Isu Komunisme
Isu Komunisme
The impact of proportional open system to political behavior (case study the community
Sumenep Madura in an election legislative 2014)
Abd. Halim
Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel Surabaya
Email: halim_uinsby@yahoo.com
ABSTRACT
ABSTRAK
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 1
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995
2 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 3
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 5
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995
terkecuali ditanam dalam kuantitas besar dan Daerah. Pada Pasal 5 Ayat 1 dikatakan
sengaja dibudidayakan. dengan tegas bahwa Pemilu untuk memilih
Selain itu, masyarakat Sumenep senang anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
menanam tembakau, dan menganggapnya kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem
sebagai komoditas paling disukai petani. proporsional terbuka.
Namun, lima tahun terakhir, masyarakat petani Selain itu, Pasal 215 Undang-Undang
merasa tembakau kurang menguntungkan, Nomor 8 Tahun 2012 juga menjadi pijakan
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. yuridis berlakunya sistem proporsional
Tapi, rasa jera dan kapok itu tidak menjadi terbuka. Pasal tersebut berbunyi:
fenomena sosial yang merata. Sebagian petani Penetapan calon terpilih anggota DPR,
masih memiliki keberanian, dengan tingkat DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
spekluasi bisnis berbeda, untuk menanam dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan
tembakau di musim-musim tidak memihak. pada perolehan kursi Partai Politik Peserta
Karena kegigihan bertani tembakau inilah Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan
maka Madura menjadi salah satu pemasok ketentuan sebagai berikut.
tembakau terbesar untuk pabrik-pabrik a. Calon terpilih anggota DPR, DPRD
rokok yang berpusat di Jawa. Berdasar data provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
tahun 2010, produksi tembakau di Sumenep ditetapkan berdasarkan calon yang
menghabiskan lahan seluas 10.377.94 hektare memperoleh suara terbanyak.
dan menghasilkan total 2.917.62 ton. Suatu b. Dalam hal terdapat dua calon atau
prestasi tersendiri bagi masyarakat. lebih yang memenuhi ketentuan
Karena Sumenep dikelilingi oleh lautan, sebagaimana dimaksud dalam huruf
maka potensi sumber daya ikan laut di a dengan perolehan suara yang sama,
perairan Sumenep mampu menghasilkan penentuan calon terpilih ditentukan
22.000 ton per tahun. Menurut perkiraan berdasarkan persebaran perolehan
potensi sumber berkelanjutan, 60% suara calon pada daerah pemilihan
dihitung dari jumlah potensi yang ada dengan mempertimbangkan
atau 60% x 229.000 t = 137.400 ton per keterwakilan perempuan.
tahun. Pengembangan produksi perikanan c. Dalam hal calon yang memenuhi
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan ketentuan sebagaimana dimaksud
nelayan melalui peningkatan produksi dan dalam huruf a, jumlahnya kurang
produktivitas agribisnis yang berorientasi dari jumlah kursi yang diperoleh
bisnis. Masyarakat yang tinggal di pesisir Partai Politik Peserta Pemilu, kursi
dapat dibilang berprofesi sebagai nelayan.9 yang belum terbagi diberikan kepada
calon berdasarkan perolehan suara
Pro-Kontra Sistem Proporsional Terbuka terbanyak berikutnya. 10
6 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387
diajukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa cukup buat beli cemilan saat pergi ke tempat
(PKB). pemungutan, supaya (uang tersebut--pent.)
Dengan segala pertimbangan- bisa digunakan buat membeli rujak atau soto
pertimbangan bersifat Yuridis maupun ke Ten Sahna (salah satu penjual Rujak dan
Filosofis, sistem proporsional terbuka Soto terkenal di desa Mandala--pent.). Yah,
ini ditentang oleh sebagian kalangan kalau tidak ada uangnya, buat apa dipilih,
sehingga menimbulkan pro-kontra yang hanya bikin mulut hambar (suatu ungkapan
berkepanjangan, bisa dibilang hingga tahun orang Mandala untuk menyebut seseorang
2014 ini, terlebih dengan terbuktinya sistem yang tidak punya uang makan--pent.).
proporsional terbuka dianggap menciderai Penjelasan di atas cukup untuk
citra Pileg 2014 sebagai Pileg terburuk menggambarkan suasana sosiologis
dibanding periode sebelumnya. masyarakat setempat, dimana individu-
individu politik memetakan momen-momen
Respon Masyarakat Politik Terhadap politik, mengidentifikasi kepentingan-
Sistem Proposional Terbuka kepentingan ekonomis diri mereka, lalu
mengambil sikap untuk memilih atau tidak
Hama, seorang perempuan paruh baya memilih, setelah melalui proses perenungan
berusia 40an, yang belum tamat Sekolah subjektif yang panjang. Meminjam istilah
Ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar), diminta Veblen, insting masyarakat setempat
menjadi salah satu anggota Tim Sukses mengarah pada suatu pertimbangan
(Timses) Partai Politik Gerakan Indonesia matematis-ekonomis, mencari-cari peluang
Raya (Gerindra) oleh salah Caleg di Dapil untuk mendapatkan uang sekadar cukup
V. Tingkat pendidikan seorang bukanlah buat membeli cemilan saat datang ke Tempat
syarat utama untuk diberi kepercayaan oleh Pemungutan Suara (TPS).
Caleg, sehingga Hama layak masuk ke Berdasar dari penjelasan Hama di
dalam list Timses Caleg dari Gerindra. Hal atas pula, kita memang bisa menerima
itu terbukti dengan adanya akurasi antara bahwa kondisi-kondisi eksternal objektif
data calon pemilih yang diajukan oleh Hama juga berpengaruh, semisal tingkat
kepada Caleg sebelum hari-H dengan jumlah pendidikan masyarakat yang masih rendah,
perolehan suara setelah penghitungan selesai. kesejahteraan ekonomi yang belum mapan,
Setiap penyelenggarakaan pemilihan umum, dan semacamnya, sebagaimana ditekankan
baik dari tingkat nasional hingga lokal oleh panganut teori strukturalisme-utilitarian.
(baca: Pilkades, Pilkada, Pileg), Hama selalu Tetapi, emosi-emosi masyarakat, keinginan-
menjadi incaran para calon untuk dijadikan keinginan sederhana mereka, pertimbangan-
salah satu dari Timses mereka. pertimbangan ekonomis mereka yang tidak
Hama bercerita, “Reng-oreng ediye seberapa, adalah faktor-faktor internal yang
pade bei be pelean Kalebun. Epeleya mon paling menentukan dalam tindakan yang
bede pessena. Ye sepenting cokop ekajejena diambil. Agen-agen politik ini bertindak,
mendile mangkata ka pelean, malle bisa melle menerima uang, meniscayakan praktik
rojek otabe soto ka Ten Sahna. Ye mon tadek politik uang, lantaran adanya pertimbangan-
pessena arapa’a epeleya, nyare pakak ka pertimbangan subjektif. Atau dalam istilah
ebher.”11 Orang-orang di sini (memanfaatkan yang digunakan Veblen, insting masyarakat
momen-momen pemilihan legeslatif--pent.) memiliki kesengajaan dan tujuan, sehingga
sama seperti halnya (dengan memanfaatkan mereka beradaptasi dengan tujuan yang
momen-momen-pent.) pemilihan kepala desa. diusahakannya.12
Akan dipilih jika ada uangnya. Yang penting
12
Thorstein Veblen, The Instinct of Workmanship and
11
Wawancara pada 10 April 2014 the State of the Industrial Arts, h. 4
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 7
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995
Jawaban yang unik didapat oleh peneliti yang diusungnya serta komitmennya kelak
ketika bertanya kepada Hama seperti ini, jika terpilih. Di akhir wawancara, bapak
“mengapa orang akan memilih setelah Supyan mengatakan adanya sejumlah uang
diberi uang?” Hama menjawab, “Ye bile’e yang akan diberikan kepada relawan dan
pole mon tak nga’ satea reya. Padena reng massa pendukung Caleg PKS tersebut.
le melle, mon tadek pessena ye tak olle pa Supyan bercerita, “Ka essa’ oreng
apa. Sapa melea mon tak aberri pesse. Kala sogi, bennyak tambekna, samiliar bede mon
kacep.” Yah, kapan lagi kalau bukan seperti sataon hasella. artena, ka essa’ tak boto ka
saat-saat sekarang. Seperti orang yang ingin pesse. Kebileng cokop ka pesse. Tape, karana
membeli sesuatu, jika tidak punya uang maka terro abentoa masyarakat lebet politik,
ia tidak akan dapat apapun. Siapa yang mau enggi apangrasa kodu acalon. Aneka bede
memilih jika tidak diberi uang. Sampai beku!! teteben sakonek ka anggung reng-oreng.”
(suatu ungkapan masyarakat setempat untuk Dia (informan menyembunyikan nama Caleg
menunjukkan kemustahilan). yang diusungnya-pent.) adalah orang kaya
Jawaban di atas sangat unik lantaran, raya, banyak memiliki tambak, satu miliar
berdasarkan penilaian Hama terhadap ada dalam setahun hasil bersihnya. artinya,
masyarakatnya, momen Pileg dianggap dia tidak butuh lagi pada uang. termasuk
sebagai kesempatan satu-satunya bagi orang yang berkecukupan. tetapi, lantaran
masyarakat untuk mendapatkan keuntungan ingin berjuang demi rakyat lewat politik,
besar dan langsung. Bahkan “logika untung” maka dia merasa harus mencalonkan diri. Ini
tersebut diibaratkan dengan transaksi jual- ada titipan sedikit (menunjuk ke uang--pent.)
beli barang. Tidak ada uang, tidak ada untuk orang-orang (sukarelawan, pemilih,
suara. Masyarakat juga merasa memiliki massa pendukung--pent.).14
bargaining-position, daya tawar yang kuat. Sebagai Timses, memang
Artinya, setelah mengidentifikasi diri dan selayaknya menampilkan sisi positif dan
kondisi, masyarakat berpikir tentang sikap mengkampanyekan Celeg yang diusung.
apa yang harus mereka ambil guna meraih Tetapi, sejatinya, jika disadari, maka
untung, dan ternyata, praktik politik uang Supyan telah bermain simbol-simbol. Dia
adalah jawaban sederhana yang mereka menampakkan sekaligus menyembunyikan
ketahui. Melihat, merenung, berpikir, dan makna terdalam dari apa yang dia katakan. Di
mengambil keputusan yang ujung-ujungnya satu sisi, Caleg yang diusungnya dipersepsikan
mengarah pada hasil atau akibat, adalah sebagai calon pembela rakyat. Di sisi
logika pragmatis.13 lain, pada saat bersamaan, Caleg tersebut
Lebih jauh peneliti ingin mengetahui menitipkan sejumlah uang yang harus dibagi-
tentang emosi-emosi atau insting-insting bagikan. Dari sini dapat diketahui bahwa sang
para Caleg. Namun, demi pertimbangan etis, Caleg memiliki keinginan membela rakyat
yuridis, politis, dan probabilitas, peneliti dengan cara membeli suara mereka di awal,
tidak langsung mewawancari para Caleg yakni sebelum hari-H.
maupun Anggota Legeslatif yang terpilih. Fenomena Caleg semacam ini dapat
Tetapi, melalui penjelasan yang diperoleh dari dianalisis dengan pendekatan William
para Timses mereka baik pra ataupun pasca James. Dia mengatakan bahwa organisme
9 April. Supyan, seorang putra pesantren manusia bukanlah produk dari kekuatan-
terkenal di Dapil V sekaligus Timses dari kekuatan eksternal yang menguasainya.
seorang Caleg Partai Keadilan Sejahtera Sebaliknya, manusia memiliki kepentingan-
(PKS), mengatakan tentang visi-misi Caleg kepentingan yang terus direalisasikannya,
13 14
William James, Principles of Psychology, vol. 2, h. Wawancara dengan bapak Supyan, tanggal 8 April
390 2014
8 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387
yakni dengan cara menciptakan situasi dan (selective interest)”.17 Artinya, ada semacam
kondisi yang selaras dengan kebutuhan kepentingan yang bersemayam dalam diri
adaptifnya.15 Artinya, dalam konteks logika manusia. Kepentingan inilah kemudian
ini, Caleg PKS itu memiliki kepentingan yang menyeleksi, mengidentifikasi, dan
pribadi, yang kemudian diwujudkan dengan memetakan kondisi-kondisi eksternal,
cara beradaptasi pada situasi yang berlaku menuntut diri beradaptasi dengan lingkungan.
di masyarakat.16 Tentu saja, kepentingan Dengan kata lain, faktor internal-lah yang
si Caleg adalah kemenangan, dan situasi membingkai seluruh hal-hal eksternal,
yang diadaptasi adalah praktik politik uang sehingga tidak terjadi chaos total.
sekaligus masyarakat yang menerima dan Satu pandangan yang menarik
melanggengkan politik berbiaya tinggi disampaikan oleh Muawiyah, sebagai tokoh
tersebut. masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren
Pertanyaannya, setelah Raudhatul Amal, Desa Gadu Barat Kecamatan
mempertimbangkan emosi dan kondisi Ganding, dan anggota Timses Caleg dari
masyarakat maupun Caleg sendiri, yang Partai Amanat Nasional (PAN) di Dapil III.
sama-sama menerima kehadiran politik Pandangannya menggambarkan tentang
uang sebagai sebuah keniscayaan dan idealisme berbangsa dan bernegara di mata
realitas objektif, lantas apa sikap mereka masyarakat Sumenep secara umum. Dia
terhadap hukum negara yang mewajikan mengatakan, “kabennyaan orang Sumenep
sistem proporsional terbuka? Apakah sistem neka tak ngarte mon etanyagi masalah
yuridis tersebut memiliki pengaruh langsung nagere, ideologina partai-partai, sepenting
terhadap masyarakat politik (Caleg dan laju norok ka oreng se ekangarte. Napa
konstituen)? Jika iya, maka sejauh mana pole etanya agi masalah sistem proposional
pengaruhnya? nga’ geneka, pasti sajen tak ngarte.”
Mayoritas masyarakat Sumenep itu tidaklah
Untuk menjawabnya kita perlu mengutip mengerti jika ditanya soal negara, ideologi
perkataan James, “hanya hal-hal yang saya masing-masing partai, yang penting mereka
perhatikan sajalah yang membentuk pikiran langsung mengikuti apa orang yang mereka
saya, dan apa yang diperhatikan itu tidaklah kenal. Apalagi, mereka ditanya soal sistem
tercapai begitu saja, yang akan mengarahkan proporsional semacam itu, sudah pasti tidak
pengalaman menjadi suatu chaos total, akan mengerti.18
melainkan muncul dari kepentingan selektif Penjelasan dari Muawiyah
menggambarkan absesnnya relasi sistem
15
William James, Principles of Psychology, vol. 1, proporsional terbuka terhadap fenomena
(New York: Henry Holt, 1890), h. 402 sosial yang melegitimasi praktik politik uang.
16
Hemat saya, berdasarkan informasi yang didapat Dengan kata lain, sistem proporisonal (baik
dari Bapak Zaini, saat wawancara pada 7 April 2014,
tentang nama-nama Caleg yang berasal dari kalangan terbuka maupun tertutup) dan praktik politik
tokoh agama namun juga mempraktekkan politik uang adalah dua entitas yang berbeda, dua
uang, adalah sebuah gejala yang hanya bisa dijelaskan ruang yang saling menjauh, sementara emosi
melalui konsep looking-glass self dari Cooley (1964).
Cooley mengatakan evaluasi dan perasaan-diri masyarakat tidak menjembatani kedua entitas
seorang individu berasal dari pemahamannya tentang atau ruang tersebut.19 Putusnya relasi yang
bagaimana orang-orang lain memahami dirinya.
Lihat C.H. Cooley, Human Nature and Social Order, 17
William James, Principles of Psychology, vol. 1,
(New York: Schocken Books, 1964), 208. Siapapun Ibid., 402
calonnya, lantaran hidup di tengah-tengah masyarakat 18
yang pragmatis, maka dia terpaksa terlibat dalam Wawancara dengan Ibu Nyai Muawiyah, S.Pdi.,
pragmatisme berpolitik yang serupa. Inilah alasan M.Pdi., tanggal 20 April 2014
19
mengapa sebagian tokoh kiai, baik yang menjadi Politik uang lebih tepat dikatakan bersumber dari
Caleg atau Timses, juga mendukung secara diam-diam keinginan masyarakat untuk mendapat uang, karena
terhadap praktik money politics. uang bisa memberikan gambaran yang jelas tentang
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 9
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995
Praktik Politik Uang (Money Politics) Almuzzammil Yusuf, “Kaji Ulang Sistem
yang merajalela di masyarakat-masyarakat Proporsional Terbuka”, dalam http://
pedesaan, khususnya di Sumenep, tidak www.suarapembaruan.com/, diakses
berkaitan langsung dengan adanya undang- 23 Mei 2014
undang negara yang menetapkan sistem C.H. Cooley, Human Nature and Social
proporsional terbuka sebagai sistem yang Order, (New York: Schocken Books,
digunakan dalam pemilihan umum dan 1964)
penetapan pemenang. Sebaliknya, praktik Dwi Aroem Hadiatie, “Sistem Proporsional
politik uang tersebut dilanggengkan oleh Terbuka Masih Pilihan Terbaik”, dalam
logika dan psikologi masyarakat yang http://politik.kompasiana.com, diakses
pragmatis, terlebih para elite politik tidak 23 Mei 2014
mampu memberikan pencerah, dan malah Hans Joas, “Symbolic Interactionism”, dalam
ikut beradaptasi pada kondisi politik yang A. Giddens dan J. Turner (ed.), Social
Theory Today, (Cambridge: Polity,
keuntungan yang akan didapatnya baik di hari itu
juga maupun untuk kepentingan hari esok mereka, 1987)
semisal untuk tambahan belanja keluarga. Psikologi Http://en.wikipedia.org/wiki/sumenep_
masyarakat demikian sejalan dengan pertanyaan regency, diakses pada 23 Mei 2014.
William James bahwa rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh ketidakpastian di masa depan hanya Jimly Asshiddiqie, “Jimly: Pemilu 2014 Lebih
bisa diatasi oleh satu perasaan memiliki harapan Kisruh karena Sistem Proporsional
(feeling expectancy), dan perasaan ini adalah dasar dari Terbuka”, dalam http://nasional.kompas.
seluruh rasionalitas. Lihat William James, The Will
to Believe and Other Essays in Popular Philosophy, com, diakses 23 Mei 2014
(New York: Dover, 1956), h. 77-79 Max Weber, The Protestant Ethic and
10 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387
Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 11
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)