Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Wilayah pesisir pantai merupakan daerah peralihan laut dan daratan. Kondisi
tersebut menyebabkan wilayah pesisir mendapatkan tekanan dari berbagai aktivitas dan
fenomena yang terjadi di darat maupun di laut. Fenomena-fenomena yang terjadi di
daratan seperti erosi banjir dan aktivitas yang dilakukan seperti pembangunan pemukiman,
pembabatan hutan untuk persawahan, pembangunan tambak dan sebagainya pada akhirnya
memberi dampak pada ekosistem pantai. Demikian pula fenomena fenomena di lautan
seperti pasang surut air laut, gelombang badai dan sebagainya. (Hastuti, 2012).
Selain dampak pada ekosistem ada pula perubahan konfigurasi pantai. Supriyanto
(2003) menyatakan bahwa perubahan konfigurasi pantai di wilayah pesisir dapat
disebabkan oleh kegiatan atau proses proses alami dan non alami (kegiatan manusia) baik
yang berasal dari darat maupun dari laut. Proses proses hidrooseanografi dari laut yang
dapat memberikan pengaruh antara lain, hempasan gelombang, perubahan pola arus, serta
fenomena pasang surut yang kadang kadang diperkuat oleh pengaruh perubahan iklim.
Fenomena alami dari darat yang ikut memberikan pengaruh terjadinya perubahan garis
pantai, antara lain erosi dan sedimentasi akibat arus pasang akibat banjir serta perubahan
arus aliran sungai.
Erosi Pantai yang disebut juga abrasi akhir-akhir ini cenderung meningkat di
berbagai daerah. Abrasi merupakan pengikisan atau pengurangan daratan (pantai) akibat
aktivitas gelombang, arus dan pasang surut. Dalam kaitan ini pemadatan daratan
mengakibatkan permukaan tanah turun dan tergenang air laut sehingga garis pantai
berubah (Nur,2004). Pantai dikatakan mengalami abrasi bila angkutan sedimen yang
terjadi ke suatu titik lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah sedimen yang terangkut
ke luar dari titik tersebut (Suwedi, 2006)
Di pantai utara Jawa Tengah, luasan abrasi sudah mencapai 5.500 hektar yang
tersebar di 10 kabupaten/kota. Salah satu daerah yang mengalami abrasi cukup parah
adalah pantai di Kecamatan Sayung, kab. Demak. Di daerah tersebut permasalahan yang
terjadi cukup berat khususnya menyangkut penurunan fungsi lahan dikarenakan abrasi
pantai, dan penggenangan air laut di kawasan tambak seluas 582,8 ha yang selama lima
tahun ini tergenang dan kemudian hilang. (Bappeda Demak, 2000) Ini berarti Kabupaten
Demak adalah salah satu wilayah kabupaten pesisir di jawa tengah yang terkena dampak

1
abrasi cukup parah. Kecamatan Sayung mengalami dampak abrasi yang mengakibatkan
banyak permasalahan seperti hilangnya lahan pemukiman, lahan pertambakan dan mata
pencaharian yang berdampak langsung pada penurunan kualitas hidup masyarakat .
Masyarakat yang hidup di wilayah pesisir seperti nelayan, petani dan petambak
kehidupannya tergantung pada sumberdaya alam. Kondisi lingkungan dan sumberdaya
alam pesisir yang rentan tersebut berdampak pada aspek sosial ekonomi dan sosial budaya
penduduk. Kegiatan kegiatan tersebut misalnya industri (berpotensi menimbulkan
pencemaran, abrasi dan akresi), reklamasi (perubahan pola arus yang menyebabkan
terjadinya abrasi dan akresi), perumahan (limbah padat) pertanian (sedimentasi,
pencemaran) kegiatan transportasi laut dan pelabuhan (pencemaran). Berbagai kerusakan
dan pencemaran lingkungan ini mengancam kelestarian usaha dan atau mata pencaharian
penduduk. (Hadi, 2005)
Indonesia merupakan negara kepulauan yang bercirikan benua maritim dengan 176
kabupaten dan 30 kota dari sekitar 368 kabupaten dan kota, yang mempunyai wilayah
pesisir dan laut (Sulasdi, 2001; 44). Kondisi ini dapat digunakan sebagai dasar kuat untuk
mengatakan bahwa Indonesia sesungguhnya merupakan negara maritim. Kebanyakan
masyarakat yang tinggal ditepi pantai, pantai merupakan tempat sumber perekonomian
mereka. Namun, dalam hal tertentu, terdapat gejala alam yang disebabkan oleh perluasan
daerah pemukiman yang membabibuta, yaitu terjadinya erosi pantai (abrasi). Dari sudut
pandang keseimbangan interaksi antara kekuatan-kekuatan asal darat dan kekuatan-
kekuatan asal laut, erosi pantai (abrasi) terjadi karena kekuatan-kekuatan asal laut lebih
kuat daripada kekuatan-kekuatan asal darat. Erosi pantai (abrasi) dapat diprediksi
kejadiannya berdasarkan pada pola arah angin dan kecepatan angin yang terdapat disuatu
kawasan, orientasi garis pantai, konfigurasi garis pantai, dan material penyusun pantai.
Erosi pantai (abrasi) saat ini sudah sering terjadi terutama didaerah pantai yang tidak
terlindungai baik oleh vegetasi maupun pola hidup masyarakat yang tinggal di sekitar
pantai. Salah satu upaya yang bisa kita lakukan sebagai pengurangan terjadinya erosi
pantai yaitu dengan melestarikan hutan bakau. Karena tanaman bakau memiliki akar yang
kuat utuk menahan material-material pantai sehingga mengurangi terjadinya erosi di pantai
(abrasi). Pada makalah ini akan membahas sedikitnya tentang erosi yang terjadi di pantai
serta hal hal yang dapat dilakukan dalam upaya pencegahan erosi pantai.

2
1.2 Rumusan Masalah
1. Mengapa erosi pantai bisa terjadi?
2. Apa yang menyebabkan terjadinya erosi pantai?
3. Dimana wilayah yang telah mengalami erosi pantai?
4. Bagaimana keadaan pemukiman penduduk dan masyarakat yang berada di daerah
pantai yang mengalami abrasi tersebut?
5. Apa sajakah yang bisa dilakukan dalam mengurangi erosi pantai?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui terjadinya proses erosi pantai.
2. Untuk mengetahui penyebab-penyebab terjadinya erosi pantai.
3. Untuk mengetahui tempat-tempat yang telah mengalami erosi pantai (abrasi).
4. Untuk mengetahui keadaan yang tampak pada pemukiman penduduk dan masyarakat
yang berada di daerah pantai yang mengalami abrasi.
5. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilkakukan dalam usaha pencegahan terjadinya
erosi pantai.

1.4 Manfaat
Dengan adanya makalah ini, kita dapat mengetahui pengertian erosi pantai, dampak
apa saja yang di timbulkan oleh erosi pantai dan cara penanggulangan erosi pantai. Selain
itu juga dapat menambah wawasan kita dengan hal yang sebelumnya belum kita ketahui.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Erosi Pantai adalah proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut dan arus
laut yang bersifat merusak. Abrasi biasanya disebut juga erosi pantai. Kerusakan garis
pantai akibat abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai
tersebut. Walaupun abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering
disebut sebagai penyebab utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi
adalah dengan penanaman hutan mangrove. Ada pula yang berpendapat bahwa, abrasi
merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut. Gerusan ini terjadi
karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan air laut ini
disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global.

Abrasi merupakan peristiwa terkikisnya alur-alur pantai akibat gerusan air laut.
Gerusan ini terjadi karena permukaan air laut mengalami peningkatan. Naiknya permukaan
air laut ini disebabkan mencairnya es di daerah kutub akibat pemanasan global. Abrasi
disebabkan oleh naiknya permukaan air laut diseluruh dunia karena mencairnya lapisan es
di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini merupakan dampak dari pemanasan
global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,pemanasan global terjadi
karena gas-gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari gas buangan kendaraan
bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari yang dipantulkan oleh
bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam atmosfer bumi dan
mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub juga akan meningkat
dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es itu mengakibatkan permukaan air di
seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah yang
permukaannya rendah. Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya
dengan pencemaran lingkungan.

2.2 Dampak

 Dampak yang ditimbulkan dari abrasi yaitu megikisnya bibir pantai, sehingga
semakin lama air naik ke permukaan, bahkan dapat merusak daerah disekitar
pantai.

4
 Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal
di pinggir pantai
 Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong
angin kencang begitu besar.
 Kehilangan tempat berkumpulnya ikan- ikan perairan pantai karena terkikisnya
hutan bakau
 Menghambat pengembangan potensi kelautan di kabupaten Karawang secara
keseluruhan, baik pengembangan hasil produksi perikanan maupun pemanfaatan
sumber daya kelautan lainnya.
 Kerusakan lingkungan akan semakin bertambah seiring dengan berjalannya waktu.
Contoh yang sering kita jumpai belakangan ini adalah masalah abrasi pantai.
Abrasi pantai ini terjadi hampir di seluruh wilayah di Indonesia. Masalah ini harus
segera diatasi karena dapat mengakibatkan kerugian yang sangat besar bagi
makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
 Abrasi pantai tidak hanya membuat garis-garis pantai menjadi semakin menyempit,
tapi bila dibiarkan begitu saja akibatnya bisa menjadi lebih berbahaya. Seperti kita
ketahui, negara kita Indonesia sangat terkenal dengan keindahan pantainya. Setiap
tahun banyak wisatawan dari mancanegara berdatangan ke Indonesia untuk
menikmati panorama pantainya yang sangat indah. Apabila pantai sudah
mengalami abrasi, maka tidak akan ada lagi wisatawan yang datang untuk
mengunjunginya. Hal ini tentunya sedikit banyak akan mempengaruhi
perekonomian di Indonesia karena secara otomatis devisa negara dari sektor
pariwisata akan mengalami penurunan. Selain itu, sarana pariwisata seperti hotel,
restoran, dan juga kafe-kafe yang terdapat di areal pantai juga akan mengalami
kerusakan yang akan mengakibatkan kerugian material yang tidak sedikit.
Demikian juga dengan pemukiman penduduk yang berada di areal pantai tersebut.
Banyak penduduk yang akan kehilangan tempat tinggalnya akibat rumah mereka
terkena dampak dari abrasi.

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa dampak dari abrasi sangat berbahaya.
Untuk itu kami akan mencoba menjelaskan lebih lanjut mengenai apa itu abrasi,
penyebab abrasi, dan bagaimana solusi untuk menanggulanginya. Kami harap apa yang
akan kami sampaikan ini dapat memberikan pengetahuan pada masyarakat mengenai
abrasi dan menambah rasa kepedulian masyarakat pada lingkungannya.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Proses Terjadinya Erosi Pantai


Erosi pantai atau sering juga disebut abrasi adalah proses pengikisan pantai oleh
tenaga gelombang laut dan arus laut yang bersifat merusak. Kerusakan garis pantai akibat
abrasi ini dipacu oleh terganggunya keseimbangan alam daerah pantai tersebut. Walaupun
abrasi bisa disebabkan oleh gejala alami, namun manusia sering disebut sebagai penyebab
utama abrasi. Salah satu cara untuk mencegah terjadinya abrasi adalah dengan penanaman
hutan mangrove.
Abrasi dapat terjadi karena dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Proses
terjadinya abrasi karena faktor alam disebabkan oleh angin yang bertiup di atas lautan
yang menimbulkan gelombang dan arus laut sehingga mempunyai kekuatan untuk
mengikis daerah pantai. Gelombang yang tiba di pantai dapat menggetarkan tanah atau
batuan yang lama kelamaan akan terlepas dari daratan. Selain faktor alam, abrasi juga
disebabkan oleh faktor manusia, misalnya penambangan pasir. Penambangan pasir sangat
berperan banyak terhadap abrasi pantai, baik di daerah tempat penambangan pasir maupun
di daerah sekitarnya karena terkurasnya pasir laut akan sangat berpengaruh terhadap
kecepatan dan arah arus laut yang menghantam pantai.
Dalam skala waktu besar, jangka panjang, erosi pantai berlangsung terus menerus
sampai kondisi keseimbangan konfigurasi garis pantai tercapai atau keseimbangan berubah
karena perubahan kondisi lingkungan dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Dalam
jangka pendek, temporer, erosi pantai terjadi pada saat musim angin tertentu berlaku, dan
berhenti ketika musim berganti.

3.2 Penyebab Terjadinya Erosi Pantai


1. Penurunan Permukaan Tanah. (Land Subsidence)
Pemompaan Air tanah yang berlebihan untuk keperluan industri dan air minum di
wilayah pesisir akan menyebabkan penurunan tanah terutama jika komposisi tanah pantai
sebagian besar terdiri dari lempung/lumpur karena sifat-sifat fisik lumpur /lepung yang
mudah berubah akibat perubahan kadar air. Akibat penurunan air tanah adalah
berkurangnya tekanan air pori. Hal ini mengakibatkan penggenangan dan pada gilirannya
meningkatkan erosidan abrasi pantai. Berdasarkan peta hidrogeologi yang dikeluarkan
Direktorat Geologi Tata Lingkungan (tahun 1992) tampak pemanfaatan air tanah (bebas

6
maupun bertekanan) dengan sumur bor di daerah Semarang, Demak dan Kudus jumlahnya
cukup signifikan serta mampu menyebabkan penurunan elevasi air tanah yang disertai
dengan intrusi air laut hingga jauh ke daerah perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa
potensi penurunan tanah cukup besar dan memberikan kontribusi terhadap genangan (rob)
pada saat air laut pasang. Berdasarkan wawancara dengan penduduk Kec.Sayung, Demak
diperoleh informasi bahwa penurunan tanah telah mencapai rata-rata 40cm.

2. Kerusakan Hutan Mangrove


Hutan Mangrove merupakan sumberdaya yang dapat pulih (sustaianable resources)
dan pembentuk ekosistem utama pendukung kehidupan yang penting di wilayah pesisir.
Mangrove memiliki peran penting sebagai pelindung alami pantai karena memiliki
perakaran yang kokoh sehingga dapat meredam gelombang dan menahan sedimen. Ini
artinya dapat bertindak sebagai pembentuk lahan (land cruiser)

3. Kerusakan akibat gaya-gaya hidrodinamika gelombang


Orientasi pantai demak mengarah sedemikian rupa sehigga relatif tegak lurus atau
sejajar dengan puncak gelombang dominan. Hal ini memberikan informasi bahwa panta
dalam kondisi seimbang dinamik. Kondisi gelombang yang semula lurus akan membelok
akibat proses refrksi/difraksi dan shoaling. Pantai akan menanggai dengan
mengorientasikan dirinya sedemikian rupa sehingga tegak lurus arah gelombang atau
dengan kata lain terjadi erosi dan deposisi sedimen sampai terjadi keseimbangan dan
proses selanjutnya yang terjadi hanya angkutan tegak lurus pantai (cros shore transport)

4. Kerusakan akibat sebab alam lain


Perubahan iklim global da kejadian ekstrim misal terjadi siklon tropis. Faktor lain
adalah kenaikan permukaan air laut akibat pemanasan global (efek rumah kaca) yang
mengakibatkan kenaikan tinggi gelombang

5. Kerusakan akibat kegiatan manusia yang lain


 Penambangan Pasir di perairan pantai
 Pembuatan Bangunan yang menjorok ke arah laut
 Pembukaan tambak yang tidak memperhitungkan keadaan kondisi dan lokasi

7
6. Kerusakan Akibat Lingkungan
Penyebab lain dari abrasi adalaha naiknya permukaan air laut diseluruh dunia
karena mencairnya lapisan es di daerah kutub bumi. Mencairnya lapisan es ini. merupakan
dampak dari pemanasan global yang terjadi belakangan ini. Seperti yang kita ketahui,
pemanasan global terjadi karena gas -gas CO2 yang berasal dari asap pabrik maupun dari
gas buangan kendaraan bermotor menghalangi keluarnya gelombang panas dari matahari
yang dipantulkan oleh bumi, sehingga panas tersebut akan tetap terperangkap di dalam
atmosfer bumi dan mengakibatkan suhu di permukaan bumi meningkat. Suhu di kutub
juga akan meningkat dan membuat es di kutub mencair, air lelehan es it u mengakibatkan
permukaan air di seluruh dunia akan mengalami peningkatan dan akan menggerus daerah
yang permukaannya rendah.
Hal ini menunjukkan bahwa terjadinya abrasi sangat erat kaitannya dengan
pencemaran lingkungan. Selain itu, pengembangan hasil produksi perikanan maupun
pemanfaatan sumber daya kelautan lainnya yang secara berlebihan juga menjadi salah satu
penyebab abrasi walaupun tidak secara langsung. Penyebab lainnya yaitu pada saat
terjadinya bencana tsunami, yang mana pada saat tsunami berlangsung, pecahan ombak
juga ikut memecah material yang ada didarat sehingga terjadi pengikisan di daerah pantai.

3.3 Terjadinya Erosi Pantai di Bengkulu


Wilayah pesisir Kota Bengkulu berada di bagian barat pulau Sumatera, yang
berhadapan Iangsung dengan Samudera Indonesia. Keberadaan ini menyebabkan Pantai
Kota Bengkulu banyak menerima limpasan-limpasan gelombang baik berupa gelombang
karena angin, gelombang karena fluktuasi muka air laut dan anus yang menyusur pantai.
Akibatnya terjadi abrasi pada pantai tersebut sehingga mengakibatkan adanya perubahan
garis pantai. Kerusakan lingkungan oleh proses abrasi telah berlangsung lama, sehingga
mengganggu aktivitas nelayan yang merupakan kegiatan sehari-hari masyarakat di wilayah
pesisir Kota Bengkulu. Selain itu juga abrasi mengancam keberadaan permukiman
masyarakat yang berada di pantai tersebut, sehingga mengganggu perekonomian di Kota
Bengkulu.
Fenomena lain akibat dari proses abrasi adalah terjadinya proses sedimentasi,
sehingga terjadinya pendangkalan pada daerah pelabuhan yang mengganggu proses
bongkar muat di pelabuahan tersebut. Untuk mengatasi kejadian abrasi dan sedimentasi di
atas perlu dilakukan pengamanan pantai dengan memberikan perlindungan pantai baik
berupa fisik maupun alami serta adanya pengelolaan lingkungan wilayah pesisir yang

8
terpadu. Pengaruh dan proses abrasi di wilayah pesisir Kota Bengkulu yang umumnya
terjadi dikarenakan oleh alam, begitu besar dan signifikan maka perlu dilakukan
perlindungan terhadap pantai dengan penelitian yang berhubungan dengan gejala alam
tersebut, seperti melakukan analisis terhadap gelombang, pasang surut, anus menyusur
pantai dan proses transpor sedimen. Dari hasil analisis tersebut akan didapat bentuk
bangunan pelindung pantai yang sesuai dengan kerusakan lingkungan di wilayah tersebut.

3.4 Dampak Erosi Pantai Terhadap Lingkungan dan Masyarakat


Abrasi yang merupakan salah satu hasil dari kerusakan di lam memiliki dampak
negatif yaitu antara lain:
 Penyusutan lebar pantai sehingga menyempitnya lahan bagi penduduk yang tinggal di
pinggir pantai
 Kerusakan hutan bakau di sepanjang pantai, karena terpaan ombak yang didorong
angin kencang begitu besar.
 Kehilangan tempat berkumpulnya ikan ikan perairan pantai karena terkikisnya hutan
bakau

Selain itu, di beberapa tempat di areal pesisir dan pertambakan yang telah terkikis
(abrasi pantai) dan rob yang lebih dalam ke daratan. Tambak-tambak udang yang terkikis
menjadi hilang dan berubah kondisinya menjadi laut dan akibat pemanasan global
menyebabkan air masuk lebih dalam. Hilangnya tambak akibat terkikis, menghilangkan
pendapatan sebagian petani tambak yang dahulunya termasuk golongan petani ‘kaya”
menjadi tidak “kaya”. Kondisi ini akan mengubah perilaku petambak yang tadinya sebagai
“juragan” berubah menjadi “bukan juragan”.
Perubahan perilaku masyarakat dapat bersifat intern maupun ekstern dan dapat
bersifat positif maupun negatif. Intern dalam arti perilaku keseharian yang menyangkut
diri sendiri seperti rasa apatis, apriori, traumatik dan lain-lain, sedang ekstern adalah
perilaku keseharian yang menyangkut terhadap orang lain baik di dalam keluarga maupun
luar keluarga seperti kerjasama, paternalistis dan lain-lain. Peningkatan pendapatan
mengakibatkan perubahan perilaku masyarakat yang ke arah konsumtif, pemikiran yang
lebih maju dan merubah perilaku sosial secara menyeluruh. Namun sebaliknya kondisi saat
ini di kawasan pertambakan Demak mengalami pendapatan yang menurun atau dapat
dikatakan kesejahteraannya menurun, maka yang terjadi adalah munculnya kemiskinan

9
baru, daya serap tenaga kerja menurun dan masyarakat kawasan pesisir yang terimbas ikut
menurun. Perubahan pendapatan akan mengubah perilaku masayarakat tersebut.
Karena adanya pengurangan atau perubahan baik dari hasil pendapatan (menurunnya
perekonomian), kesehatan dan sebagainya,maka tidak sedikit penduduk yang mengalami
penurunan pendapatan akibat abrasi tambak dan rob mengalami perubahan perilaku yang
bersifat negatif yaitu apriori, apatis dan mengalami gangguan jiwa. Selain itu, Akibat
penurunan pendapatan para nelayan dan petani tambak tidak dapat menyekolahkan
anaknya lebih tinggi. Maka, ada penduduk yang mengambil keputusan untuk mengadakan
perpindahan ketempat lain yang diperkirakan dapat memperbaiki penghasilan mereka.

3.5 Pencegahan dan Penanggulangan Erosi Pantai


Ada beberapa usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya abrasi,
diantaranya yaitu:
1. Penanaman kembali hutan bakau
2. Pelarangan penggalian pasir pantai
3. Pembuatan pemecah gelombang
4. Pelestarian terumbu karang

Hutan Bakau (mangrove) merupakan komunitas vegetasi pantai tropis, yang


didominasi oleh beberapa jenis pohon mangrove yang mampu tumbuh dan berkembang
pada daerah pasang surut pantai berlumpur (Bengen, 2000). Sementara ini wilayah pesisir
didefinisikan sebagai wilayah dimana daratan berbatasan dengan laut. Batas wilayah
pesisir di daratan ialah daerah-daerah yang tergenang air maupun yang tidak tergenang air
dan masih dipengaruhi oleh proses-proses bahari seperti pasang surutnya laut, angin laut
dan intrusi air laut, sedangkan batas wilayah pesisir di laut ialah daerah-daerah yang
dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi dan mengalirnya air
tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan manusia
di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran.
Dalam merehabilitasi mangrove yang diperlukan adalah master plan yang disusun
berdasarkan data obyektif kondisi biofisik dan sosial. Untuk keperluan ini, Pusat Litbang
Hutan dan Konservasi Alam dapat memberikan kontribusi dalam penyusunan master plan
dan studi kelayakannya. Dalam hal rehabilitasi mangrove, ketentuan green belt perlu
dipenuhi agar ekosistem mangrove yang terbangun dapat memberikan fungsinya secara

10
optimal (mengantisipasi bencana tsunami, peningkatan produktivitas ikan tangkapan serta
penyerapan polutan perairan). Habitat Satwa Langka
Hutan bakau sering menjadi habitat jenis-jenis satwa. Lebih dari 100 jenis burung
hidup di sini, dan daratan lumpur yang luas berbatasan dengan hutan bakau merupakan
tempat mendaratnya ribuan burung pantai ringan migran, termasuk jenis burung langka
Blekok Asia (Limnodrumus semipalmatus).

3.6 Manfaat Hutan Bakau


1. Pelindung terhadap bencana alam
Vegetasi hutan bakau dapat melindungi bangunan, tanaman pertanian, atau
vegetasi alami dari kerusakan akibat badai atau angin yang bermuatan garam
melalui proses filtrasi.
2. Pengendapan lumpur
Sifat fisik tanaman pada hutan bakau membantu proses pengendapan
lumpur. Pengendapan lumpur berhubungan erat dengan penghilangan racun dan
unsur hara air, karena bahan-bahan tersebut seringkali terikat pada partikel
lumpur. Dengan hutan bakau, kualitas air laut terjaga dari endapan lumpur erosi.
3. Penambah unsur hara
Sifat fisik hutan bakau cenderung memperlambat aliran air dan terjadi
pengendapan. Seiring dengan proses pengendapan ini terjadi unsur hara yang
berasal dari berbagai sumber, termasuk pencucian dari areal pertanian.
4. Penambat racun
Banyak racun yang memasuki ekosistem perairan dalam keadaan terikat
pada permukaan lumpur atau terdapat di antara kisi-kisi molekul partikel tanah air.
Beberapa spesies tertentu dalam hutan bakau bahkan membantu proses
penambatan racun secara aktif.
5. Sumber alam dalam kawasan (In-Situ) dan luar Kawasan (Ex-Situ)
Hasil alam in-situ mencakup semua fauna dan hasil pertambangan atau
mineral yang dapat dimanfaatkan secara langsung di dalam kawasan. Sedangkan
sumber alam ex-situ meliputi produk-produk alamiah di hutan mangrove dan
terangkut/berpindah ke tempat lain yang kemudian digunakan oleh masyarakat di
daerah tersebut, menjadi sumber makanan bagi organisme lain atau menyediakan
fungsi lain seperti menambah luas pantai karena pemindahan pasir dan lumpur.
6. Transportasi

11
Pada beberapa hutan mangrove, transportasi melalui air merupakan cara
yang paling efisien dan paling sesuai dengan lingkungan.
7. Sumber plasma nutfah
Plasma nutfah dari kehidupan liar sangat besar manfaatnya baik bagi
perbaikan jenis-jenis satwa komersial maupun untuk memelihara populasi
kehidupan liar itu sendiri.
8. Rekreasi dan pariwisata
Hutan bakau memiliki nilai estetika, baik dari faktor alamnya maupun dari
kehidupan yang ada di dalamnya. Hutan mangrove yang telah dikembangkan
menjadi obyek wisata alam antara lain di Sinjai (Sulawesi Selatan), Muara Angke
(DKI), Suwung, Denpasar (Bali), Blanakan dan Cikeong (Jawa Barat), dan
Cilacap (Jawa Tengah). Kegiatan wisata ini disamping memberikan pendapatan
langsung bagi pengelola melalui penjualan tiket masuk dan parkir, juga mampu
menumbuhkan perekonomian masyarakat di sekitarnya dengan menyediakan
lapangan kerja dan kesempatan berusaha, seperti membuka warung makan,
menyewakan perahu, dan menjadi pemandu wisata.
9. Sarana pendidikan dan penelitian
Upaya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan
laboratorium lapang yang baik untuk kegiatan penelitian dan pendidikan.
10. Memelihara proses-proses dan sistem alami
Hutan bakau sangat tinggi peranannya dalam mendukung berlangsungnya
proses-proses ekologi, geomorfologi, atau geologi di dalamnya.
11. Penyerapan karbon
Proses fotosentesis mengubah karbon anorganik (C02) menjadi karbon
organik dalam bentuk bahan vegetasi. Pada sebagian besar ekosistem, bahan ini
membusuk dan melepaskan karbon kembali ke atmosfer sebagai (C02). Akan
tetapi hutan bakau justru mengandung sejumlah besar bahan organik yang tidak
membusuk. Karena itu, hutan bakau lebih berfungsi sebagai penyerap karbon
dibandingkan dengan sumber karbon.
12. Memelihara iklim mikro
Evapotranspirasi hutan bakau mampu menjaga ketembaban dan curah hujan
kawasan tersebut, sehingga keseimbangan iklim mikro terjaga.

12
13. Mencegah berkembangnya tanah sulfat masam
Keberadaan hutan bakau dapat mencegah teroksidasinya lapisan pirit dan
menghalangi berkembangnya kondisi alam.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dari makalah ini dapat disimpulkan bahwa:

1. Abrasi diakibatkan oleh maiknya permukaan air laut karena mencairnya lapisan es
yang ada di daerah kutub bumi. Es tersebut mencair akibat terjadinya pemanasan
global.
2. Masalah abrasi maupun pencemaran lingkungan ini sangat sulit untuk diatasi karena
kurangnya kesadaran masyarakat akan lingkungannya. Masih banyak orang yang
membuang sampah pada sembarang tempat yang nantinya dapat mencemari
lingkungan.
3. Dampak yang diakibatkanoleh abrasi ini sangat besar. Garis pantai akan semakin
menyempit dan apabila tidak diatasi lama kelamaan daerah-daerah yang
permukaannya rendah akan tenggelam.
4. Dampak dari abrasi dapat dikurangi dengan membangun alat pemecah ombak dan
juga menanam pohon bakau di pinggir pantai. Alat pemecah ombak dapat menahan
laju ombak dan memecahkan gelombang air sehingga kekuatan ombak saat mencapai
bibir pantai akan berkurang. Demikian juga dengan pohon bakau yang ditanam di
pinggiran pantai. Akar-akarnya yang kokoh dapat menahan kekuatan ombak agar
tidak mengikis pantai.

4.2 Saran
1. Masyarakat harus mengambil peran dalam mengatasi masalah abrasi dan pencemaran
pantai, karena usaha dari pemerintah saja tidak cukup berarti tanpa bantuan dari
masyarakat.
2. Pemerintah harus memberikan hukuman yang tagas bagi setiap orang yang merusak
lingkungan.
3. Pembangunan alat pemecah ombak dan penanaman pohon bakau harus segera
dilakukan agar abrasi yang terjadi di beberapa daerah tidak bertambah parah.
4. Bagi para pemilik pabrik maupun usaha apapun yang ada di sekitar pantai agar tidak
membuang limbah atau sampah ke laut. Mereka harus menyediakan sarana kebersihan
agar limbah atau sampah yang mereka hasilkan tidak mencemari pantai.

14
DAFTAR PUSTAKA

http://jokowarino.id/pengertian-abrasi-dan-cara-menanganinya/
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016 Pukul 15.00 WIB

https://id.wikipedia.org/wiki/Abrasi
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016 Pukul 15.00 WIB

http://idkf.bogor.net/yuesbi/eDU.KU/edukasi.net/Fenomena.Alam/Abrasi/materi3.html
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016 Pukul 15.00 WIB

http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/abrasi-pantai
Diakses pada tanggal 23 Juni 2016 Pukul 15.00 WIB

15

Anda mungkin juga menyukai