Anda di halaman 1dari 4

Case Report Session

Tuberkulosis

Oleh:
Putri Wahyuni 1840312413
M. Fadila Arie Novard 1840312620
Try Mutiara Suci R 1840312432

Preseptor :
dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K) FIRS
dr. Afriani, Sp.P

BAGIAN ILMU PULMONOLOGY DAN RESPIRATORY


RSUP DR M.DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
2018
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah


SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya serta kesempatan yang diberikan kepada
penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini yang berjudul
“Tuberkulosis”. Shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Rasullullah
Muhammad SAW, semoga safaatnya selalu tercurah saat akhir nanti.
Terima kasih penulis ucapkan kepada dr. Sabrina Ermayanti, Sp.P(K) FIRS
dan dr. Afriani, Sp.P selaku preseptor yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam pembuatan makalah ini. Penyusunan makalah ini ditujukan untuk
memenuhi salah satu syarat dalam mengikuti kepaniteraan klinik senior di bagian
Ilmu Pulmonology dan Respiratory RSUP Dr. M. Djamil Padang Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas pada tahun 2018.
Penulis menyadari bahwasanya makalah ini jauh dari sempurna, sehingga
sangan diperlukan saran untuk memperbaiki makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat dan dapat menjadi pengalaman dan bekal untuk kemudian hari.

Padang, 12 November 2018

Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan


bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama
paru-paru. TB merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di dunia
ini. Pada tahun 1992 World Health Organization (WHO) telah mencanangkan
tuberkulosis sebagai Global Emergency. Sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi
kuman TB dan menurut regional WHO jumlah terbesar kasus TB terjadi di Asia
tenggara yaitu 33% dari seluruh kasus TB di dunia.1
Laporan dari WHO tahun 2015 menyebutkan terdapat 9,6 juta kasus TB paru
di dunia dan 58% kasus terjadi di daerah Asia Tenggara dan Afrika. Tiga negara
dengan kasus terbanyak adalah India (23%), Indonesia (10%) dan China (10%).
Indonesia berada pada posisi kedua dengan beban TB tertinggi di dunia.
Pengendalian TB di dunia pada awalnya terkesan lambat. Pada 1882 Robert
Koch berhasil mengidentifikasi Mycobacerium tuberculosis. Pada 1906 vaksin BCG
berhasil ditemukan. Lama sesudah itu, mulai ditemuan Obat Anti Tuberkulosis
(OAT). Pada 1943 Streptomisin ditetapkan sebagai anti TB pertama yang efektif.
Setelah itu ditemukan Thiacetazone dan Asam Para-aminosalisilat (PAS). Pada 1951
ditemukan Isoniazid (Isonicotinic Acid Hydrazide; INH), diikuti dengan penemuan
Pirazinamid (1952) Cycloserine (1952), Ethionamide (1956), Rifampicin (1957), dan
Ethambutol (1962). Namun kemajuan pengobatan TB mendapat tantangan dengan
bermunculan strain M. Tuberculosis yang resisten terhadap OAT.2
Pengendalian TB di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman penjajahan
Belanda namun masih terbatas pada kelompok tertentu. Setelah perang kemerdekaan,
TB ditanggulangi melalui Balai Pengobatan Penyakit Paru (BP-4). Sejak tahun 1969
pengendalian TB dilakukan secara nasional melalui Puskesmas. Pada tahun 1995,
program nasional pengendalian TB mulai menerapkan strategi pengobatan jangka
pendek dengan pengawasan langsung (Directly Observed Treatment Short-Course,
DOTS) yang dilaksanakan di Puskesmas secara bertahap. Sejak tahun 2000 strategi
DOTS dilaksanakan secara Nasional diseluruh Fasyankes terutama Puskesmas yang
diintegrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.2
TB masih merupakan beban bagi negara berkembang baik dalam segi
diagnosis maupun tatalaksana. Pada tahun 2011, ada tiga faktor yang menyebabkan
tingginya kasus TB di Indonesia, yaitu: (1) Waktu pengobatan TB yang relatif lama,
sekitar 6-8 bulan, menjadikan penderita TB berhenti berobat (drop out) setelah
merasa sehat meski proses pengobatan belum selesai, (2) Masalah TB diperberat
dengan adanya peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat, (3)
Munculnya permasalahan kebal terhadap bermacam obat (MDR-TB).
Tata laksana yang kurang tepat dapat menimbulkan komplikasi dari TB paru.
Diharapkan dengan tatalaksana yang baik dapat menghindari terjadinya resistensi
dan komplikasi bagi pasien. Untuk itu diperlukan kerjasama antar sektor baik
kesehatan maupun pemerintah sebagai pengatur kebijakan mengenai masalah TB.

1.2 Batasan Masalah


Laporan kasus ini membahas tentang kasus tuberkulosis yang ditemukan di
bangsal paru RSUP Dr M Djamil Padang.

1.3 Tujuan Penulisan


Penulisan laporan kasus ini bertujuan untuk mengetahui dan memahami
penyakit tuberkulosis.

1.4 Metode Penulisan


Laporan kasus ini dibuat dengan metode tinjauan pustaka yang merujuk kepada
literatur tertentu.

Anda mungkin juga menyukai