Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN

DENGAN GANGGUAN BERAT BADAN LAHIR SANGAT


RENDAH (BBLSR) DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA

I. KONSEP MEDIS

A. Definisi

BBLR adalah bayi yang mempuyai berat badan lahir kurang dari 2500

gram. BBLR ada 3 macam yaitu:

1. Bayi dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) maupn posterm

(kurang 42 minggu) dengan BB <2,5 kg, kecil untuk masa kehamilan.

2. Bayi dengan preterm (28-37 minggu) BB<2,5 kg, BB bayi sesuai dengan

umur kehamilan. Disebut juga premature murni.

3. Bayi Preterm usia (28-37 minggu) BB<dari umur kehamilan.

Menurut WHO(1961) BBLR adalah semua bayi baru lahir yang BBnya

kurang atau sama dengan 2500.

Kongres European Perinatal Medicine II di London diusulkan definisi

sebagai berikut:

1. Pre Term Infant : masa gestasi<259hari (37minggu)

2. Term Infant : masa gestasi259-293 hari (37-41minggu)

3. Post Term Infant : masa gestasi 294 hari atau lebih (42 minggu atau

lebih)

Dengan pengertian seperti apa yang telah diterangkan diatas, maka bayi

BBLR dibagi menjadi dua golongan ,yaitu:

1. Prematuritas Murni : Masa gestasi kurang dari 37minggu dan Bbnya

sesuai dengan BB masa gestasi ini.

1
2. Dismamatur : Kalau BB bayi tersebut kurang dari BB seharusnya

untuk masa-masa gestasi (Saifudin dkk, 2007).

B. Etiologi

Faktor-faktor yang menyebabkan BBLR adalah

1. Faktor ibu

a. Gizi saat hamil yang kurang dan antenatal care yang kurang

b. Umur yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35tahun

c. Jarak kehamilan dan bersalin yamg telalu dekat

d. Ibu pendek dengan tinggi badan kurang dari 150cm

e. Penyakit menahun ibu, hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah,

perokok, gangguan narkotik.

f. Pekerjaan yang terlalu berat.

2. Faktor kehamilan.

a. Penyakit yang berhubungan dengan kehamilan misalnya toxemia

gravidarum, perdarahan antepartum, trauma fisik dan psikologis

b. Hamil ganda

c. Hamil dengan hidromion

3. Faktor janin

a. Cacat bawaan

b. Infeksi dalam rahim

c. Gangguan metabolisme dalam rahim

d. Kelainan kromosom

e. Syphilis termasuk infeksi kronis

4. Faktor-faktor yang lain

2
a. Radiasi

b. Bahan-bahan keratogen atau karsinogen

c. Tempat tinggal didataran tinggi (Sacharin, 2010)

3
4
D. Tanda Dan Gejala

Menurut Sacharin (2010), tanda dan gejalanya sebagai berikut :

1. Sistem Pernafasan

a. Apnea

b. Ritme dan dalamnya pernafasan cenderung tidak teratur

c. Timbul sianosis

d. Kecepatan pernafasan dapat 60-80.

2. Sistem Sirkulasi

a. Kerja jantung lemah lembut dan lambat

b. Sirkulasi perifer seringkali buruk dan dinding pembuluh darah juga

lemah

c. Tekanan darah lebih rendah (sistolik 45-60 mmHg, diastolik 30-45

mmHg)

d. Nadi bervariasi antara 100 dan 160/menit

e. Cenderung ditemukan aritmia

3. Pengendalian suhu.,

a. Cenderung memiliki suhu tubuh yang subnormal yang disebabkan

karena produksi panas yang buruk dan peningkatan kehilangan panas,

pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna, kurangnya

lemak dalam jaringan akibatnya mempercepat perubahan suhu tubuh,

kurangnya pergerakan sehingga produksi panas juga berkurang,

permukaan tubuhlebih luas sehingga pengeluaran panas melalui tubuh

lebih besar.

5
b. Kegagalan untuk mempertahankan suhu adekuat disebabkan karena

tidak adanya jaringan adipose coklat (yang mempuyai aktivitas

metabolic yang tinggi). Pernafasn yang lemah dengan pembakaran

oksigen yang buruk. Aktivitas otot yang buruk dan pemasukan

makanan yang rendah.

c. Metode kehilangan panas

1) Evaporasi

Kehilangan panas ke udara ruangan melelui kulit yang basah atau

selaput mukosa.

2) Konduksi

Terjadi jika bayi diletakkan pada perukaan yang dingin dan padat.

3) Radiasi

Terjadi jika panas berpindah dari bayi ke benda padat lainnya tanpa

melalui kontak langsung.

4) Konveksi

Kehilangan panas dari kulit bayi ke udara yang bergerak.

4. Sistem Pencernaan

a. Reflek menghisap dan menelan lemah

b. Sering terjadi regurgitasi karena mekanisme penutupan spinter jantung

yang kurang berkembang dan spinter pylorus yang relatif kuat.

5. Sistem Urinarius

a. GFR(Glomerolus Filtrasi Rate) menurun

b. Urin sedikit

c. Sering terjadi gangguan keseimbangan keseimbangan air dan elektrolit

6
6. Sistem Persarafan

a. Tangisan lemah

b. Pusat pengendalian fungsi vital kurang berkembang

c. Lebih sulit untuk dibangunkan

7. Sistem Genetalia

a. Genital kecil

b. Pada laki-laki, testis terdapat dalam abdomen, kanalis ingualis atau

skrotum.

c. Pada wanita labia minor tidak ditutupi oleh labia mayor hingga aterm.

8. Gambaran umum

a. Bbkurang dari 2500 gr

b. TB kurang dari 45cm

c. Lingkar dada kurang dari 30 cm

d. Lingkar kepala kurang dari 33 cm

e. Kulit biasanya tipis, merah, dan berkerut.

f. Ditemukan sedikit lemak subkutan.

g. Kuku lembut dan lanugo mencolok tetapi terdapat sedikit atau tidak

ditemukan verniks caseosa.

h. Rambut pendek dan jarang.

i. Alis mata sering kali tidak ada.

7
E. Komplikasi

1. Sindroma aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum, sindroma distress

respirasi, penyakit membrane hialin

2. Hiperbilirubinemia, perdarahan ventrikel otak

3. Hipotermia, hipoglikemia, hipokalsemia, anemi, gangguan pembekuan

darah

4. Bronchopulmonary dysplasia, malformasi congenital

F. Diagnostik

1. Anamnesis

2. Pemeriksaan fisik

3. Pemeriksaan penunjang

G. Penatalaksanaan Medis

1. Resusitasi yang adekuat, pengaturan suhu, terapi oksigen

2. Keseimbangan cairan dan elektrolit, pemberian nutrisi yang cukup

3. Pengelolaan hiperbilirubinemia, penanganan infeksi dengan antibiotic

yang tepat

H. Langkah Pencegahan

1. Mencegah kehamilan premature

2. Pemeriksaan kehamilan yang teratur dan berkualitas

3. Meningkatkan status nutrisi ibu

I. Penatalaksanaan

Konsekuensi dari anatomi dan fisiologi yang belum matang

menyebabkan bayi BBLR cenderung mengalami masalah yang bervariasi.

Hal ini harus diantisipasi dan dikelola pada masa neonatal. Penatalaksanaan

8
yang dilakukan bertujuan untuk mengurangi stress fisik maupun psikologis.

Adapun penatalaksanaan BBLR meliputi (Wong, 2008; Pillitteri, 2003) :

1. Oksigenasi

Tujuan primer dalam asuhan bayi resiko tinggi adalah mencapai

dan mempertahankan respirasi. Banyak bayi memerlukan oksigen

suplemen dan bantuan ventilasi. Bayi dengan atau tanpa penanganan

suportif ini diposisikan untuk memaksimalkan oksigenasi karena pada

BBLR beresiko mengalami defisiensi surfaktan dan periadik apneu.

Dalam kondisi seperti ini diperlukan pembersihan jalan nafas,

merangsang pernafasan, diposisikan miring untuk mencegah aspirasi,

posisikan tertelungkup jika mungkin karena posisi ini menghasilkan

oksigenasi yang lebih baik, terapi oksigen diberikan berdasarkan

kebutuhan dan penyakit bayi. Pemberian oksigen 100% dapat

memberikan efek edema paru dan retinopathy of prematurity.

2. Termoregulasi

Kebutuhan yang paling krusial pada BBLR setelah tercapainya

respirasi adalah pemberian kehangatan eksternal. Pencegahan kehilangan

panas pada bayi distress sangat dibutuhkan karena produksi panas

merupakan proses kompleks yang melibatkan sistem kardiovaskular,

neurologis, dan metabolik. Bayi harus dirawat dalam suhu lingkungan

yang netral yaitu suhu yang diperlukan untuk konsumsi oksigen dan

pengeluaran kalori minimal. Menurut Thomas (1994) suhu aksilar

optimal bagi bayi dalam kisaran 36,5°C – 37,5°C, sedangkan menurut

Sauer dan Visser (1984) suhu netral bagi bayi adalah 36,7°C – 37,3°C.

9
Menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi dapat

dilakukan melalui beberapa cara, yaitu (Kosim Sholeh, 2005) :

a. Kangaroo Mother Care atau kontak kulit dengan kulit antara bayi

dengan ibunya. Jika ibu tidak ada dapat dilakukan oleh orang lain

sebagai penggantinya.

b. Pemancar pemanas.

c. Ruangan yang hangat.

d. Inkubator

Tabel 2.1 Suhu inkubator yang direkomendasikan menurut umur dan


berat

Manfaat Kangoroo Mother Care (KMC)

a. Stabilisasi kondisi

b. Perlindungan suhu

c. Pemberian ASI

d. Ibu bebas bergerak

e. Menurunkan morbiditas

f. Meningkatkan harapan hidup

g. Denyut jantung bayi lebih stabil

h. Pernapasan bayi lebih teratur

i. Distribusi oksigen ke seluruh tubuh menjadi lebih baik

j. Mencegah bayi terkena udara dingin

10
k. Waktu tidur bayi lebih lama

l. Pemakaian kalori berkurang

m. Mempermudah pemberian ASIproduksi ASI meningkat

n. Ikatan batin dengan ibu lebih baik

o. Bayi lebih tenang dan rileks

p. Pengaruh psikologis terhadap orang tua lebih bai

Kriteria BBLR yang akan menggunakan KMC

a. Kondisi secara klinis baik dan stabil

b. Berat lahir antara 1000-2500 gram atau ≤ 1000 gram

c. Suhu tubuh stabil (36,5-37,5oC)

d. Kemampuan menghisap dan menelan baik

e. Grafik berat badan cenderung naik

f. Ibu atau pengganti ibu ingin memakai metode KMC

3. Nutrisi

Nutrisi yang optimal sangat kritis dalam manajemen bayi BBLR

tetapi terdapat kesulitan dalam memenuhi kebutuhan nutrisi mereka

karena berbagai mekanisme ingesti dan digesti makanan belum

sepenuhnya berkembang. Jumlah, jadwal, dan metode pemberian nutrisi

ditentukan oleh ukuran dan kondisi bayi. Nutrisi dapat diberikan melalui

parenteral ataupun enteral atau dengan kombinasi keduanya.

Bayi preterm menuntut waktu yang lebih lama dan kesabaran

dalam pemberian makan dibandingkan bayi cukup bulan. Mekanisme

oral-faring dapat terganggu oleh usaha memberi makan yang terlalu

cepat. Penting untuk tidak membuat bayi kelelahan atau melebihi

11
kapasitas mereka dalam menerima makanan. Toleransi yang

berhubungan dengan kemampuan bayi menyusu harus didasarkan pada

evaluasi status respirasi, denyut jantung, saturasi oksigen, dan variasi dari

kondisi normal dapat menunjukkan stress dan keletihan.

Bayi akan mengalami kesulitan dalam koordinasi mengisap,

menelan, dan bernapas sehingga berakibat apnea, bradikardi, dan

penurunan saturasi oksigen. Pada bayi dengan reflek menghisap dan

menelan yang kurang, nutrisi dapat diberikan melalui sonde ke lambung.

Kapasitas lambung bayi prematur sangat terbatas dan mudah mengalami

distensi abdomen yang dapat mempengaruhi pernafasan. Kapasitas

lambung berdasarkan umur dapat diukur sebagai berikut (Jones, dkk.,

2005) :

Tabel 2.2 Kapasitas lambung berdasarkan umur

4. Perlindungan terhadap infeksi

Perlindungan terhadap infeksi merupakan bagian integral asuhan

semua bayi baru lahir terutama pada bayi preterm dan sakit. Pada bayi

BBLR imunitas seluler dan humoral masih kurang sehingga sangat rentan

denan penyakit. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk mencegah

infeksi antara lain :

12
a. Semua orang yang akan mengadakan kontak dengan bayi harus

melakukan cuci tangan terlebih dahulu.

b. Peralatan yang digunakan dalam asuhan bayi harus dibersihkan secara

teratur. Ruang perawatan bayi juga harus dijaga kebersihannya.

c. Petugas dan orang tua yang berpenyakit infeksi tidak boleh memasuki

ruang perawatan bayi sampai mereka dinyatakan sembuh atau

disyaratkan untuk memakai alat pelindung seperti masker ataupun

sarung tangan untuk mencegah penularan.

Kontrol infeksi

Bayi premature sangat mudah terkena infeksi disebabkan sistem

kekebalan tubuhnya masih imatur.

Beberapa factor yang menyebabkan neonatus mudah terkena infeksi:

a. Prematuritas

b. Terlalu lama dirawat di rumah sakit

c. Rasio perawat-pasien tidak seimbang

d. Pemakaian alat-alat bantu kesehatan/tindakan invasif

e. Pemberian antibiotic terlalu lama

f. Neonatus sakit berat

g. Pengendalian infeksi nosokomial belum memadai

Pencegahan infeksi

Beberapa tindakan yang dapat mencegah atau mengurangi kejadian

infeksi nosokomial:

a. Sebagian besar tranmisi bakteri pathogen terjadi melalui tangan 

penting cuci tangan.

13
b. Setiap pasien mempunyai alat sendiri.

c. Gunakan alat sekali pakai.

d. Lakukan prosedur dengan teknik antiseptic dan aseptic.

5. Hidrasi

Bayi resiko tinggi sering mendapat cairan parenteral untuk asupan

tambahan kalori, elektrolit, dan air. Hidrasi yang adekuat sangat penting

pada bayi preterm karena kandungan air ekstraselulernya lebih tinggi

(70% pada bayi cukup bulan dan sampai 90% pada bayi preterm). Hal ini

dikarenakan permukaan tubuhnya lebih luas dan kapasitas osmotik

diuresis terbatas pada ginjal bayi preterm yang belum berkembang

sempurna sehingga bayi tersebut sangat peka terhadap kehilangan cairan.

14
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN BERAT BADAN LAHIR
SANGAT RENDAH (BBLSR) DI RUANG NICU
RUMAH SAKIT HAJI JAKARTA

1. Pengkajian

a. Biodata

1) Identitas bayi

2) Identitas orang tua,

b. Pemeriksaan Biologis Ibu

1) Riwayat kehamilan,umur kehamilan dan lain-lain

2) Riwayat persalinan dan proses pertolongan persalinan

3) Keadaan fisik ibu saat pengkajian

4) Riwayat penyakit ibu

2. Pemeriksaan Fisik Bayi

a. Pengkajian kulit

1) Warna kulit

Pengkajian terhadap masalah kebersihan kulit meliputi penilaian

tentang keadaan kulit, misalnya warna kulit untuk mengetahui

adanya pigmentasi kulit. Warna kulit yang tidak normal dapat

disebabkan oleh melanin pada kulit: warna cokelat pada kulit dapat

menunjukkan adanya penyakit Addison atau tumor hipofisis, warna

biru kemerahan dapat menunjukkan adanya polisitemia, warna

merah menunjukkan adanya alergi dingin, hipertermia, psikologis,

alcohol, atau infalamasi local, warna biru (sianosis) pada kuku atau

sianosis perifer akibat kecemasan atau kedinginan, atau sentral

15
karena penurunan kapasitas darah dalam membawa oksigen yang

meliputi bibir, mulut, dan badan.

Selanjutnya, warna kuning menunjukkan ikterus yang menyertai

penyakit hati, hemolisis sel darah merah, obstruksi saluran empedu,

atau infeksi berat yang dapat dilihat pada sclera, membran mukosa

dan abdomen; apabila terdapat pada telapak tangan, kaki dan muka

menunjukkan dampak atas konsumsi wortel atau kentang; apabila

pada area kulit terbuka (bukan pada sclera dan membrane mukosa)

menunjukkan adanya penyakit ginjal kronis. Warna pucat (kurang

merah muda pada orang kulit putih) atau warna abu-abu pada kulit

hitam menunjukkan adanya sinkop, demam, syok, atau anemia.

Kekurangan warna secara umum data menunjukkan albinisme.

2) Kelembapan kulit

Dalam keadaan normal, kulit agak kering, dan dalam keadaan

patologis dapat dijumpai kekeringan pada daerah bibir. Kekeringan

pada bagian tangan dan genital dapat menunjukkan adanaya

dermatitis kontak. Keadaan normal pada membran mukosa adalah

lembap, dan bila terjadi kekeringan menunjukkan adanya dehidrasi.

3) Tekstur kulit

Penilaian tekstur kulit dapat dilakukan melalui pengamatan dan

palpasi. Contoh: tekstur abnormal adalah pengelupasan atau sisik

pada jari tangan dan kaki. Perhatikan juga turgor, yaitu kembalinya

kulit seperti semula tanpa meninggalkan tanda setelah dicubit

dalam keadaan normal. Selain itu, perhatikan juga ada atau

16
tidaknya edema dan lesi (macula, papula, nodul, tumor, vesikula,

bula, pustula).

b. Pengkajian kuku

Pengkajian yang perlu dilakukan adalah penilaian tentang

keadaan warna, bentuk, dan keadaan kuku. Adanya jari tabuh

menunjukkan penyakit pernapasan kronis atau penyakit jantung

dan bentuk kuku yang cekung atau cembung menunjukkan adanya

cedera, defisiensi besi, dan infeksi.

c. Pengkajian rambut

Pengkajian dilakukan pada warna, ukuran serta susunan rambut.

Selain itu, kaji jenis rambut, apakah berminyak atau kering.

Kemudian, kaji pola pertumbuhan rambut, apakah pola cepat atau

lambat, sedikit, atau jumlah kerontokan. Kaji juga aspek

perkembangan dan faktor yang memengaruhi perawatan rambut,

seperti pemakaian minyak rambut, kemampuan menyisir, frekuensi

cuci rambut, serta pemakaian sampo.

d. Pengkajian telinga

Amati kondisi dan kebersihan telinga. Perhatikan adanya

serumen atau kotoran pada telinga, lesi, infeksi, atau perubahan

pada daya pendengaran.

e. Pengkajian mulut dan gigi

Pengkajian gigi dan mulut yang perlu diperhatikan antara lain,

warna, keadaan permukaan, serta kelengkapan gigi; pada pipi

dalam perlu dilihat adanya warna mukosa serta keadaan

17
permukaan, pada gusi perlu dilihat warna, tekstur, serta

kelembapan. Pada daerah lidah dapat dilihat warna, tekstur, dan

posisi lidah.

f. Pengkajian hidung

Amati kondisi kebersihan hidung, kaji adanya sinusitis,

perdarahan hidung, tanda-tanda pilek yang tak kunjung sembuh,

tanda-tanda alergi, atau perubahan pada daya penciuman.

g. Pengkajian genetalia

Yang perlu diperhatikan pada pengkajian alat kelamin (vulva

hygiene), antara lain adalah ada atau tidaknya iritasi daerah

sekitarnya, adanya perdarahan, mukus, lokhea, kateterisasi, luka

jahitan pada pasien pascapartum, serta kebersihannya.Pada laki-laki

perhatikan kondisi skrotum dan testisnya.

3. Diagnosa Keperawatan

a. Ketidakefektifan pola napas b.d imaturitas neurologis.

b. Hipotermia b.d peningkatan area permukaan tubuh terhadap rasio berat

badan.

c. Ketidakefektifan pemberian ASI b.d prematuritas.

d. Kekurangan volume cairan b.d kegagalan mekanisme regulasi.

e. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b,d kurang

asupan ASI.

f. Risiko infeksi b.d pertahanan tubuh primer dan sekunder tidak adekuat

(Herdmant, 2015).

18
4. Rencana Asuhan Keperawatan

N Diagnosa Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


o Keperawatan
1 Ketidak efektifan Pola napas klien efektif 1. Manajemen pola
pola napas b.d dalam waktu 3 x 24 jam. napas
imaturitas Dengan kriteria hasil Posisikan klien
neurologis. sebagai berikut: sniffing position.
1) RR dalam batas normal 2. Monitor dan
2) Tidak ada retraksi dada evaluasi
Tidak ada pernapasan e. Observasi RR
cuping hidung. klien.
f. Observasi
retraksi dada
klien.
g. Observasi
pernapasan
cuping hidung.
3. Health education
a. Beri informasi
kepada
keluarga
bahwa klien
mengalami
masalah
ketidakefektifa
n pola napas
b. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang
penyebab
ketidakefektifa
n pola napas
klien.
4. Kolaborasi untuk
pemberian terapi
oksigen.
2 Hipotermia b.d Hipotermi klien dapat 1. Manajemen
peningkatan area teratasi dalam 3 x 24 jam. hipotermi
permukaan tubuh Dengan kriteria hasil a. Lakukan
terhadap rasio sebagai berikut: pembedongan
berat badan. 1) Suhu tubuh klien dalam pada tubuh
batas normal (36,5- klien.
37,5oC). b. Gunakan
2) Akral tubuh normal. lampu
penghangat
c. Hindari

19
pemakaian
popok basah
terlalu lama.
d. Ajarkan
keluarga untuk
melakukan
KMC.
2. Monitor dan
evaluasi
a. Observasi
suhu tubuh
klien.
b. Observasi
akral tubuh
klien.
3. Health education
a. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang
penyebab
hipotermi
klien.
b. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang cara
menangani
hipotermi
klien.
4. Kolaborasi
pemberian lipid
intravena.

3 Ketidakefektifan Pemberian ASI klien efektif 1. Manajemen laktasi


pemberian ASI dalam waktu 3 x 24. Dengan a. Latih ibu dan
b.d prematuritas. kriteria hasil sebagai bayi untuk
berikut: latching on.
1) Bayi mampu latch-on. b. Lakukan
2) Reflek hisap klien baik. massage oral
3) Berat badan klien pada klien.
meningkat. 2. Monitor dan
evaluasi
a. Observasi
kemampuan
klien latch-on.
b. Observasi

20
reflek hisap
klien.
c. Observasi
berat badan
klien.
3. Health education
a. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang
manfaat ASI
bagi klien.
b. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang
penyebab
masalah
ketidakefektifa
n pemberian
ASI.
c. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang cara
menangani
masalah
ketidakefektifa
n pemberian
ASI.
4. Kolaborasi untuk
pemasangan
OGT/NGT.
4 Kekurangan Volume cairan klien 1. Manajemen cairan
volume cairan b.d bertambah dalam 3 x 24 Lakukan
kegagalan jam. Dengan kriteria hasil pemberian ASI
mekanisme sebagai berikut: atau susu formula.
regulasi. 1) Turgor kulit klien < 2 2. Monitor dan
detik. evaluasi
2) Mukosa bibir klien a. Observasi
lembab. turgor kulit
3) UUB normal. klien.
b. Observasi
mukosa bibir
klien.
c. Observasi
UUB klien.
3. Health education

21
a. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang
penyebab
kekurangan
volume cairan.
b. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang cara
menangani
masalah
kekurangan
volume cairan.
4. Kolaborasi untuk
pemberian cairan
infus.
5 Risiko infeksi b.d Kejadian infeksi pada klien 1. Manajemen
pertahanan tubuh dapat dicegah dalam 3 x 24 infeksi
primer dan jam. Dengan kriteria hasil a. Ajarkan
sekunder tidak sebagai berikut: keluarga
adekuat. 1. Tidak terdapat tanda- membiasakan
tanda infeksi. mencuci
2. Kadar leukosit dalam tangan
batas normal. sebelum
kontak dengan
klien.
b. Lakukan
segala
tindakan
kepada klien
dengan cara
aseptik.
2. Monitor dan
evaluasi
a. Observasi
tanda-tanda
infeksi.
b. Observasi
kadar leukosit
dalam darah.
3. Health education
a. Beri informasi
kepada
keluarga
bahwa klien
rentan terjadi

22
infeksi.
b. Beri informasi
kepada
keluarga
tentang cara
pencegahan
infeksi.
4. Kolaborasi untuk
pemberian
antibiotik.

5. Implementasi

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana

keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan. Ukuran

intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien yang terkait dengan

dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaik kondisi, pendidikan

untuk keluarga klien, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan

yang muncul dikemudian hari.

6. Evaluasi

Evaluasi asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan personal

hygien berdasarkan kriteria hasil pada tujuan keperawatan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Herdman, T. 2015. Nanda International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi

dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC.

Nurarif, A. H. dan Kusuma, H. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan

Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Jogjakarta:

Mediaction.

Sacharin, Rosa M. 2010. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.

Saifudin, A. B. 2007. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal. JNPKKR-POGI: Jakarta.

24

Anda mungkin juga menyukai