Anda di halaman 1dari 15

CASE PRESENTATION I

KATARAK SENILIS IMATUR OS

Oleh :
Farihant Masruro
H1A 014 023

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA


BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PROVINSI NTB
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM
2018

1
BAB I

PENDAHULUAN

Katarak merupakan kelainan lensa mata yang keruh di dalam bola mata
Katarak terjadi akibat kekeruhan pada lensa mata yang mengakibatkan tergantungnya
cahaya masuk ke dalam bola mata, sehingga penglihatan menjadi kabur dan lama
kelamaan dapat menyebabkan kebutaan. Pada tahun 1990 katarak menjadi penyebab
paling dominan terjadinya kebutaan di dunia. Sampai tahun 2010, katarak tetap
menjadi penyebab utama terjadinya kebutaan di 16 negara dan menjadi penyebab
kebutaan kedua di lima Negara. 1
World Hearth Organization (WHO, 2013), memperkirakan bahwa penyebab
gangguan penglihatan terbanyak di seluruh dunia adalah gangguan refraksi yang tidak
terkoreksi, diikuti oleh katarak dan glaukoma. Sedikitnya terdapat 135 juta orang
yang mengalami disabilitas penglihatan yang sangat signifikan dan terdapat lebih dari
50 juta orang buta di seluruh dunia saat ini, dengan penyebab kebutaan terbanyak
adalah katarak (51%), diikuti oleh glaukoma dan Age related Macular Degeneration
(AMD). Sebesar 21% tidak dapat ditentukan penyebabnya dan 4% adalah gangguan
penglihatan sejak masa kanak-kanak. 4
Pemerintah Republik indonesia melalui Kementerian Kesehatan RI, sejak
tahun 2000 bersama-sama WHO telah mencanangkan Visi 2020 yaitu, The Right to
Sight. Dalam visi 2020 the right to sight merupakan program yang diinisiasi oleh
WHO dan international agensi for the prefention of blindess (LAPB) untuk
mewujudkan fungsi penglihatan yang optimal di dunia. Indonesia sebagai Negara
dengan angka kebutaan ketiga terbanyak didunia turut berkomitmen dalam upaya
pemberantasan kebutaan. 4
Katarak merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia seiring
dengan adanya transisi epidemiologi dari penyakit menular ke penyakit tidak
menular. Menurut data Survei Kesehatan Rumah Tangga- Survei Kesehatan Nasional
(SKRT - SURKESNAS), prevalensi katarak di Indonesia sebesar 4,99%. 2

2
Di Indonesia, perkiraan insiden katarak adalah 0.1%/tahun artinya setiap
tahun terdapat seorang penderita katarak baru diantara 1000 orang. Sekitar 16-22%
1
penderita katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. 2018 andi
Penduduk Indonesia juga memiliki kecenderungan menderita katarak 15 tahun
lebih cepat dibandingkan penduduk di daerah subtropis, sekitar 16-22% penderita
katarak yang dioperasi berusia di bawah 55 tahun. Masih banyak penderita katarak
yang tiak mengetahui jika menderita katarak. Hal ini terlihat dari tiga terbanyak
alasan penderita katarak belum operasi, hasil Riskesdas 2013 yaitu 51,6% karena tiak
mengetahui menderita katarak, 11,6% karena tidak mampu membiayai dan 8,1%
karena takut operasi.3

3
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. M
Usia : 59 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Sumbawa, Brang Bara
Agama : Islam
Pekerjaan : petani
Tanggal pemeriksaan : 31 Mei 2018
RM : 011510

II. SUBYEKTIF
a. Keluhan Utama
Penglihatan kabur (buram) pada mata sebelah kiri.
b. Riwayat Penyakit Sekarang.
Pasien datang ke Poliklinik Mata RSUD Provinsi NTB dengan keluhan
penglihatan kabur pada bagian mata sebelah kiri. Keluhan penglihatan kabur
sudah dirasakan sejak 4 bulan yang lalu. Penglihatan kabur awalnya
dirasakan sulit melihat jauh kemudian lama kelamaan seperti melihat asap,
dan memburuk sejak 1 bulan yang lalu. Keluhan gatal, nyeri, dan
kemerahan pada mata sebelumnya disangkal. Kotoran mata pasien dirasa
tetap dalam jumlah biasa. Keluhan melihat pelangi saat melihat sinar atau
lampu disangkal, keluhan melihat ganda disangkal. Keluhan demam, pusing,
mual, muntah, lemas pada badan dan sendi disangkal. Riwayat penggunaan
kacamata disangkal.

4
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat hipertensi, dan riwayat diabetes mellitus
penyakit jantung, asma, ataupun alergi disangkal. Pasien mengaku pernah
melakukan operasi katarak pada mata sebelah kanan pada tanggal 1
desember 2017.
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada di keluarga pasien yang pernah mengalami penyakit atau
keluhan serupa. Namun ada riwayat kencing manis, hipertensi pada
keluarga.
e. Riwayat Pengobatan
Pasien mengaku mengonsumsi obat amlodipin secara rutin untuk
riwayat hipertensi.
f. Riwayat Alergi
Pasien tidak memiliki alergi terhadap obat dan makanan.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tanda vital :

 Tekanan darah : 160/80 mmHg

 Frekuensi napas : 16 x/menit

 Nadi : 88 x/menit

 Suhu : 36,5 0C

5
B. Status Ophthalmologis
No Pemeriksaan OD OS
1. Visus 6/30 1/60
2. Posisi Bola Mata Ortotropia Ortotropia
3. Pergerakan Bola Mata Baik ke segala Baik ke segala
arah arah

4 Lapang pandang

5. Palpebra Edema (-) (-)


Superior Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
Spasme (-) (-)
6. Palpebra Edema (-) (-)
Inferior Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
7. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palpebra Cobble stone (-) (-)
Superior Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
8. Konjungtiva Hiperemi (-) (-)
Palbebra Cobble stone (-) (-)
Sikatrik (-) (-)

6
Inferior Benda Asing (-) (-)
9. Konjungtiva Injeksi (-) (-)
Konjungtiva
Bulbi
dan Siliar
Pendarahan (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (-) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Jernih Jernih
Permukaan Licin Licin
Sikatrik (-) (-)
Benda Asing (-) (-)
Massa (-) (-)
11. Bilik Mata Kedalaman Kesan dalam Kesan dalam
Depan Hifema (-) (-)
Hipopion (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan regular Bulat dan regular


13. Pupil Bentuk Tidak bulat Bulat, ukuran 3
sempurna mm

14. Lensa Kejernihan Jernih Keruh sebagian


15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal
NCT 20 mmHg 11 mmHg
16 Funduskopi Fundus + -
refleks

7
C. Pemeriksaan Elektromedik
- USG A-Scan OS (Biometry OS)
R1 : 44,25
R2 : 45,00
AXL : 21.90 mm
IOL : 118.20 24.50
118.20 24.00
D. Foto Pasien

Gambar mata kiri pasien

8
Gambar mata kanan pasien

9
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

A. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah :
SUBJECTIVE
a. Keluhan penglihatan buram
b. Keluhan mata kiri kabur seperti melihat asap
OBJECTIVE
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan dan kiri didapatkan :
 Visus OD 6/30, visus OS 1/60
 Lensa mata kiri keruh

OD OS

Mata kanan didapatkan Mata kiri didapatkan lensa


pupil dengan bentuk yang mata keruh sebagian
tidak bulat sempurna.

B. Analisa Kasus
Keluhan penglihatan kabur dapat disebabkan oleh kelainan atau gangguan
mulai dari kornea hingga retina. Pada mata kanan tidak ditemukan kelainan pada
kornea dan bilik mata depan, kelainan juga tidak didapatkan dari lensa mata,

10
namun pada pupil pasien terlihat tidak bulat sempurna dikarenakan pasien telah
melakukan operasi katarak masal. Pada mata kiri ditemukan kekeruhan sebagian
pada lensa mata. Kemungkinan penyebab penglihatan kabur perlahan pada mata
tenang dengan lensa keruh adalah katarak. Katarak umumnya merupakan
penyakit pada usia lanjut, akan tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau
penyulit penyakit mata lainnya, kelainan sistemik, terpapar sinar matahari yang
terus menerus, trauma mata, dan penggunaan steroid lama juga dapat
menimbulkan katarak.
Pada pasien ini dapat dicurigai terjadi katarak akibat proses penuaan, karena
sesuai dengan perkembangan usia lensa kristalin bersifat jernih selama masa
pertumbuhan hingga usia <45th, setelah itu mulai terjadi progresifitas ekeruhan
pada lensa kristalin oleh karena kerusakan protein dan sel lensa. Dan juga proses
penuaan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh, diakibatkan karena lensa
mata akan kekurangan air dan menjadi lebih padat sehingga kemampuan untuk
memfokuskan benda dekat berkurang. 4

C. Assessment

Diagnosis kerja : Katarak senilis stadium imatur OS + Pseuodofakia OD


Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien, dimana usia pasien 59 tahun dengan keluhan penglihatan pada mata
kiri buram dan silau saat melihat cahaya, dan adanya riwayat operasi katarak pada
mata kanan serta adanya riwayat hipertensi baru diketahui sejak bulan januari
dengan hasil pemeriksaan visus didapatkan visus OD 6/30 dan visus OS 1/60, dan
dan direncanakan tindakan operatif pada mata kiri yaitu Phaecoemulsification
catarract Extraction +IOL. Setelah itu pengobatan pasca opersi yaitu xitrol eye
drop 6x/hari 1 tetes OS, levocin eye drop 1x/hari 1 tetes OS, asam mefenamat
3x/hari 1 tablet 500mg, dan cefradoxil 2x/hari 1 tablet 500mg.

11
D. Planning

Usulan Pemeriksaan Lanjutan

- TIO
Untuk mengetahui tekanan intra ocular sebelum dilakukan pembedahan
- Pemeriksaan Slit Lamp
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas dari kekeruhan
lensa
- Pemeriksaan Biometry OS
Untuk persiapan operasi, untuk pemilihan ukuran lensa intraokuler.
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kecurigaan infeksi atau
inflamasi lain yang dapat menyebabkan katarak. Dan untuk persiapan
operasi serta menilai fungsi hemostasis.

Tatalaksana

- Pembedahan : dilakukan bila penurunan tajam penglihatan penderita sudah


mengganggu kegiatan sehari-hari dan tidak dapat dikoreksi dengan kacamata,
atau ada indikasi lain untuk operasi. Operasi katarak dapat dilakukan dengan
beberapa metode, yakni ECCE (Extra Capsular Cataract Extraction), ICCE
(Intra Capsular Cataract Extraction), SICS (Small Incision Cataract Surgery),
ekstraksi katarak ekstrakapsular dengan fakoemulsifikasi. Pasien
dipersiapkan untuk implantasi lensa tanam (IOL : intraocular lens). Ukuran
IOL dihitung berdasarkan data keratometri serta menggunakan biometri A-
scan.

12
E. KIE
- Pasien diberikan informasi mengenai penyakit yang dialaminya.
- Pasien diberikan informasi bahwa katarak hanya bisa diatasi dengan tindakan
pembedahan/operasi.
- Memberikan informasi mengenai risiko, keuntungan, dan kerugian operasi
serta harapan yang sewajarnya dari hasil operasi

F. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis penglihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien dubia ad bonam
Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien bonam

13
BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang perempuan berusia 59 tahun datang dengan keluhan


penglihatan kabur pada mata kiri. Pasien seperti melihat asap dan memburuk sejak 4
bulan yang lalu. Pasien sebelumnya mengaku pernah melakukan operasi katarak pada
mata kanan. Pada pemeriksaan status lokalis didapatkan visus OD 6/30 dan visus OS
1/60, tampak lensa keruh pada mata kiri.
Pasien didiagnosis dengan katarak imatur OS dan pseudofakia OD. Dapat
direncanakan untuk dilakukan pemeriksaan tambahan pada pasien yakni pemeriksaan
dengan slit lamp, pemeriksaan funduskopi, dan pemeriksaan laboratorium untuk
menyingkirkan diagnosis. Penatalaksaan yang dipilih adalah tindakan operatif pada
mata kiri yaitu Phaecoemulsification catarract Extraction + IOL. Prognosis
penglihatan pada pasien ini adalah dubia ad bonam.

14
Daftar Pustaka

1. Sari, AD., et al. 2018. Faktor Risiko Kejadian Katarak Pada Pasien Pria Usia
40-55 Tahun Dirumah Sakit Pertamina Balikpapan. Window of Health :
Jurnal Kesehatan, Vol. 1 No. 2
2. Mo’otapu, A., et al. 2015. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Penyakit Katarak Di Poli Mata RSUP Prof. Dr. R.D KANDOU MANADO. e-
Journal Keperawatan (eKp) volume 3 Nomor 2
3. Depkes RI. (2015) Situasi Gangguan Penglihatan dan Kebutaan. [online]
Available at :
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/inf
odatin-penglihatan.pdf [Accessed 2 june, 2018]
4. Hamidi, NS., Ahmad R. 2017. Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan
Terjadinya Katarak Senilis Pada Pasien Di Poli Mata RSUD BANGKINANG.
Vol 1, No 1, April 2017

15

Anda mungkin juga menyukai