Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SOLUSIO PLASENTA(ABRUPSIO PLASENTA)

Disusun oleh : Kelompok 7

Ulfi Saputri (88150046)

Eliya Rapika Fitriani (88150048)

Sartika Handayani G (88150052)

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BSI

2018

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
dengan karunia-Nya kami dapat menyelesaikan Makalah solusio plasenta. Tujuan
penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan kepada pembaca di
bidang kesehatan integumen. Di samping itu, makalah ini diajukan guna memenuhi
tugas mata kuliah sistem reproduksi 2.
Manusia, sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna harus
sadar akan keberadaan dirinya, tidak takut untuk mengubah kehidupannya untuk
menjadi lebih baik, dan tidak berhenti untuk terus menimba ilmu dalam kehidupan
guna keluar dari kebodohan imannya dan menuju peningkatan nilai dan kecerdasan
takwa dirinya kepada Sang Maha Pencipta.
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan pada penulisan ini.
Dengan segala kerendahan hati penulis mengharap kritik dan saran.
Tak ada gading yang tak retak, kesempurnaan hanyalah milik Allah SWT
semata. Semoga makalah ini menjadi pelita bagi individu yang ingin
mengembangkan kepribadian dirinya. Amin.

Bandung, 15 Oktober 2018

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH ......................................................................................................................... i
SOLUSIO PLASENTA(ABRUPSIO PLASENTA)............................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................... iii
BAB I .................................................................................................................................. 4
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 4
1.3. Tujuan ................................................................................................................. 5
1.3.1. Tujuan Umum ............................................................................................. 5
1.3.2. Tujuan Khusus ............................................................................................ 5
1.4. Manfaat ............................................................................................................... 5
1.4.1. Manfaat Teoritis .......................................................................................... 5
1.4.2. Manfaat Praktis ........................................................................................... 5
BAB II................................................................................................................................. 6
TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 6
2.1. Definisi ................................................................................................................ 6
2.2. Etiologi ................................................................................................................ 6
2.3. Patofisiologi ........................................................................................................ 7
2.4. Manifestasi Klinis ............................................................................................... 9
2.5. Komplikasi .......................................................................................................... 9
2.6. Penatalaksanaan ................................................................................................ 12
BAB III ............................................................................................................................. 13
ASUHAN KEPERAWATAN........................................................................................... 13
BAB IV ............................................................................................................................. 29
PENUTUP ........................................................................................................................ 29
4.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 29
4.2 SARAN ................................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 30

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

. Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placenta adalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam
masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat
banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika
plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area
plasenta yang terlepas.

Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran.Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Ketika angka lahir mati akibat kausa lain telah berkurang
secara bermakna, angka lahir mati akibat solusio plasenta masih tetap menonjol.Perdarahan
pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada
kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak
sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak.

Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih
berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali perkiraan jumlah darah yang
telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan
syok.Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasuskasus berat
didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai pula
oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas dirumuskan masalah : Bagaimana konsep


penyakit sosio plasenta dan asuhan keperawatannya?

4
1.3.Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui, memahami dan memenuhi tugas sistem reproduksi tenteng


asuhan keperawatan klien dengan solusio plasenta

1.3.2. Tujuan Khusus


a. Untuk mengetahui dan memahami pengertian solusio plasenta

b. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi solusio plasenta

c. Untuk mengetahui dan memahami etiologi solusio plasenta

d. Untuk mengetahui dan memahami patofisiologi solusio plasenta

e. Untuk mengetahui dan memahami manifestasi klinis solusio plasenta

f. Untuk mengetahui dan memahami pemeriksaan diagnostic solusio plasenta

g. Untuk mengetahui dan memahami penatalaksanaan solusio plasenta

h. Untuk mengetahui dan memahami komplikasi solusio plasenta

i. Untuk mengetahui dan memahami asuhan keperawatan klien dengan solusio plasenta

1.4.Manfaat

1.4.1. Manfaat Teoritis

Makalah ini bermanfaat sebagai sumber ilmu pengetahuan mengenai masalah


sosio plasenta

1.4.2. Manfaat Praktis

Bagi Penulis
Makalah ini bermanfaat sebagai sumber pengetahuan dalam memperkuat teori
praktikan saat pengaplikasian di lapangan.
Bagi Pembaca
Makalah ini bermanfaat sebagai sumber penambah pengetahuan pembaca
tentang masalah sosio plasenta dan asuhan keperawatannya yang dapat di
aplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Solusio plasenta (solutio placentae), atau yang disebut juga sebagai abrupsio
plasenta (abruptio placentae), adalah lepasnya plasenta dari dinding rahim bagian
dalam sebelum proses persalinan, baik seluruhnya maupun sebagian. Kondisi ini
merupakan komplikasi kehamilan yang serius, namun jarang terjadi.

Absurio plasenta adalah pemisahan yang terlalu dini atau prematur dari plasenta
yang tertanam secara normal pada dinding uterus.

Absurio plasenta atau persalinan terlalu dini dari plasenta merupakan lepasnya
sebagian atau seluruh plasenta dari tempat penanamannya. (Mosby, 1995)

2.2. Etiologi
Etiologi solusio plasenta belum diketahui dengan jelas, namun diduga hal-hal
tersebut
dapat disebabkan karena beberapa keadaan tertentu dapat menyertainya.
Adapun faktor predisposisinya antara lain :
1. Hipertensi dalam kehamilan (penyakit hipertensi menahun, preeklamsi,
eklamsia)
2. Multiparitas, dengan umur ibu yang tua ( < 20 atau > 35 tahun)
3. Tali pusat pendek
4. Defisiensi gizi, asam folat
5. Trauma abdomen mis: kecelakaan lalu lintas
6. Tekanan pada vena cava inferior
7. Merokok
8. Mengkonsumsi alkohol
9. Penyalahgunaan obat – obatan

( Nita norma, 2013, hal 215 )

6
2.3. Patofisiologi

Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk
hematoma pada desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Apabila
perdarahan sedikit, hematoma yang kecil itu hanya akan mendesak jaringan plasenta,
peredaran darah antara uterus dan plasenta belum terganggu, dan tanda serta gejalanya
pun tidak jelas. Kejadiannya baru diketahui setelah plasenta lahir, yang pada
pemeriksaan didapatkan cekungan pada permukaan maternalnya dengan bekuan darah
lama yang berwarna kehitam-hitaman.
Biasanya perdarahan akan berlangsung terus-menerus karena otot uterus yang telah
meregang oleh kehamilan itu tidak mampu untuk lebih berkontraksi menghentikan
perdarahannya. Akibatnya, hematoma retroplasenter akan bertambah besar, sehingga
sebagian dan akhirnya seluruh plasenta terlepas dari dinding uterus. Sebagian darah
akan menyelundup di bawah selaput ketuban dari vagina, atau menembus selaput
ketuban masuk ke dalam kantong ketuban atau mengadakan ekstravasasi di antara
serabut-serabut otot uterus. Apabila ekstravasasinya berlangsung hebat, seluruh
permukaan uterus akan 6 berbercak biru atau ungu. Hal ini disebut uterus Couvelaire,
menurut orang yang pertama kali menemukannya. Uterus seperti itu akan terasa sangat
tegang dan nyeri. Akibat kerusakan jaringan miometrium dan pembekuan
retroplasenter, banyak tromboplastin akan masuk kedalam peredaran darah ibu,
sehingga terjadi pembekuan intravaskuler di manamana, yang menyebabkan gangguan
pembekuan darah tidak hanya di uterus akan tetapi juga pada alat-alat tubuh lainnya.
Perfusi ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguria dan
proteinuria akan terjadi akibat nekrosis tubuli ginjal mendadak yang masih dapat
sembuh kembali atau akibat nekrosis korteks ginjal mendadak yang biasanya berakibat
fatal.
Nasib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama
sekali, atau mengakibatkan gawat janin.
Waktu, sangat menentukan hebatnya gangguan pembekuan darah, kelainan ginjal
dan nasib janin. Makin lama sejak terjadinya solusio plasenta sampai selesai, makin
hebat umumnya makin hebat komplikasinya. ( Nita Norma,2013, hal : 215 – 216 )

7
Pathways

Hipertensi, riwayat trauma,


kebiasaan merokok, tali pusar
pendek, penyalahgunaan
alkohol dan obat – obatan Perdarahan pada pembuluh
darah

Hematoma di desidua

Plasenta terdesak

Plasenta terlepas

Otot meregang

Otot tidak mampu berberkontraksi

perdarahan

Hematoma retroplasenter

Sebagian atau seluruh plasentaterlepas dari dinding uterus

Darah masuk ke selaput ketuban Darah menembus selaput ketuban Darah terekstraksi di antara
serabut serabut uterus

Keluar melalui selaput vagina Masuk ke dalam kantung ketuban


Ekstraksi sangat hebat

Penurunan Resiko Kekurangan vol. Cairan Terasa tegang dan nyeri


CO2 infeksi

Nyeri
Penurunan Perfusi jaringan

Penurunan Perfusi
jaringan

8
2.4. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari abrupsio plasenta adalah :

1. Perdarahan per vaginam atau perdarahan yang tersembunyi dibelakang plasenta


2. Uterus menjadi lunak atau lembek.
3. Aktivitas uterus berlebihan tanpa relaksasi diantara keduanya.
4. Nyeri abdomen.

(Mitayani, 2009)

Dua tipe utama dari kasus abrupsio plasenta adalah sebagai berikut.

1. Abrupsio plasenta dengan perdarahan yang tertutup, yang berarti perdarahan


terjadi dibelakang plasenta, tetapi memiliki batas tegas karena posisi hematom.
2. Abrupsio plasenta dengan perdarahan terbuka, yaitu perdarahan yang terlihat
ketika pemisahan atau pemotongan membran juga lapisan endometrium dan
darah mengalir keluar mengenai vagina. Perdarahan yang terlihat tidak selalu
sama jumlahnya dengan jumlah darah yang hilang. Tanda – tanda syok
(takikardi, hipertensi, pucat, demam dan berkeringat) mungkin akan timbul
ketika sedikit atau tidak ada perdarahan luar muncul.

Nyeri abdomen juga dihubungkan dengan jenis pemisahan plasenta. Sifat


nyerinya bisa jadi tiba – tiba dan hebat ketika perdarahan muncul ke miometrium atau
intermitten serta sulit untuk membedakan dengan rasa sakit karena kontraksi. Uterus
mungkin bisa sangat keras sehingga janinsulit untuk di palpasi. Tes ultrasound akan
mrmbantu untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa sebagai penyebab
perdarahan, tetapi ini dapat digunakan sebagai diagnosis abrupsio plasenta, karena
pemisahan plasenta dan perdarahan mungkin tidak jelas pada USG

2.5. Komplikasi
Komplikasi solusio plasenta pada ibu dan janin tergantung dari luasnya plasenta yang
terlepas, usia kehamilan dan lamanya solusio plasenta berlangsung.Komplikasi yang
dapat terjadi pada ibu :

9
1. Syok perdarahan
Pendarahan antepartum dan intrapartum pada solusio plasenta hampir
tidak dapat dicegah, kecuali dengan menyelesaikan persalinan segera.Bila
persalinan telah diselesaikan, penderita belum bebas dari perdarahan
postpartum karena kontraksi uterus yang tidak kuat untuk menghentikan
perdarahan pada kala III persalinan dan adanya kelainan pada pembekuan
darah.Pada solusio plasenta berat keadaan syok sering tidak sesuai dengan
jumlah perdarahan yang terlihat.
Titik akhir dari hipotensi yang persisten adalah asfiksia, karena
itupengobatan segera ialah pemulihan defisit volume intravaskuler secepat
mungkin.Angka kesakitan dan kematian ibu tertinggi terjadi pada solusio
plasenta berat.Meskipun kematian dapat terjadi akibat nekrosis hipofifis dan
gagal ginjal, tapi mayoritas kematian disebabkan syok perdarahan dan
penimbunan cairan yang berlebihan. Tekanan darah tidak merupakan petunjuk
banyaknya perdarahan, karena vasospasme akibat perdarahan
akanmeninggikan tekanan darah. Pemberian terapi cairan bertujuan
mengembalikan stabilitas hemodinamik dan mengkoreksi keadaan
koagulopathi. Untuk tujuan ini pemberian darah segar adalah pilihan yang
ideal, karena pemberian darah segar selain dapat memberikan sel darah merah
juga dilengkapi oleh platelet dan faktor pembekuan.
2. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan komplikasi yang sering terjadi pada penderita
solusio plasenta, pada dasarnya disebabkan oleh keadaan hipovolemia karena
perdarahan yang terjadi.Biasanya terjadi nekrosis tubuli ginjal yang mendadak,
yang umumnya masih dapat ditolong dengan penanganan yang baik. Perfusi
ginjal akan terganggu karena syok dan pembekuan intravaskuler. Oliguri dan
proteinuri akan terjadi akibat nekrosis tubuli atau nekrosis korteks ginjal
mendadak. Oleh karena itu oliguria hanya dapat diketahui dengan pengukuran
pengeluaran urin yang harus secara rutin dilakukan pada solusio plasenta
berat.Pencegahan gagal ginjal meliputi penggantian darah yang hilang
secukupnya, pemberantasan infeksi, atasi hipovolemia, secepat mungkin
menyelesaikan persalinan dan mengatasi kelainan pembekuan darah.

10
3. Kelainan pembekuan darah
Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya disebabkan
oleh hipofibrinogenemia. Dari penelitian yang dilakukan oleh
Wirjohadiwardojo di RSUPNCM dilaporkan kelainan pembekuan darah terjadi
pada 46% dari 134 kasus solusio plasenta yang ditelitinya.Kadar fibrinogen
plasma normal pada wanita hamil cukup bulan ialah 450 mg%, berkisar antara
300-700 mg%. Apabila kadar fibrinogen plasma kurang dari 100 mg% maka
akan terjadi gangguan pembekuan darah. Mekanisme gangguan pembekuan
darah terjadi melalui dua fase, yaitu:
a) Fase I
Pada pembuluh darah terminal (arteriole, kapiler, venule) terjadi
pembekuan darah, disebut disseminated intravasculer clotting.
Akibatnya ialah peredaran darah kapiler (mikrosirkulasi) terganggu.
Jadi pada fase I, turunnya kadar fibrinogen disebabkan karena
pemakaian zat tersebut, maka fase I disebut juga coagulopathi
consumptive. Diduga bahwa hematom subkhorionik mengeluarkan
tromboplastin yang menyebabkan pembekuan intravaskuler
tersebut.Akibat gangguan mikrosirkulasi dapat mengakibatkan syok,
kerusakan jaringan pada alat-alat yang penting karena hipoksia dan
kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan oliguria/anuria.
b) Fase II
Fase ini sebetulnya fase regulasi reparatif, yaitu usaha tubuh
untuk membuka kembali peredaran darah kapiler yang tersumbat.Usaha
ini dilaksanakan dengan fibrinolisis.Fibrinolisis yang berlebihan malah
berakibat lebih menurunkan lagi kadar fibrinogen sehingga terjadi
perdarahan patologis. Kecurigaan akan adanya kelainan pembekuan
darah harus dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium, namun di 11
klinikpengamatan pembekuan darah merupakan cara pemeriksaan yang
terbaik karena pemeriksaan laboratorium lainnya memerlukan waktu
terlalu lama, sehingga hasilnya tidak mencerminkan keadaan penderita
saat itu
4. Apoplexi uteroplacenta (Uterus couvelaire)
Pada solusio plasenta yang berat terjadi perdarahan dalam otot-otot
rahim dan di bawah perimetrium kadang-kadang juga dalam ligamentum

11
latum.Perdarahan ini menyebabkan gangguan kontraktilitas uterus dan warna
uterus berubah menjadi biru atau ungu yang biasa disebut Uterus
couvelaire.Tapi apakah uterus ini harus diangkat atau tidak, tergantung pada
kesanggupannya dalam membantu menghentikan perdarahan.Komplikasi yang
dapat terjadi pada janin:
a. Fetal distress
b. Gangguan pertumbuhan/perkembangan
c. Hipoksia dan anemia d. Kematian

2.6. Penatalaksanaan
Beberapa wanita hamil yang menunjukan tanda – tanda abrupsio plasenta harus
dirawat di rumah sakit dan di evaluasi pada waktu tertentu. Evaluasi wajib dilakukan
untuk mengetahui keadaan kardiovaskuler ibu hamil dan kondisi janin. Jika kondisi
sudah sedikit membaik, janin belum matur, dan tidak menunjukan tanda distres, maka
di anjurkan untuk melakukan manajemen konservatif. Hal ini termasuk bed rest dan
mungkin termasuk pemberian mukolitik untuk menurunkan aktifitas uterus.

Kelahiran janin dengan segera penting dilakukan bila tanda kehidupan janin
atau ibu hamil menunjukan adanya tanda kehidupan janin atau ibu hamil menunjukan
adanya tanda perdarahan terlalu banya, baik perdarahan yang terlihat atau perdarahan
yang tersembunyi. Penanganan yang intensif terhadap ibu dan janin merupakan hal
penting, karena penurunan kondisi yang cepat dari ibu dan janin dapat terjadi. Jumlah
darah yang digunakan untuk penggantian harus sesuai dengan kebutuhan.

Wanita dengan pengalaman trauma abdomen akan meningkatkan resiko


abrupsio plasenta, mereka harus di pantau selama 24 jam setelah trauma.

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN
a. Identitas Pasien dan penanggung jawab.
b. Status Kesehatan
1) Status Kesehatan Saat Ini
a) Keluhan utama:
- Perasaan sakit yang tiba-tiba di perut, kadang-kadang
pasien dapat menunjukkan tempat yang dirasa paling
sakit.
- Perdarahan pervaginam yang sifatnya hebat dan
sekonyong-konyong (non-recurrent) terdiri dari darah
segar dan bekuan-bekuan darah yang berwarna
kehitaman.
- Pergerakan anak mulai hebat kemudian terasa pelan dan
akhirnya berhenti (anak tidak bergerak lagi).
- Kepala terasa pusing, lemas, muntah, pucat, mata
berkunang-kunang. Ibu terlihat anemis yang tidak sesuai
dengan jumlah darah yang keluar pervaginam.
- Kadang ibu dapat menceritakan trauma dan faktor kausal
yang lain.
b) Alasan masuk Rumah Sakit dan perjalanan penyakit saat ini:
Darah terlihat merah kehitaman karena membentuk gumpalan
darah, darah yang keluar sedikit banyak, terus menerus. Akibat
dari perdarahan pasien lemas dan pucat. Sebelumnya biasanya
pasien pernah mengalami hypertensi esensialis atau pre eklampsi,
tali pusat pendek trauma, uterus yang sangat mengecil
(hydroamnion gameli) dll.
2) Status Kesehatan Masa Lalu
a) Penyakit yang pernah dialami
Kemungkinan pasien pernah menderita penyakit hipertensi / pre
eklampsi, tali pusat pendek atau trauma uterus .
b) Riwayat alergi

13
Tidak ada riwayat alergi
c. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada riwayat penyakit keluarga.
d. Riwayat psikologis
Pasien cemas karena mengalami perdarahan disertai nyeri, serta tidak
mengetahui asal dan penyebabnya.
e. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan umum
Kesadaran : composmetis s/d apatis
Postur tubuh : biasanya gemuk
Raut wajah : biasanya pucat
2) Tanda-tanda vital
Tensi : normal sampai turun (syok)
Nadi : normal sampai meningkat (> 90x/menit)
Suhu : normal / meningkat (> 37o c)
RR : normal / meningkat (> 24x/menit)
3) Riwayat kehamilan (gravida, para, aborsi, dan melahirkan bayi
prematur)
4) Jumlah dan sifat perdarahan ( waktu serangan, perkiraan kehilangan
darah sebelum datang ke rumah sakit, dan keterangan tentang jaringan
yang terlepas).
5) Sakit:
- Jenisnya : menetap, intermitten,tajam,tumpul, keras
- Serangannya: berangsur – angsur, mendadak
- Lokasinya: menyeluruh pada abdomen, lokal
6) Pemeriksaan cepalo caudal
Kepala : kulit kepala biasanya normal / tidak mudah mengelupas
rambut biasanya rontok / tidak rontok.
Muka : biasanya pucat, tidak oedema ada cloasma
Hidung : biasanya ada pernafasan cuping hidung
Mata : conjunctiva anemis
Dada : bentuk dada normal, RR meningkat, nafas cepat dan dangkal
Abdomen

14
- Inspeksi : perut besar (buncit), terlihat etrio pada area perut,
terlihat linea alba dan ligra
- Palpasi rahim keras, fundus uteri naik, uterus lembut
- Auskultasi : tidak terdengar DJJ, tidak terdengar gerakan
janin.

Genetalia

- Hiperpregmentasi pada vagina, vagina berdarah / keluar darah


yang merah kehitaman, terdapat farises pada kedua paha /
femur.

Ekstimitas : Akral dingin, tonus otot menurun.

Pemeriksaan Penunjang

- Darah : Hb, hemotokrit, trombosit, fibrinogen, elektrolit.


- USG untuk mengetahui letak plasenta, usia gestasi, keadaan
janin.
- Kardioktokgrafi : untuk mengetahui kesejahteraan janin

15
Analisa Data

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1. DS : pendarahan pembuluh darah
plasenta
DO :
- Perdarahan hematoma di desidua
- Tekanan darah
menurun plasenta terdesak
- Nadi (> 90x/menit) Defisit volume cairan
- Suhu (> 37o c) plasenta terlepas
- RR (24x/menit)
- Oliguria otot meregang
- membran mukosa
kering otot tidak mampu berkontraksi
- lemas, muntah,
pucat. perdarahan

darah masuk ke selaput


ketuban

keluar melalui selaput vagina

kekurangan Volume Cairan

2. DS : pendarahan pembuluh
- klien mengeluh darah plasenta
nyeri di bagian
perut
hematoma di desidua

DO :
- skala nyeri 1 – 10 plasenta terdesak

16
- wajah meringis

plasenta terlepas Nyeri

otot meregang

otot tidak mampu


berkontraksi

perdarahan

darah terekstraksi
diantara serabut –
serabut uterus

ekstraksi sangat hebat

Nyeri

3. DS: pendarahan pembuluh darah


DO : plasenta
- Tekanan darah
menurun hematoma di desidua
- Nadi (< 90x/menit)
- Suhu (36o c) plasenta terdesak

17
- RR (24x/menit)
- Perdarahan plasenta terlepas
pervagina Penurunan Cardiac output
- TD menurun otot meregang
- Tonus otot menurun.
otot tidak mampu berkontraksi

perdarahan

darah masuk ke selaput


ketuban

keluar melalui selaput vagina

penurunan Co2

4. DS : pendarahan pembuluh darah


plasenta
DO :

- Tekanan darah hematoma di desidua


menurun Resiko Infeksi
- Nadi (< 90x/menit) plasenta terdesak
o
- Suhu (36 c)
- RR (24x/menit)
plasenta terlepas
- Lemas dan pucat
- vagina berdarah /
otot meregang
keluar darah yang
merah kehitaman
otot tidak mampu berkontraksi
- terdapat farises pada
kedua paha / femur.
perdarahan
- Akral dingin

darah masuk ke selaput


ketuban

18
keluar melalui selaput vagina

Resiko infeksi
5 DS : pendarahan pembuluh darah
plasenta
DO :
- Tekanan darah hematoma di desidua
menurun
- Nadi (< 90x/menit) plasenta terdesak
- Suhu (36o c)
- RR (24x/menit) plasenta terlepas
- vagina berdarah /
keluar darah yang otot meregang Penurunan Perfusi jaringan
merah kehitaman
- terdapat farises pada
otot tidak mampu berkontraksi
kedua paha / femur.
- Tonus otot menurun.
perdarahan

darah masuk ke selaput


ketuban

keluar melalui selaput vagina

Penurunan CO2

Perfusi jaringan

Penurunan Perfusi jaringan

19
2. Diagnosa Keperawatan
1) Defisit volume cairan b.d pendarahan
2) Nyeri Pada Uterus b.d Ketidakmampuan Iterus Berkontraksi
3) Penurunan Cardiac Output b.d pendarahan berlebih
4) Resiko infeksi b.d pendarahan pervaginam.
5) Penurunan perfusi jaringan b.d perdarahan berlebih

20
 Intervensi Keperawatan
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. Defisit volume cairan b.d Dalam waktu 1x24 jam defisit 1. Identifikasi kemungkinan 1. Identifikasi kemungkinan
penyebab ketidakseimbangan penyebab
pendarahan d.d Tekanan volume cairan tidak terjadi
elektrolit ketidakseimbangan
Darah Meningkat, Nadi 2. Monitor adanya kehilangan elektrolit
Kriteria hasil : 2. mengetahui keadaan
Meningkat, Oliguria, cairan dan elektrolit
umum pasien
Penurunan BB, Membran 1. Mempertahankan intake & 3. kaji intake & output 3. mengetahui evaluasi
Mukosa Kering output normal perdarahan selanjutnya.
2. Tidak ada tanda-tanda 4. anjurkan ibu untuk banyak
dehidrasi minum 4. untuk mengetahui cairan
3. Tekanan darah, nadi, suhu 5. anjurkan ibu untuk tidak panic yang keluar balance atau
tubuh dalam batas normal 6. monitor TTV tidak
4. Membran mukosa lembab
5. untuk menghadapi
perdarahan

17
6. mengetahui keadaan
umum pasien.
2. Nyeri Pada Uterus b.d Dalam waktu 1x24 jam nyeri 1. Kaji nyeri dengan pendekatan 1. Untuk
Ketidakmampuan uterus berkurang/ hilang PQRST mengetahui
Berkontraksi Optimal. KH : sejauh mana
1. Secara subjektif 2. Lakukan manajemen nyeri : intervensi yang
melaporkan nyeri Atur posisi fisiologis dilakukan
berkurang atau dapat 2. Posisi fisiologis
diadaptasi 3. Istirahatkan klien dapat
2. Skala nyeri meningkatkan
berkurang asupan O2 ke
3. Dapat jaringan
mengidentifikasi 3. Istirahat akan
aktivitas yang dapat menurunkan
meningkatkan atau kebutuhan O2
menurunkan nyeri 4. Berikan lingkungan tenang dan dan
batasi pengunjung meningkatkan
5. Ajarkan teknik relaksasi suplai darah pada
pernafasan dalam jaringan yang

18
mengalami
peradangan.
6. Ajarkan teknik distraksi 4. Lingkungan yang
tenang akan
menurunkan
stimulus nyeri
7. Kolaborasi pemberian 5. Meningkatkan
analgetik asupan O2
sehingga akan
menurunkan
nyeri sekunder
6. Menurunkan
stimulus nyeri
internal dengan
mekanisme
peningkatan
produksi
endorfin.

19
7. Analgetik
memblok lintasan
nyeri dan nyeri
akan berkurang
3. Penurunan Cardiac Output Dalam waktu 1x24 jam penurunan 1. nilai dan catat TTV,TD,LOC,CVP, 1. pengkajian yang akurat
b.d pendarahan berlebih cardiac output teratasi perfusi jaringan, intake output, serta mengenai status hemodinamik
KH : jumlah perdarahan merupakan dasar perencanaan,
- Volume darah 2. bantu pemberian penkes atau mulai intervensi dan evaluasi.
intravaskuler dan sarankan terapi cairan IV atau terapi
cardiac output dapat di transfusi darah sesuai kebutuhan. 2. memperbaiki volume vaskuler
perbaiki sampai membutuhkan terapi IV dan
nadi,TD, nilai intervensi farmakologi.
hemodinamik, serta nilai Kehilangan volume darah harus
Lab menunjukan tanda diperbaiki untuk mencegah
normal. komplikasi seperti infeksi,
gagguan janin, dan gangguan
organ vital ibu hamil.

20
4. Resiko infeksi b.d Dalam waktu 1x24 jam resiko 1. Catat perubahan tanda vital. 1. Perubahan tanda vital (
perdarahan pervaginam infeksi teratasi suhu ) merupakan indikasi

KH : terjadinya infeksi

1. Klien bebas dari tanda dan 2. Catat adanya tanda lemas dan 2. Tanda-tanda tersebut
kedinginan, merupakan indikasi
gejala infeksi
terjadinya bakterimia,
2. Menunjukkan kemampuan
shock yang tidak terdeteksi
untuk mencegah timbulnya 3. Perhatikan kemungkinan infeksi
di tempat lain, misalnya infeksi 3. Infeksi di tempat lain
infeksi
saluran nafas, mastitis dan saluran memperburuk keadaan
3. Menunjukkan perilaku
kencing
hidup sehat
4. Berikan perawatan perineal,dan
pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
4. pembalut yang terlalu
basah menyebabkan kulit
iritasi dan
dapat menjadi media untuk
pertumbuhan
5. Tindakan kolaborasi
bakteri,peningkatan
resiko infeksi.

21
 Berikan zat besi ( Anemi
memperberat keadaan ) 5. Pemberian antibiotika yang
 Beri antibiotika tepat diperlukan untuk
keadaan infeksi.

5. Penurunan perfusi jaringan Dalam waktu 1x24 jam penurunan 1. Monitor tanda vital tiap 5-10 1. Perubahan perfusi jaringan
b.d perdarahan berlebih perfusi jaringan teratasi menit. menimbulkan perubahan pada

KH : tanda vital

1. Tekanan darah dalam batas 2. Catat perubahan warna kuku, 2. Dengan vasokontriksi dan
mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu hubungan keorgan vital,
normal
kulit sirkulasi di jaingan perifer
2. Nyeri dada tidak ada
berkurang sehingga
3. Tidak ada kelelahan
menimbulkan cyanosis dan
suhu kulit yang dingin
3. Tindakan kolaborasi :
 Monitor kadar gas darah
3. Perubahan kadar gas darah
dan PH
dan PH merupakan tanda
 Berikan terapi oksigen
hipoksia jaringan

22
Oksigen diperlukan untuk
memaksimalkan transportasi
sirkulasi jaringan

23
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dari penjelasan di atas dapat kami ambil kesimpulan bahwa solusio
plasenta adalah lepasnya plasenta sebelum waktunya atau sekitar minggu ke
20. Penyebab dari solusio plasenta ini belum pasti namun terdapat beberapa
keadaan tertentu yang menyertai terjadinya solusio diantaranya karena
hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau > 35 tahun,
tali pusar yang pendek. Solusio juga diklasifikasikan menjadi beberapa bagian
yang diantaranya solusio plasenta ringan, sedang dan berat. Komplikasi yang
mungkin muncul pada orang yang terkena solusio plasenta adalah perdarahan
antrepartum, intrapartum maupun postpartum, kelainan pembekuan darah.

4.2 SARAN
Dengan adanya makalah ini kelompok berharap kita sebagai tenaga
kesehatan mampu menanggulangi dan mencegah terjadinya solusio plasenta
pada lingkungan sekitar kita dan mampu memberikan atau membagi wawasan
tentang solusio plasenta. Menjaga kesehatan dengan tidak melakukan tindakan
yang membahayakan bagi kesehatan

29
DAFTAR PUSTAKA
1. Mitayani. 2013 : Asuhan keperawatan maternitas. Jakarta, Salemba Medika

2. Nanda NIC-NOC. 2015 : Asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa


medis. Jogjakarta, Mediaction

3. https://muecliisonatigirl.wordpress.com/2012/04/02/asuhan-keperawatan-
solusio-plasenta/

30

Anda mungkin juga menyukai