Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang


merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus.
Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari
nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadikus.
Ischialgia adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau disastesia) ke
bawah sepanjang perjalanan saraf ischiadikus. Insidensi Ischialgia di beberapa
Negara berkembang lebih kurang 15 – 20 % dari total populasi, yang sebagian
besar merupakan nyeri pinggang akut maupun kronik, termasuk tipe benigna. 1, 2

Puncak insidensi nyeri punggung bawah atau Ischialgia adalah pada usia 45 -
60 tahun. Pada penderita dewasa tua, nyeri punggung bawah dapat mengganggu
aktivitas sehari – hari pada 40% penderita, dan gangguan tidur pada 20%
penderita . Sebagian besar (75%) penderita akan mencari pertolongan medis dan
25% diantaranya perlu dirawat inap untuk evaluasi lebih lanjut. 2

Usia merupakan faktor yang mendukung terjadi LBP, sehingga biasanya di


derita oleh orang berusia lanjut karena penurunan fungsi – fungsi tubuh terutama
tulang, sehingga tidak lagi elastic seperti waktu muda .selain itu factor risiko
terhadap pekerjaan dipengaruhi oleh aktivitas, seperti terlalu banyak duduk atau
berdiri juga merupakan faktor yang mendukung LBP. 2

Biasanya ischialgia membutuhkan waktu 6 – 7 minggu untuk penyembuhan


baik terhadap jaringan lunak mau pun sendi, namun 10% diantaranya tidak
mengalami perbaikan dalam kurun waktu tersebut.Nyeri punggung bawah
merupakan gejala bukan suatu diagnosis. Ischialgia merupakan kelainan dengan
berbagai etiologi dan membutuhkan penanganan simtomatis serta rehabilitasi.

1
1.2 Tujuan Penulisan
1. Melengkapi syarat tugas stase NEUROLOGI.
2. Melengkapi syarat Kepaniteraan Klinik Senior ( KKS ) di Rumah Sakit
Umum Daerah ( RSUD ) Solok.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Dapat menjadikan sarana pembelajaran mahasiswa kedokteran tentang
masalah skizoafektif terkhususnya tipe manik
2. Dapat digunakan sebagai acuan untuk case masalah skizoafektif tipe
manik selanjutnya.
3. Dapat membantu memberikan pembelajaran dan ilmu tentang
Skizoafektif tipe manik

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anatomi Nervus Ischiadicus

Nervus ischiadicus merupakan serabut saraf yang terbesar di dalam tubuh


manusia yang berasal dari fleksus sacralis. Fleksus sacralis dibentuk oleh rami
anterior L5-S1, yang kadang-kadang mendapat tambahan dari L4-S4. Fleksus
sacralis berada di sebelah ventral dari musculus piriformis. Dari sini fleksus
sacralis akan mempercabangkan diri menjadi N. Ischiadicus, N. Gluteus Superior,
N. Gluteus Inferior, N. Cutaneus Femoris posterior, N. Clunialis Medialis Inferior
dan N. Musculare. Nervus Ischiadicus meninggalkan pelvic lewat forament
ischiadica major, di bawah musculus piriformis dan berjalan ke distal diantara
trochanter major os femur dan tuberositas Ischiadica makin ke distal N.
Ischiadicus berada di anterior musculus biceps femoris dan musculus
semimembranosus, kemudian masuk ke pusat poplitea dimana N. Ischiadicus
berakhir dan bercabang menjadi dua yaitu : N. Tibialis dan N. Peroneus
Communis. 3,4

a. N. Tibialis
Dibentuk oleh seluruh bagian anterior fleksus sacralis. Serabut saraf ini
menerima serabut-serabut dari dua segmen spinalis lumbal bawah dan tiga
segment sacral bagian atas, perjaanan saraf ini dimulai pada bagian atas
fossa poplitea serta dorsum tungkai menuju sisi dorso media pergelangan
kaki. Pada daerah ini N. Tibialis akan mengeluarkan cabang-cabang

3
terminalisnya, yaitu N. Plantaris medialis dan lateralis yang terus berjalan
ke dalam kaki.

b. N. Peroneus Communis
Merupakan cabang lateral dari N. Ischiadicus yang dibentuk oleh akar saraf
L4-L5 dan S1-L2. Nervus ini berjalan ke arah distal agak lateral pada
dinding lateral fossa poplitea dekat tepi medial M. Biceps femoris dengan
caput lateral M. Gastrocnemius kemudian melindungi collum fibulae pada
M. Pereneus longus. Selanjutnya akan bercabang dua, yaitu N. Peroneus
superfisialis dan N. Peroneus profundus. 3,4

4
Gambar 1. nervus ischiadica dan percabangannya

2.2. Definisi Ischialgia

Ischialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang


merupakan manifestasi rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus.
Ahli lain berpendapat bahwa ischialgia merupakan salah satu manifestasi dari
nyeri punggung bawah yang dikarenakan adanya penjepitan nervus ischiadikus.
Ischialgia atau sciatica adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia, parestesia atau
disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan saraf ischiadikus. 2, 4

Gambar 2. Perjalaran nyeri ischialgia

5
Gambar 3. Lokasi nyeri ischialgia

2.3. Patofisiologi Nyeri Ischialgia

Ischialgia timbul akibat perangsangan serabut-serabut sensorik yang berasal


dari radiks posterior lumbal 4 sampai sakral 3, dan ini dapat terjadi pada setiap
bagian nervus ischiadicus sebelum sampai pada permukaan belakang tungkai. 1, 4

Kesalahan postur dan sikap dapat menyebabkan cedera pada tulang belakang
yang lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pada proses penulangan, oleh
karena adanya proses degenerasi yang terus menerus maka nucleus pulposus akan
terhimpit, sehingga anolus fibrosus mengalami penekanan dan sering menonjol ke
bagian lateral. Penonjolan ini mengakibatkan penekanan pada medulla spinalis.
Jika keadaan seperti ini tidak segera diobati maka lama – kelamaan akan
mengakibatkan adanya nyeri menjalar pada sepanjang tungkai oleh karena adanya
penekanan pada radix nervus ischiadicus yang ada pada L4 – S3 (Ischialgia).
Ischialgia yang disebakan oleh beberapa factor etiologi dan sindroma yang
biasanya dikenal sebagai sindroma stenosis lumbal dan entrapment neuritis , nyeri
yang bertolak dari vertebra lumbosakralis sesisi dan menjalar sepanjang tungkai
sampai ujung kaki harus dicurigai sebagai nyeri saraf akibat perangsangan di
dalam Vertebra Lumbosakralis.4

Pada individu yang aktif berjalan, sendi yang banyak mendapatkan


pembebanan adalah sendi panggul, sehingga aliran darah banyak terkonsentrasi
pada daerah tersebut. Aliran darah diperbanyak dengan maksud menyediakan
oksigen agar produksi energi dapat berjalan lancar, namun aliran tersebut justru
menyebabkan bengkak. Pembengkakan juga disebabkan oleh menumpuknya hasil
sisa metabolisme (myogelosis). Karena musculus piriformis dan musculus
obturatorius internus membengkak maka nervus ischiadicus akan terjepit. Nervus
ischiadicus merupakan saraf motoris perifer yang apabila terganggu akan terjadi
gejala kelumpuhan atau kelemahan pada otot yang dipersarafinya. Kelemahan
tersebut bersifat lemas (flaksid) atau menurunnya tonus otot (hipotoni atau bahkan
atoni). Refleks otot juga akan menghilang. Nervus ischiadicus juga mengandung
serabut sensorik dari radiks dorsalis Lumbal IV sampai dengan Sakral III. Bagian

6
distalnya bercabang dua yaitu nervus tibialis dan nervus peroneus komunis.
Permukaan anteroeksternal dari tungkai bawah dan dorsum pedis merupakan
kawasan nervus peroneus, sedangkan telapak kaki, tumit, dan permukaan tepi luar
kaki termasuk kawasan sensorik nervus tibialis. Nyeri tekan sepanjang perjalanan
nervus ischiadicus dapat ditimbulkan pada ischialgia akibat Hernia Nucleus
Pulposus (HNP), artritis sakroiliaka, koksitis, dan neuritis primer nervus
ischiadicus. 1, 4

Nyeri radikuler HNP disebabkan oleh menonjolnya nucleus pulposus ke


dalam kanalis vetebralis akibat proses degeneratif dari anulus fibrosus atau
ligamentum flavum. Keadaan tersebut disebabkan oleh adanya gaya yang
menekan pada discus intervertebralis yang dapat terjadi sewaktu mengangkat
barang berat. HNP lebih sering terjadi pada daerah lumbal bawah dari pada
cervical. Pada lumbal bawah antara L4-L5 dan S1, serta korpus lumbalis
terbawah. Tempat penonjolan nucleus pulposus bervariasi. Karena itu radiks
dorsalis dapat tertekan dari samping, dari medial atau posterior.

Manifestasi dari gangguan radiks bervariasi pula antara nyeri radikuler,


paraesthesia, atau hipesthesia radikuler. Penekanan terhadap radiks dorsalis yang
masih utuh dan berfungsi baik mengakibatkan timbulnya nyeri radikuler. Jika
penekanan sudah menimbulkan pembengkakan radiks dorsalis, bahkan kerusakan
struktural yang lebih berat, maka gejala yang timbul adalah hipethesia atau
anaesthesia radikuler.

7
Gambar 4. Pathway ischialgia

b.4 Klasifikasi Ischialgia


Menurut Sidharta (1999) ischialgia dibagi menjadi tiga yaitu:
a. Ischialgia sebagai perwujudan neuritis ickhiadikus primer
Iskhialgia akibat neuritis iskhiadikus primer adalah ketika nervus ischiadikus
terkena proses radang. Tanda dan gejala utama neuritis ischiadikus primer adalah
nyeri yang dirasakan dari daerah sakrum dan sendi panggul, tepatnya di foramen
infra piriformis atau incisura ischiadika dan menjalar sepanjang perjalanan nervus
ischiadikus dan lanjutannya pada nervus peroneus dan tibialis. Nyeri tekan
ditemukan pada incisura ischiadika dan sepanjang spasium poplitea pada tahap
akut. Juga tendon achiles dan otot tibialis anterior dan peroneus longus terasa
nyeri pada penekanan. Kelemahan otot tidak seberat nyeri sepanjang tungkai.
Karena nyeri itu maka tungkai di fleksikan, apabila diluruskan nyeri bertambah
hebat. Tanda-tanda skoliosis kompensatorik sering dijumpai pada iskhialgia jenis
ini.

8
Diagnosa neuritis ischiadikus primer ditetapkan apabila nyeri tekan pada otot
tibialis anterior dan peroneus longus. Dan pada neuritis sekunder nyeri tekan
disepanjang nervus ischiadikus, tetapi di dekat bagian nervus ischiadikus yang
terjebak saja. Timbul nyerinya akut dan tidak disertai adanya nyeri pada
punggung bawah merupakan ciri neuritis primer berbeda dengan ischialgia yang
disebabkan oleh problem diskogenik. Reflek tendon achiles dan tendon lutut
biasanya tidak terganggu. 1  
b. Ischialgia sebagai perwujudan radikulopati
Pada ischialgia radikulopati merupakan akibat dari jebakan oleh tumor,
nukleus pulposus yang menonjol ke dalam kanalis vertebralis maupun osteofit
atau peradangan (rematois spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa)
yang bersifat menindihi, menjerat dan sebagainya terjadi radikulopati.
Pola umum ischialgia adalah nyeri atau nyeri hebat yang dirasakan bertolak
dari vertebra lumbosakralis dan menjalar menurut perjalanan nervus ischiadikus
dan lanjutannya pada nervus peroneus atau nervus tibialis. Makin jauh ke tepi
nyeri makin tidak begitu hebat, namun parestesia atau hipoastesia sering
dirasakan.
Pada data anamnestik yang bersifat umum antara lain : nyeri pada punggung
bawah selalu mendahului ischialgia, kegiatan yang menimbulkan peninggian
tekanan intra spinal seperti batuk, bersin dan mengejan memprofokasi adanya
ischialgia, faktor trauma hampir selamanya dapat ditelusuri, kecuali kalau proses
neoplasmik atau infeksi. Adapun data diagnostik non fisik yang bersifat umum
adalah : kurva lordosis pada lumbosakral yang mendatar, vertebra lumbosakral
memperlihatkan fiksasi, nyeri tekan pada salah satu ruas vertebra lumbosakralis
hampir selalu ditemukan, test lasegue hampir selalu positif pada derajat kurang
dari 70, tesr naffziger dan valsava hampir selalu positif. Data anamnestik dan
diagnostik fisik yang bersifat spesifik berarti informasi yang mengarahkan ke
suatu jenis proses patologik atau yang mengungkapkan lokasi di dalam vertebra
lumbosakralis atau topografi radiks terhadap lesi yang merangsangnya.
c. Ischialgia sebagai perwujudan entrapment neuritis (compresion nerve)
 Unsur-unsur nervus ischiadikus yang dibawakan oleh nervi L4, L5, S1, S2
dan S3 menyusun pleksus lumbosakralis yang berada di facies pelvina Os

9
Sakrum. Di sini pleksus melintasi garis sendi sakroiliaka dan sedikit lebih distal
membentuk nervus ischiadikus, yang merupakan saraf perifer terbesar.
Selanjutnya dalam perjalanannya ke tepi nervus ischiadikus dapat terjebak dalam
bangunan-bangunan yang dilewatinya. Pada pleksus lumbosakral dapat diinfiltrasi
oleh sel-sel karsinoma ovarii, karsinoma uteri atau sarkoma retroperineal. Di garis
persendian sakroiliaka komponen-komponen pleksus lumbosakralis sedang
membentuk nervus ischiadikus dapat terlibat dalam proses radang (sakroilitis). Di
foramen infra piriformis nervus ischiadikus dapat terjebak oleh bursitis otot
piriformis. Dalam trayek selanjutnya nervus ischiadikus dapat terlibat dalam
bursitis( peradangan bursa tendon) di sekitar trochantor major femoris. Dan pada
trayek itu juga, nervus ischiadikus dapat terganggu oleh adanya penjalaran atau
metastase karsinoma prostat yang sudah bersarang pada tuber ischiadikus.1

b.5 Etiologi Ischialgia


Ischialgia timbul karena terangsangnya serabut-serabut sensorik dimana
nervus ischiadicus berasal yaitu radiks posterior L4, L5, S1, S2, S3. Penyebab
ischialgia dapat dibagi dalam:

1. Ischialgia diskogenik, biasanya terjadi pada penderita Hernia Nukleus Pulposus


(HNP).
2. Pondiloarthrosis defermans.
-  Tumor cauda equina.
-  Metastasis carsinoma di corpus vertebrae lumbosakral.
-  Fraktur corpus lumbosakral.
-  Fraktur pelvis, radang atau neoplasma pada alat- alat dalam rongga panggul
sehingga menimbulkan tekanan pada pleksus lumbosakralis.
3. Ischailgia non mekanik (medik) terbagi atas:
- Radikulitis tuberkulosa
- Radikulitas luetika
- Adhesi dalam ruang subarachnoidal
- Penyuntikan obat-obatan dalam nervus ischiadicus
- Neuropati rematik, diabetik dan neuropati lainnya.

10
Penyebab terjepitnya saraf ini ada beberapa faktor, yaitu antara lain: kontraksi/
radang otot-otot daerah bokong, adanya perkapuran tulang belakang atau adanya
keadaan yang disebut dengan Herniasi Nukleus Pulposus (HNP). Untuk
mengetahui penyebab pasti perlu dilakukan pemeriksaan fisik secara seksama oleh
dokter, jika perlu dilakukan pemeriksaan tambahan radiologi/ Rontgen pada
tulang belakang. 5
Umumnya penyakit neuromuskular berupa kelemahan ataupun kesemutan atau
bisa juga keduanya bersamaan. Gejala penyakit ini bersifat lower motor neuron
(LMN). Oleh karena itu bila kita mencurigai pasien dengan penyakit
neuromuscular langkah pertama tentunya memastikan bahwa kelainan pada pasien
tersebut bukan merupakan upper motor neuron (UMN).

Tabel.1 Beda Kelainan UMN dan LMN

Upper Motor Neuron (UMN) Lower Motor Neuron


(LMN)

Bentuk Hemiparesis, kuadriparesis, Kelemahan pada otot


Kelumpuhan paraparesis tertentu sesuai distribusi
radiks atau plexus

Atrofi Disuse Atrophy (muncul Atrofi akibat denervasi


belakangan atau tidak terlalu (muncul lebih cepat dan
jelas) lebih jelas)

Fasikulasi atau - -
fibrilasi

Refleks Fisiologis Meningkat Menurun atau hilang

Klonus + -

Tonus Hipertonus Hipotonus

Reflek Patologis + -

11
Gambar 5. Dermatom Sensorik

b.6 Gejala Klinis

Sciatica atau ischialgia biasanya mengenaihanya salah satu sisi. Yang biasa
menyebabkan rasa seperti ditusuk jarum, sakit nagging, atau nyeri seperti
ditembak. Kekakuan kemungkinan dirasakan pada kaki. Berjalan, berlari, menaiki
tangga, dan meluruskan kaki memperburuk nyeri tersebut, yang diringankan
dengan menekuk punggung atau duduk. 1, 2, 5

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah:


 Nyeri punggung bawah / Nyeri daerah bokong
 Rasa kaku/ terik pada punggung bawah
 Nyeri yang menjalar atau seperti rasa kesetrum, yang di rasakan daerah
bokong menjalar ke daerah paha, betis bahkan sampai kaki, tergantung
bagian saraf mana yang terjepit.

12
 Rasa nyeri sering di timbulkan setelah melakukan aktifitas yang
berlebihan, terutama banyak membungkukkan badan atau banyak
berdiri dan berjalan.
 Rasa nyeri juga sering diprovokasi karena mengangkat barang yang
berat.
 Jika dibiarkan maka lama kelamaan akan mengakibatkan kelemahan
anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai dengan
mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.
 Dapat timbul gejala kesemutan atau rasa baal.
 Pada kasus berat dapat timbul kelemahan otot dan hilangnya refleks
tendon patella (KPR) dan Achilles (APR).
 Bila mengenai konus atau kauda ekuina dapat terjadi gangguan
defekasi, miksi dan fungsi seksual. Keadaan ini merupakan kegawatan
neurologis yang memerlukan tindakan pembedahan untuk mencegah
kerusakan fungsi permanen.
 Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat.

b.7 Pemeriksaan Fisik


Nyeri radikuler dibuktikan dengan cara sebagai berikut 1,5 :
1. Hiperekstensi pinggang kemudian punggung diputar kejurusan tungkai
yang sakit, pada tungkai ini timbul nyeri.
2. Tes Lasegue
3. Tes Patrick
4. Tes Kontra Patrick
Gejala-gejala radikuler lokasisasinya biasanya di bagian ventral tungkai
atas dan bawah. Refleks lutut sering rendah, kadang-kadang terjadi paresis dari
muskulus ekstensor kuadriseps dan muskulus ekstensor ibu jari.
 Pengukuran intensitas nyeri menggunakan Visual Analog Scale (VAS):
Metode ini paling sering digunakan untuk mengukur intensitas nyeri. Metode ini
menggunakan garis sepanjang 10 cm yang menggambarkan keadaan tidak nyeri
sampai nyeri yang sangat hebat. Pasien menandai angka pada garis yang
menggambarkan intensitas nyeri yang dirasakan. Keuntungan menggunakan

13
metode ini adalah sensitif untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri, mudah
dimengerti dan dikerjakan serta dapat digunakan dalam berbagai kondisi klinis.
Kerugiannya adalah tidak dapat digunakan pada anak-anak dibawah 8 tahun dan
mungkin sukar diterapkan jika pasien sedang berada dalam nyeri hebat.

Gambar.6 Pengukuran Intensitas Nyeri

b.8 Pemeriksaan Penunjang


1.    Foto rontgen lumbosakral AP, Lateral
2.    Elektromielografi
3.    Myelografi
4.    CT scan
5.    MRI

2.9. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan penyakit ischialgia yaitu sebagai berikut :  

1. Obat – obatan : analgetik, NSAID, muscle relaxan, dsb.


Farmakologi: gunakan Step-Ladder WHO
a. OAINS efektif untuk nyeri ringan-sedang, opioid efektif untuk nyeri
sedang-berat.
b. Mulailah dengan pemberian OAINS / opioid lemah (langkah a dan b)
dengan pemberian intermiten (pro re nata-prn) opioid kuat yang
disesuaikan dengan kebutuhan pasien.
c. Jika langkah a dan b kurang efektif / nyeri menjadi sedang-berat, dapat
ditingkatkan menjadi langkah c (ganti dengan opioid kuat dan prn
analgesik dalam kurun waktu 24 jam setelah langkah a).

14
d. Penggunaan opioid harus dititrasi. Opioid standar yang sering digunakan
adalah morfin, kodein.
e. Jika pasien memiliki kontraindikasi absolut OAINS, dapat diberikan
opioid ringan.
f. Jika fase nyeri akut pasien telah terlewati, lakukan pengurangan dosis
secara bertahap
 Intravena : antikonvulsan, ketamine, OAINS, opioid
 Oral : antikonvulsan, antidepresan, antihistamin,
anxiolytic, kortikosteroid, anestesi lokal, OAINS, opioid, tramadol.
 Rektal (supositoria): parasetamol, aspirin, opioid, fenotiazin
 Topical : lidokain patch, EMLA
 Subkutan : opioid, anestesi local
Garis besar strategi terapi farmakologi mengikuti WHO Three-step
Analgesic Ladder. Strategi ini merupakan bagian dari metode manajemen
nyeri yang berpusat pada 4 prinsip, yaitu: 6
1.        “By Mouth” berarti menggunakan rute oral bilamana memungkinkan,
bahkan untuk opiat.
2.        “By the Clock” berarti untuk nyeri yang persisten, obat diberikan
berdasarkan interval obat tersebut dari pada diberikan hanya ketika
dibutuhkan atau “on demand”.
3.        “By the Ladder” yaitu tiga langkah tangga analgesik menurut WHO
untuk pengobatan nyeri, antara lain:
Langkah 1:
      Untuk nyeri ringan sampai sedang sebaiknya dimulai dengan obat
analgesik non opioid dan tingkatkan dosisnya. Jika dibutuhkan dapat
ditingkatkan sampai dosis maksimum yang direkomendasikan.
      Dapat digunakan obat adjuvan seperti antidepresan atau
antikonvulsi jika dibutuhkan.
      Jika pasien dengan nyeri sedang atau berat maka dapat dlewati langkah
1.
Langkah 2:

15
      Apabila masih tetap nyeri, maka dapat naik ke tangga atau langkah
kedua, yaitu ditambahkan obat opioid lemah, misalnya kodein.
      Tambahkan atau lanjutkan obat adjuvan, jika tepat.
Langkah 3:
      Apabila ternyata masih belum reda atau menetap, maka sebagai
langkah terakhir, disarankan untuk menggunakan opioid kuat yaitu
morfin.
      Tambahkan atau lanjutkan obat adjuvan, jika tepat.

Pada dasarnya, prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat diterapkan untuk
nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu:6
1.        Pada nyeri kronik mengikuti langkah tangga ke atas 1-2-3.
2.        Pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah tangga ke bawah 3-2-1.

Gambar 7 . Three Step Analgesic Ladder WHO 6

Pemakaian medikamentosa:
a. Analgetika non-opioid :
 NSAID
 Acetaminophen
b. Analgetika opioid :
 Mu opioid agonist (morphine-like agonist)

16
 Agonist-antagonist opioid
c. Analgetika adjuvan :
 Antiepileptic drug
 Trcyclic antidepresant
 Local anesthetic
Tatalaksana nyeri juga dapat diberikan secara terpadu, yaitu memberikan
obat-obatan yang bekerja sesuai dengan proses terjadinya nyeri. Dimana pada
proses trasduksi dapat diberikan OAINS atau obat anti-inflamasi non-steroid
maupun anestesi lokal. Proses transmisi dapat diberikan anestesi lokal. Proses
modulasi dapat diberikan anestesi lokal, opioid, maupun alfa-2 agonis. Sedangkan
untuk proses persepsi dapat diberikan opioid, alfa-2 agonis maupun obat yang
bekerja pada respetor NMDA atau N-metil-D-aspartat (misalnya ketamin) yang
menghasilkan efek anestesi disosiatif.

Gambar 8. Mekanisme kerja obat analgesic. 7

2. Program Rehabilitasi Medik.


Program Rehabilitasi Medik bagi penderita  adalah:

17
a. Terapi Fisik: Diatermi, Elektroterapi, Traksilumbal, Terapimanipulasi,   
Exercise, dsb.
b. Terapi Okupasi: Mengajarkan proper body mechanic, dsb.
c. Ortotik Prostetik: Pemberian korset lumbal, alat bantu jalan, dsb.
d. Advis:
 Hindari banyak membungkukkan badan.
 Hindari sering mengangkat barang-barang berat.
 Segera istirahat jika telah merasakan nyeri saat berdiri atau berjalan.
 Saat duduk lama diusahakan kaki disila bergantian kanan dan kiri atau
menggunakan kursi kecil untuk menumpu kedua kaki.
 Lakukan Back Exercise secara rutin, untuk memperkuat otot-otot
punggung sehingga mampu menyanggah tulang belakang secara baik
dan maksimal
3. Operasi : di lakukan pada kasus yang berat/sangat mengganggu aktifitas
dimana dengan obat – obatan dan Program Rehabilitasi Medik tidak
membantu. 

18

Anda mungkin juga menyukai