Anda di halaman 1dari 29

2015

Materi Kuliah Pakar Blok 10

Endang Susilowati,S.Si.T.,M.Kes

Prodi D3 Kebidanan FK UNISSULA


Semarang
11/30/2015
STIMULASI MENGGUNAKAN APE

A. Alat Permainan Edukatif

1. Pengertian

Permainan edukatif adalah suatu kegiatan yang menyenangkan dan dapat

merupakan cara atau alat pendidikan yang bersifat mendidik. Dengan kata lain,

permainan edukatif merupakan sebuah bentuk kegiatan mendidik yang dilakukan

dengan menggunakan cara atau alat yang bersifat mendidik. 2

Permainan yang sifatnya mendidik biasanya disebut dengan APE (Alat

permainan Edukatif) adalah alat permainan yang fungsinya dapat mengoptimalkan

perkembangan anak, hal ini tentunya disesuaikan dengan tingkat usia dan

perkembangannya.19

2. Syarat alat permainan edukatif19

a. Aman, Alat permainan anak dibawah usia dua tahun tidak boleh terlalu kecil,

warna catnya harus terang dan tidak boleh mengandung racun, tidak ada bagian-

bagian yang tajam, serta tidak ada bagian-bagian yang mudah pecah. Karena pada

umur ini anak mengenal benda disekitarnya dengan cara memegang,

mencengkeram dan memasukkan ke dalam mulutnya.

b. Ukuran dan berat APE harus disesuaikan dengan umur anak, Jika ukurannya

terlalu besar akan sukar untuk dijangkau oleh anak, sebaliknya jika terlalu kecil

akan berbahaya karena dapat dengan mudah tertelan oleh anak. sedangkan kalau

APE terlalu berat, anak akan sulit memindahkan-mindahkannya serta akan

membahayakan apabila APE tersebut jatuh dan mengenai anak.


c. Desainnya jelas, APE harus mempunyai ukuran-ukuran, susunan dan warna

tertentu serta jelas maksud dan tujuannya.

d. APE harus mempunyai fungsi untuk mengembangakan barbagai aspek

perkembangan anak, sepeti motorik, bahasa, kecerdasan dan sosialisasi.

e. Harus dapat dimainkan dengan berbagai varisasi, tetapi jangan terlalu sulit

sehingga anak frustasi, atau terlalu mudah sehingga membuat anak cepat bosan.

f. Walaupun sederhana harus tetap menarik perhatian, baik itu dari segi warna

maupun bentuknya, bila bersuara maka suaranya harus jelas.

g. APE harus mudah untuk diterima oleh semua kebudayaan karena bentuknya yang

sangat umum.

h. APE harus tidak mudah rusak, kalau bagian-bagian yang rusak harus mudah

untuk diganti. Pemeliharaannya mudah, terbuat dari bahan yang mudah didapat

dan harganya bisa dijangkau oleh masyarakat luas.

3. Jenis alat permainan edukatif

Permainan untuk anak balita (bayi usia dibawah lima tahun adalah sebagai berikut4:

a. Umur 0-12 bulan

Tujuan:

1) Melatih refleks (untuk anak berumur satu bulan), misalnya; menghisap,

menggenggam.

2) Melatih kerja sama mata dan tangan.

3) Melatih kerja sam mata dan telinga.

4) Melatih mencari obyek yang ada tetapi tidak terlihat.

5) Melatih mengenal sumber hasil suara.


6) Melatih kepekaan perabaan.

7) Melatih keterampilan dengan gerakan yang berulang-ulang.

Alat permainan yang dianjurkan:

1) Benda-banda yang aman untuk dimasukkan ke dalam mulut atau dipegang.

2) Alat permainan yang berbentuk gambar atau bentuk muka.

3) Alat permainan lunak berupa boneka atau binatang.

4) Alat permainan yang dapat digoyangkan dan keluar suara.

5) Alat permainan berupa selimut dan boneka.

6) Giring-giring.

b. Umur 12-24 bulan

Tujuan:

1) Mencari sumber suara atau mengikuti sumber suara.

2) Memperkenalkan sumber suara.

3) Melatih anak melakukan gerakan mendorong dan menarik.

4) Melatih imajianasi anak.

5) Melatih anak melakukan kegiatan sehari-hari dalam bentuk yang menarik.

Alat permainan yang dianjurkan:

1) Gendering, bola dengan giring-giring di dalamnya.

2) Alat permainan yang dapat disorong atau ditarik.

3) Alat permainan yang berdiri dari alat tangga, misalnya cangkir yang tidak

mudah pecah, sendok, botol plastik, ember, Waskom, air, balok-balok yang

besar, kardus besar, buku bergambar, kertas-kertas untuk dicoret, pensil

berwarna.
c. Usia 25-36 bulan

Tujuan:

1) Menyalurkan emosi/ perasaan anak.

2) Mengembangkan keterampilan berbahasa.

3) Melatih motorik halus dan kasar.

4) Mengembangkan kecerdasan (memasangkan, menghitung, mengenal dan

membedakan warna).

5) Melatih kerja sama mata dan tangan.

6) Melatih daya imajinasi.

7) Kemampuan membedakan permukaan dan warna benda.

Alat permainan yang dianjurkan:

1) Lilin yang dapat dibentuk.

2) Alat-alat untuk menggambar.

3) Pasel (puzzle) sederhana.

4) Manik-manik ukuran besar.

5) Bola.

6) Berbagai benda yang mempunyai permukaan dan warna yang berbeda.

d. Umur 37-72 bulan

Tujuan:

1) Mengembangkan kemampuan menyamakan dan membedakan.

2) Mengembangkan kemampuan berbahasa.

3) Mengembangkan pengertian tentang berhitungan, menambah dan

mengurangi.
4) Merangsang daya imajinasi dengan berbagai cara bermain pura-pura

(sandiwara).

5) Membedakan benda dengan perabaan.

6) Menumbuhkan sportifitas.

7) Mengembangkan kepercayaan diri.

8) Mengembangkan kreatifitas.

9) Mengembangkan koordinasi motorik (melompat, memanjat, lari)

10) Mengembangkan kemampuan mengontrol emosi, motorik halus dan motorik

kasar.

11) Mengembangkan sosialisai atau bergaul dengan anak dan orang diluar

rumahnya.

12) Memperkenalkan pengertian yang bersifat ilmu pengetahuan, misalnya

pengertian mengenai terapung dan tenggelam.

13) Memperkenalkan suasana kompetisi, gotong royong.

Alat permainan yang dianjurkan:

1) Berbagai benda disekitar rumah, buku bergambar, majalah anak-anak, alat

gambar dan tulis, kertas untuk belajar melipat, gunting, air dan sebagainya.

2) Teman-teman bermain, anak sebaya, orang tua, orang lain di luar rumah.

4. Hal yang harus diperhatikan dalam memilih mainan edukatif

Berikut adalah beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memilih mainan edukatif7:

a. Mainan yang memang diperuntukkan untuk anak balita.

b. Multifungsi.
Dari satu mainan bisa didapat berbagai variasi mainan sehingga stimulasi yang

didapat anak juga lebih beragam.

c. Melatih problem solving (pemecahan masalah)

Dalam memainkannya, anak diminta untuk melakukan pemecahan masalah.

Misalnya pada permainan puzzle, anak diminta untuk menyusun potongan-

potongannya menjadi utuh.

d. Melatih konsep-konsep dasar.

Lewat permainan ini, anak dilatih untuk mengembangkan kemampuan dasarnya

seperti mengenal bentuk, warna, besaran juga melatih motorik halus.

e. Melatih ketelitian dan ketekunan.

f. Merangsang kreativitas

Apabila sejak kecil anak terbisaa menghasilkan karya, lewat permainan dia akan

berinovasi untuk menciptakan suatu karya, tidak hanya mengekor saja.

5. Manfaat alat permainan edukatif

Permainan edukatif sangat bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa,

berfikir, serta bergaul dengan lingkungannya. Selain itu permainan edukatif juga

bermanfaat untuk menguatkan dan menerampilkan anggota badan anak,

mengembangkan kepribadian, mendekatkan hubungan antara pengasuh dengan anak

serta menyalurkan kegiatan anak. oleh karena itu ada perbedaan antara alat bermain

biasa dengan alat bermain edukatif.7

Manfaat lain dari APE adalah sebagai pengembangan aspek fisik, yaitu kegiatan-

kegiatan yang dapat menunjang atau merangsang tingkat pertumbuhan anak. selain itu
juga berfungsi sebagai pengembangan bahasa anak, dengan melatih berbicara,

menggunakan kalimat yang benar.19

Adapun manfaat lain mainan edukatif antara lain sebagai berikut 7

a. Melatih kemampuan motorik

Stimulasi untuk motorik halus diperoleh saat anak memungut mainannya, meraba,

memegang dengan kelima jarinya. Sementara itu motorik kasar didapat saat anak

menggerak-gerakkan mainannya, melempar, mengangkat dan menendang.

b. Melatih konsentrasi

Mainan edukatif dirancang untuk menggali kemampuan anak, termasuk

kemampuannya dalam berkonsentrasi. Saat menyusun puzzle misalnya, anak

dituntut untuk fokus pada gambar atau bentuk yang ada didepannya, ia tidak

berlarian atau melakukan aktivitas fisik lain sehingga konsentrasinya bisa lebih

tergali. Tanpa konsentrasi, mungkin hasilnya akan tidak memuaskan.

c. Mengenalkan konsep sebab akibat

Saat memasukkan benda kecil ke dalam benda yang besar, anak akan memahami

bahwa benda yang lebih kecil bisa dimuat dalam benda yang lebih besar,

sedangkan benda yang lebih besar tidak bisa masuk ke dalam benda yang lebih

kecil.

d. Melatih bahasa dan wawasan

Permainan edukatif sangat baik bila disampaikan dengan cerita. Hal ini akan

memberikan manfaat tambahan buat anak, yakni meningkatkan kemampuan

berbahasa dan meluaskan wawasannya.


e. Mengenalkan warna dan bentuk

Dari permainan edukatif, anak dapat mengenal ragam/variasi bentuk dan warna.

Ada bentuk kotak, bulat, segiempat dengan berbagai warna seperti merah, hijau,

biru dan kuning.

6. Fungsi Bermain Terhadap Pertumbuhan dan Perkembangan Anak

a. Perkembangan sensoris-motorik

Dalam hal ini,permainan akan membantu perkembangan gerak halus dan

pergerakan kasar dengan anak dengan cara memainkan suatu obyek yang

sekiranya anak merasa senang. Misalnya, orang tua memainkan pensil didepan

anak, pada tahap awal anak akan melirik benda yang ada didepannya, kalau dia

tertarik maka dia akan berespon dan berusaha untuk meraihnya/mengambil pensil

dari genggaman orang tuanya.

b. Perkembangan kognitif

Membantu anak untuk mengenal benda-benda yang ada disekitarnya. Misalnya,

mengenalkan anak dengan warna (merah, biru, hijau, kuning, putih, hitam dan

sebagainya), bentuk (bulat, lonjong, gepeng, kubus dan sebagainya). Dengan cara

seperti ini orang tua juga secara tidak sadar sudah bisa memacu perkembangan

bahasa anak.

c. Kreatifitas

Mengembangkan kreatifitas anak dalam bermain sendiri atau secara bersama.

Berikan anak balok yang banyak dan biarkan dia menyusun balok-balok itu dibuat

bentuk apa saja sesuai dengan keinginan anak, kemudian tanyakan pada anak

benda apa yang telah ia buat itu.


d. Perkembangan sosial

Banyak berinteraksi dengan orang lain, mempelajari peran dalam kelompok.

Kumpulkan 3-5 anak yang usaianya sebaya, kemudian biarkan anak untuk

membentuk kelompok sendiri dan menjalani perannya sendiri-sendiri, orang tua

memantau dari kejauhan.

e. Kesadaran diri (self awareness)

Dengan bermain anak sadar akan kemampuannya sendiri, kelemahannya dan

tingkah laku terhadap orang lain. Jika anak tadi berperan sebagai seorang

pemimpin dan dia merasa tidak merasa tidak mampu untuk memimpin, maka

dengan senang hati dia akan memberikan peran pemimpin tadi teman yang

lainnya.

f. Perkembangan moral

Dapat diperoleh dari orang tua, orang lain yang ada disekitar anak. untuk tugas

untuk mengajari anak mempunyai moral yang baik.

g. Komunikasi

Bermain merupakan alat komunikasi terutama pada anak yang masih belum dapat

menyatakan perasaanya secara verbal. Misalnya: anak menggambar dua anak

kecil perempuan (mungkin dia ingin punya adik perempuan), anak melempar

sendok/garpu saat makan (mungkin dia tidak suka lauk-pauknya) dan sebagainya.

7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Bermain Pada Anak

a. Tahap perkembangan, Setiap perkembangan mempunyai potensi/keterbatasan

dalam permainan. Anak umurb3 tahun alat permainan berbeda dengan anak yang

berumur 5 tahun.
b. Status kesehatan, Pada anak yang sedang sakit kemampuan psikomotor/kognitif

terganggu. Sehingga ada saat-saat anak sangat ambisius pada permainannya dan

saat-saat di mana anak sama sekali tidak punya keinginan untuk bermain.

c. Jenis kelamin, Pada usia sekolah biasanya anak laki-laki eggan bermain dengan

anak perempuan, mereka sudah bisa membentuk komunitas tersendiri, di mana

anak wanita bermain sesama wanita dan anak laki-laki bermain sesama laki-laki.

Tipe dan alat permainannya akan berbeda, misalnya anak laki-laki suka main bola,

pada anak perempuan suka main boneka.

d. Lingkungan, Lokasi di mana anak berada sangat mempengaruhi pola permainan

anak. dikota-kota besar anak jarang sekali yang bermain layang-layangan, paling-

paling mereka bermain game karena memang tidak ada/jarang ada tanah

lapang/lapangan untuk bermain, berbeda dengan didesa yang masih banyak

terdapat tanah-tanah kosong.

e. Alat permainan yang cocok, Disesuaikan dengan tahap perkembangan sehingga

anak menjadi senang untuk menggunakannya.

8. Karakteristik dan klasifikasi Dari Bermain

a. Solitary play

Bermain sendiri walaupun disekitarnya ada orang lain. Misalnya pada bayi dan

toddler, dia akan asik dengan mainnya sendiri tanpa menghiraukan orang-orang

yang ada disekitarnya.

b. Pararel Play

Bermain sejenis, anak bermain dengan kelompoknya, pada masing-masing anak

mempunyai mainan yang sama tetapi tidak ada interaksi di antara mereka, mereka
tidak ketergantungan antara satu dengan yang lainnya. Misalnya, masing-masing

anak punya bola, maka dia akan bermain dengan bolanya sendiri tanpa

menghiraukan bola temannya. Bisanya terjadi pada usia toddler dan pre school.

c. Asociative Play

Bermain dalam kelompok, dalam suatu aktivitas yang sama tetapi masih belum

terorganisir, tidak ada pembagian tugas, mereka bermain sesuai keinginannya.

Misalnya; anak bermain hujan-hujanan di teras rumah, berlari-lari dan sebagainya.

Hal ini banyak dialami pada anak pre school.

d. Cooperative Play

Anak bermain secara bersama-sama, permainan sudah terorganisir dan terencana,

didalamnya sudah ada aturan main.

e. Social Afektive Play

Anak mulai belajar memberikan respon melalui orang dewasa dengan cara

merajuk/berbicara sehingga anak menjadi senang dan tertawa.

f. Sense of Pleasure Play

Anak mendapatkan kesenangan dari suatu obyak disekililingnya. Misalnya: anak

bermain pasir, air sehingga anak tertawa bahagia.

g. Skill Play

Memperoleh keterampilan sehingga anak akan melaksanakannya secara berulang-

ulang. Misalnya; anak bermain sepeda-sepedaan dan dia sedikit mulai merasa

bisa, maka dia akan berusaha untuk mencobanya lagi.


h. Dramatic Play

Melakukan peran sesuai keinginanya atau dengan apa yang dia lihat dan dia

dengar, sehingga anak akan membuat fantasi dari permainan itu. Misalnya; anak

pernah berkunjung kerumah sakit waktu salah satu tetangganya sakit, dia melihat

perawat, dokter, sesampainya di rumah dia berusaha untuk memerannya dirinya

sebagi seorang perawat maupun dokter, sesuai dengan apa yang dia lihat dan di

terima tentang peran tertentu.


KELAINAN KONGENITAL

A. LABIOSKIZIS dan LABIOPALATOSKIZIS

1. Pengertian
Suatu keadaan dimana terdapat celah yang terbentang dari labiopalatum → ovulae.

2. Penyebab
Diduga akibat infeksi virus yang diderita ibu pada kehamilan trimester I.

3. Penatalaksanaan medis
Operasi

Setelah bayi berumur ± 3 bulan (BB > 4,5 kg, Hb > 10 mmHg, Leukosit turun 10.000)

4. Penatalaksanaan kesehatan
a. Jika hanya sumbing pada bibir → tidak banyak gangguan → dapat minum dari dot
biasa (dot diletakkan pada bibir yang tidak sumbing) → dapat segera diperbaiki.
b. Jika sumbing mencakup palatum mole/durum → kesulitan minum → resiko
tersedak.
5. Cara penurunan resiko tersedak :
a. Mengangkat kepala bayi waktu minum
b. Menggunakan dot panjang dengan lubang di pinggir
c. Lubang dot diletakkan diatas lidah
d. Bila ada gunakan palatum buatan
e. Dot harus sering dikeluarkan → waktu istirahat
6. Komplikasi
Bayi sering menderita infeksi saluran pernapasan akibat aspirasi

a. Cegah kontak dengan anak /orang dewasa yang sedang pilek/batuk/penyakit


menular lainnya.
b. Harus segera diobati
B. ATRESIA ESOFAGUS
90 % dari kasus ini mempunyai ujung yang buntu, sedangkan ¼ - 1/3 dari esofagus bagian bawah
berhubungan dengan trakea setinggi karina. Kira-kira 90 % tidak mempunyai fistula dan sisanya
terdiri dari bermacam-macam bentuk.
Gejalanya berupa hipersalivasi dan kadang-kadang bayi menjadi biru oleh karena saliva masuk
kedalam jalan pernafasan. Pemberian minum dapat menyebabkan bayi batuk dan dan seperti
tercekik (choking).
Pada bayi berat lahir rendah (BBLR) pemberian minum menyebabkan bayi tersebut biru dan
apnea, tapi tanpa batuk atau gejala tercekik. Bila terdapat fistula trakeo eshopagus, perut akan
tampak membuncit karena berisi bayak udara. Bila dimasukkan pipa melalui mulut sepanjang 7,5-
10 cm dari bibir, pipa akan terbentur pada ujung esofagus yang buntu tersebut dan bila pipa terus
dimasukkan, pipa tersebut akan melingkar-lingkar pada ujung esofagus yang buntu.
Diagnosis yang pasti ialah dengan memasukkan pipa radio opak atau larutan kontras lipidol ke
dalam esofagus dan kemudian dibuat foto toraks biasa.
Sebelum bayi dioperasi hendaknya sekret yang terkumpul dimulut faring dan esofagus yang buntu
harus diisap pada waktu-waktu tertentu. Sekret ini sering menyebabkan pneumonia sebelum
aspirasi sebelum operasi.Oleh karena bentuk yang terbanyak adalah atresia esofagus dengan
fistula trakeo esofagus, hendaknya posisi bayi harus dalam setengah duduk untuk mencegah
terjadinya regurgitasi cairan lambung ke paru.

Pengobatannya adalah operasi. Prognosis bergantung pada ada tidaknya kelainan bawaan alat

perncernaan lain atu ditempat lain dan pada perawatan (bayi hendaknya ditempatkan dalam

ruangan dengan suhu lingkungan yang cukup hangat, posisi bayi diubah dalam waktu-waktu

tertentu, mengisap lendir untuk mencegah pneumonia aspirasi, mencegah infeksi, merangsang

bayi untuk menangis supaya paru berkembang baik

C. ATRESIA ANI

Gejala klinis pada kasus ini adalah bayi mengalami muntah-muntah pada umur
24-48 jam dan sejak lahir tidak ada defekasi mekonium.
Pada pemeriksaan didapatkan anus tampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh
jaringan. Pada auskultasi terdengar hiperperistaltik.
Pemeriksaan yang radiologis ditemukan :
1. Udara dalam usus terhenti tiba-tiba yang menandakan terdapat obstruksi didaerah
tersebut
2. Tidak ada bayangan udara dalam rongga pelvis pada bayi baru lahir.
Dari gambaran ini harus difikirkan kemungkinan atresia rekti atau anus
imferforata. Pada bayi dengan anus imferforata, gambaran udara terhenti tiba-tiba
didaerah sigmoid, kolon atau rektum.

Dibuat foto anteroposterior (AP)dan lateral, bayi diangkat dengan kepala dibawah dan kaki diatas

(wangesten dan rice). Pada anus diletakkan benda yang radio opak, sehingga pada foto daerah

antara benda radio opak dengan bayangan udara yang tertinggi dapat diukur.

D. HIRSCHPRUNG

Penyakit ini disebabkan oleh tidak terdapatnya sel ganglion parasimpatis dari pleksus aurbach di
kolon. Sebagian besar segmen yang aganglionik mengenai rektum dari bagian bawah kolon
sigmoid dan terjadi hipertrofi serta distensi yang berlebihan pada kolon yang lebih proksimal.
Menurut Bowring dan Kern gejala utama pada bayi baru lahir ialah muntah hijau, pengeluaran
mekonium yang terlambat serta perut membuncit. Gejala timbul pada umur 2-3 hari dan dapat
sampai terjadi gangguan pernafasan serta dehidrasi. Bila dilakukan colok anus, tinja akan keluar
menyemprot.
Diagnosis ditegakkan setelah dilakukan pemeriksaan enema barium dan biopsi rektum (dengan
biopsi hisap).

Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan operasi

E. OBSTRUKSI BILLIARIS

7. Penyebab
Penyebab kelainan ini adalah kegagalan adalah tersumbatnya saluran empedu
sehingga empedu tidak dapat mengalir ke dalam usus untuk dikeluarkan ( sebagai
sterkobilin ) di dalam feses.
8. Gambaran klinik
Gejala mulai terlihat pada akhir minggu pertama yakni bayi ikterus. Selain
ikterus feses bayi berwarna agak keabu – abuan dan liat seperti dempul. Urine
menjadi lebih tua karena mengandung urobilinogen. Untuk diagnosis doperlukan
pemeriksaan radiologi selain kadar bilirubin dalam darah.
9. Penatalaksanaan
1) Medic

Operasi

2) Keperawatan

Pertahankan kesehatan bayi ( pemberian makanan cukup gizi sesuai dengan kebutuhan, serta

menghindarkan kontak infeksi ). Berikan penjelasan kepada orang tua bahwa keadaan kuning pada

bayinya berbeda dengan bayi lain yang kuning karena hiperbilirubin biasa dapat hanya dengan

terapi sinar atau terapi lain. Pada bayi ini perlu tindakan bedah karena bedah karena terdapatnya

penyumbatan

F. OMFALOKEL

a. Penyebab
Kelainan ini disebabkan oleh kegagalan alat dalam untuk kembali ke rongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan timbulnya
omfalokel. Kelainan ini dapat segera dilihat, yaitu berupa protrusi dari kantong
yang berisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen pada
umbilikus. Angka kematian tinggi bila omfalokel besar karena kantong dapat
pecah dan terjadi infeksi.
b. Penatalaksanaan
Sebelum dilakukan operasi, bila kantong belum pecah, harus diberi merkurokrom dan diharapkan

akan terjadi penebalan selaput yang menutupi kantong tersebut sehingga operasi dapat ditunda

sampai beberapa bulan. Sebaiknya operasi dilakukan segera sesudah lahir, tetapi harus diingat
bahwa dengan memasukkan semua isi usus dan alat visera sekaligus ke rongga abdomen akan

menimbulkan tekanan yang mendadak pada paru sehingga timbul gejala gangguan pernafasan

G. HERNIA DIAFRAGMATIKA

a. Penyebab
Terjadi oleh karena tidak terbentuknya sebagian diafragma sehingga sebagian
isi perut masuk kedalam rongga toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah
penutupan tidak sempurna dari sinus pleuroperitoneal (foramen bochdalek) yang
terletak pada bagian postero-lateral dari diafragma, jarang ditemukan hernia sinus
substernal (foramen morgagni) yang melalui hiatus esofagus.
b. Tanda dan Gejala
Gejalanya bergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk ke dalam
rongga toraks, akan timbul gejala gangguan pernafasan seperti biru, sesak nafas,
retraksi sela iga dan substernal, perut kecil dan cekung, suara nafas tidak
terdengar pada paru yang terdesak dan bunyi jantung lebih jelas pada bagian yang
berlawanan oleh karena didorong isi perut. Diagnosis pasti ialah dengan membuat
foto thoraks.
c. Penatalaksanaan
Sebelum operasi dilakukan tindakan pemberian oksigen bila bayi tampak biru,
kepala dan dada harus lebih tinggi daripada kaki dan perut, yaitu agar tekanan dari
isi perut terhadap paru berkurang dan membiarkan diafragma bergerak dengan
bebas. Posisi ini juga dilakukan setelah operasi.
Pengobatan yang dapat dilakukan adalah dengan operasi. Mortalitas dari kasus
ini adalah sekitar 25-50 %

H. ATRESIA DEUDENI

I. MENINGOKEL, ENSEFALOKEL

J. HIDROSEFALUS
1. Pengertian

Hidrosefalus ialah keadaan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan


serebrospinal (CSS)dengan tekanan intrakranial yang meninggi sehingga terdapat
pelebaran ruang tempat mengalirnya CSS. harus dibedakan dengan pengumpulan
cairan lokal tanpa tekanan intrakrannial yang meninggi seperti pada kista porensefali
atau pelebaran ruangan CSS akibat tertimbunnya CSS yang menempati ruangan
sesudah terjadinya atrofi otak.

Kepala sangat besar disebabkan karena peningkatan jumlah cairan serebrospinal


yang meluas ke otak. Tulang kranial lembut, fontanel besar dan sutura lebar.
Keadaan ini dapat menyebabkan obstruksi persalinan jika tidak didiagnosa dengan
segera. Pada palpasi abdomen kepala teraba besar dan dibagian atas pinggir mungkin
teraba bokong. Pada banyak kasus fetus tidak dapat dilahirkan pervaginam dan SC
dibutuhkan. Pada beberapa kasus pembedahan berhasil dengan baik dengan cara
insersi katuk jantung dan kateter dari ventrikel ke vena jugularis dan sisi kanan
jantung. Dengan cara demikian dapat mengurangi cairan sereberal.

2. Pembagian hidrosefalus
a. Hidrosefalus obstruktif, tekanan CSS yang tinggi disebabkan oelh obstruksi pada
salah satu tempat antara pembentukan CSS oleh pleksus koroidalis dan keluarnya
dari ventriel IV melalui foramen luschka dan magendie.
b. Hidrosefalus komunikans , ialah bila tekanan CSS yang meninggi tanpa
penyumbatan sistem ventrikel.
c. Pembagian lainnya adalah hidrosefalus bawan (kongenital)
2
3. Penyebab

Hidrosefalus terjadi bila terdapat penyumbatan aliran CSS pada salah satu tempat
pembentukan CSS dalam sistem ventrikel dan tempat absorpsi dalam ruang
subaraknoid. Akibat penyumbatan terjadi dilatasi ruangan CSS diatasnya. Tempat
yang sering tersumbat dan terdapat dalam klinik ialah foramen monroi, foramen
luschka dan magendie, sistem magna dan sisterna basalis. Serta teoritis pembentukan
CSS yang terlalu banyak dengan kecepatan absorbsi yang normal akan menyebabkan
terjadinya hidrocefalus, tetapi dalam klinik sangat jarang dijumpai, misalnya terlihat
pelebaran ventrikel tanpa penyumbatan pada adenomata pleksus koroidalis.
Berkurangnya absopsi CSS yang pernah dikemukakan dalam kepustakaan pada
obstruksi kronis aliran vena otak pada trombosis sinus longitudinalis. Contoh lain
ialah terjadinya hidrosefalus setelah koreksi bedah dari spina bifida dengan
meningokel akibat berkurangnya permukaan untuk absorbsi. Penyebab penyumbatan
untuk aliran CSS yang sering terdapat pada bayi ialah kelainan bawaan (kongenital),
infeksi, neoplasma, dan perdarahan.

4. Gambaran klinis

Gejala yang tampak berupa gejala akibat tekanan intra kranial yang meninggi . pada
bayi biasanya disertai pembesaran tengkorak, bila tekanan yang meninggi ini terjadi
sebelum sutura tengkorak menutup. Gejala tekanan intrakranial yang meninggi dapat
berupa muntah, nyeri kepala, dan pada anak yang agak besar mungkin terdapat
edema pupil saraf otak II pada pemeriksaan funduskopi (chocked disk). Kepala
terlihat lebih besar bila dibandingkan dengan tubuh. Ini dipastikan dengan mengukur
lingkar kepala suboksipito- bregmantikus dibandingka dengan lingkar dada dan
angka normal pada usia yang sama. Lebih penting lagi ialah pengukuran berkala
lingkar kepala, yaitu untuk melihat pembesaran kepala yang progresif dan lebih cepat
dari normal.
3

Ubun-ubun besar melebar atau tidak menutup pada waktunya, teraba tegang atau
menonjol. Dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang menipis, tegang dan
mengkilat dengan pelebaran vena kulit kepala. Sutura tengkorak belum menutup dan
teraba melebar. Didapatkan pula cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang
yang retak pada perkusi kepala. Bola mata terdororng ke bawah oleh tekanan dan
penipisan tulang supraorbita. Seklera tampak di atas iris sehingga iris seakan-akan
matahari yang akan terbenam (sunset sign). Kerusakan saraf yang memberi gejala
kelainan neurologis walaupun telah terdapat pelebaran ventrikel yang hebat,
sebaliknya ventrikel yang belum begitu melebar akan tetapi berlangsung dengan
cepat sudah dapat memperhatikan kelainan neurologis yang nyata.

Pasien hidrosefalus adalah pasien yang banyak penderitaan. Untuk menentukan


rencana pertolongan tersebut perlu dilakukan berbagai pemeriksaan terlebih dahulu.
Pemeriksaan yang diperlukan diantaranya ialah transiluminasi, USG, tomografi
komputer ( CT –Scan), ventikulografi, menyuntikkan zat warna PSP kedalam
ventrikel lateralis. Untuk ini keluarga harus diberitahu dan diterangkan kegunaan
pemeriksaan tersebut. Persiapan pasien disesuaikan dengan pemeriksaan yang akan
dilakukan.

5. Prognosis

Apabila tidak segera dilakukan pertolongan, bahaya rupture uteri akan mengancam.
Rupture uteri pada hidrocephalus dapat terjadi sebelum pembukaan servik lengkap,
karena tengkorak yang besar ikut meregangkan segmen bawah rahim.

6. Diagnosa
Diagnosa dini sangat penting karena kalau hydrocephalus telah dikenal terapinya
sederhana sekali, sebaliknya kalau tidak dikenal merupakan malapetaka karena dapat
terjadi ruptura uteri.
4

Memang hydrochepalus merupakan salah satu sebab penting dari ruptura uteri.
Ruptura uteri pada hydrochepalus dapat terjadi pada pembukaan yang belum lengkap
dalam kehamilan.
Kalau tulang-tulang tengkorak tipis, kadang-kadang tengkorak dapat ditekan ke
dalam, menimbulkan perasaan seperti waktu menekan bola pingpong (tanda bola
pingpong atau tanda perkamen).
Karena kepala besar, badan anak terdesak ke atas dan bunyi jantung anak terdengar
pada tempat yang lebih tinggi dari biasa.
Kalau pembukaan sudah cukup besar dapat teraba fontanel dan sutura yang lebar
sedangkan tulang tengkorak tipis mudah tertekan ke dalam oleh jari kita. Kadang-
kadang menyerupai ketuban.
Pada foto rongent nampak kepala yang besar dan karena tulang-tulang tengkorak
tipis, garis batas tengkorak sangat tipis dan kurang jelas.
Pada letak sungsang diagnosa jauh lebih sulit dan sering baru diketahui kalau badan
anak sudah lahir, dan kepala tidak dapat dilahirkan apalagi kalau ada spina bifida.
Pada saat ini di atas symphyse teraba tumor yang besar. Pada letak sungsang lebih
jarang terjadi ruptura uteri.
Penilaian foto rongent tidak boleh berdasarkan besarnya kepala saja tapi juga pada:
a. Bentuk kepala yang pada hydrocephalus bundar dan pada tengkorak normal agak
lonjong.
b. Pada pembandingan antara bagian tengkorak dan bagian muka.
c. Pada tebalnya tulang tengkorak yang hanya memberikan bayangan yang tipis
pada hydrocephalus.

Kita harus ingat akan kemungkinan hydrocephalus kalau:

a. Kepala tetap tinggi walaupun panggul baik dan his kuat.


b. Kepala tetap dapat digoyangkan dan sangat lebar pada perabaan.
c. Kalau nampak ada spina bifida pada tubuh yang sudah lahir pada letak sungsang.
5
7. Penatalaksanaan medis

Pada sebagian pasien pembesaran kepala berhenti sendiri (srrested hydrosefalus),


mungkin oleh rekanalisasi ruang subaraknoid atau kompensasi pembentukan CSS
yang berkurang (laurance,1965). Tindakan bedah belum ada yang memuaskan 100%
kecuali bila penyebabnya ialah tumor yang masih bisa diangkat.

Setelah diagnosa dibuat maka pada anak yang hidup dilakukan punksi dengan jarum
yang panjang dan besar segera setelah pembukaan cukup besar (pembukaan 2 jari)
untuk mengecilkannya. Dengan punksi, tengkorak mengecil dan selanjutnya
persalinan dapat berlangsung spontan.
Pada bayi yang mati dapat dilakukan perforasi. Setelah bayi lahir selalu harus
dilakukan eksplorasi cavum uteri.

Prinsip pengobatan hidrosefalus

a. Mengurangi produksi CSS dengan merusak sebagian pleksus koroidalis dengan


tindakan reseksi (pembedahan) atau koagulasi , akan tetapi hasilnya tidak
memuaskan. Obat azetasolamis (diamox) mempunyai kasiat inhibisi pembentukan
CSS.
b. Memperbaiki buhungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorpsi ,
yaitu menghubungkan ventrikel dengan subaraknoid. Misalnya
venrikulosisternostomi torkildsen pada stenosis akuaduktus. Pada anak hasilnya
kurang memuaskan karena sudah ada insufisiensi fungsi absorbsi.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial
1) Drainase ventrikulo-peritoneal
2) Drainase lombo-peritoneal
3) Drainase ventrikulo

K. Anencephalus

1. Pengertian
Anenshepalus adalah malforasi yang ditandai oleh tidak adanya kranium dan
hemisfer serebri yang bisa rudimenter atau tidak berbentuk, tidak adanya kubah atau
kranium menyebabkan raut muka tampak menonjol dan memanjang, mata sering
menonjol keluar dari rongganya dan lidah menggantung dari dalam tubuh. (Obsetri
Williams )

Anencephalus adalah kondisi dimana tulang tengkorak tidak ada dan hampir tidak
ada perkembangan otak, yang terbuka dan tampak masa gelap dan merah. Inseden
anencephalus kira-kira 1 dalam 1000 kelahiran. Spina bivida sering menyertai
anencephalus. Fetus mempunyai mata yang besar dan menonjol dan bahu lebar,
muka tampak saat proses persalinan. Biasanya 50% dari kehamilan karena
polihidramnion. Hanya 25% bayi yang dapat hidup, biasanya perempuan dan hampir
semua mati dalam seminggu pertama kelahiran.

2. Etiologi
Tidak diketahui penyebab pasti anenchepalus namun faktor genetik, faktor infeksi,
faktor obat faktor umur ibu, faktor hormonal dan lingkungan yang

7
menjadi salah satu faktor penyebab anenchepalus.peranan asam folat yang mungkin
terdapat dalam proses pembentukan cacat neurol tube. Peranan faktor genetik
ditunjukan oleh frekuensi terjadinya malformasi ini yang tinggi dalam kehamilan
brikutnya

3. Gejala
Gejala janin yang dikandung mengalami anenchepalus jika ibu hamil mengalami
polihidramnion, bayi tidak memiliki tulang tengkorak , terdapat kelainan gambaran
tengkorak kepala pada pemetiksaan USG.
Untuk menegakkan diagnosa selain dari tanda dan gejala, maka pemeriksaan yang
biasanya dilakukan adalah kadar asam lemak dalam serum ibu hamil, amnionsentesis
(untuk mengetahui adanya peningkatan kadar alfa-fetroprotein) kadar alfa-
fetroprotein meningkat ( menunjukan adaya kelainan tabung saraf) kadar estriol
pada urin ibu. Kadar estriol dilakukan, USG.

4. Diagnosis
Diagnosis pada palpasi tidak dapat ditentukan dimana letaknya kepala ( kedua ujung
badan lunak ), tekanan pada tengkorak waktu toucher menyebabkan gerakan yg tak
beraturan dan bunyi jantung menjadi lambat.
Diagnosis anenchepalus dapat dilakukan dalam 2 tahap: diagnosis antenatal dan
diagnosis postnatal. Diagnosa antenatal umunya bila ibu hamil dengan faktor resiko
kelainan konginetal. Diagnosis postnatal bila kelainan konginetal sudah positif
ditemukan.

5. Prognosis
Prognosis untuk kehamilan dengan anenchepalus sangat sedikit. Jika bayi lahir
hidup, maka biasanya akan mati dalam beberapa jam atau hari setelah lahir.

6. Pengaruh terhadap kehamilan


a) Sering menimbulkan kehamilan serotinus, biasanya disertai dengan hidramnion,
anak sering lahir denga letak muka, badan anak kadang-kadang besar dan
menimbulkan kesukaran waktu bahu lahir.

b) Perawatan dan penanganan janin atau BBL dengan anenchepalus.


c) Perawatan bayi anenchepalus akan ditujukan untuk memberi dukungan emosional
kepada keluarga karena tidak ada pengobatan untuk anenchepalus, kurangnya
pembentukan otak sekitar 75% dapat menyebabkan bayi lahir mati dan sisanya
25% bayi mati akan dalam beberapa jam, hari atau minggu setelah lahir. Resiko
terjadinya anenchepalus dapat dikurangi dengan meningkatnya asupan asam folat
minimal 3 bulan sebelum hamil, selama kehamilan pada bulan pertama.

L. FIMOSIS

a. Pengertian
Penyempitan pada prepusium. Kelainan ini juga menyebabkan bayi atau
anak sukar berkemih. Kadang – kadang begitu sukar sehingga kulit prepusium
mengelembung seperti balon. Bayi atau anak sering menaggis keras sebelum
urine keluar. Keadaan demikian lebih baik segera disunat, tetapi kadang orang tua
tidak tega karena bayi masih kecil.
b. Penatalaksanaan dan pencegahan
Untuk menolongnya dapat dicegah dengan melebarkan lubang prepusim
dengan cara mendorong ke belakang kulit prepusium tersebut dan biasanya akan
terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan agar luka tidak merapat lagi dan luka
tersebut dioleskan salep antibiotic. Tindakan ini mula – mula dilakukan oleh
dokter, selanjutnya di rumah orang tua sendiri diminta melakukannya seperti yang
dilakukan dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada bayi laki – laki ketika
masih dirawat atau ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan
atau mencegah infeksi adanya smegma, bukan karena keagamaan ).
Adanya smegma pada ujung prepusium juga menyulitkan bayi berkemih,
maka setiap memandikan bayi hendaknya prepusium didorong ke belakang
kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijerang dengan air
matang.

M. HIPOSPADIA

10. Pengertian
Hispospadia adalah malformasi konginental lengkung uretra dan saluran
uretra, menyebabkan lubang abnormal pada permukaan ventral penis. Umumnya
berupa lengkungan penis abnormal atau Chordee ( rujukan cepat pediatric
dan kesehatan anak hal 130 ).
11. Klasifikasi
Klasifikasi Hispospadia
1) Berdasarkan posisi meatus uretra
2) Glandular, korona, subkorona, midpenis, skrotum, dan perineum
3) 60 % di distal, 25 % di subkorona atau midpenis, 15 % proksimal

12. Penyebab
Adanya perkembangan preputium yang tidak sempurna, disebut tudung
dorsal, yaitu preputium hanya ada pada posisi dorsal batang penis dan tidak ada
pada sebelah ventral.

13. Factor Risiko


Walaupu merupakan anomaly tersendiri, hispospadia sering terjadi pada
anak laki – laki dengan anomali konginental multiple; 10 % menderita
kriptokidisme, dan sering pila terdapat pula pada hernia inguinalis.
14. Epidemiologi
Hispopadia merupakan anomaly uretra yang paling sering terjadi pada laki –
laki; 1/250 dari kelahiran hidup.
15. Anamnesis dan pemeriksaan
Ditemukan saat lahir. Angka laki – laki dengan hispospadia akan mengalami
kesukaran dalam mengarahkan aliran urinnya. Bergantung pada parahan anomaly,
penderita mungkin perlu mengeluarkan urine dalam posisi duduk. Kontriksi
lubang abnormal menyebabkan obstruksi urine parsial dan disertai oleh
peningkatan insiden ISK.
16. Pemeriksaan
Kariotipe : pada hispospadia midpenis dan kriptorkidisme
Pencitraan : pasien dengan hispospadia penoskrotal harus dilakukan
sitouretrogram mikturasi.
17. Penatalaksanaan
1. Pengobatan
Uretroplasti bedah untuk membuat uretra distal baru dan memperbaikai
lengkung penis yang abnormal. Pembedahan dapat dilakukan pada umur 6 –
12 bulan dan lebih baik sebelum berumur 3 tahun.
2. Tipe perbaikan
Tipe perbaikan tergantung pada keparahan defek.
a) Defek ringan dapat diperbaiki dalam operasi tunggal sebagai pasien rawat jalan
b) Defek berat dapat memerlukan dua prosedur atau lebih.
Orang tua harus dengan kuat disarankan untuk menghindari sirkumsisi sebelum
pembedahan karena preputium dapat digunakan dalam konstrusi ; sepotong kecil
preputium digunakan untuk membuat pipa untuk memanjangkan uretra sehingga
memungkinkan penempatan lubang uretra pada ujung penis.
3. Tipe pemantauan
Dengan pencitraan yang tepat untuk menyingkirkan komplikasi prosedur bedah.

Komplikasi
Jika dibiarkan tidak diobati maka :
1. Deformitas aliran urine
2. Disfungsi seksual sekunder akibat disfungsi penis
3. Subfertilitas jika meatus uretra ada di proksimal ( dekat basis penis ) kareana
ejakulasi normal dan inseminasi terhalang secara total / parsial
4. Stenosis meatus
Angka komplikasi untuk pembedahan :
1. 5% untuk hispospadia distal
2. 5 – 10 % untuk hispospadia midpenis
3. 15 % untuk hispospadia proksimal
Komplikasi pembedahan : fistel uretrokutaneus, hematoma, infeksi luka,
stenosis meatus.
Prognosis
Prognosis baik dengan rekontruksi pembedahan dan pemantauan yang tepat.
Hispospadia distal mempunyai hasil yang lebih baik dibandingkan dengan
proksimal.

N. KELAINAN METABOLIK DAN ENDOKRIN

Anda mungkin juga menyukai