Anda di halaman 1dari 15

Kajian Fungsi Taman Pada Rusunawa Jatinegara Barat

Bagi Para Penggunanya

DISUSUN OLEH:

NATASHA JEANETTE S 315-170-107


NATASHA JEANETTE S 315-170-107
NATASHA JEANETTE S 315-170-107
NATASHA JEANETTE S 315-170-107
NATASHA JEANETTE S 315-170-107

DOSEN PJMK : KLARA PUSPA I., S.ARS., M.ARS.

ASISTEN DOSEN : SINTIA DEWI W., ST., MT.

UNIVERSITAS TARUMANAGARA

FT – ARSITEKTUR

2018 / 2019

1
KATA PENGANTAR BAB I

PENDAHULUAN

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang masih memberikan kami
kesehatan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah.
1.1 Latar Belakang
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Studi Dasar Arsitektur 3. Dalam
Indonesia memiliki banyak ragam rumah tradisional dari Sabang sampai Merauke dengan memiliki
makalah ini mengulas tema Hubungan Timbal Balik Arsitektur , Lingkungan Hidup dan Panas
gaya arsitektur yang khas dan unik yang menjadi ciri dari suatu daerah. Rumah tradisional merupakan
yang bersumber pada pencarian internet sebagai bahan pelengkap untuk mengetahui Kajian
rumah yang dibangun dengan cara yang sama dari generasi ke generasi dan tanpa atau dikit sekali
Kenyamanan Termal pada Bangunan Arsitektur Gadang sebagai studi kasus. Kami mengucapkan
mengalami perubahan. Rumah tradisional dapat juga dikatakan sebagai rumah yang dibangun dengan
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
memperhatikan lingkungan, kegunaan, serta fungsi sosial dan arti budaya dibalik corak dan gaya
1. Bapak Ir. J. M. Joko Priyono S., M.T. selaku dosen pemberi tugas.
bangunannya. Penialaian kategori rumah tradisional dapat juga dilihat dari kebiasaan-kebiasaan
2. Bapak Joni Chin, S.T. selaku asisten dosen yang teah membimbing kami dalam
masyarakat ketika rumah tersebut didirikan misalnya seperti untuk upacara adat.
pembuatan tugas ini pada proses asistensi.
3. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Kami juga
Rumah tradisional merupakan ungkapan bentuk rumah karya manusia yang dipengaruhi oleh
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
lingkungan dan cara hidup masyarakat sekitarnya. Lingkungan menjadi salah satu komponen
Dengan segala kerendahan hati, kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan dari para
terpenting terbentuknya suatu rumah. Cara hidup merupakan salah satu komponen yang dapat
pembaca guna untuk meningkatkan dan memperbaiki pembuatan makalah pada tugas yang lain
dijadikan cerminan fisik pada suatu rumah.
dan pada waktu mendatang. Jika ada salah – salah kata dan kekurangan yang ada pada makalah
ini harap maklum.
Rumah tradisional Keraton Yogyakarta merupakan ungkapan bentuk rumah karya manusia yang
dipengaruhi oleh lingkungan daerah Keraton. Cara hidup masyarakat keraton menjadi salah satu
cerminan fisik pada rumah tradisional Keraton Yogyakarta.
Jakarta, Oktober 2018
Dengan adanya permasalahan tersebut, penelitian kami di makalah ini ialah pengaruh lingkungan
sekitar Keraton Yogyakarta terhadap peletakkan bukaan pada rumah tradisional Keraton Yogyakarta.
Penyusun
1.2 Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah yang di bahas pada makalah ini adalah:
1. Bagaimana pengaruh lingkungan sekitar Keraton Yogyakarta terhadap peletakkan bukaan pada
rumah tradisional Keraton Yogyakarta?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:

2
1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekitar Keraton Yogyakarta terhadap peletakkan bukaan BAB II
pada rumah tradisional Keraton Yogyakarta.
KAJIAN PUSTAKA

1.4 Batasan Penelitian 2.1 Iklim


Dalam penelitian ini kami akan membahas tentang dampak lingkungan di sekitar Keraton
2.1.1 Pengertian
Yogyakarta terhadap arsitektur rumah tradisional Keraton Yogyakarta yang berada di Taman Mini
Indonesia Indah. Iklim adalah kondisi rata-rata cuaca berdasarkan waktu yang panjang untuk suatu lokasi di bumi atau
planet lain. Studi tentang iklim dipelajari dalam klimatologi. Iklim di suatu tempat di bumi dipengaruhi
oleh letak geografis dan topografi tempat tersebut. Pengaruh posisi relatif matahari terhadap suatu
tempat di bumi menimbulkan musim, suatu penciri yang membedakan iklim satu dari yang lain.
Perbedaan iklim menghasilkan beberapa sistem klasifikasi iklim.

2.1.2 Jenis

2.1.2.1 Iklim Makro


Iklim dibedakan berdasarkan iklim makro dan iklim mikro.
Iklim makro adalah keseluruhan kejadian meteorologis khusus di atmosfir yang juga dipengaruhi oleh
kondisi topografi bumi dan perubahan-perubahan peradaban di permukaannya yang berhubungan
dengan ruang yang besar seperti negara, benua dan lautan.

2.1.2.2 Iklim Mikro


Iklim mikro merupakan kondisi iklim pada suatu ruang yang sangat terbatas, tetapi komponen ini
penting artinya bagi kehidupan tumbuhan, hewan dan manusia karena pada skala mikro akan berkontak
langsung dengan mahluk hidup tersebut. Jadi, iklim adalah keadaan cuaca dalam jangka waktu yang
cukup lama dan dapat mempengaruhi keadaan lingkungan disekitar baik itu biotik dan abiotik.

2.1.3 Iklim Dunia


a) Iklim Hujan Tropis (A)
Wilayah hujan tropis merupaka wilyah yang memiliki temperatur bulanan terdingin sekitar 18 derajat
Celcius. Iklim ini termasuk kategori iklim yang panas. Iklim ini dibagi lagi menjadi tiga tipe yakni
Hutan hujan tropis (Af), Monsoon tropika (Am), dan Savana (Aw). Untuk mengetahui lebih detail
ketiganya, sebagai berikut:
Hutan Hujan Tropis (Af),

3
merupakan daerh tipe f pada bulan terkering, curah hujan rata- rata lebih dari 60 mm. daerah ini banyak e) Iklim Kutub (E)
memiliki hutan- hutan yang lebat, dan terdapat di beberapa wilayah Indonesia seperti Sumatera dan Iklim yang terakhir adalah iklim kutub. Daerah yang memiliki iklim kutub memiliki temperatur rata-
Kalimantan. rata di bulan terpanas kurang dari 10 derajat Celcius. Iklim kutub ini dibagi menjadi dua tipe iklim
Monsoon tropika (Am), yakni iklim tundra (ET) dan iklim Es Salju Abadi (EF).
merupakan daerah peralihan yang mana jumlah hujan ketika bulan bsah dapat mengimbangi
kekurangan hujan pada saat bulan kering. Daerah ini juga masih terdapat hutan- hutan yang cukup 2.1.4 Unsur Iklim Indonesia
lebat, dan persebarannya antara lain di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Ada faktor penting yang mempengaruhi watak iklim Indonesia. Pertama adalah kedudukan matahari
Savana (Aw), yang berubah-ubah. Pada periode dimana matahari berkedudukan di atas daratan Asia menyebabkan
merupakan wilayah yang mempunyai musim kering yang panjang. Jumlh hujan pada bulan basah tidak daratan Asia memiliki temperature udara yang lebih tinggi yang berakibat mempunyai tekanan yang
akan mampu mengimbangi kekurangan hujan ketika bulan kering. Tidak bnyak vegetasi yang bisa relatif lebih rendah. Sebaiknya pada periode yang bersamaan di atas daratan Australia temperaturnya
tumbih di tempat seperti ini. beberapa tanaman yang tumbuh seperti rumput dan pepohonan yang relatif lebih rendah yang berakibat tekanan udara relative tinggi. Sebagai akibatnya akan bertiup masa
jarang, dan persebarannya antara lain di Nusa Tenggara dan Madura. udara dari daratan Australia yang relative kering menuju daratan Asia, sehingga pada waktu melewati
b) Iklim Kering (B) pulau-pulau di Indonesia tidak banyak menimbulkan hujan kecuali di lerenglereng gunung yang tinggi
iklim kering atau sub tropis, yakni daerah yang memiliki tingkat penguapan tinggi daripada curah yang menghadap ke tenggara dan wilayah yang sudah jauh dari Australia, seperti Sumatera Utara dan
hujan, dan temperatur pada bulan yang terdingin mencapai 18,3 derajat Celcius. Di iklim ini persediaan Kalimantan bagian barat. Periode bertiupnya massa udara dari Australia ini biasanya juga disebut
air bahkan tidak mendukung untuk kehidupan tanaman. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yaitu dengan periode angin timur yang bertepatan dengan musim kemarau di sebagian besar wilayah
iklim stepa (Bs) Indonesia. Pada periode kedudukan matahari di atas daratan Australia, daratan Australia mempunyai
Bioma Stepa secara alami disebabkan oleh cuaca yang memiliki tingkat curah hujan rendah, yaitu temperature udara yang relatif tinggi sedangkan di Asia relative rendah. Pada periode ini bertiup masa
hanya sekitar 30 mm/tahun. Hal ini mengakibatkan tumbuhan kesulitan untuk menyerap air sehingga udara dari Asia ke Australia yang bersifat relatif basah. Pada waktu melewati Indonesia banyak
hanya jenis tumbuhan rumput yang dapat bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan alam menimbulkan hujan. Periode bertiupnya masa udara Asia ini disebut periode angin barat yang
yang kering padang pasir (Bw). Tanaman yang bisa bertahan di iklim ini diantaranya adalah kaktus. bertepatan dengan musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia. Faktor kedua adalah adanya
wilayah Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau. Hal ini menyebabkan iklim Indonesia umumnya
c) Iklim Hujan Sedang (C)
bersifat menengah atau moderat. Factor ketiga, di beberapa pulau di Indonesia seperti Sumatera, Jawa,
Selanjutnya adalah iklim hujan sedang. Daerah yang beriklim ini memiliki suhu rata- rata di bulan Sulawesi, dan Irian Jaya terdapt gunung-gunung yang tinggi. Gunung yang tinggi ini baik secara
terpanas lebih dari 10 derajat celcius. Sama seperti dua jenis iklim sebelumnya, iklim ini dibagi vertikal maupun horizontal menyebabkan terjadinya perbedaan iklim yang jelas walaupun tempatnya
menjadi tiga tipe yaitu iklim sedang dengan musim panas yang kering (Cs), iklim sedang dengan tidak berjauhan. Sebagai contoh temperature udara makin ke atas makin rendah. Sampai batas tertentu
musim dingin yang kering (Cw), serta iklim sedang yang lembab (Cf). makian ke atas curah hujan makin banyak. Di beberapa tempat lereng gunung atau pegunungan yang
menghadap ke tenggara misalnya Jawa Timur dan Jawa Tengah mempunyai curah hujan lebih banyak.
d) Iklim Dingin (D)
Wilayah yang memiliki iklim dingin mempunyai temperatur atau suhu rata- rata di bulan- bulan
2.2 Kenyamanan Termal
terdingin kurang dari -3 derajat Celcius, sedangkan di bulan- bulan terpanas suhunya melebihi 10
derajat Celcius. Iklim ini dibagi menjadi dua tipe yakni iklim dingin dengan musim dingin yang kering 2.2.1 Pengertian
(Dw) dan iklim dingin tanpa periode siang (Df) Pengertian arsitektur tropis (lembab) pada umumnya mengarah pada dominasi bentuk atap yang lebar
yang berfungsi sebagai penahan cucuran hujan dan radiasi langsung sinar matahari, di mana keduanya

4
dianggap sebagai faktor-faktor dominan iklim tropis lembab. Pemikiran semacam ini tidaklah terlalu ‘kepanasan’, ‘kedinginan’, dan sebagainya. Hal ini menunjukkan bahwa aspek kenyamanan termal
keliru meskipun belum cukup memberikan pengertian menyeluruh sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia sehari-hari.
tentang arsitektur tropis. Arsitektur tropis harus diartikan sebagai rancangan spesifik suatu karya
arsitektur yang mengarah pada pemecahan problematik iklim tropis. Iklim tropis sendiri dicirikan oleh Dalam teori kenyamanan termal dinyatakan bahwa rasa panas atau dingin yang dirasakan
berbagai oleh tubuh manusia sesungguhnya merupakan wujud respon dari sensor perasa yang terdapat pada
karakteristik, misalnya kelembaban udara yang tinggi, dapat mencapai angka di atas 90%, suhu udara kulit terhadap stimuli suhu yang ada di sekitarnya. Sensor perasa berperan menyampaikan informasi
relatif tinggi, antara 15 hingga 35oC, radiasi matahari yang menyengat dan mengganggu, serta curah rangsangan rasa kepada otak di manan otak akan memberikan
hujan tinggi yang dapat mencapai angka di atas 3000 mm/tahun. Faktor-faktor iklim tersebut perintah kepada bagian-bagian tubuh tertentu agar melakukan antisipasi guna mempertahankan suhu
berpengaruh sangat besar terhadap aspek kenyamanan fisik manusia terutama aspek kenyamanan tubuh agar tetap berada pada sekitar 37oC, di mana hal ini diperlukan agar organ dalam tubuh dapat
termal (termis). menjalankan fungsinya secara baik.

Produktifitas manusia cenderung menurun atau rendah pada kondisi udara yang tidak nyaman seperti
halnya terlalu dingin atau terlalu panas. Penelitian Idealistina memperlihatkan fenomena semacam Standar Internasional (ISO 7730:1994) menyatakan bahwa sensasi termis yang dialami manusia
itu,bahwa produktifitas manusia meningkat pada kondisi suhu (termal) yang nyaman. merupakan fungsi dari empat faktor iklim yakni, suhu udara, suhu radiasi, kelembaban udara,
Arsitektur tropis diharapkan mampu menjawab seluruh persoalan iklim tersebut dengan bentuk kecepatan angin, serta dua faktor individu yakni, tingkat aktifitas yang berkaitan dengan laju
rancangan yang hampir tanpa batas. Bukan sebatas pada penyelesaian atap yang lebar saja. Aspek metabolisme tubuh, serta jenis pakaian yang dikenakan. Standar ISO 7730 menyatakan bahwa
kenyamanan visual (pencahayaan) serta kenyamanan termal (termis) merupakan dua hal dominan yang kenyamanan termal tidak dipengaruhi secara nyata oleh hal-hal lain misalnya, perbedaan jenis kelamin,
perlu dipecahkan agar penghuni bangunan tropis dapat mencapai kebutuhan kenyamanan secara fisik. tingkat kegemukan, faktor usia, suku bangsa, adaptasi, tempat tinggal geografis, faktor kepadatan,
Atap lebar memang diperlukan pada bangunan tropis berlantai rendah. Namun rancangan ini tidak warna, dan sebagainya.
merupakan jaminan bahwa penghuni akan mampu mencapai kenyamanan fisik secara visual dan
termal sebagaimana diharapkan seperti di atas. Tidak tersedianya bukaan-bukaan sebagai sarana Salah satu hal yang menonjol dari teori Fanger adalah dihasilkannya suatu rumusan bahwa
ventilasi dalam bangunan secara memadai, mengakibatkan ruang dalam bangunan tropis terasa panas. ‘kenyamanan termal’ merupakan fungsi dari 4 (empat) faktor iklim (climatic factors) yakni: suhu udara
Hal ini dapat disebabkan oleh adanya radiasi dinding atau langit-langit, atau disebabkan oleh (oC), suhu radiasi (oC), kelembaban udara (%) dan kecepatan angin (m/s), serta fungsi dari 2 (dua)
meningkatnya kelembaban dalam ruang tersebut akibat minimnya aliran udara. Banyak faktor lain faktor individu yakni: jenis aktifitas (yang dinyatakan dengan laju metabolisme tubuh, met) serta jenis
yang dapat menghambat pencapaian kenyamanan fisik bagi pengguna bangunan yang pada umumnya pakaian (yang dinyatakan dalam unit clo) yang dikenakan oleh
disebabkan oleh rancangan arsitektur yang tidak tepat di mana kondisi iklim setempat (tropis) seseorang.
tidak diperhitungkan dalam proses perancangan.
Sebagai indikator atau alat untuk memperkirakan apakah suatu kondisi dari sekelompok manusia yang
melakukan aktifitas tertentu serta mengenakan pakaian tertentu dapat nyaman pada suatu ruang
2.2.2 Suhu Nyaman Manusia Tropis tertentu, Fanger memperkenalkan suatu formula, dalam bentuk persamaan matematik yang
Disadari atau tidak, aspek ‘kenyamanan termal’ sesungguhnya telah mendominasi kehidupan manusia mengkaitkan antara Perkiraan Sensasi Termis Rata-Rata terhadap sekelompok manusia yang berada
dalam rangka berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Hampir pada setiap kesempatan manusia selalu di suatu ruang yang sama, yang disebut dengan PMV
membicarakan masalah sensasi termisnya terhadap udara di sekitarnya, seperti misalnya ‘terlalu panas’ (Predicted Mean Vote) dengan mengkaitkan keenam faktor kenyamanan termal tersebut.
atau ‘terlalu dingin’, atau mungkin sekadar mengatakan bahwa pada saat tertentu mereka merasa

5
Dari berbagai penelitian kenyamanan termal yang dilakukan di daerah iklim tropis lembab, seperti
halnya Mom dan Wiesebron di Bandung, Webb, Ellis, de Dear di Singapore, Busch di Bangkok, Pencapaian kenyamanan dengan mengoptimalkan pengkondisian udara secara alamiahmerupakan
Ballantyne di Port Moresby , kemudian Karyono di Jakarta, memperlihatkan rentang suhu antara 24 tantangan bagi arsitek. Bagaimana arsitek melalui karya arsitektur mampu memodifikasi udara luar
hingga 30oC yang dianggap nyaman bagi manusia yang berdiam pada daerah iklim tersebut. yang tidak nyaman, dengan suhu sekitar 32oC, menjadi nyaman dengan suhu di bawah 28,3oC.
Sementara itu di dalam buku Standar Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam kaitannya dengan modifikasi iklim secara alamiah
pada Bangunan Gedung yang diterbitkan oleh Yayasan LPMB – PU dinyatakan bahwa suhu nyaman adalah sebagai berikut:
untuk orang Indonesia adalah sebagai berikut:
- Sejuk nyaman antara 20,5 - 22,8 oC ET (suhu efektif) 2.2.3.1 Penanaman Pohon
- Suhu nyaman optimal antara 22,8 -25,8 oC ET Penanaman pohon lindung di sekitar bangunan sebagai upaya menghalangi radiasi matahari langsung
- Hangat nyaman antara 25,8 - 27,1 oC ET pada material keras sperti halnya atap, dinding, halaman parkir atau halaman yang ditutup dengan
Sedangkan hasil penelitian Karyono di Jakarta memperlihatkan angka suhu nyaman optimal atau suhu material keras, seperti beton dan aspal, akan sangat membantu untuk menurunkan suhu lingkungan.
netral pada 25,3 oCTeq (suhu ekuivalen), di mana sekitar 95% responden diperkirakan nyaman. Dari berbagai penelitian yang dilakukan, di antaranya oleh Akbari dan Parker memperlihatkan bahwa
Sedangkan rentang suhu nyaman, yakni antara ‘sejuk nyaman’ hingga ‘hangat nyaman’ adalah antara penurunan suhu hingga 3oC bukan merupakan suatu
23,6 hingga 27,0 oCTeq. Seandainya digunakan parameter lain, yakni suhu udara (Ta) sebagai unit hal mustahil dapat dicapai dengan cara penanaman pohon lindung di sekitar bangunan.
skala, suhu nyaman optimal (netral) tersebut menjadi 26,7 oC Ta, sedangkan rentang antara ‘sejuk
nyaman’ hingga ‘hangat nyaman’ adalah antara 25,1 hingga 28,3oC. 2.2.3.2 Pendinginan Malam Hari
Simulasi komputer terhadap efek pendinginan malam hari (night passive cooling) yang dilakukan oleh
Angka suhu nyaman manusia tropis tersebut di atas ternyata memiliki perbedaan dengan Cambridge Architectural research Limited memperlihatkan bahwa penurunan
penelitian dari wilayah iklim sub tropis. Suhu nyaman manusia tropis sesuai dengan teori Adaptasi suhu hingga 3oC (pada siang hari) dapat dicapai pada bangunan yang menggunakan material dengan
(Humphreys) berada di atas rata-rata suhu nyaman mereka yang tinggal di daerah dingin. massa berat (beton, bata) apabila perbedaan suhu antara siang dan malam tidak kurang dari 8oC
(perbedaan suhu siang dan malam di kota-kota di Indonesia umumnya berkisar sekitar 10 oC.
2.2.3 Strategi Pencapaian Suhu Nyaman pada Arsitektur Tropis
Masalah yang harus dipecahkan di wilayah iklim tropis seperti Indonesia adalah bagaimana
menciptakan suhu ruang agar berada di bawah 28,3oC, yakni batas atas untuk sensasi hangat nyaman, 2.2.3.3 Meminimalkan Perolehan Panas (Heat Gain) Dari Radiasi Matahari Pada Bangunan

ketika suhu udara luar siang hari berkisar 32oC. Secara sederhan ada dua strategi pencapaian suhu Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, menghalangi radiasi matahari

nyaman di dalam bangunan, pertama, dengan pengkondisian udara mekanis, kedua, dengan langsung pada dinding-dinding transparan yang dapat mengakibatkan terjadinya efek rumahkaca, yang

perancangan pasif memanfatkan secara optimal ventilasi alamiah. berarti akan menaikkan suhu dalam bangunan. Kedua, mengurangi transmisi panas dari dinding-
dinding masif yang terkena radiasi matahari langsung, dengan melakukan penyelesaian rancangan

Penggunaan mesin pengkondisian udara mekanis, AC, memudahkan pencapaian suhu tertentu, di antaranya:

ruang dibawah 28,3oC, dimana kenyamanan akan dicapai. Penggunaan AC mengecilkan a. membuat dinding lapis (berongga) yang diberi ventilasi pada rongganya.

peran arsitek dalam perancangan, karena dengan rancangan apapun, ruang dapat dibuat nyaman b. menempatkan ruang - ruang service (tangga, toilet, pantry, gudang, dsb.) pada sisi-sisi

dengan penempatan mesin AC. Modifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi nyaman dengan cara jatuhnya radiasi matahari langsung (sisi timur dan barat)

mekanis lebih merupakan tugas para engineer dibanding arsitek. c. memberi ventilasi pada ruang antara atap dan langit -langit (pada bangunan rendah) agar tidak
terjadi akumulasi panas pada ruang tersebut. Seandainya tidak, panas yang terkumpul pada

6
ruang ini akan ditransmisikan kebawah, ke dalam ruang di bawahnya. Ventilasi atap ini sangat BAB III
berarti untuk pencapaian suhu ruang yang rendah.
METEDOLOGI PENELITIAN

2.2.3.4 Memaksimalkan Pelepasan Panas Dalam Bangunan 3.1 Jenis Data


Hal ini dapat dilakukan dengan pemecahan rancangan arsitektur yang memungkinkan terjadinya aliran Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif, yaitu data yang disajikan
udara silang secara maksimum di dalam bangunan. Aliran udara sangat berpengaruh dalam dalam bentuk kata verbal bukan dalam bentuk angka.
menciptakan ‘efek dingin’ pada tubuh manusia, sehingga sangat membantu pencapaian kenyamanan
termal. 3.2 Metedologi Pengambilan Data
Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini adalah dengan observasi lapangan
serta literatur dari buku serta sumber-sumber lainnya.
2.2.3.5 Rancangan Kota Tropis
Metode primer adalah pengumpulan data yang dilakukan secara langsung dengan cara melakukan
Dengan karakter iklim yang berbeda, setiap tempat di dunia seharusnya memiliki rancangan kota yang
observasi maupun wawancara secara langsung terhadap narasumber.
berbeda disesuaikan dengan kondisi iklim setempat. Hal ini dimaksudkan untuk mengantisipasi
Metode sekunder adalah pengumpulan data dengan cara melakukan pengumpulan informasi\melalui
kebutuhan manusia terhadap kenyamanan fisik, terutama kenyamanan termal.
litelatur maupun jurnal ilmiah yang telah dilakukan oleh orang lain.
Suhu udara, radiasi matahari, serta kelembaban yang tinggi perlu di atasi karena tidak diharapkan bagi
pencapaian kenyamanan termal manusia tropis.
3.3 Metedologi Penulisan
Kota tropis memerlukan banyak ruang terbuka yang hijau untuk menurunkan suhu kota dan sekaligus
Sistematika penulisan yang digunakan dalam pembuatan paper ini adalah sistematika penulisan LIMA
meningkatkan aliran udara, di mana kecepatan angin di wilayah kota tropis lembab umumnya rendah.
bab, yang dibagi sebagai berikut :
Bangunan perlu diletakkan sedemikian rupa antara yang satu dengan lainnya agar udara dapat bergerak
di antara bangunan. Penempatan massa-massa bangunan secara rapat tidak mencirikan pemecahan
problematik iklim tropis, karena pada akhirnya akan memperkecil terjadinya aliran udara secara silang
di dalam bangunan.
Ruas-ruas jalan yang didominasi oleh perkerasan bahan aspal dan beton perlu dilindungi dari radiasi
matahari langsung dengan penanaman pohon sepanjang tepi jalan yang dimungkinkan. Langkah ini
dimaksudkan untuk mengurangi pemanasan udara di kawasan tersebut, yang akhirnya akan menaikkan
suhu kota. Demikian pula halaman-halaman parkir perlu diberi perlindungan serupa. Jika peneduhan
terhadap permukaan tanah yang diperkeras dapat diwujudkan, suhu kota tidak akan naik. Hal ini akan
membantu pada penurunan suhu udara di sekitar bangunan yang secara langsung atau tidak langsung
akan mempermudah pencapaian suhu nyaman di dalam bangunan.

7
masyarakat Nias dan termasuk sebagian masyarakat Padang menganut sistem matrilineal, dimana
didalam silsilah keluarga, pihak wanita secara otomatis menjadi pemilik rumah dan tanah leluhur
BAB IV
(warisan). Walaupun dewan adatnya terdiri dari laki-laki, tapi kekuasaan dan pengaruh wanita
PEMBAHASAN sangat besar. Rumah menjadi kekuasaan para wanita, akan tetapi para lelaki (para suami) tetap
berkewajiban dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas rumah yang mereka tinggali.
4.1. Perbandingan Arsitektur & Iklim Pada Bangunan Gadang Dengan Lingkungannya
Arsitektur nusantara berusaha membuat tinjauan dalam perspektif ilmu arsitektur dengan obyek
Lingkung bina dapat menjadi arsitektur dengan melihat kemampuannya dalam mempengaruhi
(salah satunya) adalah arsitektur tradisional/folk architecture/arsitektur vernakular. Antropologi,
manusia dan kesempatannya dalam memanfaatkan iklim. Faktor yang mempengaruhi arsitektur
post kolonialisme, dan arsitektur tradisional adalah wilayah pengetahuan descriptive (penjelasan)
antara lain: angin, kelembaban, temperatur udara, curah hujan, panas matahari, dan lain
bukan prescriptive (resep untuk mendesain). Arsitektur nusantara tidak membatasi geografis,
sebagainya. Sedangkan unsur yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut adalah dinding, bukaan,
arsitektur nusantara merupakan perubahan cara pandang. Arsitektur nusantara menempatkan
sosoran, dan lain sebagainya
arsitektur tradisional bukan sebagai bendanya tetapi sebagai cara pandang arsitektur tradisional
dari sisi pengetahuan arsitektur (Dinapradipta,2006). Dalam tulisan ini akan dibahas mengenai
Sebagai Arsitektur Nusantara, Rumah Gadang memperhatikan iklim tropis tempat mereka berdiri.
Arsitektur Nusantara Minangkabau yang dilihat dari sisi pengetahuan arsitektur bukan
Seperti masyarakat tradisional yang lain, masyarakat Minangkabau memanfaatkan alam dan iklim
pengetahuan antropologi. Dalam hal ini yang dibahas adalah arsitektur rumah tinggal masyarakat
demi menciptakan kenyamanan dalam lingkungan tempat tinggal mereka. Hal ini tercermin dalam
Minangkabau. Masyarakat Minangkabau berlokasi di Sumatra Barat, sebagian daerah pesisir Barat
desain rumah tinggalnya.
Sumatra Utara, sebagian daerah propinsi Riau bagian barat, dan sebagian daerah provinsi Jambi
Bangunan dinding Rumah Gadang membesar ke atap yang disebut dengan silek. Ini berguna pada
bagian Selatan Barat. Dari cakupan wilayah yang didiami oleh Bangsa Minangkabau tersebut, bisa
saat musim hujan, mengingat iklim di Indonesia mempunyai curah hujan yang tinggi. Dinding
dikatakan bahwa Bangsa Minangkabau menempati wilayah yang luas dan menyebar dari daratan
yang berbentuk seperti ini berfungsi untuk membebaskan bangunan dari terpaan air hujan. Atapnya
sampai ke pesisir. Tapi asal Bangsa Minangkabau adalah dari daratan. Karena itulah maka
yang lancip berguna untuk membebaskan endapan air pada ijuk yang berlapis-lapis. Air hujan yang
Arsitektur Nusantara Minangkabau bisa dikatakan sebagai arsitektur nusantara daratan.
bagaimanapun lebatnya, akan meluncur cepat pada atapnya.
Kolong Rumah Gadang dibuat tinggi untuk memberikan hawa yang segar, terutama pada musim
Kota ini memiliki iklim tropis. Terdapat curah hujan yang signifikan di sebagian besar bulan dalam panas, Di samping itu agar lebih aman dalam menghadapi bahaya banjir. Hal yang tak kalah
setahun. Musim kemarau singkat memiliki sedikit pengaruh pada iklim secara menyeluruh. Lokasi pentingnya dari segi arsitekturnya, adalah tiang-tiang Rumah Gadang yang tidak ditanam ke dalam
ini diklasifikasikan sebagai Am berdasarkan Köppen dan Geiger. Suhu rata-rata tahunan adalah tanah. Tiang-tiang ini hanya diletakkan di atas batu layah.
27.6 °C di Kampung Minangkabau. Tentang 2182 mm presipitasi yang jatuh setiap tahunnya. Untuk menghubungkan tiang-tiang dan bagian rumah tidak digunakan paku, melainkan pasak dari
Masyarakat Kota Padang adalah masyarakat suku Minangkabau di wilayah pesisir yang memiliki bambu. Kondisi ini membuat rumah gadang relatif tahan terhadap goncangan gempa ataupun angin
tipikal lebih terbuka serta mudah beradaptasi serta menerima budaya lain. Hal ini juga kencang. (Kebanyakan material yang digunakan adalah kayu, jadi musuh utama rumah gadang
menyebabkan desain rumah tradisional Padang dipengaruhi oleh tradisi bangunan luar seperti adalah api
pengaruh Nias, Aceh, Melayu dan juga Betawi (di jaman kolonial). Rumah Gadang yang dibangun berjajar menurut arah mata angin dari Utara ke Selatan berguna
membebaskannya dari panggang matahari serta hembusan angin yang keras. Tetapi jika dilihat dari

Sedangkan dalam hal teknologi konstruksi (pembangunan) tetap dipengaruhi oleh tradisi kegunaannya, garis-garis Rumah Gadang menunjukkan penyesuaian dengan alam tropis.

bangunan darek yang jamak berlaku di wilayah Sumatera Barat. Masyarakat Minangkabau,

8
Dari penjelasan di atas, dapat dilihat bahwa Rumah Gadang memiliki kemampuan dalam sebagai bahan pembuat tali untuk mengikat sambungan-sambungan struktur rumah tradisional.
beradaptasi dengan alam dan iklim setempat. Sehingga tinggal di Rumah Gadang dapat merasakan Selain ijuk, terkadang penutup atap rumah tradisional menggunakan rumput sejenis alang-alang
kenyamanan tinggal di iklim tropis.Rumah Gadang merupakan arsitektur yang memanfaatkan (Impereta Cylindrica), akan tetapi hanya dapat bertahan selama 2-3 tahun. Alam dan sumber daya
iklim dalam usahanya untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Dalam hal ini, Rumah manusia.
Gadang cocok ditampatkan di iklim tropis. Hal ini terlihat dari bentuk bangunannya yang
memperhatikan curah hujan dan penghawaan.
Kondisi alam Sumatra Barat dengan curah hujan tinggi diantisipasi dengan bentuk rumah
panggung. Keuntungan dari rumah panggung adalah selalu kering dan tidak lembab walaupun
Material rumah tradisional Padang didominasi dengan kayu lokal, mulai dari rangka konstruksi mendapatkan curah hujan yang tinggi tiap tahunnya. Hal ini didukung dengan bentuk atap pelana
utama (kolom dan balok), dinding, lantai, konstruksi atap maupun untuk railing serambi. Material dengan kemiringan yang cukup terjal, sehingga terhindar dari tampias. Bentuk atap pelana tidak
kayu digunakan karena memang saat itu tersedia banyak di hutan, misalnya kayu ulin/kayu besi memiliki jurai, tapi lebih menyerupai pelana kuda. Bentuk bangunan secara keseluruhan serasi
yang sudah tua. Kayu ulin yang umurnya sudah cukup tua memiliki kandungan minyak yang dengan alam di Kota Padang yang bergunung, berbukit dan memuncak tinggi. Atap yang cukup
banyak, sehingga tahan terhadap pembusukan hama kayu. Kayu besi memiliki tekstur sangat keras tinggi mencitrakan diri manusianya sebagai manusia yang mengusai alam akan tetapi tetap
sehingga dapat bertahan sampai 150 tahun. menyelaraskan diri dengan alam. Falsafah hidup masyarakat Sumatra Barat menyatakan bahwa
alam adalah pedoman dalam bertindak dan berperilaku, atau sesuai dengan konsep Alam
Takambang Jadi Guru.
Material penutup dinding terbuat dari papan kayu atau anyaman bilah bambu. Dinding bukanlah
bidang struktur, tapi hanyalah bidang pengisi struktur yang berfungsi untuk menutup ruang-ruang
hunian. Papan kayu juga digunakan untuk lantai ruang hunian yang berupa lantai panggung. konsep desain rumah tradisional Padang yang dapat diimplementasikan ke dalam konsep desain
Penggunaan material kayu untuk lantai sangat cocok dengan kondisi iklim wilayah pesisir dengan bangunan modern, baik hunian, perkantoran, dan bangunan lainnya. Konsep rumah tradisional
suhu panas dan lembab. Pada saat musim hujan, kayu bersifat hangat dan dapat menyimpan panas Padang cukup mudah diaplikasikan ke dalam bangunan modern dan mampu menjawab tantangan
yang cukup baik, sehingga suhu ruang tetap terjaga. jaman, dalam hal pranata sosial kemasyarakatan, perubahan iklim dan kondisi bencana seperti
Sedangkan di musim kemarau yang panas, susunan papan kayu di lantai yang masih ada kisi- gempa. Oleh karena itu, pengaplikasian rumah tradisional Padang ke dalam bangunan modern yang
kisinya dapat berfungsi sebagai ventilasi ruang untuk mengalirkan udara segar dan sehat dari sesuai dengan jamannya harus memiliki prinsip desainnya adalah sebagai berikut:
bawah panggung ke lantai hunian di atasnya, sehingga udara di ruang hunian terhindar dari
kelembaban. Material konstruksi atap menggunakan bahan kayu. Sedangkan untuk penutup atap
1) Bangunan tahan gempa (Earthquake resistance) Sumatera Barat khususnya Kota Padang
menggunakan ijuk, yaitu serat kasar warna hitam yang berasal dari batang pohon aren (Arengan
termasuk daerah yang dilalui jalur gempa besar. Bangunan tahan gempa dibangun dengan tujuan
Saccarifera) yang disusun menjadi papan-papan ijuk menggunakan teknik ikatan.
apabila terjadi gempa besar maka bangunan tersebut mampu berdiri kokoh dalam beberapa waktu
sampai dengan penghuni dapat menyelamatkan diri dari dalam gedung. Konsep tahan gempa yang
Pemilihan ijuk sebagai penutup atap adalah sebagai upaya adaptasi terhadap iklim tropis yang diaplikasikan antara lain:
panas dan lembab. Ijuk bersifat menyerap panas, sehingga panas sinar matahari tidak langsung (i) bentuk bangunan simetris sehingga akan menyalurkan beban sama rata ke semua arah
masuk ke ruangan. Di sisi lain, pada musim hujan, ijuk bersifat menyimpan panas sehingga suhu (ii) pemakaian core pada struktur utama
ruang tetap terjaga kehangatannya. Atap ijuk terbukti dapat bertahan selama puluhan tahun selama (iii) pertemuan masing-masing struktur didesain dengan sistem delatasi agar terhindar dari
mendapatkan pemeliharaan yang tepat. Selain untuk penutup atap, ijuk juga sering digunakan pecah dan retak saat terjadi getaran/gempa

9
(iv) penyusunan program ruang yang sederhana dan sesuai dengan distribusi beban pada dengan rumah tradisional Padang adalah arsitektuk Rumah Gadang yang telah mengalami pergeseran
kolom dan balok untuk meringankan beban struktur. menjadi Arsitektur Vernakular dengan fungsi utama untuk hunian yang berbentuk rumah panggung dari
kayu, memiliki bentuk dasar persegi dengan dinding lurus (tidak miring seperti di rumah Bagonjong),
bentuk atap pelana maupun perisai dengan sedikit lengkungan di bagian nok dan terdapat gewel bersusun
2) Arsitektur Tropis (Tropic Architecture) Konteks bangunan berada pada daerah tropis
sirip dua yang berfungsi mengeluarkan udara panas di dalam, material penutup atap dari ijuk atau rumput
dengan ciri utama adalah pernaungan. Kriteria perancangan adalah:
alang-alang atau seng maupun asbes, memiliki pintu dan jendela berbentuk kupu tarung, dan minim
(i) Bangunan dapat mengalirkan curah hujan dengan cepat untuk menghindari tampias, dengan
ornamen. Bentuk dan tatanan rumah tradisional Padang sepenuhnya memanfaatkan karakteristik iklim
desain atap pelana yang sedikit melengkung seperti pada rumah tradisional Padang dengan
tropis basah untuk mendapatkan hunian yang nyaman. Sedang pemilihan bahan bangunan yang diperlukan
ketinggian dan kemiringan yang cukup
untuk mendirikan rumah tradisional Padang sepenuhnya tersedia dan disediakan oleh alam sekitarnya.
(ii) Bangunan dapat mengoptimalkan masuknya cahaya matahari untuk pencahayaan alami,
Dengan demikian maka bangunan rumah tidak menimbulkan dampak pada lingkungan, baik dari segi
dengan pemakaian elemen-elemen terawangan seperti pada rumah tradisional Padan
pemborosan sumberdaya karena secara kesuluruhannya memakai bahan yang terbaharukan, dan dalam
(iii) Bangunan seminimal mungkin menerima panas matahari secara langsung, dengan
pemrosesannya tidak memboroskan energi. Keuntungan dari pemakaian bahan lokal antara lain kualitas
pemakaian shading matahari
bahan lolal bagus karena diambil pada saat sudah cukup tua sesuai dengan normanya, demobilisasi
(iv) Bangunan dapat mendinginkan struktur atau massa bangunan terutama pada malam dan
pekerjaan tidak sulit, tidak boros energi dan hasil bangunan yang didemobilisasi yang dapat dimanfaatkan
pagi hari, dengan penempatan bukaan dan ventilasi yang tepat, sesuai dengan arah matahari
selanjutnya. Jadi konsep desain rumah tradisional Padang yang dapat diimplementasikan ke dalam desain
serta keberadaan void di tengah bangunan yang akan melancarkan sirkulasi udara
bangunan modern dengan mengacu pada prinsip bangunan tahan gempa (earthquake resistance), arsitektur
(v) Bangunan dapat mengoptimalkan pertukaran udara dari luar ke dalam bangunan serta
tropis (tropic architecture) atau arsitektur local dan arsitektur hijau (green architecture).
sebaliknya, dengan pengaplikasikan atap gevel samping bertumpuk seperti pada rumah
tradisional Padang.
KESIMPULAN PERBANDINGAN RUMAH GADANG
Dari hasil survey yang dilaksanakan di rumah gadang di TMII, ada beberapa perbedaan. Darisegi fisik,
3) Arsitektur Hijau (Green Architecture) Arsitektur hijau bertujuan untuk pembangunan yang
arsitektur rumah gadang yang berada di TMII memiliki fisik dan segi tampak yang berbeda dari rumah
berkelanjutan dengan memperhatikan lingkungan sekitar sebagai konteksnya. Hal ini dapat dicapai
gadang tradisional yang berada di Padang. Dikarenakan tanah di anjungan tersebut memiliki ukuran yang
dengan:
terbatas.
(i) Memaksimalkan cahaya matahari sebagai penerangan alami
(ii) Memaksimalkan pertukaran udara silang sebagai upaya penghawaan alami
(iii) Menggunakan bahan-bahan lokal yang berkelanjuta
(iv) Efisiensi dan konservasi energy, dimana selain memaksimalkan penghawaan, pemakaian banyak
bukaan juga untuk memaksimalkan pencahaan (sehingga konsep hemat energy dapat tercapai
dengan menekan pemakaian beban listrik untuk lampu dan pendinginan ruangan).

Kesimpulan
Beberapa modifikasi yang telah dilakukan di rumah tradisional Padang tidak menghilangkan tipikal dan
benang merah dari rumah tradisional Padang. Sehingga dapat diambil benang merah bahwa yang disebut

10
Selain itu material- material yang di gunakan dalam konstruksi juga berbeda. Di TMII, material yang di https://ninkarch.files.wordpress.com/2008/11/ars-nus-tgs-besar.pdf
gunakan untuk membuat lantai panggung dan tangganya terbuat dari beton. Sedangkan di Padang, rumah
gadang tradisional di sana masih menggunakan kayu sebagai bahan material.

Dan dari segi peletakan ruang, peletakan ruang di rumah gadang juga berbeda dengan yang berada di
Padang. Karena di Padang, rumah gadang tersebut memiliki sebuah dapur di belakang gedung utama dan
Perbandingan Temperatur dan Iklim Arsitektur Rumah Gadang di Minangkabau dengan Rumah
di gedung utama terdapat sebuah ruang tengah dan kamar - kamar.
Gadang di TMII (Taman Mini Indonesia Indah).

 Minangkabau
Minangkabau memiliki iklim tropis. Minang Kabau memiliki sejumlah besar curah hujan sepanjang tahun.
Hal ini berlaku bahkan untuk bulan terkering. Menurut Köppe dan Geiger, iklim ini diklasifikasikan
Untuk fungsi kegunaan dari kolong panggung, biasanya digunakan untuk kandang ternak. Sedangkan di
sebagai Af. Suhu di sini rata-rata 23.2 °C. Curah hujan tahunan rata-rata adalah 2123 mm.
TMII dijadikan kantor.

Grafik Iklim Minangkabau

Bulan terkering adalah Juli, dengan 93 mm curah hujan. Dengan rata-rata 251 mm, hampir semua
presipitasi jatuh pada April.
http://staffnew.uny.ac.id/upload/11310860302467/pendidikan/METEOROLOGI%20DAN%20KLIM
ATOLOGI,%20CHAPTER%2010%20KLASIFIKASI%20IKLIM.pdf
Grafik Suhu Minangkabau

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3941/A09.pdf;sequence=1

11
Suhu terhangat sepanjang tahun adalah April, dengan suhu rata-rata 23.8 °C. Juli memiliki suhu rata-rata
terendah dalam setahun. Ini adalah 22.8 °C.

Tabel Iklim Minangkabau

Perbedaan dalam presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah adalah 158 mm. Selama tahun
tersebut, suhu rata-rata bervariasi menurut 1.0 °C.

 TMII

Iklim di sini adalah tropis. Terdapat curah hujan yang signifikan di sebagian besar bulan dalam setahun.
Musim kemarau singka memiliki sedikit pengaruh pada iklim secara menyeluruh. Iklim di sini
diklasifikasikan sebagai Am berdasarkan sistem Köppen-Geiger. Suhu di sini rata-rata 27.6 °C. Presipitasi
di sini rata-rata 1855 mm.

12
Tabel Iklim TMII

Bulan terkering adalah Juli, dengan 58 mm hujan. Dengan rata-rata 402 mm, hampir semua presipitasi
jatuh pada Januari.

Grafik Suhu TMII

Terdapat perbedaan dalam 344 mm dari presipitasi antara bulan terkering dan bulan terbasah. Selama
tahun tersebut, suhu rata-rata bervariasi menurut 1.5 °C.

Kesimpulan:
Oktober adalah bulan terhangat sepanjang tahun. Suhu di Oktober rata-rata 28.3 °C. Januari memiliki suhu
rata-rata terendah dalam setahun. Ini adalah 26.8 °C. Jadi, kesimpulannya adalah dikarenakan oleh adanya perbedaan faktor- faktor, dimulai dari faktor iklim,
suhu, dan fungsi dari bangunan tersebut, maka sudah jelas bahwa bangunan di TMII dan di Minang
Tabel Iklim TMII berbeda.

13
BAB V
Dari segi fungsi, rumah gadang di TMII dipergunakan untuk museum, sedangkan di Padang, rumah
PENUTUP
gadang digunakan untuk tempat tinggal. Rumah gadang di TMII memiliki ukuran yang lebih kecil dari
rumah gadang yang asli, di karenakan oleh luas tanah yang terbatas. 5.1 Kesimpulan

Jadi, kesimpulannya adalah dikarenakan oleh adanya perbedaan faktor- faktor, dimulai dari faktor iklim,
Dari segi iklim, rumah gadang di TMII dan di Minangkabau memiliki iklim yang sama, yaitu tropis. suhu, dan fungsi dari bangunan tersebut, maka sudah jelas bahwa bangunan di TMII dan di Minang
Namun persentase hujan di TMII memiliki angka yang lebih rendah dibandingkan dengan di berbeda.
Minangkabau, dengan titik terendah 58 mm hujan. Sedangkan di Minangkabau, titik terendahnya adalah
93 mm hujan.
Dari segi fungsi, rumah gadang di TMII dipergunakan untuk museum, sedangkan di Padang, rumah
gadang digunakan untuk tempat tinggal. Rumah gadang di TMII memiliki ukuran yang lebih kecil dari
Dari segi suhu, rumah gadang di TMII memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah
rumah gadang yang asli, di karenakan oleh luas tanah yang terbatas.
gadang yang berada di Minang, dengan suhu terendah sebesar 26.8°C dan suhu tertinggi sebesar 28.3°C.
Sedangkan di Minang, suhu terendah sebesar 22.8°C dan suhu tertinggi sebesar 23°C.

Dari segi iklim, rumah gadang di TMII dan di Minangkabau memiliki iklim yang sama, yaitu tropis.
Namun persentase hujan di TMII memiliki angka yang lebih rendah dibandingkan dengan di
Minangkabau, dengan titik terendah 58 mm hujan. Sedangkan di Minangkabau, titik terendahnya adalah
93 mm hujan.

Dari segi suhu, rumah gadang di TMII memiliki suhu yang lebih tinggi dibandingkan dengan rumah
gadang yang berada di Minang, dengan suhu terendah sebesar 26.8°C dan suhu tertinggi sebesar 28.3°C.
Sedangkan di Minang, suhu terendah sebesar 22.8°C dan suhu tertinggi sebesar 23°C.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. http://staffnew.uny.ac.id/upload/11310860302467/pendidikan/METEOROLOGI%20DAN%20K
LIMATOLOGI,%20CHAPTER%2010%20KLASIFIKASI%20IKLIM.pdf
2. https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/3941/A09.pdf;sequence=1

15

Anda mungkin juga menyukai