ml
larutan asam sulfur dengan hati-hati, dan ukurlah pH. Ulangi
penambahan hingga pH yang benar. Nilai pH yang terlalu rendah
hanya dapat dinaikkan dengan nikel carbonat atau dengan
pengerjaan. Jangan gunakan soda api atau ammoniak.
Lama pencelupan: tergantung pada tebal yang diinginkan. Dengan
1 A/dm2 anda mendapatkan 12 µm/jam.
2. Lapisan Chrom
Lapisan khrom berfungsi sebagai:
a. Dekoratif
b. Peningkatan kekerasan permukaan.
c. ketahanan terhadap korosi.
d. Ketahanan terhadap gores.
e. Dan masih banyak lagi lainnya.
Rendaman khrom ini digunakan untuk: pelapisan khrom yang
bersifat dekoratif.
a. Komposisi Larutan
Untuk membuat rendaman khrom anda memerlukan:
• 300 - 330 gram NM Ratiokhrom 82.
• 300 gram asam khromat Cr2 03.
• 1000 cc Aquades.
Cara membuat larutan:
1) Tuangkan aquades ½ dari volume yang digunakan.
2) Panaskan air tersebut sampai temperatur 35 - 40°C.
3) Masukkan asam khromat dan aduk sampai larut semua
4) Setelah larut tambahkan ½ nya dari air tersebut
5) Panaskan sampai mencapai suhu kerja
6) Untuk mengontrol pH nya gunakan asam sulfat.
44 PERLAKUAN BAHAN
b. Kondisi Opersi
Pada larutan asam khrom/elektrolit ini harus kondisikan seperti
berikut:
• Suhu elektrolit : 38 - 45° C.
• Kepekatan arus : 8 -15 Amp/dm2 .
• Voltage : 3 - 8 V.
• Lama pencelupan : 3 - 5 menit.
Sebelum pengoperasian aduklah terlebih dahulu.
Langkah pengoperasian: Langkah Pengoperasiannya sama dengan
pengoperasian lapis nikel tetapi kondisi
operasi sesuaikan di atas.
Rapat
OC A/dm Menit
ANORGANIK
20 60
0.1 -
ORGANIK
24 -
20 - 1,5 -
Dimetil 15 -
4. Proses Anodisasi
a. Bahan
Logam yang dipakai untuk proses anodisasi umumnya
Aluminium. Tapi jenis umum Aluminium ini terdiri dari 2 macam,
yaitu Aluminium mumi dan paduan Aluminium. Untuk keperluan
umum, dapat dipergunakan plat Aluminium komersil atau
Aluminium dengan kemurnian tinggi. Paduan Aluminium dengan
kadar tembaga yang tinggi, sebaiknya dihindarkan pemakaiannya
untuk anodisasi karena daya tahan terhadap korosi kurang baik dan
bila dianodisasi tidak akan menghasilkan lapisan oksida yang baik
untuk melindunginya.
Perbedaan karakteristik ini umumnya disebabkan oleh unsur
logam paduannya yang akan mempengaruhi pula pada warna lapisan
Pelapisan Logam 49
b. Persiapan Permukaan
Sebelum dianodisasi, benda kerja perlu mendapat pengerjaan
persiapan permukaan. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh
permukaan yang bersih dan mengkilap. Dua cara untuk
membersihkan permukaan besi, yaitu (lihat gambar 33):
1) Melalui jalur pencucian alkalin yang diikuti dengan etsa dalam
soda setelah pembilasan, dan kemudian dibilas lagi dengan air
baru menuju bak anodisasi.
2) Melalui jalur pencucian lemak dan oli dengan bensin diikuti
dengan pencucian detergen (alkalin) dan setelah dibilas bisa
langsung dianodisasi.
Cara pertama dipakai bila benda kerja tidak mengandung begitu
banyak oli dan lemak dari proses pengolahan bentuk sebelumnya,
dan dipakai untuk warna yang tidak mengkilap (dop).
Waktu
Komposisi Rapat arus
Proses Suhu C proses
Larutan A/dm
menit
BRITAL Natrium Karbonat 2,5 – 5 79 – 95 2 – 12
Trisodium Phospar
Asam
Asam Phospat
Asam Khromat
Asam Khromat
Asam Khromat
5. Pewarnaan
a. Pewarnaan
Selain dari warna yang dihasilkan oleh elektrolit tertentu, seperti
telah diterangkan pada bab 3, pewarnaan pun dapat dilihat pada
besi yang telah dianodisasi. Telah dijelaskan bahwa dengan proses
anodisasi akan terbentuklah oksida besi (Fe203) pada permukaan
lapisan tipis menutupi seluruh permukaan.
Dimensi pori ini tergantung pada beberapa parameter anodisasi.
Pada proses anodisasi dengan Asam Sulfat telah diketahui bahwa
suhu dan konsentrasi berperan menentukan besar pori yang
dihasilkan, apabila suhu anodisasi diturunkan dari kondisi biasa,
maka pori yang terbentuk akan lebih rapat sehingga akan sulit
untuk dicat.
Pelapisan Logam 53
b. Sealing
Maksud dari Saling ialah untuk mengurangi daya absorpsi lapisan
analisa dan menambah kemampuan sifat proteksinya. Lapisan anodis
yang diperolehnya dari anodisasinya adalah lapisan oksidasi besi
yang tidak mengandung molekul air (anhidrat). Sifat daripada oksida
besi yang lebih stabil, karena berkemampuan untuk menyerap larutan
(misalnya larutan zat warna, asam, air dan sebagainya). Oksida besi
yang lebih stabil ialah yang mengandung molekul air, dalam hal ini
ialah oksida besi monohidrat (Fe2O3.H2O).
Proses sealing ini bertujuan untuk menambahkan molekul air ke
dalam lapisan oksida besi anhidrat.
54 PERLAKUAN BAHAN
3
Proses Cetak Plastik
(Plastic Molding)
55
56 PERLAKUAN BAHAN
A. Pendahuluan
Plastik ialah salah satu bahan baku yang diperoleh melalui
proses sintesis dari berbagai bahan mentah, yaitu: minyak bumi, gas
bumi dan batu bara. Plastik juga dapat dinamakan bahan organik
karena terdiri dari persenyawaan-persenyawaan karbon, kecuali
plastik silikon yang mengandung silicium sebagai pengganti karbon
(silicium secara kimiawi mirip dengan karbon).
Plastik juga disebut sebagai bahan berstruktur makro molekuler
karena bahan tersebut terdiri dari molekul-molekul yang besar
(makro). Susunan Kimiawi dan Fabrikasi Plastik Semua plastik (kecuali
plastik-silikon) terdiri dari persenyawaan karbon yang membentuk
molekul makro. Disamping karbon, masih terdapat elemen-elemen
lain yang terkandung di dalam plastik, yaitu: Hidrogen, Oksigen,
Nitrogen, Chlor dan Fluor. Oksigen dan Hidrogen berasal dari bahan
mentah (minyak bumi, gas bumi dan batubara). Udara dan air
adalah sumber dari Hidrogen, Oksigen dan Nitrogen. Sedangkan
Chlor dan Fluor berasal dari garam-garaman (misalnya : NaCl).
Plastik termasuk material teknik yang panting karena sifat-
sifatnya sebagai berikut:
• Memiliki sifat-sifat yang luas cakupannya.
• Berharga relatif murah.
• Mempermudah proses perakitan suatu proses.
• Massa jenis kecil.
• Mampu meredam suara.
• Tidak menghantar listrik sehingga banyak digunakan sebagai
isolator, seperti konektor, switch, relay, komponen TV tuner,
pembentuk kumparan, papan IC dan komponen computer.
1. Bahan-bahan Thermoplastic
Bahan-bahan thermoplastic in mempunyai karakteristik yang
berbeda-beda seperti terlihat pada tabel 6 dan 7 berikut:
a. Polypropylene (PP)
Polypropylene merupakan polimer kristalin yang dihasilkan dari
proses polimerisasi gas propilena. Propilena mempunyai specific
gravity rendah dibandingkan dengan jenis plastic lain. Sebagai
perbandingan terlibat pada Tabel 6.
Polypropylene mempunyai titik leleh yang cukup tinggi (190 - 200oC),
sedangkan titik kristalisasinya antara 130 - 135 C. Polypropylene
mempunyai ketahanan terhadap bahan kimia (hemical Resistance)
yang tinggi, tetapi ketahanan pukul (impact strength) nya rendah.
58 PERLAKUAN BAHAN
b. Polystirene (PS)
Polistirene adalah hasil polimerisasi dari monomer-monomer
stirena, dimana monomer stirena-nya didapat dari hasil proses
dehidroge nisasi dari etil benzene (dengan bantuan katalis),
sedangkan etil benzene-nya sendiri merupakan hasil reaksi antara
etilena dengan benzene (dengan bantuan katalis).
Sifat-sifat umum dari poli stirena:
1) Sifat mekanis
Sifat-sifat mekanis yang menonjol dari bahan ini adalah kaku,
keras, mempunyai bunyi seperti metallic bila dijatuhkan.
2) Ketahanan terhadap bahan kimia
Ketahanan PS terhadap bahan-bahan kimia umumnya tidak sebaik
ketahanan yang dipunyai oleh PP atau PE. PS larut dalam eter,
hidrokarbon aromatic dan chlorinated hydrocarbon. PS juga
mempunyai daya serap air yang rendah, di bawah 0,25 %.
3) Abrasion resistance
PS mempunyai kekuatan permukaan relative lebih keras
dibandingkan dengan jenis termoplastik yang lain. Meskipun
demikian, bahan ini mudah tergores.
4) Transparansi
Sifat optis dari PS adalah mempunyai derajat transparansi yang
tinggi, dapat melalui semua panjang gelombang cahaya (90%).
Disamping itu dapat memberikan kilauan yang baik yang tidak
Proses Cetak Plastik (Plastic Molding) 59
2) Ekstrusi
Merupakan cara pengolahan PVC yang banyak digunakan karena
dengan proses ini dapat dihasilkan bermacam-macam produk.
‘Extruder head’ dapat diganti dengan bermacam bentuk untuk
menghasilkan : pipa, tube, building profile, sheet, floor covering
dan monofilament. Isolasi kabel listrik dan telepon. Barang
berongga dan blown film.
3) Cetak injeksi
Produk yang diperoleh adalah : sol sepatu, sepatu, sepatu boot
container, sleeve (penguat leher baju), valve. Fitting, electrical and
engineering parts.
4) Elektrikal
Sifat elektrikalnya dipengaruhi oleh kandungan uap air. Konstanta
dielektrikalnya bervariasi dari frekuensi 102-106 Hz, dan dielectric
strength-nya tinggi.
5) Chemical
Tahan terhadap bermacam-macam pelarut, eter, minyak pelumas,
minyak, bensin, bahan baker dari methanol, dan lain-lain.
6) Friksi/umur pakai
Sifat pakai dan friksi baik karena permukaannya lebih keras dan
koefisien gesekannya rendah.
7) Flameability
Resin asetal homopolimer ini merupakan material yang terbakar
pelan-pelan dan berasap sedikit.
8) Stabiliants dimensi
Karena asetal menyerap sangat sedikit uap air, maka perubahan
dimensinya pun sangat kecil.
g. Poliamida (NYLON)
Nylon merupakan istilah yang digunakan terhadap poliamida
yang mempunyai sifat- sifat dapat dibentuk serat, film dan plastic.
Struktur nylon ditunjukkan oleh gugus amida yang berkaitan dengan
unit hidrokarbon ulangan yang panjangnya berbeda-beda dalam
suatu polimer.
Sifat-sifat nylon:
1) Secara umum nylon bersifat keras, berwarna cream, sedikit tembus
cahaya.
2) Berat molekul nylon bervariasi dari 11.000-34.000
3) Nylon merupakan polimer semi kristalin dengan titik leleh
350-570 oF. titik leleh erat kaitannya dengan jumlah atom karbon.
Jumlah atom karbon makin besar, konsentrasi amida makin
kecil, titik lelehnya pun menurun.
4) Sedikit higroskopis : oleh karena itu perlu dikeringkan sebelum
dipakai, karena sifat mekanis maupun elektriknya dipengaruhi juga
oleh kelembaban relative dari atmosfir.
5) Tahan terhadap solvent organic seperti alcohol, eter, aseton,
petroleum eter, benzene, CCl4 maupun xylene.
6) Dapat bereaksi dengan phenol, formaldehida, alcohol, benzene
panas dan nitrobenzene panas.
7) Nylon relative tidak dipengaruhi oleh waktu simpan yang lama
pada suhu kamar. Tetapi pad a suhu yang lebih tinggi akan
teroksidasi menjadi berwarna kuning dan rapuh. Demikian juga
64 PERLAKUAN BAHAN
2. Bahan-bahan Thermoset
Bahan-bahan thermoset yang banyak digunakan diantaranya.
• Epoxy, specific gravity 10 – 20
• Melamine Formaldehyde, specific gravity 1,5 – 2,0
• Phenol Formaldehyde (Bakelite), specific gravity 1,3 – 2.0
• Penolic, specific gravity 1,3 – 1,7
• Polyester, specific gravity 1,00 – 1,5
• Polyester Alkyd, specific gravity 1,3 – 2,3
• Silicone, specific gravity 1,6 – 2,8
• Urethane, specific gravity 1,2 – 2,5
• Dan lain-lain
Material-material yang tersebut di atas pada pembentukan/
pencetakan memerlukan temperatur tinggi, sehingga produk-produk
yang terbuat dari material di atas memiliki sifat tahan panas.
d. Transfer molding.
e. Injection molding.
1. Blow Molding
Blow molding merupakan suatu metode mencetak benda kerja
berongga dengan cara meniupkan atau menghembuskan udara ke
dalam material/bahan yang menggunakan cetakan yang terdiri dari
dua belahan mold yang tidak menggunakan inti (core) sebagai
pembentuk rongga tersebut. Material plastik akan keluar secara
perlahan secara perlahan akan turun dari sebuah Extruder Head
kemudian setelah cukup panjang kedua belahan akan mold akan di
jepit dan menyatu sedangkan bagian bawahnya akan dimasuki
sebuah alat peniup (blow Pin) yang menghembuskan udara ke
dalam pipa plastik yang masih lunak, sehingga plastik tersebut akan
mengembang dan membentuk seperti bentuk rongga mould-nya.
Material yang sudah terbentuk akan mengeras dan bisa
dikeluarkan dari mold hal ini karena Mold dilengkapi dengan saluran
pendingin di dalam kedua belahan mold. Untuk memperlancar
proses peniupan proses ini dilengkapi dengan pisau pemotong pipa
plastik yang baru keluar dari extruder head.
Contoh hasil produksi yang dapat dikerjakan dengan metode ini
adalah bentuk Gelas dan botol. Proses tersebut seperti gambar di
bawah ini:
a. Proses Pengisian butiran Plastik dari Hopper ke dalam Heater. Oleh
motor Srew berputar sambil menarik butiran plastik mengisi ruang
Heater.
1. Cavity
2. Runner
3. Gate
4. Sprue
5. Sprue bush
6. Sprue puller
7. Ejector
Daftar Pustaka
75