Hiperemesis
Hiperemesis
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.2 Epidemiologi
Hiperemesis gravidarum terjadi diseluruh dunia dengan angka kejadian
yang beragam mulai dari 1 – 3 % di Indonesia, 0,3 % dari seluruh kehamilan di
Swedia, 0,5 % di California, 0,8% di Canada, 10,8 % di China, 0,9 %, di
Norwegia, 2,2 % di Pakistan dan Turki sekitar 1,9 %. (penelitian orang) Kriteria
penelitian untuk hiperemesis gravidarum belum homogen, sehingga laporan
3
2.1.3 Etiologi
Penyebab hiperemesis gravidarum multifaktorial dan belum diketahui
secara jelas, namun diduga akibat beberapa pengaruh hormonal yaitu peningkatan
kadar β- HCG dan estrogen, kadar hormon tiroksin, infeksi helicobacter pylori,
faktor sosial, psikologis, gangguan fungsi hati, kandung empedu, pankreatitis dan
ulkus peptikum. 1
Ada beberapa faktor predisposisi yang mempengaruhi hiperemesis gravidarum
yaitu :
Sering terjadi pada primigravida, mola hidatidosa, diabetes, dan kehamilan ganda
akibat peningkatan kadar HCG
1. Faktor organik, karena masuknya villi khoriales dalam sirkulasi maternal
dan perubahan metabolik
4
2.1.4 Patofisiologi
Ada teori yang menyebutkan bahwa perasaan mual adalah akibat dari
meningkatnya kadar korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron karena
keluhan ini mucul pada 6 minggu pertama kehamilan yang dimulai dari
hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama 10 minggu. Pengaruh
fisiologis hormon ini korionik gonadotropin, estrogen dan progesteron ini masih
belum jelas, mungkin berasal dari sistem saraf pusat akibat
berkurangnya sistem pengosongan lambung. Penyesuaian terjadi pada
kebanyakan ibu hamil, meskipun demikian mual dan muntah dapat
berlangsung berbulan – bulan. Selain teori hormon korionik
gonadotropin,estrogen dan progesteron ini masih ada beberapa teori lain
yang dapat menyebabkan hiperemesis gravidarum seperti infeksi H. Pylori. 6
Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa infeksi H.pylori dapat
menyebabkan hiperemesis gravidarum. 19 Selain itu masih ada teori
penyebab hiperemesis gravidarum akibat psikologis. Secara umum berdasarkan
berbagai teori, pada hiperemesis gravidarum terjadi mual, muntah dan
penolakan semua makanan dan minuman yang masuk, sehingga apabila terus
– menerus dapat menyebabkan dehidrasi, tidak imbangnya kadar elektrolit
dalam darah, dengan alkalosis hipokloremik. 6
Selain itu hiperemesis gravidarum mengakibatkan cadangan
karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena energi
yang didapat dari makanan tidak cukup, lalu karena oksidasi lemak yang tidak
sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton – asetik, asam
hidroksi butirik dan aseton dalam darah sehingga menimbulkan asidosis.
Selanjut nya, dehidrasi yang telah terjadi menyebabkan aliran darah ke
jaringan berkurang, hal tersebut menyebabkan pasokan zat makanan dan
oksigen berkurang dan juga mengakibatkan penimbunan zat metabolik
5
Progesteron Gambar 1.
Hubungan peningkatan gejala mual dan muntah dengan level Human
Karena aktivitas hormonal korpus luteum
Chorionic Gonadotropin (HCG) 4 meningkat pada trimester awal
ketika hiperemesis umumnya muncul, peneliti mencari hubungan antara
hiperemesis dan level progesteron. Progesteron diduga menyebabkan mual dan
muntah dengan cara menghambat motilitas lambung dan irama kontraksi otot-otot
polos lambung. 1,3
Estrogen
Esrogen memiliki efek pada beberapa mekanisme yaitu dapat memodulasi
beberapa faktor penyebab hiperemesis.Estrogen memiliki beberapa mekanisme
yang bisa memodulasi faktor yang menyebabkan HG. Tingkat estrogen yang
tinggi menyebabkan waktu transit usus dan pengosongan lambung lebih lambat,
dan mengakibatkan peningkatan akumulasi cairan yang disebabkan oleh hormon
steroid tinggi. PergeseranpH dalam GIT dapat menyebabkan manifestasi subklinis
dari Infeksi Helicobacter pylori, yang dapat berhubungan dengan gejala sistem
pencernaan (Walsh et al, 1996;.. Kocak et al, 1999)..1,3,6,10,11
Tiroid
Karena kesamaan struktural dengan TSH, meningkatnya kadar HCG
dapat menyebabkan stimulasi berlebihan hormon kelenjar tiroid (Kimura et al.,
7
H.pylori,sebagai alat diagnostik. Dalam studi ini, 95% dari semua pasien HG diuji
positif untuk H. pylori dibandingkan dengan 50% pada kelompok kontrol(Bagis et
al., 2002). Mereka juga menemukan secara signifikan densitas H. Pylori yang
lebih tinggi pada antrum dan corpus lambung pada pasien HG. DensitasH. Pylori
berkorelasi dengan derajat keparahan gejaladan mungkin menjadi sebuah
penjelasan untuk perbedaan antara 'Morning sickness' biasa dan HG yang parah.
Infeksi Helicobacter pylori pada wanita hamil bisadisebabkan oleh perubahan pH
lambung atau perubahan sistem kekebalan tubuh yang berhubungan dengan
kehamilan. Sebuah manifestasi subklinis Infeksi H. Pyloridapat terjadi akibat
perubahan pH lambung karenapeningkatan akumulasi cairan yang disebabkan
oleh peningkatan hormon steroid pada wanita hamil. 8
Perubahanimunitas humoral dan selular selama kehamilan bisa
menyebabkan peningkatan kerentanan terhadap infeksi H. pylori pada
kehamilan,hal ini ini mungkin yang lebih cocok pada pasien HG(Lanciers et al.,
1999).10
Hipotesis bahwa kerentanan terhadap H. Pylori yang merupakan hal
sekunder terhadap kadar steroid atau perubahan dalam sistem kekebalan tubuh
tidak memberikan penjelasan yang memuaskan. Jika infeksi berkaitan secara
kausal dengan hormon steroid tinggi, efek ini akan paling menonjolpada akhir
kehamilan, sedangkan fungsi kekebalan akan diaktifkan pada pasien HG dan tidak
mungkinmenyebabkan kerentanan lebih besar terhadap infeksi. Tampaknya lebih
mungkin bahwa jika kerusakan pada GIT terjadi akibat muntah yang berlebihan
meningkatkan kerentananterhadap infeksi H.pylori subklinis.10
9
Gambar 2
Hipotesis efek endokrinologi dalam patogenesis hiperemesis gravidarum 10
Penyebab Psikologi
Secara historis, muntah pada wanita hamil dianggap mewakili berbagai
konflik psikologi. Mual dan muntah diyakini hasil penolakan terhadap keamilan
atau ketidaksiapan untuk menjadi seorang ibu akibat kepribadian yang tidak
dewasa, kecemasan dan tekanan yang dialami selama kehamilan. 12
Hipotesis lain mengemukakan bahwa hiperemesi gravidarum digambarkan
dengan gejala histeria atau depresi. Hiperemesis gravidarum dapat menajdi hasil
dari stres psikogenik, kemiskinan dan konflik perkawinan.12
Peneliti telah menemukan dukungan untuk patogenesis ini karena
penyebab biologis yang belum jelas dan memberikan penjelasan yang
memuaskan, dimana ditemukan adanya penurunan angka kejadian muntah setelah
pasien masuk di rumah sakit jauh dari pengaruh keluarga dan tanggung jawab.
10
Peneliti lain menolak teori ini dan menytakan bahwa gejala psikologi adalah hasil
dari stres dan hanya beban fisik dari hiperemesis bukan penyebab.12
Gejala lebih berat, segala yang dimakan dan diminum dimuntahkan, haus
hebat, subfebril, nadi cepat dan lebih dari 100 – 140 kali per menit, tekanan
darah sistolik kurang dari 80 mmHg, apatis, kulit pucat, lidah kotor, kadang
ikterus, aseton, bilirubin dalam urin, dan berat badan cepat menurun
Tingkat 3 (Berat)
Walaupun kondisi tingkat 3 sangat jarang, yang mulai terjadi adalah
gangguan kesadaran (delirium – koma), muntah berkurang atau berhenti,
tetapi dapat terjadi ikterus, sianosis, nistagmus, gangguan jantung, bilirubin
dan proteinuria dalam urin.1
2.1.6 Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Hiperemesis gravidarum apabila terjadi
1. Mual muntah berat
2. Berat badan turun > 5 % dari berat sebelum hamil
3. Ketonuria
4. Dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit
Pada anamnesis ditemukan amenore yang disertai dengan keluhan muntah
pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu dan pekerjaan sehari-hari terganggu.
Pada pemeriksaan ditemukan tanda-tanda dehidrasi seperti fungsi vital didapatkan
nadi meningkat 100 kali per menit, tekanan menurun pada keadaan berat,
subfebril hingga gangguan kesadaran (apatis-koma).8,12
Pada pemeriksaan laboratorium termasuk hematokrit, elektrolit,
transsaminase, bilirubin, fungsi tiroid, dan status urin (ada tidaknya badan keton
dan pH). Pemeriksaan laboratorium dapat dijumpai hiponatremia, hipokalemia,
dan peningkatan hematokrit. Hipertiroid yang abnormal juga dapat dijumpai. 40%
pada ibu dengan hiperemesis gravidarum memiliki kadar fungsi hati yang
abnormal, terutama pada enzim transaminase. Bilirubin dapat meningkat sedikit
tapi tanpa dijumpai adanya kuning pada tubuh. Keabnormalitasan ini menjelaskan
untuk terjadinya hiperemesis gravidarum.8,12
12
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi hiperemesis gravidarum dapat terjadi pada :
1. Maternal
Akibat defisiensi vitamin B1 akan menyebabkan terjadinya diplopia, palsi
nervus 6, nistagmus, ataxia dan kejang. Jika hal ini tidak segera ditangani, akan
terjadi psikosis korsakoff (amnesia, menurunya kemampuan untuk beraktifitas),
ataupun kematian. Oleh karena itu , untuk hiperemesis gravidarum tingkat 3 perlu
13
2.1.8 Penatalaksanaan
Tata Laksana Awal
Pasien hiperemesis gravidarum dengan dehidrasi berat atau ketonuria
harus dirawat inap di rumah sakit dan dilakukan rehidrasi dengan cairan natrium
klorida atau ringer laktat, penghentian pemberian makanan per oral selama 24-48
jam, serta pemberian antiemetik jika dibutuhkan. Volume dan penggantian
elektrolit (setidaknya 3 L per hari), perbaikan elektrolit potensial, vitamin dan
nutrisi parenteral berupa karbohidrat dan asam amino solution disarankan. Cairan
dekstrosa dapat menghentikan pemecahan lemak. Untuk pasien dengan defisiensi
vitamin, tiamin 100 mg diberikan sebelum pemberian cairan dekstrosa.10
Penatalaksanaan dilanjutkan sampai pasien dapat mentoleransi cairan per
oral dan didapatkan perbaikan hasil laboratorium. Menurut RCOG tahun 2016,
regimen rehidrasi terbaik adalah natrium dengan chloride dengan memonitor
cairan elektrolit dan cairan dekstrose tidak dianjurkan terkecuali jika kadar
natrium sudah normal dan setelah pemberian thiamin. 10, 11
14
Pengaturan Diet
Pada pengaturan diet ibu hamil dengan hiperemesis gravidarum disarankan
untuk minum sedikit namun frekuensi sering. Selain itu dianjurkan pula untuk
mengubah makan sehari-hari dengan makanan dalam jumlah kecil tetapi sering.
Waktu bangun pagi disarankan makan roti kering atau biskuit dengan teh hangat.
Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan. Pada suatu
penelitian crossover yag melibatkan 14 ibu hamil dengan muntah, makanan
dengan komposisi protein leih banyak menurunkan muntah lebih baik daripada
makanan dengan jumlah yang sama yang mengandung kalori dari karbohidrat dan
lemak atau makanan nonkalori. 1,2,11
Terapi Farmakologi
Sekitar 10% dari wanita yang hamil yang mengalami mual muntah
membutuhkan pengobatan. Jika gejala tidak bisa diatasi dengan diet atau
perubahan gaya hidup, antiemetik dengan dosis kecil dapat diberikan. Terapi
farmakologi yang diberikan termasuk vitamin B6, antihistamin, agen prokinetik,
dan obat yang lain. 2,5
Kombinasi vitamin B6 dan antihisamin doxylamine telah diteliti pada
lebih dari 6000 pasien dan kontrol dengan tidak ada bukti efek teraogenik dan
pada penelitian acak kombinasi ini berhubungan dengan 70% penurunan gejala
mual dan muntah. Kombinasi ini direkomendasikan oleh American college of
Obstetricians and Gynecologist (ACOG) sebagai terapi lini pertama untuk mual
dan muntah pada kehamilan. 2,4,5
Antihistamin lain dapat dilihat pada tabel dibawah. Tidak ada dari obat-
obatan tersebut yang menunjukkan efek teratogenik. Phenothiazine atau
methoclorpramide biasanya digunakan bila antihistamin gagal. Prochlorperazine
tersedia dalam buccal tablet dengan lebih kurang menyebabkan kantuk dan sedasi
bila dibandingkan dengan tablet oral. 4
Metoclorpramide adalah agen prokinetik, antagonis dopamin.
Berhubungan dengan beberapa kasus jarang dengan tardive dyskinesia, dan FDA
(Food and Drug Administration) telah mengeluarkan peringatan black-box
15
Gambar 4
Algoritme terapi farmakologi untuk mual dan muntah dalam kehamilan3
17
2.1.9 Prognosis
Pada sebagian besar kasus, mual dan muntah dalam kehamilan akan sembuh
dengan sendirinya setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penangan yang baik
prognosisnya sangat memuaskan namun dapat menjadi fatal bila terjadi deplesi
elektrolit dan ketoasidosis yang tidak dikoreksi dengan tepat dan cepat.1,12
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Mual dan muntah biasanya 80 dialami selama kehamilan trimester
pertama. Mual dan muntah terjadi akibat perubahan endokrin, biokimia dan
psikologis. Mual dan muntah yang berlebihan dan hebat yang dapat menggangu
aktifitas sehari – hari itu dikatakan sebagai hiperemesis gravidarum. Akibat mual
dan muntah berlebihan maka dapat menimbulkan dehidrasi, penurunan berat
badan ibu, gangguan kesadaran, aseton dalam urin dan bahkan akibat defisiensi
vitamin B1 dapat menimbulakan komplikasi ensefalopati wernicke. Hiperemesis
gravidarum manifestasi klinisnya tergantung 3 derajat hiperemesis gravidarum
tersebut. Akibat resiko hiperemesis gravidarum dapat menimbulkan komplikasi
pada ibu hamil berupa ensefelapotai wernicke dan pada janin dapat menimbulkan
pertumbuhan janin terhambat / IUGR ( intrauterin Growth retardation). Dalam
penatalaksanaan Hiperemesis gravidarum terdiri dari non farmakologis dan
farmokologis dan biasanya pengobatanya ada pemberian makan sedikit sedikit
tapi sering, jika dehidrasi maka rehidrasi dengan cairan Nacl 0,9 % selang seling
dekstrose 10 % dan pemberian antiemetik serta vitamin B6.
19
DAFTAR PUSTAKA