Anda di halaman 1dari 26

I L M U PENYAKIT DALAM Edisi v i 2 0 1 4

118
TUBERKULOSIS PARU
Zulkifli Amin, Asril Bahar

PENDAHULUAN Penyakit ini kemudian dinamakan Tuberkulosis, dan


hampir seluruh tubuh manusia dapat terserang olehnya
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi tetapi yang paling banyak adalah organ paru.
kronik yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, Pada permulaan abad 19, insidensi penyakit tuber-
misalnya dia dihubungkan dengan tempat tinggal di kulosis di Eropa d a n A m e r i k a Serikat s a n g a t besar.
daerah urban, lingkungan yang padat, dibuktikan dengan Angka kematian cukup tinggi yakni 4 0 0 per 100.000
adanya p e n e m u a n kerusakan tulang vertebra toraks penduduk, dan angka kematian berkisar 15-30% dari
yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg semua kematian. Di antara yang meninggal tercatat
dari kuburan zaman neolitikum, begitu j u g a penemuan orang-orang terkenal seperti: Voltaire, Sir Walter-Scott,
yang berasal dari mumi dan ukiran dinding piramid di Edgar Allan Poe, Frederick C h o p i n , L a e n e c , A n t o n -
Mesir kuno pada tahun 2000-4000 S M . Hipokrates telah Chekov, dan Iain-Iain. Usaha-usaha untuk mengurangi
memperkenalkan terminologi phthisis yang diangkat angka kematian dilakukan seperti m e n g h i r u p udara
dari bahasa Yunani yang menggambarkan tampilan TB segar di alam terbuka, makan/minum makanan bergizi,
paru ini. m e m b e r i k a n obat-obat seperti tuber-kulin (sebagai
Bukti yang lain dari Mesir, pada m u m m i - m u m m i u p a y a t e r a p i ) , d i g i t a l i s , m i n y a k ikan d a n I a i n - I a i n ,
yang berasal dari tahun 3500 S M , Jordania (300 SM), tetapi hasil-nya masih kurang memuaskan. Tahun 1840
Scandinavia (200 SM), Nesperehan (1000 SM), Peru (700), George Bodingto dari Sutton Inggris mengemukakan
United Kingdom (200-400 SM) masing-masing dengan konsep sanatorium untuk pengobatan TB tetapi ia tidak
fosil tulang manusia y a n g melukiskan adanya Pott's mendapat tanggapan pada waktu itu. Baru pada tahun
disease atau abses paru yang berasal dari tuberkulosis, 1859 Brehmen di Silesia Jerman, mendirikan sanatorium
atau terdapatnya lukisan orang-orang dengan bongkok dan berhasil menyembuhkan sebagian pasiennya.
tulang belakang karena sakit spondilitis TB. Sejak itu banyak sanatorium didirikan seperti di
Literatur Arab: Al Razi (850-953 M) dan Ibnu Sina Denmark, Amerika Serikat dan kemudian terbanyak di
(980-1037M) menyatakan adanya kavitas pada paru-paru Inggris yakni di Wales, England, Skotlandia. Setelah sukses
dan hubungannya dengan lesi di kulit. Pencegahannya dengan sanatorium, barulah dipikirkan usaha pencegahan
dengan makan-makanan yang bergizi, menghirup udara seperti memusnahkan sapi yang tercemarTB, memberikan
yang bersih dan kemungkinan (prognosis) dapat sembuh pendidikan kesehatan dan perbaikan lingkungan pada
dari penyakit ini. Disebutkan juga bahwa TB sering didapat p e n d u d u k s e p e r t i m a k a n / m i n u m y a n g baik, tidak
pada usia muda (18-30 th) dengan tanda-tanda badan menghirup udara buruk, menghindari lingkungan
kurus dan dada yang kecil. hidup yang terlalu padat, mengurangi pekerjaan yang
Baru dalam tahun 1882 Robert Koch menemukan meletihkan.
kuman penyebabnya semacam bakteri berbentuk batang Sejak awal abad 19, angka kesakitan dan kematian
dan dari sinilah diagnosis secara mikrobiologis dimulai pertahun dapat diturunkan karena program perbaikan
dan penatalaksanaannya lebih terarah. Apalagi pada tahun gizi dan kesehatan lingkungan yang baik serta adanya
1896 Rontgen menemukan sinar X sebagai alat bantu pengobatan lain/tindakan bedah seperti collapse
menegakkan diagnosis yang lebih tepat. therapy.

863
864 TUBERKULOSIS

Robert Koch m e n g i d e n t i f i k a s i basil tahan asam perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3).
M.tuberculosis untuk p e r t a m a kali s e b a g a i bakteri Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada
penyebab TB ini. la mendemontrasikan bahwa basil ini penduduk di kelompok yang rentan terutama dinegeri-
bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang negeri miskin. 4).Tidak memadainya pendidikan mengenai
akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan TB di antara para dokter. 5).Terlantar dan kurangnya
prinsip utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan
menggambarkan suatu percobaan yang memakai guinea kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus
pig, untuk memastikan observasinya yang pertama yang yang tidak adekuat. 6). Adanya epidemi HIV terutama di
m e n g g a m b a r k a n bahwa imunitas didapat mengikuti Afrika dan Asia.
infeksi primer sebagai suatu fenomena Koch. Konsep
dari pada imunitas yang didapat (acquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu E P I D E M I O L O G I T B DI I N D O N E S I A
vaksin yang sangat sukses, yaitu vaksin Bacillus Calmette
Guerin (BCG) dibuat dari suatu strain Mikobakterium Bovis, Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3
vaksin ini ditemukan oleh Albert Calmette dan Camille tertinggi di dunia setelah China dan India. Pada tahun
Guerin di Institut Pasteur Perancis dan diberikan pertama 1998 diperkirakan TB di C h i n a , India dan Indonesia
kali kemanusia pada tahun 1921. berturut turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif
pada tahun 1944 ketika seorang perempuan umur 21 di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan
tahun dengan penyakit TB paru lanjut menerima injeksi survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survai
pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh kesehatan nasional 2 0 0 1 , TB menempati ranking nomor
Selman Waksman. Segera disusul dengan penemuan asam 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
para amino salisilik (PAS) .Kemudian dilanjutkan dengan Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %.
penemuan Isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif
Robitzek dan Selikoff 1952. Kemudian diikuti penemuan terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih
berturut-turut pirazinamid tahun 1954 dan Etambutol relatif rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan
1952, Rifampisin 1963 yang menjadi obat utama TB berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya
sampai saat ini. laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. Suatu survei
m e n g e n a i p r e v a l e n s i TB y a n g d i l a k s a n a k a n di 15
propinsi Indonesia tahun 1979-1982 diperlihatkan pada
EPIDEMIOLOGI GLOBAL tabel 1.

Walaupun pengobatan TB yang efektif sudah tersedia


tapi sampai saat ini TB masih tetap menjadi problem CARA PENULARAN
kesehatan dunia yang utama. Pada bulan Maret 1993 WHO
mendeklarasikan TB sebagai global health emergency. TB Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di
dianggap sebagai masalah kesehatan dunia yang penting wilayah perkotaan kemungkinan besartelah mempermudah
karena lebih kurang 1/3 penduduk dunia terinfeksi oleh proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan
mikobakterium TB. Pada tahun 1998 ada 3.617.047 kasus jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis
TB yang tercatat diseluruh dunia. biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan
Sebagian besar dari kasus TB ini (95%) dan kematian- manifestasi klinis yang paling sering dibanding organ
nya ( 9 8 % ) t e r j a d i d i n e g a r a - n e g a r a y a n g sedang lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui
berkembang. Di antara mereka 75 % berada pada usia inhalasi basil yang mengandung droplet nuclei, khususnya
produktif yaitu 20-49 tahun. Karena penduduk yang yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah
padat dan tingginya prevalensi maka lebih dari 6 5 % dari atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).
kasus-kasus TB yang baru dan kematian yang muncul Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bisa melalui
terjadi di Asia inokulasi langsung. Infeksi yang disebabkan oleh M. bovis
Alasan utama munculnya atau meningkatnya beban dapat disebabkan oleh susu yang kurang disterilkan
TB global ini antara lain disebabkan : 1). Kemiskinan dengan baik atau terkontaminasi. Sudah dibuktikan bahwa
pada berbagai p e n d u d u k , tidak hanya pada negara lingkungan sosial ekonomi yang baik, pengobatan teratur
yang sedang berkembang tetapi juga pada penduduk dan pengawasan minum obat ketat berhasil mengurangi
perkotaan tertentu dinegara maju. 2). Adanya perubahan angka morbiditas dan mortalitas di Amerika selama tahun
demografik dengan meningkatnya penduduk dunia dan 1950-1960.
TUBERKULOSIS PARU 865

Tabel 1. Prevalensi TB diantara Tahun 1979-1982 di 15 Propinsi di Indonesia

Tahun Jumlah Penduduk Prevalensi Positif Hapus


Provinsi
Survei th 1982 (juta)
1979 Jawa Tengah 26.2 0.13
1980 Bali 2.5 0.08
1980 DKI Jaya 7.0 0.16
1980 DI Yogyakarta 2.8 0.31
1980 Jawa Timur 30.0 0.34
1980 Sumatra Utara 8.8 0.53
1980 Sulawesi Selatan 6.2 0.45
1980 Sumatra Selatan 4.9 0.42
1980 Jawa Barat 28.9 0.31
1980 Kalimantan Barat 2.6 0.14
1980 Sumatra Barat 3.5 0.38
1981 Aceh 2.7 0.15
1981 Kalimantan Timur 1.3 0.52
1981 Sulawesi Utara 2.2 0.30
1982 Nusa Tenggara Timur 2.8 0.74
Modifikasi dari Aditama : Rata - rata prevalensi TB pada 15 propinsi : 0.29%, prevalensi tertinggi ada di NTT 0,74 %
yang terendah di Bali 0,08 %. Pada tahun 1990 prevalensi di Jakarta 0,16 %.

Penyebab tuberkulosis adalah Mycobacterium PATOGENESIS


tuberculosis, sejenis kuman berbentuk batang dengan
ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0,3-0,6/um. Yang Tuberkulosis Primer
tergolong dalam kuman Mycobacterium tuberculosae P e n u l a r a n t u b e r k u l o s i s paru terjadi k a r e n a k u m a n
complex adalah : 1). M. tuberculosae, 2). Varian Asian, dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet
3). Varian African I, 4. Varian African II, 5. M. bovis. nuclei dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat
Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara menetap dalam udara bebas selama 1-2 j a m , tergantung
epidemiologi. pada ada tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk
Kelompok kuman Mycobacteria Other Than TB (MOTT, dan k e l e m b a b a n . Dalam suasana lembab dan gelap
atypical adalah: 1. M. kansasi, 2. M. avium, 3. M. intra kuman dapat tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan.
cellulare, 4. M.scrofulaceum, 5. M. malmacerse, 6. M. xenopL Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat, ia akan
Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak m e n e m p e l pada s a l u r a n napas atau j a r i n g a n p a r u .
(lipid), kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukuran partikel <
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama kali oleh
(asam alkohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakan
dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag
Kuman dapat tahan hidup pada udara kering maupun keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun silia dengan sekretnya.
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang
dalam sifat dormant Dari sifat dormant ini kuman dapat biak dalam sito-plasma makrofag. Di sini ia dapat terbawa
bangkit kembali dan menjadikan penyakit tuberkulosis masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang bersarang
menjadi aktif lagi. di jaringan paru akan ber-bentuk sarang tuberkulosis
Di dalam j a r i n g a n , kuman hidup sebagai parasit pneumonia kecil dan disebut sarang primer atau afek
intraselular yakni dalam sitoplasma makrofag. Makrofag primer atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat
yang semula memfagositasi malah kemudian disenanginya terjadi di setiap bagian jaringan paru. Bila menjalar sampai
karena banyak mengandung lipid. ke pleura, maka terjadilah efusi pleura. Kuman dapat
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjuk- j u g a masuk melalui saluran gastrointestinal, j a r i n g a n
kan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang tinggi limfe, orofaring, dan kulit, terjadi limfadenopati regional
kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen kemudian bakteri masuk ke dalam vena dan menjalar ke
pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain, seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila masuk
sehingga bagian apikal ini merupakan tempat predileksi ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh
penyakit tuberkulosis. bagian paru menjadi TB milier
866 TUBERKULOSIS

Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran granuloma berkembang menghancurkan jaringan
g e t a h b e n i n g m e n u j u hilus ( l i m f a n g i t i s lokal), dan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
j u g a diikuti pembesaran kelenjaf getah bening hilus nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-
proses ini memakan waktu 3-8 minggu.Kompleks primer lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
ini selanjut-nya dapat menjadi: fibroblas dalam j u m l a h besar, sehingga menjadi
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan
yang banyak terjadi. kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa nukleat oleh ensim yang diproduksi oleh makrofag,
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya.
terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm Bentuk perkijuan lain yang j a r a n g adalah cryptic
dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi
karena kuman yang dormant. dan usia lanjut.
Berkomplikasi dan menyebar secara : a), per kontinui-
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat
t a t u m , yakni menyebar ke sekitarnya, b). secara
banyak. Kavitas dapat: a).Meluas kembali dan menimbul-
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
kan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk
paru di s e b e l a h n y a . Kuman dapat j u g a tertelan
dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
miller. Dapatjuga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan
usus, c).secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya,
masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus.
d). secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang
Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial
tuberkulosis primer.
dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura;
b). memadat dan membungkus diri sehingga menjadi
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis
t u b e r k u l o m a . Tuberkuloma ini dapat m e n g a p u r dan
Sekunder)
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan
kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post
mycetoma; c. bersih dan menyembuh, disebut open healed
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas
cavity. Dapatjuga menyembuh dengan membungkus diri
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi
menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol,
yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis
disebut stellate shaped.
pasca-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi
di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang

atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru- yakni: 1). Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini
paru dan tidak ke nodus hiler paru. tidak perlu pengobatan lagi; 2). Sarang aktif eksudatif.
Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
Sarang dini ini mula-mula j u g a berbentuk sarang
s e m p u r n a ; 3). Sarang yang berada antara aktif dan
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali,

inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna j u g a .

jaringan ikat.
TB pasca primer j u g a dapat berasal dari infeksi
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuber-
culosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensi-nya dan
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para
imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:
klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli
Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggal-
kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi
kan cacat.
t u b e r k u l o s i s . Dari s i s t e m lama d i k e t a h u i b e b e r a p a
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera
klasifikasi seperti:
menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada
yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan Pembagian secara patologis
p e r - k a p u r a n . S a r a n g dini y a n g m e l u a s s e b a g a i Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
TUBERKULOSIS PARU 867

Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis) Kasus kambuh


Pembagian secara aktivitas radiologis Tuberkulosis Kasus gagal dengan sputum BTA positif
paru (Koch Pulmonum) aktif, non aktif dan quiescerit Kategori III, ditujukan terhadap :
(bentuk aktif yang mulai menyembuh). Kasus BTA negatif dengan kelainan paru yang tidak
Pembagian secara radiologis (luas lesi) luas.
Tuberkulosis minimal. Terdapat sebagian kecil Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam
infiltrat nonka-vitas pada satu paru maupun kategori I
kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu
lobus paru.
Kategori IV, ditujukan terhadap : TB kronik.
Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas
dengan diameter tidak lebih dari 4 cm. Jumlah
infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu
bagian paru. Bila bayangannya kasar tidak lebih GEJALA-GEJALA KLINIS
dari sepertiga bagian satu paru. K e l u h a n y a n g d i r a s a k a n pasien t u b e r k u l o s i s d a p a t
Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrat dan bemacam-macam atau malah banyak pasien ditemukan
kavitas yang melebihi keadaan pada moderately TB paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan
advanced tuberculosis. kesehatan. Keluhan yang terbanyak adalah :
Demam. Biasanya subfebril menyerupai demam influenza.
P a d a t a h u n 1 9 7 4 American Thoracic Society
Tetapi kadang-kadang panas badan dapat mencapai 4 0 -
memberikan klasifikasi baru yang diambil berdasarkan
4 r C . Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar,
aspek kesehatan masyarakat.
tetapi kemudian dapat timbul kembali. Begitulah seterus-
Kategori 0 : Tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi,
nya hilang timbulnya demam influenza ini, sehingga pasien
riwayat kontak negatif, tes tuberkulin negatif.
merasa tidak pernah terbebas dari serangan d e m a m
Kategori I : Terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti
influenza. Keadaan ini sangat dipengaruhi oleh daya
ada infeksi. Di sini riwayat kontak positif, tes tuberkulin
tahan tubuh pasien dan berat ringannya infeksi kuman
negatif.
tuberkulosis yang masuk.
Kategori II : Terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak
Batuk/batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk
sakit. Tes tuberkulin positif, radiologis dan sputum
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini
negatif.
diperlukan untuk m e m b u a n g produk-produk radang
Kategori III : Terinfeksi tuberkulosis dan sakit.
keluar. Karena terlibatnya bronkus pada setiap penyakit
Di Indonesia klasifikasi yang banyak dipakai adalah t i d a k s a m a , m u n g k i n saja batuk baru a d a s e t e l a h
berdasarkan kelainan klinis, radiologis, dan mikro biologis: penyakit berkembang dalam jaringan paru yakni setelah
Tuberkulosis paru berminggu-minggu atau berbulan-bulan peradangan
Bekas tuberkulosis paru bermula. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-
Tuberkulosis paru tersangka, yang terbagi dalam: produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi
a.) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Di sini produktif (menghasilkan sputum). Keadaan yang lanjut
sputum BTA negatif, tetapi tanda-tanda lain positif. adalah berupa batuk darah karena terdapat pembuluh
b). Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. d a r a h y a n g p e c a h . K e b a n y a k a n batuk d a r a h pada
Di sini sputum BTA negatif dan tanda-tanda lain juga tuberkulosis terjadi pada kavitas, tetapi dapatjuga terjadi
meragukan. pada ulkus dinding bronkus.
Dalam 2-3 bulan, TB tersangka ini sudah harus di-
Sesak napas. Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh)
pastikan apakah termasuk TB paru (aktif) atau bekas TB
belum dirasakan sesak napas. Sesak napas akan ditemukan
paru. Dalam klasifikasi ini perlu dicantumkan : 1. Status
pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah
bakteriologi, 2. Mikroskopik sputum BTA (langsung), 3.
meliputi setengah bagian paru-paru.
Biakan sputum BTA, 4. Status radiologis, kelainan yang
relevan untuk tuberkulosis paru, 5. Status kemoterapi, Nyeri dada. Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri
riwayat pengobatan dengan obat anti tuberkulosis. dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai ke pleura
WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua
kategori yakni: pleura sewaktu pasien menarik/melepaskan napasnya.
Kategori I, ditujukan terhadap : Malaise. Penyakit tuberkulosis bersifat radang yang
Kasus baru dengan sputum positif. m e n a h u n . Gejala malaise sering d i t e m u k a n berupa
Kasus baru dengan bentuk TB berat. anoreksia tidak ada nafsu makan, badan makin kurus (berat
Kategori 11, ditujukan terhadap : badan turun), sakit kepala, meriang, nyeri otot, keringat
868 TUBERKULOSIS

malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan
cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis.
P E M E R I K S A A N FISIS Pemeriksaan ini m e m a n g m e m b u t u h k a n biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien beberapa hal ia memberikan keuntungan seperti pada
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier Pada kedua
pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan
kurus atau berat badan menurun. radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan selalu negatif.
suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks
yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus
j u g a bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit bawah), tetapi dapatjuga mengenai lobus bawah (bagian
menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-
anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-
dengan pneumonia biasa. bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
a d a l a h b a g i a n a p e k s ( p u n c a k ) p a r u . Bila d i c u r i g a i terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini
adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi dikenal sebagai tuberkuloma.
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-
didapatkan j u g a suara napas tambahan berupa ronki mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi sklerotik
basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan
oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikular yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai
memberikan suara amforik. penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis lobus maupun pada satu bagian paru.
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-
inter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang lapangan paru.
sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik Gambaran radiologis lain yang sering menyertai
amat luas yakni lebih dari setengah j u m l a h j a r i n g a n tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis),
paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah m a s s a c a i r a n di bagian b a w a h paru (efusi p l e u r a /
paru dan s e l a n j u t n y a m e n i n g k a t k a n t e k a n a n arteri empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pleura (pneumotoraks).
pulmonal dan gagal jantung kanan. Di sini akan didapatkan Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-
tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah
seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, kalsifikasi,
lift, right atrial gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, emfisema.
hepatomegali, asites, dan edema. Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk aneh, terutama gambaran radiologis, sehingga dikatakan
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal tuberculosis is the greatest imitator Gambaran infiltrasi dan
dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia, mikosis
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis.
tidak terdengar sama sekali. Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses paru.
Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik
membaca foto. Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25%.
dan penyakit baru dicurigai d e n g a n d i d a p a t k a n n y a
Oleh sebab itu untuk diagnostik radiologi sering dilakukan
kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji
juga foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi dan foto
tuberkulin yang positif.
dengan proyeksi densitas keras.
TUBERKULOSIS PARU 869

Adanya bayangan (lesi) pada foto dada, bukanlah mendapatkan angka-angka yang lebih rendah. Sungguh-
menunjukkan adanya aktivitas penyakit, kecuali suatu pun begitu PAP-TB ini masih dapat dipakai, tetapi kurang
infiltrat yang betul-betui nyata. Lesi penyakit yang sudah b e r m a n f a a t bila d i g u n a k a n sebagai sarana t u n g g a l
non-aktif, sering menetap selama hidup pasien. Lesi untuk diagnosis TB. Prinsip dasar uji PAP-TB ini adalah
yang berupa fibrotik, kalsifikasi, kavitas, schwarte, sering menentukan adanya antibodi IgG yang spesifik terhadap
dijumpai pada orang-orang yang sudah tua. antigen M.tuberculosae. Sebagai antigen dipakai polimer
P e m e r i k s a a n khusus y a n g k a d a n g - k a d a n g j u g a sitoplasma M.tuberculin var bovis BCG yang dihancurkan
diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk melihat secara ultrasonik dan dipisahkan secara ultrasentrifus.
kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer
tuberkulosis. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasil positif
pasien akan menjalani pembedahan paru. palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan reumatik, kehamilan dan masa 3 bulan revaksinasi BCG.
saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan adalah Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama cara
Computed Tomography Scanning (CT Scan). Pemeriksaan dan nilainya dengan uji PAP-TB adalah uji Mycodot. Di sini
ini lebih superior dibanding radiologis biasa. Perbedaan dipakai antigen LAM (Lipoarabinomannan) yang diiekatkan
densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dicelupkan
dibuat transversal. ke dalam serum pasien. Antibodi spesifik anti LAM dalam
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan MRI ini yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.
tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-
proses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan Sputum
dada-perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital dan Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
koronal. ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah
dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah
sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).
Darah Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena
yang non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari
hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif
dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum

(aktif) akan didapatkan j u m l a h leukosit yang sedikit air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah batuk. Dapatjuga dengan memberikan tambahan obat-
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil
endap darah mulai turun ke arah normal lagi. dengan brushing atau bronchial v\/ashing atau BAL (broncho
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan j u g a : 1). alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan
A n e m i a ringan d e n g a n g a m b a r a n n o r m o k r o m dan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-
normositer; 2). G a m a globulin meningkat; 3). Kadar anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
natrium darah menurun. Pemeriksaan tersebut di atas yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
nilainya juga tidak spesifik. Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila
reaksi Takahashi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar,
proses tuberkulosis masih aktif atau tidak. Kriteria positif sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah
yang dipakai di Indonesia adalah titer 1/128. Pemeriksaan ke luar. Diperkirakan di Indonesia terdapat 50% pasien
ini juga kurang mendapat perhatian karena angka-angka BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam
positif palsu dan negatif palsunya masih besar. sputum mereka.
Belakangan ini terdapat pemeriksaan serologis yang Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
banyak j u g a dipakai yakni Peroksidase Anti Peroksida kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
(PAP-TB) yang oleh beberapa peneliti mendapatkan nilai sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
sensitivitas dan spesifisitasnya cukup tinggi (85-95%), 1 mL sputum.
tetapi beberapa peneliti lain m e r a g u k a n n y a karena Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara
870 TUBERKULOSIS

Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi gabungan cara Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang
pulasan Kinyoun dan Gabbet. individu s e d a n g atau p e m a h m e n g a l a m i infeksi M.
Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi
biasa. alergi tipe l a m b a t . Pada p e n u l a r a n d e n g a n k u m a n
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen baik yang virulen ataupun tidak (Mycobacterium
fluoresens (pewarnaan khusus) tuberculosae atau BCG) tubuh manusia akan mengadakan
Pemeriksaan dengan biakan (kultur) reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi selular
Pemeriksaan terhadap resistensi obat. pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan
Pemeriksaan dengan mikroskop fluoresens dengan antibodi humoral yang dalam perannya akan menekankan
sinar ultra violet walaupun sensitivitasnya tinggi sangat antibodi selular
j a r a n g dilakukan, karena pewarnaan yang dipakai Bila pembentukan antibodi selular cukup misalnya
(auramin-rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. pada penularan dengan kuman yang sangat virulen dan
Pada p e m e r i k s a a n d e n g a n b i a k a n , s e t e l a h 4-6 jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan di mana
minggu p e n a n a m a n sputum dalam medium biakan, pembentukan antibodi humoral amat berkurang (pada
koloni kuman tuberkulosis mulai tampak. Bila setelah 8 h i p o g a m a - g l o b u l i n e m i a ) , maka akan mudah terjadi
minggu penanaman koloni tidak j u g a tampak, biakan penyakit sesudah penularan.
dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering dipakai Setelah 4 8 - 7 2 j a m t u b e r k u l i n d i s u n t i k k a n , akan
yaitu Lowenstein Jensen, Kudoh atau Ogawa. timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi
sputum BTA dengan cara Bactec (Bactec 400 Radiometric selular dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi
System), di mana kuman sudah dapat dideteksi dalam persenyawaan antibodi selular dan antigen tuberkulin
7-10 hari. Di samping itu dengan teknik Polymerase Chain amat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar
Reaction (PGR) dapat dideteksi DNA kuman TB dalam pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang
waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M.tuberculosae ditimbulkan.
yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes Mantoux

biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi ini dibagi dalam : 1). Indurasi 0-5 mm (diameternya):
Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran
obat dan identifikasi kuman.
antibodi humoral paling menonjol; 2). Indurasi 6-9 mm:
Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis
hasil meragukan= golongan low grade sensitivity. Di sini
biasa terdapat kuman BTA (positif), tetapi pada biakan
peran antibodi humoral masih menonjol; 3). Indurasi 10-15
hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli
mm: Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini
atau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan
peran kedua antibodi seimbang; 4). Indurasi lebih dari 15
panduan obat antituberkulosis jangka pendek yang cepat
mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di
mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
sini peran antibodi selular paling menonjol.
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa
Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis
dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat
m e m b e r i k a n r e a k s i Mantoux y a n g positif ( 9 9 , 8 % ) .
juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura,
Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada
cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan
pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium
serebrospinal, urin, dan tinja.
lain. Negatif palsu lebih banyak ditemui daripada positif
palsu.
Tes T u b e r k u l i n Hal-hal yang memberikan reaksi tuberkulin berkurang
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu (negatif palsu) yakni:
menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak- Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberkulosis.
anak (balita). Biasanya dipakai tes Monfot/x yakni dengan Anergi, penyakit sistemik berat (Sarkoidosis, LE).
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD. (Purified Protein Penyakit eksantematous dengan panas yang akut:
Derivative) intrakutan berkekuatanS morbili, cacar air, poliomielitis.
T.U. (intermediate strength). Bila ditakutkan reaksi Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limfo-
hebat dengan 5 T.U. dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U retikular (Hodgkin)
(first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-
memberikan hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U. obat imunosupresi lainnya.
(second strength). Bila dengan 250 T.U. masih memberikan Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.
hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya Untuk pasien dengan HIV positif, test Mantoux ± 5
tes Mantouks dengan 5 T U . saja sudah cukup berarti. mm, dinilai positif.
TUBERKULOSIS PARU 871

DIAGNOSIS Di luar pembagian tersebut di atas pasien digolongkan


lagi berdasarkan riwayat penyakitnya, yakni:
Dari uraian-uraian sebelumnya tuberkulosis paru cukup kasus baru, yakni pasien yang tidak mendapat obat
mudah dikenal mulai dari keluhan-keluhan klinis, gejala- anti TB lebih dari 1 bulan.
gejala, kelainan fisis, kelainan radiologis sampai dengan kasus kambuh, yakni pasien yang pernah dinyatakan
kelainan bakteriologis. Tetapi dalam prakteknya tidaklah sembuh dari TB, tetapi kemudian timbul lagi TB
selalu m u d a h m e n e g a k k a n d i a g n o s i s n y a . M e n u r u t aktifnya.
American Thoracic Society dan WHO 1964 diagnosis pasti kasus gagal (smear positive failure), yakni:
tuberkulosis paru adalah dengan menemukan kuman Pasien yang sputum BTA-nya tetap positif setelah
Mycobacterium tuberculosae dalam sputum atau jaringan mendapat obat anti TB lebih dari 5 bulan, atau
paru secara biakan. Tidak semua pasien memberikan Pasien y a n g m e n g h e n t i k a n pengobatannya
sediaan atau biakan sputum yang positif karena kelainan setelah mendapat obat anti TB 1-5 bulan dan
paru yang belum berhubungan dengan bronkus atau sputum BTA-nya masih positif.
pasien tidak bisa membatukkan sputumnya dengan baik. kasus kronik, yakni pasien yang sputum BTAnya
Kelainan baru jelas setelah penyakit berlanjut sekali. tetap positif setelah mendapat pengobatan ulang
Di Indonesia agak sulit menerapkan diagnosis di atas (retreatment) lengkap yang disupervisi dengan baik.
karena fasilitas laboratorium yang sangat terbatas untuk
Hal lain y a n g a g a k j a r a n g d i t e m u k a n adalah
pemeriksaan biakan. Sebenarnya dengan menemukan
cryptic tuberculosis. Di sini pemeriksaan radiologis dan
kuman BTA dalam sediaan sputum secara mikroskopik
laboratorium/sputum menunjukkan hasil negatif dan
biasa, sudah cukup untuk memastikan diagnosis
kelainan klinisnya sangat minimal (biasanya demam saja
tuberkulosis paru, karena kekerapan Mycobacterium atypic
dan dianggap sebagai fever of unknown origin. Diagnosis
di Indonesia sangat rendah. Sungguhpun begitu hanya
diberikan berdasarkan percobaan terapi dengan obat anti
30-70% saja dari seluruh kasus tuberkulosis paru yang
tuberkulosis seperti INH + Etambutol selama 2 minggu.
dapat didiagnosis secara bakteriologis.
Bila keluhan membaik terapi dengan obat anti tuberkulosis
Diagnosis tuberkulosis paru masih banyak ditegakkan
diteruskan sebagaimana mestinya. Bila tidak ada perbaikan
berdasarkan kelainan klinis dan radiologis saja. Kesalahan
maka obat-obat di atas dihentikan.
d i a g n o s i s d e n g a n cara ini c u k u p banyak s e h i n g g a
memberikan efek terhadap pengobatan yang sebenarnya
tidak d i p e r l u k a n . O l e h s e b a b itu d a l a m d i a g n o s i s
tuberkulosis paru sebaiknya dicantumkan status klinis, KOMPLIKASI
status bakteriologis, status radiologis dan status
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan
kemoterapi. WHO tahun 1991 memberikan kriteria pasien
benar akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi
tuberkulosis paru.
atas komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Pasien dengan sputum BTA positif : 1). pasien yang
Komplikasi dini: pleuritis, efusi pleura, e m p i e m a ,
pada pemeriksaan sputumnya secara mikroskopis
laringitis, usus, Poncet's arthropathy
ditemukan BTA, sekurang-kurangnya pada 2 kali
Komplikasi lanjut: Obstruksi j a l a n napas ->SOPT
pemeriksaan, atau 2). satu sediaan sputumnya positif
(Sindrom Obstruksi Pasca Tuberkulosis), kerusakan
disertai kelainan radiologis y a n g sesuai dengan
p a r e n k i m berat-> fibrosis p a r u , kor p u l m o n a l ,
gambaran TB aktif, atau 3). satu sediaan sputumnya
amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas
positif disertai biakan yang positif.
dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan
Pasien dengan sputum BTA negatif: 1. pasien yang pada
kavitas TB.
pemeriksaan sputum-nya secara mikroskopis tidak
ditemukan BTA sedikitnya pada 2 kali pemeriksaan
tetapi gambaran radiologis sesuai dengan TB aktif
atau, 2. pasien yang pada pemeriksaan sputumnya REFERENSI

secara mikroskopis tidak ditemukan BTA sama sekali,


Aditama T Y . Prevalence of tuberculosis in Indonesia, Singapore,
tetapi pada biakannya positif. Brunei Darussalam and the Philippines. Tubercle 1991;72:255-
60.
Di samping TB paru terdapat j u g a TB ekstra paru, Barnes PF, Barrow^ SA. Tuberculosis in the 1990s. A n n Intern Med.
yakni pasien dengan kelainan histologis atau/dengan 1993; 119:400-10.
Batoeah H D . Beberapa pedoman pemberantasan tuberkulosis di
gambaran klinis sesuai dengan TB aktif atau pasien dengan
Indonesia. Majalah Kedokteran Indonesia 1969;5:158-67.
satu sediaan dari organ ekstra parunya menunjukkan hasil Bothamley G H , Grange JM. The Koch phenomenon and delayed
bakteri M. tuberculosae. hypersensiHvity . Tubercle 1991; 72 : 7-11
872 TUBERKULOSIS

Collins F M . Pathogenecity of M.tuberculosis in experimental 28


animal. In: Rom GN,Garay S.Tuberculosis. Little, and Brown Sakula A. B C G : Who were Calmette and Guerin ? Thorax 1983;
Company. Boston.l996:259-268. 38 :806-12
Dannenberg A M Jr, Rook G A W . Pathogesesis of pulmonary Snider D E . Tuberculosis: The world situation. History of the
tuberculosis; an interplay of tissue-damaging and macrophage- diseases and efforts to combat it. In: Porter J D H , McAdam
activating immune responses-dual mechanisms that control PWJ. Tuberculosis back to the future. Chichester England:
bacillary multiplication. In: BR Bloom, ed. Tuberculosis: John Wiley & Sons; 1994.13-31.
pathogenesis, protection and control. Washington D C : A S M Waksman SA • The conquest of tuberculosis. Berkeley, University
Press,1994. of California 1964.
Depkes Republik Indonesia. Proposed national health research World Health Organization. Guidelines for tuberculosis treatment
priorities: the view of National Institute of Health Research in adult and children in National Tuberculosis Programmes
and Development (NIHRD). Jakarta: Depkes RI, 1999. 1991.1-23.
Depkes Republik Indonesia. Survai Kesehatan Rumah Tangga. World Health Organization . Global Tuberculosis control. W H O
Jakarta: Depkes Republik Indonesia. 1995. report Geneva: WHO,2000.
Depkes Republik Indonesia. Survai kesehatan nasional. Jakarta: World Health Organization. Tuberculosis control and medical
Depkes Republik Indonesia. Indonesia, 2001. schools. Report of W H O Workshop. Rome, Italy : W H O ,
Ditjen P4M Depkes R l , Press Conference. Jakarta, 2000. 1997
Daniel T M , Bates JH, Downes K A . History of tuberculosis. In : World Health Organization Tuberculosis control and research
Bloom BR, ed. Tuberculosis : Pathogenesis, Protection and strategies for the 1990s: Memorandum from a W H O meeting.
Control. ISt ed. Washington D C : A S M Press, 1994;: 17. W H O Bull. 1992;70:1721-.
Fishman AP. Pulmonary Disease and Disorder. 1 * ed. New York: World Health Organization. Global tuberculosis control. W H O
McGraw Hill; 1980.1229-323. Report 1999. Geneva: W H O , 1999.
Good R G , Mastro T D . The modem mycobacteriology laboratory. World Health Organization. Framework of effective tuberculosis
How it can help the clinician. Clinics in Chest Medicine, 1989; control.WHO tuberculosis program. Geneva: WHO,1994
10(3): 315-22. Y u s u f A , Tjokronegoro A . T u b e r k u l o s i s P a r u . P e d o m a n
Handoyo I . Uji peroksidase anti peroksidase pada penyakit penatalaksanaan diagnostik dan terapi. F K U I , Jakarta, 1985.
tuberkulosis paru. Disertasi doktor F K Un-Air Surabaya.
1988.1-47.
Hinshaw H C , Murray JF. Disease of the chest kjaku. Shoin/
Saunders International Edition: 4» ed, 1980.298-355.
H o m e N . T u b e r c u l o s i s , respiratory d i s o r d e r s . M e d i c i n e
International. 1986; 2(12): 1490-8.
Iseman, MD. How is Tuberculosis transmitted? In: A Clinician's
Guide to Tuberculosis. Lippincott Williams & Wiikins,
Philadelphia, U S A , 2000.51-62
Iseman, M . . D . Extrapulmonary tuberculosis in adults. In: A
Clinician's Guide to Tuberculosis. Lippincott Williams &
Wiikins, Philadelphia, USA, 2000.145-197
Iseman, M,.D.. Clinical presentation pulmonary tuberculosis in
adults. In: A Clinician's Guide to Tuberculosis. Lippincott
Williams & Wiikins, Philadelphia, USA, 2000.129-144 ZS.
Iseman MD. Treatment of multidrug-resistant tuberculosis. N Engl
J Med 1993; 329: 784-91.
Iseman M D. Immunity and Pathogenesis. In: Iseman MD, ed.
A Clinician guide to tuberculosis. Philadelphia: Lippincott
Williams & Wilkins.2000; 63-96.
Kanai K. Introduction to tuberculosis and mycobacteria. S E A M I C
Publication No.60,1990, Tokyo, 105-59.
Manaf A. Kebijaksanaan baru pemerintah dalam penanggulangan
tuberkulosis paru. Simposium Tuberkulosis Paru Kembali.
Jakarta 23-10-1993.
Mitchison DA. Basic Concepts in the Chemotherapy of Tuberculosis.
In (Gangadharam PRJ and Jenkns PA, eds) Mycobacteria II
Chemotherapy, Chapman & Hall, 1998.15-50.
New Jersey Medical School National Tuberculosis Center. Brief
History of Tuberculosis. Newark: Tuberculosis Centre,
1996:1-4.
Ormerod L P . Respiratory tuberculosis. In: Davies P D O , Eds.
Clinical Tuberculosis. London: Chapman and Hall; 1994.
73-92.
Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Faculty of Medicine, Universiy Of Indonesia Jakarta, 1998.
Robitzek E H , Selikoff IJ.Hydrazine derivatives of isonicotinic
acid (Rimfon,Marsilid) in the treatment of active progressive
caseouspneumonic tuberculosis. A m Rev Tuberc 1952;65:402-
13

119
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR
Zulkifli Amin, Asril Bahar

SEJARAH PENGOBATAN TUBERKULOSIS PRINSIP PENGOBATAN TUBERKULOSIS

Sepanjang sejarah penyakit tuberkulosis ini, berbagai cara Aktivitas Obat


sudah dilakukan untuk mengobati pasien. Mulai dari era Terdapat 2 macam sifat/aktivitas obat terhadap tuber-
sebelum dan sesudah ditemukan bakteri penyebab dan kulosis y a k n i :
obat antituberkulosis, pengobatan tuberkulosis meng-
Aktivitas bakterisid. Di sini obat bersifat membunuh
alami beberapa tahapan y a k n i :
kuman-kuman yang sedang tumbuh (metabolismenya
masih aktif). Aktivitas bakterisid biasanya diukur dari
Health Resort Era
kecepatan obat tersebut membunuh atau melenyapkan
Setiap pasien tuberkulosis harus dirawat di sanatorium,
kuman sehingga pada pembiakan akan didapatkan hasil
yakni tempat-tempat yang berudara segar, sinar matahari
yang negatif (2 bulan dari permulaan pengobatan).
yang cukup, suasana yang menyenangkan dan makanan
yang bergizi tinggi. Aktivitas sterilisasi. Di sini obat bersifat membunuh
k u m a n - k u m a n yang p e r t u m b u h a n n y a lambat (meta-
Bedrest Era bolisme kurang aktif). Aktivitas sterilisasi diukur dari angka
Dalam hal ini pasien tidak perlu dirawat di sanatorium, kekambuhan setelah pengobatan dihentikan.
tetapi cukup diberi istirahat setempat terhadap fisiknya Dari hasil percobaan pada binatang dan pengobatan
saja, di samping makanan yang bergizi tinggi. Usaha pada manusia ternyata:
pengobatan pada health resort and bed rest era, masih Hampir semua obat antituberkulosis mempunyai sifat
bersifat pemberantasan terhadap gejala yang timbul. bakterisid kecuali etambutol dan tiasetazon yang
hanya bersifat bakteriostatik dan masih berperan
Collapse Therapy Era untuk mencegah terjadinya resistensi kuman terhadap
Di sini cukup paru yang sakit saja diistirahatkan dengan obat,
melakukan pneumonia artifisial. Paru-paru yang sakit Rifampisin d a n pirazinamid mempunyai aktivitas
dibuang secara wedge resection, satu lobus atau satu sterilisasi yang baik, sedangkan INH dan streptomisin
bagian paru. menempati urutan yang lebih bawah. Dalam aktivitas
bakterisid :
Chemotherapy Era Rifampisin d a n INH disebut bakterisid y a n g
Di sini revolusi dalam pengobatan tuberkulosis, yakni lengkap (complete bactericidal drug) oleh karena
dengan ditemukannya streptomisin suatu obat anti- kedua obat ini dapat masuk ke seluruh populasi
tuberkulosis mulai tahun 1944 dan bermacam-macam kuman. Kedua obat ini masing-masing mendapat
obat lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Pada tahun nilai satu.
1964 dengan ditemukannya rifampisin terjadi semacam Pirazinamid dan streptomisin masing-masing
mini revolusi dalam kemoterapi terhadap tuberkulosis, hanya mendapat nilai setengah, karena pirazinamid
karena j a n g k a waktu pengobatan dapat dipersingkat hanya bekerja dalam lingkungan asam sedangkan
menjadi 6-9 bulan. streptomisin dalam lingkungan basa.
Etambutol dan tiasetazon tidak mendapat nilai.

873
874 TUBERKULOSIS

mengadakan metabolisme secara aktif dalam waktu yang


Tabel 1. Perkembangan Program Pengobatan TB di
Indonesia singkat. Kuman jenis ini banyak terdapat pada dinding
kavitas. Di sini hanya rifampisin yang dapat bekerja karena
p . ^ Program Resimen Pengobatan TB
obat ini dapat segera bekerja bila kontak dengan kuman
Pengobatan Fase Inislal FaseLanjutan
selama 20 menit.
1950's-1969 Jangka Panjang 2-3 HSPAS 9-10 HS
(^12 bulan) 2-3 HSPAS 9-10 HPAS Populasi D. Dalam kelompok ini terdapat kuman-kuman
2-3 HS 12 HPAS yang sepenuhnya bersifat dormant (complete dormant),
2-3 HS 12 H sehingga sama sekali tidak bisa dipengaruhi oleh obat
2-3 HPAS 12 H anti tuberkulosis. Jumlah populasi ini tidak jelas dan hanya
1969-1982 Jangka panjang 1 HS 11 H2S2 dapat dimusnahkan oleh mekanisme pertahanan tubuh
(12 bulan) 1 HE 11H2E2
.manusia itu sendiri
1982-1986 Jangka panjang 1 HS 11 H2S2
(12 bulan) 1 HE 11 H2E2
Jangka pendek 1 HRE 11 H2E2
KEMOTERAPI TB
(6-9 bulan) 1 HSZ 5-8 H2S2S2
1986-1995 Jangka pendek 1 HRE 5 H2R2
(6 bulan) Kronologis Program Pengobatan
1995-1997 Jangka pendek Program nasional pemberantasan TB di Indonesia sudah
(6-8 bulan) : dilaksanakan sejak tahun 1950-an. Ada 6 macam obat
Kategori 1 2 HRZE 4 H3R3 esensial yang telah dipakai sbb; Isoniazid (H), para
Kategori 2 2 5 H3R3E3 amino salisilik asid (PAS), Streptomisin (S), Etambutol (E),
HRZES/1HRZE Rifampisin (R), dan pirazinamid (P).
Kategori 3 2 HRZ 4 H3R3 Semenjak tahun 1994 program pengobatan TB di
1997- Jangka pendek Metode
Indonesia sudah mengacu pada program Directly Observed
sekarang (6-8 bulan): DOTS
Treatment Short Course strategy (DOTS) yang didasarkan
Modifikasi dari Abdul Manaf dkk. 1984 dan Batuahdkk 1989.Contoh-
nya: 1 HS/11 H2S2 ini adalah regimen yang didisain untuk 1 pada r e k o m e n d a s i W H O , s t r a t e g i ini m e m a s u k k a n
bulan penuh isoniazid dan streptomisin, keduanya diberikan pendidikan kesehatan, penyediaan obat anti TB gratis
setiap hari kemudian diikuti dengan program 11 bulan berikutnya dan pencarian secara aktif kasus TB. Sampai tahun 2000
yang terdiri dari: isoniazid dan streptomisin 2 kali seminggu
cakupan dari program DOTS baru mencapai 28 % dari
206.000 juta penduduk, dengan hasil pengobatan yang
FAKTOR KUMAN TUBERKULOSIS masih belum memuaskan. Ada beberapa daerah yang
sukses antara lain: Sulawesi.
Penelitian Mitchison telah membagi kuman M.tuberculosae Pengobatan yang sukses di bawah program DOTS
dalam beberapa populasi dalam hubungan antara tetap tinggi walaupun turun dari 9 1 % menjadi 8 1 % di
pertumbuhannya dengan aktivitas obat yang antara tahun 1985 -1996 kunci permasalahan dengan
membunuhnya yakni: pengobatan sistem DOTS ini adalah rendahnya penemuan
kasus-kasus baru.
Populasi A. Dalam kelompok ini kuman tumbuh ber-
Faktor-faktorrisiko yang sudah diketahui menyebabkan
kembang biak terus menerus dengan cepat. Kuman-kuman
tingginya prevalensi TB di Indonesia al: kurangnya gizi,
ini banyak terdapat pada dinding kavitas atau dalam
kemiskinan dan sanitasi yang buruk.
lesi yang pH-nya netral. INH bekerja sangat baik pada
populasi ini karena aktivitas bakterisid segera kerjanya
D a s a r Teori P e n g o b a t a n T B
adalah tertinggi. Rifampisin dan Streptomisin juga dapat
Pengobatan tuberkulosis memiliki dua prinsip dasar.
bekerja pada populasi ini tetapi efeknya lebih kecil
daripada INH. P e r t a m a . Bahwa terapi y a n g berhasil, m e m e r l u k a n
minimal dua macam obat yang basilnya peka terhadap
Populasi B. Dalam kelompok ini kuman tumbuh sangat
obat tersebut, dan salah satu daripadanya harus
lambat dan berada dalam lingkungan asam (pH rendah).
bakterisidik. Karena suatu resistensi obat dapat timbul
Lingkungan asam ini melindungi kuman terhadap obat
spontan pada sejumlah kecil basil, monoterapi memakai
antituberkulosis tertentu. Hanya pirazinamid yang dapat
obat bakterisidik yang terkuatpun dapat menimbulkan
bekerja di sini.
kegagalan pengobatan dengan terjadinya pertumbuhan
Populasi C. Pada kelompok ini kuman berada dalam basil yang resisten. Keadaan ini lebih banyak dijumpai
keadan dormant (tidak ada aktivitas metabolisme) hampir pada pasien dengan populasi basil yang besar, misalnya
sepanjang waktu. Hanya kadang-kadang saja kuman ini pada tuberkulosis paru dengan kavitas, oleh karena dapat
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 875

terjadi mutasi 1 basil resisten dari 10 basil yang ada. awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan). Obat yang
Kennungkinan terjadinya resistensi spontan terhadap dua bersifat bakterisidal aktif belum tentu merupakan obat
macam obat merupakan hasil probabilitas masing-masing sterilisator terbaik dan obat y a n g efektif pada fase
obat, sehingga penggunaan dua macam obat yang aktif sterilisasi belum tentu obat bakterisidal yang paling aktif
umumnya dapat mencegah perkembangan resistensi Telah diketahui bahwa obat H merupakan bakterisidal
sekunder Obat antituberkulosis mempunyai kemampuan yang paling poten, sedangkan obat R dan Z merupakan
yang berbeda dalam mencegah terjadinya resistensi sterilisator yang paling efektif. Pada binatang percobaan,
terhadap obat lainnya. Obat H dan R merupakan obat yang obat H dapat menghambat aktivitas sterilisasi dari obat
paling efektif, E dan S dengan kemampuan menengah, R dan Z.
sedangkan Z adalah yang efektivitasnya terkecil. Daftar efek obat yang digunakan untuk terapi jangka
pendek berdasarkan data dari laboratorium dan penetian
Kedua. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan
klinis. Populasi basil yang terbesar terdiri dari: a), basil
pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya,
yang metabolismenya aktif yang cepat terbunuh oleh
perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk meng-
obat berkemampuan bakterisidal terutama H, b). obat R
eliminasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan
terutama efektif terhadap basil yang dorman dan yang
suatu p o p u l a s i kecil y a n g m e t a b o l i s m e n y a inaktif.
muncul berlipat ganda secara periodik, c). populasi lain,
Pengobatan yang tidak memadai akan mengakibatkan
yang terdiri dari basil yang terdapat di lingkungan asam
bertambahnya kemungkinan k e k a m b u h a n , beberapa
(basil intrasel dan basil yang terdapat di dalam lokasi
bulan-tahun mendatang setelah seolah tampak sembuh.
perkijuan), yang terutama peka terhadap efek obat Z,
Resimen pada pengobatan sekitar tahun 1950-1960
d). mungkin suatu populasi basil yang metabolismenya
memerlukan waktu 18-24 bulan untuk jaminan menjadi
inaktif yang tidak dapat dipengaruhi oleh obat apapun,
sembuh. Dengan adanya cara pengobatan pada masa kini
dan banya dapat dieliminasi oleh respons imun pejamu.
(metode DOTS) yang menggunakan paduan beberapa
(Gambar 1).
obat, pada umumnya pasien tuberkulosis berhasil di-
sembuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Kegagalan
Kemoterapi Bertujuan:
menyelesaikan program masa pengobatan suatu kategori
Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin
merupakan penyebab dari kekambuhan.
m e n g g a n g g u aktivitas hariannya, dalam periode
Berdasarkan prinsip tersebut, program pengobatan
pendek, tidak memandang apakah dia peka atau
tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase bakterisidal
resisten terhadap obat yang ada.

Tinggi
H (R,S,M)

Tumbuh aktif

R
Kecepatan
Pertumbuhan
Kuman
B
Metabolisme
Kadang-kadang Hambatan
D
aktif asam
Dorman

Rendah

Gambar 1. Hipotesis populasi M. Tuberctttosis. Bagian-bagian populasi basil yang dibunuh oleh
obat tertentu (Mitchison, 1998. Mycobacteria II, 1* ed.; p. 34)

Keterangan
A basil tumbuh aktif, terutama dibunuh oleh isoniazid
B basil semi-dorman, kadang-kadang metabolisme aktif
C basil semi-dorman dalam suasana asam, dibunuh oleh pirazinamide
D basil dorman murni, tidak dapat dibunuh oleh obat
876 TUBERKULOSIS

Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat mempunyai efek bakteriostatis, tetapi bila dikombinasikan
penyakitnya. dengan INH dan Rifampisin terbukti bisa mencegah
Mencegah kambuh terjadinya resisten obat. Streptomisin merupakan salah
Mencegah munculnya resistensi obat satu obat antituberkulos pertama yang ditemukan. Strepto-
Mencegah lingkungannya dari penularan misin ini suatu antibiotik golongan aminoglikosida yang
harus diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah
Obat-obatan TB dapat diklasifikasi menjadi dua jenis
pertumbuhan organisme ekstraselular. Kekurangan
resimen,yo/fu obat- lapis pertama dan lapis kedua. Kedua
obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial
lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan
kedelapan yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular
basil, p e n g u r a n g a n basil dorman dan pencegahan
dan/atau hilangnya pendengaran. Obat tuberkulosis yang
terjadinya resistensi. Obat-obatan lapis pertama terdiri
aman diberikan pada perempuan hamil adalah isoniazid,
dari Isoniazid (INH), Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol
rifampisin dan etambutol. Obat lapisan kedua dicadangkan
dan Streptomycin. Obat-obatan lapis kedua mencakup
untuk pengobatan kasus-kasus resistan multi-obat.
Rifabutin, Ethionamide, Cycloserine, Para-Amino Salicylic
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-
acid. Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomycin
kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembangan
dan Quinolones.
resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkan
Isoniazid (INH) mempunyai kemampuan bakterisidal
strategi DOTS d i m a n a t e r d a p a t p e t u g a s k e s e h a t a n
TB yang terkuat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasien
cell-wall biosynthesis pathway. INH dianggap sejenis obat
minum obat untuk memastikan kepatuhannya. W H O
yang aman; efek samping utamanya antara lain hepatitis
j u g a telah menetapkan resimen pengobatan standar
dan neuropati perifer karena interferensi fungsi biologi
yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda
vitamin B6 atau piridoksin. Rifampisin juga merupakan
menurut definisi kasus tersebut (Tabel 2).
obat anti TB yang ampuh, dia menghambat polimerase
DNA-dependent ribonucleic acid (RNA) M. tuberculosis. Efek
Resimen Pengobatan Saat Ini (metode DOTS)
samping yang sering diakibatkannya antara lain hepatitis,
Keterangan Lengkap
flu-like syndrome's dan trombo-sitopenia. Rifampisin
meningkatkan metabolisme hepatik kontrasepsi oral Kategori I. Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum
sehingga dosis kontrasepsi oral harus d i t i n g k a t k a n . BTA positif dan kasus baru, TBP lainnya dalam keadaan TB
Pirazinamid merupakan obat bakterisidal untuk organisme berat, seperti meningitis tuberkulosis, miliaris, perikarditis,
intraselular dan agen antituberkulos ketiga yang j u g a peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis
cukup a m p u h . Pirazinamid hanya diberikan untuk 2 dengan gangguan neurologik, sputum BTA negatif tetapi
bulan pertama pengobatan. Efek samping yang sering kelainan di paru luas, tuberkulosis usus dan saluran
diakibatkannya adalah hepatotoksisitas dan hiperurisemia. kemih. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri dari 2
E t a m b u t o l s a t u - s a t u n y a o b a t lapis p e r t a m a y a n g HRZS (E), setiap hari selama dua bulan obat H, R, Z dan S

i Tabel 2. Resimen Pengobatan Saat Ini

Resimen Pengobatan'
Kategori Pasien TB
Fase Awal Fase Lanjutan
TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru 2 SHRZ (EHRZ) 6 HE
(berat), TBP BTA-negatif 2 SHRZ (EHRZ) 4 HR
2 SHRZ (EHRZ) 4 H3R,
Relaps 2 S H Z E / 1 HRZE 5 H3R3E3
Kegagalan peng-obatan 2 S H Z E / 1 HRZE 5 HRE
Kembali ke default
TBP sputum BTA-negatif 2 HRZ atau 2 H,R,Z HE
"3' ' 3 '
TB ekstra-paru (menengah berat) 2 HRZ atau 2 H3R3Z3 HR/4H
2 HRZ atau 2 H3R3Z3 H3R3/4H
Kasus kronis (masih BTA-positif setelah pengobatan ulang yang Tidak dapat diaplikasikan (mempertimbang-
disupervisi) kan menggunakan obat-obatan barisan
kedua)
Singkatan: TB = TB; TBP = Tuberkulosis paru; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z = Pirazinamide; E = Etambutol
Membaca resimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ) / 4 H 3 R 3 menunjukkan sebuah resimen untuk 2 bulan di antara obat-obatan
etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamide yang diberikan setiap hari yang diikuti dengan 4 bulan isoniazid dan rifampisin
yang diberikan tiap hari atau 3 kali seminggu.
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 877

atau E. Sputum BTA awal yang positif setelah dua bulan Pengobatan tuberkulosis pada anak-anak tidak meng-
diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke ikutsertakan etambutol (kecuali terjadi resistensi INH atau
fase lanjutan 4HR atau 4 H 3 R 3 atau 6HE. Apabila sputum anak tersebut menunjukkan gejala tuberkulosis dewasa
BTA masih tetap positif setelah dua bulan, fase intensif seperti infiltrat pada lobus atas dan kavitas).
diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah Pemberian obat pada fase lanjutan akan diperpanjang
sputum sudah negatif atau tidak. menjadi 7 bulan (total pengobatan 9 bulan) jika tidak
diberikan pirazinamid pada fase inisiai.
Kategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan
S a l a h s a t u m a s a l a h u t a m a p e n g o b a t a n TB ini
sputum BTA positif. Pengobatan fese insial terdiri dan
adalah munculnya strain M. tuberculosis yang bersifat
2HRZES/1 HRZE, yaitu R dengan H, Z, E setiap hari selama 3
resistensi ganda terhadap obat primer. Resistensi ganda
bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
dapat berkembang dengan salah satu dari dua cara
sputum BTA menjadi negatif, fase lanjutan bisa segera
berikut ini yaitu resisten obat primer dan resistensi
dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu
obat sekunder. Resistensi obat primer b e r k e m b a n g
ke-12, fase inisiai dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi.
pada seseorang y a n g belum menerima pengobatan
Bila akhir bulan ke-4 sputum BTA masih positif, semua obat
TB sebelumnya, yaitu mereka yang terinfeksi dengan
dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
strain resistan, sedangkan resistensi sekunder atau yang
untuk uji kepekaan. obat dilanjutkan memakai resimen
diperoleh [acquired resistance) merujuk ke resistensi
fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.
yang berkembang selama periode pengobatan. Jenis
Kategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negatif tetapi resistensi sekunder khususnya merupakan akibat
kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal (selain resimen atau lama pengobatan yang kurang memadai.
dari kategori I). Pengobatan fase inisiai terdiri dari 2HRZ Agar dapat dicegah, penemuan atau penambahan modus
atau 2 H 3 R 3 E 3 Z 3 , yang diteruskan dengan fase lanjutan pengobatan lain yang lebih ampuh sangat dibutuhkan
2HR atau H 3 R 3 . dengan salah satu tujuannya dapat mengurangi j a n g k a
waktu pengobatan. Pada akhirnya, mungkin beberapa
Kategori 4. Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin
obat yang berperan sebagai imunomodulator berpotensi
mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur
untuk memperbaiki hal ini. Tujuan jenis terapi ini adalah
dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja
meningkatkan respons imun pejamu menuju proteksi
(WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan
optimal.
TB resistensi ganda (multidrugs resistant tuberculosis
(MDR-TB).
Kortikosteroid diberikan untuk tuberkulosis yang
mengenai sistem saraf pusat (meningitis) dan perikarditis PANDUAN OBAT

namun tidak dianjurkan untuk diberikan sebagai tambahan


Dalam riwayat kemoterapi terhadap tuberkulosis dahulu
terapi pada t u b e r k u l o s i s j e n i s l a i n n y a . P e n g o b a t a n
dipakai satu macam obat saja. Kenyataannya dengan
tuberkulosis pada pasien dengan HIV positif pada dasarnya
pemakaian obat tunggal ini banyak terjadi resistensi
tidak berbeda dengan pengobatan pada pasien dengan
karena sebagian besar kuman tuberkulosis memang
HIV negatif. Hal yang perlu diperhatikan adalah Rifampin
dapat dibinasakan tetapi sebagian kecil tidak. Kelompok
tidak diberikan pada pasien HIV positif yang menggunakan
kecil yang resisten ini malah berkembang biak dengan
obat protease inhibitor (kecuali obat ritonavir) atau obat
l e l u a s a . U n t u k m e n c e g a h t e r j a d i n y a r e s i s t e n s i ini,
non nucleoside reverse transcriptase inhibitor/NNRJ\
terapi tuberkulosis dilakukan dengan memakai paduan
(kecuali obat efavirenz). Untuk mengatasinya dengan
obat, sedikitnya diberikan 2 macam obat yang bersifat
m e n g g u n a k a n rifabutin sebagai pengganti rifampin.
bakterisid.
Rifabutin dapat diberikan bersamaan dengan protease
inhibitor (kecuali obat saquinavir) dan NNRTI (kecuali Dengan memakai paduan obat ini, kemungkinan resistensi
obat delavirdin) dengan penyesuaian dosis. Sebaiknya awal dapat diabaikan karena :
tatalaksana tuberkulosis pada pasien HIV dilakukan oleh Jarang ditemukan resistensi terhadap 2 macam obat
ahlinya. Pasien HIV yang mendapat obat tuberkulosis atau lebih.
dan anti retroviral dapat menunjukkan gejala dan tanda Pola resistensi y a n g t e r b a n y a k d i t e m u k a n iaiah
eksaserbasi tuberkulosis (reaksi paradoks). Keadaan terhadap INH.
ini d i s e b a b k a n oleh reaksi h i p e r s e n s i t i v i t a s lambat
Tetapi belakangan ini di beberapa negara banyak
dan meningkatnya antigen kuman setelah pemberian
antituberkulosis bakterisidal. Pasien HIV dengan CD4 < terdapat resistensi terhadap lebih dari satu obat (multi

100 tidak boleh diberikan pengobatan dengan resimen drug resistance) terutama terhadap INH dan rifampisin.

2 kali seminggu. Jenis obat yang dipakai:


878 TUBERKULOSIS

Obat Primer (obat antituberkulosis tingkat satu): isoniazid, DOSIS OBAT


rifampisin, pirazinamid, streptomisin, etambutol
Tabel 3 menunjukkan dosis obat yang dipakai (di Indonesia)
Obat Selcunder (obat antituberkulosis tingkat dua):
secara harian maupun berkala dan disesuaikan dengan
kanamisin, pas (para amino salicylic acid), tiasetazon,
berat badan pasien.
etionamid, protio-namid, sikloserin, viomisin, kapreomisin,
amikasin, ofloksasin, siprofloksasin, norfloksasin, levo-
floksasin, klofazimin.
EFEK S A M P I N G OBAT
Sebelum ditemukan rifampisin, metode terapi tuber-
kulosis paru adalah dengan sistem jangka panjang (terapi
Dalam pemakaian obat-obat anti tuberkulosis tidak jarang
standar) yakni : INH (H) + streptomisin (S) + PAS atau
d i i e m u k a n efek s a m p i n g y a n g mempersulit sasaran
etambutol (E) tiap hari dengan fase initial selama 1-3
pengobatan. Bila efek samping ini ditemukan, mungkin
bulan dan dilanjutkan dengan INH + etambutol atau PAS
obat anti tuberkulosis yang bersangkutan masih dapat
selama 12-18 bulan.
diberikan dalam dosis terapeutik yang kecil, tetapi bila efek
Setelah Rifampisin ditemukan paduan obat menjadi
samping ini sangat mengganggu, obat antituberkulosis
INH + rifampisin + streptomisin atau etambutol setiap
yang bersangkutan harus dihentikan pemberiannya, dan
hari (fase initial) dan diteruskan dengan INH + rifampisin
pengobatan tuberkulosis dapat diteruskan dengan obat
atau etambutol (fase lanjut).
lain. Perlu diketahui bahwa semua obat anti tuberkulosis
Paduan ini selanjutnya berkembang menjadi terapi
mempunyai efek samping yang kadarnya berbeda-beda
jangka pendek, dengan memberikan INH + rifampisin
pada tiap-tiap individu. Adapun efek samping tiap-tiap
+ streptomisin atau etambutol atau pirazinamid
obat dapat dilihat pada tabel 4.
(Z) setiap hari sebagai fase initial selama 1-2 bulan
dilanjutkan dengan INH + rifampisin atau etambutol
atau streptomisin 2-3 kali seminggu selama 4 - 7 bulan, Tabel 3. Dosis Obat yang Dipakai di Indonesia
sehingga lama peng-obatan keseluruhan menjadi 6-9
Dosis Harian Dosis Berkala
bulan. Nama Obat
BB < 50 kg BB > 50 kg 3 X Seminggu
Paduan obat yang dipakai di Indonesia dan dianjurkan
juga oleh WHO adalah : 2 R H Z / 4 RH dengan variasi 2 Isoniazid 300 mg 400 mg 600 mg
Rifampisin 450 mg 600 mg 600 mg
RHS/4RH, 2 R H Z / 4 R 3 H 3 , 2 RHS/AR^Y^^.
Pirazinamid lOOOmg 2.000 mg 2-3 g
Untuk tuberkulosis paru yang berat (milier) dan tuber-
Streptomisin 750 mg lOOOmg lOOOmg
kulosis ekstraparu, terapi tahap lanjutan diperpanjang
Etambutol 750 mg lOOOmg 1-1,5g
menjadi 7 bulan sehingga paduannya menjadi 2 RHZ/7 RH,
Etionamid 500 mg 750 mg
dll. Dengan pemberian terapi jangka pendek akan didapat
PAS 99 lOg
beberapa keuntungan seperti waktu pengobatan lebih
singkat, biaya keseluruhan untuk pengobatan menjadi
lebih rendah, jumlah pasien yang membangkang menjadi Tabel 4. Efek Samping Obat
berkurang, dan tenaga pengawas pengobatan menjadi
INH neuropati perifer dapat dicegah dengan
lebih hemat/efisien.
pemberian vitamin B6, hepatotoksik
Oleh karena itu Departemen Kesehatan Rl dalam
Rifampisin sindrom.flu, hepatotoksik.
rangka program pemberantasan penyakit tuberkulosis Streptomisin nefrotoksik, gangguan nervus V I I I kranial.
paru lebih menganjurkan terapi jangka pendek dengan Etambutol neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/
paduan obat HRE/5 HaRa (isoniazid + rifampisin + dermatitis.
etambutol setiap hari selama satu bulan, dan dilanjutkan Etionamid hepatotoksik, gangguan pencernaan.
dengan isoniazid + rifampisin 2 kali seminggu selama PAS hepatotoksik, gangguan pencernaan
5 bulan), daripada terapi jangka panjang HSZ/11 \^2^2 Cycloserin; seizure / kejang, depresi, psikosis
(INH + streptomisin + pirazinamid 2 kali seminggu 11
bulan).
Di negara-negara yang sedang berkembang, peng- Ternyata sebagian besar obat-obat anti tuberkulosis
obatan jangka pendek ini banyak yang gagal mencapai yang banyak dipakai adalah hepatotoksik. Kelainan yang
kesembuhan yang ditargetkan {cure rate) yakni 8 5 % ditimbulkan mulai dari peningkatan kadar transminase
karena program pengobatan yang kurang baik, kepatuhan darah (SCOT/ SGPT) yang ringan saja sampai pada hepatitis
berobat pasien y a n g buruk, sehingga m e n i m b u l k a n fulminan. Hepatitis karena obat antituberkulosis banyak
populasi tuberkulosis makin meluas, resistensi obat makin terjadi karena pemakaian INH + rifampisin. Terdapat
banyak. hipotesis yang menyatakan bahwa INH memproduksi
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 879

hidrazin yakni suatu metabolikyang hepatotoksik. Hidrazin s p u t u m BTA d i l a k u k a n sekali s e b u l a n . W H O (1991)


ini lebih banyak lagi diproduksi bila pemberian INH di- menganjurkan kontrol sputum BTA langsung dilakukan
kombinasikan dengan rifampisin. pada akhir bulan ke-2,4, dan 6. Pada yang memakai
Insidensi hepatitis ini tidak banyak, penelitian di p a d u a n o b a t 8 bulan s p u t u m BTA d i p e r i k s a p a d a
RS Dr. Cipto Mangunkusumo (1987) mendapatkan 2,3% akhir buian ke-2, 5, dan 8. Biakan BTA dilakukan pada
dan kebanyakan terjadi pada usia t u a . Biasanya bila permulaan, akhir bulan ke 2 dan akhir p e n g o b a t a n .
kadar S G O T / S G P T m e n i n g k a t tetapi a n g k a n y a tidak Pemeriksaan resistensi dilakukan pada pasien baru yang
lebih dari 2 x nilai normal, INH-rifampisin masih dapat BTA-nya masih positif setelah tahap intensif dan pada
diteruskan. Bila kadarnya meningkat terus, INH + rifampisin awal terapi bagi pasien yang mendapatkan pengobatan
harus dihentikan pemberiannya. Bila memungkinkan ulang (retreatment). Bila sudah negatif, sputum BTA tetap
hendaknya diperiksakan antibodi terhadap rifampisin. diperiksakan sedikitnya sampai 3 kali berturut-turut.
Jika ternyata antibodi ini positif, pemberian INH masih Sputum BTA sebaiknya tetap diperiksa untuk kontrol pada
dapat dipertimbangkan kelanjutannya. Untuk mencegah kasus-kasus yang dianggap selesai pengobatan/sembuh.
t e r j a d i n y a hepatitis k a r e n a obat anti t u b e r k u l o s i s , Sewaktu-waktu mungkin terjadi silent bacterial shedding,
dianjurkan agar memilih paduan obat yang tidak terlalu yaitu terdapat sputum BTA positif tanpa disertai keluhan-
berat efek hepatotoksiknya, dan diperlukan evaluasi keluhan tuberkulosis yang relevan pada kasus-kasus yang
yang cermat secara klinis dan laboratoris t e r h a d a p memperoleh kesembuhan. Bila ini terjadi yakni BTA positif
pasien pada m i n g g u - m i n g g u p e r t a m a p e n g o b a t a n . pada 3 kali pemeriksaan biakan (3 bulan), berarti pasien
Bila sudah terjadi hepatitis karena obat ini, biasanya mulai kambuh lagi.
hepatitis ini sembuh sendiri jika obat-obat hepatotoksik
Radiologis. Evaluasi radiologis j u g a diperlukan untuk
tadi dihentikan pemberiannya, dan diganti dengan obat-
melihat kemajuan t e r a p i . Beberapa ahli kedokteran
obat yang tidak hepatotoksik. Pemberian steroid pada
menyatakan evaluasi radiologis ini sebenarnya kurang
hepatitis karena OAT dapat dipertimbangkan. Rifampisin
begitu berperan dalam evaluasi penyakitnya. Bila fasilitas
atau INH kemudian dapat diberikan kembali sendiri-
memungkinkan foto kontrol dapat dibuat pada akhir
sendiri secara desensitisasi (dosis obat dimulai dari
pengobatan sebagai dokumentasi untuk perbandingan
yang paling kecil dan dinaikkan perlahan-lahan sambil
bila nanti timbul kasus kambuh. Jika keluhan pasien tetap
menilai adakah kelainan toksik /alergi terjadi. Desentisasi
tidak berkurang (misalnya tetap batuk-batuk), dengan
dengan INH, dimulai dengan 25 mg dan dinaikkan 2 kali
pemeriksaan radiologis dapat dilihat keadaan tuberkulosis
dosis sebelumnya setiap 3 hari (25-50-100-200-300-400
parunya atau adakah penyakit lain yang menyertainya.
mg). Untuk rifampisin sama seperti INH dan dimulai
Karena perubahan gambaran radiologis tidak secepat
dengan dosis 75 mg (hari pertama 75 mg, hari ke-4 75
perubahan bakteriologis, evaluasi foto dada dilakukan
mg, hari ke-7 150 mg, hari ke-10 150 mg, hari ke-13
setiap 3 bulan sekali.
450 mg, hari ke-16 450 mg, hari ke-19 600 mg). Untuk
mencegah terjadinya efek samping OAT perlu dilakukan Bila secara bakteriologis ada perbaikan tetapi klinis
pemeriksaan kontrol seperti: dan radiologis tidak, harus dicurigai penyakit lain di
samping tuberkulosis paru.
Tes warna untuk mata, bagi pasien yang memakai
Bila secara klinis, bakteriologis dan radiologis tetap
obat etambutol
tidak ada perbaikan padahal pasien sudah diobati dengan
Tes audiometri bagi yang memakai obat Streptomisin
dosis yang adekuat serta teratur, perlu dipikirkan adanya
Pemeriksaan darah terhadap enzim hati, bilirubin,
gangguan imunologis pada pasien tersebut, antara lain
ureum/kreatinin, darah perifer dan asam urat (untuk
AIDS.
pemakai pirazinamid)
Pasien yang gagal pengobatan dapat diberikan resimen
pengobatan yang dimodifikasi dengan menambahkan
sedikitnya 3 obat baru (dimana kuman masih sensitif
EVALUASI PENGOBATAN
terhadap obat tersebut). Aturan utama untuk terapi gagal
pengobatan adalah tidak pernah memberikan hanya satu
Klinis. Biasanya pasien dikontrol dalam 1 minggu pertama,
obat tambahan pada resimen yang telah ada.
selanjutnya setiap 2 minggu selama tahap intensif dan
Pasien dengan MDR diterapi dengan 4-6 obat (dimana
seterusnya sekali sebulan sampai akhir pengobatan. Secara
kuman masih sensitive) selama 18-24 bulan (jika terdapat
klinis hendaknya terdapat perbaikan keluhan-keluhan
resistensi terhadap etambutol dan pirazinamid maka
pasien seperti batuk-batuk berkurang, batuk darah hilang,
pengobatan diberikan selama 24 bulan).
nafsu makan bertambah, berat badan meningkat, dll.
Semua pasien tuberkulosis harus diperiksa terhadap
Bakteriologis. Biasanya setelah 2-3 minggu pengobatan kemungkinan menderita HIV. Pasien dengan faktor risiko
sputum BTA mulai menjadi negatif. Pemeriksaan kontrol terkena hepatitis B atau C juga harus diperiksa.
880 TUBERKULOSIS

KEGAGALAN PENGOBATAN PASIEN K A M B U H

Sebab-sebab kegagalan pengobatan, antara lain : Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani peng-
O b a t : 1). Paduan obat tidak adekuat. 2). Dosis obat tidak obatan secara teratur dan adekuat sesuai dengan rencana,
cukup. 3).Minum obat tidak teratur/tidak sesuai dengan tetapi dalam kontrol ulangan ternyata sputum BTA kembali
petunjuk yang diberikan. 4). Jangka waktu pengobatan positif baik secara mikroskopik langsung ataupun secara
kurang dari semestinya. 5). Terjadi resistensi obat. 6). biakan. Frekuensi kekambuhan ini adalah antara 2-10%
Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam tergantung pada jenis obat yang dipakai.
1-2 bulan p e n g o b a t a n tahap intensif, tidak terlihat Umumnya kekambuhan terjadi pada tahun pertama
perbaikan. setelah pengobatan selesai, dan sebagian besar kumannya
Di Amerika Serikat prevalensi pasien yang resisten masih sensitif terhadap obat-obat yang dipergunakan
terhadap OAT makin meningkat dan sudah mencapai semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh ini
9%. Di negara yang sedang berkembang seperti di Afrika, adalah:
diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA yang sudah resisten berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan
terhadap OAT saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara pertama,
PCR-SSCP {Polymerase Chain Reaction-Single Stranded • lakukan pemeriksaan bakteriologis optimal yakni
Confirmation Polymorphism) dalam waktu 1 hari. periksa sputum BTA mikroskopis langsung 3 kali,
biakan, dan resistensi,
Drop out: 1. Kekurangan biaya pengobatan. 2. Merasa
evaluasi secara radiologis luasnya kelainan paru,
sudah sembuh. 3. Malas berobat/kurang motivasi.
identifikasi adakah penyakit lain yang memberatkan
Penyakit: 1). Lesi paru yang sakit terlalu luas/sakit berat. tuberkulosis seperti diabetes melitus, alkoholisme
2). Penyakit lain yang menyertai tuberkulosis seperti atau pemberian kortikosteroid yang lama,
diabetes melitus, alkoholisrae. 3). Adanya gangguan sesuaikan obat-obat dengan hasil tes kepekaan/
imunoiogis. resistensi,
Sebab-sebab kegagalan pengobatan yang terbanyak nilai kembali secara ketat hasil pengobatan secara
adalah karena kekurangan biaya pengobatan atau merasa klinis, radiologis, dan bakteriologis tiap-tiap bulan.
sudah sembuh. Kegagalan pengobatan ini dapat mencapai
50% pada terapi Jangka panjang, karena sebagian besar
pasien tuberkulosis adalah golongan yang tidak mampu PENGOBATAN PEMBEDAHAN
sedangkan pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu
larna dan biaya banyak. Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani terapi
Untuk mencegah kegagalan pengobatan ini perlu TB adekuat dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter
kerjasama yang baik dari dokter dan paramedis lainnya secara klinis, mikrobiologis maupun radiologis, kemudian
serta motivasi pengobatan tersebut terhadap pasien. pada evaluasi berikutnya terdapat gejala klinis tuber-
Penanggulangan terhadap kasus-kasus yang gagal ini kulosis positif (mikrobiologi positif). Terapi bedah, banyak
adalah: dilakukan dalam upaya penyembuhan pasien tuberkulosis
Terhadap pasien yang sudah berobat secara teratur. paru yang kambuh. Pada saat ini dengan banyaknya obat-
Menilai kembali apakah paduan obat sudah obat yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang sekali
adekuat mengenai dosis dan cara pemberiannya. dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru.
Lakukan pemeriksaan uji kepekaan/tes resistensi Indikasi terapi bedah saat ini adalah : a. pasien dengan
kuman terhadap obat. sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobatan
Bila s u d a h d i c o b a d e n g a n o b a t - o b a t y a n g diulang; b. pasien dengan batuk darah masif atau ber-
masih peka, tetapi ternyata gagal j u g a , maka ulang; c. Terapi fistula bronkopleura, d. Drainase empiema
p e r t i m b a n g k a n terapi d e n g a n pembedahan tuberkulosis; d. Untuk mengatasi gangguan mekanik yang
t e r u t a m a pada pasien d e n g a n kavitas atau timbul pada tuberkulosis tulang (seperti stabilisasi tulang
destroyed lung. vertebra pada penyakit pott).
Terhadap pasien dengan riwayat pengobatan tidak Di s a m p i n g syarat toleransi operasi (spirometri,
teratur analisis gas darah dll) diperlukan j u g a syarat adanya
Teruskan pengobatan lama selama + 3 bulan obat-obat antituberkulosis yang masih sensitif Obat-obat
dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan. antituberkulosis ini tetap diberikan sampai 6 bulan setelah
Nilai kembali tes resistensi kuman terhadap obat. operasi. Hasil operasi pasien dengan sputum BTA tetap
Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, positif, sebagian besar BTA menjadi negatif di samping
ganti dengan paduan obat yang masih sensitif. perbaikan keluhan-keluhannya, sehingga dapat dikatakan
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 881

t i n d a k a n bedah s a n g a t berarti d a l a m penyembuhan Chan E D , Laurel V, Strand MJ, et al. Treatment and outcome
analysis of 205 patients with multidrug-resistant tuberculosis.
pasien.
A m J Respir Cri: Care Med. 2004; 169:1103 - 1109.
Centers for Disease Control and Prevention. Prevention and
Treatment of Tuberculosis among patients infected with
USAHA PREVENTIF TERHADAP TUBERKULOSIS human immunodeficiency virus: principles of therapy and
revised recommendations.
Fishman AP. Pulmonary disease and disorder. New York: 1 " ed.
Vaksinasi BCG McGrawHill; 1990,1229323-.
Havlir D V , Barnes PF. Tuberculosis in patients with human
Dari b e b e r a p a p e n e l i t i d i k e t a h u i bahwa vaksinasi
immunodeficiency virus infection. N Engl J Med. 1999;
BCG yang telah dilakukan pada anak-anak selama ini 340:367.
hanya memberikan daya proteksi sebagian saja, yakni Hinshaw H C , Murray JF. Disease of the chest. 4* ed, Igaku-Shoin/
0-80%. Tetapi BCG masih tetap dipakai karena ia dapat Saunders IntemaHonal Edition; 1980,298355-.
Holland, S.M. 2000. Cytokine therapy of mycobacterial infections.
mengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat Acta.Intem. Med. 2000;45:431452-.
(meningitis, tuberkulosis milier dll) dan tuberkulosis ekstra Home N. Tuberculosis, Respiratory Disorders.
paru lainnya. Medicinelntemational. 1986; 2(12): 14901498-.
Iseman MD. Treatment of multidrug-resistant tuberculosis. N.
Engi J Med 1993; 329: 78491-.
Kemoprofilaksis
Kanai K. Introduction to tuberculosis and mycobacteria. Tokyo;
Kemoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan S E A M I C Publication no.60; 1990.10559-.
masalah tersendiri dalam penanggulangan tuberkulosis Lobue PA.Tuberculosis treatment of disease. In: Manual of Clinical
Problems in Pulmonary Medicine. 6"' ed, Bordow RA,Ries
paru di samping diagnosis yang cepat dan pengobatan
A L and Morris T A eds.Lippincott Williams & Wilkins,
yang adekuat. Isoniazid banyak dipakai selama ini karena Philladelphia 2005; 195200-
harganya murah dan efek sampingnya sedikit (terbanyak Manaf A. Kebijaksanaan baru pemerintah dalam pe-nanggulangan
hepatitis dengan frekuensi 1 % , sedangkan yang berusia tuberkulosis paru. Simposium Tuberku-losis Paru Kembali,
Jakarta, 231993-10-.
lebih dari 50 tahun adalah 2%).
Manaf A. National Pulmonary Tuberculosis eradication Program.
Obat alternatif lain setelah Isoniazid adalah Rifampisin. Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Beberapa peneliti pada I DAT (International Union Against Faculty of Medicine University of Indonesia . Jakarta, 1998.
Mitchison DA. Basic Concepts in the Chemotherapy of Tuberculosis.
Tuberculosis) menyatakan bahwa profilaksis dengan INH
In (Gangadharam PRJ and Jenkns PA, eds) Mycobacteria II
diberikan selama 1 tahun, dapat menurunkan insidens Chemotherapy, Chapman & Hall, 1998.1550-.
tuberkulosis sampai 55-83%, dan yang kepatuhan minum Narita M, Ashkin D, Hollender ES, et al. Paradoxical worsening of
obatnya cukup baik dapat mencapai penurunan 90%. Yang tuberculosis following antiretroviral therapy in patients with
AIDS. A m J Respair Crit Care Med. 1998; 158:157.
minum obatnya tidak teratur (intermittent), efektivitasnya
Ormerod L P Respiratory tuberculosis. Clinical Tuber-culosis,
masih cukup baik. Davies PDO, E d . London: Chapman and Hall; 1994.7392-.
Lama profilaksis yang optimal belum diketahui, tetapi Patterson P E , K i m e r l i n g M E , Bailey W C , and D u n l a p N E .
Chemotherapy of tuberculosis I n ; Schlossberg, D ed.
banyak peneliti menganjurkan waktu antara 6-12 bulan,
Tuberculosis and non tuberculosis mycobacterial infections.
antara lain dari American Thoracic Society dan US Centers 4th ed. W.B. Saunder Co. USA. 2000, 7182-.
for Diseases Control terhadap tersangka dengan hasil uji Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
tuberkulin yang diameternya lebih dari 5-10 m m . Yang
Faculty of Medicine, Universiy Of Indonesia Jakarta, 1998.
mendapat profilaksis 12 bulan adalah pasien HIV positif Snider D E . Tuberculosis: The world situation. History of the
dan pasien dengan kelainan radiologis dada. Yang lainnya diseases and efforts to combat it. Tuberculosis back to the
seperti kontak tuberkulosis dan sebagainya cukup 6 bulan future. Porter J D H and Me A d a m PWJ, E d . Chichester
England: John Wiley & Sons, 1994.1331-.
saja. Pada negara-negara dengan populasi tuberkulosis
World Health Organization. Guidelines for tuberculosis treatment
tinggi sebaiknya profilaksis diberikan terhadap semua in adult and children in National Tuberculosis Programmes
pasien HIV positif dan pasien yang mendapat terapi 1991.123-.
World Health Organization. Framework of effective tuberculosis
imunosupresi.
control.WHO tuberculosis program. Geneva: WHO,1994
World Health Organization. 1993. Treatment of tuberculosis:
Guidelines for national programmes. W H O , 1993.Geneva.
W H O , . Guidelines for the Management of Drug-Resistant
REFERENSI
Tuberculosis. (Crofton Chaulet P, Maher D, Grosset J, Harris
W, Home N , Iseman M and Watt B eds). 2 ed. 1997,Geneva.
American Thoracic Society, Centers for Disease Control and
Prevention, Infectious Diseases Society of America. Treatment
of tuberculosis. MMWR. 2003; 52 (RR-11):1.
Bamer PF, Barrow SA. Tuberculosis in the 1990s. Ann Intern Med.
1993; 119: 40010-.
Batoeah H D . Beberapa pedoman pemberantasan tuberkulosis di
Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia 1969;5:15867-.
120
TUBERKULOSIS PERITONEAL
Lukman Hakim Zain

PENDAHULUAN parunya. Pada saat ini dilaporkan bahwa kasus tuber-


kulosis peritoneal di negara maju semakin meningkat. Di
Tuberkulosis peritoneal merupakan suatu peradangan Kanada dilaporkan pada tahun 1988 ditemukan 81 kasus
peritoneum parietal atau viseral yang disebabkan oleh tuberkulosis abdominal, 41 kasus diantaranya merupakan
kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering tuberkulosis peritoneal. Penyakit ini meningkat sesuai
m e n g e n a i seluruh p e r i t o n e u m d a n alat-alat s i s t e m dengan meningkatnya insidens AIDS di negara maju.
gastrointestinal, m e s e n t e r i u m , serta organ genitalia Di Asia dan Afrika dimana tuberkulosis masih banyak
interna. Penyakit ini j a r a n g berdiri sendiri, biasanya dijumpai, t u b e r k u l o s i s peritoneal masih m e r u p a k a n
merupakan kelanjutan proses tuberkulosis di tempat lain masalah yang penting. Manohar dkk melaporkan di RS
terutama dari paru, namun seringkali ditemukan pada King Edward II Durban Afrika Selatan ditemukan 145
waktu diagnosis ditegakkan, proses tuberkulosis di paru kasus tuberkulosis peritoneal selama periode 5 tahun
sudah tidak kelihatan lagi. (1984 - 1988) dengan cara peritoneoskopi. Daldiyono,
Tuberkulosis peritoneal masih sering dijumpai di menemukan sebanyak 15 kasus di rumah sakit D r Cipto
negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, Mangunkusumo Jakarta, selama periode 1 9 6 8 - 1972 dan
s e d a n g k a n di A m e r i k a d a n n e g a r a B a r a t lainnya Sulaiman di rumah sakit yang sama periode 1975-1979
walaupun jarang, ada kecenderungan meningkat dengan menemukan sebanyak 30 kasus tuberkulosis peritoneal.
meningkatnya jumlah pasien AIDS dan imigran. Karena Di Medan, Zain LH melaporkan a d a 8 kasus selama
perjalanan penyakitnya yang berlangsung secara per- periode 1993- 1995. Sandicki dkk di Turki melaporkan
lahan-lahan dan manifestasi klinisnya tidak khas, tuber- 135 kasus tuberkulosis peritoneal dengan pemeriksaan
kulosis peritoneal sering tidak terdiagnosis atau terlambat peritoneoskopi.
ditegakkan, sehingga meningkatkan angka kesakitan dan
angka kematian. Tidak jarang penyakit ini mempunyai
keluhan menyerupai penyakit lain seperti sirosis hati PATOGENESIS
atau neoplasma dengan gejala asites yang tidak terlalu
menonjol. Peritoneum dapat dikenal oleh tuberkulosis melalui
beberapa cara:
1. Melalui penyebaran hematogen terutama dari paru-
INSIDENSI paru.
2. Melalui dinding usus yang terinfeksi.
S e c a r a u m u m t u b e r k u l o s i s p e r i t o n e a l lebih s e r i n g 3. Dari kelenjar limfe mesenterium.
dijumpai pada perempuan dibandingkan pria dengan per- 4. Melalui tuba fallopii yang terinfeksi.
bandingan 1,5 : 1 dan lebih sering pada dekade ke 3 dan
4. Tuberkulosis peritoneal dijumpai pada 2% dari seluruh Pada kebanyakan kasus tuberkulosis peritoneal terjadi
tuberkulosis paru dan 59,8% dari tuberkulosis abdominal. bukan sebagai akibat penyebaran perkontinuitatum,
Peneliti lain melaporkan dari 91 pasien tuberkulosis tetapi sering karena reaktifasi proses laten yang terjadi
peritoneal, hanya 2 pasien (2,1%) yang dideteksi ada TBC pada peritoneum yang diperoleh melalui penyebaran
hematogen proses primer terdahulu.

882
TUBERKULOSIS PERITONEAL 883

PATOLOGI sampai 2 tahun dengan rata-rata lebih dari 16 minggu.


Keluhan yang paling sering iaIah; tidak ada nafsu
Dikenal tiga bentuk tuberkulosis peritoneal yaitu: makan, batuk dan demam. Variasi keluhan-keluhan pasien
tuberkulosis peritoneal menurut beberapa penulis (Tabel 1)
Bentuk eksudatif. Dikenal juga dalam bentuk yang basah
Pada pemeriksaan fisis gejala yang sering dijumpai
atau bentuk dengan asites yang banyak. Gejala yang
iaIah: asites, demam, pembengkakan perut dan nyeri, pucat
menonjol adalah perut yang membesardan berisi cairan
dan kelelahan. Tergantung lamanya keluhan, keadaan
asites. Pada bentuk ini perlengketan tidak banyak dijumpai.
umum pasien bisa masih cukup baik, sampai kedaan yang
Tuberkel sering dijumpai kecil-kecil b e r w a r n a putih
kurus dan kahektik. Pada perempuan sering dijumpai
kekuning-kuningan nampak tersebar di peritoneum atau
tuberkulosis peritoneal disertai oleh proses tuberkulosis
pada alat-alat tubuh yang berada di rongga peritoneum.
pada ovarium atau tuba, sehingga pada pemeriksaan alat
Bentuk ini paling dijumpai (95,5%).
genitalia bisa ditemukan tanda-tanda peradangan yang
Bentuk adesif. Dikenal j u g a d e n g a n bentuk kering sering sukar dibedakan dari kista ovari.
atau palastik. C a i r a n asites tidak banyak d i b e n t u k .
Usus dibungkus oleh peritoneum dan omentum yang
m e n g a l a m i reaksi fibrosis. Pada bentuk ini terdapat DIAGNOSIS
p e r l e n g k e t a n - p e r l e n g k e t a n a n t a r a p e r i t o n e u m dan
o m e n t u m . Perlengketan y a n g luas antara usus dan Laboratorium
peritoneum sering memberikan gambaran seperti tumor,
Pada pemeriksaan darah sering ditemui anemia penyakit
kadang-kadang terbentuk fisitel.
kronik, leukositosis ringan atau leukopenia, trombositosis
Bentuk campuran. Bentuk ini kadang-kadang disebut dan sering dijumpai laju endapan darah (LED) yang
bentuk kista. Pembentukan kista terjadi melalui proses meningkat. Sebagian besar pasien mungkin negatif uji
eksudasi dan adesi sehingga terbentuk cairan dalam tuberkulinnya. Uji faal hati terganggu dan sirosis hati
kantong-kantong perlengketan tersebut. tidak jarang ditemui bersama-sama dengan tuberkulosis
Pada kedua bentuk di atas peritoneum penuh dengan peritoneal.
nodul-nodul yang mengandung jaringan granuloma dan Pemeriksaan cairan asites umumnya memperlihatkan
tuberkel. eksudat dengan protein > 3 g/dl. Jumlah sel di antara
100-3000 sel/ml, biasanya lebih dari 90% limfosit. LDH
biasanya meningkat. Cairan asites yang purulen dapat
ditemukan, begitu j u g a cairan asites yang bercampur
GEJALA KLINIS
darah (serosanguineus). Basil tahan asam didapati hasilnya
Gejala klinis bervariasi, umunya keluhan dan gejala timbul kurang dari 5% yang positip dan kultur cairan ditemukan
perlahan-lahan, sering pasien tidak menyadari keadaan kurang dari 20 % yang positip. Ada beberapa peneliti
ini. Penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Dr Cipto yang mendapatkan hampir 66 % kultur BTA positip yang
Mangunkusumo lama keluhan berkisar dari 2 minggu akan meningkat sampai 8 3 % bila menggunakan kultur
cairan asites yang telah disentrifuge dengan jumlah cairan
lebih dari 1 liter. Hasil kultur cairan asites dapat diperoleh
Tabel 1. Keluhan-keluhan Pasien Tuberkulosis Peritoneal
dalam waktu 4-8 minggu.
Menurut Beberapa Penulis
Perbandingan albumin serum asites pada tuberkulosis
Sulaiman A Sandikci Manohar
peritoneal ditemukan rasionya <1,1 gr/dl namun hal
dkk dkk
Keluhan ini d a p a t j u g a d i j u m p a i pada k e a d a a n k e g a n a s a n ,
1975-1979 (135 ps) 1984-1988 sindrom nefrotik, penyakit pankreas, kandung empedu
(30 ps) % % (45 ps) %
atau jaringan ikat . Bila ditemukan rasionya > 1,1 gr/dl
Sakit perut 57 82 35,9
merupakan cairan asites akibat portal hipertensi.
Pembengkakan 50 96 73,1
Perbandingan glukosa asites dan darah pada
perut
tuberkulosis peritoneal tersebut < 0,96, sedangkan pasien
Batuk 40 - -
Demam 0 69 53,9 asites dengan penyebab lain rasionya > 0,96. Pemeriksaan
cairan asites lain yang sangat m e m b a n t u diagnosis
Keringat malam 6 - -
Anoreksia 30 73 46,9 tuberkulosis peritoneal, cepat dan non invasif adalah
Kelelahan 23 76 - pemeriksaan adenosin deaminase activity (ADA), interferon
Berat badan 23 80 44,1 g a m m a (IFNy), dan PCR. Menurut G i m e n e dkk nilai
turun ADA lebih dari 0,40 uKat/l mempunyai sensitifitas 100%
Mencret 20 - - dan spesifisitas 9 9 % untuk mendiagnosis tuberkulosis
884 TUBERKULOSIS

peritoneal. Menurut Gupta dkk nilai ADA 30 u/l mempunyai sonografi tuberkulosis peritoneal yang sering antara
sensitifitas 100% dan spesifisitas 9 4 , 1 % , serta mengurangi lain, cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga
positip palsu dari sirosis hati atau keganasan karena nilai a b d o m e n , abses d a l a m a b d o m e n , massa di d a e r a h
ADA nya 14 ± 10,6 u/l. ileosekal dan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal.
Hafta A dkk melakukan penelitian untuk Adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen
membandingkan konsentrasi ADA pada pasien tuberkulosis usus dan penebalan omentum, dapat dilihat dan harus
p e r i t o n e a l , t u b e r k u l o s i s peritoneal dan sirosis hati. diperiksa dengan seksama.
Didapatkan hasilnya 131,1 ± 38,1 u/l, 29 ± 18,6 u/l, dan
CT Scan. P e m e r i k s a a n CT Scan untuk t u b e r k u l o s i s
12,9 ± 7 u/l. Pada asites yang konsentrasi proteinnya
peritoneal tidak ada suatu gambaran yang khas, secara
rendah nilai A D A nya akan rendah s e h i n g g a dapat
umum ditemukan gambaran peritoneum yang berpasir.
menyebabkan negatif palsu. Oleh sebab itu pada kasus
Rodriguez dkk melakukan suatu penelitian yang
seperti ini dapat dilakukan pemeriksaan IFNy.
membandingkan tuberkulosis peritoneal dengan karsinoma
Fathy ME melaporkan angka sensitivitas IFNy 90,9%,
peritoneal. Didapatkan penemuan yang paling baik untuk
ADA 8 1 , 8 % dan PCR 3 6 , 3 % d e n g a n m a s i n g - m a s i n g
m e m b e d a k a n n y a dengan melihat gambaran CT scan
spesivisitas 1 0 0 % untuk m e n d i a g n o s i s t u b e r k u l o s i s
terhadap peritoneum parietalis. Bila peritoneumnya licin
peritoneal. Bhargava dkk melakukan penelitian terhadap
dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yang
konsentrasi ADA pada cairan asites dan serum pasien
jelas menunjukkan gambaran tuberkulosis peritoneal,
tuberkulosis peritoneal. Konsentrasi ADA 36 u/l pada
sedangkan karsinoma peritoneal terlihat adanya nodul yang
cairan asites dan 54 u/l pada serum dan perbandingan
tertanam dan penebalan peritoneum yang tak teratur.
konsentrasi ADA pada asites dan serum > 0,984
mendukung diagnosis tuberkulosis peritoneal. Peritoneoskopi. Peritoneoskopi cara yang terbaik untuk
Pemeriksaan yang lain adalah mengukur konsentrasi mendiagnosis tuberkulosis peritoneal. Tuberkel pada
CA-125 {cancer antigen 125). CA-125 merupakan antigen peritoneum yang khas akan terlihat pada lebih dari
y a n g t e r k a i t k a r s i n o m a o v a r i u m , a n t i g e n ini tidak 90% pasien dan biopsi dapat dilakukan dengan terarah,
ditemukan pada ovarium orang dewasa normal namun selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologi. Pada tuberkel
dilaporkan j u g a meningkat pada kista ovarium, gagal peritoneal ini dapat ditemui BTA hampir 7 5 % pasien
ginjal kronis, penyakit autoimun, pankreas, sirosis hati dan tuberkulosis peritoneal. Hasil histologi yang penting
tuberkulosis peritoneal. adalah didapatnya granuloma. Yang lebih spesifik lagi
Z a i n LH di m e d a n m e n e m u k a n p a d a 8 k a s u s adalah jika didapati granuloma dengan perkejuan.
tuberkulosis peritoneal dijumpai konsentrasi CA-125 G a m b a r a n y a n g dapat dilihat pada tuberkulosis
meninggi dengan konsentrasi rata-rata 370,7 u/ml (66,2- p e r i t o n e a l : 1). T u b e r k e l kecil a t a u p u n b e s a r pada
907 u/ml). Dengan demikian disimpulkan bahwa bila dinding peritoneum atau pada organ lain dalam rongga
dijumpai peninggian serum CA-125 disertai dengan cairan peritoneum seperti hati, omentum, ligamentum atau usus;
asites yang eksudat, jumlah sel > 350/m\ limfosit dominan 2). Perlengketan di antara usus, omentum, hati, kandung
maka tuberkulosis peritoneal dapat dipertimbangkan empedu dan peritoneum; 3). Penebalan peritoneum; 4).
sebagai diagnosa. Adanya cairan eksudat atau purulen, mungkin cairan
B e b e r a p a peneliti m e n g g u n a k a n C A - 1 2 5 untuk bercampur darah.
melihat respon p e n g o b a t a n seperti y a n g d i l a k u k a n Walaupun dengan cara peritoneoskopi tuberkulosis
Mas MR dkk yang menemukan CA-125 sama tingginya peritoneal dapat dikenal dengan mudah namun
dengan kanker ovarium 475,80 ± 106,19 u/ml dan setelah gambarannya dapat menyerupai penyakit lain seperti
pemberian obat antituberkulosis konsentrasi serum CA 125 peritonitis karsinomatosis. Karena itu pengobatan baru
menjadi 20,80 ± 5,18 u/ml (normal < 35 u/ml) setelah 4 diberikan bila hasil pemeriksaan histologi menyokong suatu
bulan pengobatan antituberkulosis. tuberkulosis peritoneal. Kadang-kadang peritoneoskopi
Teruya dkk pada tahun 2000 di Jepang menemukan tidak dapat dilakukan pada kasus dengan perlengketan
peningkatan konsentrasi CA 19-9 pada serum dan cairan jaringan yang luas, sehingga trokar sulit dimasukkan.
asites pasien tuberkulosis peritoneal, setelah diobati Pada keadaan seperti itu sebaiknya dilakukan laparatomi
selama 6 minggu dijumpai penurunan menjadi normal. diagnostik.

Laparatomi. Dahulu laparatomi eksplorasi merupakan


Pemeriksaan Penunjang
tindakan diagnosis yang sering dilakukan, namun saat
Ultrasonografi. Pada pemeriksaan ultrasonografi (USG) ini banyak penulis m e n g a n g g a p p e m b e d a h a n hanya
dapat dilihat adanya cairan dalam rongga peritoneum d i l a k u k a n j i k a cara lain y a n g lebih s e d e r h a n a tidak
y a n g bebas atau terfiksasi (dalam bentuk k a n t o n g - m e m b e r i k a n kepastian diagnosis atau j i k a dijumpai
k a n t o n g ) . M e n u r u t Ramaiya dan Walter gambaran indikasi yang mendesak seperti obstruksi usus.
TUBERKULOSIS PERITONEAL 885

PENGOBATAN Jakubowski A , Elwood R K , Enarson D A . Clinical features of


abdominal tiiberculosis. J Infect Dis. 1988;158 (4):687-92.
Lyche K D . Miscelaneous disease of the peritonium and mesentery.
Pengobatannya sama dengan tuberkulosis paru. Obat-
In: Grendell Jh, Mc Quaid KR, Friedman SL, editors. Current
obatan seperti streptomisin, INH, etambutol, rifampisin,
diagnosis and tieatment gastroenterology. New York: Pren-
pirazinamid memberikan hasil yang baik, perbaikan akan tice Hall International; 1996. p. 144-5.
terlihat dalan waktu 2 bulan. Lama pengobatan biasanya Mas MR, Comert B, Saglamkaya V. C a 125 a new marker for di-
mencapai 9 bulan sampai 18 bulan atau lebih. agnosis and follow up patients with tuberculous peritonitis.
Dig Liber dis. 2000:32;595-7.
Beberapa penulis berpendapat kortikosteroid dapat
Manohar A, Simjee A E , Haffejee A A , Pettengell K E . Symptom
mengurangi perlengketan peradangan dan mengurangi
and investigative findings in 145 patients with tuberculous
terjadinya asites. Terbukti j u g a k o r t i k o s t e r o i d dapat perionitis diagnosed by peritoneoscopy and biopsy over a
m e n g u r a n g i a n g k a k e s a k i t a n dan k e m a t i a n , namun five year period. Gut. 1990;31:1130-2.
pemberian kortikosteroid harus dicegah pada daerah Nafeh MA, Medhat A, Abdul Hameed A G , et al. Tuberculous
perionitis in Egypt: the value of laparoscopy in diagnosis.
endemis dimana terjadi resistensi terhadap mikobakterium
A m J Trop Med Hyg. 1992;47(4):470-7 (abstiact).
tuberkulosis.
Ramaiya L I , Walter DF. Sonographic features of tuberculous peri-
tonitis. Abdom Imaging. 1993;18 (l):23-6 (absh-act).
Rodriguez E, Pombo F. Peritoneal tuberculosis versus peritoneal
PROGNOSIS carsinomatosis distingtion based on C T findings. J Conput
assistttomogr. 1996;20;269-72.
Rosengat T K , Coppa G F . Abdominal mycobacterial infection
Prognosis tuberkulosis peritoneal cukup baik bila diagnosis
in immuno-compromised patients. A m J Surg. 1990;159
dapat ditegakkan dan biasanya akan sembuh dengan
(1):125-31.
pengobatan anti tuberkulosis yang adekuat. Sandikci M U , Colakoglu B, Ergun Y, et al. Presntation and role of
peritoneoscopy in the diagnosis of tuberculous peritonitis. J
Gastioenterol Hepatol. 1992;7 (3):298-301 (abstract).
Spiro H M . Peritoneal tuberculosis. Clinical gastroenterologi. 14"'
REFERENSI
edition. London: Mc Graw Hill Inc; 1993. p. 551-2.
Sulaiman H A . Peritonitis tuberkulosis. Gastroenterologi hepa-
Ahmad M. Tuberculous peritonitis: fatality associated with de-
tologi. Jakarta: Infomedika; 1990. p. 456-61.
layed diagnosis. South Med J. 1999:92:406-8.
Alrajhi A A , Halim MA, Al-hokail, et al. Corticosteroid treatment Teruya JU, Deguchi S, Takeshima Y, Nakachi A, Muto Y. Tuber-
of peritoneal tuberculosis. Clin infect Dis. 1998:27:52-6. culous peritonitis with high level of C a 19-9 in serum acitic
Bhargava D K , Gupta M, Nijhawan S, Dasarathy S. Adenosin fluid. Jpn J Gash-oenterol Surg. 2000;33:230-4.
deaminase achvity in peritoneal tuberculosis: diagnosric value Varon J. Corticosteroid for tuberculosis Available from: http://
in ascitic fluid and serum. Tubercle. 1990;71:121-6. www.postgrandmed .com/ issues/ 2000/04-00/ cc-cc-aproo.
Daniel. T M tuberculous peritonitis. Harrison's principles of in- hhn.
ternal medicine. 16"' edition. New York: M C Graw Hill Book Yanshan Xue, Zhi ji, Xiumei liu. Form of peritoneal ostosis by tu-
Co; 2005. p. 712. berculosis: C T findings with pathologic correlation Available
Ellis H . Primary and special types of peritonitis. In: Schawarz from:http//:www.Cmj.org/xueyanshanz:htm.
S, Ellis H , Hussic W C , editors. Maingots abdominal opera- Zain L H . Peran analisis cairan asites dan serum C a 125 dalam
tions. 1"' edition. New York: Prenticehall International inc; mendiagnosa T B C peritoneum. In: Acang, Nelwan R H H ,
1990:355-6. Syamsuru W, editors. Padang: K O P A P D I X; 1996. p. 95.
Fathy E M , E L Salam F A , Lashin A H . et al. A comparative study
of different procedures for diagnosis of tuberculosis ascites.
Available from:http://ww^.memberstripod.com/ejimunol-
ogy/prvious/jan 99-9.html.
Fox E. Tuberculous perionitis. Hunter's tropical medicine. 8"^ edi-
tion. London: WB Saunder Co; 2000. p. 503-4.
Gupta V K , Mukherjee S, Dutta SK, Mukherjee P. Diagnostic
evaluation of ascitic adenosine deaminase activity in tuber-
cular perionitis. J Assoc Physicians India. 1992;40 (6):387-9
(abstract).
Hafta A. Adenosin deaminase activity in the diagnosis of peri-
toneal tuberculosis with cirrhosis, http://wwwcu.edu.tr/
fakulterer/ tf / tfd/97-2-9.htm.
Ibrahim G , Gelzayd B, Demantia F, etal. CA-125 tumor associated
antigen in a patien with tuberculous peritonitis. Available
from: http://www.medscape.com/SMA / SMJ /1999V92nii/
smj9211.13.ibra/pntsmj921113.ibra.html.
Isaev GB, Guseinov SA, Gasanov V M , Aliva EA'Mirzoev EB. D i -
agnosis and treatment of tuberculos peritonitis. Khiruggiia
(Mosk). 1999;7:16-8.

Anda mungkin juga menyukai