Secara etimologis, metode berasal dari Bahasa Yunani, yaitu “Meta” yang artinya
sesudah atau dibalik sesuatu, dan “Hodos” yang artinya jalan yang harus ditempuh. Jadi
metode berarti langkah-langkah (cara dan tekhnis) yang diambil menurut urutan tertentu
untuk mencapai pengetahuan tertentu.
Jadi metode berfikir ilmiah adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh
pengetahuan, serta untuk membuktikan benar salahnya suatu hipotesis yang telah ditentukan
sebelumnya.
Metode ilmiah ini adalah sebuah prosedur yang digunakan para ilmuan dalam pencarian
kebenaran baru. Dilakukannya dengan cara kerja sistematis terhadap pengetahuan baru, dan
melakukan peninjauan kembali kepada pengetahuan yang telah ada.
Tujuan dari penggunaan metode ilmiah ini yaitu agar ilmu berkembang dan tetap
eksis dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi. Kebenaran dan kecocokan
kajian ilmiah, akan terbatas pada ruang, waktu, tempat dan kondisi tertentu.
Metode ilmiah dipengaruhi oleh unsur alam yang berubah dan bergerak secara dinamik dan
teratur. Kondisi alam yang diduga para filosof karena adanya asas tunggal dari alam (natural
law). Filosof yakin, bahwa natural law telah menjadi salah satu sebab adanya ketertiban alam.
Ketertiban akan diangkat dan harus diletakkan sebagai objek ukuran dalam menentukan
kebenaran. Corak-corak metodis yang sandarannya pada kondisi alam, yang dinamik dan
teratur, harus diakui telah meneyebabkan lahirnya ilmu pengetahuan dengan sifat dan
kecendrungan yang positivistic. Ilmu selalu berkembang dalam ukuran-ukuran yang konkrit
dengan model dan pendekatan serta eksperimen dan observasi.
Metode berpikir ilmiah memiliki peranan penting dalam membantu manusia untuk
memperoleh pengetahuan cakrawala baru dalam menjamin eksistensi kehidupan manusia.
Dengan menggunakan metode berfikir ilmiah, manusia terus mengembangkan
pengetahuannya.
Ada 4 cara manusia memperoleh pengetahuan:
Cara kerja ilmuan dengan penelitian ilmiah, muncul sebagai reaksi dari tantangan
yang dihadapi manusia. Pemecahan masalah melalui metode ilmiah tidak akan pernah
berpaling. Penelitian ilmiah dengan menggunakan metode ilmiah, memegang peranan
penting dalam membantu manusia untuk memecahkan setiap masalah yang di hadapinya.
Ilmuan biasanya bekerja dengan cara kerja sistematis, berlogika dan menghindari diri dari
pertimbangan subjektif. Rasa tidak puas terhadap pengetahuan yang berasal dari paham orang
awam, mendorong kelahiran filsafat. Filsafat menyelidik ulang semua pengetahuan manusia
untuk mendapat pengetahuan yang hakiki.
Ilmuan mempunyai falsafah yang sama, yaitu dalam penggunaan cara menyelesaikan
masalah dengan menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah selalu digunakan untuk
memecahkan masalah yang dihadapinya. Penggunaan metode ilmiah tertentu dalam kajian
tertentu, dapat memudahkan ilmuan dan pengguna hasil keilmuannya dapat memudahkan
melakukan penelusuran.
Dalam ilmu pengetahuan ilmiah, “tidak ada” kebenaran yang sekedar berada di
awang-awang meskipun atas nama logika. Setiap kebenaran ilmiah, senantiasa diperkuat
bukti-bukti empirik dan indrawi, bahkan sesuatu kebenaran tersebut telah teruji.
Kebenaran ilmiah yang meskipun dikuasai oleh relativitasnya, selalu berpatokan kepada
beberapa hal mendasar, yaitu:
1. Adanya teori yang dijadikan dalil utama dalam mengukur fakta-fakta aktual.
2. Adanya data-data yang berupa fakta atau realitas senyatanya dan realitas dalam
dokumen tertentu.
Ciri-ciri tersebut merupakan “citra” ilmu pengetahuan dan metode ilmah. Oleh karena
itu, menurut Juhaya S. Pradja (1997), metode ilmiah dimulai dengan pengamatan-
pengamatan, kemudian memperkuat diri dengan pengalaman dan menarik kesimpulan atas
dasar pembuktian yang akurat.
Langkah metode ilmiah berpijak pada pertanyaan di seputar pada 3 hal, yaitu:
c. Mampukah melakukan langkah dan gerakan yang sesuai dengan maksud yang
ditargetkan; benarkah telah mulai bergerak ?
Metode ilmiah dimulai dengan usaha untuk konsisten dalam berfikir ilmiah. Dalam
kerangka berfikir ilmiah, logika merupakan metode meluruskan pemikiran, baik dalam
pendekatan deduktif maupun induktif. Metode ilmiah pun harus berpedoman pada paradigma
tentang kebenaran indrawi yang positif, karena hal itu akan lebih membuktikan relevansi
antara teori dan realitas secara apa adanya.
Prosedur berfikir ilimiah modern, masih selalu teatp menggunakan kaidah keilmuan
barat yang hanya melandaskan fikirannya pada penalaran rasional dan empiris. Metode
ilmiah adalah ekspresi tentang cara berfikir menurut kaidah ilmiah. Melalui metode ini,
diharapakan dapat menghasilkan karakteristik tertentu yang diminta pengetahuan ilmiah.
Karakteristik yang dimaksud bersifat rasional (deduktif) dan teruji secara empiris. Metode
ilmiah dengan demikian adalah pengggabungan antara cara berfikir deduktif dalam
membangun tubuh pengetahuan.
1. Mengenal adanya suatu situasi yang tidak menentu. Situasi yang bertantangan
atau kabur yang menghasilkan penyelidikan.
5. Mengumpulkan dan mencatat data kasar, agar mempunyai suatu pernyataan yang
mempunyai makna dan kepentingan
1. Sikap Ilmiah
Sikap ilmiah merupakan bagian penting dari prosedur berfikir ilmiah. Sikap ilmiah memiliki
6 karakteristik, yaitu:
Rasa ingin tahu yang menjadi pemicu munculnya pertanyaan serta dilakukannya
penyelidikan, pemeriksaan, penjelajahan dan percobaaan dalam rangka mencapai
pemahaman.
2. Spekulatif
Spekulatif ini adalah sikap ilmiah yang diperlakukan untuk mengajukan hipotesis-hipotesis
(tentu bersifat dedukatif) untuk mencari solusi terhadap permasalahan.
3. Objektifitif
Objektifitif ini dimaknai dengan sikap yang selalu sedia untuk mengakui subjektivitas
terhadap apa yang dianggapnya benar.
4. Keterbukaan
Sikap terbuka adalah kesediaan untuk mempertimbangkan semua masukan yang relevan.
5. Kesediaan untuk menunda penilaian.
Kesediaan untuk menunda penilaian, artinya tidak memaksakan diri untuk memperoleh
jawaban, jika peneyelidikan belum memperoleh bukti yang diperlukan.
6. Tentatif
Bersikap tentatif artinya tidak bersikap dogmatis terhadap hipotesis maupun simpulan.
2. Aktivitas Ilmiah
Aktivitas ilmiah merupakan sebuah pekerjaan yang terus-menerus melakukan research ilmiah
untuk mencapai kebenaran. Para ilmuan sering melakukan aktivitas ilmiah ini, secara terus
menerus untuk mencapai pada apa yang disebutnya benar. Menurut Walter R Borg and
Meredith D Gall, menyebutkan ada 7 langkah yang ditempuh seorang peneliti dalam
melakukan penelitiannya. 7 langkah tersebut diantaranya:
Dalam melakukan reserch, para ilmuan mempunyai dua aspek, yaitu aspek invidual yang
mengacu pada ilmuan sebagai aktifitas ilmuan dan aspek sosial yang mengacu kepada ilmu
sebagai suatu komunitas ilmiah dan kumpulan para ilmuan. Komunitas ini berinteraksi
dengan intuisi-intuisi lain dalam masyarakat.