Anda di halaman 1dari 82

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI


DAN SOKLETASI TERHADAP KADAR PIPERIN
BUAH CABE JAWA (Piperis retrofracti fructus)

SKRIPSI

ISTIQOMAH
109102000017

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DESEMBER 2013
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI


DAN SOKLETASI TERHADAP KADAR PIPERIN
BUAH CABE JAWA (Piperis retrofracti fructus)

SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi

ISTIQOMAH
109102000017

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
DESEMBER 2013

ii
HALAMAN PERNYATAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri,

Dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan benar.

Nama : Istiqomah

NIM : 109102000017

Tanda tangan :

Tanggal : Desember 2013

iii
iv
v
ABSTRAK

Nama : Istiqomah
Program Studi : Farmasi
Judul : Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi dan
Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa
(Piperis retrofracti fructus)

Piperin merupakan senyawa utama dan zat berkhasiat yang terkandung dalam
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dan berfungsi sebagai penurun
demam, mengurangi rasa sakit, antioksidan, mengurangi peradangan, mempunyai
aktivitas pada penyakit tukak lambung, antitumor, dan sebagai imunomodulator.
Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan metoda ekstraksi maserasi dan
sokletasi terhadap kadar piperin yang dihasilkan ekstrak etanol 95% buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus). Ekstrak yang dihasilkan dikarakterisasi meliputi
parameter spesifik dan nonspesifik, kemudian dianalisis kadar piperin dalam
ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan metode
KLT-Densitometri. Hasil menunjukkan kadar piperin dari ekstrak etanol 95%
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan metode maserasi yaitu
70,6255 ng (8,8281%) dan ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) dengan metode sokletasi yaitu 126,0098 ng (15,7512%). Kadar piperin
tertinggi diperoleh dari hasil ekstraksi sokletasi.

Kata Kunci : Piperin, kadar piperin, metode ekstraksi maserasi, metode ekstraksi
sokletasi, ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus), KLT-Densitometri.

vi
ABSTRACT

Name : Istiqomah
Program Study : Farmasi
Title : The Comparison of Maceration and Soxhlet Methods
on Piperine Levels of Long Pepper Fruit (Piperis
retrofracti fructus)

Piperine is a main compound and potent substance contained in long pepper fruit
(Piperis retrofracti fructus) and serves to reduce fever and inflammation, relieve
pain, as antioxidant, and has activity in gastric ulcer disease, antitumor, and as
immunomodulatory. The aim of this study was to compare two extraction
methods, maceration and soxhlet, on piperine level yielded from long pepper fruit
(Piperis retrofracti fructus) ethanol 95% extract. The yield was characterized with
specific and nonspecific parameters, and then the piperine level on the ethanol
95% extract long pepper fruit (Piperis retrofracti fructus) was analyzed using
TLC-Densitometry method. The obtained piperine level of ethanol 95% extract of
long pepper fruit (Piperis retrofracti fructus) from maceration was 70.6255 ng
(8.8281%) and soxhlet 126.0098 ng (15.7512%). The highest piperine level was
obtained from the product of soxhlet extraction.

Keyword : Piperine, contained piperine, soxhlet extraction method, maceration


extraction method, ethanol 95% extract of long pepper fruit
(Piperis retrofracti fructus), TLC-Densitometry method.

vii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh


Dengan mengucap Alhamdulillahirabbil’alamin serta puji syukur kehadirat
Allah SWT karena atas limpahan nikmat, karunia dan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semogga tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan pengikut-Nya yang telah membawa
umat-Nya dari zaman kegelapan hingga zaman yang kaya akan ilmu pengetahuan
dan kemajuan teknologi seperti sekarang ini.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian
akhir guna mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adapun judul skripsi ini adalah “Perbandingan Metode Ekstraksi Maserasi
dan Sokletasi Terhadap Kadar Piperin Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti
fructus)”.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, maka
dalam kesempatan kali ini penulis mengucapan terimakasih kepada :
1. Ibu Prof. Dr. Atiek Soemiati, M.Si., Apt selaku pembimbing pertama dan Ibu
Sabrina, M. Farm., Apt selaku pembimbing kedua, yang selalu membimbing,
mendampingi dan memberi dukungan hingga selesainya skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. (hc). Dr. M.K Tadjuddin Sp. And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Drs. Umar Mansur, M. Sc., Apt selaku ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yuni Anggraeni, M. Farm., Apt selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan masukan dan kemudahan selama penelitian dan penulisan skripsi
ini.
5. Bapak Adnan (Almarum) dan Ibu Dzurriyatina (Almarhummah) selaku kedua
orang tua penulis.
6. Bapak H. Arsyad beserta keluarga besar penulis yang telah memberikan
motivasi dan dukungan sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini.

viii
7. Para Staf Administrasi Farmasi dan seluruh Laboran, Kak Rani, Kak
Ramadi, Kak lisna, Kak Liken, Kak Eris, dan Kak Tiwi yang telah banyak
membantu selama proses penelitian.
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan dukungan,
sehingga penulis bisa meyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat yang selalu ada (Widiya, Bela, Gian, Vivi, Agung, Arif,
Ulfa, Nisa, Fitri, Caca, Nida, Migi, Ota, Nadya) yang tak henti-hentinya
memberikan doa, semagat, serta masukan kepada penulis untuk kelancaran
skripsi.
10. Teman-teman Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2009 terima
kasih untuk kebersamaannya, dukungan, motivasi, semangat, serta doanya
selama ini.
11. Serta semua pihak yang yeng telah membantu penulis selama penyusunan
skripsi ini yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan, dan masih jauh dari kesempurnaan karena terbatasnya ilmu dan
kemampuan penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan ke masa mendatang.
Akhir kata dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan semoga
segala bantuan yang telah diberikan penulis akan mendapat balasan , rahmat dan
ridho dari Allah SWT, serta dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan para
pembaca umumnya, Amin
Wassalamu’alaikum Waromatullahi Wabarokatuh

Jakarta, Desember 2013

Penulis

ix
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah


Jakarta, saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Istiqomah

NIM : 109102000017

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/ karya ilmiah


saya, dengan judul:

PERBANDINGAN METODE EKSTRAKSI MASERASI DAN SOKLETASI


TERHADAP KADAR PIPERIN BUAH CABE JAWA (Piperis retrofracti
fructus)

Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Pada Tanggal : Desember 2013

Yang menyatakan,

(Istiqomah)

x
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................... ii


HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .................................................... v
ABSTRAK ................................................................................................ vi
ABSTRACT .............................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .............................................................................. viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR ............ x
DAFTAR ISI ............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL .................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xv

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1. Latar Belakang ........................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 4
1.3. Tujuan...................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penelitian................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 5


2.1 Uraian Tanaman Cabe Jawa ...................................................... 5
2.1.1 Klasifikasi Tanaman ....................................................... 5
2.1.2. Deskripsi......................................................................... 6
2.1.3. Habitat ............................................................................ 7
2.1.4. Keamanan ....................................................................... 7
2.2. Kandungan Kimia Buah Cabe Jawa ......................................... 7
2.3. Khasiat dari Buah Cabe Jawa ................................................... 7
2.4. Toksisitas dari Buah Cabe Jawa ............................................... 7
2.5. Simplisia ................................................................................... 8
2.5.1. Definisi Simplisia ........................................................... 8
2.5.2. Pengelolaan Simplisia .................................................... 8
2.5.3. Identitas Simplisia .......................................................... 11
2.6. Ekstrak dan Ekstraksi ............................................................... 11
2.6.1. Metode Ekstraksi ............................................................ 11
2.6.2. Proses Pembuatan Ekstrak ............................................ 15
2.6.3. Ekstrak ............................................................................ 16
2.7. Senyawa Piperin ....................................................................... 17
2.8. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri ........................ 17

xi
BAB 3 METODE PENELITIAN ............................................................. 20
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................ 20
3.2. Alat dan Bahan Penelitian...................................................... 20
3.2.1. Alat .............................................................................. 20
3.2.2. Bahan .......................................................................... 20
3.3. Prosedur Penelitian ................................................................ 20
3.3.1. Pengumpulan bahan ..................................................... 20
3.3.2. Determinasi Tanaman................................................... 20
3.3.3. Pembuatan Serbuk Simplisia ........................................ 21
3.3.4. Pembuatan Ekstrak ....................................................... 21
3.3.5. Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid ........................ 22
3.3.6. Pengujian Parameter Ekstrak........................................ 22
3.3.7. Pengukuran Kadar Piperin............................................ 23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................... 26


4.1. Hasil Determinasi Tanaman ................................................. 26
4.2. Hasil Parameter Tanaman. ................................................... 26
4.3. Hasil Ekstraksi ..................................................................... 26
4.3.1. Metode Ekstraksi Maserasi ........................................ 26
4.3.2. Metode Ekstraksi Sokletasi ........................................ 27
4.4. Hasil Pengujian Parameter Spesifik ..................................... 28
4.4.1. Hasil Identitas Ekstrak ............................................... 28
4.4.2. Hasil Organoleptik Ekstrak ........................................ 28
4.5. Hasil Rendemen ................................................................... 29
4.5.1. Metode Maserasi ........................................................ 29
4.5.2. Metode Sokletasi........................................................ 30
4.6. Hasil Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid ...................... 30
4.7. Hasil Kadar Air .................................................................... 31
4.8. Hasil Kadar Abu Total ......................................................... 32
4.9. Hasil Abu Tidak Larut Asam ............................................... 33
4.10. Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri .......... 34

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ..................................................... 39


5.1. Kesimpulan ............................................................................ 39
5.2. Saran ..................................................................................... 39

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40


LAMPIRAN ............................................................................................... 43

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Identitas Ekstrak ...................................................................... 28


Tabel 4.2. Organoleptik Ekstrak .............................................................. 29
Tabel 4.3. Hasil Rendemen Ekstrak Hasil Maserasi ................................ 29
Tabel 4.4. Hasil Rendemen Ekstrak Hasil Sokletasi ................................ 30
Tabel 4.5. Hasil Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid ......................... 31
Tabel 4.6. Hasil Kadar Air ....................................................................... 31
Tabel 4.7. Hasil Kadar Abu Total ............................................................ 32
Tabel 4.8. Hasil Kadar Abu Tidak Larut Asam ....................................... 33
Tabel 4.9. Hasil KLT Densitometri.......................................................... 35
Tabel 4.10. Luas Area Piperin.................................................................... 36
Tabel 4.11. Hasil Kadar Piperin Dalam Ekstrak ........................................ 37

xiii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Tanaman Cabe Jawa ............................................................... 5


Gambar 2.2. Strukur Piperin ....................................................................... 17
Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Piperin .......................................................... 36

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Determinasi ................................................................. 43


Lampiran 2. Certificate of Analysis (COA) Piperin ................................. 44
Lampiran 3. Spesifikasi Standar Piperin ................................................... 45
Lampiran 4. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian ............. 46
Lampiran 5. Alur Penelitian ..................................................................... 47
Lampiran 6. Cara Kerja Metode Ekstraksi Secara Maserasi..................... 48
Lampiran 7. Cara Kerja Metode Ekstraksi Secara Sokletasi .................... 49
Lampiran 8. Cara Kerja Metode KLT Densitometri ................................. 50
Lampiran 9. Organoleptik Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa ............ 52
Lampiran 10. Hasil Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid....................... 53
Lampiran 11. Perhitungan Nilai Rendemen ................................................ 54
Lampiran 12. Parameter Non Spesifik ........................................................ 55
Lampiran 13. Perhitungan Pengenceran Larutan Baku Standar Piperin ..... 57
Lampiran 14. Perhitngan Konfersi Standar Piperin Dari ppm ke ng .......... 59
Lampiran 15. Luas Area Standar Piperin .................................................... 61
Lampiran 16. Luas Area Ekstrak ................................................................ 64
Lampiran 17. Perhitungan Kadar Piperin.................................................... 65

xv
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Valh) merupakan tumbuhan
menahun, percabangan tidak teratur, tumbuh memanjat, melilit, atau melata
dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10m (BPOM, 2010). Buah dari
tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Valh) merupakan salah satu unggulan
Indonesia saat ini yang telah masuk sebagai salah satu komponen dalam suatu
formula fitofarmaka, yaitu obat bahan alam yang telah terbukti melalui uji
praklinik dan klinik dan telah disetujui oleh Badan POM (Irhamanhayati et al.,
2012).
Secara tradisional buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) digunakan
masyarakat secara turun temurun untuk mengobati sakit kembung, mulas, muntah,
merangsang nafsu makan, mengobati encok, demam, sakit kepala, sakit gigi,
batuk, saluran pernafasan, bronchitis, asma, peluruh keringat (diaforetik),
mengeluarkan angin (karminatif) dan sering kali dicampur dalam ramuan untuk
meningkatkan stamina pria (Irhamahayati et al., 2012; Joy et al., 2010).
Buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) mengandung piperin, kavisin
(isomer piperin), piperidin, piperitin, piperanin, piperilin, asarinin, pellitorin,
isobutildeka-trans-2-trans-4-dienamida; saponin, polifenol, minyak atsiri
(piperonal, eugenol, kariofelen, bisabolen, pentadekana), asam palmitat, asam
tetrahidropiperat, 1-undesilenil-3, 4-metilendioksibenzena, dan sesamin (BPOM
RI, 2010; Mun’im, 2011). Senyawa identitas yang terkandung dalam buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus) adalah senyawa piperin (Farmakope Herbal,
2009).
Senyawa piperin adalah senyawa golongan alkaloid sering digunakan
dalam pengobatan. Senyawa piperin (C17H19NO3) merupakan basa tidak optis
aktif, terbentuk kristal berwarna kuning, sedikit larut dalam air, larut dalam
alkohol, benzen, eter. Piperin bila dikecap mula-mula tidak berasa, lama-lama
terasa tajam mengigit, apabila piperin terhidrolisis akan terurai menjadi piperidin

1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


2

dan asam piperat. Mempunyai berat molekul 285,3377, titik lebur 128-1320C, titik
didih 498,5240C, kelarutan air 40 mg/L (180C) (cas.ChemNet.com).
Dari beberapa hasil penelitian telah dilaporkan bahwa piperin mempunyai
aktivitas sebagai penurunkan demam dengan daya antipiretiknya, mengurangi rasa
sakit, antioksidan dan mengurangi peradangan. Senyawa ini mempunyai aktivitas
farmakologi yang telah teruji secara invivo (pada tikus) yaitu mempunyai aktivitas
terhadap penyakit tukak lambung, antitumor, dan berfungsi sebagai
imunomodulator (Joy et al., 2010; Manoj et al., 2004).
Mengingat besarnya potensi piperin, maka perlu dilakukan penelitian
tentang metode ekstraksi yang paling tepat untuk mendapatkan kadar piperin yang
tertinggi. Penelitian ini membandingkan metode ekstraksi maserasi dengan
metode ekstraksi sokletasi terhadap kandungan piperin dalam ekstrak etanol 95%
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus). Metode ekstraksi yang terbaik yaitu
metode yang mampu menghasilkan ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) dengan kadar piperin yang tetinggi. Buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang digunakan pada penelitian ini adalah buah yang telah
matang (berwarna merah). Bedasarkan literatur Farmakope Herbal (2009) pelarut
yang digunakan untuk ekstraksi buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yaitu
etanol 95%. Etanol 95% memiliki kemampuan menyari dengan polaritas yang
lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan polar (Saifudin et al., 2011).
Metode ekstraksi maserasi ialah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur ruangan kamar. Sedangkan metode ekstraksi sokletasi ialah ekstraksi
mengunakan pelarut yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat
khusus sehingga terjadi ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik (Depkes RI, 2000).
Alasan pemilihan metode ekstrasi maserasi dan sokletasi karena
mempunyai banyak keuntungan dibandingkan dengan metode ekstraksi lainnya.
Keuntungan utama metode ekstraksi maserasi yaitu, prosedur dan peralatan yang
digunakan sederhana, metode eskraksi maserasi tidak dipanaskan sehingga bahan
alam tidak menjadi terurai. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak senyawa
terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki kelarutan terbatas dalam

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


3

pelarut esktraksi pada suhu kamar. Sedangkan metode ekstraksi cara panas
(sokletasi) merupakan metode esktraksi terbaik untuk memperoleh hasil esktrak
yang banyak dan juga pelarut yang digunakan lebih sedikit (efisiensi bahan)
waktu yang digunakan lebih cepat, sampel yang diekstraksi secara sempurna
karena dilakukan berulang-ulang. Selain itu karena aktivitas biologis tidak hilang
saat dipanaskan teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat (Heinrich,
2004).
Penentuan kadar piperin menggunakan alat TLC-Scanner dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri. Pemilihan metode ini karena
memiliki kepekaan dan ketelitian yang tinggi sehingga dimanfaatkan untuk tujuan
analisis kualitatif dan kuantitatif senyawa dalam campuran dengan waktu yang
singkat, relatif sederhana, dan murah serta mudah dilaksanakan dan dapat
dilaksanakan pada kadar kecil. Kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometer yaitu
alat untuk pengukur kuantitatif secara langsung pada lempeng kromatografi lapis
tipis (KLT). Densitometri merupakan metode analisis instrumental yang
didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit yang merupakan
bercak kromatografi lapis tipis (KLT) (Farmakope Herbal, 2009).
Metode densitometri dimaksudkan untuk analisis kuantitatif analit dengan
kadar kecil, yang sebelumnya dilakukan pemisahan dengan kromatografi lapis
tipis (KLT). Densitometer terdiri dari alat mekanik yang menggerakan lempeng
atau suatu alat pengukur sepanjang sumbu x dan sumbu y, perekam integrator atau
komputer yang sesuai, dan untuk zat yang memberikan respon pada UV-Vis,
fotometer dengan sumber cahaya, alat optik yang mampu menghasilkan cahaya
monokromatis dan foto sel dengan sensitifitas yang sesuai, digunakan untuk
mengukur pantulan (Farmakope Herbal, 2009).
Bedasarkan literatur Farmakope Herbal (2009) fase gerak yang digunakan
pada penelitian ini yaitu pelarut diklorometan, Sedangkan fase diam yaitu
lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel 60 GF254. Diklorometan
merupakan pelarut yang bersifat non polar sehingga dapat memisahkan alkaloid,
yang bersifat semipolar dengan senyawa lain, di dalam ekstrak buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


4

1.2. Rumusan Masalah


Apakah metode ekstraksi maserasi dan sokletasi akan menghasilkan
ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan kadar
piperin yang berbeda?.
1.3. Tujuan
Untuk membandingkan metode ekstraksi maserasi dan sokletasi terhadap
kadar piperin tertinggi dari hasil ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus).

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangsih dalam
pengembangan obat berbasis herbal dengan bahan baku ekstrak etanol 95% buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) sebagai pengobatan.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Uraian Tanaman Cabe Jawa (Piper retrofractum Vahl)

Gambar 2.1. Tanaman Cabe Jawa


Koleksi Foto, Bogor (04-05-2013, 12.18)

2.1.1. Klasifikasi Tanaman


Berdasarkan ilmu taksonomi, klasifikasi tanaman cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl) adalah sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Magnoliopsida/ Dicotyledonae
Ordo : Piperales
Famili/ Suku : Piperaceae
Genus/ Marga : Piper
Species : Piper retrofractum Vahl
Nama Umum : Cabe Jawa (Hutapea, 1994).
Sinonim : P. officinarum (Miq.) DC., P.chaba Hunter., Chavica
officinarum Miq., C. maritima Miq., C. retrofracta (Vahl.)
Miq.

5 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


6

Nama Daerah : Sumatera: Lada panjang, cabai jawa, cabai panjang; Jawa:
Cabean, cabe alas, cabe areuy, cabe jawa, cabe sula;
Madura: Cabhi jhamo, cabe ongghu, cabe solah; Sulawesi:
Cabia (Makassar).
Nama Asing : Inggris: Javanese long pepper, Perancis: Poivre long de
java (BPOM RI, 2010).

2.1.2. Deskripsi (BPOM RI, 2010)


1. Tanaman
Tanaman cabe jawa (Piper retrofractum Vahl) merupakan
tumbuhan menahun, percabangan tidak teratur, tumbuh memanjat, melilit,
atau melata dengan akar lekatnya, panjangnya dapat mencapai 10m.
Percabangan dimulai dari pangkalnya yang keras dan menyerupai kayu.
Daun tunggal, bertangkai, bentuk bulat telur sampai lonjong, pangkal
seperti jantung atau membulat, ujung agak runcing atau meruncing, tepi
rata, pertulangan menyirip, permukaan atas licin, permukaan bawah
berbintik-bintik, helaian daun seperti daging, warna hijau, panjang 8,5-
30cm, lebar 3-13cm, tangkai daun 0,5-3cm.
Bunga berkelamin tunggal, tersusun dalam bulir yang tumbuh
tegak atau sedikit merunduk; ibu tangkai bunga 0,5-2cm; daun pelindung
bentuk bulat telur sampai elips, 1-2mm, berwarna kuning selama
perkembangan bunga; bulir betina 1,5-3cm; kepala putik 2-3cm, pendek,
tumpul. Buah majemuk, termasuk tipe buah batu, keras, berlekatan atau
bergerombol teratur dan menempel pada ibu tangkai buah, bentuk bulat
panjang sampai silindris dengan bagian ujung menyempit, warna buah
merah cerah; biji diameter 2-3 mm2.
2. Simplisia
Buah majemuk berupa bulir, bentuk bulat panjang sampai silindris,
bagian ujung agak mengecil, permukaan tidak rata, bertonjolan teratur,
panjang 2-7cm, garis tengah 4-8mm, bertangkai panjang, berwarna hijau
coklat kehitaman atau hitam, keras. Biji bulat pipih, keras, coklat
kehitaman. Bau khas, aromatis, rasa pedas.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


7

2.1.3. Habitat (BPOM RI, 2010)

Cabe jawa merupakan tumbuhan asli Indonesia, ditanam di pekarangan,


ladang, atau tumbuh liar ditempat-tempat yang tanahnya tidak lembab dan
berpasir seperti didekat pantai atau di hutan sampai ketinggian 600m. Tempat
tumbuh tanaman merambat pada tembok, pagar, pohon lain, atau rambatan yang
yang dibuat khusus. Cocok ditanam di tanah yang tidak lembab dan porus (banyak
mengandung pasir). Perbanyakan tanaman dilakukan dengan stek batang yang
sudah cukup tua atau melalui biji.

2.1.4. Keamanan (Mun’im, 2011)


Penggunaan simplisia relatif cukup aman, tetapi sebaiknya tidak
digunakan selama masa kehamilan dan menyusui.

2.2. Kandungan Kimia Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)


(BPOM RI, 2010; Mun’im, 2011)
Piperin, kavisin (isomer piperin), piperidin, piperitin, piperanin, piperilin,
asarinin, pellitorin, isobutildeka-trans-2-trans-4-dienamida, saponin, polifenol,
minyak atsiri (piperonal, eugenol, kariofelen, bisabolen, pentadekana), asam
palmitat, asam tetrahidropiperat, 1-undesilenil-3, 4-metilendioksibenzena, dan
sesamin.

2.3. Khasiat dari Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) (Depkes RI,
1985; Mun’im, 2011)
Buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) berkhasiat sebagai penurun
panas, peluruh air seni, peluruh keringat, pereda kejang, dan mengatasi gangguan
pencernaan. Efek farmakologi yaitu mempunyai banyak aktivitas antara lain
kardiovaskuler, antiamuba (Entamoeba histolytica), antimikroba (beberapa bakteri
patogen seperti S.thypi, E.coli, P.aeruginosa), antiulser, antidiabetes, analgesik
(induksi asam asetat), antiinflamasi (induksi Karagenan), efek terhadap saluran
pernafasan dan preventif terhadap hati.

2.4. Toksisitas dari Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) (BPOM,
2010)
Termasuk kataori toksisitas sedang. Uji toksisitas akut ekstrak etanol cabe
jawa yang diberikan secara oral pada mencit menunjukan LD50 sebesar 3,32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


8

mg/10g mencit. Sedangkan hasil uji subkronik yang dilakukan selama 90 hari
dengan dosis ekstrak etanol cabe jawa 1,25; 3,75 dan 12,5 mg/200 gBB tikus,
menunjukan tidak menimbulkan kerusakan pada organ penting.

2.5. Simplisia
2.5.1. Definisi Simplisia (Gunawan, 2004; Depkes RI, 2000)
Simplisia adalah bahan alami yang digunakan untuk obat dan belum
mengalami perubahan proses apapun, dan kecuali dinyatakan lain umumnya
berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia tumbuhan obat merupakan bahan
baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau produk.
Berdasarkan hal tersebut maka simplisia dibagi menjadi tiga golongan yaitu
simplisia nabati, simplisia hewani, dan simplisia pelikan/ mineral.
1. Simplisia Nabati
Simplisia nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh, bagian tanaman
dan eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu
atau zat yang dipisahkan dari tanaman dengan cara tertentu yang masih belum
berupa zat kimia murni.
2. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia hewan utuh, bagian hewan, atau
belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia Mineral
Simplisia mineral adalah simplisia berasal dari bumi, baik telah diolah
atau belum, tidak berupa zat kimia murni.

2.5.2. Pengelolaan Simplisia (Depkes RI, 1985; Depkes RI, 2000)


Proses awal pembuatan ekstrak adalah tahapan pembuatan serbuk
simplisia kering (penyerbukan). Dari simplisia dibuat serbuk simplisia dengan
perakatan tertentu sampai derajat kehalusan tertentu. Proses ini dapat
mempengaruhi mutu ekstrak dengan dasar beberapa hal yaitu makin halus serbuk
simplisia proses ekstraksi makin efektif, efisien namun makin halus serbuk maka
makin rumit secara teknologi peralatan untuk tahap filtrasi. Selama penggunaan
peralatan penyerbukan dimana ada gerakan dan interaksi dengan benda keras
(logam, dll) maka akan timbul panas (kalori) yang dapat berpengaruh pada

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


9

senyawa kandungan. Namun hal ini dapat dikompensasi dengan penggunaan


nitrogen cair
Untuk menghasilkan simplisia yang bermutu dan terhindar dari cemaran
industri obat tradisional dalam menggelola simplisia sebagai bahan baku pada
umumnya melakukan tahapan kegiatan berikut ini:
a. Sortasi Basah
Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-
bahan asing lainnya dari bahan simplisia. Misalnya simplisia yang dibuat dari
akar suatu tanaman obat, bahan-bahan asing seperti tanah, kerikil, rumput,
batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotoran lainnya harus dibuang.
Tanah yang menggandung bermacam-macam mikroba dalam jumlah yang
tinggi. Oleh karena itu pembersihan simplisia dari tanah yang terikut dapat
mengurangi jumlah mikroba awal.
b. Pencucian
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya
yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air bersih,
misalnya air dari mata air, air sumur dari PAM. Bahan simplisia yang
mengandung zat yang mudah larut dalam air yang mengalir, pencucian
hendaknya dilakukan dalam waktu yang sesingkat mungkin.
c. Perajangan
Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami perajangan bahan
simplisia dilakukan untuk memperoleh proses pengeringan, pengepakan, dan
penggilingan. Semakin tipis bahan yang akan dikeringkan maka semakin cepat
penguapan air, sehingga mempercepat waktu pengeringan. Akan tetapi irisan
yang terlalu tipis juga dapat menyebabkan berkurangnya/ hilangnya zat
berkhasiat yang mudah menguap, sehingga mempengaruhi komposisi, bau, dan
rasa yang diinginkan.
d. Pengeringan
Tujuannya yaitu untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak,
sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dengan mengurangi
kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan dicegah penurunanan mutu
atau perusakan simplisia. Air yang masih tersisa dalam simplisia pada kadar

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


10

tertentu dapat merupakan media pertumbuhan kapang dan jasad renik lainnya.
Proses pengeringan sudah dapat menghentikan proses enzimatik dalam sel bila
kadar airnya dapat mencapai kurang dari 10%. Hal-hal yang perlu diperhatikan
selama proses pengeringan adalah suhu pengeringan, kelembaban udara, aliran
udara, waktu pengeringan, dan luas permukaan bahan.
Suhu yang terbaik pada pengeringan adalah tidak melebihi 600C, tetapi
bahan aktif yang tidak tahan pemanasan atau mudah menguap harus
dikeringkan pada suhu serendah mungkin, misalnya 300C sampai 450C.
Terdapat dua cara pengeringan yaitu pengeringan alamiah (dengan sinar
matahari langsung atau dengan diangin-anginkan) dan pengeringan buatan
(menggunakan instrumen).
e. Sortasi Kering
Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap akhir
pembuatan simplisia. Tujuan sortasi adalah untuk memisahkan benda-benda
asing seperti bagian-bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotoran-
pengotoran lainnya yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering. Pada
simplisia bentuk rimpang, sering jumlah akar yang melekat pada rimpang
terlalu besar dan harus dibuang. Demikian pula adanya partikel-partikel pasir,
besi, dan benda-benda tanah lain yang tertinggal harus dibuang sebelum
simplisia di bungkus.
f. Penyimpanan
Setelah tahap pengeringan dan sortasi kering selesai maka simplisia
perlu ditempatkan dalam suatu wadah tersendiri agar tidak saling bercampur
antara simplisia satu dengan yang lainnya. Selanjutnya, wadah-wadah yang
berisi simplisia disimpan dalam rak pada gudang penyimpanan. Adapun faktor-
faktor yang mempengaruhi pengepakan dan penyimpanan simplisia adalah
cahaya, oksigen, atau sirkulasi udara, reaksi kimia yang terjadi antara
kandungan aktif tanaman dengan wadah, penyerapan air, kemungkinan
terjadinya proses dehidrasi, pengotoraan atau pencemaran, baik yang
diakibatkan oleh serangga, kapang atau lainnya.
Untuk persyaratan wadah yang akan digunakan sebagai pembungkus
simplisia adalah harus inert, artinya tidak mudah bereaksi dengan bahan lain,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


11

tidak beracun, mampu melindungi bahan simplisia dari cemaran mikroba,


kotoran, serangga, penguapan kandungan aktif serta dari pengaruh cahaya,
oksigen, dan uap air.

2.5.3. Identitas Simplisia Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)


(Farmakope Herbal, 2009).
Pemerian yaitu berupa bulir, warna kelabu sampai coklat kelabu atau
berwarna hitam kelabu sampai hitam, bau khas, rasa pedas. Bentuk bulat sampai
slindris bagian ujung agak mengecil panjang 2-7cm, garis tengah 4-8mm,
bergagang panjang atau tanpa gagang, permukaan luar tidak rata, bertonjolan
teratur.

2.6. Ekstrak dan Ekstraksi


2.6.1. Metode Ekstraksi
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut:
A. Cara dingin
Ekstraksi cara dingin memiliki keuntungan dalam proses ekstraksi
total, yaitu memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan pada senyawa
termolabil yang terdapat pada sampel. Sebagian besar senyawa dapat
terekstraksi dengan ekstraksi cara dingin, walaupun ada beberapa senyawa
yang memiliki keterbatasan kelarutan terhadap pelarut pada suhu ruangan.
Terdapat sejumlah metode ekstraksi, yang paling sederhana adalah
ekstraksi dingin (dalam labu besar berisi biomasa yang diagitasi
menggunakan stirer), dengan cara ini bahan kering hasil gilingan
diekstraksi pada suhu kamar secara berturut-turut dengan pelarut yang
kepolarannya makin tinggi. Keuntungan cara ini merupakan metode
ekstraksi yang mudah karena ekstrak tidak dipanaskan sehingga
kemungkinan kecil bahan alam menjadi terurai.
Penggunaan pelarut dengan peningkatan kepolaran bahan alam
secara berurutan memungkinkan pemisahan bahan-bahan alam bedasarkan
kelarutannya (dan polaritasnya) dalam pelarut ekstraksi. Hal ini sangat
mempermudah proses isolasi. Ekstraksi dingin memungkinkan banyak
senyawa terekstraksi, meskipun beberapa senyawa memiliki pelarut
ekstraksi pada suhu kamar (Heinrich et al., 2004)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


12

1. Maserasi
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur ruangan (kamar). Maserasi bertujuan
untuk menarik zat-zat berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang
tidak tahan pemanasan. Secara teknologi maserasi termasuk ekstraksi
dengan prinsip metode pencapaian konsentrasi pada keseimbangan.
Maserasi dilakukan dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan
pada temperatur ruangan atau kamar (Depkes RI, 2000).
Maserasi berasal dari bahasa latin Macerace berarti mengairi
dan melunakan. Maserasi merupakan cara ekstraksi yang paling
sederhana. Dasar dari maserasi adalah melarutnya bahan kandungan
simplisia dari sel yang rusak, yang terbentuk pada saat penghalusan,
ekstraksi (difusi) bahan kandungan dari sel yang masih utuh. Setelah
selesai waktu maserasi, artinya keseimbangan antara bahan yang
diekstraksi pada bagian dalam sel dengan masuk kedalam cairan, telah
tercapai maka proses difusi segera berakhir. Selama maserasi atau
proses perendaman dilakukan pengocokan berulang-ulang. Upaya ini
menjamin keseimbangan konsentrasi bahan ekstraksi yang lebih cepat
didalam cairan. Sedangkan keadaan diam selama maserasi
menyebabkan turunannya perpindahan bahan aktif. Secara teoritis pada
suatu maserasi tidak memungkinkan terjadinya ekstraksi absolut.
Semakin besar perbandingan simplisia terhadap cairan pengekstraksi,
akan semakin banyak hasil yang diperoleh (Voigh, 1994).
Kerugiannya adalah pengerjaanya lama dan penyarian kurang
sempurna. Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti
dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan
penyaringan maserat pertama, dan seterusnya (Depkes RI, 2000;
Depkes RI, 1995).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


13

2. Perkolasi (Depkes RI, 2000)


Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru dan
sempurna (Exhaustiva extraction) yang umumnya dilakukan pada
temperatur ruangan. Prinsip perkolasi adalah dengan menempatkan
serbuk simplisia pada suatu bejana silinder, yang bagian bawahnya
diberi sekat berpori. Proses terdiri dari tahap pengembangan bahan,
tahap maserasi antara, tahap perkolasi sebenarnya (penetesan/
penampungan ekstrak), terus menerus sampai diperoleh ekstrak
(perkolat) yang jumlahnya 1-5 kali bahan.

B. Cara panas (Depkes RI, 2000)


1. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik
didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas yang relatif
konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya dilakukan
penggulangan proses pada residu pertama sampai 3-5 kali sehingga
dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
2. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu
baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan
adanya pendingin balik. Biomasa ditempatkan dalam dalam wadah
soklet yang dibuat dengan kertas saring, melalui alat ini pelarut akan
terus direfluks. Alat soklet akan mengkosongkan isinya kedalam labu
dasar bulat setelah pelarut mencapai kadar tertentu. Setelah pelarut
segar melawati alat ini melalui pendingin refluks, ekstraksi berlangsung
sangat efisien dan senyawa dari biomasa secara efektif ditarik kedalam
pelarut karena konsentrasi awalnya rendah dalam pelarut.
3. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu)
pada temperatur ruangan (kamar), yaitu secara umum dilakukan pada
temperatur 40-500C.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


14

4. Infus
Adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur
terukur 96-980C selama waktu tertentu (15-20 menit).
5. Dekok
Dekok adalah infus pada waktu yang lebih lama (suhu lebih dari
300C) dan temperatur sampai titik didih air.

Destilasi Uap (Depkes RI, 2000)


Destilasi uap adalah ekstraksi senyawa kandungan menguap (minyak
atsiri) dari bahan (segar atau simplisia) dengan uap air bedasarkan peristiwa
tekanan parsial senyawa kandungan menguap dengan fase uap air dari ketel secara
kontinu sampai sempurna diakhiri dengan kondensasi fase uap campuran
(senyawa kandungan menguap ikut tersdestilasi) menjadi destilat air bersama
senyawa kandungan yang memisah sempurna atau memisah sebagian.
Destilasi uap, bahan simplisia benar-benar tidak tercelup ke air yang
mendidih, namun dilewati uap air sehingga senyawa kandungan menguap ikut
terdestilasi. Destilasi uap dan air, bahan (simplisia) bercampur sempurna atau
sebagian dengan air mendidih, senyawa kandungan menguap tetap kontinu ikut
terdestilasi.

Cara Ekstraksi Lainnya (Depkes RI, 2000)


a. Ekstraksi Berkesinambungan
Proses ekstraksi yang dilakukan berulangkali dengan pelarut yang
berbeda atau resirkulasi cairan pelarut dan prosesnya tersusun berturutan
beberapa kali. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi (jumlah
pelarut) dan dirancang untuk bahan dalam jumlah besar yang terbagi dalam
beberapa bejana ekstraksi.
b. Superkritikal Karbondioksida
Penggunaan prinsip superkritik untuk ekstraksi serbuk simplisia dan
umumnya digunakan gas karbondioksida. Dengan variabel tekanan dan
temperatur akan diperoleh spesifikasi kondisi polaritas tertentu yang sesuai
untuk melarutkan golongan senyawa kandungan tertentu. Penghilangan cairan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


15

pelarut dengan mudah dilakukan karena karbondioksida menguap dengan


mudah, sehingga hampir langsung diperoleh ekstrak.
c. Ekstraksi Ultrasonik
Getaran ultrasonik (>20.000 Hz) memberikan efek pada proses ekstrak
dengan prinsip meningkatkan permiabilitas dinding sel, menimbulkan gelebung
spontan (Cavitation) sebagai stres dinamis serta menimbulkan fraksi interfase.
Hasil ekstraksi tergantung pada frekuensi getaran, kapasitas alat dan lama
proses ultrasonikasi.
d. Ekstraksi Energi Listrik
Energi listrik digunakan dalam bentuk medan listrik, medan magnet
serta “Electric-discharges” yang dapat mempercepat proses dan meningkatkan
hasil dengan prinsip menimbulkan gelembung spontan dan menyebarkan
gelombang tekanan berkecepatan ultrasonik.

2.6.2. Proses Pembuatan Ekstrak


Pembuatan ekstrak melalui tahap-tahap sebagai berikut :
a. Pembasahan (Depkes RI, 1986; Depkes RI, 2000).
Pembasahan serbuk dilakukan pada penyarian, dimaksudkan
memberikan kesempatan sebesar-besarnya kepada cairan penyari memasuki
pori-pori dalam simplisia sehingga mempermudah penyarian selanjutnya.
b. Penyari/ Pelarut (Depkes RI, 1986; Depkes RI, 2000)
Cairan penyari yang digunakan dalam proses pembuatan ekstrak adalah
penyari yang baik untuk senyawa kandungan yang berkhasiat atau aktif.
Penyari tersebut dapat dipisahkan dari bahan dan dari senyawa kandungan
lainnya. Faktor utama yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan cairan
penyari adalah selektifitas, ekonomis, kemudahan bekerja, ramah lingkunguan
dan aman.
Dalam hal keamanan untuk manusia atau hewan coba, cairan pelarut
harus memenuhi syarat kefarmasian atau dalam perdagangan dikenal dengan
kelompok spesifikasi “Pharmaceutical grade”. Sampai saat ini berlaku aturan
bahwa pelarut yang diperbolehkan adalah air, alkohol (etanol) atau campuran
(air dan alkohol).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


16

c. Pemisahan dan Pemurnian (Depkes RI, 2000)


Tujuannya adalah untuk menghilangkan (memisahkan) senyawa yang
tidak dikehendaki semaksimal mungkin tanpa pengaruh pada senyawa
kandungan yang dikehendaki, sehingga diperoleh ekstrak yang lebih murni.
Proses-proses pada tahap ini adalah pengendapan, pemisahan dua cairan tak
bercampur, sentrifugasi, dekantasi, filtrasi, serta proses absorpsi dan penukar
ion.
d. Pemekatan/ Penguapan (Depkes RI, 2000)
Pemekatan berarti peningkatan jumlah partikel solut (senyawa terlarut)
dengan cara penguapan pelarut tanpa sampai menjadi kering tetapi ekstrak
hanya menjadi kental/ pekat.
2.6.3. Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi zat
aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang
sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau
serbuk yang terisi diperlakukan sedemikian sehingga memenuhi baku yang telah
ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Ekstrak dikelompokan atas dasar sifatnya, yaitu (Voight, 1995):
a. Ekstrak encer adalah sediaan yang memiliki konsistensi semacam madu dan
dapat dituang.
b. Ekstrak kental adalah sediaan yang dilihat dalam keadaan dingin dan tidak
dapat dituang. Kandungan airnya berjumlah sampai 30%. Tingginya
kandungan air menyebabkan ketidakstabilan sediaan obat karena cemaran
bakteri.
c. Ekstrak kering adalah sediaan yang memiliki konsistensi kering dan mudah
dituang, sebaiknya memiliki kandungan lembab tidak lebih dari 5%.
d. Ekstrak cair, ekstrak yang dibuat sedemikiannya sehingga 1 bagian simplisia
sesuai dengan 2 bagian ekstrak cair.
Proses ekstraksi dapat melalui tahap menjadi: pembuatan serbuk,
pembasahan, penyarian, dan pemekatan. Sistem pelarut yang digunakan dalam
ekstraksi harus dipilih bedasarkan kemampuannya dalam melarutkan jumlah yang

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


17

maksimum dari zat aktif dan yang seminimum mungkin bagi unsur yang tidak
diinginkan (Depkes RI, 2000).

2.7. Senyawa Piperin

Gambar 2.2. Stuktur Piperin [Kumoro, 2009]

Senyawa piperin adalah senyawa kimia golongan alkaloid, sedikit larut


dalam air. Bila dikecap mula-mula tidak berasa, lama-lama terasa tajam mengigit,
apabila piperin terhidrolisis akan terurai menjadi piperidin dan asam piperat.
Mempunyai berat molekul 285,3377, titik lebur 1280C-1320C, titik didih
498,5240C, kelarutan air 40 mg/L (180C) (cas.ChemNet.com). Kelarutan piperin
yaitu larut dalam pelarut organik pada pelarut etanol, petroleum eter, kloroform,
metanol. Piperin tidak larut dalam air (Kolhe et al., 2011).
Piperin mempunyai aktivitas dapat menurunkan demam dengan daya
antipiretiknya, mengurangi rasa sakit, antioksidan dan mengurangi peradangan.
Senyawa ini mempunyai aktivitas farmakologi yang telah teruji secara invivo
(pada tikus) yaitu mempunyai aktivitas penyakit tukak lambung, antitumor, dan
berfungsi sebagai imunomodulator (Joy et al., 2010; Manoj et al., 2004).
2.8. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri
Kromatografi didefinisikan sebagai prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis dalam sistem yang terdiri dari dua fase,
salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dengan arah tertentu
dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas disebabkan adanya
perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap, ukuran molekul atau
kerapatan muatan ion. Dengan demikian masing-masing zat dapat diidentifikasi
atau ditetapkan dengan metode analitik (Farmakope Herbal, 2009).
Teknik kromatografi umum membutuhkan zat terlarut terdistribusi
diantara dua fase, satu diantaranya diam (fase diam), yang lainnya bergerak (fase
gerak). Fase gerak membawa zat terlarut melalui media, hingga terpisah dari zat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


18

terlarut lainnya, yang tereluasi lebih awal atau lebih akhir. Umumnya zat terlarut
dibawa melewati media pemisah oleh aliran suatu pelarut berbentuk cairan atau
gas yang disebut eluen (Farmakope Herbal, 2009).
Pada hakikatnya kromatografi lapis tipis (KLT) melibatkan sifat fase diam
dan sifat fase gerak. Fase diam dapat berupa serbuk halus dan dapat bertindak
sebagai sel penjerap, seperti halnya alumina yang diaktifkan, silika gel, dan resin
penukar ion, atau bertindak melarutkan zat terlarut sehingga terjadi partisi antara
fase diam dan fase gerak. Dalam proses terakhir ini suatu lapisan cairan pada
suatu penyangga yang inert berfungsi sebagai fase diam (Farmakope Herbal,
2009).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu metode yang paling
banyak digunakan dan paling mudah untuk memurnikan sejumlah kecil
komponen. Metode ini menggunakan lempeng kaca atau aluminium yang telah
dilapisi dengan penyerap (misalnya silika gel) dengan ketebalan tertentu
tergantung pada jumlah bahan yang akan dimuat ke dalam lempeng analisis
biasanya memiliki ketebalan 0,2 mm; lempeng preparatif dapat memiliki
ketebalan hingga 1-2 cm (Heinrich et al., 2004).
Kromatografi lapis tipis (KLT) merupakan salah satu tipe kromatografi
partisi dengan menggunakan sebuah lapis silika atau alumina yang seragam pada
sebuah lempeng gelas atau logam. Silika gel merupakan fase diam untuk
kromatografi lapis tipis (KLT) seringkali juga mengandung substansi yang mana
dapat berpendar dalam sinar ultraviolet. Pada kromatografi lapis tipis (KLT), zat
penjerap merupakan lapisan tipis serbuk halus yang dilapiskan pada lempeng
kaca, plastik, atau logam secara merata, umumnya digunakan lempeng kaca.
Lempeng yang dilapisi dapat dianggap sebagai kolom kromatogarafi terbuka dan
pemisahan yang tercapai dapat didasarkan pada absorpsi, partisi, atau kombinasi
kedua efek, yang tergantung dari jenis lempeng, cara pembuatan, dan jenis pelarut
yang digunakan (Farmakope Herbal, 2009).
Lempeng lapis-penjerap sering menggunakan indikator flouresensi (F254),
sehingga bahan alam yang mengabsorpsi sinar UV pendek (254nm) akan tampak
sebagai bercak hitam pada latar hijau,pada sinar UV gelombang panjang, senyawa
tertentu dapat menampakkan flouresensi biru atau kuning terang. Baik sifat

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


19

absorbansi UV maupun flouresensi dapat digunakan untuk memantau pemisahan


senyawa pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) (Heinrich et al., 2004).
Kromatografi lapis tipis (KLT) dengan penjerap penukar ion dapat
digunakan untuk pemisahan senyawa polar. Harga Rf yang diperoleh pada
kromatografi lapis tipis (KLT), tidak tetap jika dibandingkan dengan yang
diperoleh pada kromatografi kertas. Karena itu lempeng yang sama disamping
kromatogram dari zat yang diperiksa perlu dibuat kromatogram dari zat
pembanding kimia, lebih baik dengan kadar yang berbeda-beda. Perkiraan
identifikasi diperoleh dengan pengamatan 2 bercak dengan harga Rf dan ukuran
yang lebih kurang sama. Ukuran dan intensitas bercak dapat digunakan untuk
memperkirakan kadar. Penetapan kadar yang lebih teliti dapat dilakukan dengan
cara densitometri atau dengan mengambil bercak dengan hati-hati dari lempeng,
kemudian disari dengan pelarut yang cocok dan ditetapkan dengan cara
spektrofotometri (Prawirosujanto, 1977).
Kromatografi lapis tipis (KLT) densitometri yaitu alat untuk pengukur
kuantitatif secara langsung pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT).
Keuntungan penggunaan kromatografi lapis tipis (KLT) adalah mampu
memisahkan beberapa sampel secara bersamaan. Densitometri metode analisis
instrumental yang didasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan analit
yang merupakan bercak kromatografi lapis tipis (KLT). Pada kondisi dimana
fluoresensi diukur, diperlukan filter yang sesuai untuk mencegah cahaya yang
digunakan untuk eksitasi mencapai foto sel dengan membiarkan emisi yang
spesifik dapat lewat (Farmakope Herbal, 2009).
Penetapan kadar Marker yang memenuhi kriteria spesivitas setidaknya
digunakan densitometer. Densitometer adalah instrumen kuantitatif standar untuk
penetapan kadar Marker. Dengan sistem ini senyawa target akan berupa bercak
tunggal yang terpisah dari senyawa-senyawa lain dari dalam ekstrak sehingga
aspek spesivitas terpenuhi (Saifudin, 2011).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian berlangsung di Laboratorium Penelitian 1, Laboratorium
Penelitian 2, Laboratorium Farmakognosi dan Penapisan Fitokimia, Laboratorium
Kimia Obat di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Pada bulan April-November 2013.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


3.2.1. Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian antara lain perangkat alat
kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometer (CAMAG TLC-Scanner 4),
perangkat sokletasi, rotary evaporator (Eyela), oven (Memmert), timbangan
analitik, penangas air, mikropipet (Eppendorf Research Plus), krus silikat, tang
krus, ayakan mesh 60, bejana kromatografi, lempeng kromatografi lapis tipis
(KLT) silika gel 60 GF254, kertas saring, kertas saring bebas abu (Whatman No.3),
kapas, kain kassa, erlenmeyer, gelas beker 50 mL, gelas beker 100 mL, gelas ukur
5 mL, gelas ukur 10 mL, gelas ukur 50 mL, gelas ukur 100 mL, labu ukur 5 mL,
labu ukur 10 mL, labu ukur 20 mL, labu ukur 50 mL, corong, cawan porselen,
tabung reaksi, rak tabung reaksi, batang pengaduk, pinset, spatula, pipet tetes.

3.2.2. Bahan
Simplisia buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus), Standar Piperin
(Sigma-Aldrich), pelarut Etanol 95 % P, pelarut Etanol p.a, pelarut Diklorometan
P, pereaksi Mayer, pereaksi Dragendorff, H2SO4 0,1N

3.3. Prosedur Penelitian


3.3.1. Pengumpulan Bahan
Bahan buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) diperoleh dari
BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), Bogor, Jawa Barat.

3.3.2. Determinasi Tanaman


Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) diidentifikasi di Herbarium
Bogoriensis, LIPI Pusat Biologi, Bidang Botani, Cibinong, Bogor.

20 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


21

3.3.3. Pembuatan Serbuk Simplisia


Serbuk simplisia buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dibuat dari
simplisia utuh yang sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan
cara diblender tanpa menyebabkan kerusakan atau kehilangan kandungan kimia
yang dibutuhkan dan diayak dengan mengunakan ayakan mesh 40.

3.3.4. Pembuatan Ekstrak


Pembutan ekstrak dari buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dibuat
metode ekstraksi yaitu maserasi dan sokletasi.
a. Metode Ekstraksi Maserasi
Masukkan 40 gram serbuk simplisia buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) kedalam botol gelap, tambahkan 400 mL pelarut etanol
95%. Rendam selama 6 jam pertama sambil sekali-sekali diaduk, kemudian
diamkan selama 18 jam setelah itu disaring dengan kapas dan kain kasa
kemudian kertas saring. Ampas yang didapat kemudian diremaserasi sampai
hasil filtrat maserasi mendekati warna pelarut etanol 95% (tersari sempurna).
Filtrat yang diperoleh kemudian dipekatkan dengan menggunakan rotary
evaporator pada suhu 500C.
b. Metode Ekstraksi Sokletasi
Dipasang alat sokletasi, kemudian sampel sebanyak 40 gram
dibungkus dengan kertas saring, ikat dengan benang, dimasukan kedalam alat
soklet, masukan pelarut etanol 95 % sebanyak 400 mL kedalam labu soklet.
Lakukan sokletasi dengan suhu 700C sampai tetesan siklus tidak bewarna lagi
atau kurang lebih selama 5 jam. Ekstrak cair yang diperoleh kemudian
dipekatkan dengan menggunakann rotary evaporator pada suhu 500C.

Hitung hasil rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) dengan rumus sebagai berikut:

% Rendemen : × 100%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


22

Nilai rendemen ekstrak buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) tidak kurang
dari 12,0% (Farmakope Herbal, 2009).

3.3.5. Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid (Swapna et al., 2012)


a. Tes Meyer
1 mL ekstrak ditambahkan 2 mL reagen Meyer dilihat jika ada endapan
putih maka estrak tersebut mengandung alkaloid.
b. Tes Dragendorf
1 mL ekstrak ditambahkan 1 mL reagen Dragendorf kemudian jika ada
endapan merah bata, maka ekstrak tersebut mengandung alkaloid.

3.3.6. Pengujian Parameter Ekstrak


Parameter Spesifik Ekstrak (Depkes RI, 2000)
1. Identitas
Tujuannya adalah untuk memberikan identitas obyektif dari nama dan
spesifik dari senyawa identitas. Parameter identitas ekstrak deskripsi tata nama
yaitu nama ekstrak, nama latin tumbuhan (sistematika botani), bagian
tumbuhan yang digunakan, nama Indonesia tumbuhan dan ekstrak dapat
mempunyai senyawa identitas artinya senyawa tertentu yang menjadi petunjuk
spesifik dengan metode tertentu.
2. Organoleptik
Tujuannya pengenalan awal yang sederhana seobyektif mungkin.
Parameter organoleptik ekstrak adalah penggunaan panca indera men-
deskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa.

Parameter Non Spesifik Ekstrak (Farmakope Herbal, 2009; Depkes RI, 2000)
1. Penetapan Kadar Air (tidak lebih dari 12%)
Tujuannya yaitu memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air didalam bahan. Cara kerja mengunakan metode
gravimetri yaitu masukan lebih kurang 10 gram ekstrak dan timbang saksama
dalam wadah yang telah ditara. Keringkan pada suhu 1050 C selama 5 jam dan
ditimbang. Lanjutkan pengeringan dan timbang setelah1 jam sampai perbedaan
(selisih) antara 2 penimbangan berturut-turut tidak lebih dari 0,25%.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


23

% Kadar air = × 100%

2. Penetapan Kadar Abu Total (tidak lebih dari 1,0% )


Tujuannya yaitu memberikan gambaran kandungan mineral internal
dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuk ekstrak.
Ditimbang 2 gram ekstrak dengan seksama kedalam krus yang telah ditara,
dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, diinginkan dan timbang. Jika
dengan cara ini arang tidak dapat dihilangkan, tambahkan air panas, aduk,
saring melalui kertas saring bebas abu. Pijarkan kertas saring beserta sisa
penyaringan dalam krus yang sama. Masukan filtrat ke dalam krus,uapkan dan
pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Kadar abu total dihitung terhadap berat
bahan uji.

Kadar Abu Total = × 100%

3. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam (tidak lebih dari 0,5%)
Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu, didihkan dengan 25 ml
asam sulfat encer P selama 5 menit, kumpulkan bagian yang tidak larut dalam
asam,saring melalui krus kaca masir atau kertas saring bebas abu, cuci dengan
air panas,pijarkan hingga bobot tetap, timbang. Hitung kadar abu yang tidak
larut dalam asam terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara.

Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100%

3.3.7. Pengukuran Kadar Piperin


Pengukuran penetapan kadar piperin ekstrak etanol 95% buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) dengan cara kromatografi lapis tipis (KLT)
Densitometri (TLC-Scanner)
a. Pembuatan Larutan Standar Piperin (Lartan Induk 2000 ppm)
Larutan induk : Ditimbang 20 mg standar piperin, larutkan dalam etanol p.a
secukupnya sampai tanda batas 10 mL.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


24

Deret Standar Piperin


- Larutan Standar Piperin 200 ppm
Diambil dari larutan induk standar piperin (2000 ppm) sebanyak 0,5
mL dengan mengunakan mikropipet kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai tanda batas 5 mL.
- Larutan Standar Piperin 400 ppm
Diambil dari larutan induk standar piperin (2000 ppm) sebanyak 1
mL dengan mengunakan mikropipet kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai tanda batas 5 mL.
- Larutan Standar Piperin 600 ppm
Diambil dari larutan induk standar piperin (2000 ppm) sebanyak 1,5
mL dengan mengunakan mikropipet kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai tanda batas 5 mL.
- Larutan Standar Piperin 800 ppm
Diambil dari larutan induk standar piperin (2000 ppm) sebanyak 2
mL dengan mengunakan mikropipet kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai tanda batas 5 mL.
- Larutan Standar Piperin 1000 ppm
Diambil dari larutan induk standar piperin (2000 ppm) sebanyak 2,5
mL dengan mengunakan mikropipet kemudian ditambahkan etanol p.a
sampai tanda batas 5 mL.
b. Larutan Uji
Timbang saksama lebih kurang 50 mg ekstrak etanol 95% buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus), larutkan dalam 25 mL etanol p.a didalam
tabung reaksi. Saring kedalam labu terukur 50 mL, bilas kertas saring dengan
etanol p.a secukupnya sampai tanda sehingga didapat konsentrasi 1000 ppm
kemudian diencerkan menjadi 800 ppm.
c. Pengukuran (Farmakope Herbal, 2009)
Totolkan masing-masing 1 μL larutan deret standar dan larutan uji
pada lempeng kromatografi lapis tipis (KLT) silika gel 60 F254, kembangkan
dengan fase gerak diklorometan P, ukur dengan kromatografi lapis tipis
(KLT) Densitometri (TLC-Scanner), pada panjang gelombang 254 nm.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


25

d. Analisis Hasil TLC-Scanner (Murrukmihadi, 2013)


Data luas area yang didapatkan dari baku standar piperin kemudian
dibuat persamaan kurva baku. Persamaan kurva baku yaitu y= a+bx dengan
y=AUC (Area Under Curve), x= kadar piperin (ng). AUC (Area Under
Curve) yang didapat dari hasil scan pada alat TLC-Scanner kemudian
dimasukan kedalam persamaan garis kurva baku, maka didapatkan masing-
masing % kadar piperin dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) hasil eksraksi maserasi dan sokletasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Determinasi Tanaman


Pada penelitian ini dilakukan perbandingan metode ekstraksi maserasi dan
sokletasi terhadap kadar piperin buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus).
Sampel buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) diperoleh dari BALITRO
(Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat), Bogor, Jawa Barat. Hasil
Determinasi tanaman menunjukkan bahwa buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) berasal dari tanaman jenis Piper retrofractum Vahl dari famili
Piperaceae, seperti yang tertera pada Lampiran 1.

4.2. Hasil Parameter Tanaman


Tanaman yang digunakan pada penelitian ini yaitu cabe jawa (Piper
retrofractum Vahl). Bagian tanaman yang diambil yaitu buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang yang telah matang dan berusia 6 bulan. Proses
pengeringan buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yaitu dengan cara
dijemur secara langsung sinar matahari dari jam 8 pagi, setelah lewat dari jam 11
siang buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) ditutup dengan kain hitam tipis
agar kandungan kimia yang terdapat dalam buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) tidak menguap. Untuk mendapatkan hasil simplisia buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) yang kering dilakukan pengeringan selama 5 hari.
Pada penelitian ini menggunakan simplisia utuh buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yaitu diperoleh dari BALITRO (Balai Penelitian Tanaman
Rempah dan Obat), Bogor, Jawa Barat. Simplisia utuh buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang diperoleh kemudian diserbuk dengan menggunakan
blender setelah itu di ayak dengan menggunakan ayakan mesh 40. Serbuk
simplisia buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu sebanyak 240 gram.

4.3. Hasil Ekstraksi


4.3.1. Metode Ekstraksi Maserasi
Sebanyak 40 gram serbuk simplisia buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) yang telah diayak dengan ayakan mesh 40 dimaserasi dengan pelarut

26 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


27

etanol 95% sebanyak 400mL, kemudian direndam selama 24 jam sambil sesekali
diaduk, setelah 24 jam didiamkan kemudian disaring dengan mengunakan corong
yang dilapisi kertas saring sehingga didapat filtrat kemudian ampas yang didapat
diremaserasi sebanyak empat kali sampai larutan mendekati tidak berwarna
(tersari semua). Maserasi sampel dilakukan dengan mengunakan pelarut etanol
95% karena sifatnya yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang
bersifat polar, semi polar, dan non polar (Arifin et al., 2006). Filtrat yang telah
dihasilkan kemudian dikentalkan dengan rotary evaporator pada suhu 500C
hingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus extractum spissum) diperoleh yaitu sebanyak 6,95 gram.
Ekstraksi maserasi dilakukan sebanyak 3 kali maserasi, dikarenakan
ekstrak yang didapat dari hasil maserasi yang pertama kurang mencukupi,
sehingga ekstraksi maserasi dilakukan tiga kali. Hasil maserasi yang kedua dan
ketiga dengan metode maserasi yang sama, maka diperoleh ekstrak kental buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum spissum) maserasi kedua 5,65
gram dan maserasi yang ketiga 5,33 gram.

4.3.2. Metode Ekstraksi Sokletasi


Sebanyak 40 gram serbuk simplisia buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) yang telah diayak dengan menggunakan ayakan mesh 40 dibungkus
dengan kertas saring disesuaikan dengan besarnya alat sokletasi kemudian
dimasukkan kedalam alat sokletasi. Pelarut etanol 95% sebanyak 400mL
dimasukkan kedalam labu sokletasi dan dilakukan sokletasi dengan suhu 700C
sampai tetesan siklus mendekati tidak berwarna (tersari sempurna). Pelarut etanol
95% digunakan karena merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstraksi
pendahuluan (J.B. Harbone, 1987). Etanol 95% juga memiliki kemampuan
menyari dengan polaritas yang lebar mulai dari senyawa nonpolar sampai dengan
polar (Saifudin et al., 2011).
Ekstraksi sokletasi untuk mendapatkan tetesan siklus yang tidak berwarna
lagi (tersari sempurna) yaitu 7 jam. Hasil sokletasi dipekatkan dengan rotary
evaporator pada suhu 500C dengan tujuan untuk menghilangkan pelarut sehingga
didapat ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


28

spissum). Ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum
spissum) pada hasil sokletasi yang pertama yaitu didapat sebanyak 4,81 gram.
Ekstraksi sokletasi dilakukan sebanyak 3 kali, dikarenakan ekstrak yang
didapat dari hasil sokletasi yang pertama kurang mencukupi, sehingga ekstraksi
sokletasi dilakukan tiga kali. Hasil sokletasi yang kedua dan ketiga dengan
metode sokletasi yang sama, maka diperoleh ekstrak kental buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus extractum spissum) maserasi kedua 6,88 gram dan
maserasi yang ketiga 5,11 gram.

4.4. Hasil Pengujian Parameter Spesifik


4.4.1. Hasil Identitas Ekstrak
Tujuan hasil identitas ekstrak yaitu untuk memberikan identitas obyektif
dari nama dan spesifik dari senyawa identitas (Depkes RI, 2000). Hasil identitas
ekstrak hasil maserasi dan sokletasi buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
dapat dilihat pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1. Identitas Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa


Keterangan
No. Identitas
Hasil Maserasi Hasil Sokletasi
Ekstrak Etanol 95% Ekstrak Etanol 95%
1. Nama ekstrak
Buah Cabe Jawa Buah Cabe Jawa
Piperis retrofracti Piperis retrofracti
2. Nama latin
fructus fructus
3. Bagian tumbuhan Buah Buah
4. Nama Indonesia Buah Cabe Jawa Buah Cabe Jawa

Identitas ekstrak yang diperoleh memiliki nama yaitu ekstrak etanol 95%
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yang diambil dari buah tanaman Piper
retrofractum Vahl atau nama Indonesia ialah cabe jawa.

4.4.2. Hasil Organoleptik Ekstrak


Organoleptik ekstrak bertujuan sebagai pengenalan awal yang sederhana
seobyektif mungkin menggunakan panca indra dengan mendeskripsikan bentuk,

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


29

warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000). Hasil organoleptik ekstrak etanol 95% buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dapat dilihat pada Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Organoleptik Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa


Keterangan
No. Organoleptik
Hasil Maserasi Hasil Sokletasi
1 Bentuk Kental Kental
2. Warna Coklat tua Coklat tua
3. Bau Khas Khas

Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dari hasil
ekstraksi maserasi dan sokletasi dapat dilihat pada Lampiran 10. Hasil
organoleptik ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
maserasi dan sokletasi telah sesuai dengan Farmakope Herbal (2009) yang
menyatakan identitas ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) yaitu ekstrak berkosistensi kental, berwarna coklat tua dan bau khas.

4.5. Hasil Rendemen


4.5.1. Metode Maserasi

Nilai rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) yang didapat dari hasil ekstraksi maserasi dapat dilihat pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Hasil Rendemen Ekstrak Hasil Maserasi


Bobot Serbuk Simplisia Bobot Ekstrak Hasil Nilai
No.
yang diekstraksi (gram) Maserasi (gram) Rendemen (%)
1. 40 gram 6,94 17,35
2. 40 gram 5,65 13,9
3. 40 gram 5,33 13,32
Rata-Rata Nilai Rendemen 14,8566

Rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
hasil ekstrak maserasi yaitu 14,93%. Besar kecilnya nilai rendemen menunjukkan
keefektifan proses ekstraksi. Efektifitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh jenis
pelarut yang digunakan sebagai penyari, ukuran partikel simplisia, metode dan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


30

lamanya ekstraksi. Menurut literatur Farmakope Herbal (2010) nilai rendemen


ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus extractum spissum)
tidak kurang dari 12%. Jadi nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus extractum spissum) dengan metode ekstraksi maserasi sesuai
dengan literatur.

4.5.2. Metode Sokletasi


Rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
yang didapat dari hasil ekstraksi sokletasi dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4. Hasil Rendemen Ekstrak Hasil Sokletasi
Bobot Serbuk Simplisia Bobot Ekstrak Hasil Nilai
No.
yang diekstraksi (gram) Maserasi (gram) Rendemen (%)
1. 40 gram 4,81 12,025
2. 40 gram 6,88 17,2
3. 40 gram 5,11 12,775
Rata-Rata Nilai Rendemen 14

Rata-rata nilai rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang diperoleh dengan metode sokletasi yaitu 14%. Menurut
literatur Farmakope Herbal (2010) nilai rendemen ekstrak kental buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) tidak kurang dari 12%. Jadi nilai rendemen ekstrak
etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan metode sokletasi
sesuai dengan literatur.

4.6. Hasil Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid


Skrining fitokimia merupakan metode pendekatan yang dapat digunakan
untuk mengungkapkan keberadaan senyawa-senyawa metabolit sekunder dari
tumbuh-tumbuhan (Nohong, 2009). Skrining fitokimia yang dilakukan hanya
golongan alkaloid karena pada senyawa piperin termasuk golongan alkaloid,
sehingga dilihat apakah ekstrak hasil maserasi dan sokletasi yang didapat yaitu
mengandung alkaloid atau tidak. Skrining fitokimia golongan alkaloid ekstrak
etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil maserasi dan
sokletasi telah dilakukan dan dapat dilihat pada Tabel 4.5.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


31

Tabel 4.5. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak Etanol Buah Cabe Jawa
Hasil Skrining
No. Pengujian
Ekstrak Hasil Maserasi Ekstrak Hasil Sokletasi
1. Tes Mayer + +
2. Tes Dragendorff + +

Skrining fitokimia golongan alkaloid yang dilakukan terhadap ekstrak


etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) didapat hasil positif untuk
golongan alkaloid. Pengujian yang dilakukan yaitu tes Mayer didapat endapan
warna putih dan tes Dragendorf didapat endapan warna merah bata. Bedasarkan
hasil pemeriksaan skrining fitokimia ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) dari ekstrak hasil maserasi dan hasil sokletasi termasuk
golongan alkaloid, seperti tertera pada Lampiran 11.

4.7. Hasil Kadar Air


Tujuannya yaitu untuk memberikan batasan minimal atau rentang tentang
besarnya kandungan air didalam bahan (Depkes RI, 2000). Kadar air ditetapkan
untuk menjaga kualitas ekstrak ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus). Hasil kadar air ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) didapat pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Kadar Air


Berat Awal Berat Akhir
Hasil Ekstrak (%) Kadar Air
(gram) (gram)
Maserasi 1,0064 0,8479 15,7492
Sokletasi 1,0013 0,8438 15,7295

Menurut Voigt (2005) range kadar air tergantung terhadap jenis ekstrak
yaitu ekstrak kering kadar air <10%, ekstrak kental 5-30%, ekstrak cair >30%.
Syarat untuk kadar air ekstrak buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
menurut Farmakope Herbal (2009) yaitu tidak lebih dari 12 %, dari hasil ini
menunjukkan kadar air dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) yang telah diuapkkan pelarut etanol 95% dengan alat rotari

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


32

evaporator pada suhu 500C yaitu hasil ekstraksi secara maserasi adalah 15,7492%
sedangkan ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi sokletasi adalah 15,7295%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kadar air
ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil maserasi
maupun hasil sokletasi telah melebihi batas yang disyaratkan pada literatur
Farmakope Herbal (2009).
Kadar air merupakan salah satu parameter penting yang menentukan daya
tahan produk pangan dan terkait dengan aktivitas mikroorganisme selama
penyimpanan. Produk yang mempunyai kadar air yang tinggi lebih mudah rusak
karena produk tersebut dapat menjadi media yang kondusif bagi pertumbuhan
mikroorganisme. Produk dengan kadar air rendah relatif lebih stabil dalam
penyimpanan jangka panjang dari pada produk yang berkadar air tinggi (Pardede
et al., 2013).

4.8. Hasil Kadar Abu Total


Pada tahap ini ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) dipanaskan pada suhu 6250C hingga senyawa organik serta turunannya
terdestruksi dan menguap sampai tinggal unsur mineral dan anorganik saja. Abu
adalah zat anorganik sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar
abu total bertujuan untuk memberikan gambaran kandungan mineral internal dan
eksternal yang berasal dari proses awal sampai terbentuknya ekstrak (Depkes RI,
2000). Hasil kadar abu ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) total dapat dilihat pada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Kadar Abu Total


Berat Berat
Berat %Kadar
Hasil Berat Cawan Cawan+Ekstrak Abu
Sampel Abu
Ekstrak kosong (gram) Setelah Pemijaran (gram)
(gram) Total
(gram)
Maserasi 23,8643 1 23,9155 0,0512 5,12
Sokletasi 23,3649 1,0015 23,4013 0,0364 3,63

Besarnya kadar abu total ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) hasil maserasi dan hasil sokletasi menunjukkan bahwa sisa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


33

anorganik yang terdapat dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) hasil maserasi sebesar 5,12% sedangkan pada ekstrak etanol
95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil sokletasi yaitu 3,63%.
Hasil tersebut menunjukkan perbedaan kadar abu total ekstrak etanol 95% buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dari hasil ekstraksi maserasi dan sokletasi.
Syarat untuk kadar abu total untuk ekstrak etanol 95% buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) menurut Farmakope Herbal (2009) yaitu tidak lebih
dari 1,0%, hasil tersebut menunjukkan kadar abu total dalam ekstrak etanol 95%
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi secara maserasi dan
sokletasi melebih batas yang disyaratkan.
Kadar abu ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
hasil ekstraksi maserasi lebih tinggi dibandingkan hasil sokletasi, hal tersebut
dikarenakan pada metode ekstraksi maserasi terjadi perendaman simplisia buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) selama 4 hari sehingga banyak logam-
logam yang ikut tersari, sedangkan pada metode ekstraksi sokletasi penyariannya
hanya dilakukan satu hari. Kadar abu menunjukkan oksida logam dan mineral
yang terdapat pada suatu bahan. Tingginya kadar abu suatu bahan
mengidentifikasikan tingginya oksida logam dan mineral yang terdapat dalam
bahan tersebut. Abu yang terbentuk merupakan oksida-oksida logam atau logam
yang terbakar (Lesbani et al, 2011).

4.9. Kadar Abu Tidak Larut Asam


Hasil pengujian kadar abu tidak larut asam ekstrak etanol 95% buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus) didapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8. Hasil Kadar Abu Tidak Larut Asam
Berat Berat
Berat Cawan Berat %Kadar
Hasil Cawan+Ekstrak Abu
kosong Sampel Abu
Ekstrak Setelah Pemijaran (gram)
(gram) (gram) Total
(gram)
Maserasi 41,3934 1 41,3955 0,0021 0,21
Sokletasi 33,2385 1,0015 33,2402 0,0017 0,169

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


34

Menurut Farmakope Herbal (2009) syarat untuk kadar abu tidak larut asam
ekstrak buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yaitu tidak lebih dari 0,5%.
Hasil kadar abu tidak larut asam menunjukkan bahwa unsur anorganik yang tidak
larut dalam asam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
hasil ekstraksi secara maserasi sebesar 0,21% dan ekstrak etanol 95% buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil sokletasi sebesar 0,169%. Hasil tersebut
menunjukkan kadar abu abu tidak larut asam dalam ekstrak etanol 95% buah cabe
jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi secara maserasi dan sokletasi
tidak melebihi batas yang disyaratkan. Adanya kandungan abu tidak larut asam
yang rendah menunjukkan adannya pasir atau kotoran lain dalam kadar rendah.

4.10. Hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Densitometri


Kadar piperin ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) diukur menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri
dengan alat TLC-Scanner. Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan
senyawa kimia secara kimia fisika bedasarkan perbedaan kecepatan migrasi atau
rasio distribusi dari komponen campuran fase diam dan fase gerak
(Kusumaningtyas et al., 2008). Pelarut yang digunakan untuk melarutkan ekstrak
etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) ialah etanol p.a. Pada
penentuan kadar senyawa Marker ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis
retrofracti fructus) peneliti menggunakan senyawa identitas yang merupakan
senyawa khas yang terdapat dalam buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
yaitu senyawa piperin.
Pada proses kromatografi lapis tipis (KLT) menggunakan fase diam yaitu
silika gel 60 GF 254 berukuran 8×10 cm dan fase geraknya menggunakan pelarut
diklorometan. Diklorometan merupakan pelarut yang bersifat non polar karena
alkaloid bersifat semipolar sehingga dapat memisahkan alkaloid dengan senyawa
lain didalam ekstrak. Penotolan pada plat kromatografi lapis tipis (KLT) yaitu 1
μL menggunakan mikropipet. Setelah dilakukan penotolan kemudian dielusi
dengan menggunakan fase gerak diklorometan, yang sebelumnya telah dilakukan
proses penjenuhan pada chamber. Proses penjenuhan chamber bertujuan
mempercepat proses elusi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


35

Proses elusi pada plat kromatografi lapis tipis (KLT) dilakukan selama
kurang lebih 15 menit sampai tanda batas rambat yang telah ditandai. Plat yang
telah dielusi atau dikembangkan kemudian dikeringkan dengan cara didiamkan.
Setelah selesai kemudian plat kromatografi lapis tipis (KLT) dianalisis dengan
menggunakan alat TLC-Scanner. Alat TLC-Scanner digunakan untuk menentukan
kadar piperin ekstrak buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) dengan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri dan juga dapat dilakukan analisa
kualitatif piperin bedasarkan nilai Rf. Pada analisa kuantitatif, bercak fase diam
dapat langsung diukur menggunakan teknik Densitometri. Densitometri dapat
bekerja secara serapan atau fluoresensi (Gandjar et al., 2008). Pengamatan kadar
senyawa piperin dengan metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri pada
panjang gelombang 254 nm (Farmakope Herbal, 2009). Hasil kromatografi lapis
tipis (KLT) Densitometri dapat dilihat pada Tabel 4.9.

Tabel 4.9. Hasil KLT Densitometri

Konsentrasi Bobot Piperin


Track Track Type Rf Area
(ppm) (ng)
1 Standar Piperin 200 200 0,03 3323,27
2 Standar Piperin 400 400 0,04 5420,19
3 Standar Piperin 600 600 0,03 7451,89
4 Standar Piperin 800 800 0,04 8641,72
5 Standar Piperin 1000 1000 0,03 9840,99
Ekstrak Hasil X ekstrak hasil
6 800 0,04 2632,60
Maserasi maserasi
Ekstrak Hasil X ekstrak hasil
7 800 0,03 3082,79
Sokletasi sokletasi

Setelah proses scan selesai maka didapat hasil luas area dan peak
kromatogram sampel dan selanjutnya dibuat kurva kalibrasi dengan menggunakan
persamaan regresi linear. Kurva kalibrasi piperin, dibuat dengan rentang deret
standar seperti terlihat pada Tabel 4.10.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


36

Tabel 4.10. Luas Area Piperin


Bobot Piperin (ng) Luas Area (AUC)
200 3323,27
400 5420,19
600 7451,89
800 8641,72
1000 9840,99

KURVA KALIBRASI PIPERIN


12000

10000
LUAS AREA (AUC)

8000

6000

4000
y = 2058,521+8,128485x
2000 r = 0,990026

0
0 200 400 600 800 1000 1200
BOBOT PIPERIN (ng)

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Piperin

Koefisien korelasi : 0,990026


Persamaan garis : y = 2058,521+8,128485x
x= (y-2058,521)/ 8,128485

Hasil persamaan regresi linear yang didapat kemudian dibuat kurva


kalibrasi standar sehingga didapat hubungan antara berat senyawa standar dengan
luas area. Setelah didapat hasil dari kurva kalibrasi, luas area sampel dimasukkan
kedalam persamaan regresi linear, lalu akan mendapatkan berat senyawa sampel
kemudian dilakukan perhitungan kadar senyawa piperin dalam ekstrak etanol 95%
buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus). Linearitas merupakan salah satu
parameter untuk menilai kesahihan metode analisis dengan melihat nilai

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


37

hubungan respon dari berbagai konsentrasi zat baku pada suatu kurva baku yang
dilihat sebagai nilai koefisien korelasi (Murrukmihadi, 2013).
Pembuatan kurva kalibrasi standar piperin yang terdiri dari lima deret
standar yang berbeda, yaitu larutan standar 200; 400; 600; 800; 1000 ng diperoleh
persamaan garis y = 2058,521+8,128485x dengan koefisien korelasi 0,990026.
Hasil persamaan garis yang didapat kemudian dihitung kadar piperin ekstrak
etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus). Kenaikan konsentrasi
atau kadar standar piperin sebanding dengan kenaikan nilai AUC (Area Under
Curve) pada pada kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri. Hal ini sesuai
dengan apa yang didapat. Semakin tinggi kadar piperin dalam larutan standar
maka semakin besar nilai AUC (Area Under Curve) (Murrukmihadi, 2013).

% Kadar Piperin=

Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi maserasi dan sokletasi dapat dilihat hasil kadar piperin yaitu pada Tabel
4.11.
Tabel 4.11. Hasil Kadar Piperin dalam Ekstrak
Ekstrak Buah Cabe Jawa Bobot Piperin Dalam Kadar Piperin
(Piperis retrofracti fructus) Sampel (ng) (% b/b)
Ekstrak Hasil Maserasi 70,6255 8,8281
Ekstrak Hasil Sokletasi 126,0098 15,7512

Hasil yang didapat pada penentuan kadar piperin dengan menggunakan


metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri (TLC-Scanner) terlihat
bahwa metode ekstraksi yang mampu menghasilkan kadar piperin tertinggi yaitu
pada metode ekstraksi sokletasi yaitu sebesar 126,0098 ng (15,7512%). Pada
metode ekstraksi sokletasi menghasilkan kadar piperin yang tertinggi karena
senyawa piperin bersifat termostabil untuk dilakukan ekstraksi cara panas, dalam
hal ini yaitu metode ekstraksi sokletasi dan metode ini dapat menyari senyawa
piperin dalam buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yang lebih efektif.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


38

Metode ekstraksi sokletasi merupakan ekstraksi menggunakan pelarut


yang selalu baru yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan jumlah pelarut yang relatif konstan dengan adanya
pendingin balik (Depkes, 2000). Selain itu karena aktivitas biologis tidak hilang
saat dipanaskan teknik ini dapat digunakan dalam pencarian induk obat (Heinrich,
2004). Proses ekstraksi dipengaruhi oleh suhu, ukuran partikel, jenis pelarut,
waktu ekstraksi, dan metode ekstraksi. Metode ekstraksi sokletasi merupakan
suatu metode dengan pemanasan, pelarut yang digunakan akan mengalami
sirkulasi, dibandingkan dengan cara maserasi, ekstraksi sokletasi memberikan
hasil ekstrak yang lebih tinggi (Irianti et al., 2012).

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Persen kadar piperin dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) hasil maserasi yaitu 8,8281 %.
2. Persen kadar piperin dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa
(Piperis retrofracti fructus) hasil sokletasi yaitu 15,7512 %.
3. Dari kedua metode ekstraksi maserasi dan sokletasi yang
menghasilkan kadar piperin tertinggi dalam ekstrak etanol 95% buah
cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) yaitu pada metode ekstraksi
sokletasi.

5.2. Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang validasi metode penentuan
kadar piperin dalam ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) dengan mengunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri
(TLC-Scanner).

39 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Helmi., Anggraini, Nelvi., Handayani, Dian., Rasyid, Roslinda. 2006.


Standarisasi Ekstrak Etanol Daun Eugenia Cumini Merr. J. Sains Tek.
Far ., 11(2), 2006.

BPOM RI.2010. Acuan Sedian Herbal, Volume kelima edisi pertama. Jakarta:
Direktorat OAI.

Departemen Kesehatan RI. 1980. Materia Medika Indonesia. Jakarta: Diktorat


Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1985. Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Diktorat


Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1987. Analisis Obat Tradisional. Jakarta: Diktorat


Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 1995. Materia Medika, Jilid.VI. Jakarta: Diktorat


Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan


Obat. Jakarta: Diktorat Jendral POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2000. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta: Diktorat Jendral
POM–Depkes RI.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Farmakope Herbal Indonesia. Jakarta: Diktorat


Jendral POM–Depkes RI.

Gandjar, I. G., Rohman, A. 2008. Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka


Pelajar.

Gunawan, Didik dan S. Mulyani.2004. Ilmu Obat Alam (Farmakognosi Jilid I).
Jakarta: Penebar swadaya.

Gritter, Roy J., Bobbitt, James M., Schawarting, Arthur E. 1991. Pengantar
Kromatografi edisi kedua. Bandung: ITB.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Moderen Menganalisa


Tumbuhan. Bandung : ITB.

Harborne, J.B.1996. Metode Fitokimia Penuntun Cara Moderen Menganalisis


Tumbuhan. Bandung: ITB.

40 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


41

Heinrich, Michael., Barnes, Joanne., Gibbons, Simon., Williamso, Elizabeth M.


2004. Fundamental of Pharmacognosy and Phytotherapi. Hungary:
Elsevier.

http://www.chemnet.com/cas/id/94-62-2/piperine.html (Akses Tanggal 13 Maret


2013, jam 10.56).

Hutapea, J. R et al, 1991. Inventaris Tanaman Obat Indonesia. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI.

Irianty, Rozanna Sri., Verawati, Riris. 2012. Variasi Komposisi Pelarut Metanol-
Air pada Ekstraksi Daun Gambir (Uncaria gambir Roxb). ISSN. 1907-
0500.

Irhamanhayati et al. 2012. Info POM. Jakarta: BPOM RI.

Joy Beena, Sandhya C P, and Ramitha K R. 2010. Comparison and Bioevaluation


of Piper longum fruit Extract. India: JOCPR.

Kolhe Smita R, Borole Priyanka, Patel Urmi. 2011. Extraction and Evaluation Of
Piperine From Piper nigrum Linn. India: IJABPT.

Kusumaningtyas, Eni., Astuti, Estie., Darmono. 2008. Sensitivitas Metode


Bioautografi kontak dan agar Ovorlay Dalam penentuan Senyawa
Antikapang. Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia, September 2008, Hal
75-79 Vol 6, No.2.

Kumoro, A.C., Singh, Harcharan., Hasan, Masitah. 2009. Solubility Of Piperine In


Super Critical and Near Critical Carbon Dioxide. Chinese Journal Of
Chemical Engineering, 17 (6) 1014-1020.

Lesbani, Aldes., Yusuf, Setiawati., Melviana, R.A Mika. 2011. Karakterisasasi


Kitin dan Kitosan dari Cangkang Kepiting Bahan (Scyll Serrata). Jurnal
Penelitian Sains Volume 14 Nomer 3(C) 14307.

Manoj, P., Soniya. E. V., Banerjee, N.S., Ravichandran, P. 2004. Recent Studies
On Well-Know Spice, Piper Longum Linn.USA: Natural Product
Radiance vol 3(4).

Mun’im Abdul, Hanani Endang. 2011. Fitoterapi Dasar. Jakarta: Dian Rakyat.

Murrukmihadi, Mimiek., Wahyuono, Subagus., Marchaban., Martono, Sudibyo.


2013. Penetapan Kadar Alkaloid Dari Ekstrak Etanolik Bunga Kembang
Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.). Yogyakarta : Traditional Medicine
Journal.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


42

Nohong.2009. Skrining Fitokimia Tumbuhan Ophiopogon Jaburan Lodd dari


Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara. Jurnal Pembelajaran
Sains Vol. 5 No. 2.

Pardede, Antoni., Ratnawati, Devi., H.P, Agus Martono.2013. Ekstraksi dan


Karakterisasi Pektin dari Kulit Kemiri (Alleurites Mollucana Willd).
ISSN 2085-3548.

Prawirosujanto,Sunato. 1977. Materia Medika Indonesia Jilid I. Direktorat


Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI.

Rohman, Abdul. 2009. Kromatografi Untuk Analisis Obat. Yogyakarta: Graha


Ilmu.

Saifudin, Azis et al. 2011. Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta: Graha
Ilmu.

Swapna, Deepthi. P. R., V, Junise., P, Shibin., S. Senthila., S, Rajesh. R. 2012.


Isolation, Identification and Antimycobacterial Evaluation Of Piperine
From Piper Longum. USA: Scholars Research Library.

Voight, R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi edisi V. Yogyakarta:


Universitas Gaja Mada Pres.

Voight, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Alih Bahasa Drs. Soendani
Noerono Soewandhi. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta ; 577-578.

Vyas, A., Jain, V., Singh, D., Singh, M., Shukla, S S., Pandey, R., Swarnlata,
Syaraf., Saraf, S. 2011. TLC Densitometric Method for the Estimation of
Piperine in Ayurvedic Formulation Tricatu Churna. India: Oriental
Journal of Chemistry.

Wood A. Bet al. 1988. Piperine Determination in Pepper (Piper nigrum L .) and
its Oleoresins A Reversed phase high performance Liquid
Cromatographic method. London: Flavour and Fragrance Journal.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


LAMPIRAN
43

Lampiran 1. Hasil Determinasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


44

Lampiran 2. Certificate of Analysis (COA) Piperin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


45

Lampiran 3. Spesifikasi Standar Piperin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


46

Lampiran 4. Alat dan Bahan yang Digunakan Dalam Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian

Gambar 1. Gambar 2.
rotary evaporator Tanur

Gambar 3. Gambar 4.
Camber TLC-Scanner

Bahan yang digunakan dalam penelitian

Gambar 5.
Simplisia Buah Cabe jawa

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


47

Lampiran 5. Alur Penelitian

3 Kg Simplisia Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) diperoleh


dari BALITRO (Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat)

Ditimbang 2 Kg Simplisia Buah Cabe Jawa


(Piperis retrofracti fructus)

Dihaluskan Dengan Cara Diblender

Serbuk Simplisia Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)

Skrining Fitokimia Diekstraksi Skrining Fitokimia


(Alkaloid) (Alkaloid)

Parameter Parameter
Ekstraksi Cara Dingin Ekstraksi Cara Panas
Spesifik Spesifik

Ekstrak Maserasi Sokletasi Ekstrak

Parameter Parameter
non-spesifik Non Spesifik

Penetapan Kadar Piperin Dalam Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)
Dengan Mengunakan Metode kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri (TLC-Scanner)

Kadar Piperin

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


48

Lampiran 6. Cara Kerja Metode Ekstraksi Secara Maserasi

Ditimbang 40 gram Serbuk Simplisia Buah


Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)

- Sampel dimasukan kedalam botol maserasi


- Ditambahkan pelarut etanol 95% sebanyak 400 mL
- Direndam selama 24 jam sambil sesekali diaduk
- Disaring dengan kapas dan kain kasa kemudian
dengan kertas saring

Filtrat 1 Ampas
- Ditambahkan pelarut etanol 95% sebanyak 400 mL
- Direndam selama 24 jam sambil sesekali diaduk
- Disaring dengan kapas dan kain kasa kemudian
dengan kertas saring

Filtrat 2 Ampas
-P
- Perlakuan sama seperti yang diatas

Filtrat 3 Ampas
- Perlakuan sama seperti yang diatas

Filtrat 4 Ampas
- Hasil filtrat maserasi
mendekati warna
pelarut etanol 95% Dibuang
(tersari sempurna)
Filtrat 1,2,3,4 Digabung Kemudian
Dipekatkan Dengan rotari evaprator
pada suhu 500C

Didapat Ekstrak Kental Buah Cabe


Jawa (Piperis retrofracti fructus)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


49

Lampiran 7. Cara Kerja Metode Ekstraksi Secara Sokletasi

Dirangkai Alat Sokletasi

Ditimbang 40 gram Serbuk Simplisia Buah


Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus)

Dibungkus Dengan Kertas Saring

Dimasukan Kedalam Alat Sokletasi

Dimasukan Pelarut Etanol 95% Sebanyak


400 mL Kedalam Labu Sokletasi

Dilakukan Sokletasi Dengan Suhu 700C Sampai Tetesan


Siklus Tidak Berwarna Lagi (Tersari Sempurna)

Hasil Sokletasi Dipekatkan Dengan


rotary evaporator Dengan Suhu 500C

Didapat Ekstak Kental Buah Cabe Jawa


(Piperis retrofracti fructus)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


50

Lampiran 8. Cara Kerja Metode KLT Densitometri


Pembuatan Larutan Induk dan Deret Standar Piperin

Ditimbang Seksama 20 mg Standar Piperin

Dimasukan Kedalam Labu Ukur 10 mL

Tambahkan Etanol p.a Kemudian Dikocok Pelan-


Pelan Hingga Larut Kemudian di add 10 mL

Sehingga Didapat Konsetrasi 2000 ppm

Kemudian Diencerkan Larutan Induk Standar Piperin Dengan


Konsentrasi 200, 400, 600, 800, 1000 ppm

Pembuatan larutan uji ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) hasil maserasi untuk diukur kadar piperin dengan mengunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri

Ditimbang Seksama 50 mg Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe


Jawa (Piperis retrofracti fructus) Hasil Maserasi

Masukan Kedalam Labu Ukur 10 mL

Tambahkan Etanol p.a Kocok Pelan-Pelan Hingga larut


Kemudian di add 10 mL

Didapat Larutan Ekstrak Buah Cabe jawa (Piperis


retrofracti fructus) dengan konsentrasi 1000 ppm

Kemudian Diencerkan Menjadi 800 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


51

Pembuatan larutan ekstrak etanol 95 % buah cabe jawa (Piperis retrofracti


fructus) hasil sokletasi untuk diukur kadar piperin dengan menggunakan metode
kromatografi lapis tipis (KLT) Densitometri

Ditimbang Seksama 50 mg Ekstrak Etanol 95% Buah


Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) Hasil Sokletasi

Dimasukan Kedalam Labu Ukur 10 mL

Tambahkan Etanol p.a Kocok Pelan-Pelan Hingga


Larut Kemudian Ditambahkan Sampai Dengan 10 mL

Didapat Larutan Ekstrak Buah Cabe jawa (Piperis


retrofracti fructus) dengan konsentrasi 1000 ppm

Kemudian Diencerkan Menjadi 800 ppm

Penentuan Linearitas

Tentukan Linearitas Dengan Menotolkan Larutan


Deret Standar Piperin Sebanyak 1 μL

Elusi Dengan Fase Gerak Yaitu Diklorometan

Kemudian Dikeringkan Plat (KLT) Hasil Elusi


dengan cara didiamkan

Scan Lempeng Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Dengan Alat TLC-


Scanner Untuk Menentukan Kadar Piperin Pada Hasil ekstraksi Masearsi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


52

Lampiran 9. Organoleptik Ekstrak Etanol 95 % Buah Cabe Jawa (Piperis


retrofracti fructus)

Ekstak Etanol 95% Buah Cabe Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe
Jawa (Piperis retrofracti fructus) Jawa (Piperis retrofracti fructus)
Hasil Maserasi Hasil Sokletasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


53

Lampiran 10. Hasil Skrining Fitokimia Golongan Alkaloid

Hasil Skrining
Ekstrak Etanol 95% Buah Ekstrak Etanol 95% Buah
Pengujian
Cabe Jawa (Piperis retrofracti Cabe Jawa (Piperis retrofracti
fructus) Hasil Maserasi fructus) Hasil Sokletasi

Tes Mayer

Tes
Dragendorff

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


54

Lampiran 12. Perhitungan Nilai Rendemen


1. Nilai rendemen ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus)
hasil ekstraksi secara maserasi.
a. Ekstrak 1
Bobot ekstrak yang didapat = 6,94 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram

b. Ekstrak 2
Bobot ekstrak yang didapat = 5,65 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram

c. Ekstrak 3
Bobot ekstrak yang didapat = 5,33 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram

Rata-rata:

2. Nilai rendemen ekstrak etanol 95% (Piperis retrofracti fructus) buah cabe jawa
hasil ekstraksi secara sokletasi.
a. Ekstrak 1
Bobot ekstrak yang didapat = 4,81 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram
5

b. Ekstrak 2
Bobot ekstrak yang didapat = 6,88 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram

c. Ekstrak 3
Bobot ekstrak yang didapat = 5,11 gram
Bobot serbuk simplisia yang diekstraksi = 40 gram

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


55

Rata-rata:

Lampiran 13.Parameter Non Spesifik


Perhitungan Kadar Air

% Kadar air 

1. Kadar air ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi secara maserasi.
Berat awal = 1,0064 gram
Berat akhir = 0,8479 gram

% Kadar air 

2. Kadar air ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi secara sokletasi.
Berat awal = 1,0013 gram
Berat akhir = 0,8438 gram

% Kadar air 

Perhitungan Kadar Abu Total

Kadar Abu Total = × 100%

1. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi
secara maserasi.
Berat sampel = 1 gram
Berat cawan kosong = 23,8643 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 23,9155 gram
Berat abu = 23,9155 gram – 23,8643 gram
= 0,0512 gram

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


56

%Kadar abu total 

2. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi
secara sokletasi.
Berat sampel = 1,0015 gram
Berat cawan kosong = 23,3649 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 23,4013 gram
Berat abu = 23,4013 gram – 23,3649 gram
= 0,0364 gram

%Kadar abu total 

Perhitungan Kadar Abu Tidak Larut Asam

Kadar Abu Tidak Larut Asam = × 100%

1. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi
secara maserasi.
Berat sampel = 1 gram
Berat cawan kosong = 41,3934 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 41,3955 gram
Berat abu = 41,3955 gram – 41,3934 gram
= 0,0021 gram
%Kadar abu tidak larut asam  ×100% = 0,21%

2. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil ekstraksi
secara sokletasi.
Berat sampel = 1,0015 gram
Berat cawan kosong = 33,2385 gram
Berat cawan + ekstrak setelah pemijaran = 33,2402 gram
Berat abu = 33,2402 gram – 33,2385 gram
= 0,0017 gram
%Kadar abu tidak larut asam  ×100% = 0,1697%

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


57

Lampiran 14. Perhitungan Pengenceran Larutan Baku Standar Piperin


Larutan Induk : 20 mg standar piperin dalam 10 mL etanol p.a (2000 ppm)
a. 200 ppm
N1×V1= N2×V2
2000 ppm× V1 = 5 mL×200 ppm
2000 ppm× V1 = 1000
V1 =

V1 = 0,5 mL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk piperin)


Kemudian ditambahkan etanol p.a sampai dengan 5 mL di labu ukur
b. 400 ppm
N1×V1= N2×V2
2000 ppm× V1 = 5 mL×400 ppm
2000 ppm× V1 = 2000
V1 =

V1 = 1 mL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk piperin)


Kemudian ditambahkan etanol p.a sampai dengan 5 mL di labu ukur
c. 600 ppm
N1×V1= N2×V2
2000 ppm× V1 = 5 mL×600 ppm
2000 ppm× V1 = 3000
V1 =

V1 = 1,5 mL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk piperin)


Kemudian ditambahkan etanol p.a sampai dengan 5 mL di labu ukur
d. 800 ppm
N1×V1= N2×V2
2000 ppm× V1 = 5 mL×800 ppm
2000 ppm× V1 = 4000
V1 =

V1 = 2mL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk piperin)


Kemudian ditambahkan etanol p.a sampai dengan 5 mL di labu ukur

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


58

e. 1000 ppm
N1×V1= N2×V2
2000 ppm× V1 = 5 mL×1000 ppm
2000 ppm× V1 = 5000

V1 =

V1 = 2,5 mL (Jumlah yang dipipet dari larutan induk piperin)


Kemudian ditambahkan etanol p.a sampai dengan 5 mL di labu ukur

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


59

Lampiran 15. Perhitungan Konversi Baku Standar Piperin yang ditotolkan


di kromatografi lapis tipis (KLT) dari ppm ke ng
Larutan Induk Piperin = 2000 ppm
= 2000 μg/mL
V= 10 mL 2000 μg/mL × 10 mL
= 20000 μg
= 20 mg (bobot piperin dalam larutan induk induk 2000 ppm)

Deret Standar piperin


Standar Piperin 200 ppm = 200 μg/mL
= 200 μg/103μL
V= 5 mL 200 μg/mL × 5 mL
= 1000 μg
= 1 mg (bobot piperin dalam larutan standar piperin 200 ppm)
V= 1 μL 200 μg/103 μL × 1 μL
= 200 × 10-3 × 1
= 0,2 μg (bobot piperin yang ditotolkan dalam plat KLT)

Standar Piperin 400 ppm = 400 μg/mL


= 400 μg/103μL
V= 5 mL 400 μg/mL × 5 mL
= 2000 μg
= 2 mg (bobot piperin dalam larutan standar piperin 200 ppm)
V= 1 μL 400 μg/103 μL × 1 μL
= 400 × 10-3 × 1
= 0,4 μg

= 400 ng (bobot piperin yang ditotolkan dalam plat KLT)

Standar Piperin 600 ppm = 600 μg/mL


= 600 μg/103μL
V= 5 mL 600 μg/mL × 5 mL
= 3000 μg
= 3 mg (bobot piperin dalam larutan standar piperin 200 ppm)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


60

V= 1 μL 600 μg/103 μL × 1 μL
= 600 × 10-3 × 1
= 0,6 μg

= 600 ng (bobot piperin yang ditotolkan dalam plat KLT)

Standar Piperin 800 ppm = 800 μg/mL


= 800 μg/103μL
V= 5 mL 800 μg/mL × 5 mL
= 4000 μg
= 4 mg (bobot piperin dalam larutan standar piperin 200 ppm)
V= 1 μL 800 μg/103 μL × 1 μL
= 800 × 10-3 × 1
= 0,8 μg

= 800 ng (bobot piperin yang ditotolkan dalam plat KLT)

Standar Piperin 1000 ppm = 1000 μg/mL


= 1000 μg/103μL
V= 5 mL 1000 μg/mL × 5 mL
= 5000 μg
= 5 mg (bobot piperin dalam larutan standar piperin 200 ppm)
V= 1 μL 1000 μg/103 μL × 1 μL
= 1000 × 10-3 × 1
= 1 μg
= 1000 ng (bobot piperin yang ditotolkan dalam plat KLT)

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


61

Lampiran 16. Luas Area Standar Piperin


Standar Piperin 200 ppm

Standar Piperin 400 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


62

Standar Piperin 600 ppm

Standar Piperin 800 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


63

Standar Piperin 1000 ppm

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


64

Lampiran 17. Luas Area Ekstrak


1. Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) Hasil
Ekstraksi Secara Maserasi.

2. Ekstrak Etanol 95% Buah Cabe Jawa (Piperis retrofracti fructus) Hasil
Ekstraksi Secara Sokletasi.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


65

Lampiran 18. Perhitungan Kadar Piperin


Dari kurva kalibrasi didapat persamaan garis y = a+bx, Dimana
y = Luas puncak / area
x = Berat
a = Nilai Intersep
b = Nilai Slope
r = Koefisien Korelasi

r = 0,990026
a = 2058.521
b = 8,128485
y = 2058,521+8,128485x

x =

1. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi maserasi diketahui AUC ekstrak hasil ekstraksi secara maserasi
yaitu 2632,60.

x =

x =

x = 70,6455 ng

%KadarPiperin=

= × 100%

= 8,8281 %
Hasil % kadar piperin ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) hasil ekstraksi secara maserasi pada larutan dengan konsentrasi 800
ppm yaitu 8,8281 %.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta


66

2. Ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti fructus) hasil
ekstraksi secara sokletasi diketahui AUC ekstrak hasil sokletasi yaitu
3082,79.

x =

x =

x = 126,0098 ng

%Kadar Piperin=

= × 100%

= 15,7512 %
Hasil % kadar piperin ekstrak etanol 95% buah cabe jawa (Piperis retrofracti
fructus) hasil ekstraksi secara sokletasi pada larutan dengan konsentrasi 800
ppm yaitu 15,7512 %.

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Anda mungkin juga menyukai