net/publication/257748665
CITATIONS READS
0 612
2 authors:
Some of the authors of this publication are also working on these related projects:
All content following this page was uploaded by Ilma Nugrahani on 27 November 2018.
Abstrak
Analisis Fourier Transform Infra Red (FTIR) biasanya digunakan untuk mendeteksi keberadaan hidrat dalam
padatan kristal secara kualitatif. Tujuan penelitian ini adalah mengembangkan metode FTIR untuk menganalisis
keberadaan dan perubahan jumlah/transformasi hidrat sefaleksin monohidrat dan sefadroksil monohidrat baik
secara kualitatif maupun kuantitatif. Hasil analisis FTIR dikonfirmasi dengan DSC (Differential Scanning
Calorimeter) dan PXRD (Powder Xray Diffractometer) sebagai metode standard analisis padatan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa puncak hidrat dari sefaleksin terlihat pada bilangan gelombang 3386-3586 cm-1, sedangkan
puncak hidrat dari sefadroksil terlihat pada bilangan gelombang 3471-3650 cm-1. Pendekatan kuantitatif dilakukan
dengan mengukur Area Under Curve (AUC) dari derivat puncak hidrat pada spektra FTIR; kemudian membuat
kurva kalibrasi antara AUC dengan kadar padatan dalam pelat KBr. Kurva kalibrasi menghasilkan nilai R=0,9996,
sedangkan sefadroksil monohidrat R=0,9995. Selanjutnya transformasi hidrat dari kedua antibiotika dilakukan
dengan pengambilan sampel terhadap padatan yang digerus selama 180 menit dan dicuplik setiap 30 menit. Hasil
percobaan menunjukkan bahwa sefadroksil monohidrat mengalami kehilangan spektra hidrat pada menit ke-180
sedangkan sefaleksin monohidrat pada menit ke-150. Padatan antibiotika hasil penggerusan tersebut kemudian
dipaparkan terhadap lembab di dalam desikator dengan kelembaban RH 71% dan RH 99%, pada suhu 25°C. Hasil
analisis FTIR dikonfirmasi dengan DSC dan PXRD menunjukkan bahwa hidrat tidak kembali pada jumlah dan
bentuk semula. Keseluruhan data membuktikan bahwa FTIR dapat menganalisis transformasi hidrat sefadroksil
monohidrat dan sefaleksin monohidrat dengan ketelitian yang baik. Dengan demikian, FTIR layak menjadi metode
alternatif maupun pelengkap untuk menganalisis hidrat dan transformasinya.
Kata kunci : Sefaleksin monohidrat, Sefadroksil monohidrat, Transformasi hidrat, FTIR.
1
2 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1
kristalnya. Pada proses pembuatan sediaan obat, merupakan metode analisis yang relatif cepat dan
padatan zat aktif berkemungkinan mengalami lebih mudah digunakan bila dibandingkan metode
berbagai perlakuan termik atau mekanik selama, analisis padatan lain seperti PXRD dan DSC-TGA.
seperti penggerusan, penggilingan, liofilisasi, spray- Penggunaan FTIR sebagai metode analisis hidrat
drying, granulasi, pembuatan suspensi, tabletasi, dan kristal masih belum banyak digunakan.
penyimpanan pada berbagai kondisi suhu dan
2. Percobaan
kelembaban. Akibatnya, bahan baku padat dapat
mengalami transformasi polimorfi maupun 2.1 Bahan
transformasi hidrat/solvat. Transformasi tersebut
Sefadroksil monohidrat pemberian PT. Kalbe
dapat berpengaruh terhadap solubilitas, kelarutan,
stabilitas dan kecepatan disolusi yang pada akhirnya Farma, sefaleksin monohidrat dari PT Bernofarm
dapat berpengaruh pada ketersediaan hayati obat. dengan nama Purilex Powder dengan Lot No.
Oleh karena itu, karakterisasi padatan, termasuk studi 3383253, KBr (Merck, Produk No.1049070500),
transformasi hidrat perlu dilakukan sebagai informasi silika gel (Sakura) sebagai absorben desikator
penyimpanan, NaCl, dan KCl.
penting untuk pra-formulasi. Dengan adanya data
perubahan hidrat, diharapkan dapat dirancang proses Alat
produksi sediaan dan penyimpanan yang optimal.
Sefadroksil dan sefaleksin adalah antibiotik Botol vial kecil dengan tutup plastik, spatula,
golongan beta laktam. Perubahan hidrat dan struktur 3 buah desikator untuk penyimpanan kering dan
kisi kedua senyawa antibiotik tersebut dapat pengembalian hidrat pada RH 71% dan RH 99%,
menurunkan stabilitas kimianya karena air kristal timbangan analitik (Mettler Toledo AG104),
yang terlepas dapat menyerang gugus beta laktam. penggerus automatis (Retsch mortar grinder RM
Oleh karena itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat 100), spektroskopi FTIR (Jasco FTIR-4200), oven
memberikan informasi penting sebagai dasar pengering KBr, DSC-TGA (Netzsch STA 449 F3
perlakuan bahan baku kedua bahan aktif tersebut Jupiter), PXRD (PW1710 diffractometer), dan DTA
terkait aktivitas hidratnya. (Mettler Toledo FP 90).
Sefadroksil merupakan antibiotik monohidrat 2.2 Karakterisasi awal bahan baku
yang berupa serbuk kristalin putih kekuningan yang
agak sukar larut dalam air (1110 mg/L) dan sangat Karakterisasi awal meliputi pembandingan
sukar larut dalam etanol dengan struktur kristal pemerian sampel dengan pustaka, identifikasi bahan
dilaporkan jenis ortorombik. Sefaleksin merupakan padatan sefadroksil monohidrat dan sefaleksin
antibiotik semisintetik monohidrat yang berupa monohidrat dengan FTIR dengan metode plat KBr,
serbuk kristalin putih hingga putih pudar dan sedikit DSC-TGA, dan PXRD.
larut dalam air (1789 mg/L), namun praktis tidak Analisis FTIR dilakukan pada sampel
larut dalam etanol dengan struktur kristal monoklinik. berbentuk serbuk yang dicampur KBr dengan
perbandingan bobot 1:100 dan digerus hingga
homogen. Kemudian dimasukkan ke dalam cakram
cetakan, lalu dikompresi pada tekanan 20 Psi
menggunakan hydraulic press. Cakram dipasang
pada holder lalu spektrum diukur pada bilangan
gelombang 4000-400 cm-1 menggunakan
spektroskopi FTIR Jasco-4200 dan software Spectra
Manager II.
Analisis menggunakan DSC-TGA/DTA
dilakukan dengan penimbangan 3-7 mg sampel
selanjutnya dimasukkan ke dalam cawan alumunium
khusus untuk analisis DSC-TGA/DTA. Sampel
dipanaskan dengan kecepatan pemanasan 10°/menit
di bawah aliran gas nitrogen (untuk DSC).
Pengukuran aliran panas dilakukan pada suhu 30-
350°C.
Analisis menggunakan PXRD dilakukan pada
kondisi sebagai berikut: anoda Cu, tegangan 40 kV,
Gambar 1. Struktur sefadroksil dan sefaleksin (USP arus 30mA, lebar slit 0,2 inci. Data dikumpulkan
XXX, NF25). dengan mode scanning 0,2°-0,5°per menit dengan
Selama ini transformasi hidrat secara rinci jarak scanning 2θ :5° - 40 °.
lebih banyak dipelajari dengan metode analisis termal 2.3 Pendekatan kuantitatif penetapan puncak hidrat
(DSC/TGA, DTA) dan difraktometri (PXRD), kristal pada FTIR
sedangkan FTIR biasanya digunakan terbatas untuk
uji kualitatif keberadaan hidrat. Penelitian ini Kuantifikasi puncak hidrat dari sampel
berusaha mengembangkan metode kuantitatif. FTIR dilakukan dengan metode penetapan kadar
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 3
menggunakan preparasi sampel yang sama dengan 365,41 gram/mol. (European Pharmacopeia 6,2007;
identifikasi awal yakni dengan metode plat KBr. USP XXX, NF25, 2007).
Berat KBr dibuat tetap yakni 100 mg, sedangkan
sampel dibuat pada berbagai variasi kadar yakni pada
0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1; 1,2; 1,4; 1, 6;1, 8, dan 2 mg. Lalu
dibandingkan spektrumnya dan puncak derivat
transmitan dari hidrat yang terbentuk. Setiap kadar
sampel diukur sebanyak 3 kali untuk sekaligus
mengukur presisi dari alat. Pengukuran AUC dan
tinggi puncak hidrat derivat spektrum FTIR sampel
menggunakan software Spectra manager II. Lalu
ditentukan nilai dari parameter linearitas, batas
deteksi, batas kuantisasi, dan presisinya. Gambar 2. Pemerian serbuk sefadroksil monohidrat
2.4 Penggerusan (kiri) dan sefaleksin monohidrat (kanan).
Penggerusan sampel selama 180 menit Serbuk sefadroksil monohidrat dan sefaleksin
menggunakan Retsch Mortar Grinder RM 100 monohidrat memiliki ciri-ciri ukuran serbuk
dengan pengaturan tekanan pada mode 1, yaitu sefadroksil lebih besar dari sefaleksin. Sefadroksil
tekanan sebesar (1×108 N/m2). Sampling dilakukan berwarna putih bersih sedangkan sefaleksin berwarna
pada menit ke-0, 30, 60, 90, 120, 150, dan 180 menit agak kekuning-kuningan. Serbuk sefaleksin
lalu dikarakterisasi dengan FTIR. cenderung menggumpal, tetapi sefadroksil tidak.
(Gambar 2).
2.5 Evaluasi sampel hasil penggerusan Kemudian sampel dikarakterisasi dengan
Evaluasi sampel pada menit ke-180 FTIR untuk melihat spektrum IR dan dibandingkan
menggunakan FTIR dengan metode plat KBr, DSC- dengan spektrum pada pustaka (UV and IR Spectra of
TGA/DTA, dan PXRD sama dengan metode Pharmaceutical Substances and IR Spectra of
karakterisasi awal bahan baku. Pharmaceutical and Cosmetic Excipients, 2002 )
yang menunjukkan hasil sebagai berikut
2.6 Penyimpanan sampel hasil penggerusan dalam
kelembaban tinggi
Sampel hasil penggerusan selama 180 menit
disimpan dalam dua desikator, masing-masing berisi
larutan NaCl jenuh pada RH 71% dan larutan KCl
jenuh pada RH 99%. Sampling dilakukan pada
penyimpanan jam ke-0,8,24,48,72 jam.
2.7 Evaluasi sampel hasil penyimpanan dalam
kelembaban tinggi
Evaluasi sampel pada penyimpanan jam ke-0, (a)
8, 24, 48, dan 72 jam menggunakan FTIR dengan
metode plat KBr, dan hasil jam ke-72 dengan PXRD.
3. Hasil dan Pembahasan
3.1 Karakterisasi awal
Karakterisasi awal sampel merujuk pada
organoleptik dan pemerian sampel yang tertera pada
pustaka (USP XXX, NF25, 2007; European
Pharmacopeia 6, 2007). Sefadroksil merupakan
antibiotik monohidrat yang berupa serbuk kristalin
putih kekuningan yang agak sukar larut dalam air (b)
(1110 mg/L) dan sangat sukar larut dalam etanol.
Sefadroksil monohidrat memiliki rumus kimia Gambar 3. Spektrum IR sefadroksil monohidrat (a);
C16H17N3O5S.H20 dan berat molekul 381,40 sefaleksin monohidrat (b).
gram/mol. Senyawa ini memiliki titik leleh 197°C.
Sefaleksin merupakan antibiotik monohidrat yang
berupa serbuk kristalin putih, putih pudar dan sedikit
larut dalam air (1789 mg/L), namun praktis tidak
larut dalam alkohol. Sefaleksin monohidrat memiliki
rumus kimia C16H17N3O4S.H20 dan berat molekul
4 Jurnal Matematika & Sains, April 2013, Vol. 18 Nomor 1
(b)
(a)
(b)
Gambar 4. Spektrum IR (a) dan derivat spektrum (b)
sefadroksil monohidrat percobaan.
Gambar 6. Termogram DSC (a) – TGA (b)
sefadroksil monohidrat.
Termogram DSC (Gambar 6 a) menunjukkan
kurva endotermik pada daerah 100°C yang
mengindikasikan suhu anhidratasi dari hidrat
sefadroksil. Hal ini dipertegas kurva TGA (Gambar 6
b) yang menurun setelah suhu 100°C karena lepasnya
hidrat. Tiga puncak kurva DSC pada suhu 196°C,
204°C, dan 216°C menunjukkan tahap-tahap
perubahan fasa, yaitu rekristalisasi; peleburan;
rekristalisasi; peleburan lagi untuk selanjutnya
terurai. Titik peleburan pada 196°C membuktikan
(a) kemurnian sefadroksil yang memiliki titik lebur pada
197°C. Perbedaan suhu titik leleh masih dibawah
rentang keberterimaan ±2°C.
(b)
(a)
(b)
Gambar 5. Spektrum IR (a) dan derivat spektrum (b)
sefaleksin monohidrat percobaan. Gambar 7. Termogram DSC (a) – TGA (b)
Hasil karakterisasi awal dari puncak hidrat sefaleksin monohidrat.
menggunakan FTIR menunjukkan puncak hidrat Termogram DSC pada Gambar 7 terlihat
sefaleksin monohidrat terlihat pada bilangan adanya peristiwa endoterm pada suhu 100°C. Hal ini
Nugrahani dkk., Studi Transformasi Hidrat Sefadroksil Monohidrat dan Sefaleksin Monohidrat dengan FTIR 5
menunjukkan adanya anhidratasi yang didukung 3.2 Pendekatan kuantitatif puncak derivat spektrum
kelandaian pada kurva TGA pada suhu yang sama. FTIR dari hidrat kristal
Pada suhu 196,6°C terjadi puncak eksotermik yang
Derivatisasi spektrum FTIR ini dilakukan
menunjukkan proses rekristalisasi diikuti dengan
dengan menggunakan algoritma Savitzky-Golay pada
oksidasi menyebabkan dekomposisi sefaleksin yang
software Spectra manager II. Algoritma ini
didukung dengan data TGA yang menunjukkan
merupakan filter yang digunakan untuk membuat
penurunan massa akibat penguraian massa pada suhu
regresi polinomial pada suatu seri data untuk
yang sama.
menentukan nilai yang smooth dari tiap data serta
Sefaleksin monohidrat dan sefadroksil
mengurangi noise. Keuntungan utama dari
monohidrat memiliki hidrat kanal (Kennedy, 2003).
pendekatan algoritma ini adalah dapat
Kurva anhidratasi terlihat lebar karena seperti hidrat
mempertahankan distribusi data seperti tinggi,
kanal pada umumnya, molekul air dilepaskan pada
pendek, dan lebar spektrum. Efek smoothing dari
suhu sekitar 100°C secara mudah.
algoritma ini tidak bersifat agresif, yakni tidak
Karakterisasi awal menggunakan PXRD
mengubah rata-rata dan menghilangkan atau
memperlihatkan kristalinitas keduanya yang
mendistorsi informasi penting dari data (Savitzky,
menghasilkan puncak-puncak difraksi sebagai berikut
1964; Maddams, 1981).
(Gambar 8 dan 9):
Dipilih pengukuran kalibrasi Area Under
Curve (AUC) ketimbang tinggi puncak disebabkan
hasil linieritasnya lebih baik. Dari 3 data hasil
pengukuran setiap bobot dihitung nilai rata-ratanya
sebagai nilai AUC dan tinggi puncak. Sebagai contoh
gambar kurva hasil pengukuran AUC adalah sebagai
berikut (Gambar 10)
(b)
Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa nilai R derivat spektrum (Gambar 12 a) adalah 0,9996
untuk AUC puncak derivat spektrum (Gambar 11 a) sedangkan untuk tinggi puncak (Gambar 12 b) adalah
sefadroksil monohidrat adalah 0,9996 sedangkan 0,9912 sehingga kurva kalibrasi AUC dianggap lebih
untuk tinggi puncak (Gambar 11 b) adalah 0,9850 memadai untuk digunakan sebagai pengukuran. Nilai
sehingga AUC spektra dianggap lebih akurat untuk R-AUC: 0,9996 lebih besar dari 0,999 sehingga
digunakan dalam perhitungan. Nilai R-AUC: memenuhi syarat linieritas dalam validasi penetapan
0,999596 lebih besar dari 0,999, sehingga memenuhi kadar FTIR. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai
syarat linieritas dalam validasi penetapan kadar simpangan baku residu dari regresi liner (Sy/x)
FTIR. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai sebesar 0,091 dan koefisien variansi regresi (Vx0)
simpangan baku residu dari regresi liner (Sy/x) sebesar 1,594 yang mendekati 2, serta perhitungan
sebesar 0,181 dan koefisien variansi regresi (Vx0) batas deteksi didapatkan 0,058 mg dan batas
sebesar 1,659 yang mendekati 2, serta perhitungan kuantisasi 0,175 mg. Presisi alat ditentukan dengan
batas deteksi didapatkan 0,060 mg dan batas menetapkan nilai simpangan baku relatif (%RSD)
kuantisasi 0,183 mg. Presisi alat ditentukan dengan yakni 1,884 yang nilainya harus kurang dari 2.
menetapkan nilai simpangan baku relatif (%RSD), Dengan demikian, hasil pengujian FTIR kadar
yakni 1,167 yang nilainya harus kurang dari 2. sefaleksin monohidrat dianggap memenuhi parameter
Dengan demikian, hasil pengukuran kadar sefadroksil validasi linieritas, presisi, rentang, dan spesifisitas.
monohidrat dengan FTIR dianggap memenuhi Pengukuran AUC derivat spektrum hidrat
parameter linieritas, presisi, rentang, dan spesivisitas. pada berbagai kadar sampel dengan FTIR
menghasilkan kurva kalibrasi yang linier, dengan
Tabel 2. Pengukuran Presisi Spektrum FTIR
nilai R yang lebih dari 0,999 baik pada sefadroksil
Sefaleksin Monohidrat.
monohidrat maupun sefaleksin monohidrat.
Pengukuran ke AUC
Evaluasi Hasil Penggerusan
1 5,369
2 5,353 Penggerusan sampel dilakukan dengan
3 5,352 tekanan 108 N/m2. Hasil sampling penggerusan setiap
4 5,427 30 menit menggunakan FTIR menghasilkan data
5 5,245 AUC menghasilkan kurva pada Gambar 13.
6 5,123
(a)