PENDAHULUAN
Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau Ischialgia adalah pada usia 45 -
60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu
aktivitas sehari – hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur pada 20%
penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan
25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut. 2
1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Melengkapi syarat tugas stase NEUROLOGI.
2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit
Umum Daerah ( RSUD ) Solok.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Dapat menjadikan sarana pembelajaran mahasiswa kedokteran tentang
masalah skizoafektif terkhususnya tipe manik
2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk case masalah skizoafektif tipe
manik selanjutnya.
3. Dapat membantu memberikan pembelajaran dan ilmu tentang
Skizoafektif tipe manik
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
a. N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior fleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut-serabut dari dua segmen spinalis lumbal bawah dan tiga
segment sacral bagian atas, perjaanan saraf ini dimulai pada bagian atas
fossa poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan
kaki. Pada daerah ini N. Tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang
3
terminalisnya, yaitu N. Plantaris medialis dan lateralis yang terus berjalan
ke dalam kaki.
b. N. Peroneus Communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar saraf
L4-L5 dan S1-L2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral pada
dinding lateral fossa poplitea dekat tepi medial M. Biceps femoris dengan
caput lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum fibulae pada
M. Pereneus longus. Selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N. Peroneus
superfisialis dan N. Peroneus profundus. 3,4
4
Gambar 1. nervus ischiadica dan percabangannya
5
Gambar 3. Lokasi nyeri ischialgia
Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
yang lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pada proses penulangan, oleh
karena adanya proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan
terhimpit, sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke
bagian lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekanan pada medulla spinalis.
Jika keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan akan
mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena adanya
penekanan pada radix nervus ischiadicus yang ada pada L4 – S3 (Ischialgia).
Ischialgia yang disebakan oleh beberapa factor etiologi dan sindroma yang
biasanya dikenal sebagai sindroma stenosis lumbal dan entrapment neuritis , nyeri
yang bertolak dari vertebra lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai
sampai ujung kaki harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di
dalam Vertebra Lumbosakralis.4
6
distalnya bercabang dua yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
Permukaan anteroeksternal dari tungkai bawah dan dorsum pedis merupakan
kawasan nervus peroneus, sedangkan telapak kaki, tumit, dan permukaan tepi luar
kaki termasuk kawasan sensorik nervus tibialis. Nyeri tekan sepanjang perjalanan
nervus ischiadicus dapat ditimbulkan pada ischialgia akibat Hernia Nucleus
Pulposus (HNP), artritis sakroiliaka, koksitis, dan neuritis primer nervus
ischiadicus. 1, 4
7
Gambar 4. Pathway ischialgia
8
Diagnosa neuritis ischiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot
tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan
disepanjang nervus ischiadikus, tetapi di dekat bagian nervus ischiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada
punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan ischialgia yang
disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon achiles dan tendon lutut
biasanya tidak terganggu. 1
b. Ischialgia sebagai perwujudan radikulopati
Pada ischialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor,
nukleus pulposus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit
atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa)
yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya terjadi radikulopati.
Pola umum ischialgia adalah nyeri atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak
dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadikus
dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi
nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering
dirasakan.
Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain : nyeri pada punggung
bawah selalu mendahului ischialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian
tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya
ischialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses
neoplasmik atau infeksi. Adapun data diagnostik non fisik yang bersifat umum
adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar, vertebra lumbosakral
memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis
hampir selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang
dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan
diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke
suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam vertebra
lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang merangsangnya.
c. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis (compresion nerve)
Unsur-unsur nervus ischiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2
dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di facies pelvina Os
9
Sakrum. Di sini pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal
membentuk nervus ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar.
Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus ischiadikus dapat terjebak dalam
bangunan-bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi
oleh sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis
persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis sedang
membentuk nervus ischiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di
foramen infra piriformis nervus ischiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot
piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus ischiadikus dapat terlibat dalam
bursitis( peradangan bursa tendon) di sekitar trochantor major femoris. Dan pada
trayek itu juga, nervus ischiadikus dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau
metastase karsinoma prostat yang sudah bersarang pada tuber ischiadikus.1
10
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/
radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya
keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada
tulang belakang. 5
Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau
bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron
(LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit
neuromuscular langkah pertama tentunya memastikan bahwa kelainan pada pasien
tersebut bukan merupakan upper motor neuron (UMN).
Fasikulasi atau - -
fibrilasi
Klonus + -
Reflek Patologis + -
11
Gambar 5. Dermatom Sensorik
Sciatica atau ischialgia biasanya mengenaihanya salah satu sisi. Yang biasa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki
tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk. 1, 2, 5
12
Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang
berat.
Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).
Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan fungsi permanen.
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat.
13
metode ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah
dimengerti dan dikerjakan serta dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan
mungkin sukar diterapkan jika pasien sedang berada dalam nyeri hebat.
2.9. Penatalaksanaan
14
d. Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan
adalah morfin, kodein.
e. Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat diberikan
opioid ringan.
f. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan dosis
secara bertahap
Intravena : antikonvulsan, ketamine, OAINS, opioid
Oral : antikonvulsan, antidepresan, antihistamin,
anxiolytic, kortikosteroid, anestesi lokal, OAINS, opioid, tramadol.
Rektal (supositoria): parasetamol, aspirin, opioid, fenotiazin
Topical : lidokain patch, EMLA
Subkutan : opioid, anestesi local
Garis besar strategi terapi farmakologi mengikuti WHO Three-step
Analgesic Ladder. Strategi ini merupakan bagian dari metode manajemen
nyeri yang berpusat pada 4 prinsip, yaitu: 6
1. “By Mouth” berarti menggunakan rute oral bilamana memungkinkan,
bahkan untuk opiat.
2. “By the Clock” berarti untuk nyeri yang persisten, obat diberikan
berdasarkan interval obat tersebut dari pada diberikan hanya ketika
dibutuhkan atau “on demand”.
3. “By the Ladder” yaitu tiga langkah tangga analgesik menurut WHO
untuk pengobatan nyeri, antara lain:
Langkah 1:
Untuk nyeri ringan sampai sedang sebaiknya dimulai dengan obat
analgesik non opioid dan tingkatkan dosisnya. Jika dibutuhkan dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimum yang direkomendasikan.
Dapat digunakan obat adjuvan seperti antidepresan atau
antikonvulsi jika dibutuhkan.
Jika pasien dengan nyeri sedang atau berat maka dapat dlewati langkah
1.
Langkah 2:
15
Apabila masih tetap nyeri, maka dapat naik ke tangga atau langkah
kedua, yaitu ditambahkan obat opioid lemah, misalnya kodein.
Tambahkan atau lanjutkan obat adjuvan, jika tepat.
Langkah 3:
Apabila ternyata masih belum reda atau menetap, maka sebagai
langkah terakhir, disarankan untuk menggunakan opioid kuat yaitu
morfin.
Tambahkan atau lanjutkan obat adjuvan, jika tepat.
Pada dasarnya, prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat diterapkan untuk
nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu:6
1. Pada nyeri kronik mengikuti langkah tangga ke atas 1-2-3.
2. Pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah tangga ke bawah 3-2-1.
Pemakaian medikamentosa:
a. Analgetika non-opioid :
NSAID
Acetaminophen
b. Analgetika opioid :
Mu opioid agonist (morphine-like agonist)
16
Agonist-antagonist opioid
c. Analgetika adjuvan :
Antiepileptic drug
Trcyclic antidepresant
Local anesthetic
Tatalaksana nyeri juga dapat diberikan secara terpadu, yaitu memberikan
obat-obatan yang bekerja sesuai dengan proses terjadinya nyeri. Dimana pada
proses trasduksi dapat diberikan OAINS atau obat anti-inflamasi non-steroid
maupun anestesi lokal. Proses transmisi dapat diberikan anestesi lokal. Proses
modulasi dapat diberikan anestesi lokal, opioid, maupun alfa-2 agonis. Sedangkan
untuk proses persepsi dapat diberikan opioid, alfa-2 agonis maupun obat yang
bekerja pada respetor NMDA atau N-metil-D-aspartat (misalnya ketamin) yang
menghasilkan efek anestesi disosiatif.
17
a. Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksilumbal, Terapimanipulasi,
Exercise, dsb.
b. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.
c. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.
d. Advis:
Hindari banyak membungkukkan badan.
Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot
punggung sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik
dan maksimal
3. Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/sangat mengganggu aktifitas
dimana dengan obat – obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak
membantu.
18