Anda di halaman 1dari 11

Versi online / URL :

Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

DAMPAK SISTEM PROPORSIONAL TERBUKA


TERHADAP PERILAKU POLITIK
(STUDI KASUS MASYARAKAT SUMENEP MADURA DALAM PEMILIHAN
LEGISLATIF 2014)

The impact of proportional open system to political behavior (case study the community
Sumenep Madura in an election legislative 2014)

Abd. Halim

Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, Fakultas Dakwah dan Komunikasi, IAIN Sunan Ampel Surabaya
Email: halim_uinsby@yahoo.com

ABSTRACT

Opened Proportional Representation System is considered to encourages candidates to compete in


mobilizing mass support for their victory. The mass recruitment effort carried out by pragmatic means,
forming the widest network team in charge of winning the candidates, and equipping them with a large
amount of money. Network Success Team (Timses) is confronted not only with Timses of candidates of different
political parties, but also from the same political party. “Nominal competition” was getting hot, tight, and
couldn’t be denied. However, the consideration is less empirical finding footing in the midst of society, given
the level of criticism and political education is inadequate. Plus the political elites and the candidates were
more adaptable to the circumstances existing in communities. As a result , the practice of money politics
more likely caused by subjective considerations, which is far from the kind of external influences, such as
proportional system (opened or closed).

Keywords: proportional system, politics, pragmatism

ABSTRAK

Proporsional Representasi System (Sistem Proporsional Terbuka) adalah pertimbangan untuk


mendorong kandidat bersaing dalam memobilisasi dukungan massa untuk kemenangan mereka. Upaya
perekrutan massa dilakukan dengan cara pragmatis, membentuk tim jaringan terluas bertugas memenangkan
calon, dan melengkapi mereka dengan sejumlah uang. Network Success Team (Timses) dihadapkan tidak
hanya dengan kandidat Times dari partai politik yang berbeda, tetapi juga dari partai politik yang sama.
“Nominal Competition” sangat panas, ketat, dan tidak bisa di sangkal. Namun, pertimbangan kurang
empiris menemukan pijakan di tengah-tengah masyarakat, mengingat tingkat kritik dan pendidikan politik
yang memadai. Ditambah dampak elit politik dan para kelompok kandidat lebih mudah beradaptasi dengan
keadaan yang ada di masyarakat. Akibatnya, praktik politik uang lebih mungkin disebabkan oleh pertimbangan
subjektif, yang jauh dari jenis pengaruh eksternal, seperti sistem proporsional (terbuka atau tertutup).

Kata Kunci : sistem proporsional, politik, pragmatisme

PENDAHULUAN kemanusiaan, ataukah tameng untuk menutup-


nutupi hasrat berkuasa para pemodal, agar
Dalam bahasa yang satiris dapat mendapat landasan legitimatif yuridis dalam
dikatakan, apakah demokrasi betul-betul menaklukkan musuh-musuh kecilnya?
seruan akan nilai-nilai kemanusiaan, ataukah Sebaliknya, apakah sistem Proporsional
kedok untuk memuluskan jalan bagi pihak Tertutup betul-betul seruan akan nilai-
yang kuasa, dominan, bermodal? Atau nilai kemanusiaan, ataukah topeng untuk
dengan kalimat lain; apakah Pemilihan menyembunyikan praktek-praktek kotor di
Legeslatif dengan sistem Proporsional belakang layar?
Terbuka betul-betul seruan akan nilai-nilai

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 1
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Jimly Asshiddiqie, Ketua Dewan keterpilihan didasarkan suara terbanyak,


Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP), mendekati atmosfer demokratis. Pada saat
menilai, penyelenggaraan Pemilihan Umum yang sama, di dalam suasana yang demokratis
2014 diwarnai kekisruhan, akibat penerapan ini, Caleg yang tidak bermodal kapital
sistem proporsional terbuka. Penyelenggaraan besar, ia bisa berkreasi dan berinovasi dalam
Pemilu 2014 pun dinilai lebih buruk dibanding membangun popularitas dan keterpilihan
Pemilu 2009. 1 Praktek kotor politik merajalela dirinya pada rakyat.
di tengah-tengah masyarakat, penyelenggara Sementara itu, sistem proporsional
pemilu, dan Caleg. Sebab sistem proporsional tertutup bukanlah wahyu suci dari langit yang
terbuka mendorong, mau tidak mau, money tanpa noda. Justru, melalui sistem ini pula
politics (politik uang) dan kecurangan- praktik-praktik money politics dilanggengkan.
kecurangan dalam bentuk lainnya. Setiap pemilihan nomor urut calon legislatif
Muncullah pemikiran reaksioner sebagai menjadi ajang praktik money politics di
alternatif dari Parpol-parpol seperti PKS, PKB, internal partai. Ditambah lagi, munculnya
dan PDIP. Almuzzammil Yusuf, Politikus “raja-raja kecil” yang direpresntasikan oleh
Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sekaligus pemimpin-pemimpin partai politik. Sebagai
Wakil Ketua Komisi III DPR RI, menilai “raja” di istananya (Parpol), para elite ini
penerapan sistem proporsional terbuka dalam memegang peranan yang sangat dominan,
Pemilihan Umum Legislatif 9 April 2014 terlebih dalam menentukan calon-calon
perlu dikaji ulang. 2 Sistem proporsional legislatif yang harus diusung oleh rakyat.
tertutup dianggap lebih menjamin penguatan Kekuasaan oligarkis semakin mengakar
organisasi partai politik, diselenggarakannya di dalam tubuh partai politik, dan cita-cita
pendidikan politik di kalangan grassroot demokratis pun memudar.3
(masyarakat), khususnya pada detik-detik Dengan begitu, sistem proporsional
menjelang kampanye, parpol akan melakukan baik yang bersifat tertutup maupun terbuka,
seleksi kandidat dengan berbasis pada kualitas sama-sama mengundang seluruh elemen
dan kapasitas (bobot, bibit dan bebet) kader yang terlibat dalam politik untuk bermain
mereka. Semua ini dinilai sebagai keuntungan duit (uang). Agen-agen politik dari level
dari sistem proporsional tertutup. elite sampai grassroot terdorong untuk
Namun demikian, kelemahan di dalam memanfaatkan sistem yang dibuat negara
sistem proporsional terbuka dan keunggulan sebagai ladang memanen uang (capital).
yang dimiliki sistem proposional tertutup Karenanya, pertanyaan manakah sistem
bukanlah dua hal yang perlu dikonfrontasikan. terbaik dari keduanya, guna meminimalisir
Karena logika konfrontasi (mendatangkan praktik politik berbiaya tinggi, yang
antitesa pada tesa yang dianggap cacat) bukan menciderai cita-cita demokrasi, dan
perlakuan yang adil dalam pentas politik. memandulkan kritisisme rakyat, adalah
Sistem proporsional terbuka memberikan pertanyaan yang sangat tidak relevan. Sebab,
kesempatan yang sama bagi seluruh calon agen-agen politik (elite maupun rakyat biasa)
legislatif walaupun berbeda nomor urut masih memilih kehendak diri, yang selalu
dan kemampuan finansial, untuk berhak bertujuan dan berubah sesuai perubahan
menduduki parlemen. Apalagi, formulasi interaksi mereka.
perhitungan yang jelas dan kepastian akan Sistem (proporsional tertutup ataupun
terbuka) yang dibuat berdasar hukum,
1
Jimly Asshiddiqie, “Jimly: Pemilu 2014 Lebih Kisruh bagaimanapun juga, adalah objek yang
karena Sistem Proporsional Terbuka”, dalam http://
nasional.kompas.com, diakses 23 Mei 2014 statis. Masyarakat dan seluruh fenomena
2 3
Almuzzammil Yusuf, “Kaji Ulang Sistem Proporsional Dwi Aroem Hadiatie, “Sistem Proporsional
Terbuka”, dalam http://www.suarapembaruan.com/, Terbuka Masih Pilihan Terbaik”, dalam http://politik.
diakses 23 Mei 2014 kompasiana.com, diakses 23 Mei 2014

2 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

sosial bersifat dinamis dan terus berubah. masyarakat.


Menyandarkan sesuatu yang statis pada Sebelum memasuki inti kajian lebih jauh,
sandaran yang dinamis merupakan logika terlebih dahulu peneliti ingin menguraikan
yang rumit dipahami. Karenanya, menemukan tentang landasan teori yang digunakan,
satu logika yang cukup stabil di antara supaya dapat dimengerti apa yang hendak
kumpulan fenomena yang dinamis, menjadi dicapai. Disusul dengan bahasan tentang
tanggungjawab bersama, terlebih bagi pakar aspek geografis dan demografis masyarakat
yang mendalami sosiologi politik. Yang pada Sumenep guna memberikan gambaran
akhirnya, usaha penemuan ini dapat dijadikan seputar pentas objek yang dibicarakan. Baru
bahan formulasi hukum dalam menciptakan setelah itu, peneliti ingin menyampaikan
suatu sistem. politik masyarakat yang berbau kapitalisme,
Masyarakat Kabupaten Sumenep, yang memanfaatkan sistem proporsional
Madura, hanya satu sampel dalam penelitian terbuka sebagai ajang mengeruk kekayaan
ini, yang cukup representatif untuk para calon legeslatif (Caleg). Pada saat yang
menunjukkan adanya stabilitas logika sama, para Caleg menyadari bahwa sistem
dalam tumpukan realitas-realitas sosial yang proporsional terbuka memungkinkan diri
dinamis. Dinamika politik di Sumenep sangat mereka untuk membeli suara konstituen.
menarik dan unik, seperti yang ditampilkan
pada Pemilihan Legeslatif (Pileg) April 2014 METODE PENELITIAN
yang lalu. Di tengah-tengah kondisi geografis
yang tandus dan panas, masyarakat terjun Secara sederhana, teori pragmatisme
dalam politik langsung dengan kesadaran sosial bekerja untuk memberikan bingkai
penuh, berafiliasi ke berbagai Partai Politik logika guna memahami fenomena-fenomena
(Parpol), bergeser dari Parpol incumbent ke masyarakat sebagai akibat atau konsekuensi
Parpol pendatang, melanggengkan praktik dari tindakan praktis. Pada saat yang sama,
politik berbiaya tinggi, dan pada saat yang tindakan-tindakan praktis bukanlah hasil
sama, mereka memegang dan memiliki dari stimuli-stimuli eksternal di luar diri
serpihan-serpihan ideologi yang kokoh, nilai individu. Meskipun faktor eks bagi penganut
perjuangan, tujuan dan harapan, serta kritik- Utilitarianisme sosial sangatlah penting,
kritik sederhana namun tajam. namun tidaklah begitu di dalam pragmatisme.
Dengan pendekatan sosiologis dan Al-hasil, teori pragmatisme sosial mencoba
menggunakan teori Pragmatisme sosiologis, membentuk dan memahami makna tindakan
peneliti ingin memotret fenomena politik sosial sebagai konsekuensi-konsekuensi.
masyarakat Sumenep dan memetakan Pernyataan umum dalam teori
tiga hal utama dari mereka; persepsi dan pragmatisme seperti di atas memacu para
orientasi terhadap suatu objek (baca: politik pakar untuk mengembangkan pemikiran
dan Pileg), interaksi-interaksi sepanjang tentang penolakan terhadap pembedaan
keterlibatan mereka, dan makna-makna yang antara pikiran dan tindakan. Dualisme
terus berubah/dinamis sepanjang waktu yang Cartesian yang mengakomodir perbedaan
berubah akibat perubahan interaksi-interaksi keduanya ditentang oleh pakar pragmatisme,
tersebut. Dari sini dapat ditangkap hal-hal dengan menawarkan alternatif jawaban baru,
yang dinamis dari makna-makna sekaligus yaitu bahwa pikiran dan tindakan bukanlah
tindakan-tindakan interaktif masyarakat, juga entitas berbeda melainkan fungsi-fungsi
hal-hal yang stabil dari semua itu. Semua pengaturan yang berbeda dari dunia. Dalam
penjelasan ini akan mengantarkan pada prakteknya, teori ini dapat digunakan untuk
kesimpulan dan pengukuran sejauh mana menyatakan bahwa pikiran dan tindakan
sistem pemilihan (proporsional terbuka) masyarakat itu sama saja, dan berbeda jauh
berdampak pada perilaku politik elite maupun

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 3
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

dari dunia eksternalnya.4 serta logika-logika matematis-ekonomis


Karena dunia berada jauh dari diri lainnya. Insting manusia cenderung mengarah
manusia, maka dunia luar yang eksternal itu pada pencapaian-pencapaian ekonomis
tidak berpengaruh pada keputusan manusia tertentu dengan kualitas-kualitas khusus.
dalam memilih tindakan. Veblen dengan Karenanya, di dalam suatu kondisi tertentu,
tegas menolak pandangan yang mengatakan insting selalu memotret adanya kemungkinan
organisme manusia dapat diarahkan oleh yang dianggap mendatangkan profit atau
rangsangan-rangsangan eksternal menuju apapun yang menguntungkan dirinya.
suatu arah yang telah ditentukan sebelumnya. Karya yang bekerja dengan pendekatan
Veblen sangat tidak percaya bahwa organisme sosiologis dan teori pragmatis ini, salah
manusia tidak akan berubah lantaran hanya satunya dan yang cukup terkenal, adalah karya
berada di bawah satu kendali tertentu.5 Ini Max Weber yang berjudul The Protestant
artinya, manusia selalu dihadapkan pada Ethic and the Spirit of Capitalism. Secara
pilihan yang muncul dari dalam dirinya keseluruhan, karya Weber memotret perilaku
sendiri, terlebih dalam menyikapi kondisi- masyarakat kapitalis sebagai konsekuensi atau
kondisi yang ada di hadapannya. akibat dari adanya ajaran-ajaran agama. Dan
Kemampuan untuk selalu menurut Weber, emosi-emosi yang mendasari
mempertimbangkan kehadiran yang eksternal agama bukanlah sesuatu yang bertentangan
merupakan kualitas unik, yang kata James, dengan doktrin-doktrin agama itu sendiri,
melekat pada insting manusia. Kualitas unik melainkan merupakan sesuatu yang sangat
ini disebut juga sebagai sebuah kesadaran, elemental. 8 Pada akhirnya, Weber ingin
kritisisme, kepentingan, identitas, ideologi, mengatakan bahwa emosi-emosi masyarakat
dan sejenisnya. James mengatakan, oleh dan makna-makna yang mereka sematkan ke
sebab adanya ingatan, kekuatan merenung, dalam tindakan-tindakan kapitalistik adalah
dan kekuatan untuk memberikan tafsir atau elemen yang paling fundamental, terlebih
makna, maka pengalaman dalam bentuk dalam kajian sosiologis.
dorongan impulsif selalu terkait dengan Dengan pendekatan yang sama
perkiraan manusia tentang hasil-hasil atau seperti Max Weber lakukan, serta teori
akibat-akibatnya. 6 Sederhananya, selalu pragmatisme sosial yang digunakan, peneliti
ada kepentingan yang hendak dicapai dari ingin memotret kondisi-kondisi eksternal
tindakannya. Kepentingan ini muncul dari masyarakat Sumenep sekaligus emosi-emosi
dalam diri saat dihadapkan pada kondisi mereka selama terlibat dalam politik praktis.
eksternal di luar diri. Lebih spesifik lagi, peneliti ingin menemukan
Khusus terkait kepentingan inilah, relasi antara fenomena money politics yang
Veblen mengatakan bahwa insting manusia menggejala dengan sistem proporsional
sendiri berarti upaya sadar dalam mengejar terbuka yang dilegitimasi hukum yuridis
suatu tujuan objektif yang dianggap berharga negara kita. Apakah memang benar sistem
oleh insting yang bersangkutan.7 Terdapat politik tersebutlah yang membuka pintu
semacam logika untung-rugi, benifit-defisit, masuk bagi praktik politik berbiaya tinggi,
4
Hans Joas, “Symbolic Interactionism”, dalam A. ataukah sebagaimana ditegaskan dalam
Giddens dan J. Turner (ed.), Social Theory Today, teori pragmatisme sosial, yakni agen-agen
(Cambridge: Polity, 1987), h. 96-106 politiknya yang berperan penting dalam
5
Thorstein Veblen, The Instinct of Workmanship and menentukan sikapnya sendiri, tanpa ada
the State of the Industrial Arts, (New York: Viking,
1914), h. 73 tekanan eksternal yang cukup berpengaruh
6
William James, Principles of Psychology, vol. 2, dalam memastikan dan mengarahkan pola
(New York: Henry Holt, 1890), h. 390 politik masyarakat.
7
Thorstein Veblen, The Instinct of Workmanship and
the State of the Industrial Arts, h. 5 8
Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of
Capitalism, (London: HarperCollins, 1991), h. 232-
Maret 2014: 01 - 11 233
4
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

HASIL DAN PEMBAHASAN jarang, Arab Saudi, Malaysia, Singapura,


menjadi negara-negara tujuan mereka
Kondisi Geografi dan Demografi merantau. Motif perantauanpun beragam,
mulai dari mencari ilmu pengetahuan hingga
Kabupaten Sumenep adalah salah satu untuk kepentingan ekonomi.
kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Masyarakat Sumenep, sebagian
Kabupaten ini memiliki luas 2,093.46 km. tinggal di ujung timur pulau Madura dan
Seluas 423.96 km² terdiri dari hutan, 14.68 sebagian lagi tersebar di banyak pulau
km² berupa padang rumput atau kosong yang membentang hingga ke timur dan ke
tanah, 1,130.19 km² digunakan untuk lahan selatan pulau Madura. Untuk itulah, pada
pertanian, tegalan, lahan-lahan semak saat menjelang Pemilihan Umum, Daerah
belukar, 59.07 km² berupa rawa-rawa, payau, Pemilihan (Dapil) dibagi menjadi tujuh
dan 63.41 km² untuk lahan-lahan lainnya. Dapil, sebagian berada di daratan Madura
Selanjutnya, luas lahan potensial di kabupaten dan sebagian lagi di kepulauan. Tujuh Dapil
Sumenep untuk keanekaragaman sumber tersebut terdiri dari 27 Kecamatan yang
daya laut dan perikanan mencapai 50.000 ada sekabupaten, yaitu: Ambunten, Arjasa
km² + (plus). (Kangean Islands), Batang Batang, Batuan,
Secara geografis, Kabupaten Sumenep Batuputih, Bluto, Dasuk, Dungkek, Ganding,
dibatasi oleh Selat Madura dan Laut Bali di Gapura, Gayam (Sapudi Island), Giligenteng,
bagian selatan, Laut Jawa di bagian utara, Guluk-Guluk, Kalianget, Kangean, Kota
Kabupaten Pamekasan di bagian barat (satu- Sumenep, Lenteng, Manding, Masalembu,
satunya perbatasan tanah di daratan), dan Nonggunong, Pasongsongan, Pragaan, Raas,
oleh Laut Jawa dan Flores di bagian timur. Rubaru, Sapeken, Saronggi, dan Talango.
Pulang yang dikelilingi lautan inilah salah Dari dua puluh tujuh kecamatan ini,
satu alasan tinggal di Madura sangatlah tingkat perekonomian masyarakatnya hampir
panas, yang mengakibatkan warna kulit tidak jauh berbeda. Tidak seperti masyarakat
tampak sawo matang dan hitam. Selain itu, kota metropolitan, dimana kesenjangan sosial
angin yang kencang berhembus dari laut ke antara yang kaya dan yang miskin sangat
darat memaksa orang-orang untuk berbicara mencolok. Dan mayoritas tingkat ekonomi
dengan nada suara yang sedikit meninggi, masyarakat termasuk golongan menengah
karenanya mereka tampak keras dan nyaring ke bawah. Sekalipun ada perbedaan tingkat
saat berkomunikasi. kesejahteraan, namun perbedaannya tidak
Berdasarkan sensus 2010, jumlah terlalu tajam.
penduduk Sumenep mencapai 1.041.915, Dilihat dari mata komoditas yang
yang terdiri dari 495.099 pria dan wanita dihasilan masyarakat Sumenep, dapat
546.816. Kawasan dengan jumlah penduduk diketahui adanya dua macam tanaman yang
terpadat adalah Sumenep Kota yang mencapai ditanam penduduk: pertama, komoditas
70,794 (6.75%) jiwa, diikuti Pragaan dengan beras (padi) dan komoditi biji-bijian dan
65,031 orang (5,90%), dan distrik Arjasa umbi-umbiaan (seperti jagung, kedelai,
dengan 59,701 orang (5,73%). Tetapi, kacang, kacang hijau, singkong dan ubi
pada saat yang sama, jumlah para perantau jalar). Komuditas ini sangat signifikan.
yang keluar dari Madura jauh lebih banyak Kedua, komoditas lain seperti: kacang,
daripada perantau yang masuk ke Madura. mentimun, terong, kangkung, bayam dan
Jika dilihat dari tujuan perantauan masyarakat tomat tidak terlalu signifikan. Bahkan,
Madura maka dapat dibilang bahwa orang- komoditas jenis kedua ini bisa tumbuh di
orang Madura menyebar ke Jawa, Kalimatan, halaman rumah atau pekarangan, dan dengan
Sumatera, dan ke pulau-pula Timur. Tak spirit kekeluargaan yang kuat, seringkali
komoditas kedua ini tidak diperjual-belikan,

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 5
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

terkecuali ditanam dalam kuantitas besar dan Daerah. Pada Pasal 5 Ayat 1 dikatakan
sengaja dibudidayakan. dengan tegas bahwa Pemilu untuk memilih
Selain itu, masyarakat Sumenep senang anggota DPR, DPRD provinsi, dan DPRD
menanam tembakau, dan menganggapnya kabupaten/kota dilaksanakan dengan sistem
sebagai komoditas paling disukai petani. proporsional terbuka.
Namun, lima tahun terakhir, masyarakat petani Selain itu, Pasal 215 Undang-Undang
merasa tembakau kurang menguntungkan, Nomor 8 Tahun 2012 juga menjadi pijakan
tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. yuridis berlakunya sistem proporsional
Tapi, rasa jera dan kapok itu tidak menjadi terbuka. Pasal tersebut berbunyi:
fenomena sosial yang merata. Sebagian petani Penetapan calon terpilih anggota DPR,
masih memiliki keberanian, dengan tingkat DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
spekluasi bisnis berbeda, untuk menanam dari Partai Politik Peserta Pemilu didasarkan
tembakau di musim-musim tidak memihak. pada perolehan kursi Partai Politik Peserta
Karena kegigihan bertani tembakau inilah Pemilu di suatu daerah pemilihan dengan
maka Madura menjadi salah satu pemasok ketentuan sebagai berikut.
tembakau terbesar untuk pabrik-pabrik a. Calon terpilih anggota DPR, DPRD
rokok yang berpusat di Jawa. Berdasar data provinsi, dan DPRD kabupaten/kota
tahun 2010, produksi tembakau di Sumenep ditetapkan berdasarkan calon yang
menghabiskan lahan seluas 10.377.94 hektare memperoleh suara terbanyak.
dan menghasilkan total 2.917.62 ton. Suatu b. Dalam hal terdapat dua calon atau
prestasi tersendiri bagi masyarakat. lebih yang memenuhi ketentuan
Karena Sumenep dikelilingi oleh lautan, sebagaimana dimaksud dalam huruf
maka potensi sumber daya ikan laut di a dengan perolehan suara yang sama,
perairan Sumenep mampu menghasilkan penentuan calon terpilih ditentukan
22.000 ton per tahun. Menurut perkiraan berdasarkan persebaran perolehan
potensi sumber berkelanjutan, 60% suara calon pada daerah pemilihan
dihitung dari jumlah potensi yang ada dengan mempertimbangkan
atau 60% x 229.000 t = 137.400 ton per keterwakilan perempuan.
tahun. Pengembangan produksi perikanan c. Dalam hal calon yang memenuhi
diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan ketentuan sebagaimana dimaksud
nelayan melalui peningkatan produksi dan dalam huruf a, jumlahnya kurang
produktivitas agribisnis yang berorientasi dari jumlah kursi yang diperoleh
bisnis. Masyarakat yang tinggal di pesisir Partai Politik Peserta Pemilu, kursi
dapat dibilang berprofesi sebagai nelayan.9 yang belum terbagi diberikan kepada
calon berdasarkan perolehan suara
Pro-Kontra Sistem Proporsional Terbuka terbanyak berikutnya. 10

Dasar hukum sistem proporsional Kehadiran UU No 8 Tahun 2012 ini


terbuka ini terdapat dalam Undang-Undang mendapat penentangan keras dari sebagian
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 partai politik (Parpol), seperti PDIP, PKS,
Tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan PKB. Salah satu bukti adanya partai yang
Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan dengan tegas menolak sistem proporsional
Daerah, Dan Dewan Perwakilan Rakyat terbuka ini adalah berkas Ringkasan
Permohonan Perkara Nomor 35/PUU-
9
Sebagian sumber data dikutip dari http://en.wikipedia. XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka, yang
org/wiki/Sumenep_Regency, diakses pada 23 Mei
10
2014. Selebihnya diambil dari pengamatan lapangan Naskah UU Pemilu Tanggal 5 Maret 2008. Doku-
dan wawancara dengan masyarakat setempat pada men ini diperoleh dari DPR-RI dan disalin ulang ses-
8-23 April 2014. uai aslinya.

6 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

diajukan oleh Partai Kebangkitan Bangsa cukup buat beli cemilan saat pergi ke tempat
(PKB). pemungutan, supaya (uang tersebut--pent.)
Dengan segala pertimbangan- bisa digunakan buat membeli rujak atau soto
pertimbangan bersifat Yuridis maupun ke Ten Sahna (salah satu penjual Rujak dan
Filosofis, sistem proporsional terbuka Soto terkenal di desa Mandala--pent.). Yah,
ini ditentang oleh sebagian kalangan kalau tidak ada uangnya, buat apa dipilih,
sehingga menimbulkan pro-kontra yang hanya bikin mulut hambar (suatu ungkapan
berkepanjangan, bisa dibilang hingga tahun orang Mandala untuk menyebut seseorang
2014 ini, terlebih dengan terbuktinya sistem yang tidak punya uang makan--pent.).
proporsional terbuka dianggap menciderai Penjelasan di atas cukup untuk
citra Pileg 2014 sebagai Pileg terburuk menggambarkan suasana sosiologis
dibanding periode sebelumnya. masyarakat setempat, dimana individu-
individu politik memetakan momen-momen
Respon Masyarakat Politik Terhadap politik, mengidentifikasi kepentingan-
Sistem Proposional Terbuka kepentingan ekonomis diri mereka, lalu
mengambil sikap untuk memilih atau tidak
Hama, seorang perempuan paruh baya memilih, setelah melalui proses perenungan
berusia 40an, yang belum tamat Sekolah subjektif yang panjang. Meminjam istilah
Ibtidaiyah (setingkat Sekolah Dasar), diminta Veblen, insting masyarakat setempat
menjadi salah satu anggota Tim Sukses mengarah pada suatu pertimbangan
(Timses) Partai Politik Gerakan Indonesia matematis-ekonomis, mencari-cari peluang
Raya (Gerindra) oleh salah Caleg di Dapil untuk mendapatkan uang sekadar cukup
V. Tingkat pendidikan seorang bukanlah buat membeli cemilan saat datang ke Tempat
syarat utama untuk diberi kepercayaan oleh Pemungutan Suara (TPS).
Caleg, sehingga Hama layak masuk ke Berdasar dari penjelasan Hama di
dalam list Timses Caleg dari Gerindra. Hal atas pula, kita memang bisa menerima
itu terbukti dengan adanya akurasi antara bahwa kondisi-kondisi eksternal objektif
data calon pemilih yang diajukan oleh Hama juga berpengaruh, semisal tingkat
kepada Caleg sebelum hari-H dengan jumlah pendidikan masyarakat yang masih rendah,
perolehan suara setelah penghitungan selesai. kesejahteraan ekonomi yang belum mapan,
Setiap penyelenggarakaan pemilihan umum, dan semacamnya, sebagaimana ditekankan
baik dari tingkat nasional hingga lokal oleh panganut teori strukturalisme-utilitarian.
(baca: Pilkades, Pilkada, Pileg), Hama selalu Tetapi, emosi-emosi masyarakat, keinginan-
menjadi incaran para calon untuk dijadikan keinginan sederhana mereka, pertimbangan-
salah satu dari Timses mereka. pertimbangan ekonomis mereka yang tidak
Hama bercerita, “Reng-oreng ediye seberapa, adalah faktor-faktor internal yang
pade bei be pelean Kalebun. Epeleya mon paling menentukan dalam tindakan yang
bede pessena. Ye sepenting cokop ekajejena diambil. Agen-agen politik ini bertindak,
mendile mangkata ka pelean, malle bisa melle menerima uang, meniscayakan praktik
rojek otabe soto ka Ten Sahna. Ye mon tadek politik uang, lantaran adanya pertimbangan-
pessena arapa’a epeleya, nyare pakak ka pertimbangan subjektif. Atau dalam istilah
ebher.”11 Orang-orang di sini (memanfaatkan yang digunakan Veblen, insting masyarakat
momen-momen pemilihan legeslatif--pent.) memiliki kesengajaan dan tujuan, sehingga
sama seperti halnya (dengan memanfaatkan mereka beradaptasi dengan tujuan yang
momen-momen-pent.) pemilihan kepala desa. diusahakannya.12
Akan dipilih jika ada uangnya. Yang penting
12
Thorstein Veblen, The Instinct of Workmanship and
11
Wawancara pada 10 April 2014 the State of the Industrial Arts, h. 4

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 7
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

Jawaban yang unik didapat oleh peneliti yang diusungnya serta komitmennya kelak
ketika bertanya kepada Hama seperti ini, jika terpilih. Di akhir wawancara, bapak
“mengapa orang akan memilih setelah Supyan mengatakan adanya sejumlah uang
diberi uang?” Hama menjawab, “Ye bile’e yang akan diberikan kepada relawan dan
pole mon tak nga’ satea reya. Padena reng massa pendukung Caleg PKS tersebut.
le melle, mon tadek pessena ye tak olle pa Supyan bercerita, “Ka essa’ oreng
apa. Sapa melea mon tak aberri pesse. Kala sogi, bennyak tambekna, samiliar bede mon
kacep.” Yah, kapan lagi kalau bukan seperti sataon hasella. artena, ka essa’ tak boto ka
saat-saat sekarang. Seperti orang yang ingin pesse. Kebileng cokop ka pesse. Tape, karana
membeli sesuatu, jika tidak punya uang maka terro abentoa masyarakat lebet politik,
ia tidak akan dapat apapun. Siapa yang mau enggi apangrasa kodu acalon. Aneka bede
memilih jika tidak diberi uang. Sampai beku!! teteben sakonek ka anggung reng-oreng.”
(suatu ungkapan masyarakat setempat untuk Dia (informan menyembunyikan nama Caleg
menunjukkan kemustahilan). yang diusungnya-pent.) adalah orang kaya
Jawaban di atas sangat unik lantaran, raya, banyak memiliki tambak, satu miliar
berdasarkan penilaian Hama terhadap ada dalam setahun hasil bersihnya. artinya,
masyarakatnya, momen Pileg dianggap dia tidak butuh lagi pada uang. termasuk
sebagai kesempatan satu-satunya bagi orang yang berkecukupan. tetapi, lantaran
masyarakat untuk mendapatkan keuntungan ingin berjuang demi rakyat lewat politik,
besar dan langsung. Bahkan “logika untung” maka dia merasa harus mencalonkan diri. Ini
tersebut diibaratkan dengan transaksi jual- ada titipan sedikit (menunjuk ke uang--pent.)
beli barang. Tidak ada uang, tidak ada untuk orang-orang (sukarelawan, pemilih,
suara. Masyarakat juga merasa memiliki massa pendukung--pent.).14
bargaining-position, daya tawar yang kuat. Sebagai Timses, memang
Artinya, setelah mengidentifikasi diri dan selayaknya menampilkan sisi positif dan
kondisi, masyarakat berpikir tentang sikap mengkampanyekan Celeg yang diusung.
apa yang harus mereka ambil guna meraih Tetapi, sejatinya, jika disadari, maka
untung, dan ternyata, praktik politik uang Supyan telah bermain simbol-simbol. Dia
adalah jawaban sederhana yang mereka menampakkan sekaligus menyembunyikan
ketahui. Melihat, merenung, berpikir, dan makna terdalam dari apa yang dia katakan. Di
mengambil keputusan yang ujung-ujungnya satu sisi, Caleg yang diusungnya dipersepsikan
mengarah pada hasil atau akibat, adalah sebagai calon pembela rakyat. Di sisi
logika pragmatis.13 lain, pada saat bersamaan, Caleg tersebut
Lebih jauh peneliti ingin mengetahui menitipkan sejumlah uang yang harus dibagi-
tentang emosi-emosi atau insting-insting bagikan. Dari sini dapat diketahui bahwa sang
para Caleg. Namun, demi pertimbangan etis, Caleg memiliki keinginan membela rakyat
yuridis, politis, dan probabilitas, peneliti dengan cara membeli suara mereka di awal,
tidak langsung mewawancari para Caleg yakni sebelum hari-H.
maupun Anggota Legeslatif yang terpilih. Fenomena Caleg semacam ini dapat
Tetapi, melalui penjelasan yang diperoleh dari dianalisis dengan pendekatan William
para Timses mereka baik pra ataupun pasca James. Dia mengatakan bahwa organisme
9 April. Supyan, seorang putra pesantren manusia bukanlah produk dari kekuatan-
terkenal di Dapil V sekaligus Timses dari kekuatan eksternal yang menguasainya.
seorang Caleg Partai Keadilan Sejahtera Sebaliknya, manusia memiliki kepentingan-
(PKS), mengatakan tentang visi-misi Caleg kepentingan yang terus direalisasikannya,

13 14
William James, Principles of Psychology, vol. 2, h. Wawancara dengan bapak Supyan, tanggal 8 April
390 2014

8 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

yakni dengan cara menciptakan situasi dan (selective interest)”.17 Artinya, ada semacam
kondisi yang selaras dengan kebutuhan kepentingan yang bersemayam dalam diri
adaptifnya.15 Artinya, dalam konteks logika manusia. Kepentingan inilah kemudian
ini, Caleg PKS itu memiliki kepentingan yang menyeleksi, mengidentifikasi, dan
pribadi, yang kemudian diwujudkan dengan memetakan kondisi-kondisi eksternal,
cara beradaptasi pada situasi yang berlaku menuntut diri beradaptasi dengan lingkungan.
di masyarakat.16 Tentu saja, kepentingan Dengan kata lain, faktor internal-lah yang
si Caleg adalah kemenangan, dan situasi membingkai seluruh hal-hal eksternal,
yang diadaptasi adalah praktik politik uang sehingga tidak terjadi chaos total.
sekaligus masyarakat yang menerima dan Satu pandangan yang menarik
melanggengkan politik berbiaya tinggi disampaikan oleh Muawiyah, sebagai tokoh
tersebut. masyarakat, pengasuh Pondok Pesantren
Pertanyaannya, setelah Raudhatul Amal, Desa Gadu Barat Kecamatan
mempertimbangkan emosi dan kondisi Ganding, dan anggota Timses Caleg dari
masyarakat maupun Caleg sendiri, yang Partai Amanat Nasional (PAN) di Dapil III.
sama-sama menerima kehadiran politik Pandangannya menggambarkan tentang
uang sebagai sebuah keniscayaan dan idealisme berbangsa dan bernegara di mata
realitas objektif, lantas apa sikap mereka masyarakat Sumenep secara umum. Dia
terhadap hukum negara yang mewajikan mengatakan, “kabennyaan orang Sumenep
sistem proporsional terbuka? Apakah sistem neka tak ngarte mon etanyagi masalah
yuridis tersebut memiliki pengaruh langsung nagere, ideologina partai-partai, sepenting
terhadap masyarakat politik (Caleg dan laju norok ka oreng se ekangarte. Napa
konstituen)? Jika iya, maka sejauh mana pole etanya agi masalah sistem proposional
pengaruhnya? nga’ geneka, pasti sajen tak ngarte.”
Mayoritas masyarakat Sumenep itu tidaklah
Untuk menjawabnya kita perlu mengutip mengerti jika ditanya soal negara, ideologi
perkataan James, “hanya hal-hal yang saya masing-masing partai, yang penting mereka
perhatikan sajalah yang membentuk pikiran langsung mengikuti apa orang yang mereka
saya, dan apa yang diperhatikan itu tidaklah kenal. Apalagi, mereka ditanya soal sistem
tercapai begitu saja, yang akan mengarahkan proporsional semacam itu, sudah pasti tidak
pengalaman menjadi suatu chaos total, akan mengerti.18
melainkan muncul dari kepentingan selektif Penjelasan dari Muawiyah
menggambarkan absesnnya relasi sistem
15
William James, Principles of Psychology, vol. 1, proporsional terbuka terhadap fenomena
(New York: Henry Holt, 1890), h. 402 sosial yang melegitimasi praktik politik uang.
16
Hemat saya, berdasarkan informasi yang didapat Dengan kata lain, sistem proporisonal (baik
dari Bapak Zaini, saat wawancara pada 7 April 2014,
tentang nama-nama Caleg yang berasal dari kalangan terbuka maupun tertutup) dan praktik politik
tokoh agama namun juga mempraktekkan politik uang adalah dua entitas yang berbeda, dua
uang, adalah sebuah gejala yang hanya bisa dijelaskan ruang yang saling menjauh, sementara emosi
melalui konsep looking-glass self dari Cooley (1964).
Cooley mengatakan evaluasi dan perasaan-diri masyarakat tidak menjembatani kedua entitas
seorang individu berasal dari pemahamannya tentang atau ruang tersebut.19 Putusnya relasi yang
bagaimana orang-orang lain memahami dirinya.
Lihat C.H. Cooley, Human Nature and Social Order, 17
William James, Principles of Psychology, vol. 1,
(New York: Schocken Books, 1964), 208. Siapapun Ibid., 402
calonnya, lantaran hidup di tengah-tengah masyarakat 18
yang pragmatis, maka dia terpaksa terlibat dalam Wawancara dengan Ibu Nyai Muawiyah, S.Pdi.,
pragmatisme berpolitik yang serupa. Inilah alasan M.Pdi., tanggal 20 April 2014
19
mengapa sebagian tokoh kiai, baik yang menjadi Politik uang lebih tepat dikatakan bersumber dari
Caleg atau Timses, juga mendukung secara diam-diam keinginan masyarakat untuk mendapat uang, karena
terhadap praktik money politics. uang bisa memberikan gambaran yang jelas tentang

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 9
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)
Abd. Halim JURNAL HUMANITY, ISSN 0216-8995

bisa dimainkan oleh emosi rakyat semacam tidak sehat.


itu disebabkan oleh tingkat pengetahuan, Tulisan dari hasil penelitian ini
pendidikan politik, yang tidak kritis. Artinya, diharapkan menjadi pertimbangan sekaligus
ada banyak alasan untuk mengatakan bahwa masukan bahwa sistem apapun, baik
praktik politik uang di tengah-tengah proporsional terbuka maupun tertutup,
masyarakat tidak langsung bersumber dari bukanlah problem utama munculnya politik
sistem pemilihan yang mengadopsi sistem berbiaya tinggi. Sebaliknya, politik yang
proporsional terbuka. tidak sehat ini digawangi oleh logika
Sebaliknya, ketidakmengertian tentang masyarakat yang pragmatis, tentu dengan
detail politik kebangsaan dan kenegaraan, segala pertimbangan subjektif mereka.
tentang partai dan seluruh seluk-beluknya Kekurangan yang masih tampak
yang rumit, adalah penghalang terciptanya dalam tulisan ini adalah tidak memadainya
perasaan dan pikiran masyarakat. Dengan teori-teori sosial, khsususnya pragmatisme
begitu, sistem proporsional terbuka terlepas sosiologis, untuk menjelaskan arah-arah
nyaris sepenuhnya dari fenomena sosial perenungan, pemikiran, dan logika subjektif
yang terjadi (baca: money politics). Lebih individu politik. Sehingga, tulisan ini berhenti
tepatnya, kita mengatakan praktik politik pada hipotesis bahwa masyarakat memiliki
uang di masyarakat muncul dari pertimbangan pertimbangan pragmatis, yang mempengaruhi
subjektif, dan tidak dipengaruhi oleh politik lokal maupun nasional, dan berdampak
faktor eksternal apapun, khususnya sistem pada langgengnya politik uang. Tanpa bisa
proporsional. Di sinilah letak konteks ucapan memetakan satu persatu dengan jelas logika-
James, “hanya hal-hal yang saya perhatikan logika dan pertimbangan-pertimbangan
saja yang membentuk pikiran saya.” subjektif masyarakat.

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA

Praktik Politik Uang (Money Politics) Almuzzammil Yusuf, “Kaji Ulang Sistem
yang merajalela di masyarakat-masyarakat Proporsional Terbuka”, dalam http://
pedesaan, khususnya di Sumenep, tidak www.suarapembaruan.com/, diakses
berkaitan langsung dengan adanya undang- 23 Mei 2014
undang negara yang menetapkan sistem C.H. Cooley, Human Nature and Social
proporsional terbuka sebagai sistem yang Order, (New York: Schocken Books,
digunakan dalam pemilihan umum dan 1964)
penetapan pemenang. Sebaliknya, praktik Dwi Aroem Hadiatie, “Sistem Proporsional
politik uang tersebut dilanggengkan oleh Terbuka Masih Pilihan Terbaik”, dalam
logika dan psikologi masyarakat yang http://politik.kompasiana.com, diakses
pragmatis, terlebih para elite politik tidak 23 Mei 2014
mampu memberikan pencerah, dan malah Hans Joas, “Symbolic Interactionism”, dalam
ikut beradaptasi pada kondisi politik yang A. Giddens dan J. Turner (ed.), Social
Theory Today, (Cambridge: Polity,
keuntungan yang akan didapatnya baik di hari itu
juga maupun untuk kepentingan hari esok mereka, 1987)
semisal untuk tambahan belanja keluarga. Psikologi Http://en.wikipedia.org/wiki/sumenep_
masyarakat demikian sejalan dengan pertanyaan regency, diakses pada 23 Mei 2014.
William James bahwa rasa tidak nyaman yang
ditimbulkan oleh ketidakpastian di masa depan hanya Jimly Asshiddiqie, “Jimly: Pemilu 2014 Lebih
bisa diatasi oleh satu perasaan memiliki harapan Kisruh karena Sistem Proporsional
(feeling expectancy), dan perasaan ini adalah dasar dari Terbuka”, dalam http://nasional.kompas.
seluruh rasionalitas. Lihat William James, The Will
to Believe and Other Essays in Popular Philosophy, com, diakses 23 Mei 2014
(New York: Dover, 1956), h. 77-79 Max Weber, The Protestant Ethic and

10 Maret 2014: 01 - 11
Versi online / URL :
Volume 9, Nomor 2 http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/view/2387

the Spirit of Capitalism, (London:


HarperCollins, 1991)
Naskah Arsip Partai Kebangkitan Bangsa
tentang Permohonan Perkara Nomor
35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional
Terbuka.
Naskah UU Pemilu Tanggal 5 Maret 2008.
Thorstein Veblen, The Instinct of Workmanship
and the State of the Industrial Arts, (New
York: Viking, 1914)
Wawancara dengan bapak Supyan, tanggal
8 April 2014
Wawancara dengan Ibu Hama pada 10 April
2014
Wawancara dengan Ibu Nyai Muawiyah,
S.Pdi., M.Pdi., tanggal 20 April 2014
William James, Principles of Psychology, vol.
1, (New York: Henry Holt, 1890)
William James, Principles of Psychology, vol.
2, (New York: Henry Holt, 1890)
William James, The Will to Believe and Other
Essays in Popular Philosophy, (New
York: Dover, 1956)

Dampak Sistem Proporsional Terbuka Terhadap Perilaku Politik (Studi Kasus Masyarakat Sumenep Madura 11
dalam Pemilihan Legeslatif 2014)

Anda mungkin juga menyukai