Anda di halaman 1dari 38

Perilaku

kekerasan?
(Yosep, 2009) menjelaskan bahwa perilaku
kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang
bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik baik
kepada diri sendiri dan orang lain. (Carpenito,
2000) berpendapat resiko terhadap tindak kekerasan
adalah keadaan dimana individu melakukan atau
menyerang orang atau lingkungan.
Respon kemarahan dapat berfluktuasi dalam rentang adaptif
maladaptif, seperti rentang respon kemarahan di bawah ini (Yosep,
2007).
Adaptif Maladaptif

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk / PK


PROSES TERJADINYA MARAH

Perasaan tidak
menyenangkan dan
Stress terancam, kecemasan
dapat menimbulkan
kemarahan
VERBAL

MENEKAN
Diungkapkan
melalui 3 cara
MARAH MENANTANG
STRESSOR INTERNAL

STRESSOR EKSTERNAL
EFFECT Resiko tinggi menciderai diri, orang lain, dan
lingkungan

CORE PROBLEM Perilaku kekerasan

CAUSA Gangguan konsep diri: Harga diri rendah


Kehilangan harga diri

Etiologi Frustasi
menurut Dalami (2009) terdiri atas :

Kebutuhan aktualisasi diri


yang tidak tercapai
Faktor predisposisi
Faktor psikologis
a. Teori biologi
1. Teori Psikoanalisa
Berdasarkan hasil penelitian pada hewan,
2. Imitation, modeling, and
adanya pemberian stimulus elektris ringan
information processing theory:
pada hipotalamus ternyata menimbulkan
1. Learning Theory
prilaku agresif (Yosep, 2011).
2. Factor sosial budaya
1. Neurologic factor
3. Aspek Religiusitas
2. Genetic factor
3. Cyrcardian Rhytm (irama sirkardian tubuh)
4. Biochemistry faktor (Faktor biokimia tubuh)
5. Brain Area dirsorder
Menurut Yosep (2011)
1. Ekspresi diri, ingin menunjukan eksistensi diri.
2. Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.
3. kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuati dalam keluarga serta tidak membisakan
dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam
menyelesaikan konflik.
4. ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan menempatkan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5. Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan
tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6. Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap
perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
Menurutstuart & Sundeen [1995]
a) Emosi : Jengkel, marah [dendam], rasa terganggu, merasatakut,
tidakaman, cemas.
b) Fisik : Mukamerah, pandangantajam, nafaspendek, keringat,
sakitfisik, penyalahgunaanzat, tekanandarahmeningkat.
c) Intelektual : Mendominasi, bawel, berdebat, meremahkan.
d) Spiritual : Keraguan, kebijakan/ keberaniandiri, tidakbermoral,
kreatifitasterhambat.
e) Sosial : Menarikdiri, pengasingan, penolakan, kekerasan,
ejekan, humor.
penatalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005

1. SOMATOTERAPI

A. Medikasi psikotropik

Obat anti psikosis, phenotizin (CPZ/HLP)

Obat anti ansietas, diazepam, bromozepam, clobozam

Obat anti depresi, amitriptyline


Obat anti insomnia, phneobarbital
C. Somatoterapi yang lain
1) Terapi konvulsi kardiasol
2) Terapi koma insulin, dengan menyuntikkan
B. Terapi elektrokonvulsi (ECT)
insulin sehingga pasien menjadi koma,
kemudian dibiarkan 1-2 jam, kemudian
dibangunkan dengan suntikan gluk
3. MANIPULASI LINGKUNGAN
Manipulasi lingkungan adalah upaya
untuk mempengaruhi lingkungan pasien,
2. PSIKOTERAPI
sehingga bisa membantu dalam proses
penyembuhannya. Teknis ini terutama
diberikan atau diterapkan kepada
lingkungan penderita, khususnya keluarga.
Menurut Yosep ( 2007 ) perawat dapat mengimplementasikan
berbagai cara untuk mencegah dan mengelola perilaku agresif
melaui rentang intervensi keperawatan
Asuhan Keperawatan Umum pada Pasien
dengan Resiko Perilaku Kekerasan
Pengkajian Keperawatan
Faktor Predisposisi
1. Psikoanalisis
2. Psikologis
3. Biologis
Bagian-bagian otak yang berhubungan dengan terjadinya
agresivitas sebagai berikut:
a. Sistem limbik
b. Lobus temporal
c. Lobus frontal
d. Neurotransmitter
4. Perilaku behaviour
5. Sosial kultural
Faktor Presipitasi
Semua faktor ancamanantara lainn sebagai berikut.
1. Internal
a. Kelemahan
b. Rasa percaya menurun
c. Takut sakit
d. Hilang kontrol
2. Eksternal
a. Penganiayaan fisik
b. Kehilangan orang yang dicintai
c. Kritik
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko mencederai diri sendiri orang lain dan
lingkungan berhubungan denga perilaku kekerasan
2. Perilaku kekerasan berhubungan dengan harga diri
rendah
RENCANA INTERVENSI
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
a. Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
b. Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
c. Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
d. Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
e. Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya
f. Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka
1. Tindakan
a. Bina hubungan saling percaya
b. Diakusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan masa lalu
c. Diskusika perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
d. Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada saat
marah.
e. Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
f. Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasanLatih pasien
mengontrol perilaku kekerasan secara fisik, yaitu latihan napas dalam dan pukul
kasur/bantal, secara sosial/verbal, secara spiritual, dan patuh minum obat
g. Ikut sertakan pasien dalam terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi mengontrol
perilaku kekerasan
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
1. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
1. Tindakan
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
b. Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab, tanda dan gajala, serta
perilaku yang muncul dan akibat ddari perilaku tersebut)
c. Diskusikan bersama kaluarga kondisi-kondisi paien yang perlu segera dilaporkan kepada
perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
d. Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
Evaluasi
1. Pada pasien
a. Pasien mampu menyebutkan penyebab, tanda dan gejala perilaku kekerasan, perilaku
kekerasan yang biasa dilakukan, serta akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukan
b. Pasien mampu menggunakan cara mengontrol perilaku kekerasan secara teratur sesuai
2. Pada keluarga
a. Keluarga mampu mencagah terjadinya perilaku kekerasan
b. Keluarga mampu menunjukkan sikap yang mendukung dan menghargai pasien
c. Keluarga mampu memotivasi pasien dalam melakukan cara mengontrol perilaku
kekerasan
d. Keluarga mampu mengidentifikasi perilaku pasien yang harus dilaporkan pada perawat
Studi Kasus
Tn. P (41 tahun) tinggal di Wonogiri, pendidikan SD, beragama Islam, status
belum menikah, pekerjaan petani, rujukan dari IGD terus dibawa ke bangsal
Abimanyu, diagnosa medis skizofrenia, tanggal masuk 25 Januari 2012. Identitas
penanggung jawab klien bernama Tn. S, tinggal di Wonogiri, umur 49 tahun,
pekerjaan petani, hubungan dengan klien adalah sebagai kakak.
Klien datang ke IGD dengan keluhan 10 hari yang lalu klien tampak bingung,
sering mengamuk dan marah-marah. Kakak klien mengatakan bahwa klien tidak
bisa tidur, akhir-akhir ini klien sering berbicara kacau dengan nada yang keras dan
mondar-mandir. Akhirnya Tn. P dibawa ke RSJD Surakarta untuk dirawat lagi.
Sebelumnya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan pernah dirawat di RSJD
Surakarta 2 kali.
Keluarga sudah berusaha untuk memberikan obat yang diberikan dari rumah
sakit sebelumnya, tetapi klien tidak mau minum obat. Klien dibawwa lagi ke
RSJD Surakarta karena bingung, mengamuk, membanting barang, berbicara kacau
dengan nada keras dan mondar-mandir.
Klien tidak pernah mengalami atau menyaksikan penganiayaan fisik dan
tindakan kekerasan, tetapi klien pernah mengalami kegagalan yang tidak
menyenangkan yaitu tidak dapat melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
Analisa genogram: klien merupakan anak ke-7 dari 7 bersaudara. Klien tinggal
serumah dengan orangtua dan kakak pertamanya sedangkan keenam kakaknya
sudah menikah.
Pengkajian
Tn. P mengatakan jika klien memiliki masalah selalu membicarakan
dengan kakaknya. Mekanisme koping klien adaptif: klien suka membantu
orang tuanya bekerja disawah tiap hari sedangkan mekanisme koping
maladaptif klien mengatakan mudah marah ketika berbeda pendapat
dengan lawan bicaranya (kakaknya) kemudian klien mengamuk dan
membanting barang. Tetapi yang sering digunakan klien adalah koping
maladaptif karena klien mengamuk dan membanting barang. Klien
mendapatkan terapi medis berupa Risp 3x1 mg, Trihexipenidril 3x2 mg
dan Clorpromazine 3x100 mg
Stressor yang terjadi tahun terakhir masalah yang membuat klien stress adalah klien
diputus pacarnya karena tidak memiliki sepeda motor, sekarang klien mengalami
gangguan jiwa Tn. P tampak mondar-mandir, bicara terdengar keras (membentak), mata
melotot, respon klien yang sekarang adalah klien tidak menyadari kalau dirinya sakit
jiwa, klien selalu menganggap orang lain yang salah.
Hasil pemeriksaan klien kesadaran umum composmentis, TTV: TD 112/66 mmHg,
Nadi 103x/menit, suhu 36ºC, RR 20x/ menit, tinggi badan 161 cm, BB 60 kg selama
sakit klien mengalami kenaikan BB 2 kg. Dari hasil pemeriksaan Head to toe adalah
sebagai berikut: rambut hitam lurus, pendek, tidak ada uban, mata konjungtiva tidak
anemis, fungsi penglihatan baik, simetris kanan dan kiri. Hidung mancung simetris dan
bersih, mulut simetris, atas bawah tidak ada sariawan, telinga simetris kanan kiri dan
bersih. Dada tidak ada lesi, simetris kanan dan kiri, ekstremitas lengkap, tidak ada fungsi
alat gerak yang terganggu.
Diagnosa Keperawatan : Resiko perilaku kekerasan
Data subyektif: klien mengatakan mengamuk dan membanting
barang dirumahnya
Data obyektif: klien tampak melotot, mata klien tampak merah,
tampak kesal, tampak jengkel.
Perencanaan
1. Tujuan khusus (TUK) 1: klien dapat membina hubungan saling percaya.
Kriteria evaluasi: setelah 1x interaksi klien menunjukkan tanda-tanda percaya
kepada perawat: wajah cerah, tersenyum, mau berkenalan, ada kontak mata,
bersedia menceritakan perasaan.
Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan: beri salam setiap berinteraksi,
perkenalan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berinteraksi,
tanyakan dan penggil nama kesukaan klien, tunjukkan sikap empati, jujur dan
menepati janji setiap kali berinteraksi, tanyakan masalah klien yang dihadapi klien,,
buat kontrak interaksi yang jelas, dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan
perasaan klien.
2. TUK 2: klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku
kekerasan yang dilakukannya.
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien menceritakan
penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya: menceritakan
penyebab perasaan jengkel/ kesal baik dari diri sendiri maupun
lingkungannya
Intervensi: bantu klien mengungkapkan perasaan marahnya:
motivasi klien untuk menceritakan penyebab rasa kesal atau
jengkelnya, dengarkan tanya mengela atau memberi penilaian
setiap ungkapan klien.
3. TUK 3: klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien menceritakan tanda-tanda
saat terjadi perilaku kekerasan: klien mampu mengungkapkan perasaan
saat marah/ jengkel, klien mampu menyimpulkan tanda-tandda jengkel/
marah
Intervensi: bantu klien mengungkapkan tanda-tanda perilaku kekerasan
yang dialaminya: ajarkan klien untuk mengungkapkan apa yang
dirasakan, observasi tanda-tanda perilaku kekerasan, simpulkan bersama
klien tanda-tanda jengkel yang dialami pasien
4. TUK 4: klien mengidentifikasi perilaku kekerasan
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien menjelaskan: klien dapat
mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan, klien
mengetahui cara yang benar dalam menyelesaikan masalah
Intervensi: diskusikan dengan klien perilaku kekerasan yang
dilakukannya selama ini: motivasi klien menceritakan jenis-jenis
tinndakan kekerasan tersebut yang terjadi, diskusikan apakah dengan
tindak kekerasan yang dilakukan masalah yang dialami teratasi
5. TUK 5: klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan.
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien menjelaskan akibat
tindakan kekerasan yang dilakukannya: diri sendiri, luka-luka,
dijauhi teman-teman, orang lain keluarga: luka tersinggung,
ketakutan, lingkungan: barang atau benda rusak
Intervensi: diskusikan dengan klien akibat negatif (kerugian)
yang dilakukan pada: diri sendiri, orang lain/ keluarganya,
lingkungannya.
6. TUK 6: klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan
kemarahan.
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien: menjelaskan cara-cara sehat
mengungkapkan marah.
Intervensi: diskusikan dengan klien: apakah klien mampu mempelajari cara baru
mengungkapkan marah yang sehat, jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk
mengungkapkan marah selain perilaku kekerasan yang diketahui klien, jelaskan
cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah: cara fisik, nafas dalam, pukul
bantal/kasur, verbal: mengungkapkan bahwa dirinya sedang kesal, spiritual:
sembahyang atau doa, dzikir, meditasi sesuai dengan agamanya
7. TUK 7: klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku
kekerasan
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien memperagakan cara
mengontrol perilaku kekerasan fisik: tarik nafas dalam, memukul kasur,
verbal: mengungkapkan perasaan kesal/jengkel padda orang lain tanpa
menyakiti, spiritual: dzikir/ doa, meditasi sesuai agamanya
Intervensi: diskusikan cara yang mmungkin dipilih dianjurkan klien memilih
cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan, latih klien
memperagakan cara yang dipilih: peragakan cara melaksanakan cara yang
dipilih, jelaskan manfaat cara tersebut, beri penguatan pada klien perbaiki
cara yang masih belum sempurna
8. TUK 8: klien dapat dukungan keluarga untuk mengontrol perilaku
kekerasan
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan: menjelaskan cara merawat klien
Intervensi: diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung
klien untuk mengatasi perilaku kekerasan: jelaskan pengertian penyebab
akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dilaksanakan oleh
keluarganya, peragakan cara merawat klien (menangani perilaku
kekerasan), beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang, beri
pujian kepada keluarga setelah mencoba peragaan, tanyakan perasaan
keluarga setelah mencoba cara yang dilatihkan
9. TUK 9: klien menggunakan obat sesuai program yang telah ditetapkan
Kriteria evaluasi: setelah 1x pertemuan klien menjelaskan: manfaat minum obat,
kerugian tidak minum obat, nama obat, bentuk dan warna obat, dosis yang diberikan
kepadanya, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek yang dirasakan, setelah 1x
pertemuan klien menggunakan obat sesuai program
Intervensi: jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian jika
tidak menggunakan obat. Menjelaskan kepada klien: jenis obat (nama, warna, dan
bentuk obat) dosis yang tepat untuk klien, waktu pemakaian, cara pemakaian, efek
yang akan dirasakan klien, anjurkan klien: minta dan menggunakan obat tepat waktu,
lapor ke perawat/ dokter jika mengalami efek yang tidak biasa.
Implementasi
SP 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya (BHSP), mengiddentifikasi
tanda dan gejala perilaku kekerasan yang dilakukan, mengidentifikasi akibat perilaku
kekerasan yang dilakukan, mengajarkan cara mengontrol perilaku kekerasan: nafas
dalam.
SP 2: mengevaluasi cara mengontrol perilaku kekerasan dengan nafas dalam,
menganjurkan pasien untuk mempraktekkan pukul bantal.
SP 3: mengevaluasi mempraktekkan nafas dalam, pukul bantal, menganjurkan dan
melatih cara mengontrol perilaku kekerasan: secara verbal
SP 4 : mengevaluasi pukul bantal, mempraktekkan nafas dalam, mengontrol perilaku
kekerasan secara verbal dan mengajarkan pasien untuk minum obat secara tepat.
Terima Kasih 

Anda mungkin juga menyukai