Anda di halaman 1dari 22

TUGAS PENGGANTI UAS REPRODUKSI 2

MOLA HIDATIDOSA

Disusun oleh :

ISMALLOH HANIF

NIM.88150031

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BSI BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga tugas
pengganti UAS Reproduksi 2 ini bisa selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi
dengan memberikan ide-idenya sehingga tugas pengganti UAS Reproduksi 2 ini bisa
disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa tugas pengganti UAS Reproduksi 2
ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta
saran yang bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih
baik lagi.

Bandung, 06 februari 219

(ismalloh hanif)

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... 2

DAFTAR ISI.......................................................................................................................... 3

BAB I ....................................................................................................................................... 4

PENDAHULUAN .............................................................................................................. 4

1.1. Definisi .................................................................................................................. 4

1.2. Etiologi ........................................................... Error! Bookmark not defined.

1.3. Tanda dan Gejala ........................................ Error! Bookmark not defined.

1.4 patofisiologi .................................................. Error! Bookmark not defined.

1.5 komplikasi ............................................................................................................ 9

1.6 penatalaksanaan ................................................................................................ 9

1.7. Pengkajian ..........................................................................................................15

1.9. Intervensi ............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................................20

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Definisi

Mola Hidatidosa adalah suatu penyakit trofoblas gestasional

sebagai akibatdari suatu kehamilan yang berkembang tidak sempurna.

Walaupun penyakit inisudah cukup lamadikenal, namun sampai

sekarang penyakit ini masih tetap aktual, karenamasih banyak hal-hal

yang belum jelas. Penyakit ini dapat ditemukan diseluruh dunia

denganangka kejadian yang berbeda-beda. Penyakit ini lebih banyak

ditemukan dinegara-negara Asia dan Amerika Latin. Penyakit ini lebih

banyak dijumpai padagolongan sosio ekonomi rendah. Hampir semua

wanita dengan penyakit trofoblastikgestasional dapat disembuhkan

dengan tetap mempertahankan fungsi reproduksinya.

Berhubungdengan kemungkinan bahwa mola hidatidosa dapat menjadi

ganas, maka terapi yang terbaikpada wanita dengan usia yang sudah

lanjut dan sudah mempunyai jumlah anak yang sesuaidengan yang

diinginkan adalah histerektomi.

mola Hidatidosa merupakan salah satu penyakit trofoblas

gestasional (PTG), yangmeliputi berbagai penyakit yang berasal dari

plasenta, yaitu mola hidatidosa parsial dankomplit, koriokarsinoma, mola

invasif, dan placental site trophoblastic tumors.Molahidatidosa adalah

neoplasma jinak dari sel trofoblast .Pada mola hidatidosa kehamilan

4
tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang

menjadi keadaan patologik Kehamilan mola secara histologis ditandai

dengan kelainan vili khorionik yangterdiri dari proliferasi trofoblas

dengan derajat bervariasi dan edema stroma vilus Mola biasanya terletak

di rongga uterus, tetapi kadang-kadang terletak di tuba fallopi dan

bahkanovarium.

Mola hidatidosa dapat dibagi menjadi dua kategori, antara lain

mola hidatidosa komplit dan mola hidatidosa parsial. Mola hidatidosa

komplit tidak berisi jaringan fetus, di mana 90% biasanya terdiri dari

kariotipe 46,XX dan 10% terdiri dari kariotipe 46,XY. Semua

kromosomnya berasal dari sisi paternal. Ovum yang tidak bernukleus

akan mengalami fertilisasi oleh sperma haploid yang kemudian

berduplikasi sendiri, atau satu telur dibuahi oleh dua sperma. Pada mola

yang komplit, vili khoriales memiliki ciri seperti buah angur,dan terdapat

hiperplasia tropoblastik. Sedangkan, pada mola hidatidosa parsial,

terdapat jaringan fetus. Eritrosit fetus dan pembuluh darah di vili

khorialis masih sering didapatkan. Vili khorialis terdiri dari berbagai

ukuran dan bentuk dengan stroma tropoblastik yang menonjol dan

berkelok-kelok .

5
1.2 Etiologi

Penyebab pasti mola hidatidosa tidak diketahui, tetapi faktor-


faktor yang mungkin dapat menyebabkan dan mendukung terjadinya
mola, antara lain:

1. Faktor ovum, di mana ovum memang sudah patologik sehingga


mati,tetapi terlambat dikeluarkan
2. Imunoselektif dari trofoblast
3. Keadaan sosioekonomi yang rendah
4. Paritas tinggi
5. Kekurangan protein
6. Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

1.3 Tanda dan Gejala

1. Amenorrhoe dan tanda-tanda kehamilan.


2. Perdarahan pervaginam dari bercak sampai perdarahan berat.
Merupakan gejala utama dari mola hidatidosa, sifat perdarahan bisa
interm itenselama berapa minggu sampai beberapa bulan sehingga
dapat menyebabkan anemia defisiensi besi.
3. Uterus sering membesar lebih cepat dari biasanya tidak sesuai dengan
usia kehamilan.
4. Tidak dirasakan tanda-tanda adanya gerakan janin maupun
ballottement.
5. Hiperemesis, pasien dapat mengalami mual dan muntah cukup berat.
6. Preklampsi dan eklampsi sebelum minggu ke-24
7. Keluar jaringan mola seperti buah anggur, yang merupakan diagnosa
pasti
8. Gejala Tirotoksikosis

6
1.4 Patofisiologi

Lengkap

Parsial
MOLA HIDATIDOSA

Invasif

Ovum yang sudah atropi, sosial ekonomi yang rendah (kekurangan gizi), infeksi virus,
parietas yang tinggi, imunoselektif dari trofoblast, usia ibu > 45 tahun

Hasil pembuahan dimana embrionya mati pada umur 3 – 5 minggu

Pembuluh darah villi tidak berfungsi

Penimbunan cairan di dalam jaringan chorialis

Perdarahan yang terus menerus

(mulai dari spoting sampai perdarahan banyak)

Pre Curetage Curetage

7
Psikologis Fisik

< pengetahuan Perlukaan jalan lahir

Cemas

Nyeri Perdarahan

Kehilangan
darah

Lemah

Kurang perawatan

diri

Sumber : Cuningham, 1995 dan Moechtar, 1990

8
1.5 Komplikasi

1. Hipertiroid dikenal dapat menjadi penyulit pada penyakit trofoblast

gestasional (PTG), baik pada khoriokarsinoma maupun pada mola

hidatidosa (MH).

2. Banyak dilaporkan kasus PTG dengan hipertiroidi biasa atau yang disertai

komplikasi berat misalnya gagal jantung , atau yang jatuh dalam krisis

tiroid pasca tindakan operasi atau pasca kuretase

3. Hiperthyroid disebabkan pengaruh peningkatan yang berlebihan dari hormone

thyroid di sirkulasi dan jaringan.

4. Bila regulasi hormon thyroid gagal mengendalikan jumlah hormon

thyroid maka jumlah yang berlebihan menimbulkan stimulasi yang

berlebihan terutama terhadap sistem simpatis/ kardiovaskuler.

5. Mola hidatidosa juga dapat didefinisikan sebagai penyakit yang berasal

dari kelainan pertumbuhan calon plasenta (trofoblas plasenta) dan

disertai dengan degenerasi kistik villi serta perubahan hidropik

1.6 Penatalaksanaan

1.6.1 Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa

adalah :

1.Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.

9
2.Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada

fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas,

dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada :

Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak

teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus,

pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan

dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin

(Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan

perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.

3.Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.

4.Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat

atau perforasi uterus).

5.Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.

Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa

penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan

mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan

mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan

infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan

kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan

preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas

kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).

Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari

10
kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual,

siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat

digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum

uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti

tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan

setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup

diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat

lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000

IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast

aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX

dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan

USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien

dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal

(apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin

menghentikan fertilisasi.

1.6.2Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

a.Serum ß-hCG untuk memastikan kehamilan dan

pemeriksaan ß-hCG serial

11
b. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan

USG kita dapat melihat adakah janin di dalan

kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita

dapat mendeteksi gerakan maupun detak

jantung janin. Apabila semuanya tidak kita

temukan di dalam pemeriksaan USG maka

kemungkinan kehamilan ini bukanlah

kehamilan yang normal. c.

1.7 pengkajian focus

1.7.1 Anamnesis

Ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda

yangberlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung

berwarna coklat dan kadang bergelembung seperti busa.

1.7.2 Pemeriksaan Fisik


1.7

 Inspeksi : muka dan kadang-kadang badan kelihatan

kekuningan yang disebut muka mola (mola face)

 Palpasi : uterus membesar tidak sesuai dengan tuanya

kehamilan, teraba lembek Tidak teraba bagian-bagian

janin dan ballotement dan gerakan janin.

 Auskultasi : tidak terdengar bunyi denyut jantung janin.

12
 Pemeriksaam Dalam : memastikan besarnya uterus, uterus

terasa lembek, terdapat perdarahan dalam kanalis

servikalis

1.7.3 Hasil Penemuan Fisik

Mola Sempurna

 Ukuran yang tidak sesuai dengan umur gestasi. Pembesaran

uterus lebih besar daripada biasanya pada usia gestasi

tertentu merupakan tanda yang klasik dari mola sempurna.

Pembesaran tidak diharapkan disebabkan oleh

pertumbuhan trofoblastik berlebih dan darah yang

tertampung. Namun, pasien yang datang dengan ukuran

sesuai dengan umur kehamilan bahkan lebih kecil tidak

jarang ditemukan.

 Preeklampsia. Sekitar 27% pasien dengan mola sempurna

mengalami toxemia ditandai oleh adanya hipertensi (BP

>140/90 mm Hg), proteinuria (> 300 mg/d), dan edema

dengan hiperreflexia. Kejang jarang terjadi.

 Kista teca lutein: Merupakan kista ovarium dengan diameter

lebih besar dari 6cm dan diikuti dengan pembesaran

ovarium. Kista ini biasanya tidak dapat dipalpasi pada

pemeriksaan bimanual namun dapat teridentifikasi dengan

13
USG. Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pelvis. Karena

adanya peningkatan ukuran ovarium, terdapat resiko torsi.

Kista ini berkembang akibat adanya kadar beta-HCG yang

tinggi dan kadarnya biasanya menurun setelah mola.

Mola Parsial

 Lebih sering tidak memperlihatkan tanda fisik. Paling sering


ditemukan dengan USG.
 Pembesaran uterus dan preeklampsia dilaporkan terjadi
hanya pada 3% kasus
 Kista Theca lutein, hiperemesis, and hiperthyroidism jarang
terjadi.

Mola Kembar

 Gestasi kembar dengan mola sempurna dan janin dengan


plasenta normal telah dilaporkan. Kasus bayi lahir dengan
sehat (dengan kembar mola) pada keadaan seperti ini juga
pernah dilaporkan.
 Wanita dengan gestasi normal dan mola beresiko untuk
menjadi persisten dan cenderung dapat bermetastasis.
Mengakhiri kehamilan merupakan pilihan yang
direkomendasikan.
 Kehamilan dapat dilanjutkan selama status maternal stabil,
tanpa perdarahan, thyrotoxikosis, atau hipertensi berat.
Pasien sebaiknya diberi tahu mengenai resiko dari
morbiditas maternal akibat komplikasi mola kembar.

14
 Diagnosis genetik prenatal melalui sampling chorionic villus
atau amniosentesis direkomendasikan untuk mengevaluasi
kariotype fetus.

1.8 Diagnosis

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas

jaringan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status

kesehatan

1.9 Intervensi & Rasional

NO DIAGNOSA INTEVENSI RASIONAL

1. Nyeri 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Mengetahui tingkat

berhubungan lokasi dan skala nyeri nyeri yang dirasakan

dengan yang dirasakan klien sehingga dapat

terputusnya membantu

kontinuitas 2. Observasi tanda-tanda menentukan

jaringan. vital tiap 8 jam intervensi yang tepat

2. Perubahan tanda-

tanda vital terutama

suhu dan nadi

merupakan salah

15
satu indikasi

3. Anjurkan klien untuk peningkatan nyeri

melakukan teknik yang dialami oleh

relaksasi klien.

3. Teknik relaksasi

dapat membuat klien

merasa sedikit

nyaman dan distraksi

dapat mengalihkan

perhatian klien

4. Beri posisi yang terhadap nyeri

nyaman sehingga dapat

mambantu

mengurangi nyeri

yang dirasakan

4. Posisi yang nyaman

dapat

5. Kolaborasi pemberian menghindarkan

analgetik penekanan pada area

luka/nyeri.

5. Obat-obatan

analgetik akan

16
memblok reseptor

nyeri sehingga nyeri

tidat dapat

dipersepsikan.

2. Intoleransi 1. Kaji kemampuan klien 1. Untuk mengetahui

aktivitas dalam memenuhi tingkat

berhubungan rawat diri kemampuan/ketergantu

dengan ngan klien dalam

kelemahan. merawat diri sehingga

dapat membantu klien

2. Bantu klien dalam dalam memenuhi

memenuhi kebutuhan kebutuhan hygienenya

sehari-har 2. Kebutuhan hygiene klien

3. Anjurkan klien untuk terpenuhi tanpa

melakukan aktivitas membuat klien

sesuai kemampuannya ketergantungan

pada perawat

3. Pelaksanaan aktivitas

4. Anjurkan keluarga dapat membantu klien

klien untuk selalu untuk mengembalikan

berada di dekat klien kekuatan secara

dan membantu bertahap dan menambah

17
memenuhi kebutuhan kemandirian dalam

klien memenuhi

kebutuhannya.

4. Membantu memenuhi

kebutuhan klien yang

tidak terpenuhi secara

mandiri.

3. Kecemasan 1. Kaji tingkat 1. Mengetahui sejauh mana

berhubungan kecemasan klien kecemasan tersebut

dengan 2. eri kesempatan pada mengganggu klien

perubahan klien untuk 2. Ungkapan perasaan

status mengungkapkan dapat memberikan rasa

kesehatan perasaanny lega sehingga

3. Mendengarkan mengurangi kecemasan

keluhan klien dengan 3. Dengan mendengarkan

empati keluahan klien secara

4. Jelaskan pada klien empati maka klien akan

tentang proses merasa diperhatikan

penyakit dan terapi 4. menambah pengetahuan

yang diberikan klien sehingga klien tahu

5. Beri dan mengerti tentang

dorongan spiritual/su penyakitnya

18
ppor 5. Menciptakan ketenangan

batin sehingga

kecemasan dapat

berkurang

19
DAFTAR PUSTAKA

294110083-PATOFISIOLOGI-MOLAHIDATIDOSA. (n.d.).

58548066-MOLA-HIDATIDOSA. (n.d.).

https://www.academia.edu/8886876/ASKEP_MOLA_HIDATIDOSA

_BAB_II_PEMBAHASAN.

https://www.scribd.com/doc/58548066/MOLA-HIDATIDOSA.

https://dokumen.tips/documents/makalah-molahidatidosa.html.

20
.

21
22

Anda mungkin juga menyukai