Anda di halaman 1dari 9

SAFE HANDLING CYTOTOXIC

A. Definisi dan Bahaya Obat Sitotoksik


Senyawa sittoksik adalah suatu senyawa atau zat yang dapat merusak dan
sel normal dan juga sel kanker, serta digunakan untuk menghambat pertumbuhan
dari sel tumor maliginan. Istilah dari toksisitas juga dapat digunakan untuk zat-zat
yang bersifat genotoksik, mutagenik, onkogenik, teratogenik, dan zat-zat yang
bersifat berbahaya (Sarce, 2009).
Obat sitotoksik adalah agen yang ditujukan untuk terapi, khususnya pada
pengobatan kanker. Obat ini diketahui sangat beracun bagi sel-sel, terutama
melalui tindakannya pada reproduksi sel. Obat sitotoksik semakin sering
digunakan dalam berbagai pengaturan kesehatan, laboratorium dan klinik hewan
untuk pengobatan kanker dan kondisi medis lainnya seperti rheumatoidarthritis,
multiple sclerosis dan kelainan auto-imun.
Obat sitotoksik mencakup obat yang menghambat atau mencegah fungsi sel.
Obat sitotoksik termasuk obat-obatan yang terutama digunakan untuk mengobati
kanker, sering sebagai bagian dari rezim kemoterapi. Bentuk yang paling umum
dari obat sitotoksik dikenal sebagai antineoplastik. Obat sitotoksik memiliki efek
mencegah pertumbuhan yang cepat dan pembagian (mitosis) sel kanker . Namun,
obat sitotoksik juga mempengaruhi pertumbuhan sel-sel lain membagi cepat
dalam tubuh seperti folikel rambut dan lapisan dari sistem pencernaan. Sebagai
hasil dari pengobatan, banyak sel-sel normal yang rusak bersama dengan sel-sel
kanker.
Obat sitotoksik dan limbah yang terkait dapat terjadi di mana
kontrol tindakan gagal atau tidak di tempat. Paparan dapat terjadi melalui kontak
kulit, menghirup aerosol dan partikel obat , dan luka benda tajam .
Paparan dapat terjadi ketika :
 mempersiapkan obat
 memberikan obat-obatan
 mengangkut obat
 penanganan limbah pasien
 mengangkut dan membuang limbah
Yang terlibat dalam kegiatan ini meliputi :
 perawat dan petugas medis
 apoteker
 staf laboratorium
 pembersihan, pemeliharaan dan staf pembuangan
 penjaga
 staf kesehatan hewan
 petugas ambulan dan driver
Penandaan obat sitotoksik
Semua bahan sitotoksik universal diidentifikasi oleh simbol ungu yang
menggambarkan sel di akhir telofase.

A. Definisi dan Tujuan Handling Cytotoxic


Handling cytotoxic drugs adalah penanganan penggunaan obat sitostatika.
Hal ini perlu dilakukan karena obat ini dikenal sangat beracun untuk sel, terutama
melalui tindakan mereka pada reproduksi sel. Banyak yang terbukti menjadi
karsinogen, mutagen atau teratogen.
Adapun tujuan Handling Cytotoxid yaitu :
1. Mencegah kontak langsung atau keterpaparan petugas kesehatan terhadap sitostatika pada
waktu pencampuran , pengoplosan ,dan pemberian kepada pasien.
2. Menjamin sterilitas produk akhir sitostatiska setelah dicampur / di oplos.
3. Menjamin keamanan buangan sisa sitostatiska dan material yang dipakai yang telah
terkontaminasi dengan sitostatiska.

B. Sarana dan Prasarana Handling

a. Laminar Air Flow Cabinet (LAFC)


Laminar Air Flow Cabinet adalah alat yang memenuhi kriteria ruangan
bersih kelas 100. LAFC memiliki sistem penyaringan ganda yang memiliki
efisiensi tingkat tinggi, sehingga dapat berfungsi sebagai penyaring bakteri
dan bahan-bahan eksogen dari udara, menjaga aliran udara tetap konstan dan
laminar (teratur), serta mencegah masuknya kontaminan ke dalam LAFC.
Terdapat dua tipe LAFC:
 LAFC Horizontal
LAFC dengan aliran udara horizontal (aliran udara menuju ke arah
depan), sehingga melindungi obat dari kontaminasi tetapi tidak
melindungi petugas dari paparan obat. Alat ini cocok digunakan untuk
pencampuran obat steril non sitostatika.
 LAFC Vertikal

LAFC dengan aliran udara vertikal (aliran udara menuju ke bawah)


sehingga memberikan lingkungan kerja yang lebih aman bagi petugas.
LAFC vertikal disebut juga dengan Biological Safety Cabinet (BSC).
BSC juga memiliki banyak tipe dan yang digunakan untuk pencampuran
sitostatika adalah BSC kelas II yang dirancang untuk memberikan
perlindungan terhadap petugas, produk, dan lingkungan. Pada tipe ini
terjadi resirkulasi udara di mana hanya 30% udara yang dikeluarkan dan
70% udara dimasukkan kembali ke area kerja.

b. Biological Safety cabinet (BSC)


Alat ini digunakan untuk pencampuran sitostatika yang berfungsi untuk
melindungi petugas, materi yang dikerjakan dan lingkungan sekitar. Prinsip
kerja dari alat ini adalah : tekanan udara di dalam lebih negatif dari dari
tekanan udara diluar sehingga aliran udara bergerak dari luar ke dalam BSC.
Didalam BSC udara bergerak vertikal membentuk barier sehingga jika ada
peracikan obat sitostatika tidak terkena petugas. Untuk validasi alat ini harus
dikalibrasi setiap 6 bulan.
c. Ruangan
Persyaratan ruang aseptic:
 Ruang tidak ada sudut atau siku
 Dinding terbuat dari epoksi
 Partikel udara sangat dibatasi : kelas 100,1000, 10.000 partikel/liter
 Aliran udara diketahui dan terkontrol
 Tekanan ruangan diatur
 Suhu dan kelembapan udaraterkontrol (suhu :18-22 derajat celcius dan kelembaban 35-50%)
Tata letak ruangan
Dalam melakukan pencampuran sedian steril diperlukan ruangan dan
peralatan khusus untuk menjaga sterilitas produk yang dihasilkan dan
menjamin keselamatan petugas dan lingkungannya. Penanganan sitostatika
memerlukan ruangan khusus dan terkontrol. Letak ruangan diusahakan tidak
untuk lalu lintas orang.

Ruangan ini terdiri dari :


o Ruang persiapan
Digunakan untuk kegiatan administrasi (perhitungan dosis dan volume
cairan, pembuatan etiket, pelabelan) dan penyiapan bahan obat serta alat
yang dibutuhkan.

o Ruang cuci tangan dan ganti


Sebelum masuk ke ruang antara, petugas harus mencuci tangan dan
mengenakan APD.
o Ruang antara
Petugas masuk ke clean room melalui ruang antara atau ruang penyangga
udara. Ruangan ini diatur dengan tepat sehingga hanya satu pintu pada
satu sisi saja yang dapat dibuka pada saat yang bersamaan.
o Ruang bersih
LAFC harus diletakkan di sebuah clean room (ruang bersih). Clean room
merupakan ruangan khusus yang dibuat dengan pengendalian terhadap
ukuran dan jumlah partikel. Ruangan ini dirancang untuk mencegah
partikel masuk dan tertahan dalam ruangan, pengendalian juga dilakukan
terhadap suhu, kelembaban, dan tekanan udara
d. Peralatan
Peralatan yang harus dimiliki untuk melakukan pencampuran sediaan steril
meliputi :
1. Alat Pelindung Diri (APD).
Alat Pelindung Diri (APD) yang digunakan dalam pencampuran sediaan
steril meliputi :
a. Baju pelindung
 Pakaian terdiri dari pakaian dalam dan pakaian luar
 Pakaian pelindung(pakaian luar) harus terbuat dari material yang tidak melepaskan debu dan
serat.
 Bahan yang digunakan tidak tembus oleh cairan
 Pakaian pelindung dibuat lengan panjang dengan manset elastik pada tangan dan kaki.
b. Sarung tangan
Sarung tangan yang dipilih harus memiliki permeabilitas yang minimal
sehingga dapat memaksimalkan perlindungan bagi petugas dan cukup
panjang untuk menutup pergelangan tangan. Sarung tangan terbuat dari
latex dan tidak berbedak (powder free). Khusus untuk penanganan sediaan
sitostatika harus menggunakan dua lapis.
c. Tutup kepala
Tutup kepala harus dapat menutupi rambut sekeliling agar tidak ada partikel kotoran
yang dapat mengkontaminasi sediaan.
d. Masker dan kacamata.
 Untuk melindungi mata dan mengurangi inhalasi digunakan kaca mata dan masker.
 Disamping untuk melindungi petugas penggunaan masker juga untuk mengurangi
kontaminan.
 Kaca mata yang digunakan harus dapat melindungi mata dari kemungkinan adanya
percikan obat kanker.

e. Sepatu
 Terbuat dari bahan yang tidak tembus benda tajam
 Tutup kaki digunakan sampai menutup manset baju dalam.
C. Standar Kerja handling Cytotoxic.
Standar kerja yang harus dipersiapkan meliputi :
1. Tehnik khusus penanganan sitostatika.
2. Perlengkapan pelindung (baju, topi, masker, sarung tangan)
3. Pelatihan petugas
4. Penandaan, pengemasan, transpotasi
5. Penanganan tumpahan obat sitostatika
6. Penanganan limbah

a. Fasilitas Fisik
Australian standard mensyaratkan menggunakan Cytotoxic Drugs Safety
Cabinet (CDSC) yang diletakkan dalam Clean Room. CDSC dan Clean Room
dilengkapi dengan HEPA Filter. Cytotoxic Drugs Safety Cabinet yangdigunakan bisa
Type ISOLATOR atau Biological Safety Cabinet dengan aliran Vertikal. Tekanan
Udara di dalam CDSC lebih negatif dibanding
didalam Clean Room dan tekanan udara didalam Clean lebih positif dibandingkan
diluar. Transportasi keluar masuknya obat-obatan dan alat-alat pendukung preparasi obat
dilakukan melalui Pass Box, untuk meminimalkan kontaminasi udara kedalam clean room.
Komunikasi petugas didalam clean room dengan petugas diluar dilakukan dengan intercom.
b. Personal
 Personal yang akan terlibat dalam preparasi obat sitostatika harus
mendapatkan pelatihan yang memadai tentang teknik aseptic dan penanganan obat
sitostatika.
 Petugas wanita yang sedang hamil atau merencanakan untuk hamil tidak dianjurkan untuk
terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika.
 Petugas yang sedang sakit atau mengalami infeksi pada kulit harus diistirahatkan dari tugas
ini.

Setiap petugas yang akan terlibat dalam rekonstitusi obat sitostatika seminggu
sebelumnya harus mendapat pemeriksaan laboratorium, yang terdiri dari :
 Complete blood count
 Liver Function Test
 Renal Function Test

c. Penyiapan
Proses penyiapan sediaan sitostatika sama dengan proses penyiapan
pencampuran obat suntik, yaitu :
1. Memeriksa kelengkapan dokumen (formulir) permintaan dengan prinsip 5 BENAR (benar
pasien, obat, dosis, rute dan waktu pemberian).
2. Memeriksa kondisi obat-obatan yang diterima (nama obat, jumlah, nomer batch, tannggal
kadaluarsa), serta melengkapi form permintaan.
3. Melakukan konfirmasi ulang kepada pengguna jika ada yang tidak jelas/tidak
lengkap.
4. Menghitung kesesuaian dosis.
5. Memilih jenis pelarut yang sesuai.
6. Menghitung volume pelarut yang digunakan
7. Membuat label obat berdasarkan: nama pasien, nomer rekam medis, ruang
perawatan, dosis, cara pemberian, kondisi penyimpanan, tanggal pembuatan, dan
tanggal kadaluarsa campuran.
8. Membuat label pengiriman terdiri dari : nama pasien, nomer rekam medis, ruang perawatan,
jumlah paket.
9. Melengkapi dokumen pencampuran (contoh form pencampuran dibuku 1: Pedoman Dasar
Dispensing Sediaan Steril)
10. Memasukkan alat kesehatan, label, dan obat-obatan yang akan dilakukan pencampuran
kedalam ruang steril melalui pass box.

d. Pencampuran
Proses pencampuran sediaan sitotoksik sebagai berikut :
1. Memakai APD sesuai PROSEDUR TETAP
2. Mencuci tangan sesuai PROSEDUR TETAP
3. Menghidupkan biological safety cabinet (BSC) 5 menit sebelum digunakan.
4. Melakukan dekontaminasi dan desinfeksi BSC sesuai PROSEDUR TETAP.
5. Menyiapkan meja BSC dengan memberi alas sediaan sitostatika
6. Menyiapkan tempat buangan sampah khusus bekas sediaan sitostatika.
7. Melakukan desinfeksi sarung tangan dengan menyemprot alkohol 70%.
8. Mengambil alat kesehatan dan bahan obat dari passbox.
9. Meletakkan alat kesehatan dan bahan obat yang akan dilarutkan di atas meja BSC
10. Melakukan pencampuran sediaan sitostatika secara aseptis.
11. Memberi label yang sesuai pada setiap infus dan spuit yang sudah berisi sediaan
sitostatika.
12. Membungkus dengan kantong hitam atau aluminium foil untuk obat-obat yang harus
terlindung cahaya.
13. Membuang semua bekas pencampuran obat kedalam wadah pembuangan khusus.
14. Memasukan infus untuk spuit yang telah berisi sediaan sitostatika ke dalam wadah
untuk pengiriman.
15. Mengeluarkan wadah untuk pengiriman yang telah berisi sediaan jadi melalui pass box.
16. Menanggalkan APD sesuai prosedur tetap.

e. Cara pemberian
Cara pemberiaan sediaan sitostatika sama dengan cara pemberiaan obat suntik kecuali
intramuscular.
1. Injeksi intravena
2. Injeksi intratekal
D. Penanganan Kecelakaan Kerja.
a. Penanganan tumpahan
Membersihkan tumpahan dalam ruangan steril dapat dilakukan petugas
tersebut atau meminta pertolongan orang lain dengan menggunakan chemotherapy
spill kit yang terdiri dari:
1. Membersihkan tumpahan di luar BSC dalam ruang steril.
2. Membersihkan tumpahan di dalam BSC.
b. Penanganan kecelakaan kerja.
Dekontaminasi akibat kontak dengan bagian tubuh:
1. Kontak dengan kulit
2. Kotak dengan mata
3. Tertusuk jarum

E. Prosedur Penanganan Sitotoksik.


a. Prosedur Tetap Mencuci Tangan
b. Prosedur Tetap Berganti Pakaian
c. Prosedur Tetap Penggunaan Pass Box
d. Prosedur Tetap Penggunaan Laminar Air Flow (Laf)
e. Prosedur Tetap Melepaskan alat Pelindung Diri
f. Prosedur Tetap Distribusi
g. Prosedur Tetap Penanganan Limbah Sitostatika

F. Pengelolaan Limbah Sitotoksik


Saat ini upaya pengolahan limbah sitotoksik yang dilakukan adalah dengan
menggunakan alat berupa incinerator, di mana limbah padat yang terkontaminasi dengan
bahan sitotoksik akan dibakar dengan suhu 600-1000 derjat celcius. Alat ini dapat
memusnahkan banyak materi, khususnya yang mengandung karbon dan bakteri
patogen, dapat mereduksi volume limbah sekitar 80-90%, panas yang dihasilkan
juga dapat dimanfaatkan kembali untuk menghasilkan uap. Akan tetapi, alat ini dapat
menghasilkan emisi gas yang mencemari udara, terutama digoksin dan
fluran yang oleh WHO dinyatakan karsinogenik. Hal tersebut berarti bahwa
belum ditemukannya solusi terbaik untuk penangan limbah, khususnya pada
limbah sitotoksik yang sangat jelas dapat mencemari lingkungan dan

membahayakan kehidupan mahkluk hidup lain. Bahan / benda tajam yang terkontaminasi
dibuang diberi label sitotoksik, wadah anti bocor. Linen non - sekali pakai harus ditempatkan
dalam wadah anti bocor berlabel sitotoksik untuk melindungi
personil laundry dari residu obat sitotoksik dan untuk mencegah kontaminasi lainnya dari
bahan yang dicuci. Limbah pasien seperti urin, feses, muntahan, dan isi kantong kolostomi
dan urostomy dibuang dalam sistem pembuangan limbah normal. Wadah dari limbah pasien
yaitu: piring ginjal , panci atau urinal harus dikosongkan segera dan ditempatkan dalam panci
flusher / pencuci piring / macerato untuk sanitasi.

Anda mungkin juga menyukai