Anda di halaman 1dari 76

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang merupakan sumber
bahan untuk dipelajari berkembang demikian cepat. Dalam kondisi demikian, tuntutan
terhadap kualitas manusia terdidik, baik kemampuan intelektual, kemampuan
vokasional dan rasa tanggung jawab kemasyarakatakan, kemanusiaan dan kebangsaan
juga meningkat sesuai dengan perkembangan masyarakat. Heterogenitas peserta didik
dalam berbagai dimensi (intelektual, kultural, dan ekonomi); terus berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi sebagai objek belajar; terus berubahnya masyarakat dengan
tuntutannya, merupakan faktor yang menjadikan guru harus memiliki dan profesional.
Dewasa ini telah banyak dicapai berbagai perkembangan dalam dunia
pendidikan yang bertujuan meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Informasi
mengenai hal itu banyak diperoleh dari berbagai literatur, buku-buku teks, majalah,
jurnal, pemberitaan berbagai media massa, dan dari hasil teknologi informasi dan
komunikasi, seperti komputer dengan internetnya. Setiap perkembangan atau kemajuan
yang dicapai merupakan alternatif bagi guru untuk berupaya meningkatkan mutu
pembelajaran yang dilaksanakan. Dari berbagai alternatif itu dapat dipilih alternatif
mana yang akan digunakan. Bagi guru yang mengikuti berbagai perkembangan dan
kemajuan yang dicapai dalam dunia pendidikan, mengikuti berbagai perkembangan
tersebut, merupakan kebutuhan untuk meningkatkan prestasi kerja. Di samping itu, guru
yang bersangkutan pun menganggap bahwa hal semacam itu merupakan tambahan
pengetahuan yang dapat memperkaya wawasan. Dengan dibarengi motivasi yang tinggi
serta sikap inovatif, berbagai informasi yang didapat bukan hanya memperkaya
alternatif pilihan untuk melaksanakan tugas, tetapi juga dapat menjadi dasar membuat
kreasi dari perpaduan berbagai alternatif, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi
lingkungan kerjanya. Ini berarti, dia pun telah memberi sumbangan yang berarti bagi
dunia pendidikan dan upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan menetapkan Standarisasi Kompetensi Tenaga Kependidikan dengan
menerapkan Standar Kompetensi bagi Tenaga Kependidikan, baik pendidik maupun
tenaga kependidikan lainya. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah mengeluarkan

1
2

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional.


Lingkup standar nasional pendidikan meliputi: standar isi, standar proses, standar
kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan standar penilaian pendidikan.
Standar-standar tersebut merupakan acuan dan kriteria dalam menetapkan keberhasilan
penyelenggaraan pendidikan.
Standar pendidik dan tenaga kependidikan merupakan salah satu standar yang
memegang peranan penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Guru yang
profesional adalah yang telah menguasai empat kompetensi utama antara lain: (1)
kompetensi pedagogik (akademik); (2) kompetensi kepribadian (personal); (3)
kompetensi sosial; dan (4) kompetensi profesional.
Kompetensi pedagogik adalah kemampuan guru dalam pengelolaan
pembelajaran peserta didik. Kemampuan yang harus dimiliki guru adalah pemahaman
tentang kependidikan, pemahaman terhadap peserta didik, mampu mengembangkan
kurikulum atau silabus, mampu merancang pembelajaran, melaksanakan pembelajaran,
mengadakan evaluasi hasil belajar, bisa memanfaatkan teknologi, dan memahami
perkembangan peserta didik. Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:88),
yang dimaksud dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan dalam pengelolaan
peserta didik yang meliputi (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b)
pemahaman tentang peserta didik: (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d)
perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;
(f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimilikinya.
Kompetensi kepribadian adalah guru harus memiliki kepribadian yang beriman
dan bertakwa, berakhlak mulia, arif dan bijaksana, demokratis, mantap, berwibawa,
stabil, dewasa, jujur, sportif, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, secara
obyektif mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara mandiri dan
berkelanjutan.
Kompetensi sosial adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi lisan, tulis,
dan/atau isyarat secara santun, menggunakan teknologi komunikasi dan informasi
secara fungsional, bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, pimpinan satuan pendidikan, orang tua atau wali peserta didik, bergaul
3

secara santun dengan masyarakat sekitar dengan mengindahkan norma serta sistem nilai
yang berlaku, dan menerapkan prinsip persaudaraan sejati dan semangat kebersamaan.
Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya yang diampunya,
misalnya memahami materi pelajaran, konsep dan metode disiplin keilmuan, serta
teknologi.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun
2007 tentang Standar Proses menyatakan bahwa standar proses untuk satuan pendidikan
dasar dan menengah mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran.
Pembinaan kemampuan guru sebagai suatu sistem didalamnya terdapat beberapa
komponen yang satu sama lainnya punya peran dan jalinan yang erat. Komponen-
komponen yang terkait dalam pembinaan kemampuan guru adalah: (a) pengawas selaku
pembina guru yang melakukan tugas fungsinya disertai dedikasi dan komitmen terhadap
tugasnya. (b) perangkat gugus sekolah yaitu SD Inti, SD Imbas, dan KKG, (c)
perencanaan program pembinaan melalui kegiatan pelatihan, diskusi, seminar, tutorial.
Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang memegang peran
yang signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu
pendidikan di sekolah. Peran pengawas meliputi pemantauan, supervisi, evaluasi,
pelaporan, dan tindak lanjut pengawasan yang harus dilakukan secara teratur dan
berkesinambungan (PP19 Tahun 2005, pasal 55). Peraturan Pemerintah Nomor 74
Tahun 2008 tentang guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan
melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan.
Peningkatkan mutu tenaga pendidik yang berkualitas perlu dilakukan secara
terprogram, terstruktur dan berkelanjutan melalui pembinaan profesional oleh pengawas
sekolah. Upaya peningkatan kemampuan guru perlu adanya wadah yang mampu
menampung berbagai masalah yang dihadapi oleh guru dalam proses pembelajaran
untuk dapat menemukan cara-cara pemecahan permasalahan tersebut. Surat Keputusan
Dirjen Dikdasmen Nomor : 079/C/Kep. I / 93, tanggal 7 April 1993 memutuskan
tentang Pedoman Pelaksanaan Sistem Pembinaan Profesional Guru melalui
Pembentukan Gugus Sekolah di Sekolah Dasar, hal tersebut sebagai wujud nyata dalam
upaya pemberdayaan dan meningkatkan kompetensi guru sesuai dengan harapan dan
kebutuhan masyarakat.
4

Guru adalah pendidik profesional yang mempunyai tugas, fungsi, dan peran
penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Guru yang profesional diharapkan
mampu berpartisipasi dalam pembangunan nasional untuk mewujudkan insan Indonesia
yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, unggul dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan
negara, sebagian besar ditentukan oleh guru. Oleh sebab itu, profesi guru perlu
ditingkatkan dan dikembangkan secara terus menerus dan proporsional menurut jabatan
fungsional guru. Selain itu, agar fungsi dan tugas yang melekat pada jabatan fungsional
guru dilaksanakan sesuai dengan aturan yang berlaku.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 pasal 20, menyatakan bahwa guru
dalam kegiatan pembelajaran diharapkan mampu mengembangkan materi pembelajaran,
hal tersebut dipertegas melalui Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas )
Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses, yang mengatur tentang perencanaan
proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran,
dan pengawasan proses pembelajaran. Dalam perencanaan proses pembelajaran yang
dimaksud adalah bahwa seorang pendidik pada satuan pendidikan dituntut mampu
mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Salah satu elemen dalam
RPP adalah sumber belajar. Guru diharapkan untuk mengembangkan kompetensinya
dalam pembuatan bahan ajar yang merupakan salah satu sumber pembelajaran. Sumber
pembelajaran berupa bahan ajar merupakan komponen yang sangat penting dalam
pelaksanaan pembelajaran di sekolah untuk dapat mempermudah pelaksanaan proses
pembelajaran.
Guru memiliki posisi yang menentukan keberhasilan dalam pembelajaran karena
fungsi guru memiliki fungsi utama mulai dari merancang, mengelola dan mengevaluasi
pembelajaran dalam suatu sekolah. Keberhasilan suatu proses pembelajaran diawali
dengan perencanaan yang sangat matang. Perencanaan pembelajaran yang dilakukan
dengan baik, ini merupakan setengah dari suatu keberhasilan sudah dapat tercapai,
tinggal setengahnya lagi yang terletak pada pelaksanaan pembelajaran. Secara umum
pada saat ini ada gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran seringkali tanpa
didukung dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang baik, pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan tanpa persiapan dari guru menjadikan proses
pembelajaran yang tidak dapat diterima dan tidak menarik bahkan tidak menyenangkan
5

bagi siswa, kedatangan guru tidak tepat waktu, meninggalkan kelas sebelum waktunya,
kegiatan penilaian yang tidak terorganisir dengan baik sehingga hasil evaluasi tidak
mengatasi fenomena tersebut maka guru dituntut mampu menyusun perangkat
pembelajaran yang meliputi analisis standar kompetensi, kompetensi dasar, silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Guru diharapkan menyusun sendiri perangkat
pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik siswa dan daya dukung sekolah.
Kenyataan di lapangan saat ini ditemukan berbagai masalah dalam
penyelenggaraan pendidikan yang berakibat buru pada peningkatan kualitas pendidikan
di Indonesia. Permasalah yang paling krusial adalah rendahnya kualitas proses
pembelajaran yang dilakukan para guru, umumnya guru jarang membuat perencanaan
pembelajaran yang dapat membangkitkan potensi siswa. Guru hanya sekedar
menggugurkan kewajibannya.
Sementara itu sistem pembinaan profesional yang seharusnya dapat
diberdayakan keberadaannya kini semakin jarang dimanfaatkan seperti forum
Kelompok Kerja Guru (KKG). KKG sebagai salah satu wadah bagi guru yang
bergabung dalam organisasi gugus sekolah bertujuan menjadikan guru lebih profesional
dalam upaya peningkatan mutu pendidikan. Melalui pendekatan sistem pembinaan
profesional diharapkan guru mampu merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi
kegiatan pembelajaran, termasuk dalam mengembangkan kurikulum. KKG adalah
wadah pembinaan profesionalisme bagi guru dalam upaya peningkatan kemampuan
profesional guru khususnya dalam melaksanakan dan mengelola pembelajaran di
Sekolah Dasar, yang berorientasi kepada peningkatan kualitas pengetahuan, penguasaan
materi, teknik mengajar, interaksi guru dan siswa, metode mengajar, dan lain-lain yang
berfokus pada penciptaan kegiatan belajar mengajar yang aktif.
Fokus pemberdayaan KKG dalam kajian ini dimaksudkan sebagai suatu kegiatan
untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di dalam
mencapai tujuan. Baedhowie, (dalam PMPTK,2009: 9) menyatakan bahwa tujuan KKG
adalah untuk lebih mengaktifkan komunikasi antar guru, baik yang sebidang (dalam
kelompok mata pelajaran) atau dalam suatu klaster tertentu, sehingga dalam proses
selanjutnya akan menjadi grup-grup dinamis (dynamic groups) yang aktif untuk
berkembang dengan berbagai kegiatan inovatif.
Tujuan kegiatan KKG adalah sebagai berikut. 1) memperluas wawasan dan
pengetahuan guru dalam berbagai hal, seperti penyusunan dan pengembangan silabus,
6

Rencana Program Pembelajaran (RPP), menyusun bahan ajar berbasis Teknologi


Informasi dan Komunikasi (TIK), membahas materi esensial yang sulit dipahami,
strategi/metode/ pendekatan/media pembelajaran, sumber belajar, kriteria ketuntasan
minimal, pembelajaran remedial, soal tes untuk berbagai kebutuhan, menganalisis hasil
belajar, menyusun program dan pengayaan, dan membahas berbagai permasalahan serta
mencari alternatif solusinya; 2) memberi kesempatan kepada guru untuk berbagi
pengalaman serta saling memberikan bantuan dan umpan balik; 3) meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap serta mengadopsi pendekatan pembelajaran yang
lebih inovatif bagi guru; 4) memberdayakan dan membantu guru dalam melaksanakan
tugas-tugas guru di sekolah dalam rangka meningkatkan pembelajaran sesuai standar
mengubah budaya kerja dan mengembangkan profesionalisme guru dalam upaya
menjamin mutu pendidikan; 5) meningkatkan mutu proses pendidikan dan pembelajaran
yang tercermin dari peningkatan hasil belajar peserta didik dalam rangka mewujudkan
pelayanan pendidikan yang berkualitas; 6) mengembangkan kegiatan mentoring dari
guru senior kepada guru junior; dan 7) meningkatkan kesadaran guru terhadap
permasalahan pembelajaran di kelas yang selama ini tidak disadari dan tidak
terdokumentasi dengan baik. (Depdiknas, 2009: 12).
Fungsi KKG adalah: 1) Sebagai prasana pembinaan profesinal tenaga
kependidikan melalui wadah KKG dibimbing oleh pengawas sekolah, Tutor dan guru
pemandu; 2) Menumbuhkan dan meningkatkan semangat kerjasama, kompetitif di
kalangan anggota gugus dalam rangka peningkatan mutu pendidikan; 3) Tempat
penyebaran informasi, inovasi dan pembinaan tenaga kependidikan dalam rangka
peningkatan mutu pendidikan; 4) Wadah koordinasi peningkatan partisipasi orang tua
siswa dan masyarakat dalam upaya ikut membantu penyelenggaraan pendidikan; 5)
Tempat penyemaian jiwa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan rasa percaya diri
guru dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan dari KKG adalah merupakan suatu usaha
membantu meningkatkan kemampuan guru secara profesional dalam melaksanakan
tugasnya yaitu peningkatan mutu pembelajaran. Dengan kata lain, pengembangan
berperan untuk menjembatani siklus kegiatan dalam mata rantai peningkatan mutu
program pendidikan pada sekolah dasar secara berkelanjutan.
Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tanpa didukung dengan
perencanaan pembelajaran yang baik terjadi di Gugus V SD Kecamatan Cimanggis.
Mereka hanya menggunakan RPP yang diberikan dari kecamatan, melaksanakan proses
7

pembelajaran tidak sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang tersedia.


Melihat fenomena yang terjadi, maka dipandang perlu mengadakan penelitian tindakan
sekolah tentang peningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang mengacu pada Permendiknas 41 tahun 2007 melalui supervisi
akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi di SD se-Gugus V Kecamatan
Cimanggis, karena sekolah ini merupakan salah satu sekolah binaan peneliti, dan dari
sebanyak 40 orang guru, peneliti melaksanakan penelitian terhadap guru. Setelah
penulis melaksanakan supervisi terhadap perangkat pembelajaran, khususnya supervisi
terhadap perencanaan pembelajaran, dan pelaksanaan pembelajaran, RPP belum disusun
secara optimal. Kekurangan-kekurangan dalam penyusunan RPP, meliputi: 1)
Penyusunan RPP belum berpedoman kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007,
tentang Standar Proses. 2) Sistematika penyusunan RPP, tidak lengkap (misalnya
prosedur penilaian dan alat penilaian). 3) Kurang tepatnya: a. Indikator; b. Penentuan
metode/media pembelajaran; c. Proses pembelajaran: kegiatan pendahuluan, kegiatan
inti,dan kegiatan akhir kurang tepat. d. Keselarasan tujuan atau indikator dengan materi,
metode, media, langkah kegiatan dan evaluasi kurang sesuai.
Pembinaan yang telah dilakukan selama ini belum menunjukkan hasil yang
maksimal. Dari 199 orang guru SD di Gugus Melati yang telah menunjukkan
kemampuan melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan Permendiknas No 47
Tahun 2007 tentang standar proses hanya 149 orang atau sekitar 80%, sisanya 20%
atau sebanyak 40 orang belum menunjukkan kinerja yang memuaskan. Karena itu,
peneliti memandang perlu melakukan suatu tindakan perbaikan. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan melakukan supervisi akademik secara efektif dan efisien
kepada guru-guru, khususnya untuk kemampuan melaksanakan Pembelajaran. Melalui
supervisi akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi diharapkan guru
dalam kegiatan belajar mengajar akan lebih profesional. Usaha ini merupakan suatu
pembinaan guru yang dilakukan secara berkesinambungan.
Berdasarkan kelemahan-kelemahan itulah peneliti ingin meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksankan proses pembelajar, yang sesuai dengan
Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007, tentang Standar Proses. Sebenarnya pembinaan
oleh kepala sekolah dan pengawas telah dilakukan. Upaya pembinaan tersebut telah
dilakukan di sekolah masing-masing maupun pada saat guru tersebut melakukan KKG
di Gugus Sekolah Binaan Peneliti adalah Gugus V ( Melati) yang terdiri dari 11 Sekolah
8

yaitu SDN Palsigunung, SDN Tugu 3, SDN Tugu 4, SDN Tugu 5, SDN Tugu 8, SDN
Tugu 9, SDN Tugu 10, SDN Tugu 11, SDS Karakter, SDIT Pondok Duta dan SDIT
Raflesia.
Berdasarkan latar belakang di atas dan sejalan dengan visi Kota Depok
“Terwujudnya Depok Cyber City Berbasis Komunitas” Cyber City adalah istilah untuk
sebuah kota yang sudah memanfaatkan teknologi informasi untuk
menjalankan pemerintahannya, sekaligus menyediakan akses ke jaringan dan
infrastruktur berbasis internet untuk seluruh masyarakatnya. Cyber
City merupakan sebuah konsep kota masa depan yang berbasis dengan teknologi
informasi tingkat lanjut. Sebuah kota dengan konsep Cyber City akan menjadi sebuah
kota yang terkoneksi di seluruh bidang. Berbagai kebutuhan masyarakat kota
dalam berbagai bidang, baik ekonomi, sosial, politik, pendidikan dan lain-lain tersaji
dalam satu konsep yang saling berhubungan. Maka Peneliti selaku Pengawas Kota
Depok memiliki peran yang sangat signifikan dalam meningkatkan profesionalisme
guru dan kepala sekolah dalam melaksanakan tugas pokoknya, khususnya dalam
mengawal implementasi kurikulum di sekolah. Oleh karena itu peneliti selaku pengawas
sekolah yang membawahi Gugus Binaan V (Melati) Menyusun Penelitian Tindakan
Sekolah yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan
Pembelajaran Melalui Supervisi Akademik Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) di Kelompok Kerja Guru Gugus V Kecamatan Cimanggis Kota
Depok”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan kondisi yang dipaparkan penulis, maka penulis selaku Pengawas
Sekolah di Gugus Binaan V merumuskan masalah, yaitu “Bagaimana meningkatkan
kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran melalui supervisi akademik
berbasis teknologi informasi dan komunikasi di Kelompok Kerja Guru Gugus V
Kecamatan Cimanggis Kota Depok”.

C. Tujuan Penelitian
Penelitian Tindakan Sekolah ini dilaksanakan dengan tujuan untuk :
1. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran.
9

2. Meningkatnya kemampuan Guru dalam memanfaatkan Teknologi Informasi dan


Komunikasi dalam menunjang proses belajar mengajarnya di kelas.
3. Menumbuhkan persesi positif guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik yang
dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas sebagai layanan bantuan proses
pembelajaran dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4. Meningkatkan intensitas kegiatan Kelompok Kerja Guru sebagai wahana
peningkatan kemampuan profesionalisme Guru.

D. Manfaat Penelitian
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Bagi Guru, meningkatkannya kemampuan guru dalam menyusun perencanaan
pembelajaran dan mengelola kegiatan proses pembelajaran
2. Bagi kepala sekolah, mampu mengembangkan kebijakan sekolah agar dapat
meningkatkan kualitas dan profesionalisme guru maupun kepala sekolah sendiri.
3. Bagi Dinas Pendidikan, hendaknya menjadi salah satu referensi dalam upaya
meningkatkan sistem pembinaan profesional tenaga pendidik dan kependidikan
serta mampu mengambil kebijakan pendidikan yang tepat, agar proses
pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan tepat dan lancar.
4. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui
penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel
dan valid.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kelompok Kerja Guru Gugus V Kecamatan Cimanggis


Gugus Melati Kecamatan Cimanggis Kota Depok terletak di Jalan Taman Duta
2. Pondok Duta terdiri dari sekolah-sekolah yang berada di kelurahan Tugu Kecamatan
Cimanggis. Adapun daftar sekolah Gugus Melati sebagai berikut :
Tabel 2.1. Daftar Anggota Gugus Melati Kecamatan Cimanggis Kota Depok
No Nama Sekolah Kepala Sekolah Alamat
1 SDN Palsigunung Hj. Eutik Suwartika S.Pd. Jln Menpor, Tugu
2 SDN Tugu 3 Hj.Ade Rohimah,S.Pd Jln .H.Icang,Tugu
3 SDN Tugu 4 Hj Rustinah,S.Pd Jln .Menpor,Tugu
4 SDN Tugu 6 Roro Sumiati,S.Pd Jln. Inpres,Tugu
5 SDN Tugu 8 Endang Widiastuti.P,S.Pd Jln. Inpres,Tugu
6 SDN Tugu 9 Suyanto,S.Pd Jln. H.Icang,Tugu
7 SDN Tugu 10 Sujiah, MM Jln.Taman Duta 2 Pondok Duta
8 SDN Tugu 11 Nani Rukmini,S.Pd Jln. Inpres,Tugu
9 SDS Karakter Dian Anggraeni ,T.A,S.Pi Jln Jakarta-Bogor Km 31 No 6
10 SDIT Pondok Duta Hj Yetty Nurchaya, S.Pd. Jln.Duta Plaza No.1
11 SDIT Raflesia Ma’mun S.Ag Jln.Duta Plaza No.1

Untuk mewujudkan peran KKG dalam pengembangan profesionalisme guru,


maka peningkatan kinerja kelompok kerja guru (KKG) merupakan masalah yang
mendesak untuk dapat direalisasikan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk
meningkatkan kinerja KKG, antara lain melalui berbagai pelatihan instruktur dan guru
inti, peningkatan sarana dan prasarana, dan peningkatan mutu manajemen
KKG/MGMP. Namun demikian, berbagai indikator mutu pendidikan belum
menunjukkan peningkatan kinerja KKG yang berarti. Di beberapa daerah menunjukkan
peningkatan kinerja KKG/MGMP yang cukup menggembirakan, namun sebagian besar
lainnya masih memprihatinkan. Dalam rangka melaksanakan tugas pokok dan fungsi
KKG di Gugu V telah ditetapkan visi, misi dan tujuan sebagai berikut :
1. Visi
Menjadi Pusat Pengembangan Pendidikan dan Pelatihan Guru SD Profesional yang
berkualitas Global.
2. Misi
a. Meningkatkan peran, tugas dan fungsi PKG sebagai wahana pengembangan
program pendidikan dan pelatihan.

10
11

b. Meningkatkan kompetensi guru sebagai pengembangan pendidikan yang


profesional.
c. Mengembangkan kompetensi kepala sekolah dalam pengelolaan
penyelenggaraan pendidikan di SD.
d. Meningkatkan kualitas pelayanan pendidikan sesuai kebutuhan SD imbas
sebagai pelanggan utama
e. Meningkatkan mutu SD anggota Gugus Sekolah V yang menjadi pesaing bagi
gugus sekolah lainnya.
3. Tujuan
a. Memfasilitasi peningkatan kompetensi guru, kepala sekolah dan pengawas
melalui pembinaan profesional tenaga pendidik pada forum KKG, KKKS, dan
KKPS
b. Sebagai wahana meningkatkan semangat kerjasama antarpersonel di gugus.
c. Wahana penyebar informasi, inovasi, dan pembinaan tenaga pendidik.
d. Meningkatnya partiisipasi masyarakat
e. Wadah penyemaian jiwa persatuan dan kesatuan serta menumbuhkan
kepercayaan diri.
f. Pemberdayaan perilaku positif dan berkarakter sebagai teladan bagi peserta
didik dan masyarakat.
4. Tugas Pokok dan Fungsi
a. Menumbuhkembangkan rasa kebersamaan dan kekeluargaan diantara sesama
anggota gugus dalam mencapai tujuan dan mengusahakan berbagai upaya
peningkatan mutu pendidikan di SD yang menjadi tanggung jawabnya.
b. Membudayakan kegiatan positif yang dapat meningkatkan mutu profesionalisme
guru yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan wawasan yang akan
memberi dampak pada peningkatan mutu proses dan hasil belajar siswa.
c. Melaksanakan kegiatan KKG, KKKS, KKPS dengan memanfaatkan sebesar-
besarnya fungsi Pusat Kegiatan Guru yang berpusat di SD Inti secara
berkelanjutan dan terprogram
d. Membantu memecahkan masalah, saling asah, asih dan asuh antarsekolah
anggota Gugus.
12

e. Mencari informasi dan bahan-bahan dari berbagai sumber yang dapat


dikembangkan bersama sebagai kreativitas dalam menciptakan inovasi di dlam
gugus sekolah.
f. Memelihara komunikasi secara teratur antara sesama anggota gugus guna saling
menyerap kiat-kiat keberhasilan pada setiap SD anggota gugus atau gugus lain.
g. Mengembangkan pola mekanisme pembinaan profesional guru yang
berkelanjutan secara efektif dan efisien.
h. Memacu guru dan kepala sekolah SD untuk terus belajar meningkatkan mutu
dan tanggap terhadap tugas profesi sebagai guru.
i. Mendorong pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam
perencanaan dan pelaksanaan proses pembelajaran di sekolah.

B. Kajian Teori
1. Kemampuan Guru dalam Melaksanakan Pembelajaran
Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi
para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar
kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri, dan
disiplin. Berkaitan dengan tanggungjawab; guru harus mengetahui serta memahami
nilai, norma moral, dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan
nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggungjawab terhadap segala
tindakannya dalam pembelajarannya di sekolah, dan dalan kehiduapan masyarakat.
Menurut PP No. 74 tahun 2008, jabatan guru yang “murni guru” terdiri dari
tiga jenis, yaitu guru kelas, guru bidang studi, dan guru mata pelajaran. Adapaun
tugas masing-masingnya disajikan sebagai beikut; 1) Menyusun kurikulum
pembelajaran pada satuan pendidikan; 2) Menyusun silabus pembelajaran; 3)
Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran; 4) Melaksanakan kegiatan
pembelajaran; 5) Menyusun alat ukur/soal sesuai mata pelajaran; 6) Menilai dan
mengevaluasi proses dan hasil belajar pada pelajaran di kelasnya; 7) Menganalisis
hasil penilaian pembelajaran; 8) Melakasanakan pembelajaran/perbaikan dan
pengayaan dengan memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi; 9) Melaksanakan
bimbingan dan konseling di kelas yang menjadi tanggung jawabnya; 10) Menjadi
pengawas penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah
dan nasional; 11) Membimbing guru pemula dalam program induksi; 12)
13

Membimbing siswa dalam kegiatan ekstrakurikuler proses pembelajaran; 13)


Melaksanakan pengembangan diri; 14) Melaksanakan publikasi ilmiah; 15)
Membuat karya inovatif.
Kemampuan guru disebut juga kompetensi guru. Kompetensi guru
merupakan seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus
dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas
keprofesionalannya. Kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini yang meliputi:
kompetensi pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial. Dalam hal
keterampilan, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar, yaitu:
membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan mengadakan
variasi mengajar. Dalam proses belajar-mengajar, guru memegang peran sebagai
sutradara sekaligus aktor dan merupakan faktor yang sangat dominan dalam
menentukan keberhasilan proses belajar-mengajar di kelas.
Dalam hal profesional, seorang guru harus menguasai keterampilan mengajar
dalam hal: membuka dan menutup pelajaran, bertanya, memberi penguatan, dan
mengadakan variasi mengajar. Wijaya (1992: 25-30) menyatakan bahwa
kemampuan profesional yang harus dimiliki guru dalam proses belajar mengajar
adalah: (1) menguasai bahan, (2) mengelola program belajar mengajar, (3)
mengelola kelas, (4) menggunakan media sumber, (5) menguasai landasan-landasan
kependidikan, (6) mengelola interaksi belajar mengajar, (7) menilai prestasi peserta
didik untuk kepentingan pengajaran, (8) mengenal fungsi dan program pelayanan
bimbingan dan penyuluhan, (9) mengenal dan menyelenggarakan administrasi
sekolah, dan (10) memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil-hasil penelitian
pendidikan guna keperluan pengajaran.
Kemampuan mengajar merupakan hal esensial yang harus dimiliki oleh guru
sebagai tugas profesinya. Depdiknas (2007) membagi kompetensi guru atas empat
dimensi, yaitu: (1) kompetensi pedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi profesional, dan (4) kompetensi sosial. Raka Joni (1984)
mengemukakan 10 macam kompetensi guru yang harus dikuasai yaitu; (1)
menguasai bahan, (2) menguasai landasan pendidikan, (3) menyusun program
pembelajaran, (4) melaksanakan pembelajaran, (5) menilai proses dan hasil belajar,
(6) melaksanakan program bimbingan dan penyuluhan, (7) menyelenggarakan
14

administrasi sekolah, (8) mengembangkan kepribadian, (9) berinteraksi dengan


sejawat dan masyarakat, dan (10) menyelenggarakan penelitian sederhana untuk
kepentingan mengajar. Kesepuluh kompetensi ini, Sudiarto mengguguskan ke dalam
tiga aspek, yaitu; (1) kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan
melaksanakan pembelajaran, dan (3) kemampuan mengevaluasi pembelajaran.
Depdiknas mengidentifikasi kemampuan mengajar guru dalam tiga gugus
yang lebih dikenal dengan alat penilaian kemampuan guru (APKG) yaitu; (1)
kemampuan merencanakan pembelajaran, (2) kemampuan melaksanakan
Pembelajaran, dan (3) kemampuan mengadakan hubungan antar pribadi (sosial).
Sedangkan BSNP (dalam Priatna, 2013) dikemukakan 14 kompetensi guru yaitu
kemampuan: (1) menguasai karakteristik peserta didik, (2) menguasai teori belajar
dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik, (3) pengembangan kurikulum, (4)
kegiatan pembelajaran yang mendidik, (5) pengembangan potensi peserta didik, (6)
komunikasi dengan peserta didik, (7) penilaian dan evaluasi, (8) bertindak sesuai
dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional. (9) menunjukkan
pribadi yang dewasa dan tauladan, (10) etos kerja, tanggung jawab yang tinggi dan
rasa bangga menjadi guru, (11) bersikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak
diskriminatif, (12) komunikasi dengan sesama guru, tenaga kependidikan, orang tua
peserta didik dan masyarakat, (13) penguasaan materi, struktur, konsep dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu, dan (14)
mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
Mengacu pada beberapa pendapat yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa kemampuan guru dikelompokkan ke dalam empat aspek pokok yaitu,
kemampuan mendisain pelajaran, kemampuan melaksanakan proses pembelajaran,
kemampuan melaksanakan evaluasi dan kemampuan melaksanakan hubungan
antara pribadi guru, sesama guru, siswa, orang tua dan masyarakat.
2. Supervisi Akademik
a. Konsep Supervisi Akademik
Supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran (Daresh, 1989, Glickman, et al; 2007). Supervisi
akademik tidak terlepas dari penilaian kinerja guru dalam mengelola
pembelajaran. Sergiovanni (1987) menegaskan bahwa refleksi praktis penilaian
15

kinerja guru dalam supervisi akademik adalah melihat kondisi nyata kinerja guru
untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, misalnya apa yang sebenarnya terjadi
di dalam kelas?, apa yang sebenarnya dilakukan oleh guru dan siswa di dalam
kelas?, aktivitas-aktivitas mana dari keseluruhan aktivitas di dalam kelas itu
yang bermakna bagi guru dan murid?, apa yang telah dilakukan oleh guru dalam
mencapai tujuan akademik?, apa kelebihan dan kekurangan guru dan bagaimana
cara mengembangkannya?. Berdasarkan jawaban terhadap pertanyaan-
pertanyaan ini akan diperoleh informasi mengenai kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran. Namun satu hal yang perlu ditegaskan di sini, bahwa
setelah melakukan penilaian kinerja berarti selesailah pelaksanaan supervisi
akademik, melainkan harus dilanjutkan dengan tindak lanjutnya berupa
pembuatan program supervisi akademik dan melaksanakannya dengan sebaik-
baiknya.
Supervisi akademik adalah merupakan kegiatan terencana yang ditujukan
pada aspek kualitatif sekolah dengan membantu guru melalui dukungan evaluasi
pada proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan hasil belajar (Dirjen
PMPTK, 2009:5). Sehubungan dengan penyusunan rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP), supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 tahun 2007. Penyusunan rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) melalui supervisi akademik dilakukan dengan
pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui saling berbagi pengalaman
dengan guru lain, dengan pembina gugus, dan dengan pengawas sekolah,
sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran dapat teratasi secara maksimal.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2007 tentang standar pengawas sekolah/madrasah Supervisi
akademik merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh pengawas
sekolah/madrasah. Untuk melaksanakan supervisi akademik secara efektif
diperlukan keterampilan konseptual, interpersonal dan teknikal (Glickman 1981,
dalam PMPTK, 2008:12). Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah/madrasah harus
memiliki dan menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi: pengertian,
16

tujuan dan fungsi, prinsip-prinsip, dan dimensi-dimensi substansi supervisi


akademik.
b. Tujuan dan fungsi supervisi akademik
Supervisi akademik dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemampuan
guru dalam menyusun RPP yang sesuai dengan Permen Diknas No. 41 tahun
2007. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran melalui Supervisi
Akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif, dan dilakukan melalui
saling berbagi pengalaman dengan guru lain, dengan pembina dari pengawas
sekolah. Sehingga masalah kurangnya kemampuan guru dalam menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dapat teratasi.
Tujuan supervisi akademik adalah: 1) membantu guru mengembangkan
kompetensinya, 2) mengembangkan kurikulum, 3) mengembangkan kelompok
kerja guru, dan membimbing penelitian tindakan kelas (PTK) (Glickman, et al;
2007, Sergiovanni, 1987).
Gambar tiga tujuan supervisi akademik sebagaimana dapat dilihat pada
gambar di bawah ini.

Pengembangan
Profesionalisme

TIGA TUJUAN
SUPERVISI
Pengawasan
Penumbuh
kualitas
an
Motivasi

Gambar 2.1. Tiga tujuan supervisi akademik

Supervisi akademik merupakan salah satu (fungsi mendasar (essential


function) dalam keseluruhan program sekolah (Weingartner, 1973; Alfonso dkk.,
1981; dan Glickman, et al; 2007). Hasil supervisi akademik berfungsi sebagai
sumber informasi bagi pengembangan profesionalisme guru.
c. Prinsip-prinsip supervisi akademik
1) Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
2) Sistematis, artinya dikembangan sesuai perencanaan program supervisi
yang matang dan tujuan pembelajaran.
3) Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
17

4) Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.


5) Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang mungkin
akan terjadi.
6) Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru dalam
mengembangkan proses pembelajaran.
7) Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan guru
dalam mengembangkan pembelajaran.
8) Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh
dalam mengembangkan pembelajaran.
9) Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademik.
10) Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
11) Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
12) Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
13) Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
14) Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di
atas (Dodd, 1972).
d. Dimensi Supervisi Akademik
1) Kompetensi kepribadian.
2) Kompetensi pedagogik.
3) Kompotensi profesional.
4) Kompetensi sosial.
Supervisi akademik sama sekali bukan penilaian unjuk kerja guru.
Apalagi bila tujuan utama penilaiannya semata-mata hanya dalam arti sempit,
yaitu mengkalkulasi kualitas keberadaan guru dalam memenuhi kepentingan
akreditasi guru belaka. Hal ini sangat berbeda dengan konsep supervisi
akademik. Secara konseptual, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan
membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses
pembelajaran demi pencapaian tujuan pembelajaran. Supervisi akademik
merupakan upaya membantu guru-guru mengembangkan kemampuannya
mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian, esensi supervisi akademik itu
18

sama sekali bukan menilai kinerja guru dalam mengelola proses


pembelajaran,melainkan membantu guru mengembangkan kemampuan
profesionalismenya.
Meskipun demikian, supervisi akademik tidak bisa terlepas dari penilaian
unjuk kerja guru dalam mengelola pembelajaran. Apabila di atas dikatakan,
bahwa supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran, maka menilai
unjuk kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran merupakan salah satu
kegiatan yang tidak bisa dihindarkan prosesnya. Penilaian kinerja guru dalam
mengelola proses pembelajaran sebagai suatu proses pemberian estimasi mutu
kerja guru dalam mengelola proses pembelajaran, merupakan bagian integral
dari serangkaian kegiatan supervisi akademik. Agar supervisi akademik dapat
membantu guru mengembangkan kemampuannya, maka untuk pelaksanaannya
terlebih dahulu perlu diadakan penilaian kemampuan guru, sehingga bisa
ditetapkan aspek yang perlu dikembangkan dan cara mengembangkannya.
Secara umum kegiatan supervisi dapat dibedakan dalam dua macam,
yaitu: supervisi umum dan supervisi akademik. Supervisi umum dilakukan
untuk seluruh kegiatan teknis administrasi sekolah, sedangkan supervisi
akademik lebih diarahkan pada peningkatan kualitas pembelajaran. Berikut ini
akan dibahas lebih mendalam mengenai supervisi akademik.
a. Model Supervisi Tradisional
1) Observasi Langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada
guru yang sedang mengajar melalui prosedur: pra-observasi dan post-
observasi.
a) Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan
wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi diskusi
dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan, metode
dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
b) Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
19

supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi


pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
c) Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan
wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap penampilannya,
identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru, identifikasi
ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu ditingkatkan, gagasan-
gagasan baru yang akan dilakukan.
2) Supervisi akademik dengan cara tidak langsung
a) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal yang
diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik waktu
itu.
b) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada
observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil
studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus
demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai
alternatif jalan keluarnya.
c) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan
mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan guru
dengan siswanya dan sebagainya.
b. Model Kontemporer (masa kini)
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan
klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model supervisi klinis. Supervisi
akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi akademik yang
bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi akademik
langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.
20

3. Teknologi Informasi dan Komunikasi


Perkembangan teknologi terutama teknologi komunikasi dan teknologi
informasi (ICT), yang telah memperngaruhi sluruh aspek kehidupan tak terkeculai
pendidikan, sesungguhnya bias dimanfaatkan untuk memberikan dukungan terhadap
adanya tuntutan reformasi dalam system pendidikan. Pengembangan dan
pemanfaatan media pembelajaran berbasik TI baik yang bersifat off-line maupun on-
line, bisa dimanfaatkan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang berminat.
Teknologi informasi dan Komunikasi (TIK), dalam jangka waktu yang
relatif singkat, berkembang dengan sangat pesat. Pengguna Internet di Indonesia
dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang sangat signifikan. Berdasarkan
data perkiraan APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia) sampai
dengan akhir tahun 2005 pengguna internet indonesia mencapai 16 juta pengguna,
naik hampir 50 % dibandingkan dengan data pengguna internet tahun 2004 yang
mencapai 11 juta pengguna (www.wahanakom.com).
Dalam kebijakan nasional, TIK menjadi kunci dalam 2 hal yaitu (1)
effisiensi proses, dan (2) memenangkan kompetisi. Demikian juga dengan lembaga
pendidikan (sekolah). Tanggung jawab sekolah dalam memasuki era globalisasi
yaitu harus menyiapkan siswa untuk menghadapi semua tantangan yang berubah
sangat cepat dalam masyarakat kita. Hal ini menyebabkan sekolah dituntut untuk
mampu menghasilkan SDM-SDM unggul yang mampu bersaing dalam kompetisi
global ini. Peningkatan kualitas dan kemampuan siswa dapat dilakukan dengan
mudah, yakni dengan memanfaatkan internet sebagai lahan untuk mengakses ilmu
pengetahuan seluas-luasnya. Upaya ini dapat dilakukan dengan memasukkan TIK
sebagai pendekatan dalam proses pembelajaran pada Lembaga Pendidikan
(Sekolah).
a. Pengertian Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi, adalah payung besar terminologi yang
mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi.
TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi.
Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan
sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi
komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu
untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh
21

karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep
yang tidak terpisahkan.
Istilah “Teknologi Informasi dan Komunikasi‟ tidak dapat dipisahkan dari
konsep yang membangunnya, yakni konsep “Teknologi Informasi‟ dan “Teknologi
Komunikasi‟.
Istilah teknologi informasi juga disebutkan di dalam WordNet Glossary
Universitas Princeton sebagai suatu cabang ilmu teknik yang khusus berhubungan
dengan teknik-teknik pemanfaatan komputer dan perangkat telekomunikasi guna
menerima, menyimpan dan meneruskan suatu informasi.
Istilah “teknologi komunikasi‟, lebih merujuk kepada proses
pentransmisian/penyebaran informasi yang telah diolah. Munir (2008: 14)
mengemukakan bahwa teknologi komunikasi adalah perangkat-perangkat teknologi
yang terdiri dari hardware, software, proses dan sistem, yang digunakan untuk
membantu proses komunikasi, yang bertujuan agar komunikasi berhasil
(komunikatif).
Teknologi informasi bisa didefinisikan sebagai pemanfaatan teknologi guna
keperluan pengolahan informasi. Hal ini senada dengan definisi yang dicantumkan
Dictionary of Information Technology yang menyebutkan bahwa teknologi
informasi merupakan, “the acquisition, processing, storage and dissemination of
vocal, pictorial, textual and numerical information by a microelectronics-based
combination of computing and telecommunications ...” (Longley & Shain 2012:
164).
Berdasarkan penjabaran dari istilah „teknologi informasi‟ dan „teknologi
komunikasi‟ di atas maka dapat dilihat sebuah diferensiasi dari kedua istilah
tersebut. Teknologi informasi lebih menekankan pada aspek pengolahan informasi
agar menjadi efektif dan komunikatif Sedangkan istilah teknologi komunikasi lebih
menitikberatkan pada segi pentransmisian/penyebaran dari informasi yang telah
diolah tersebut.
Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu
segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media.Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan
antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan
teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi
22

tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad
ke-21, TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik
jenuhnya.
Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa Teknologi Informasi dan
Komunikasi adalah suatu kegiatan pengolahan dan penyebaran informasi dengan
menggunakan teknologi komputasi elektronik agar menjadi suatu informasi yang
efektif dan komunikatif guna disampaikan/ditransmisikan kepada pihak-pihak yang
membutuhkannya.
b. Penerapan Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam Pembelajaran
Perkembangan teknologi yang berlangsung dengan sangat pesat dimulai dari
pertengahan abad ke-20 hingga saat ini (awal abad ke-21) telah menyebabkan
hampir seluruh aspek dalam kehidupan manusia telah mendapatkan sentuhan
teknologi. Teknologi pada dasarnya memang diciptakan untuk mempermudah hidup
manusia, sehingga manusia bisa menyelesaikan pekerjaan-pekerjaannya dengan
lebih cepat, efektif, efisien dan juga optimal.
Dunia pendidikan tidak terlepas dari mendapatkan pengaruh yang besar dari
terjadinya perkembangan teknologi yang sangat pesat itu. Dimulai dari awal abad
ke-20, telah banyak dikembangkan aplikasi-aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi yang bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan
pembelajaran guna mendapatkan hasil pendidikan yang optimal yang akan berimbas
kepada peningkatan taraf hidup dan kemajuan umat manusia di seluruh dunia.
Di masa-masa awal pemanfaatan TIK untuk kegiatan pembelajaran, teknologi
media yang sedang berkembang pada saat itu sering dimanfaatkan sebagai media
penyampaian informasi pembelajaran. Media televisi dan radio memegang peranan
penting dalam hal pemanfaatan teknologi untuk penyebarluasan materi
pembelajaran selama abad ke-20. Radio telah dimanfaatkan untuk mengantarkan
informasi pembelajaran ke tempat-tempat terpencil seperti pelosok desa atau kota
yang jauh dari pusat pemerintahan, sedangkan televisi digunakan untuk
menyampaikan informasi pembelajaran ke seluruh penjuru dunia.
Menjelang akhir abad ke-20 di mana teknologi komputer dan jaringan
komputer mulai berkembang, peranan televisi dan radio sebagai aplikasi teknologi
penyampaian materi pembelajaran mulai tergeser dengan hadirnya teknologi internet
dan aplikasi-aplikasi pembelajaran elektronik. Akan tetapi sesuai dengan hakikat
23

perkembangan teknologi di mana kehadiran teknologi baru tidak bertujuan untuk


menggantikan fungsi teknologi yang telah ada sebelumnya, pemanfaatan teknologi
komputer dan internet pun bertujuan untuk menambah media-media yang bisa
digunakan untuk menyampaikan materi pembelajaran. Tren yang berkembang saat
ini, seluruh teknologi informasi dan komunikasi yang ada digunakan secara
beriringan sesuai dengan fungsi dan keunggulannya untuk menyampaikan materi-
materi pembelajaran yang sesuai.
TIK sebagai sebuah alat bantu dalam kegiatan pembelajaran bila didesain dan
diintegrasikan dengan baik bisa membantu meningkatkan penyerapan pengetahuan,
keterampilan dan sikap hidup peserta didik. Dengan pengintegrasian TIK, sebuah
kegiatan pembelajaran tidak lagi hanya akan berpusat kepada pengajar sebagai pusat
pengetahuan, akan tetapi akan lebih berpusat kepada peserta didik (student-
centered) sebagai pihak yang benar-benar memiliki kendali atas kegiatan
pembelajaran yang dilakukannya. Cynthia (2009: 6) mengemukakan bahwa
setidaknya ada lima kondisi efektif pembelajaran yang bisa dicapai melalui
pemanfaatan TIK sebagai berikut:
1) Pembelajaran Aktif; Dengan pemanfaatan TIK, suasana pembelajaran tidak akan
lagi menjadi abstrak, melainkan lebih nyata dan relevan dengan kebutuhan
belajar peserta didik. Keterlibatan peserta didik akan meningkat, dan peserta
didik akan dengan lebih mudah memilih materi pelajaran yang dibutuhkannya.
2) Pembelajaran Kolaboratif; TIK memungkinkan peserta didik untuk belajar
secara kolaboratif, baik dengan sesama peserta didik, dengan pengajar, maupun
narasumber yang berhubungan dengan topik yang sedang mereka pelajari. TIK
telah memudahkan peserta didik untuk saling berkomunikasi dan berbagi
informasi dengan beragam format kapanpun dan di manapun mereka sedang
berada.
3) Pembelajaran Kreatif; TIK telah memungkinkan peserta didik untuk
menghasilkan produk yang unik dan menarik, karena TIK memiliki kemampuan
untuk menggabungkan berbagai format sajian ke dalam satu kesatuan, seperti
materi multimedia, flm, website dll.
4) Pembelajaran Integratif; Penggunaan TIK telah memungkinkan peserta didik
untuk lebih mudah menggabungkan berbagai informasi dari ragam disiplin ilmu
ke dalam satu kesatuan informasi. Dengan informasi yang lebih mudah didapat,
24

peserta didik akan memiliki pemahaman yang lebih komprehensif mengenai


topik yang sedang mereka bahas.
5) Pembelajaran Evaluatif; TIK memungkinkan peserta didik untuk mengevaluasi
sendiri kegiatan pembelajaran mereka. Dengan menggunakan aplikasi tertentu,
peserta didik mampu mengukur sejauh mana pemahaman mereka terhadap
sebuah materi pembelajaran dan mengidentifikasi kelemahan-kelemahan mereka
agar bisa lebih menyempurnakan pemahamannya.
Selain berguna untuk membuat suatu kegiatan pembelajaran menjadi lebih
berpusat kepada siswa (student centered), lebih lanjut Haddad & Jurich (2002: 29)
mengemukakan hasil risetnya mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan di
beberapa negara berkembang. Dalam hasil risetnya tersebut mereka mengatakan
bahwa bila dimanfaatkan dengan baik dan tepat guna, maka TIK memiliki potensi
untuk memperluas akses pendidikan (expanding access), meningkatkan efisiensi
(promoting efficiency), memperbaiki kualitas belajar dan meningkatkan kualitas
pengajaran (improving the quality of learning and enhancing the quality of
teaching), serta memperbaiki sistem pengelolaan dan administrasi pendidikan
(improving management system).
c. Pemanfaatan Teknologi Informasi di Gugus Sekolah
Berdasarkan pemaparan-pemaparan di atas, terlihat jelas bahwa kebutuhan
pemanfaatan TIK di dalam dunia pendidikan adalah mutlak untuk diadakan guna
kepentingan peningkatan kualitas pembelajaran. Abdulhak (2010: 4) mengemukakan
bahwa secara garis besar TIK memiliki empat peranan sebagai berikut:
1) Memperluas akses pendidikan
TIK dapat membuka akses yang lebih luas terhadap pendidikan. Dengan TIK,
kegiatan pembelajaran tidak terbatas lagi pada dinding-dinding ruang kelas, akan
tetapi dapat berlangsung di mana saja dan kapan saja asal peserta didik yang
bersangkutan terhubung ke internet. Contohnya, aplikasi TIK seperti distance
education (pendidikan jarak jauh) telah memberi kesempatan kepada mereka yang
misalnya waktunya terbatas karena pekerjaan menjadi tetap bisa mengikuti
pendidikan dengan bantuan teknologi.
2) Meningkatkan efisiensi pendidikan
Efisiensi dalam bidang pendidikan berarti sebuah pendidikan bisa
tersampaikan dengan kualitas terbaik dan menuju hasil yang optimal tanpa biaya
25

yang mahal. Pemanfaatan TIK memungkinkan hal itu terjadi. Melalui pemanfaatan
TIK, peserta didik dapat melakukan kegiatan akademik sesuai dengan tuntutan
kurikulum walaupun mereka tidak menghabiskan waktunya di kelas. Selain itu bagi
siswa yang memiliki disiplin diri dan motivasi belajar yang tinggi, pemanfaatan TIK
dapat mempercepat proses untuk mencapai tingkat penguasaan, dan memperluas
pilihan belajar sesuai dengan kemampuan dan kondisi diri peserta didik melalui
kegiatan belajar mandiri (self learning) (Abdulhak 2010: 4).
3) Memperbaiki proses belajar mengajar
TIK dengan segala potensi dan kemampuannya dalam menyajikan materi
yang variatif dalam berbagai format mampu mengantarkan proses belajar mengajar
yang lebih baik guna memberikan hasil belajar yang lebih optimal pada diri peserta
didik. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa bila dibandingkan dengan
mengikuti pembelajaran konvensional tatap muka dan ceramah yang monoton di
dalam kelas, peserta didik akan lebih memiliki ketertarikan untuk belajar melalui
penggunaan media yang bisa mengantarkan beragam format seperti gambar, suara,
video, animasi, atau program interaktif. Selain itu Haddad & Jurich dalam Abdulhak
(2010: 5) juga mengemukakan bahwa,
“... TIK memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas pendidikan melalui
peningkatan motivasi, memfasilitasi penguasaan keterampilan dasar,
membantu meningkatkan inkuiri dan eksplorasi, serta menyiapkan individu
untuk dunia yang dikendalikan oleh teknologi.”

Dalam pemanfaatannya, TIK diharapkan bisa menghasilkan suatu kegiatan


pembelajaran efektif yang dapat mendorong keingintahuan intelektual siswa dan
yang menyenangkan sehingga mendorong siswa untuk berperan aktif dalam proses
pembentukan pengetahuannya.
4) Memperbaiki Sistem Pengelolaan
Dalam hal manajemen dan administrasi pendidikan, TIK dapat dipergunakan
untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan pembelajaran,
seperti keadaan peserta didik dan pengajar, hasil penilaian peserta didik, keuangan,
keadaan sarana dan prasarana suatu lembaga pendidikan dll. Hal ini dilakukan demi
menghasilkan suatu lembaga pendidikan dan kegiatan pembelajaran yang berkualitas
yang mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta
dapat diperoleh dengan tepat waktu.
26

Selain empat peranan TIK dalam pendidikan seperti yang telah disebutkan di
atas, TIK juga memiliki peranan-peranan lain yang lebih spesifik dalam dunia
pendidikan. Peranan tersebut lebih terkait kepada kegiatan pembelajaran sebagai
kegiatan sentral dalam sebuah sistem pendidikan. Berikut adalah enam peranan TIK
tersebut seperti yang dikemukakan oleh Munir (2010: 185) :
a) TIK sebagai keterampilan (skill) dan kompetensi
Setiap pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan pendidikan, baik itu peserta
didik, pengajar, administrator maupun para pengambil kebijakan pendidikan, harus
memiliki kompetensi dan keahlian di bidang teknologi informasi dan komunikasi,
khususnya aplikasi TIK yang spesifik diperuntukkan bagi pendidikan. Hal ini
dikarenakan TIK saat ini sudah menjadi suatu bidang ilmu yang sudah menyentuh
hampir semua aspek kehidupan dan wajib dikuasai oleh siapapun. Penguasaan TIK
oleh setiap pihak pemangku kepentingan di bidang pendidikan akan melahirkan satu
visi dan pandangan yang sama mengenai apa dan bagaiman TIK dimanfaatkan guna
menghasilkan suatu kegiatan pembelajaran yang efektif.
b) TIK sebagai infrastruktur pembelajaran
Penggunaan TIK sebagai salah satu komponen pembelajaran akan
meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri. Pembelajaran jadi bisa
dilaksanakan di mana saja dan kapan saja, serta tidak terkendala lagi oleh keadaan di
mana peserta didik, pengajar dan bahan ajar terpisah secara geografis.
c) TIK sebagai sumber bahan belajar
Pemanfaatan TIK sebagai suatu sumber bahan belajar akan menjamin
tersedianya materi-materi pembelajaran yang selalu terperbaharui dan selalu tersedia
untuk diakses setiap saat. Selain itu materi-materi pembelajaran pun akan lebih
mudah untuk diperbaharui menyesuaikan dengan cepatnya perkembangan ilmu
pengetahuan yang terjadi.
d) TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran
Melalui pemanfaatan TIK sebagai alat bantu dan fasilitas pembelajaran, suatu
materi pembelajaran akan tersampaikan dengan lebih baik dengan
mempertimbangkan konteks dunia nyatanya. Ilustrasi berbagai fenomena ilmu
pengetahuan akan tersampaikan dengan lebih riil sehingga penyerapan bahan ajar
pun terjadi dengan lebih cepat. Melalui pemanfaatan TIK juga interaksi antar peserta
didik akan lebih tinggi sehingga akuisisi ilmu pengetahuan di antara mereka akan
27

berlangsung dengan lebih baik, baik secara kualitas maupun kuantitas. Selain itu,
peserta didik akan menjadi mampu melakukan eksplorasi terhadap pengetahuannya
secara lebih bebas dan mandiri.
e) TIK sebagai pendukung manajemen pembelajaran
Pemanfaatan TIK dalam mendukung manajemen pembelajaran dapat
dipergunakan untuk membantu mengelola dan mengolah data-data pendidikan dan
pembelajaran sehingga menghasilkan suatu lembaga pendidikan yang berkualitas
yang mampu menyediakan data pendidikan yang akurat, mudah dipergunakan, serta
dapat diperoleh dengan tepat waktu. Hal ini sesuai dengan salah satu visi UNESCO
mengenai pemanfaatan TIK dalam pendidikan yang menyebutkan bahwa TIK dapat
menciptakan suatu administrasi, pengaturan kebijakan, dan manajemen pendidikan
yang lebih efisien (more efficient education management, governance and
administration).
f) TIK sebagai sistem pendukung keputusan.
Ketersediaan data-data pendidikan yang akurat dapat digunakan oleh para
pembuat keputusan dan pemegang kewenangan untuk membuat keputusan yang tepat
bagi sistem pendidikan yang berlangsung. Sistem kerja TIK yang membuat suatu
data bisa selalu diperbaharui dan tersedia setiap saat akan memberikan jaminan
terhadap ketersediaan data-data yang valid dan reliabel guna terciptanya keputusan
dan kebijakan yang menguntungkan suatu pihak.
Satu hal yang jelas dari kegiatan pemanfaatan TIK dalam pendidikan, bahwa
TIK kini memegang peranan yang penting dalam penyelenggaraan suatu sistem
pendidikan guna menjamin terciptanya pendidikan yang berkualitas, perkembangan
ilmu pengetahuan dan kemajuan umat manusia.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Subjek, Lokasi, dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian adalah di Gugus Binaan V (Gugus Melati) Kecamatan
Cimanggis Kota Depok yang beralamat di jalan Taman Duta II Kelurahan Tugu
Kecamatan Cimanggis Kota Depok. Adapun waktu penelitian dilaksanakan selama
enam bulan) pada Semester I Tahun Pelajaran 2013/2014.

B. Jenis dan Prosedur Penelitian


1. Jenis Penelitian
Adapun penelitian yang akan diterapkan adalah Penelitian Tindakan Sekolah
(PTS) adalah jenis penelitian yang dilakukan oleh kepala sekolah dan pengawas
sekolah. Seperti yang dikemukakan Mulyasa bahawa Penelitian Tindakan Sekolah
merupakan upaya peningkatan kinerja sistem pendidikan dan meningkatkan menejemen
sekolah agar menjadi produktif, efektif dan efisien. jenis penelitian ini perlu
diperkenalkan kepada kepala sekolah dan pengawas sekolah nelalui pendidikan dan
pelatihan (diklat) PTS. Dalam pelaksanaan diklat PTS, diharapkan kepala sekolah dan
pengawas sekolah dapat (1) memahami PTS sebagai bagian dari penelitian ilmiah, (2)
memahami makna PTS, (3) memahami penyusunan usulan PTS, (4) melaksanakan dan
melaporkan hasil PTS yang dilakukannya.
Menurut Direktorat Tendik (2008) Langkah – Langkah PTS terdiri atas empat
tahap, yaitu planning (Rencana), action (tindakan), observasi (pengamatan) dan
reflection (refleksi). Siklus spiral dari tahap-tahap PTS dapat dilihat pada gambar
berikut:
1. Rangangan/rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun
rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya
instrument penelitian dan perangkat pembelajaran.
2. Tindakan dilakukan setelah rancangan disusun. Tindakan merupakan bagian yang
akan dilakukan dalam Penelitian Tindakan Sekolah dalam penelitian.
3. Pengamatan dilakukan waktu guru dibombing menggunakan komputer. Data yang
dikumpulkan dapat berupa data pengelolaan sekolah/madrasah. Instrumen yang
umum dipakai adalah lembar observasi,dan cacatan lapangan yang dipakai untuk
memperoleh data secara objektif yang tidak dapat terekam melalui lembar observasi,

28
29

misalnya aktivitas siswa selama pemberian tindakan berlangsung, reaksi mereka,


atau pentunjuk-petunjuk lain yang dapat dipakai sebagai bahan dalam analisis dan
untuk keperluan refleksi.
4. Refleksi, peneliti mengkaji melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Moleong (2006: 8-
13) menyatakan bahwa ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai berikut: (1) peneliti
bertindak sebagai instrumen utama, karena disamping sebagai pengumpul data dan
menganalisis data peneliti juga terlibat langsung dalam proses penelitian, (2)
mempunyai latar alami (natural setting), data yang diteliti dan dihasilkan akan
dipaparkan sesuai dengan yang terjadi dilapangan, (3) hasil penelitian bersifat diskriptif,
karena data yang dikumpulkan bukan berupa angka- angka melainkan berupa kata-kata
atau kalimat, (4) lebih mementingkan proses dari pada hasil, (5) adanya batas
permasalahan yang ditentukan dalam fokus penelitian, dan (6) analisis data cenderung
bersifat induktif.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model siklus yang dikembangkan
oleh Kemmis dan Mc Taggart (dalam Ritawati, 2008:69). Proses penelitian merupak
proses daur ulang atau siklus yang dimulai aspek , mengembangkan perencanaan,
melakukan observasi terhadap tindakan dan melakukan refleksi terhadap perencanaan
kegiatan tindakan dan kesuksesan hasil yang diperoleh. Pada setiap akhir tindakan
dinilai dengan instrument bimbingan setelah belajar. Alur Penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut :
Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Gambar 3.1. Langkah PTS (Direktorat Tendik (2008)


30

2. Prosedur Penelitian Tindakan


a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini berupa rencana kegiatan menentukan langkah-langkah
yang akan dilakukan peneliti untuk memecahkan masalah. Langkah ini merupakan
upaya memperbaiki kekurangan guru dalam menggunakan komputer kegiatan yang
akan dilakukan adalah (1) menyusun jadwal bimbingan belajar, (2) membuat dan
meyiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi memperoleh data nontes,
(3) menyiapkan refleksi dan perbaikan guru dalam mengajar.
b. Tindakan
Tindakan adalah aktivitas yang dirancang dengan sistematis untuk
menghasilkan adanya peningkatan atau perbaikan dalam proses pembelajaran,
sehingga proses pembelajaran di lakukan guru lebih maksimal dan baik sehingga
pembelajaran
Dengan adanya bimbingan belajar TIK guru bisa meningkatkan
kemampuannya dalam mengajar dan menguasai knmpetensi – kompetensi guru
secara keseluruhan. Dengan hal ini guru akan mudah dalam mengerjakan admistrasi
yang menyakut dengan tugas pokoknya
c. Observasi
Observasi adalah mengamati hasil atau dampak dari tindakan-tindakan yang
dilakukan guru dalam bimbingan belajar TIK. Observasi dilaksanakan peneliti
selama kegiatan berlangsung. Observasi meliputi observasi guru menngunakan
komputer.
d. Refleksi
Refleksi adalah mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau dampak
dari tindakan. Berdasarkan hasil refleksi ini, peneliti dapat melakukan revisi
terhadap rencana selanjutnya atau terhadap rencana awal siklus II.
Pada tahap ini, peneliti menganalisis hasil kemampuan guru dalam mengajar
siklus I. Jika kemampuan tersebut belum memenuhi nilai target yang telah
ditentukan, akan dilakukan tindakan siklus II dan masalah-masalah yang timbul
pada siklus I akan dicarikan alternatif pemecahannnya pada siklus II.
31

3. Pelaksanaan Tindakan
Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan yang berlangsung
selama 3 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari tahapan perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi. Metode penelitian yang dilakukan peneliti adalah dengan
melaksanakan supervise akademik yang meliputi supervise tradisional dan supervise
model kontemporer dilaksanakan dengan pendekatan klinis yang secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Perencanaan Awal
Langkah awal yang direncanakan pada penilitian tindakan sekolah ini terdiri dari
beberapa kegiatan, yakni:
1) Identifikasi Masalah Kemampuan Awal
2) Pengajuan Proposal
3) Melakukan Sosialisasi rencana penelitian tindakan sekolah di Kelompok Kerja Guru
Gugus Binaan V Kecamatan Cimanggis.
4) Mempersiapkan instrument
b. Siklus I
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi tradisional dengan
merencanakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Pada tahap perencanaan, tindakan pertama yang dilaksanakan adalah
menyiapkan percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi
guru dalam menyusun RPP dan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal
ini dilakukan dengan cara menanyakan bagian penyusunan RPP yang belum
mereka pahami, mengacu kepada Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang
Standar Proses.
b) Mengidentifikasi jumlah guru yang sudah membuat silabus dan RPP pada
pertemuan KKG.
c) Meminta guru untuk mengumpulkan perangkat pembelajaran
d) Peneliti memeriksa administrasi guru secara kuantitas dan kualitatif
e) Peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ditemukan.
f) Menyusun rencana tindakan (berupa penjadwalan supervisi individual atau
kelompok disesuaikan dengan temuan pada identifikasi masalah).
32

2) Pelaksanaan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan rencana tindakan supervisi
individual/kelompok untuk menilai pelaksanaan proses pembelajaran yang
dilaksanakan guru. Pelaksanaan supervisi ini termasuk dalam kegiatan Pra
Observasi yang dilakukan dengan pertemuan individual office-conference. Hal ini
dilakukan terutama kepada guru yang tidak mengumpulkan perangkat pembelajaran,
untuk mengetahui penyebab/masalahnya.
Pada tahap Pelaksanaan ini dilaksanakan pra observasi, melakukan analisis
dan menetapkan strategi tentang cara mengatasi kendala yang dihadapi guru
utamanya dalam penyusunan RPP. Supervisor dan guru-guru melakukan analisis
dokumen RPP mereka dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan Guru
(APKG 1). Peneliti menilai RPP dengan menggunakan Alat Penilaian Keterampilan
Guru (APKG 1). Guru mencatat bagian-bagian / komponen RPP yang tidak sesuai
dengan Alat Penilaian Keterampilan Guru (APKG 1). Guru mencermati butir-butir
APKG 1, selanjutnya melaksanakan diskusi menyusun RPP yang mengacu kepada
APKG 1 dan Standar Proses untuk menentukan cara untuk mengatasi permasalahan
tersebut. Peran supervisor membimbing keproses pemecahan masalah. Tahap ini
peneliti rencanakan berlangsung selama 2 minggu.
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia
diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai
dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi
dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan
mengobservasi hasil awal yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus 1. Selain
itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus 1. Adapun Instrumen yang digunakan adalah
Instrumen Supervisi Akademik
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
33

tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan


kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus kedua.
c. Siklus II
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi kontermporer.
Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan KKG adalah menyiapkan
percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan
cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus II adalah
sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus I
b) Melaksanakan pertemuan KKG untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus I
secara umum.
c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif
d) Melaksanakan Peer Teaching
e) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke II
f) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan
mengikutsertakan semua guru kelas.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru di
KKG tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus I kemudian para guru bersama-
sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif dengan
menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran.
Tahap berikutnya guru di bawah bimbingan Pengawas dalam kegiatan KKG
melaksanakan Peer Teaching dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya.
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar bersedia
diobservasi dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran di kelas sesuai
34

dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang telah dirancangnya dengan guru


menggunakan Instrumen Penilaian Keterampilan Guru dalam Melaksanakan
Pembelajaran. Pengawas menugaskan guru untuk membuat RPP yang terbaik dan
dikirim melalui email pengawas.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi kelas kepada para guru
dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di kelas masing-masing. Observasi
dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi selama tahap pelaksanaan dan
mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan tindakan siklus II. Selain itu
peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah lanjutan yang timbul dari
pelaksanaan tindakan di siklus I1.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya.
d. Siklus III
1) Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif.
Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan KKG adalah menyiapkan
percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus II. Hal ini dilakukan dengan
cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses. Adapun Langkah-langkah Perencanaan Siklus III adalah
sebagai berikut :
a) Mengidentifikasi hasil pelaksanaan proses pembelajaran Siklus II
b) Melaksanakan pertemuan KKG untuk membahas hasil Supervisi pada Siklus II
secara umum.
35

c) Guru Menyusun Perbaikan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang interaktif


d) Melaksanakan Peer Teaching yang dilakukan dengan merekam proses peer
teaching menggunakan camera video digital.
e) Melatih Guru dalam pengenalan Penggunaan Camera Video Digital dalam
pembelajaran.
f) Menyepakati rencana Supervisi Pelaksanaan Pembelajaran Tahap ke III dengan
model supervisi klinis. Dalam kegiatan ini supervisor tidak melakukan observasi
langsung ke dalam kelas melainkan menerima rekaman pelaksanaan
pembelajaran yang telah dilakukan setiap guru.
g) melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan
mengikutsertakan semua guru kelas.
2) Pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan Peneliti melakukan evaluasi bersama para guru di
KKG tentang pelaksanaan pembelajaran pada Siklus II kemudian para guru
bersama-sama menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang lebih Interaktif
dengan menekankan pada kegiatan Inti memanfaatkan TIK dalam Pembelajaran
serta penggunaan Camera Video Digital untuk merekam proses pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan setiap guru.
Pada pertemuan KKG di bawah bimbingan Pengawas para guru
melaksanakan Peer Teaching yang pelaksanaan direkam dengan menggunakan
Camera Video Digital dengan tujuan sebagai alat latih bagi para guru dalam
melaksanakan proses belajar mengajar sebenarnya. Pada kesempatan ini juga guru
diperkenalkan penggunaan Camera video dan pembuatan Movie Maker.
Tahap berikutnya peneliti membuat kesepakatan dengan guru agar
mempersiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang terbaik kemudian direkam
dengan menggunakan camera video digital. Hasil Rekaman pelaksanaan
Pembelajaran diserahkan kepada Supervisor untuk dilakukan penilaian.
3) Observasi
Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan observasi terhadap hasil rekaman
Camera Video Digital. Observasi dilakukan terhadap seluruh kejadian yang terjadi
selama tahap pelaksanaan dan mengobservasi hasil yang dicapai pada pelaksanaan
tindakan siklus III. Selain itu peneliti juga mengidentifikasi masalah-masalah
lanjutan yang timbul dari pelaksanaan tindakan di siklus berikutnya.
36

4) Refleksi
Pada tahap refleksi, peneliti melakukan evaluasi terhadap tindakan dan data-
data yang diperoleh. Kegiatan ini juga merupakan pelaksanaan supervisi akademik
fase Post Observasi. Pada tahap ini supervisor mengadakan wawancara dan diskusi
tentang kesan guru terhadap penampilannya, identifikasi keberhasilan dan
kelemahan guru, serta mengidentifikasi keterampilan-keterampilan mengajar yang
perlu ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan. Kemudian
dilanjutkan dengan pertemuan bersama melalui kegiatan kelompok kerja guru untuk
membahas hasil evaluasi dan penyusunan langkah-langkah untuk siklus berikutnya.

C. Indikator Keberhasilan
Tingkat kemampuan guru dalam penyusunan RPP dapat ditentukan dengan
membandingkan M atau rata-rata kemampuan guru ke dalam PAP skala lima dengan
kriteria sebagai berikut :
Tabel 3.1. Pedoman Konversi Skala Lima

No Persentase (%) Kriteria Kriteria

1 91 -100 Sangat Baik

2 75 – 90 Baik

3 65 – 74 Cukup

4 40 – 64 Kurang

5 0 – 39 Sangat Kurang

Sumber: Dantes (2008)


Kriteria keberhasilan penelitian ini dapat diukur dari ketercapaian peningkatan
kemampuan guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran sesuai Permendiknas No. 41
Tahun 2007. Penelitian ini dikatakan berhasil apabila kemampuan guru dalam
menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran 100% berada pada kategori baik.

D. Teknik Pengumpulan Data


Data dalam PTS ini dikumpulkan dengan menggunakan berbagai instrumen
penelitian (alat monitoring), seperti: catatan harian, lapangan, lembar observasi;
37

pedoman wawancara; lembar angket/kuesioner, lembar masukan guru (refleksi


tindakan); lembar penilaian unjuk kerja, dan instrumen perekam gambar/suara (video).

E. Teknik Analisis Data


Data yang telah terkumpul dalam penelitian ini selanjutnya dianalisis secara
deskriptif. Analisis data dalam PTS bertujuan bukan untuk digeneralisasikan,
melainkan untuk memperoleh bukti kepastian apakah terjadi perbaikan, peningkatan,
dan atau perubahan sebagaimana yang diharapkan. Hal ini karena masalah yang
diangkat dalam PTS bersifat kasuistik, artinya masalah yang spesifik terjadi dan
dihadapi oleh guru yang melakukan PTS tersebut dan alternatif pemecahan masalah
yang dilakukan belum tentu akan memberikan hasil yang sama untuk kasus serupa.
Oleh karena itu ketika suatu PTS berhasil menunjukkan terjadinya perbaikan,
peningkatan, dan atau perubahan sebagaimana yg diharapkan, maka berarti sekaligus
peneliti (guru) telah berhasil menemukan model dan prosedur tindakan yang
memberikan jaminan terhadap upaya pemecahan masalah tersebut.
Analisis data difokuskan pada sasaran/variabel/objek yang akan diperbaiki/
diting-katkan, misalnya tentang kesiapan peserta didik dalam mengikuti pelajaran,
frekuensi dan kualitas pertanyaan, cara menjawab dan penalarannya, kualitas kerjasama
kelompok, aktivitas, partisipasi, motivasi, minat, konsep diri, berpikir kritis, kreativitas,
kemandirian, dan lain-lain. Data dapat berupa angka maupun non-angka (kalimat atau
kata-kata), yang dapat dianalisis deskriptif dan sajian visual yang menggambarkan
bahwa tindakan yang dilakukan dapat menimbulkan adanya perbaikan, peningkatan,
dan atau perubahan ke arah yang lebih baik jika dibandingkan keadaan sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Kondisi Awal
Berdasarkan hasil pengamatan dan pelaksanaan supervisi sebelumnya di Gugus
Binaan V (Gugus Melati) Kecamatan Cimanggis Kota Depok, diperoleh data bahwa
dari 199 guru yang telah disupervisi oleh kepala sekolah dan pengawas yang telah
menunjukkan kinerja dalam pelaksanaan pembelajaran hanya 80% saja atau sebanyak
159 orang, sisanya 20% atau sebanyak 40 orang guru belum menunjukkan kinerja yang
memuaskan. Kondisi ini sangat memprihatinkan mengingat peran dan tugas guru di
kelas sangat penting dalam meningkatkan mutu proses pembelajaran.
Berdasarkan data di atas maka peneliti melakukan penelitian tindakan sekolah
dengan melakukan supervisi akademik kepada 40 orang guru dari 11 sekolah. Dari data
awal yang diperoleh penulis bahwa 40 orang guru tersebut memiliki kemampuan dalam
proses belajar mengajar di bawah rata-rata atau sekitar 40 – 64 dengan kriteria kurang.
Langkah identifikasi dilakukan oleh peneliti kepada yaitu dengan cara
menggunakan data hasil supervisi akademik meliputi perencanaan pembelajaran dan
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan kepala sekolah dan peneliti yang telah
dilakukan kepada 40 orang. Ini peneliti lakukan pada tanggal hari Sabtu tanggal 24 Juli
tahun 2013.

B. Siklus 1
1. Perencanaan
Pada tahap ini, peneliti menggunakan model supervisi Non Direktif.
Tindakan pertama yang dilaksanakan pertemuan KKG adalah menyiapkan
percakapan awal (preconference) tentang kendala yang dihadapi guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran pada tahapan Siklus I. Hal ini dilakukan dengan
cara menanyakan pada bagian manakah guru memiliki kesulitan dalam melaksakan
proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas No 41 Tahun 2007
tentang Standar Proses.
Berdasarkan data awal hasil pengolahan data dan percakapan awal yang
dilakukan kepada 40 orang guru, peneliti melakukan sosialisasi melalui Kelompok
Kerja Guru (KKG). Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan kondisi awal

38
39

kemampuan Guru SD di Gugus Binaan V, selanjutnya peneliti melakukan penelitian


berkolaborasi dengan Guru Inti di KKG melaksanakan kegiatan workshop dan
diskusi tentang Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang Interaktif,
menyenangkan dan menantang yang disesuaikan dengan program semester masing-
masing guru yang dilanjutkan dengan implementasi RPP dalam pelaksanaan
pembelajaran di kelas.
Pada tahap perencanaan ini juga peneliti menyusun Jadwal Supervisi
Akademik, menyiapkan instrumen supervisi akademik dan mensosialisasikannya
kepada para guru di KKG.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1 dilakukan pada Mulai tanggal 19 Agustus 2013. Sesuai
dengan kesepakatan dengan para guru di Gugus Melati, Peneliti melakukan
Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan mengajar para guru. Adapun
tahapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra observasi, observasi dan post
observasi.
Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
b) cara menggunakan media pengajaran
c) variasi metode,
d) ketepatan penggunaan media dengan materi
e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadp guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
40

Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus I ini merupakan


implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup.
Pengamatan yang dilakukan kepada 40 orang guru ditekankan pada kegiatan
pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan
apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan
inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai
dengan tahapan pembelajaran.
Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru belum dapat melibatkan peserta
didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari
aneka sumber. Para guru juga masih mendominasi proses pembelajaran belum
dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan
sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya guru di Gugus V
belum dapat memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta antara
peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan kata
lain belum dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Pada tahap elaborasi seharusnya guru memberikan dorongan agar membiasakan
siswa membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang
bermakna melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan
diskusi yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.
41

Proses elaborasi juga semestinya dapat memberi kesempatan untuk berpikir,


menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut dalam
pembelajaran kooperatif dan kolaboratif. Pada Siklus I yang diamati oleh observer
belum nampak siswa dapat berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi
belajarnya.
Kegiatan individual dan kelompok masih didominasi oleh sebagian kecil
kelompok yang aktif melakukan diskusi dan melaporkan secara lisan maupun
tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru untuk memberikan
kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat
berdampak pada rendahnya rasa bangga dan rasa percaya diri siswa.
Pada tahapan konfirmasi guru belum dapat memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber. Hal inilah yang
mengakibatkan siswa belum dapat memperoleh pengalaman belajar yang bermakna
dalam mencapai indikator atau kompetensi dasar.
Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan
memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang
melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini
hanya saja umumnya penilauan dilakukan kurang menggunakan variasi model
penilaian, guru masih menggunakan tes lisan atau tertulis padahal semestinya
memperhatikan konteks atau esesi materi dan indikator yang ingin dicapai.
Pada kegiatan akhir juga jarang para guru melakukan proses refleksi
terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram
apalagi memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,
sehingga guru beranggapan kegiatan akhir ini merupakan akhir proses
pembelajaran. Semestinya guru dapat merencanakan tindak lanjut dalam bentuk
pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan
tugas balikan, tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar siswa.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, supervisor melakukan analisis dari
kegiatan supervisi yang telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas,
dengan maksud sebagai pembinaan khusus. Guru yang dijadikan subyek penelitian
42

dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan


proses pembelajaran.
Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual
melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan
masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini
peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi
dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada
saat supervisi berikutnya.
Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan
melalui Kelompok Kerja Guru di Gugus V (Gugus Melati) yang disesuaikan dengan
hasil analisis dan rekomendasi. Materi Kegiatan KKG difokuskan kepada analisis
kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Inti dalam
proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Adapun model pelatihan di KKG para guru belajar sesama guru dengan model peer
teaching sebelum diterapkan dalam pembelajaran sesungguhnya di kelas.

C. Siklus II
1. Perencanaan
Siklus II dilakukan melalui tahapan seperti Siklus I yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan Tindakan Siklus II
didasarkan atas hasil refleksi dan evaluasi siklus I dengan kata laian kelemahan yang
ditemukan pada Siklus I diperbaiki melalui daur kedua (Siklus II).
Berdasarkan kelemahan pada Siklus I, maka peneliti melakukan tindakan
dengan melakukan supervisi akademik menggunakian model kontemporer yang
dilaksanakan dengan pendekatan klinis, sehingga sering disebut juga sebagai model
supervisi klinis. Supervisi akademik dengan pendekatan klinis, merupakan supervisi
akademik yang bersifat kolaboratif. Prosedur supervisi klinis sama dengan supervisi
akademik langsung, yaitu: dengan observasi kelas, namun pendekatannya berbeda.
Pelaksanaan supervisi klinis berlangsung dalam suatu siklus yang terdiri dari
tiga tahap berikut :
a. Tahap perencanaan awal. Pada tahap ini supervisor memperhatikan hal-hal
sebagai berikut (1) penciptaan suasana yang intim dan terbuka, (2) mengkaji
43

rencana pembelajaran yang meliputi tujuan, metode, waktu, media, evaluasi


hasil belajar, dan lain-lain yang terkait dengan pembelajaran, (3) menentukan
fokus obsevasi, (4) menentukan alat bantu (instrumen) observasi, dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan obeservasi.
b. Tahap pelaksanaan observasi. Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan, antara lain: (1) harus luwes, (2) tidak mengganggu proses
pembelajaran, (3) tidak bersifat menilai, (4) mencatat dan merekam hal-hal yang
terjadi dalam proses pembelajaran sesuai kesepakatan bersama, dan (5)
menentukan teknik pelaksanaan observasi.
c. Tahap akhir (diskusi balikan). Pada tahap ini beberapa hal yang harus
diperhatikan antara lain: (1) memberi penguatan; (2) mengulas kembali tujuan
pembelajaran; (3) mengulas kembali hal-hal yang telah disepakati bersama, (4)
mengkaji data hasil pengamatan, (5) tidak bersifat menyalahkan, (6) data hasil
pengamatan tidak disebarluaskan, (7) penyimpulan, (8) hindari saran secara
langsung, dan (9) merumuskan kembali kesepakatan-kesepakatan sebagai tindak
lanjut proses perbaikan.
Persiapan lain yang dilakukan oleh supervisor adalah menyiapkan instrumen
pra observasi, observasi dan pasca observasi. Pada tahapan Pra Observasi supervisor
memfokuskan pada perencanaan pembelajaran yang sesuai dengan standar proses.
Sedangkan tahapan observasi menggunakan instrumen yang telah disepakati dengan
guru. Pada tahapan Pasca observasi merupakan diskusi balikan untuk merumuskan
kesepakatan sebagai tindak lanjut proses perbaikan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus 1I dilakukan mulai tanggal 11 September 2013 sampai
dengan 3 Oktober 2013. Sesuai dengan kesepakatan dengan para guru di Gugus
Melati, Peneliti melakukan Supervisi Akademik yang akan menilai kemampuan
mengajar para guru. Adapun tahapan yang dilakukan oleh peneliti meliputi pra
observasi, observasi dan pasca observasi.
Pada tahap observasi peneliti mengamati proses pembelajaran secara teliti di
kelas. Tujuannya untuk memperoleh data obyektif aspek-aspek situasi pembelajaran,
kesulitan-kesulitan guru dalam usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara
umum, aspek-aspek yang diobservasi adalah:
a) usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam proses pembelajaran,
44

b) cara menggunakan media pengajaran,


c) variasi metode,
d) ketepatan penggunaan media dengan materi
e) ketepatan penggunaan metode dengan materi, dan
f) reaksi mental para siswa dalam proses belajar mengajar.
3. Pengamatan
Pada tahap observasi, supervisor melakukan pengamatan terhadap guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu kepada Permendiknas Nomor :
41 Tahun 2007 tentang Standar Proses yang berisi kriteria minimal proses
pembelajaran pada satuan pendidikan meliputi perencanaan proses pembelajaran,
pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan
proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.
Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru pada siklus II ini merupakan
implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan,
kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pengamatan yang dilakukan kepada 40 orang guru
ditekankan pada kegiatan pendahuluan, kegiatan Inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan pendahuluan secara umum guru mampu menyiapkan peserta didik
secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan
apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan
inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai
dengan tahapan pembelajaran.
Dalam kegiatan eksplorasi, umumnya guru sudah melibatkan peserta didik
mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik/tema materi yang akan
dipelajari dari aneka sumber. Para guru juga sudah tidak mendominasi proses
45

pembelajaran dan dapat memanfaatkan beragam pendekatan pembelajaran, media


pembelajaran, dan sumber belajar lain, sehingga dapat dinyatakan bahwa umumnya
guru di Gugus V dapat memfasilitasi terjadinya interaksi antarpeserta didik serta
antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dengan
kata lain belum dapat melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Pada tahap elaborasi guru memberikan dorongan agar membiasakan siswa
membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna
melalui tugas mandiri terstruktur atau tidak terstruktur, mengembangkan diskusi
yang dapat memunculkan gagasan baru baik lisan maupun tertulis.
Pada Siklus II yang diamati oleh observer para siswa belum dapat
berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Karena proses
diskusi masih didominasi oleh sekelompok siswa saja yang aktif melakukan diskusi
dan melaporkan secara lisan maupun tertulis. Hal ini disebabkan oleh kurangnya
kemampuan guru untuk memberikan dorongan dan kesempatan kepada siswa
melakukan aktivitas individu dan kelompok yang dapat berdampak pada rendahnya
rasa bangga dan rasa percaya diri siswa.
Pada tahapan konfirmasi guru sudah mampu memberikan umpan balik positif
dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap
keberhasilan peserta didik, atau memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi
dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber.
Pada kegiatan akhir atau penutup observasi dilakukan oleh supervisor dengan
memfokuskan pengamatan pada tahapan membuat rangkuman atau simpulan yang
melubatkan siswa. Khusus tahapan penilaian semua guru dapat melalui tahapan ini
umumnya belum penerapan jenis penilaian yang bervariasi sesuai dengan indikator
yang diharapkan.
Pada kegiatan akhir guru mulai melakukan proses refleksi terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram hal ini terlihat
dari guru dapat memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil
pembelajaran.
4. Evaluasi dan Refleksi
Pada tahapan Evaluasi dan refleksi, Guru yang dijadikan subyek penelitian
dalam kegiatan tindakan balikan memaparkan pengalamannya dalam melaksanakan
46

proses pembelajaran. Supervisor melakukan analisis dari kegiatan supervisi yang


telah dilakukan dengan mengikutsertakan semua guru kelas, dengan maksud sebagai
pembinaan khusus melalui kegiatan kelompok kerja guru.
Tahapan evaluasi dan refleksi yang pertama dilakukan secara individual
melalui kegiatan pasca observasi sehingga diperoleh identifikasi kesulitan dan
masalah yang dihadapi guru setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Disini
peran asesor sebagai fasilitator dan pendengar untuk dapat menumbuhkan motivasi
dan keinginan guru memperbaiki proses kegiatan belajar mengajarnya di kelas pada
saat supervisi berikutnya.
Proses pembinaan selanjutnya dilakukan pada kegiatan KKG ini
memfokuskan pada kekurangan guru dari hasil evaluasi dan refleksi Siklus II dan
dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang meliputi pemanfaatan TIK dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Kegiatan yang dilakukan supervisor berikutnya adalah melakukan pembinaan
melalui Kelompok Kerja Guru di Gugus V (Gugus Melati) yang disesuaikan dengan
hasil analisis dan rekomendasi. Materi Kegiatan KKG difokuskan kepada analisis
kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Inti dalam
proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang berbasis IT, dan
penilaian hasil belajar.
Khusus pada penerapan pembelajaran berbasis IT guru dibina melalui
pertemuan gugus untuk dapat memanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya
membuat alat peraga menggunakan media power point, memperkenalkan
penggunaan camera digital dan Movie Maker. Selanjutnya kegiatan Peer Teaching
di KKG dimanfaatkan oleh para guru sebagai latihan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis TIK di kelas.
Kegiatan Pembinaan diakhiri bersama dimana diperoleh kesepakatan antara
pengawas dengan para guru bahwa kegiatan Siklus III berikut dilaksanakan
supervisi akademik oleh kepala sekolah masing-masing, RPP dibuat guru harus
dikirim melalui email pengawas kemudian proses pembelajaran harus direkam
dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melalui CDRW dan dikirim kepada
pengawas.
47

D. Siklus III
1. Perencanaan
Sesuai dengan kesepakatan antara guru dan peneliti perencanaan Siklus III
dilakukan karena masih rendahnya hasil proses pembelajaran di kelas yang masih di
bawah kriteria ketuntasan yang ingin dicapai.
Pada tahap perencanaan Siklus III, peneliti dengan para guru menyepakati
bahwa proses supervisi akademik berikutnya dinilai oleh observer masing-masing
kepala sekolah. Hasil Penyusunan RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk
pelaksanaan proses pembelajaran dikirim melalui email pengawas. Sedangkan
proses pelaksanaan pembelajaran yang disupervisi oleh kepala sekolah harus
direkam dengan handycam dan dibuat softcopinya selanjutnya diserahkan atau
dikirim kepada pengawas sekolah.
Pengawas melakukan pengolahan data dengan menggunakan instrumen yang
telah disepakati bersama untuk menilai RPP dan softcopy hasil rekaman
pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan pengawas
disosialisasikan baik secara individu maupun pada kegiatan kelompok kerja guru.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan Siklus III dilakukan sesuai jadwal yaitu pada tanggal 4 Oktober
sampai dengan 11 Nopember 2013. Supervisi Akademik yang dilakukan pada Siklus
III berbeda dengan model pada siklus-siklus sebelumnya.
Tahapan pelaksanaan supervisi akademik Siklus III dimulai melalui kegiatan
pra observasi oleh kepala sekolah kemudian kepala sekolah bersama guru
melakukan kesepakatan untuk melaksanakan observasi kelas terhadap proses
pelaksanaan pembelajaran di kelas yang menggunakan TIK dalam pembelajaran.
Peneliti hanya menilai secara tidak langsung melalui RPP yang diemail dan hasil
rekaman proses pembelajaran yang telah dilakukan para guru.
Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan RPP
dan rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan pasca observasi
secara individu kepada para guru.

3. Pengamatan
Pada tahap pengamatan ini peneliti melakukan penilaian terhadap Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dikirim para guru melalui email pengawas,
48

kemudian pengamatan dilanjutkan dengan mengamati proses pelaksanaan


pembelajaran yang direkam oleh para guru (40 orang).
Pada tahap ini juga peneliti melakukan pengumpulan data yang diperoleh dari
perencanaan pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Adapun fokus penelitian
adalah proses pelaksanaan pembelajaran yang interaktif, menyenangkan dan
menantang dan melibatkan peserta didik semaksimal mungkin dalam proses
pembelajaran. Pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan para guru juga menitik
beratkan pada implementasi model pembelajaran yang inovatif dan menggunakan
media pembelajaran yang berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.
4. Evaluasi dan Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan dan penilaian terhadap komponen RPP dan
Pelaksanaan Pembelajaran yang dilakukan oleh para guru di Gugus V Kecamatan
Cimanggis diperoleh hasil bahwa secara umum para guru telah menunjukkan
kemampuan yang baik dalam melaksanakan proses pembelajaran hal ini terlihat dari
hasil rekaman rekaman yang telah dilakukan oleh masing-masing sekolah para guru
dapat menggunakan pendekatan pembelajaran lain seperi misalnya pembelajaran
kooperatif, pembelajaran beregu, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran
berbasis proyek, dan pembelajaran dengan aneka sumber.
Pelaksanaan kegiatan inti yang merupakan proses pembelajaran untuk
mencapai KD dapat dilakukan oleh para guru secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, dan memotivasi (I2M3) peserta didik berpartisipasi
aktif.
Kegiatan evaluasi dan refleksi siklus III dilaksanakan pada kegiatan
kelompok kerja guru (KKG) di Gugus V (Gugus Melati). Pada tahapan evaluasi
pengawas selaku peneliti menyampaikan hasil evaluasi kegiatan supervisi akademik
yang telah dilakukan pada Siklus III. Pada kesempatan ini supervisor melakukan
evaluasi terhadap pelaksanaan proses pembelajaran yang dilaksanakan para gru dan
telah mampu menunjukkan efektivitas proses pembelajaran yang optimal.
Pertemuan KKG yang dilakukan menurut peneliti sangat efektif dalam
pengembangan kompetensi guru. Pertemuan dalam kelompok kerja merupakan
suatu pertemuan yang dihadiri oleh guru supervisor. Melalui forum ini guru dan
pengawas menyamakan persepsi menyangkut kegiatan pembelajaran, membahas
isu-isu pendidikan dan pembelajaran yang sedang berkembang, serta bersama-sama
49

mencari solusi pemecahannya, sharing dengan para guru tentang praktik baik yang
perlu ditularkan.

E. Pembahasan
1. Kemampuan Awal Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran Sebelum
Penelitian
Gejala atau fenomena dalam proses pembelajaran yang tidak inspiratis,
menyenangkan dan menantang, kurang memberikan otivasi kepada peserta didik
untuk berpartisipasi aktif, siswa tidak diberikan ruang prakarsa, kreativitas, dan
kemandirian sesuai dengan perkembangan bakat, minat dan pisik dan psikologi
siswa telah terjadi di Gugus IV SD Kecamatan Cimanggis.
Dari 199 guru yang mampu melaksanakan perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran yang cukup baik hanya sebanyak 159 orang saja atau 79% sisanya
21% atau sebanyak 40 orang guru sangat jauh dari harapan. Hasil supervisi yang
dilakukan kepada 40 orang guru tersebut menunjukkan nilai yang sangat
memprihatinkan. Mereka tidak membuat perencanaan pembelajaran, sehingga
pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan pun hanya sebatas menggugurkan tugas
dan kewajiban saja. Di bawah ini disajikan hasil supervisi akademik yang dilakukan
sebelum pelaksanaan tindakan.
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Pra Siklus

No Aspek yang disupervisi Jumlah Nilai Rata-rata Kategori

1 Perencanaan 2,510.57 62.76 Kurang

2 Pelaksanaan 2,581.50 64.54 Kurang

Jumlah 5,092.07 63.65 Kurang

Berdasarkan Tabel 4.1. di atas bahwa rata-rata tingkat kemampuan guru 63,65
dengan kategori kurang. Setelah dilakukan identifikasi penyebab rendahnya
kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran, diperoleh hasil bahwa guru
tidak melaksanakan pembelajaran sesuai skenario rencana pembelajaran, kurang
mengarahkan belajar siswa sesuai dengan prinsip belajar yang mendidik, tidak
memfasilitasi pengembangan potensi seluruh siswa menguasi materi.
50

Dalam menggunakan pendekatan dan strategi pembelajaran guru memiliki


kelemahan pada kemampuan melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang direncanakan hal ini nampak pada rencana pembelajaran tidak disusun
secara sistematik dan sistemik, guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa
untuk berkembang secara kreatif dan mandiri sehingga siswa tidak memiliki
pengalaman belajar yang permanen. Seharusnya pembelajaran yang dibuat dapat
memicu dan memelihara keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.
2. Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus I
Berdasarkan kelemahan yang ditemukan pada kemampuan awal maka
peneliti melakukan bimbingan dan pembinaan di Gugus V untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran. Adapun materi
yang disajikan kepada guru meliputi kompetensi pedagogik dan profesional guru,
permendikan no 41 Tahun 2007 dan kemampuan guru dalam merencanakan
pembelajaran dan melaksanakan proses pembelajaran.
Setelah dilaksanakan proses siklus I para guru secara bertahap dapat
menyusun dan melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga hasil supervisi
akademik Siklus I mengalamai peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Di bawah ini disajikan tabel hasil pelaksanaan supervisi akademik
Tabel 4.1. Tabel Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus I
Rata- Kategori
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan
rata
1 Pra Siklus 62.76 64.54 63.65 Kurang

2 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Cukup

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan guru


dalam Siklus I 64,52 sedangkan pemenuhan pelaksanaan standar proses mencapai
nilai 65,05. Sehingga terjadi peningkatan rata-rata 1,4 dibanding kemampuan awal
guru.
Kemampuan guru pada siklus I mengalami peningkatan kemampuan seperti
pada pra pembelajaran guru sudah memantau kesiapan siswa untuk belajar,
melakukan appersepsi, dan memperhatikan karakter siswa, namun umumnya guru
belum menyampaikan kriteria pencapaian tujuan. Di bawah ini disajikan diagram
Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus I.
51

66.00% 65.58%
65.05%
65.50%
65.00% 64.54% 64.52%
64.50%
63.65% Perencanaan
64.00%
63.50% Pelaksanaan
62.76%
63.00% Rata-rata
62.50%
62.00%
61.50%
61.00%
Pra Siklus Siklus 1

Gambar 4.1. Diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus I

Berdasarkan gambar diagram di atas dapat dijelaskan bahwa rata-rata


kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran sebelum siklus I mencapai
63,65% sedangkan setelah dilaksanakan Siklus I mencapai 65,05%. Dengan
kategori kurang. Adapun kekurangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
Sedangkan pada indikator Kesesuaian dengan perencanaan Pembelajaran
umumnya guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai skenario rencana
pembelajaran dan mengarahkan belajar siswa sesuai dengan prinsip belajar yang
mendidik.
Khusus penguasaan materi, umumnya guru sudah menunjukkan penguasaan
struktur konsep, dan aplikasi materi. Namun guru belum memfasilitasi
pengembangan potensi seluruh siswa menguasasi materi.
Kelemahan utama guru dalam supervisi akademik Siklus I terletak pada
indikator penggunaan pendekatan dan strategi pembelajaran antara lain guru belum
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi yang direncanakan, guru
belum melaksanakan pembelajaran aktif dan interaktif sehingga aktivitas kelas
belum meningkat dalam mencapai prestasi belajar yang optimal. Guru juga belum
menumbuhkan kreativitas siswa menguasai informasi dan menggunakan informasi.
Guru juga belum memberikan ruang aktivitas kelas secara optimal sehingga tidak
memberikan pengalaman belajar yang bernilai bagi siswa.
3. Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus II
52

Sebelum kegiatan Siklus II dilaksanakan peneliti mengadakan kegiatan


bimbingan di KKG dengan Materi Kegiatan KKG difokuskan kepada analisis
kebutuhan guru terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan Kegiatan Inti dalam
proses pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar, dan penilaian hasil belajar.
Adapun model pelatihan di KKG para guru belajar sesama guru dengan model peer
teaching sebelum diterapkan dalam pembelajaran sesungguhnya di kelas.
Siklus II dilaksanakan karena nilai rata-rata perolehan siklus I masih jauh
dibawah kemampuan guru yang diharapkan. Berdasarkan hasil refleksi Siklus I
maka peneliti melanjutkan penelitian pada Siklus II.
Setelah dilaksanakan Siklus II secara umum guru mampu menyiapkan peserta
didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi
yang akan dipelajari namun umumnya para guru belum menjelaskan tujuan
pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai.
Pengamatan pada kegiatan inti difokuskan pada kegiatan eksplorasi, elaborasi dan
konfirmasi proses pembelajaran untuk mencapai indikator yang ditetapkan dan
apakah proses tersebut dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan,
menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan
ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Pada tahapan kegiatan
inti secara umum guru belum dapat memanfaatkan alokasi waktu yang tersedia sesuai
dengan tahapan pembelajaran. Di bawah ini disajikan Tabel Hasil Pelaksanaan
Supervisi Akademik Siklus II
Tabel 4.2. Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus II
Rata- Kategori
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan
rata
1 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Cukup

2 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan guru


dalam Siklus I 64,52 sedangkan pemenuhan pelaksanaan standar proses mencapai
nilai 65,05. Sedangkan hasil Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup
53

signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 70,44 dan pada tahap pelaksanaan
pembelajaran diperoleh nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14. Sehingga dapat
diketahui bahwa telah terjadi peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Peningkatan kemampuan guru tersebut disebabkan karena
proses bimbingan yang didasarkan terhadap analisis kebutuhan guru, proses
Coaching dan peer teaching. Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan
Supervisi Akademik Siklus I.

74.00%

72.00%

70.00%
Perencanaan
68.00%
Pelaksanaan
66.00%
Rata-rata
64.00%

62.00%

60.00%
Siklus I Siklus II

Gambar 4.2. Diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus II

Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan Supervisi


Akademik yang dilakukan kepada guru di Gugus V Kecamatan Cimanggis pada
siklus I pada tahap perencanaan diperoleh diperoleh nilai 64,52%, pada tahap
pelaksanaan diperoleh nilai 65.68% dengan nilai rata-rata 65.05%. Sedangkan hasil
Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP
diperoleh nilai 70,44% dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai
73,84% dengan nilai rata-rata 72,14%.

4. Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran pada Siklus III


Sebelum Pelaksanaan Siklus III, dilakukan kegiatan pembinaan di kelompok
kerja guru Gugus V dengan memfokuskan pada kekurangan guru dari hasil evaluasi
54

dan refleksi Siklus II dan dilanjutkan dengan penyampaian materi latih yang
meliputi pemanfaatan TIK dalam pelaksanaan pembelajaran.
Materi Kegiatan KKG juga difokuskan kepada analisis kebutuhan guru
terutama yang berkaitan dengan pelaksanaan kegiatan Inti dalam proses
pembelajaran antara lain penggunaan pendekatan, metode, model-model
pembelajaran, penggunaan media dan sumber belajar yang berbasis IT, dan
penilaian hasil belajar.
Khusus pada penerapan pembelajaran berbasis IT guru dibina melalui
pertemuan gugus untuk dapat memanfaatan TIK dalam pembelajaran diantaranya
membuat alat peraga menggunakan media power point, memperkenalkan
penggunaan camera digital dan Movie Maker. Selanjutnya kegiatan Peer Teaching
di KKG dimanfaatkan oleh para guru sebagai latihan pemanfaatan media
pembelajaran berbasis TIK di kelas.
Kegiatan Pembinaan diakhiri bersama dimana diperoleh kesepakatan antara
pengawas dengan para guru bahwa kegiatan Siklus III berikut dilaksanakan
supervisi akademik oleh kepala sekolah masing-masing, RPP dibuat guru harus
dikirim melalui email pengawas kemudian proses pembelajaran harus direkam
dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melalui CDRW dan dikirim kepada
pengawas.
Peneliti dengan para guru menyepakati bahwa proses supervisi akademik
berikutnya dinilai oleh observer masing-masing kepala sekolah. Hasil Penyusunan
RPP yang dibuat guru yang dipersiapkan untuk pelaksanaan proses pembelajaran
dikirim melalui email pengawas. Sedangkan proses pelaksanaan pembelajaran yang
disupervisi oleh kepala sekolah harus direkam dengan handycam dan dibuat
softcopinya selanjutnya diserahkan atau dikirim kepada pengawas sekolah.
Pelaksanaan Siklus III, tidak dilaksanakan secara langsung melainkan
didelegasikan kepada kepala sekolah masing-masing guru tetapi pelaksanaan
pembelajaran harus direkam dengan Handycam selanjutnya dibuat copy melalui
CDRW dan dikirim kepada pengawas.

Pengawas melakukan pengolahan data dengan menggunakan instrumen yang


telah disepakati bersama untuk menilai RPP dan softcopy hasil rekaman
55

pelaksanaan pembelajaran. Hasil penilaian yang dilakukan pengawas


disosialisasikan baik secara individu maupun pada kegiatan kelompok kerja guru.
Setelah melihat dan melakukan pengamatan terhadap hasil penyusunan RPP
dan rekaman proses pembelajaran, Peneliti melakukan kegiatan pasca observasi
secara individu kepada para guru dan dilakukan evaluasi secara menyeluruh melalui
kegiatan kelompok kerja guru.
Di bawah ini disajikan tabel hasil pelaksanaan supervisi akademik Siklus III,
sebagai berikut :
Tabel 4.3. Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus III
Rata- Kategori
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan
rata
1 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik

2 Siklus III 84.89 88.5 86.70 Baik

Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa keterlaksanaan perencanaan guru


dalam Siklus II 70,44 sedangkan pemenuhan pelaksanaan standar proses mencapai
nilai 73,84 dengan nilai rata-rata 72,14. Sedangkan hasil Siklus III menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 84,89 dan
pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 88,50 dengan nilai rata-rata
86,70 dengan kategori Baik. Sehingga dapat diketahui bahwa telah terjadi
peningkatan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Peningkatan kemampuan guru tersebut disebabkan karena proses bimbingan yang
didasarkan terhadap analisis kebutuhan guru, proses Coaching dan peer teaching
yang dilanjutkan dengan pembuatan materi pembelajaran menggunakan media
pembelajaran berbasis teknologi. Sedangkan proses pembelajaran direkam dengan
menggunakan Handycamp. Proses ini membuat kegiatan pembelajaran di kelas
menjadi lebih terencana dan siswa menjadi lebih aktif demikian juga para guru
berusaha semaksimal mungkin menunjukkan kemampuan profesionalnya dalam
pelaksanaan pembelajaran.
Di bawah ini disajikan diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik
Siklus I.
56

90.00%
80.00%
70.00%
60.00%
Perencanaan
50.00%
Pelaksanaan
40.00%
Rata-rata
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
Siklus II Siklus III

Gambar 4.3. Diagram Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Siklus III

Berdasarkan diagram di atas dapat dijelaskan bahwa Pelaksanaan Supervisi


Akademik yang dilakukan kepada guru di Gugus V Kecamatan Cimanggis pada
Siklus II menunjukkan perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP
diperoleh nilai 70,44% dan pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai
73,84% dengan nilai rata-rata 72,14%. Sedangkan hasil Siklus III menunjukkan
perubahan yang cukup signifikan pada pernyusunan RPP diperoleh nilai 84,89% dan
pada tahap pelaksanaan pembelajaran diperoleh nilai 88,50% dengan nilai rata-rata
86,70%.
5. Perbandingan Kemampuan Guru Dalam Melaksanakan Pembelajaran
pada Siklus I, II dan III
Setelah dilaksanakan Penelitian Tindakan Sekolah Siklus I, II, dan III
diperoleh perubahan kemapuan guru dalam melaksanakan pembelajaran pada tiap
siklus. Peningkatan kemampuan guru pada tiap siklus tersebut tidak lepas dari
program yang dikembangkan oleh pengawas melalui kegiatan kelompok kerja guru
(KKG) di Gugus V Kecamatan Cimanggis Kota Depok.
Jenis tindakan kepengawasan yang dilakukan peneliti selaku pengawas
pembina di gugus V Kecamatan Cimanggis meliputi pemantauan, penilaian, dan
pembinaan. pemantauan kegiatannya meliputi pengamatan perekaman pencatatan,
dan kunjungan kelas. Penilaian meliputi tes (lisan – tulisan – tindakan), wawancara,
observasi, analisis kasus, analisis dokumen, analisis konten, portofolio. Pembinaan
57

meliputi rapat, diskusi, seminar, workshop, bimbingan teknis, studi banding,


penelitian, demonstrasi, sumulasi, supervisi klinis.
Di bawah ini disajikan perbandingan hasil supervisi akademik yang dilakukan
peneliti terhadap guru-guru di Gugus V Kecamatan Cimanggis Kota Depok sebagai
berikut :
Tabel 4.4. Perbandingan Hasil Pelaksanaan Supervisi Akademik Tiap Siklus
No Kegiatan Perencanaan Pelaksanaan Rata-rata Kategori
1 Pra Siklus 62.76 64.54 63.65 Kurang
2 Siklus I 64.52 65.58 65.05 Kurang
3 Siklus II 70.44 73.84 72.14 Baik
4 Siklus III 84.89 88.5 86.70 Baik

Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat dijelaskan bahwa pelaksanaan supervisi


akademik berbasis teknologi informasi dan komunikasi (TIK) di gugus V
Kecamatan Cimanggis Kota Depok dapat meningkatkan kemampuan guru dalam
melaksanakan pembelajaran yang berkualitas. Proses Supervisi Akademik yang
dilakukan oleh peneliti menggunakan berbagai pendekatan yang kontemporer
sehingga para guru merasakan layanan dan bimbingan yang bermanfaat bagi
pelaksanaan tugas pokok guru sebagai agen pembelajar.
Supervisi akademik yang dilakukan peneliti telah mampu meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun RPP dan melaksanakan proses pembelajaran
yang sesuai dengan Permen Diknas No. 41 tahun 2007. Pelaksanaan proses
pembelajaran melalui supervisi akademik dilakukan dengan pendekatan kolaboratif
dalam kegiatan kelompok kerja guru dan dilakukan melalui saling berbagi
pengalaman dengan guru lain, dengan pembina dari pengawas sekolah.
Supervisi akademik dipilih dalam penelitian ini melalui kegiatan pembinaan
di dlam kelompok kerja guru di Gugus V mampu meningkatkan kemampuan
menyusun RPP dan melaksanakan proses pembelajaran sehingga dengan kemauan
sendiri mereka akan melakukan perbaikan dan penyempurnaan terhadap tugas
pokoknya sebagai agen pembelajar.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan hasil penelitian pada Bab IV dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Kemampuan guru di SD Gugus V Kecamatan Cimanggis Kota Depok dalam
melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada Permendiknas No. 41 Tahun 2007
dapat ditingkatkan melalui supervisi akademik dalam kegiatan KKG. Hal ini terlihat
dari rata-rata tingkat kemampuan guru pada siklus I sebesar 65,05% yang tergolong
kurang, dan meningkat pada siklus II menjadi 72,14% yang tergolong kurang dan
pada siklus III meningkat menjadi 86,70% dengan kategori baik.
2. Pelaksanaan supervisi akademik berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi
yang dilaksanakan di Gugus V Kecamatan Cimanggis Kota Depok mampu
meningkatkan kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Hal ini
karena proses supervisi akademik yang dilakukan disesuaikan dengan karakteristik
guru dan diawali melalui proses pembinaan, dan pelatihan dengan rekan sejawat.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka dapat diajukan saran sebagai berikut.
1. Bagi peserta didik, diharapkan mengikuti pembelajaran yang diterapkan oleh guru
secara maksimal agar tujuan pembelajaran yang telah direncanakan akan dapat
dicapai secara optimal.
2. Bagi guru, hendaknya mampu memanfaatkan Kelompok Kerja Guru sebagai
wahana peningkatan kemampuan profesional sehingga dapat meningkatkan
kemampuan dan keterampilannya dalam melaksanakan proses pembelajaran yang
insfiratif, inovatif, menantang dan menyenangkan.
3. Bagi kepala sekolah, hendaknya mampu mengembangkan berbagai kebijakan
sekolah agar dapat meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari siswa, guru
maupun kepala sekolah sendiri.
4. Bagi Dinas Pendidikan kota hendaknya mampu mengambil kebijakan pendidikan
yang tepat, agar proses pembelajaran yang ada di sekolah dapat berjalan dengan
tepat dan lancar. Selain itu diharapkan kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatan
profesionalisme guru dapat ditingkatkan.

58
59

5. Bagi peneliti lain, hendaknya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang
efektivitas model ini, terhadap kemampuan dan keterampilan guru, melalui
penerapan rancangan penelitian dan penggunaan instrumen yang lebih reliabel dan
valid pada mata pelajaran lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

Agung, A. A. Gede. 2011. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Suatu Pengantar).


Singaraja: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Ganesha.
Bafadal, Ibrahim. 1992. Supervisi Pengajaran: Teori dan Aplikasinya dalam Membina
Profesional Guru. Jakarta: Bumi Aksara.
Burhanudin,(1994).Analisis administrasi manajemen dan kepemimpinan pendidikan.
Jakarta : Bumi Aksara
Dantes. Nyoman. 2008. Supervisi Akademik dalam Kaitannya dengan Penjaminan
Mutu Pendidikan. Tersedia pada http://www.nyomandantes.wordpres s.com.
Diunduh pada tanggal 18 Mei 2014.
Dantes, N. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta; Andi Depdikbud. 2007. Pedoman
Pengelolaan Gugus Sekolah. Jakarta: Depdikbud.
Depdiknas. 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 tahun 2007 tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.12 tahun 2007 tentang
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
Depdiknas, 2009, Rambu-rambu Pengembangan Kegiatan KKG dan MGMP. Jakarta:
Depdiknas.
Dirjen PMPTK. 2006. Panduan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2006. Jakarta:
Depdiknas.
Dirjen PMPTK. 2008. Metode dan Teknik Supervisi. Tahun 2008. Jakarta: Depdiknas.
Dirjen PMPTK. 2009. Dimensi Kompetensi Supervisi Akademik Tahun 2009. Jakarta:
Depdiknas
E. Mulyasa, (2004). Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung : Remaja Rosda
Karya.
Hamalik, Oemar. 1992. Administrasi dan Supervisi Pengembangan Kurikulum.
Bandung: CV. Mandar Maju.
H.A.R. Tilaar,(2004). Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta : Rineka Cipta.
Imron Ali. 1995. Pembinaan Guru Di Indonesia. Malang: Pustaka Jaya.
Gibson,James L.,(1996). Organization,behavior,structure and prosess.
Organisasi,perilaku,Struktur dan proses ( Terjemahan Nunuk Adiarni). Jakarta
Binarupa Aksara
Sahertian, Piet. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan dalam rangka
Pengembangan Sumberdaya Manusia. Jakarta: Rineka Cipta.

60
61

Sahertian, Piet. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset.


Lampiran 1

JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK GUGUS V KECAMATAN CIMANGGIS


WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN AGUSTUS 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Utami,S.Pd
2 Usri, S.Pd
3 Suhartini,S.Pd
4 Ayati
5 Siti Muniroh,S.Pd
6 Paulina,S.Pd
7 Titin Suryatin,S.Pd
8 Yuyumi,S.Pd
9 Siti Robiyanti
10 Euis Dahlia.r,S.Pd
11 Edoh Suhaedah,S.Pd
12 Sarmini,S.Pd
13 Indrawati,S.Pd
14 Rasmida
15 Suryatiningsih,S.Pd
16 Tuti Suparyanti,S.Pd
17 H.Wagiran,S.Pd
18 Yoce Magdalena,S.Pd
19 Sriyono,S.Pd
20 Yanti Aritonang,S.Pd
21 Yatmin,S.Pd
22 Saepudin alfarisi,S.Pd
23 Bimo Santosa,S.Pd
24 Hasanah,S.Pd
25 Handani,S.Pd
26 Suryati,S.Pd
27 Agustin
28 Irma Wanti,S.Pd
29 Tutik Handayani,S.Pd
30 Dian Mardiyana

62
63

WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN AGUSTUS 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
31 Sutiyem,S.Pd
32 Hj .Sriyanah
33 Idah Mariyah,S.Pd
34 Maryanti,S.Pd
35 Dedah Nurhaedah
36 Henny herniyati,S.Pd
37 Lina Hasanah
38 Juriah,S.Pd
39 Tuti Styowati,S.Pd
40 Yayah
64

JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK GUGUS V KECAMATAN CIMANGGIS


WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN SEPTEMBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Utami,S.Pd
2 Usri, S.Pd
3 Suhartini,S.Pd
4 Ayati
5 Siti Muniroh,S.Pd
6 Paulina,S.Pd
7 Titin Suryatin,S.Pd
8 Yuyumi,S.Pd
9 Siti Robiyanti
10 Euis Dahlia.r,S.Pd
11 Edoh Suhaedah,S.Pd
12 Sarmini,S.Pd
13 Indrawati,S.Pd
14 Rasmida
15 Suryatiningsih,S.Pd
16 Tuti Suparyanti,S.Pd
17 H.Wagiran,S.Pd
18 Yoce Magdalena,S.Pd
19 Sriyono,S.Pd
20 Yanti Aritonang,S.Pd
21 Yatmin,S.Pd
22 Saepudin alfarisi,S.Pd
23 Bimo Santosa,S.Pd
24 Hasanah,S.Pd
25 Handani,S.Pd
26 Suryati,S.Pd
27 Agustin
28 Irma Wanti,S.Pd
29 Tutik Handayani,S.Pd
30 Dian Mardiyana
31 Sutiyem,S.Pd
65

WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN SEPTEMBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
32 Hj .Sriyanah
33 Idah Mariyah,S.Pd
34 Maryanti,S.Pd
35 Dedah Nurhaedah
36 Henny herniyati,S.Pd
37 Lina Hasanah
38 Juriah,S.Pd
39 Tuti Styowati,S.Pd
40 Yayah
66

JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK GUGUS V KECAMATAN CIMANGGIS


WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN OKTOBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Utami,S.Pd
2 Usri, S.Pd
3 Suhartini,S.Pd
4 Ayati
5 Siti Muniroh,S.Pd
6 Paulina,S.Pd
7 Titin Suryatin,S.Pd
8 Yuyumi,S.Pd
9 Siti Robiyanti
10 Euis Dahlia.r,S.Pd
11 Edoh Suhaedah,S.Pd
12 Sarmini,S.Pd
13 Indrawati,S.Pd
14 Rasmida
15 Suryatiningsih,S.Pd
16 Tuti Suparyanti,S.Pd
17 H.Wagiran,S.Pd
18 Yoce Magdalena,S.Pd
19 Sriyono,S.Pd
20 Yanti Aritonang,S.Pd
21 Yatmin,S.Pd
22 Saepudin alfarisi,S.Pd
23 Bimo Santosa,S.Pd
24 Hasanah,S.Pd
25 Handani,S.Pd
26 Suryati,S.Pd
27 Agustin
28 Irma Wanti,S.Pd
29 Tutik Handayani,S.Pd
30 Dian Mardiyana
31 Sutiyem,S.Pd
67

WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN OKTOBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
32 Hj .Sriyanah
33 Idah Mariyah,S.Pd
34 Maryanti,S.Pd
35 Dedah Nurhaedah
36 Henny herniyati,S.Pd
37 Lina Hasanah
38 Juriah,S.Pd
39 Tuti Styowati,S.Pd
40 Yayah
68

JADWAL PELAKSANAAN SUPERVISI AKADEMIK GUGUS V KECAMATAN CIMANGGIS


WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN NOPEMBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Utami,S.Pd
2 Usri, S.Pd
3 Suhartini,S.Pd
4 Ayati
5 Siti Muniroh,S.Pd
6 Paulina,S.Pd
7 Titin Suryatin,S.Pd
8 Yuyumi,S.Pd
9 Siti Robiyanti
10 Euis Dahlia.r,S.Pd
11 Edoh Suhaedah,S.Pd
12 Sarmini,S.Pd
13 Indrawati,S.Pd
14 Rasmida
15 Suryatiningsih,S.Pd
16 Tuti Suparyanti,S.Pd
17 H.Wagiran,S.Pd
18 Yoce Magdalena,S.Pd
19 Sriyono,S.Pd
20 Yanti Aritonang,S.Pd
21 Yatmin,S.Pd
22 Saepudin alfarisi,S.Pd
23 Bimo Santosa,S.Pd
24 Hasanah,S.Pd
25 Handani,S.Pd
26 Suryati,S.Pd
27 Agustin
28 Irma Wanti,S.Pd
29 Tutik Handayani,S.Pd
30 Dian Mardiyana
31 Sutiyem,S.Pd
69

WAKTU PELAKSANAAN
NO NAMA GURU BULAN NOPEMBER 2013 KET
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
32 Hj .Sriyanah
33 Idah Mariyah,S.Pd
34 Maryanti,S.Pd
35 Dedah Nurhaedah
36 Henny herniyati,S.Pd
37 Lina Hasanah
38 Juriah,S.Pd
39 Tuti Styowati,S.Pd
40 Yayah
Lampiran 2

REKAPITULASI HASIL SUPERVISI AKADEMIK PRASIKLUS

NILAI
NO NAMA GURU ASAL SEKOLAH
PERENCANAAN PELAKSANAAN JUMLAH Rerata
1 Utami,S.Pd Tugu 6 58.00 60.00 118.00 59.00
2 Usri, S.Pd Tugu 6 60.00 63.00 123.00 61.50
3 Suhartini,S.Pd Tugu 6 60.13 64.60 124.73 62.37
4 Ayati Tugu 6 63.65 64.86 128.51 64.26
5 Siti Muniroh,S.Pd Tugu 6 59.35 60.00 119.35 59.68
6 Paulina,S.Pd Tugu 3 61.00 62.80 123.80 61.90
7 Titin Suryatin,S.Pd Tugu 3 61.35 63.00 124.35 62.18
8 Yuyumi,S.Pd Tugu 3 59.26 60.00 119.26 59.63
9 Siti Robiyanti Tugu 3 67.58 66.80 134.38 67.19
10 Euis Dahlia.r,S.Pd Tugu 3 63.00 70.43 133.43 66.72
11 Edoh Suhaedah,S.Pd Tugu 8 61.65 62.80 124.45 62.23
12 Sarmini,S.Pd Tugu 8 66.00 64.00 130.00 65.00
13 Indrawati,S.Pd Tugu 8 61.74 62.80 124.54 62.27
14 Rasmida Tugu 8 61.65 64.00 125.65 62.83
15 Suryatiningsih,S.Pd Tugu 8 61.74 62.80 124.54 62.27
16 Tuti Suparyanti,S.Pd Tugu 9 60.87 66.43 127.30 63.65
17 H.Wagiran,S.Pd Tugu 9 61.74 62.80 124.54 62.27
18 Yoce Magdalena,S.Pd Tugu 9 66.65 65.90 132.55 66.28
19 Sriyono,S.Pd Tugu 9 61.74 62.90 124.64 62.32
20 Yanti Aritonang,S.Pd Tugu 9 67.65 64.00 131.65 65.83
21 Yatmin,S.Pd Tugu 10 64.13 64.87 129.00 64.50
22 Saepudin alfarisi,S.Pd Tugu 10 67.00 70.00 137.00 68.50
23 Bimo Santosa,S.Pd Tugu 10 59.65 66.43 126.08 63.04
24 Hasanah,S.Pd Tugu 10 64.35 66.50 130.85 65.43
25 Handani,S.Pd Tugu 10 59.65 64.76 124.41 62.21
26 Suryati,S.Pd Tugu 11 60.80 62.00 122.80 61.40
27 Agustin Tugu 11 62.35 61.43 123.78 61.89
28 Irma Wanti,S.Pd Tugu 11 63.61 66.00 129.61 64.81
29 Tutik Handayani,S.Pd Tugu 11 64.00 63.00 127.00 63.50
30 Dian Mardiyana Tugu 11 62.74 65.37 128.11 64.06
31 Sutiyem,S.Pd Palsigunung 64.35 64.76 129.11 64.56
32 Hj .Sriyanah Palsigunung 64.13 67.76 131.89 65.95
33 Idah Mariyah,S.Pd Palsigunung 64.35 65.00 129.35 64.68
34 Maryanti,S.Pd Palsigunung 69.35 70.00 139.35 69.68
35 Dedah Nurhaedah Palsigunung 66.35 67.37 133.72 66.86
36 Henny herniyati,S.Pd Tugu 4 60.65 64.90 125.55 62.78
37 Lina Hasanah Tugu 4 61.74 62.86 124.60 62.30
38 Juriah,S.Pd Tugu 4 62.35 67.80 130.15 65.08
39 Tuti Styowati,S.Pd Tugu 4 62.62 62.87 125.49 62.75
40 Yayah Tugu 4 61.65 63.90 125.55 62.78
Jumlah 2,510.57 2,581.50 5,092.07 63.65

70
71

Lampiran 3

REKAPITULASI HASIL SUPERVISI AKADEMIK SIKLUS I

NILAI
NO NAMA GURU ASAL SEKOLAH
PERENCANAAN PELAKSANAAN JUMLAH Rerata
1 Utami,S.Pd Tugu 6 63.00 64.00 127.00 63.50
2 Usri, S.Pd Tugu 6 70.00 65.00 135.00 67.50
3 Suhartini,S.Pd Tugu 6 60.87 69.60 130.47 65.24
4 Ayati Tugu 6 63.65 64.86 128.51 64.26
5 Siti Muniroh,S.Pd Tugu 6 64.35 60.00 124.35 62.18
6 Paulina,S.Pd Tugu 3 61.74 62.80 124.54 62.27
7 Titin Suryatin,S.Pd Tugu 3 64.35 60.00 124.35 62.18
8 Yuyumi,S.Pd Tugu 3 59.26 60.00 119.26 59.63
9 Siti Robiyanti Tugu 3 67.58 66.80 134.38 67.19
10 Euis Dahlia.r,S.Pd Tugu 3 68.13 71.43 139.56 69.78
11 Edoh Suhaedah,S.Pd Tugu 8 61.74 62.80 124.54 62.27
12 Sarmini,S.Pd Tugu 8 66.00 64.87 130.87 65.44
13 Indrawati,S.Pd Tugu 8 61.74 62.80 124.54 62.27
14 Rasmida Tugu 8 65.65 64.87 130.52 65.26
15 Suryatiningsih,S.Pd Tugu 8 61.74 62.80 124.54 62.27
16 Tuti Suparyanti,S.Pd Tugu 9 61.87 66.43 128.30 64.15
17 H.Wagiran,S.Pd Tugu 9 61.74 62.80 124.54 62.27
18 Yoce Magdalena,S.Pd Tugu 9 66.65 69.90 136.55 68.28
19 Sriyono,S.Pd Tugu 9 61.74 62.90 124.64 62.32
20 Yanti Aritonang,S.Pd Tugu 9 67.65 64.70 132.35 66.18
21 Yatmin,S.Pd Tugu 10 64.13 64.87 129.00 64.50
22 Saepudin alfarisi,S.Pd Tugu 10 73.13 72.90 146.03 73.02
23 Bimo Santosa,S.Pd Tugu 10 62.65 66.43 129.08 64.54
24 Hasanah,S.Pd Tugu 10 64.35 66.50 130.85 65.43
25 Handani,S.Pd Tugu 10 62.65 64.76 127.41 63.71
26 Suryati,S.Pd Tugu 11 66.65 67.00 133.65 66.83
27 Agustin Tugu 11 64.35 61.43 125.78 62.89
28 Irma Wanti,S.Pd Tugu 11 63.61 66.76 130.37 65.19
29 Tutik Handayani,S.Pd Tugu 11 64.35 63.00 127.35 63.68
30 Dian Mardiyana Tugu 11 62.74 65.37 128.11 64.06
31 Sutiyem,S.Pd Palsigunung 64.35 64.76 129.11 64.56
32 Hj .Sriyanah Palsigunung 64.13 67.76 131.89 65.95
33 Idah Mariyah,S.Pd Palsigunung 64.35 65.00 129.35 64.68
34 Maryanti,S.Pd Palsigunung 71.35 73.50 144.85 72.43
35 Dedah Nurhaedah Palsigunung 66.35 67.37 133.72 66.86
36 Henny herniyati,S.Pd Tugu 4 66.65 69.90 136.55 68.28
37 Lina Hasanah Tugu 4 61.74 62.86 124.60 62.30
38 Juriah,S.Pd Tugu 4 64.35 70.80 135.15 67.58
39 Tuti Styowati,S.Pd Tugu 4 62.62 62.87 125.49 62.75
40 Yayah Tugu 4 66.65 69.90 136.55 68.28
Jumlah 2,580.60 2,623.10 5,203.70 65.05
72

Lampiran 4

REKAPITULASI HASIL SUPERVISI AKADEMIK SIKLUS II

NILAI
NO NAMA GURU ASAL SEKOLAH
PERENCANAAN PELAKSANAAN JUMLAH Rerata
1 Utami,S.Pd Tugu 6 65.22 71.40 136.62 68.31
2 Usri, S.Pd Tugu 6 70.74 67.00 137.74 68.87
3 Suhartini,S.Pd Tugu 6 64.87 69.65 134.52 67.26
4 Ayati Tugu 6 63.65 72.80 136.45 68.23
5 Siti Muniroh,S.Pd Tugu 6 68.35 68.00 136.35 68.18
6 Paulina,S.Pd Tugu 3 61.74 62.90 124.64 62.32
7 Titin Suryatin,S.Pd Tugu 3 64.35 73.00 137.35 68.68
8 Yuyumi,S.Pd Tugu 3 68.22 69.00 137.22 68.61
9 Siti Robiyanti Tugu 3 67.58 66.86 134.44 67.22
10 Euis Dahlia.r,S.Pd Tugu 3 70.74 75.80 146.54 73.27
11 Edoh Suhaedah,S.Pd Tugu 8 75.74 75.90 151.64 75.82
12 Sarmini,S.Pd Tugu 8 76.00 77.87 153.87 76.94
13 Indrawati,S.Pd Tugu 8 67.74 70.90 138.64 69.32
14 Rasmida Tugu 8 65.65 67.80 133.45 66.73
15 Suryatiningsih,S.Pd Tugu 8 67.74 72.90 140.64 70.32
16 Tuti Suparyanti,S.Pd Tugu 9 61.87 66.90 128.77 64.39
17 H.Wagiran,S.Pd Tugu 9 61.74 77.80 139.54 69.77
18 Yoce Magdalena,S.Pd Tugu 9 66.65 75.80 142.45 71.23
19 Sriyono,S.Pd Tugu 9 66.72 68.90 135.62 67.81
20 Yanti Aritonang,S.Pd Tugu 9 67.65 77.70 145.35 72.68
21 Yatmin,S.Pd Tugu 10 75.35 78.75 154.10 77.05
22 Saepudin alfarisi,S.Pd Tugu 10 73.13 74.90 148.03 74.02
23 Bimo Santosa,S.Pd Tugu 10 72.65 76.80 149.45 74.73
24 Hasanah,S.Pd Tugu 10 70.74 75.90 146.64 73.32
25 Handani,S.Pd Tugu 10 72.65 74.80 147.45 73.73
26 Suryati,S.Pd Tugu 11 70.74 75.90 146.64 73.32
27 Agustin Tugu 11 74.35 78.60 152.95 76.48
28 Irma Wanti,S.Pd Tugu 11 70.74 75.90 146.64 73.32
29 Tutik Handayani,S.Pd Tugu 11 70.74 75.90 146.64 73.32
30 Dian Mardiyana Tugu 11 62.74 65.60 128.34 64.17
31 Sutiyem,S.Pd Palsigunung 70.74 75.90 146.64 73.32
32 Hj .Sriyanah Palsigunung 74.13 77.80 151.93 75.97
33 Idah Mariyah,S.Pd Palsigunung 76.35 78.00 154.35 77.18
34 Maryanti,S.Pd Palsigunung 71.35 73.40 144.75 72.38
35 Dedah Nurhaedah Palsigunung 78.35 79.40 157.75 78.88
36 Henny herniyati,S.Pd Tugu 4 76.65 70.90 147.55 73.78
37 Lina Hasanah Tugu 4 79.74 72.86 152.60 76.30
38 Juriah,S.Pd Tugu 4 74.35 80.50 154.85 77.43
39 Tuti Styowati,S.Pd Tugu 4 82.65 82.86 165.51 82.76
40 Yayah Tugu 4 76.65 79.90 156.55 78.28
Jumlah 2,817.75 2,953.45 5,771.20 72.14
73

Lampiran 5

REKAPITULASI HASIL SUPERVISI AKADEMIK SIKLUS III

NILAI
NO NAMA GURU ASAL SEKOLAH
PERENCANAAN PELAKSANAAN JUMLAH Rerata
1 Utami,S.Pd Tugu 6 88.22 86.65 174.87 87.44
2 Usri, S.Pd Tugu 6 80.74 86.00 166.74 83.37
3 Suhartini,S.Pd Tugu 6 80.58 89.90 170.48 85.24
4 Ayati Tugu 6 88.65 89.90 178.55 89.28
5 Siti Muniroh,S.Pd Tugu 6 88.35 90.80 179.15 89.58
6 Paulina,S.Pd Tugu 3 78.22 82.80 161.02 80.51
7 Titin Suryatin,S.Pd Tugu 3 84.35 88.60 172.95 86.48
8 Yuyumi,S.Pd Tugu 3 88.22 89.90 178.12 89.06
9 Siti Robiyanti Tugu 3 87.58 89.80 177.38 88.69
10 Euis Dahlia.r,S.Pd Tugu 3 90.84 89.85 180.69 90.35
11 Edoh Suhaedah,S.Pd Tugu 8 85.74 88.90 174.64 87.32
12 Sarmini,S.Pd Tugu 8 86.00 87.90 173.90 86.95
13 Indrawati,S.Pd Tugu 8 80.74 86.40 167.14 83.57
14 Rasmida Tugu 8 85.65 87.80 173.45 86.73
15 Suryatiningsih,S.Pd Tugu 8 87.74 89.90 177.64 88.82
16 Tuti Suparyanti,S.Pd Tugu 9 81.87 86.40 168.27 84.14
17 H.Wagiran,S.Pd Tugu 9 88.74 89.90 178.64 89.32
18 Yoce Magdalena,S.Pd Tugu 9 79.74 89.70 169.44 84.72
19 Sriyono,S.Pd Tugu 9 78.88 88.80 167.68 83.84
20 Yanti Aritonang,S.Pd Tugu 9 85.74 89.00 174.74 87.37
21 Yatmin,S.Pd Tugu 10 85.35 89.75 175.10 87.55
22 Saepudin alfarisi,S.Pd Tugu 10 83.13 89.85 172.98 86.49
23 Bimo Santosa,S.Pd Tugu 10 80.74 84.00 164.74 82.37
24 Hasanah,S.Pd Tugu 10 75.74 85.90 161.64 80.82
25 Handani,S.Pd Tugu 10 88.39 89.80 178.19 89.10
26 Suryati,S.Pd Tugu 11 85.74 86.90 172.64 86.32
27 Agustin Tugu 11 84.35 88.40 172.75 86.38
28 Irma Wanti,S.Pd Tugu 11 78.74 85.90 164.64 82.32
29 Tutik Handayani,S.Pd Tugu 11 80.74 85.86 166.60 83.30
30 Dian Mardiyana Tugu 11 88.88 89.80 178.68 89.34
31 Sutiyem,S.Pd Palsigunung 87.74 85.90 173.64 86.82
32 Hj .Sriyanah Palsigunung 89.74 89.90 179.64 89.82
33 Idah Mariyah,S.Pd Palsigunung 86.35 88.00 174.35 87.18
34 Maryanti,S.Pd Palsigunung 89.35 91.50 180.85 90.43
35 Dedah Nurhaedah Palsigunung 80.13 89.70 169.83 84.92
36 Henny herniyati,S.Pd Tugu 4 86.35 89.80 176.15 88.08
37 Lina Hasanah Tugu 4 89.74 89.80 179.54 89.77
38 Juriah,S.Pd Tugu 4 89.13 90.50 179.63 89.82
39 Tuti Styowati,S.Pd Tugu 4 82.65 89.90 172.55 86.28
40 Yayah Tugu 4 86.13 89.90 176.03 88.02
Jumlah 3,395.70 3,539.96 6,935.66 86.70
Lampiran 6
INSTRUMEN SUPERVISI AKADEMIK
Kota : Depok
Sekolah : ........................................................
Mata pelajaran : ........................................................
Nama Guru : ........................................................
Hari / Tanggal : ........................................................

Pemenuhan Skor
NO INDIKATOR YANG DINILAI
Ya Tdk 1 2 3 4 5
I PRAPEMBELAJARAN
1. Memantau kesiapan siswa untuk belajar
2. Melakukan kegiatan apersepsi
3. Menyampaikan kriteria pencapaian tujuan.
4. Memperhatikan karakteristik siswa
II KEGIATAN INTI PEMBELAJARAN
A. Kesesuaian dengan Rencana Pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai skenario rencana
5.
pembelajaran
Mengarahkan belajar siswa sesuai dengan prinsip belajar
6.
yang mendidik
B. Penguasaan materi pelajaran
Menunjukkan penguasaanstruktur, konsep, dan aplikasi
7.
materi.
Memfasilitasi pengembangan potensi seluruh siswa
8.
menguasi materi.
Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
9.
hierarki belajar
10. Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan
C. Pendekatan/strategi pembelajaran
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
11.
(tujuan) yang direncanakan
12. Melaksanakan pembelajaran siswa aktif dan interaktif.
Meningkatkan aktivitas kelas untuk mencapai prestasi
13.
secara optimal.
14. Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual
15. Mengembangkan pengalaman belajar yang bernilai
16. Menumbuhkan keterampilan berpikir kritis siswa
Menumbuhkan kreativitas siswa menguasai informasi dan
17.
menggunakan informasi.
18. Mengembangkan keterampilan mengelola informasi
19. Mengembangkan kemampuan menguji ketepatan infomasi
Mengembangkan keterampilan menyajikan informasi
20.
dengan data yang variatif.
Menggunakan ilmu pengetahuan menghasilkan karya
21.
inovatif.
74
75

Pemenuhan Skor
NO INDIKATOR YANG DINILAI
Ya Tdk 1 2 3 4 5
Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan alokasi waktu
22.
yang direncanakan
Memberikan pengayaan untuk pengembangan daya
23.
kompetisi siswa
D. Pemanfaatan sumber belajar /media pembelajaran
24. Menggunakan media secara efektif
25. Meningkatkan daya baca
26. Memeranakan siswa pemanfaatan media
Menggunakan informasi belajar yang variatif berbasis
27.
internet/TIK*
28. Menggunakan alat peraga berbasis internet/TIK*
29. Memanfaatkan sumber belajar berbahasa asing *
Pembelajaran yang memicu dan memelihara
D.
keterlibatan siswa
30. Menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran
31. Menunjukkan sikap terbuka terhadap respons siswa
Menumbuhkan keceriaan dan antusisme siswa dalam
32.
belajar
Memberi peluang kepada siswa untuk mengekspresikan
33.
hasil belajar
E. Penilaian proses dan hasil belajar
34. Memantau kemajuan belajar selama proses
Melakukan penilaian akhir sesuai dengan kompetensi
35.
(tujuan)
Mengidentifikasi pencpaian target kompetensi sesuai
36.
indikator pembelajaran
Menggunakan tehnik penilaian variatif (pencil &paper test,
37.
test performance, produk belajar, proyek, portofolio)
38. Menilai keterampilan berpikir kritis
39. Menilai keterampilan pemecahan masalah
40. Menilai keterampilan berpikir ilmiah
Menilai keterampilan mengelola informasi dan
41.
menggunakan TIK
42. Menilai daya kolaborasi
43. Meniliai penggunaan logika
44. Menilai keterampilan berinovasi
45. Memiliki data hasil analisis penilaian
F. Penggunaan bahasa dan teknologi
Menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik,
46.
dan benar
Memanfaatkan teknologi komunikasi untuk
47.
mengoptimalkan pencapaian tujuan
III PENUTUP
Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
48.
melibatkan siswa
49. Menghargai pencapaian belajar yang terbaik.
76

Pemenuhan Skor
NO INDIKATOR YANG DINILAI
Ya Tdk 1 2 3 4 5
Melaksanakan tindak lanjut atau kegiatan, atau tugas
50.
sebagai bagian remidi/pengayaan
Skor
Total Skor
Nilai Kinerja
Keterlaksanaan Pemenuhan Standar

Indikator Output Taget Realisasi


KKM :
Nilai Tertinggi :
Nilai Teredah :

Nilai proses pemenuhan komponen standar :

Ketercapaian :
86 % - 100 % = Baik Sekali
70% - 85 % = Baik
55% - 69 % = Cukup
Di bawah 55% = Kurang

Kesimpulan hasil penilaian:

..............................................................................................................................
Catatan tindak lanjut :
..............................................................................................................................

Anda mungkin juga menyukai