Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perdarahan post partum (Haemorrhagia post partum) merupakan


perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500-600 cc dalam 24 jam setelah anak
dan plasenta lahir.

Seperti dikatakan oleh Tadjuluddin (1965) : “Perdarahan post partum


masih merupakan ancaman yang tidak terduga, walaupun dengan pengawasan
yang sebaik-baiknya, perdarahan post partum masih merupakan salah satu
penyebab kematian ibu yang penting”. Sebaliknya menurut pendapat para ahli
kebidanan modern : “Perdarahan post partum tidak perlu membawa kematian
pada ibu bersalin”.

Pendapat ini memang benar bila kesadaran masyarakat tentang hal ini
sudah tinggi dan dalam klinik tersedia banyak darah dan cairan serta fasilitas
lainnya. Dalam masyarakat kita masih besar anggapan bahwa darahnya adalah
merupakan hidupnya, karena itu mereka menolak menyumbangkan darahnya,
walaupun untuk menolong jiwa istri dan keluarganya sendiri.

B. Tujuan Penulisan

o Tujuan Umum

Diharapkan mahasiswa kebidanan mempunyai pengalaman yang nyata dan mampu


melaksanakan manajemen kebidanan menurut Varney.

 Tujuan Khusus

Mahasiswa kebidanan diharapkan mampu untuk:

1. Melaksanakan pengkajian
2. Menentukan identifikasi masalah atau diagnosa
3. Menentukan antisipasi masalah potensial
4. Menentukan identifikasi kebutuhan segera
5. Menetukan intervensi sesuai dengan diagnosa
6. Melakukan implementasi sesuai dengan intervensi yang telah di buat
7. Melakukan evaluasi yang terhadap implementasi yang telah dilakukan.

 Pelaksanaan

Kegiatan praktik klinik dilaksanakan di RSAD Brawijaya Surabaya

1.4 Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan dari laporan ini adalah :

BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, tujuan umum dan
khusus, pelaksanaan, dan sisitematika penulisan.

BAB II : Tinjauan pustaka berisi tentang konsep dasar mengenai nifas


fisiologis dan konsep dasar asuhan kebidanan.

BAB III : Berisi tinjauan kasus yang meliputi beberapa tahapan diantaranya
pengkajian, interpretasi data, identifikasi diagnosa dan masalah potensial, identifikasi
kebutuhan tindakan segera, intervensi, implementasi dan evaluasi.

BAB IV : Berisi kesimpulan tentang landasan teori yaitu dari konsep dasar dan
dari konsep asuhan kebidanan. Bab IV juga berisi saran yang berkaitan dengan
ASKEB

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar HPP

 Pengertian

Haemorragic Post Partum (HPP) atau Perdarahan Post Partum adalah perdarahan
setelah bayi lahir yang volumenya melebihi 500 ml (IBG, Manuaba: 1999). Kondisi
dalam persalinan menyebabkan kesulitan menentukan jumlah perdarahan yang terjadi
karena bercampur dengan air ketuban dan serapan pakaian atau kain alas tempat tidur.
Oleh sebab itu maka batasan operasional untuk periode pasca persalinan adalah
setelah bayi lahir. Sedangkan tentang jumlah perdarahan, disebutkan sebagai
perdarahan yang lebih dari normal dimana telah menyebabkan perubahan tanda vital
(Sarwono; 2001) seperti:

 Pasien mengeluh lemah, limbung


 Berkeringat dingin
 Menggigil
 Hipernea
 Sistolik < 90 mm Hg
 Nadi > 100 x/mnt
 Kadar Hb < 8 gr %

Perdarahan post partum adalah perdarahan lebih 500-600 ml selama 24 jam setelah
anak lahir. Termasuk perdarahan karena retensio plasenta. (www.gynecology.com).

Perdarahan post partum adalah perdarahaan dalam kala IV lebih 500-600 cc dalam 24
jam setelah anak dan plasenta lahir. (Rustam Mochtar, 1998).

Pembagian perdarahan post partum:

1. Perdarahan post partum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi


selama 24 jam setelah anak lahir. Penyebab utama post partu primer adalah
atonia uteri, retensio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir.
Terbanyak dalam dua jam pertama.
2. Perdarahan post partum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
setelah 24 jam anak lahir. Biasanya hari ke 5-15 post partum. Penyebab utama
perdarahan adalah robekan jalan lahir dan sisa plasenta atau membran.
(Manuaba, 1998).

 Etiologi

Etiologi perdarahan post partum:

1. Atonia uteri

Faktor predisposisi terjadinya atonia uteri adalah :

 Umur : umur yang terlalu muda atau tua


 Paritas : sering dijumpai terjadi pada multipara dan grandemultipara
 Partus lama
 Obstetri operatif dan narkosa
 Uterus terlalu regang dan besar, misalnya gemelli, hidramnion, atau janin
besar
 Kelainan pada uterus, seperti mioma uteri, uterus couvelair pada solusio
plasenta
 Faktor sosial ekonomi, yaitu malnutrisi.

2. Sisa plasenta dan selaput ketuban


3. Jalan lahir : robekan perineu, vagina, serviks, forniks dan rahim.
4. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia yang


sering dijumpai:

 perdarahan yang banyak


 solusio plasenta
 kematian janin yang lama dalam kandungan
 pre eklamsi dan eklamsi
 infeksi, hepatitis dan syok septic. (Rustam Mochtar, 1998)

 Faktor Predisposisi

1. Keadaan Umum parturien yang mempunyai gizi rendah.

 Hamil dengan anemia


 Hamil dengan kekurangan gizi / malnutrisi

2. Kelemahan dengan kelelahan otot rahim

 Grandemulti para
 Jarak kehamilan dan persalinan kurang dari 2 tahun
 Persalinan lama atau terlantar
 Persalinan dengan tindakan narkose
 Kesalahan penanganan kala III ialah kalau rahim dipijat-pijat untuk
mempercepat lahirnya placenta (Unpadj ; 1981)

3. Pertolongan persalinan dengan tindakan disertai narkose.


4. Overdistensi pada kehamilan
 Hidramnion
 Gemelli
 Anak yang melebihi 4000 gram

 Diagnosis

Diagnosa perdarahan post partum dapat ditegakkan dengan memperhatikan :

1. Adanya perdarahan post partum yang banyak dalam waktu singkat.


2. Pada pemeriksaan dijumpai :
o Uterus yang lembek
o Terdapat perlukaan jalan janin
o Disertai atau tanpa retensio plasenta
o Terdapat Hematoma.
3. Perdarahan melebihi 25 % dari volume darah akan menimbulkan gejala klinis:
o Kesadaran menurun
o Frekuensi nadi dan pernafasan meningkat, tekanan darah menurun.
o Daerah ujung ekstremitas terasa dingin.
o Parturien tampak pucat (anemia)
o Pada keadaan yang serius, disertai gejala shock.

Penilaian Klinik

Gejala dan Tanda Penyulit Diagnosa Kerja


4. Shock
5. Bekuan darah pada
Uterus tidak berkontraksi serus atau posisi
dan lembek, perdarahan terlentang akan Atonia Uteri
setelah bayi lahir. menghambat aliran
darah keluar.

Darah segar yang mengalir


 Pucat
segera setelah bayi lahir.
 Lemah
Robekan jalan lahir
 menggigil
Uterus berkontraksi dan
keras Placenta lengkap.
Placenta belum lahir
Tali pusat putus akibat reaksi
setelah 30 menit, Retensio Placenta
berlebihan.
perdarahan segera setelah
bayi lahir.
Inversio uteri akibat tarikan,
Uterus berkontraksi dan perdarahan lanjutan.
keras
Placenta/sebagian selaput
tidak lengkap.
Uterus berkontraksi tetapi Tertinggalnya sebagian
tinggi Furdus tidak berkurang. placenta.
Perdarahan segera setelah
bayi lahir.
Uterus tidak teraba
Neurogenik shock
Lumen vagina terisi massa
Inversio Uteri
Pucat dan limbung
Tampak tali pusat (bila
placenta belum lahir)
Sub.Invelusi Uterus
Endometritis
Nyeri tekan perut bawah
 Anemia
dan pada uterus perdarahan Atau, sisa fragmen
 demam
Lokhsa makopurulen dan placenta
berbau
(terinfeksi atau tidak)
(bila disertai infeksi)

 Penanganan Perdarahan post partum

Berupa :

1. mencegah perdarahan post partum


2. mengobati perdarahan kala uri
3. mengobati perdarahan post partum pada atonia uteri

Cara mengobati perdarahan kala uri :

1. memberikan oksitosin
2. mengeluarkan plasenta menurut cara Credee (1-2 kali)
3. mengeluarkan plasenta dengan tangan.

 Komplikasi

1. Memudahkan terjadinya:
o Anemia yang berkelanjutan
o Infeksi puerperium.
2. Terjadi rehrosis hipofisis anterior dan sindrom sheehan
o Kelemahan umum (Asthenia)
o Menurunnya berat badan sampai cachexia
o Penurunan fungsi sexsual
o Memudarnya tanda-tanda seks sekunder
o Turunnya metabolisme – hipotensi
o Amenarea sekunder
3. Kematian perdarahan post partum

 Pencegahan

Cara mencegah perdarahan post partum yaitu memeriksa keadaan fisik, keadaan
umum, kadar hemoglobin, golongan darah dan bila mungkin tersedia donor darah.
Sambil mengawasi persalinan, dipersiapkan keperluan untuk infus dan obat-obatan
penguat rahim atau uterotonika. Setelah ketuban pecah, kepala janin mulai membuka
vulva, infus di pasang dan sewaktu bayi lahir diberikan satu ampul metergin atau
kombinasi dengan lima satuan sintosinon atau sintometrin intravena. Hasilnya
biasanya memuaskan.

Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama, sehingga


dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi.

Upaya preventif dapat dilakukan dengan :

 Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia semasa


kehamilan.
 Melakukan persiapan pertolongan persalinan
 Meningkatkan usaha penerimaan KB
 Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami
perdarahan post partum habitualis.
 Memberikan uterolunika segera setelah persalinan bayi, sehingga persalinan
placenta dipercepat dan mengurangi perdarahan.

Pertolongan khusus

Pada perdarahan karena atonia uteri dan retensio placenta :

 Melakukan placenta manual


 Pemijatan otot rahim secara bimanual atau
 Pemberian utero tonika im / iv dengan drip
 Melakukan pemasangan tampon uterovaginal selama 24 jam dengan dacier
kateter.
 Bila gagal dilakukan tindakan operasi Ligan ateri hipogastrika / histerektomi.

Pada perdarahan yang disebabkan oleh trauma / perlukaan jalan lahir :

1. Evaluasi tempat luka dengan menggunakan Spekulum.


2. Melakukan Ligasi bekas luka trauma persalinan.

Pada perdarahan yang disertai hipofibrinogenemia, yaitu :

1. Solusi placenta
o Infus cairan pengganti
o Utero tonika dosis adekuat
o Tambahan fibrinogen langsung
o Dapat diberikan tranfusi dengan jumlah darah cukup.
2. Intrauterine fetal death / missed abortion
o Pemeriksaan darah disertai analisa faktor pembekuan darah.
o Berikan fibrinogen dalam dosis yang cukup.
3. Emboli air ketuban.

 Ketuban pecah diikuti sesak napas, frekuensi detak jantung meningkat,


menggigil, kedinginan, sianosis, shock dan dalam waktu singkat meninggal.
 Bahaya perdarahan disebabkan oleh gangguan fungsi pembekuan darah atau
sindrom hipofibrinogenemia.

Perdarahan Past Partum Sekunder.

Sebagian besar disebabkan oleh placenta rest. Penanganannya adalah :


1. Pemasangan infus untuk persiapan kuretase.
2. Pemberian narkose ringan seperti ketalar, pentalal atau,
3. Melakukan kuretase diikuti dengan pemberian utera tonika.

Tiga hal yang harus diperhatikan dalam menolong persalinan dengan komplikasi
perdarahan post partum :

1. menghentikan perdarahan
2. mencegah timbulnya syok
3. mengganti darah yang hilang.

Pengeluaran plasenta dengan tangan segera sesudah janin lahir dilakukan bila :

1. menyangka akan terjadi perdarahan post partum


2. perdarahan banyak atau lebih dari 500 cc
3. retensio plasenta
4. melakukan tindakan obstetri dalam narkosa
5. riwayat perdarahan post partum pada persalinan yang lalu.

Pencegahan terjadinya perdarahan post partum merupakan tindakan utama,sehingga


dapat menghemat tenaga, biaya dan mengurangi komplikasi.

Upaya preventif dapat dilakukan dengan :

 Meningkatkan kesehatan ibu, sehingga tidak terjadi anemia semasa


kehamilan.
 Melakukan persiapan pertolongan persalinan secara
 Meningkatkan usaha penerimaan KB
 Melakukan pertolongan persalinan di rumah sakit bagi ibu yang mengalami
perdarahan post partum habitualis.
 Memberikan uterolunika segera setelah persalinan bayi, sehingga persalinan
placenta dipercepat dan mengurangi perdarahan.

Pertolongan khusus

Pada perdarahan karena atonia uteri dan retensio placenta :

 Melakukan placenta manual


 Pemijatan otot rahim secara bimanual atau
 Pemberian utero tonika im / iv dengan drip
 Melakukan pemasangan tampon uterovaginal selama 24 jam dengan dacier
kateter.
 Bila gagal dilakukan tindakan operasi Ligan ateri hipogastrika / histerektomi.

Pada perdarahan yang disebabkan oleh trauma / perlukaan jalan lahir :

 Evaluasi tempat luka dengan menggunakan Spekulum.


 Melakukan Ligasi bekas luka trauma persalinan.

Pada perdarahan yang disertai hipofibrinogenemia, yaitu :

 Solusi placenta
 Infus cairan pengganti
 Utero tonika dosis adekuat
 Tambahan fibrinogen langsung
 Dapat diberikan tranfusi dengan jumlah darah cukup.
 Intrauterine fetal death / missed abortion
 Pemeriksaan darah disertai analisa faktor pembekuan darah.
 Berikan fibrinogen dalam dosis yang cukup.
 Emboli air ketuban.
 Ketuban pecah diikuti sesak napas, frekuensi detak jantung meningkat,
menggigil, kedinginan, sianosis, shock dan dalam waktu singkat meninggal.
 Bahaya perdarahan disebabkan oleh gangguan fungsi pembekuan darah atau
sindrom hipofibrinogenemia.

Perdarahan Past Partum Sekunder.

Sebagian besar disebabkan oleh placental rest. Penanganannya adalah :

 Pemasangan infus untuk persiapan kuretase.


 Pemberian narkose ringan seperti ketalar, pentalal atau,
 Melakukan kuretase diikuti dengan pemberian utera tonika.

 2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Dengan HPP

Asuhan kebidanan adalah aktifitas atau intervensi yang dilakukan oleh bidan kepada
klien yang inempunyai kebutuhan atau permasalahan khususnya dalam bidang KIA
atau KB.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai


metoda untuk mengorfranisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan tecri ilmiah,
penemuan-penemuan, ketrampilan dalam rangkaian tahapan logis untuk pengambilan
keputusan yang berfokus pada klien.

Adapun langkah-langkah asuhan kebidanan yang dalam penerapannya penulis


menggunakan tujuh langkah Hellen Varney.

 Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah awal proses asuhan kebidanan yang terdiri dari 3
(tiga) phase kegiatan, yaitu mengumpulkan data, mengolah data dan menganalisa data
yang diperoleh dalam bentuk data subyektif, data obyektifdan data penunjang yang
akan memberikan gambaran keadaan klien.

1. Data Subyektif
o Biodata klien dan suami terdiri dari:
1. Nama yang jelas dan lengkap, perlu dicatat untuk membedakan
dengan klien lainnya.
2. Umur dicatat dalam tahun, mengantisipasi diagnosa masalah
kesehatan dan tindakan yang dilakukan.
3. Alamat, perlu dicatat untuk mempermudah hubungan bila
keadaan mendesak, danat juga memberi petunjuk keadaan
lingkungan tempat tinggal
4. Agama, perlu dicatat karena hal ini berpengaruh dalam
kehidupan dan memudahkan untuk memberikan dukungan
moral.
5. Suku bangsa, perlu dicatat untuk mengetahu kebiasaan adat
istiadax yang mempengaruhi kesehatan.
6. Pendidikan, perlu dicatat karena b’rpengaruh besar dalam
memberikan tindakan asuhan kebidanan.
7. Pekerjaan dicatat untuk mengetahui sejauh mana pengaruhnya
terhadap status kesehatan dengan permasalahan pekerjaan,
disamping itu menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga
yang juga dapat mempengaruhi status gizi klien.
8. Status perkawinan, khusus untuk ibu mencakup berapa
kali menikah, lama pernikahan pcrtama kali.
o Alasan masuk rumah sakit

Hal ini perlu diketahui untuk mengetahui status kesehatan klien sebelum masuk
rumah sakit, kemungkinan ada kaitannya dengan keadaan atau permasalahan
kesehatan klien pada masa nifas.

 Keluhan utama
Merupakan keluhan yang menyebabkan gangguan pada saat dilakukan pengkajian
pada klien nifas post vakurn ekstraksi. Ada kelelahan akibat. persalinan yang relatif
lama atau sulit, adakah nyeri pada luka jahitan, adakah pengeluaran lochia sesuai
dengan batas normal, adakah nyeri, after pain (sampai dengan 2-4 hari), dapatkah
miksi spontan setelah 6 jam post partum, dapatkah defekasi sebelum hari kc-3 post
partum, lancarkah laktasi setelah 1 – 3 hari post partum, adakah gangguan istirahat
atau tidur sesudah persalinan, bila ada alasannya apa.

 Riwayat kesehatan yang lalu

Penyakit yang diderita sebelumnya merupakan gambaran penyakit yang lain untuk
mengetahui apakah ada hubungannya dengan rnasalah yang dihadapi klien nifas
diantaranya : apakah pernah atau sedang menderita penyakit hepatitis, diabetes
mellitus, jantung, hipertensi, ginjal, TBC.

 Riwayat penyakit keluarga

Diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya pengaruh penyakit’ keluarga


terhadap gangguan kesehatan klien. Penyakit keluarga yang perlu ditanyakan
mencakup penyakit kanker, jantung, hipertensi, diabetes, ginjal, jiwa, kelainan
bawaan kembar, TBC, penyakit darah, alergi, penyakit yang menyebabkan kernatian
ayah atau ibu yang telah meninggal.

 Riwayat obstetri
1. Riwayat kehamilan, persalinan nifas yang lain, meliputi : keadaan
kehamilan, tanggal atau tahun persalinan, urnur keharrilan, tempat
persrlinan, jenis persalinan. penolong, penyulit, jenis dan ber.at anak,
keadaan rjfas.
2. Riwayat kehamikn ini meliputi : gravida, para, atenn, prematur,
imatur, abortus, hidup, masa gestasi, penyulit selama hamil;
oengobatan yang diperoleh.
3. Riwayat persalinan sekarang meliputi : tanggal dan jam persalinan,
jenis persalinan, tindakan lama persalinan, kala 1 primi : 13 – 14 jam,
multipara : 6 – 7 jam, kala 11 primi . ½ – 2 jam, multipara : ½ –1 jam.

Adakah perdarahan dalam persalinan, anak hidup BB dan PB, jenis kelamin, apgar
skor, kelainan bawaan atau tidak rawat gabung ya atau tidak, bila tidak alasannya apa.

1. Riwayat keluarga berencana


Jenis kontrasepsi yang digunakan, efek samping yang timbul, alasan pemberhentian
kontrasepsi, lama menggunakan alat kontrasepsi rencana kontrasepsi yang akan
digunakan.

 Keadaan psikososial

Meliputi tanggapan ibu atas kelahiran bayinya, jenis kelamin yang diharapkan,
rencana ibu untuk menyusukan bayinya kapan dan berapa lama, pengetahuan ibu
tentang menyusui dan perawatan bayi, siapa yang mengasuh atau merawat bayinya,
latar belakang sosial budaya, susunan keluarga yang tinggal serumah.

 Pola pemenuhan fungsi kesehatan

Yaitu pola pemenuhan fungsi kesehatan sebelum melahirkan dan masa nifas meliputi:

1. Pola aktifitas sehari-hari, apakah sudah melakukan ambulasi secara bertahap


sesuai dengan kondismya.
2. Pola istirahat dan tidur : apakah tidak ada kesulitan untuk istirahat dan tidur,
bila ada mengapa, berapa !ama istirahat pada siang hari dan tidur.-pada malam
hari.
3. Pola nutrisi atau gizi komposisi menu makanart dan kebiasaan makan dan
rmnum selama hairil dan pada waktu di rumah sakit, apakah ada pantangan.
Diet nifas ± 2.500 Kal, eukup protein banyak sayur dan buah, minum ± 3000
cc perhari.
4. Pola miksi dan defekasi : kebiasan buang air besar dan buang air kecil pada
saat harnil dan saal nilas, apakah sudali hisa miksi sendiri, apakah ada rasa
nyeri pada waktu miksi, berapa kali dalam sehari. Kapan terakhir kali
defekasi, apakah normal ?

2. Data Obyektif
o Pemeriksaan fisik khusus

Mammae : adakah ketegangan atau nyeri tekan

Putting susu : menonjol datar atau masuk ke dalam

Produksi ASI: belum keluar pada hari I dan U kolostrum sudah keluar

Perut : kendor atau tegang

Tinggi F.U : normalnya hari 1 –2 jari di bawah pusat


Kontraksi uterus : keras atau lembek

Kandung kemih : kosong dan penuh

Vulva : oedema atau tidak

Pengeluaran lochea : pada 6 jam pertama lochea rubra sampai dengan 2


hari post partum. ban normal atau busuk.

Perineum : ada luka jahilan perineum (bekas episiotomi medio lateralis atau
medialis) hers ih atau kotor, adakah tanda-tanda infeksi (rubor, tumor, dolor,
kalor dan fungsiolesa).

 Pemeriksaan penunjung

Hb normal > 11 gram %

 Interpretasi Data

Melakukan identifikasi yang benar terhadap masalah atau diagnosa berdasarkan


interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Diagnosa, masalah
dan kebutuhan bayi berat lahir rendah tergantung dari hasil pengkajian.

 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi


berdasarkan masalah atau diagnosa yang sudah diidentifikasi.Potensial terjadi infeksi

 Identifikasi Kebutuhan akan Tindakan Segera atau Kolaborasi

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan / dokter dan atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi pasien.

 Intervensi

Merencanakan asuhan menyeluruh yang rasional sesuai dengan temuan dari langkah
sebelumnya.

 Implementasi
Meliputi tindakan-tindakan atau penerapan dari rencana yang telah dibuat beserta
tanggal dan jam kegiatan yang dilakukan.

2.6.7 Evaluasi

Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, ulangi kembali proses
manajemen denganbenar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan
tetapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana.

BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN

PADA NY ” E ” P20002 NIFAS PATOLOGI HARI KE-1 (2 JAM)

DENGAN HPP (HAEMORRAGIC POST PARTUM)

DI RSAD BRAWIJAYA SURABAYA

1. LANGKAH I (PENGUMPULAN DATA)


2. DATA SUBYEKTIF (Tanggal : 10 juni 2010 Jam : 08.35 WIB)

1. Biodata

Nama Istri : Ny. E Nama Suami : Tn. S

Usia : 30 Tahun Usia : 35 Tahun

Agama : Islam Agama : Islam

Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia

Pendidikan : SMP Pendidikan : SLTA

Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Swasta

Alamat : wiyung Alamat : wiyung

1. Status Perkawinan
Perkawinan : 1x

Usia Kawin : 23 Th

Lama Kawin : 7 Th

1. Keluhan Utama:

Klien mengatakan mengalami perdarahan yang banyak setelah melahirkan dan


tubuhnya terasa lemas dan lemah.

1. Riwayat Kebidanan

1. Riwayat Haid

Menarche : 13 hari

Siklus : 28 hari

Lamanya : 6-7 hari

Jumlah : ganti Kotek ± 3 x/hr, 4-7 hari ganti kotek ± 2 x/hr

Warna dan bau: merah tua/amis

Keluhan : disminorrhe (-) flour albus kadang-kadang

HPHT : 28– 10 – 2009

TPP : 09 – O6 – 2010

1. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Perkawinan KB
Ke Usia Jenis Penolong Tempat Penyulit BBL Sex Hidup Mati Penyulit ASI
Spt 1,5
1 1 9 bln Bidan BPS – 2900 4 th – – Suntik
B t

1. Riwayat Kehamilan Sekarang


Hamil ini merupakan kehamilan yang kedua dengan usia kehamilan ± 9 bulangerakan
pertama anak dirasakan pertama kali pada usia kehamilan ± 5 bln.

ANC pada trimester I di BPS ± 1 x, ibu tidak mendapat suntik TT selama hamil ke-3

ANC pada trimester II di RSTR ± 3 x

ANC pada trimester III di RSTR ± 5 x, ibu mendapat obat-obatan : Fe dan Vit selama
hamil

Keluhan pada hamil muda, ibu sering mengeluh mual dan tidak nafsu makan.

Keluhan pada hamil tua, ibu sering mengeluh nyeri perut bagian bawah.

1. Riwayat Persalinan Sekarang

Klien masuk kamar bersalin jam 04.35 wib dengan indikasi inpartu dan terjadi
perdarahan post partum setelah 2 jam PP. banyak sekali tanpa berhenti (± 400 cc).

Bayi lahir normal jam 14.30 wib di RSTR. PB/BB 51 cm/3600 gr

Placenta lahir spontan lengkap, perdarahan ± 200 cc

Perineum Lacerasi Hc ± 4 cm

Selama di BPS, pada saat Impartu kala I dilakukan oxitocyn drip 5 UI dalam 500 ml
DS % dengan indikasi pemanjangan fase latin, sampai pemb. Lengkap dan memasuki
kala dua, setelah bayi lahir diberikan oxitocyn 10 UI 1M (menjadi aktif kala III)
terpasang infus RL 2 cabang (tangan kanan/kiri)grojok.

1. Riwayat Kesehatan yang lalu.

Ibu tidak pernah menderita penyakit menular, menahun dan keturunan seperti asma,
diabetes, hipertensi hepatitis, TB paru , alergi dan ibu tidak pernah dioperasi.

1. Riwayat kesehatan keluarga

keluarga dari pihak ibu maupun suami tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menular, menahun dan keturunan, seperti: asma, diabetes, TB paru, HT, Hepatitis
jantung dan tidak ada keturunan kembar.

1. Riwayat Psikososial.
Ibu gelisah dan khawatir karena darah terus mengalir banyak dari jalan lahirnya.

1. Pola Kebiasaan sehari-hari.

 Pola Nutrisi : sebelum hamil ibu makan 3 x/hari porsi sedang dengan menu :
nasi lauk, sayur. Minum 6-8 gelas / hari, air putih / tea. Selama hamil ibu
makan 3 x/hari porsi sedang dengan manu yang sama. Selama di RS setelah
dilakukan tindakan (eksplorasi) ibu diberi minum teh ± 1 gelas dan makan
roti.
 Pola Eliminasi : sebelum hamil ibu BAK ± 5-6 x / hari, BAB 1 x /hari, tidak
ada kelainan selama hamil ibu BAK 6-7 x /hari, BAB 1 x/hari. Selama di RS
ibu dipasang kateter.
 Pola istirahat : sebelum hamil ibu tidur 6-7 jam / hari, ibu jarang tidur selama
hamil ibu tidur siang ± 1-2 jam, tidur malam ± 6-7 jam.

Selama di RS ibu merasa ngantuk karena kelelahan dan badan terasa lemas karena
perdarahan yang banyak di jalan lahir.

 Pola aktifitas : sebelum dan selama hamil ibu tetap bekerja berdagang di
pasar. Ibu mengurangi pekerjaan yang berat sejak hamil tua, selama di RS ibu
bedrest semua kebutuhan dibantu oleh petugas.
 Pola personal Higine : sebelum dan selama hamil ibu mandi 2 x / hari, gosok
gigi 2x /hari, ganti baju 2x/hari.selama di RS ibu dimandikan oleh petugas
(waslap), ganti baju 2x/hari.

1. Latar Belakang Sosial Budaya

selama hamil ibu tidak ada pantangan dalam makan/minum dan tidak pernah minum
jamu-jamuan, ibu tidak merokok, selama hamil dan menjelang persalinan tidak ada
kebiasaan keluarga yang menghambat kesehatan.

1. DATA OBYEKTIF
2. Pemeriksaan fisik umum tanda-tanda vital

Keadaan umum : lemah Tensi : 90/60 mmhg

Kesadaran : compos mentis Nadi : 120 x/mnt

Postur tubuh : tegak (normal) Suhu : 375 0C (Rectal)

TB/BB : 155 cm / 64 kg Resp : 24 x/mt


2. Pemeriksaan Fisik Khusus
3. Inspeksi

Kepala : Keadaan kulit kepala bersih, tidak ada benjolan dan luka, rambut tidak
rontok

Wajah : pucat, tidak ada odema.

Mata : sclera tidak icterus, conjunction anemis, palpebra tidak odema.

Hidung : tidak ada polip, tidak ada perdarahan, tidak ada kel, tidak ada
pernafasan cuping hidung.

Telinga : tidak ada perdarahan / purulenta, tidak ada kelainan

Mulut : tidak ada stomatitis, tidak ada caries gigi, mukosa mulut lembab, bibir
kering.

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid dan tidak ada pembesaran vena
jugularis.

Ketiak : tidak ada pembesaran kelenjar lymfe

Payudara : hiperpigmentasi areola mamae, mamae membesar dan tegang , putting


susu menonjol.

Perut : terdapat linea alba, terdapat striae albican, perut tampak kendor, tidak
ada bekas luka operasi.

Anus : tidak ada hemoroid, tidak ada varises.

Genetalia : perdarahan yang terus mengalir dari vagina berwarna merah segar
terdapat robekan perineum Hc 2 cm, tidak ada odema, tidak ada varises, tidak ada
condiloma, tidak ada bartolinites.

Ekstremitas : tidak ada odema, tidak ada varises.

1. Palpasi

leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, tidak ada pembesaran vena
jugularis.
Payudara : konsistensi lunak, tidak ada benjolan kolostrum keluar.

Perut : TFU 2 jari bawah pusat kontraksi uterus lembek.

Kulit : Akral dingin pada ekstrimitas, turgor kulit menurun.

1. Auscultasi

Paru-paru : tidak ada bunyi wheezing, rales da Ronchi

Jantung : bunyi S1 S2 tunggal

Perut : bising usus

1. Perkusi

Reflek patella + /+

1. Pemeriksaan Dalam

cerviks membuka, tidak ada sisa placenta, terdapat stolsel-stolsel darah, terdapat
robekan cervix pada jam 09.00

1. Pemeriksaan Laboratorium

HB : 6,5 gr % golongan darah AB

Cek DL, FH, RFT (Hasil terlampir)

Kesimpulan

P20002 dengan HPP + Atomia Uteri + Robekan cervix + Anemis

1. INTERPRETASI DATA DASAR

Diagnosa : P20002 dengan HPP + Atomia Uteri + Robekan cervix + Anemis

D/s : Ibu mengatakan mengalami perdarahan yang banyak dari jalan lahir setelah
melahirkan dan tubuhnya terasa lemas dan lemah.

Ibu melahirkan jam 14.30 wib bayi lahir normal.


BB/PB : 3600 gr / 51 cm

Placenta lahir spontan lengkap

Perineum lacerasi Hc 2 cm

D/o : Tensi : 90/60

Nadi : 120 ´/mt

Suhu : 375 0C

Resp : 24 x/mt

Perdarahan setelah 2 jam PP ± 500 cc

Palp : perut kendor, kontraksi uterus lembek, TFU 2 jari bawah pusat

Pemeriksaan Dalam : cerviks membuka, tidak ada sisa placenta terdapat stolsel –
stolsel darah, terdapat robekan cerviks pada jam 09.00

Akral dingin pada Ekstrimitas, turgor kulit menurun

Cek HB : 6,5 gr %

Masalah Perdarahan.

Data Dasar : – perdarahan setelah 2 jam PP ± 500 cc dari jalan lahir

 keadaan umum lemah, akral dingin, turgor kulit menurun.


 Pemeriksaan dalam : terdapat robekan cervixs pada jam 09.00

Kebutuhan :

 Lakukan eksplorasi dan penjahitan robekan cerviks


 Hentikan perdarahan
 Perbaiki keadaan umum
 Rehidrasi cairan
 Tranfusi Darah
 Massage fundus Uteri

III. ANTISIPASI MASALAH POTENSIAL


Potensial terjadi hipovolemic shock

Data dasar : perdarahan setelah 2 jam PP + 500 cc dari jalan lahir

Pemeriksaan dalam : cervixs membuka, tidak ada sisa placenta terdapat robekan
pada cervixs pada jam 09.00.

Keadaan umum lemah, akral dingin, turgor kulit menurun

Tensi : 90/60 mmhg Suhu : 375 0C

Nadi : 120 x/mt Resp : 24 x/mt

1. LANGKAH IV IDENTIFIKASI KEBUTUHAN SEGERA

Memberikan cairan rehidrasi

 Infus RL grojok
 Infus RL drip piton 2 amp ( tetesan maintenent )
 Lakukan eksplorasi 2 penjahitan robekan cervixs
 Transfusi Darah

1. LANGKAH V MENGEMBANGKAN RENCANA

Diagnosa : P20002 dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs dan Anemis

Tujuan : setelah dilakukan Asuhan ke bidan selama 1 x 3 jam diharapkan


perdarahan berhenti dan tidak terjadi syok hipovolemic

Kriteria : perdarahan berhenti, contraksi uterus baik ( keras )

Keadaan umu baik, turgor kulit baik, akral hangat.

TTU dalam batas normal

Conjungtiva tidak anemis

HB kembali normal ( 10 – 11 gr % )

Intervensi

1. Lakukan pendekatan pada ibu dan konseling dengan komunikasi therapiutik


Rasional : konseling dengan komunikasi therapiutik dapat membangun
kepercayaan pada klien sehingga dapat kooperatif dengan petugas.

2. Kaji semua keluhan pada klien dan riwayat persalinan dan kehamilannya.

Rasional : membantu menegakkan diagnosa dan therapy yang akan diberikan.

3. Observasi tanda-tanda Cardinal secara berkala

Rasional : mengevaluasi keadaan umum klien.

4. Berikan rehidrasi cairan

Rasional : mencega terjadinya shock hipovolemic

5. Lakukan massage pada uterus

Rasional : memperkuat kontraksi uterus.

6. Kolaborasi dengan dokter pemberian tindakan dan therapy

Rasional : fungsi dependent.

7. Lakukan pemeriksaan darah ( HB, DL, FH )

Rasional : fungsi interdependent.

8. Bantu semua kebutuhan dasar klien dan anjurkan klien bedrest.

Rasional : memebantu proses penyembuhan

1. IMPLEMENTASI

Tgl : 10 Juni 2010 Jam : 09.00 Wib

Diagnosa : P20002 dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs dan Anemis

1. Melakukan pendekatan pada klien dan konseling dengan komunikasi


therapiutik
2. Mengkaji semua keluhan pada klien dan riwayat kehamilannya.

3. Mengobservasi tanda-tanda Cardinal secara berkala.


16.00 Tensi : 90/60 s/n : 375 – 120 x/mt

16.15 T : 90/60 s/n : 375 – 120 x/mt

16.30 T : 90/60 s/n : 37 – 116 x/mt

16.45 T : 80/Palp. s/n : 37 – 120 x/mt

17.00 T : 70/Palp. s/n : 37 – 120 x/mt

17.15 T : 80/Palp. s/n : 37 – 120 x/mt

17.30 T : 90/60 s/n : 37 – 112 x/mt

17.45 T : 90/60 s/n : 37 – 112 x/mt

18.00 T : 100/60 s/n : 37 – 112 x/mt

4. Memberikan Rehidrasi Cairan berupa :

Infuse RL grojok pada tangan kanan.

Infus RL dengan drip piton 2 amp pada tanagan kiri

Memberikan minum klien ( 1 gelas teh hangat ).

5. Melakukan massage uterus secara terus menerus sampai kontraksi uterus


kersa.
6. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter pemberian tindakan dan therapy.

 Memperbaiki keadaan umum fleksus aktif


 Infus RL dengan drip piton 2 Amp
 Eksplorasi jalan lahir didapatkan :
o Cerviks membuka, didapatkan sisa placenta 2 kotiledon
o SAR dan SBR Intack
o Cerviks didapatkan robekan cerviks pada jam 09.00
o Vagina intack
o Luka jahitan perineum baik (tidak terjadi perdarahan)

– Dilakukan penjahitan pada cerviks jam 09.00

– Pemberian therapy
 Misoprostole, 4 tab/rectal
 Test Ampicillin hasil negative (-)
 Injeksi ampicillin 2 gr
 Injeksi Antoxiclau 3 x 1 gr
 Injeksi metergin 1 Amp
 InjeksiTransamin 3 x 1 Amp
 Pasang Kateter dan urine bag

7. Melakukan kolaborasi dengan LAB. Untuk pemeriksaan.

HB : 6,5 gr % (cito). Gol.Darah AB

1. FH dan RFT terlampir

A/P Dokter

Tranfusi darah WB 3 bag sampai HB lebih dari 8 gr

8. Membantu semua kebutuhan dasar klien meliputi:

Makan /minum, BAK/BAB, memandikan /membersihkan klien dan semua kebutuhan


dan keperluan klien serta anjurkan klien untuk bedrest.

VII. EVALUASI

TGL :10 juni 2010 jam : 09.40 wib

Diagnosa : P20002 dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs + Anemis

S : Ibu mengatakan badannya masih lemah.

Ibu mengatakan perdarahannya berhenti.

O : – Keadaan umum lemah

– Akral hangat, turgor kulit baik

– Perdarahan ½ kotek

– Kontraksi uterus baik (keras), TFU 2 Jari bawah pusat.

– Tensi 100/60 mmHg Nadi :112 x/mt


Suhu 37° C Resp : 20 x/mt

A: P20002 Post partum dengan HPP + Atonia Uteri + Robekan Cervixs + Anemis

P: – Observasi perdarahan

– Observasi TTV dilajutkan,

– cek Hb ulang → Hb 8 gr %

– memperbaiki keadaan umum ibu.

Catatan perkembangan

Tgl : 11 juni 2010 Jam : 10.00 wib

Diagnosa : P20002 dengan HPP + atonia uteri + robekan cerviks + anemi

S : – ibu mengatakan keadaannya sudah lebih baik


– perdarahan sudah berhenti

O : – keadaan umum baik

– akral hangat, turgor kulit baik

– perdarahan ½ kotek

– kontraksi uterus baik (keras), TFU 2 jari bawah pusat

– Tensi : 110/60 mmHg Nadi : 100x/ mnt

– Suhu : 37 ºC Resp : 18 x/mnt

A : P20002 post partum dengan HPP + atonia uteri + robekan cerviks + anemis

P : – observasi di lanjutkan

– observasi perdarahan

– px pindah ke ruang nifas

– memperbaiki keadaan umum px

Catatan perkembangan

Tanggal 12 juni 2010 Jam : 07. 00 wib

Diagnosa : P20002 dengan HPP + atonia uteri + robekan serviks + anemis

S : – ibu mengatakan keadaannya saat ini sudah lebih baik

– ibu mengatakan perdarahannya sudah berhenti

O : – ibu tampak segar

– akral hangat, turgor kulit baik

– tanda – tanda vital :


T : 120/80 mmHg Nadi : 88x/mnt

S : 37ºC Resp : 20x/mnt

A : – P20002 post partum

– tujuan tercapai

P : – observasi di lanjutkan

– cek Hb → Hb 10 gr %

– tranfusi di hentikan

Anda mungkin juga menyukai