Anda di halaman 1dari 11

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/257748665

PENGAMATAN TRANSFORMASI HIDRAT AMOKSISILINA TRIHIDRAT DENGAN


FTIR

Conference Paper · January 2011

CITATIONS READS

0 612

2 authors:

Ilma Nugrahani Okky Dwichandra Putra


Bandung Institute of Technology AstraZeneca
36 PUBLICATIONS   43 CITATIONS    34 PUBLICATIONS   78 CITATIONS   

SEE PROFILE SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Improving physicochemical properties of drug compounds View project

All content following this page was uploaded by Ilma Nugrahani on 27 November 2018.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat


dengan FTIR

Ilma Nugrahani, Slamet Ibrahim, Rachmat Mauludin, dan Pusparani Krisnamurthi


Sekolah Farmasi, Institut Teknologi Bandung, Bandung
e-mail : ilma_nugrahani@fa.itb.ac.id

Diterima 19 Juni 2012, disetujui untuk dipublikasikan 19 Juli 2012

Abstrak
Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan hidrat dalam
padatan kristal secara kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode FTIR untuk menganalisis
keberadaan dan perubahan jumlah/transformasi hidrat sefaleksin monohidrat dan sefadroksil monohidrat baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis FTIR dikonfirmasi dengan DSC (Differential Scanning
Calorimeter) dan PXRD (Powder Xray Diffractometer) sebagai metode standard analisis padatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa puncak hidrat dari sefaleksin terlihat pada bilangan gelombang 3386-3586 cm-1, sedangkan
puncak hidrat dari sefadroksil terlihat pada bilangan gelombang 3471-3650 cm-1. Pendekatan kuantitatif dilakukan
dengan mengukur Area Under Curve (AUC) dari derivat puncak hidrat pada spektra FTIR; kemudian membuat
kurva kalibrasi antara AUC dengan kadar padatan dalam pelat KBr. Kurva kalibrasi menghasilkan nilai R=0,9996,
sedangkan sefadroksil monohidrat R=0,9995. Selanjutnya transformasi hidrat dari kedua antibiotika dilakukan
dengan pengambilan sampel terhadap padatan yang digerus selama 180 menit dan dicuplik setiap 30 menit. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa sefadroksil monohidrat mengalami kehilangan spektra hidrat pada menit ke-180
sedangkan sefaleksin monohidrat pada menit ke-150. Padatan antibiotika hasil penggerusan tersebut kemudian
dipaparkan terhadap lembab di dalam desikator dengan kelembaban RH 71% dan RH 99%, pada suhu 25°C. Hasil
analisis FTIR dikonfirmasi dengan DSC dan PXRD menunjukkan bahwa hidrat tidak kembali pada jumlah dan
bentuk semula. Keseluruhan data membuktikan bahwa FTIR dapat menganalisis transformasi hidrat sefadroksil
monohidrat dan sefaleksin monohidrat dengan ketelitian yang baik. Dengan demikian, FTIR layak menjadi metode
alternatif maupun pelengkap untuk menganalisis hidrat dan transformasinya.
Kata kunci : Sefaleksin monohidrat, Sefadroksil monohidrat, Transformasi hidrat, FTIR.

Study of Hydrate Transformation of Cepadroxil Monohydrate and Cepalexin


Monohydrate Using FTIR
Abstract
Fourier Transform Infra Red (FTIR) generally is used as a qualitative method to detect hydrate in a crystal solid
form. The purpose of this research was to develop FTIR method to analyze hydrate and its transformation in
cephalexin monohydrate and cefadroxil monohydrate qualitative and quantitatively. Data of FTIR analysis were
confirmed with DSC (Differential Scanning Calorimeter) and PXRD (Powder Xray Diffractometer) which have
known as standard methods of solid analysis. The results of this experiment showed that hydrate of cephadroxil
spectra was founded at 3386-3586 cm-1 wavenumber, while cephalexin monohydrate at 3471-3650 cm-1.
Quantification approach of FTIR’s was performed by measure the AUC (Area under Curve) of the derivative of
hydrate spectra and made the calibration curve between AUC versus sample concentration in the KBr plate. The
calibration curves showed cephalexin monohydrate linearity value : R=0.9996, while cefadroxil monohydrate had
R=0.9995. Hydrate transformation were observed by grinding of APIs for 180 minutes and sample is taken for every
30 minutes for evaluate its hydrate transformation with FTIR. Cefadroxil monohydrate lost its hydrate after 180
minutes and cephalexin monohydrate after 150 minutes of grinding. After that, the grinding samples were exposed
to humidity in desicators with RH: 71 and 99%, at the temperature 25C. FTIR spectra confirmed by DSC and
PXRD showed that both samples cannot rehydrate back to its original amount and form. All of data proved that
FTIR can be used as an adequate methods to analyze hydrate transformation of cephadroxil and cephalexin.
Finally, FTIR considered as a proper alternative or complementary analysis instrument for solid state analysis,
especially the hydrate and its transformation.
Keywords : Cefadroxil monohydrate, Cephalexin monohydrate, Hydrate transformation, FTIR.
1. Pendahuluan dan/atau beberapa bentuk hidrat/solvat (solvatomorf).
Hidrat/solvat adalah kristal dengan sejumlah molekul
Padatan senyawa organik dan anorganik bisa
air/pelarut organik yang terinkorporasi pada kisi-kisi
memiliki beberapa bentuk kristal atau polimorf

1
2 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

kristalnya. Pada proses pembuatan sediaan obat, merupakan metode analisis yang relatif cepat dan
padatan zat aktif berkemungkinan mengalami lebih mudah digunakan bila dibandingkan metode
berbagai perlakuan termik atau mekanik selama, analisis padatan lain seperti PXRD dan DSC-TGA.
seperti penggerusan, penggilingan, liofilisasi, spray- Penggunaan FTIR sebagai metode analisis hidrat
drying, granulasi, pembuatan suspensi, tabletasi, dan kristal masih belum banyak digunakan.
penyimpanan pada berbagai kondisi suhu dan
2. Percobaan
kelembaban. Akibatnya, bahan baku padat dapat
mengalami transformasi polimorfi maupun 2.1 Bahan
transformasi hidrat/solvat. Transformasi tersebut
Sefadroksil monohidrat pemberian PT. Kalbe
dapat berpengaruh terhadap solubilitas, kelarutan,
stabilitas dan kecepatan disolusi yang pada akhirnya Farma, sefaleksin monohidrat dari PT Bernofarm
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati obat. dengan nama Purilex Powder dengan Lot No.
Oleh karena itu, karakterisasi padatan, termasuk studi 3383253, KBr (Merck, Produk No.1049070500),
transformasi hidrat perlu dilakukan sebagai informasi silika gel (Sakura) sebagai absorben desikator
penyimpanan, NaCl, dan KCl.
penting untuk pra-formulasi. Dengan adanya data
perubahan hidrat, diharapkan dapat dirancang proses Alat
produksi sediaan dan penyimpanan yang optimal.
Sefadroksil dan sefaleksin adalah antibiotik Botol vial kecil dengan tutup plastik, spatula,
golongan beta laktam. Perubahan hidrat dan struktur 3 buah desikator untuk penyimpanan kering dan
kisi kedua senyawa antibiotik tersebut dapat pengembalian hidrat pada RH 71% dan RH 99%,
menurunkan stabilitas kimianya karena air kristal timbangan analitik (Mettler Toledo AG104),
yang terlepas dapat menyerang gugus beta laktam. penggerus automatis (Retsch mortar grinder RM
Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat 100), spektroskopi FTIR (Jasco FTIR-4200), oven
memberikan informasi penting sebagai dasar pengering KBr, DSC-TGA (Netzsch STA 449 F3
perlakuan bahan baku kedua bahan aktif tersebut Jupiter), PXRD (PW1710 diffractometer), dan DTA
terkait aktivitas hidratnya. (Mettler Toledo FP 90).
Sefadroksil merupakan antibiotik monohidrat 2.2 Karakterisasi awal bahan baku
yang berupa serbuk kristalin putih kekuningan yang
agak sukar larut dalam air (1110 mg/L) dan sangat Karakterisasi awal meliputi pembandingan
sukar larut dalam etanol dengan struktur kristal pemerian sampel dengan pustaka, identifikasi bahan
dilaporkan jenis ortorombik. Sefaleksin merupakan padatan sefadroksil monohidrat dan sefaleksin
antibiotik semisintetik monohidrat yang berupa monohidrat dengan FTIR dengan metode plat KBr,
serbuk kristalin putih hingga putih pudar dan sedikit DSC-TGA, dan PXRD.
larut dalam air (1789 mg/L), namun praktis tidak Analisis FTIR dilakukan pada sampel
larut dalam etanol dengan struktur kristal monoklinik. berbentuk serbuk yang dicampur KBr dengan
perbandingan bobot 1:100 dan digerus hingga
homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam cakram
cetakan, lalu dikompresi pada tekanan 20 Psi
menggunakan hydraulic press. Cakram dipasang
pada holder lalu spektrum diukur pada bilangan
gelombang 4000-400 cm-1 menggunakan
spektroskopi FTIR Jasco-4200 dan software Spectra
Manager II.
Analisis menggunakan DSC-TGA/DTA
dilakukan dengan penimbangan 3-7 mg sampel
selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan alumunium
khusus untuk analisis DSC-TGA/DTA. Sampel
dipanaskan dengan kecepatan pemanasan 10°/menit
di bawah aliran gas nitrogen (untuk DSC).
Pengukuran aliran panas dilakukan pada suhu 30-
350°C.
Analisis menggunakan PXRD dilakukan pada
  kondisi sebagai berikut: anoda Cu, tegangan 40 kV,
Gambar 1. Struktur sefadroksil dan sefaleksin (USP arus 30mA, lebar slit 0,2 inci. Data dikumpulkan
XXX, NF25). dengan mode scanning 0,2°-0,5°per menit dengan
Selama ini transformasi hidrat secara rinci jarak scanning 2θ :5° - 40 °.
lebih banyak dipelajari dengan metode analisis termal 2.3 Pendekatan kuantitatif penetapan puncak hidrat
(DSC/TGA, DTA) dan difraktometri (PXRD), kristal pada FTIR
sedangkan FTIR biasanya digunakan terbatas untuk
uji kualitatif keberadaan hidrat. Penelitian ini Kuantifikasi puncak hidrat dari sampel
berusaha mengembangkan metode kuantitatif. FTIR dilakukan dengan metode penetapan kadar
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 3

menggunakan preparasi sampel yang sama dengan 365,41 gram/mol. (European Pharmacopeia 6,2007;
identifikasi awal yakni dengan metode plat KBr. USP XXX, NF25, 2007).
Berat KBr dibuat tetap yakni 100 mg, sedangkan
sampel dibuat pada berbagai variasi kadar yakni pada
0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,2; 1,4; 1, 6;1, 8, dan 2 mg. Lalu
dibandingkan spektrumnya dan puncak derivat
transmitan dari hidrat yang terbentuk. Setiap kadar
sampel diukur sebanyak 3 kali untuk sekaligus
mengukur presisi dari alat. Pengukuran AUC dan
tinggi puncak hidrat derivat spektrum FTIR sampel
menggunakan software Spectra manager II. Lalu
ditentukan nilai dari parameter linearitas, batas
deteksi, batas kuantisasi, dan presisinya. Gambar 2. Pemerian serbuk sefadroksil monohidrat
2.4 Penggerusan (kiri) dan sefaleksin monohidrat (kanan).
Penggerusan sampel selama 180 menit Serbuk sefadroksil monohidrat dan sefaleksin
menggunakan Retsch Mortar Grinder RM 100 monohidrat memiliki ciri-ciri ukuran serbuk
dengan pengaturan tekanan pada mode 1, yaitu sefadroksil lebih besar dari sefaleksin. Sefadroksil
tekanan sebesar (1×108 N/m2). Sampling dilakukan berwarna putih bersih sedangkan sefaleksin berwarna
pada menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit agak kekuning-kuningan. Serbuk sefaleksin
lalu dikarakterisasi dengan FTIR. cenderung menggumpal, tetapi sefadroksil tidak.
(Gambar 2).
2.5 Evaluasi sampel hasil penggerusan Kemudian sampel dikarakterisasi dengan
Evaluasi sampel pada menit ke-180 FTIR untuk melihat spektrum IR dan dibandingkan
menggunakan FTIR dengan metode plat KBr, DSC- dengan spektrum pada pustaka (UV and IR Spectra of
TGA/DTA, dan PXRD sama dengan metode Pharmaceutical Substances and IR Spectra of
karakterisasi awal bahan baku. Pharmaceutical and Cosmetic Excipients, 2002 )
yang menunjukkan hasil sebagai berikut
2.6 Penyimpanan sampel hasil penggerusan dalam
kelembaban tinggi
Sampel hasil penggerusan selama 180 menit
disimpan dalam dua desikator, masing-masing berisi
larutan NaCl jenuh pada RH 71% dan larutan KCl
jenuh pada RH 99%. Sampling dilakukan pada
penyimpanan jam ke-0,8,24,48,72 jam.
2.7 Evaluasi sampel hasil penyimpanan dalam
kelembaban tinggi
Evaluasi sampel pada penyimpanan jam ke-0, (a)
8, 24, 48, dan 72 jam menggunakan FTIR dengan
metode plat KBr, dan hasil jam ke-72 dengan PXRD.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Karakterisasi awal
Karakterisasi awal sampel merujuk pada
organoleptik dan pemerian sampel yang tertera pada
pustaka (USP XXX, NF25, 2007; European
Pharmacopeia 6, 2007). Sefadroksil merupakan
antibiotik monohidrat yang berupa serbuk kristalin
putih kekuningan yang agak sukar larut dalam air (b)
(1110 mg/L) dan sangat sukar larut dalam etanol.
Sefadroksil monohidrat memiliki rumus kimia Gambar 3. Spektrum IR sefadroksil monohidrat (a);
C16H17N3O5S.H20 dan berat molekul 381,40 sefaleksin monohidrat (b).
gram/mol. Senyawa ini memiliki titik leleh 197°C.
Sefaleksin merupakan antibiotik monohidrat yang
berupa serbuk kristalin putih, putih pudar dan sedikit
larut dalam air (1789 mg/L), namun praktis tidak
larut dalam alkohol. Sefaleksin monohidrat memiliki
rumus kimia C16H17N3O4S.H20 dan berat molekul
4 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

gelombang 3386-3586 cm-1 dan sefadroksil


monohidrat terlihat pada bilangan gelombang 3471-
3650 cm-1. Daerah-daerah tersebut menunjukkan
puncak khas di daerah regangan OH air kristal yakni
pada daerah 3100-3600 cm-1 (Kogermann, 2008).
Derivat puncak hidrat sefaleksin monohidrat
terlihat seperti dua puncak berhimpit, sedangkan
sefadroksil monohidrat terlihat hanya satu puncak
lebar saja. Intensitas spektrum pada daerah
fingerprint sefadroksil dan sefaleksin tidak sebesar
intensitas yang ada pada pustaka, namun
menunjukkan posisi pada bilangan gelombang yang
(a) sama (Gambar 3,4,5).
Karakterisasi menggunakan DSC-TGA
menghasilkan termogram seperti teramati pada
berikut ini (Gambar 6).

(b)

(a)

(b)
Gambar 4. Spektrum IR (a) dan derivat spektrum (b)
sefadroksil monohidrat percobaan.
Gambar 6. Termogram DSC (a) – TGA (b)
sefadroksil monohidrat.
Termogram DSC (Gambar 6 a) menunjukkan
kurva endotermik pada daerah 100°C yang
mengindikasikan suhu anhidratasi dari hidrat
sefadroksil. Hal ini dipertegas kurva TGA (Gambar 6
b) yang menurun setelah suhu 100°C karena lepasnya
hidrat. Tiga puncak kurva DSC pada suhu 196°C,
204°C, dan 216°C menunjukkan tahap-tahap
perubahan fasa, yaitu rekristalisasi; peleburan;
rekristalisasi; peleburan lagi untuk selanjutnya
terurai. Titik peleburan pada 196°C membuktikan
(a) kemurnian sefadroksil yang memiliki titik lebur pada
197°C. Perbedaan suhu titik leleh masih dibawah
rentang keberterimaan ±2°C.

(b)

(a)

(b)
Gambar 5. Spektrum IR (a) dan derivat spektrum (b)
sefaleksin monohidrat percobaan. Gambar 7. Termogram DSC (a) – TGA (b)
Hasil karakterisasi awal dari puncak hidrat sefaleksin monohidrat.
menggunakan FTIR menunjukkan puncak hidrat Termogram DSC pada Gambar 7 terlihat
sefaleksin monohidrat terlihat pada bilangan adanya peristiwa endoterm pada suhu 100°C. Hal ini
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 5

menunjukkan adanya anhidratasi yang didukung 3.2 Pendekatan kuantitatif puncak derivat spektrum
kelandaian pada kurva TGA pada suhu yang sama. FTIR dari hidrat kristal
Pada suhu 196,6°C terjadi puncak eksotermik yang
Derivatisasi spektrum FTIR ini dilakukan
menunjukkan proses rekristalisasi diikuti dengan
dengan menggunakan algoritma Savitzky-Golay pada
oksidasi menyebabkan dekomposisi sefaleksin yang
software Spectra manager II. Algoritma ini
didukung dengan data TGA yang menunjukkan
merupakan filter yang digunakan untuk membuat
penurunan massa akibat penguraian massa pada suhu
regresi polinomial pada suatu seri data untuk
yang sama.
menentukan nilai yang smooth dari tiap data serta
Sefaleksin monohidrat dan sefadroksil
mengurangi noise. Keuntungan utama dari
monohidrat memiliki hidrat kanal (Kennedy, 2003).
pendekatan algoritma ini adalah dapat
Kurva anhidratasi terlihat lebar karena seperti hidrat
mempertahankan distribusi data seperti tinggi,
kanal pada umumnya, molekul air dilepaskan pada
pendek, dan lebar spektrum. Efek smoothing dari
suhu sekitar 100°C secara mudah.
algoritma ini tidak bersifat agresif, yakni tidak
Karakterisasi awal menggunakan PXRD
mengubah rata-rata dan menghilangkan atau
memperlihatkan kristalinitas keduanya yang
mendistorsi informasi penting dari data (Savitzky,
menghasilkan puncak-puncak difraksi sebagai berikut
1964; Maddams, 1981).
(Gambar 8 dan 9):
Dipilih pengukuran kalibrasi Area Under
Curve (AUC) ketimbang tinggi puncak disebabkan
hasil linieritasnya lebih baik. Dari 3 data hasil
pengukuran setiap bobot dihitung nilai rata-ratanya
sebagai nilai AUC dan tinggi puncak. Sebagai contoh
gambar kurva hasil pengukuran AUC adalah sebagai
berikut (Gambar 10)

Gambar 8. Difraktogram PXRD sefadroksil


monohidrat.
Sefadroksil monohidrat memberikan intensitas
yang tinggi pada nilai 2θ: 10;12,.3; 14,54; 16,64;
17,82; 21,66; 23,4; 25,76; 31,38; 32,54; dan 34,68.
Hal ini menunjukkan sefadroksil monohidrat
memiliki kristalinitas yang cukup tinggi. Gambar 10. Kalibrasi puncak derivat spektrum FTIR
sefadroksil monohidrat.
Tabel 1. Pengukuran Presisi Spektrum FTIR
Sefadroksil Monohidrat. (a)
Pengukuran ke AUC
1 9,215
2 9,078
3 8,947
4 8,984
5 8,992
6 9,152

(b)

Gambar 9. Difraktogram PXRD sefaleksin


monohidrat.
Gambar 11. Grafik perbandingan kalibrasi FTIR
Sefaleksin monohidrat memberikan intensitas
sefadroksil monohidrat pada berbagai bobot dengan
yang tinggi pada nilai 2θ: 7,14; 10,88; 14,42; 16,24;
metode perhitungan AUC (a); tinggi puncak (b).
17,74; 19,38; dan 21,98.
6 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa nilai R derivat spektrum (Gambar 12 a) adalah 0,9996
untuk AUC puncak derivat spektrum (Gambar 11 a) sedangkan untuk tinggi puncak (Gambar 12 b) adalah
sefadroksil monohidrat adalah 0,9996 sedangkan 0,9912 sehingga kurva kalibrasi AUC dianggap lebih
untuk tinggi puncak (Gambar 11 b) adalah 0,9850 memadai untuk digunakan sebagai pengukuran. Nilai
sehingga AUC spektra dianggap lebih akurat untuk R-AUC: 0,9996 lebih besar dari 0,999 sehingga
digunakan dalam perhitungan. Nilai R-AUC: memenuhi syarat linieritas dalam validasi penetapan
0,999596 lebih besar dari 0,999, sehingga memenuhi kadar FTIR. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
syarat linieritas dalam validasi penetapan kadar simpangan baku residu dari regresi liner (Sy/x)
FTIR. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 0,091 dan koefisien variansi regresi (Vx0)
simpangan baku residu dari regresi liner (Sy/x) sebesar 1,594 yang mendekati 2, serta perhitungan
sebesar 0,181 dan koefisien variansi regresi (Vx0) batas deteksi didapatkan 0,058 mg dan batas
sebesar 1,659 yang mendekati 2, serta perhitungan kuantisasi 0,175 mg. Presisi alat ditentukan dengan
batas deteksi didapatkan 0,060 mg dan batas menetapkan nilai simpangan baku relatif (%RSD)
kuantisasi 0,183 mg. Presisi alat ditentukan dengan yakni 1,884 yang nilainya harus kurang dari 2.
menetapkan nilai simpangan baku relatif (%RSD), Dengan demikian, hasil pengujian FTIR kadar
yakni 1,167 yang nilainya harus kurang dari 2. sefaleksin monohidrat dianggap memenuhi parameter
Dengan demikian, hasil pengukuran kadar sefadroksil validasi linieritas, presisi, rentang, dan spesifisitas.
monohidrat dengan FTIR dianggap memenuhi Pengukuran AUC derivat spektrum hidrat
parameter linieritas, presisi, rentang, dan spesivisitas. pada berbagai kadar sampel dengan FTIR
menghasilkan kurva kalibrasi yang linier, dengan
Tabel 2. Pengukuran Presisi Spektrum FTIR
nilai R yang lebih dari 0,999 baik pada sefadroksil
Sefaleksin Monohidrat.
monohidrat maupun sefaleksin monohidrat.
Pengukuran ke AUC
Evaluasi Hasil Penggerusan
1 5,369
2 5,353 Penggerusan sampel dilakukan dengan
3 5,352 tekanan 108 N/m2. Hasil sampling penggerusan setiap
4 5,427 30 menit menggunakan FTIR menghasilkan data
5 5,245 AUC menghasilkan kurva pada Gambar 13.
6 5,123

(a)

Gambar 13. Grafik AUC derivat FTIR sefadroksil


terhadap waktu penggerusan.
(b)
Hasil penggerusan sefadroksil menunjukkan
penurunan puncak derivat hidrat seiring lama
penggerusan. Dari grafik (Gambar 13) terlihat
hubungan yang linear antara lamanya waktu
penggerusan dengan penurunan AUC spektra hidrat
sefadroksil mengalami perubahan signifikan setelah
penggerusan selama 180 menit dengan menyisakan
sedikit puncak pada bilangan gelombang 3498 cm-1
(Gambar 13). Selanjutnya perubahan hidrat kristal
dikonfirmasi dengan hasil PXRD dan DSC-TGA
sefadroksil sebagai berikut:
Gambar 12. Grafik perbandingan kalibrasi FTIR
sefaleksin monohidrat pada berbagai bobot dengan
metode perhitungan AUC (a); tinggi puncak (b).
Selanjutnya dilakukan pengukuran kuantitatif
hidrat sefaleksin monohidrat dengan FTIR, kurva
kalibrasi menunjukkan nilai R untuk AUC puncak
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 7

sefadroksil monohidrat memiliki derajat fleksibilitas


konformasi yang rendah dalam kristal (Hickey,
2006).

Gambar 14. Difraktogram hasil penggerusan


sefadroksil selama 180 menit (b) dibandingkan
dengan sebelum penggerusan (a).
Difraktogram menunjukkan bahwa sefadroksil Gambar 16. Grafik AUC derivat FTIR sefaleksin
hasil penggerusan menjadi lebih amorf dan terlihat terhadap waktu penggerusan.
penurunan intensitas puncak pada posisi θ yang sama Hasil penggerusan sefaleksin juga
dengan sefadroksil monohidrat bahan baku yang menunjukkan penurunan puncak derivat hidrat
belum digerus. Puncak-puncak terlihat masih ada dan seiring lama penggerusan sehingga hidrat kristal
hanya berkurang intensitasnya. Ini menunjukkan mengalami perubahan yang signifikan setelah
bahwa penggerusan dengan tekanan 108 N/m2 belum penggerusan selama 150 menit yang digambarkan
terlalu merusak kisi kristal sefadroksil. pada kurva pada Gambar 16. Pada kurva tersebut
terlihat hubungan linear antara lama penggerusan
(b) dengan penurunan AUC. Penurunan hidrat dari
sefaleksin lebih cepat daripada sefadroksil. Sefaleksin
monohidrat memberikan dua puncak pada daerah
bilangan gelombang 3550 cm-1 dan 3650 cm-1.
Setelah penggerusan puncak pada bilangan
gelombang 3550 cm-1 hilang. Puncak pada 3650 cm-1
(a) yang masih terlihat menunjukkan adanya air
permukaan yang terinkorporasi akibat sifat
higroskopis dari sefaleksin.
Perubahan hidrat kristal sefaleksin
dikonfirmasi dengan hasil PXRD dan DTA sefaleksin
berikut ini :
Gambar 15. Termogram DSC (a) – TGA (b)
sefadroksil hasil penggerusan 180 menit.
Hasil DSC-TGA juga menunjukkan
kehilangan hidrat pada sefadroksil hasil penggerusan
selama 180 menit. Kurva DSC (Gambar 15 a) tidak
menunjukkan adanya lengkungan endotermik pada
suhu 100°C yang menunjukkan adanya anhidratasi
dari sefadroksil hasil penggerusan, hanya terlihat (a)
terjadinya pelelehan pada suhu 215°C. Kurva TGA
(Gambar 15 b) juga tidak menunjukkan penurunan (b)
berat yang signifikan pada daerah 100°C. Air hidrat
yang tersisa berada dalam jumlah sedikit sehingga
tidak menunjukkan perubahan endotermik yang jelas
pada termogram. Suhu dekomposisi antara Gambar 17. Difraktogram hasil penggerusan
sefadroksil bahan baku (216°C) dan hasil sefaleksin selama 180 menit (b) dibandingkan dengan
penggerusan (215°C) tidak jauh berbeda. sebelum penggerusan (a).
Setelah penggerusan, dapat terlihat bahwa
Difraktogram (Gambar 17 b) menunjukkan
sefadroksil masih memiliki sifat-sifat yang sama
bahwa sefaleksin hasil penggerusan menjadi lebih
dengan sefadroksil awal sebelum penggerusan yakni
amorf dibandingkan sebelum penggerusan (Gambar
titik leleh, puncak-puncak dengan intensitas yang
17 a) ditunjukkan dengan penurunan intensitas
masih cukup tinggi pada posisi θ kristalinitasnya,
puncak-puncaknya akibat penggerusan. Hal ini
serta masih memiliki puncak derivat hidrat.
menunjukkan bahwa penggerusan dengan tekanan
Kestabilan ini ditunjang dari inspeksi interaksi kristal
108 N/m2 dapat merusak kisi kristal sefaleksin.
sefadroksil monohidrat yang menunjukkan bahwa
8 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

Gambar 18. Termogram DTA sefaleksin hasil


penggerusan selama 180 menit. Gambar 19. Difraktogram sefadroksil pada
penyimpanan RH 71% selama 72 jam (c)
Hasil DTA pada Gambar 18 menunjukkan dibandingkan dengan bahan baku (a) dan hasil
terdapatnya air pada permukaan sefaleksin yang penggerusan (b).
terlihat dari profil termogram suhu 30°C-120°C.
Setelah digerus titik peleburan mengalami pergeseran Difraktogram sefadroksil mengkonfirmasi
dari 196°C menjadi 166°C yang artinya bergeser data dari FTIR bahwa penyimpanan pada RH 71%
sebanyak 30°. Hal ni menunjukkan sefaleksin hasil selama 72 jam (Gambar 19) belum dapat
penggerusan menjadi mudah terdekomposisi dan mengembalikan hidrat karena pola kristalinitas yang
terdehidrasi akibat perubahan kristalinitasnya. Hasil terbentuk setelah penyimpanan dan hasil penggerusan
penelitian ini menunjukkan fenomena yang sama masih sama. Pada penyimpanan RH 99% (Gambar
dengan yang dilakukan oleh Kaneniwa yang 20) menunjukkan peningkatan kristalinitas yang
melaporkan bahwa perubahan titik dekomposisi dan cukup signifikan dari sefadroksil hasil penggerusan.
dehidrasi dari sefaleksin akibat pengempaan dengan Penggerusan yang menyebabkan penurunan
tekanan 2×108 N/m2 (Kaneniwa, 1984). kristalinitas dan pelepasan hidrat.
Hasil analisis secara lengkap menunjukkan
bahwa padatan sefadroksil monohidrat memiliki
stabilitas fisikokimia yang lebih tinggi dari sefaleksin
monohidrat terlihat dari termogram Gambar 15.
3.3 Evaluasi hasil penyimpanan dalam kelembaban
tinggi
Penyimpanan sampel dalam kelembaban yang
dilakukan untuk mengamati kembalinya hidrat kristal
menunjukkan hasil sebagai berikut :
Penyimpanan pada RH 71% tidak menunjukkan
kembalinya hidrat setelah penggerusan. Hal ini
ditunjukkan pada Gambar 22 puncak hidrat awal
(daerah bilangan gelombang 3550 cm-1) yang hilang
setelah penggerusan tidak kembali lagi setelah Gambar 20. Difraktogram sefadroksil pada
penyimpanan 0, 8, 24, 48, dan 72 jam. Penyimpanan penyimpanan RH 99% selama 72 jam (c)
dalam kelembaban RH 71% tidak mengembalikan dibandingkan dengan bahan baku (a) dan hasil
puncak hidrat pada bilangan gelombang 3550 cm-1. penggerusan (b).
Sebaliknya spektrum FTIR dari gerusan yang Penyimpanan pada kondisi lembab dapat
disimpan dalam RH 99% (Gambar 23) menunjukkan mengembalikan sebagian air hidrat dan memperbaiki
puncak lebar pada daerah 3500-3700 cm-1 pada setiap kristalinitas hasil penggerusan. Perubahan hidrat ini
sampling penyimpanan. Ini menunjukkan bahwa didukung data penelitian tentang pengaruh
hidrat dari sefadroksil dapat kembali setelah disimpan penggerusan terhadap ampisilin trihidrat suatu beta
pada RH 99%. laktam yang meningkatkan efek stabilisasi dalam
Untuk meyakinkan hasil analisis, dilakukan uji kelembaban tinggi, karena dalam kelembaban tinggi
data lain PXRD dengan hasil sebagai berikut kemampuan molekul air untuk bergerak dalam kristal
menurun (Takahashi, 1984).
Selanjutnya spektrum FTIR hasil
penyimpanan sefaleksin ditunjukkan sebagai berikut :
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 9

Gambar 23. Difraktogram sefaleksin pada


Gambar 21. Puncak derivat spektrum sefaleksin penyimpanan RH 71% selama 72 jam (c)
pada penyimpanan RH 71%. dibandingkan dengan bahan baku (a) dan hasil
penggerusan (b).

Gambar 22. Puncak derivat spektrum sefaleksin


pada penyimpanan RH 99%.
Hasil FTIR menunjukkan bahwa berpengaruh Gambar 24. Difraktogram sefaleksin pada
terhadap penyimpanan dalam kelembaban RH 71% penyimpanan RH 99% selama 72 jam (c)
(Gambar 21) dan RH 99% (Gambar 22) tidak dibandingkan dengan bahan baku (a) dan hasil
berpengaruh terhadap pengembalian hidrat dari penggerusan (b).
sefaleksin. Hal ini terlihat dari kehilangan puncak Hasil PXRD dari sefadroksil dan sefaleksin
hidrat pada daerah 3500 cm-1 pada hasil penggerusan setelah penyimpanan dalam kelembaban menambah
yang tidak kembali lagi. Profil puncak hidrat yang keyakinan bahwa stabilitas fisik padatan sefadroksil
terjadi pada proses penyimpanan kelembaban pada lebih tinggi dibandingkan sefaleksin. Sefadroksil
RH 71% dan RH 99% mirip dengan profil pada hasil hasil penggerusan masih dapat dikembalikan
penggerusan. Intensitas spektra FTIR setelah sebagian hidratnya setelah penyimpanan dalam
penyimpanan sefaleksin juga tidak bertambah hanya kelembaban RH 99%, namun sefaleksin tidak.
melebar saja. Hal ini memberi gambaran bahwa Penggerusan dengan tekanan 108 N/m2 belum benar-
penyimpanan dalam kelembaban tidak dapat benar merusak kisi kristal sefadroksil. Setelah
mengembalikan hidrat. penyimpanan pada kondisi kelembaban, sefadroksil
Higroskopisitas sefaleksin bertambah seiring masih dapat mengembalikan sebagian hidratnya
lamanya penggerusan hal ini menyebabkan karena pada tekanan penggerusan tersebut masih
pengikatan air pada permukaan setelah penggerusan. banyak kisi kristal yang utuh sehingga air permukaan
Selanjutnya, untuk mengamati kemungkinan dapat memasuki kisi kristal tersebut dan mengisi
kembalinya hidrat setelah penyimpanan. hidrat kanalnya.
Difraktogram memperkuat data FTIR bahwa Sefaleksin sendiri karena sifatnya yang
penyimpanan dalam kelembaban baik dalam higroskopis menjadi lebih rentan terhadap perlakuan
kelembaban RH 71% (Gambar 23) dan RH 99% mekanik. Penggerusan sefaleksin pada tekanan 108
(Gambar 24) tidak merubah kristalinitas maupun N/m2 diperkirakan sudah merusak kisi kristalnya. Hal
pengembalian hidrat sefaleksin hasil penggerusan. ini berbeda dengan yang dikemukakan oleh
Kaneniwa bahwa modulus Young pengempaan
Sefaleksin adalah 4,75×108 N/m2 sehingga tekanan
penggerusan yang dilakukan pada kondisi percobaan
seharusnya masih berada di rentang deformasi elastis
sefaleksin (Kaneniwa, 1984).
10 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1

Dari keseluruhan hasil penelitian ditunjukkan Kennedy, A. R., M. O. Okoth, D. B. Sheen, J. N.


bahwa kisi kristal yang kehilangan air hidratnya Sherwood, S. J. Teat and R. M. Vrcelj, 2003,
memiliki tingkat ketidakaturan tinggi sehingga Cephalexin a Channel Hydrate, Acta Cryst.,
berusaha mengembalikan air hidrat untuk C59, O650-0652.
menstabilkan struktur kristalnya. Penggerusan Kogermann, K., 2008, Understanding Solid-State
merusak kisi kristal dan menyebabkan kehilangan Transformations during Dehydration: New
hidrat yang permanen dari sefaleksin dan sefadroksil Insights Using Vibrational Spectroscopy and
monohidrat. Namun demikian, FTIR menunjukkan Multivariate Modelling, dissertation, Faculty
kinerja yang memadai untuk mengamati transformasi of Pharmacy of the University of Helsinki.
hidrat dari kedua antibiotik golongan sefalosporin Maddams, W. F. and W. L. Mead, 1982, The
tersebut. Measurement of Derivative IR Spectra-I.
Background Studies, Spectrochemica Acta,
4. Kesimpulan
38A:4, 437-444.
FTIR dapat menganalisis transformasi hidrat Otsuka, M., Y. Fukui, K. Otsuka, H. J. Kim, and Y.
sefadroksil monohidrat dan sefaleksin monohidrat Ozaki, 2006, Determination of Cephalexin
dengan ketelitian yang baik sehingga layak menjadi Crystallinity and Investigation of Formation
metode alternatif maupun pelengkap instrumen of Its Amorphous Solid by
analisis padatan yang lain. Chemoinformetrical Near Infrared
Penggerusan menyebabkan sefadroksil Spectroscopy, J.Near Infrared Spectrosc.,
monohidrat dan sefaleksin monohidrat kehilangan 14, 9-16.
hidratnya menjadi bentuk amorf anhidrat. Otsuka, M. and M. Kaneniwa, 1984, Effects of
Penyimpanan pada RH tinggi tidak dapat Grinding on the Physical Properties of
mengembalikan bentuk hidrat kristal pada bentuk Cephalexin Powder, Chem. Pharm. Bull.,
hidrat semula. 32:3, 1071-1079.
Savitzky, A., and M. J. E. Golay, 1964, Smoothing
Pustaka and Differentiation of Data by Simplified
Brittain, H. G., ed., 1999, Polymorphism in Least Squares Procedures, Analy. Chem., 36,
Pharmaceuticals Solids, 2nd ed., Marcel 1627-1639.
Dekker Inc., New York, 95, 396. Takahashi, Y., K. Nakashima, and H. Nakagawa,
European Directorate for the Quality Medicines, 1984, Effects of Grinding and Drying on the
2007, European Pharmacopoeia, 6th ed. Solid-State Stability of Ampicillin
Hickey, M. B., M. L. Peterson, E. S. Manas, J. Trihydrate, Chem. Pharm. Bull., 32:12,
Alvarez, F. Haeffner, and Ö. Almarsson, 4963-4970.
2006, Hydrates and Solid-State Reactivity: Teraoka, R., M. Otsuka, and Y. Matsuda, 2004,
A Survey of β-Lactam Antibiotics. J. Evaluation of Photostability of Solid-State
Pharm. Sci., 96:5, 1090-1099. Nicardipine Hydrochloride Polymorphs by
Kaneniwa, N., K. Imagawa, and M. Otsuka, 1984, Using Fourier-Transformed Reflection–
Compression Properties of Cephalexin Absorption Infrared Spectroscopy – Effect
Powder and Properties of the Tablet, Chem. of Grinding on the Photostability of Crystal
Pharm. Bull., 32:12, 4986-4993. Form, Int. J. Pharm., 286, 1–8.
Kaneniwa, N. and M. Otsuka, 1984, The Interaction The United States Pharmacopeia, 2007, The National
between Water and Cephalexin in the Formulary, USP 30, NF 25.
Crystalline and Noncrystalline States, Chem. UV and IR Spectra of Pharmaceutical Substances and
Pharm. Bull., 32:11, 4551-4559. IR Spectra of Pharmaceutical and Cosmetic
Excipients, 2002. Editio Cantor Verlag,
Aurlendorf.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai