118
TUBERKULOSIS PARU
Zulkifli Amin, Asril Bahar
863
864 TUBERKULOSIS
Robert Koch m e n g i d e n t i f i k a s i basil tahan asam perubahan dari struktur usia manusia yang hidup. 3).
M.tuberculosis untuk p e r t a m a kali s e b a g a i bakteri Perlindungan kesehatan yang tidak mencukupi pada
penyebab TB ini. la mendemontrasikan bahwa basil ini penduduk di kelompok yang rentan terutama dinegeri-
bisa dipindahkan kepada binatang yang rentan, yang negeri miskin. 4).Tidak memadainya pendidikan mengenai
akan memenuhi kriteria postulat Koch yang merupakan TB di antara para dokter. 5).Terlantar dan kurangnya
prinsip utama dari patogenesis mikrobial. Selanjutnya ia biaya untuk obat, sarana diagnostik, dan pengawasan
menggambarkan suatu percobaan yang memakai guinea kasus TB dimana terjadi deteksi dan tatalaksana kasus
pig, untuk memastikan observasinya yang pertama yang yang tidak adekuat. 6). Adanya epidemi HIV terutama di
m e n g g a m b a r k a n bahwa imunitas didapat mengikuti Afrika dan Asia.
infeksi primer sebagai suatu fenomena Koch. Konsep
dari pada imunitas yang didapat (acquired immunity)
diperlihatkan dengan pengembangan vaksin TB, satu E P I D E M I O L O G I T B DI I N D O N E S I A
vaksin yang sangat sukses, yaitu vaksin Bacillus Calmette
Guerin (BCG) dibuat dari suatu strain Mikobakterium Bovis, Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3
vaksin ini ditemukan oleh Albert Calmette dan Camille tertinggi di dunia setelah China dan India. Pada tahun
Guerin di Institut Pasteur Perancis dan diberikan pertama 1998 diperkirakan TB di C h i n a , India dan Indonesia
kali kemanusia pada tahun 1921. berturut turut 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000
Sejarah eradikasi TB dengan kemoterapi dimulai kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum yang positif
pada tahun 1944 ketika seorang perempuan umur 21 di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan
tahun dengan penyakit TB paru lanjut menerima injeksi survei kesehatan rumah tangga 1985 dan survai
pertama Streptomisin yang sebelumnya diisolasi oleh kesehatan nasional 2 0 0 1 , TB menempati ranking nomor
Selman Waksman. Segera disusul dengan penemuan asam 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.
para amino salisilik (PAS) .Kemudian dilanjutkan dengan Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24 %.
penemuan Isoniazid yang signifikan yang dilaporkan oleh Sampai sekarang angka kejadian TB di Indonesia relatif
Robitzek dan Selikoff 1952. Kemudian diikuti penemuan terlepas dari angka pandemi infeksi HIV karena masih
berturut-turut pirazinamid tahun 1954 dan Etambutol relatif rendahnya infeksi HIV, tapi hal ini mungkin akan
1952, Rifampisin 1963 yang menjadi obat utama TB berubah dimasa datang melihat semakin meningkatnya
sampai saat ini. laporan infeksi HIV dari tahun ketahun. Suatu survei
m e n g e n a i p r e v a l e n s i TB y a n g d i l a k s a n a k a n di 15
propinsi Indonesia tahun 1979-1982 diperlihatkan pada
EPIDEMIOLOGI GLOBAL tabel 1.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran granuloma berkembang menghancurkan jaringan
g e t a h b e n i n g m e n u j u hilus ( l i m f a n g i t i s lokal), dan ikat sekitarnya dan bagian tengahnya mengalami
j u g a diikuti pembesaran kelenjaf getah bening hilus nekrosis, menjadi lembek membentuk jaringan keju.
(limfadenitis regional). Sarang primer limfangitis lokal + Bila jaringan keju dibatukkan keluar akan terjadilah
limfadenitis regional = kompleks primer (Ranke). Semua kavitas. Kavitas ini mula-mula berdinding tipis, lama-
proses ini memakan waktu 3-8 minggu.Kompleks primer lama dindingnya menebal karena infiltrasi jaringan
ini selanjut-nya dapat menjadi: fibroblas dalam j u m l a h besar, sehingga menjadi
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat. Ini kavitas sklerotik (kronik). Terjadinya perkijuan dan
yang banyak terjadi. kavitas adalah karena hidrolisis protein lipid dan asam
Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa nukleat oleh ensim yang diproduksi oleh makrofag,
garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus, keadaan ini dan proses yang berlebihan sitokin dengan TNF-nya.
terdapat pada lesi pneumonia yang luasnya > 5 mm Bentuk perkijuan lain yang j a r a n g adalah cryptic
dan ± 10% di antaranya dapat terjadi reaktivasi lagi disseminate TB yang terjadi pada imunodefisiensi
karena kuman yang dormant. dan usia lanjut.
Berkomplikasi dan menyebar secara : a), per kontinui-
Di sini lesi sangat kecil, tetapi berisi bakteri sangat
t a t u m , yakni menyebar ke sekitarnya, b). secara
banyak. Kavitas dapat: a).Meluas kembali dan menimbul-
bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
kan sarang pneumonia baru. Bila isi kavitas ini masuk
paru di s e b e l a h n y a . Kuman dapat j u g a tertelan
dalam peredaran darah arteri, maka akan terjadi TB
bersama sputum dan ludah sehingga menyebar ke
miller. Dapatjuga masuk ke paru sebelahnya atau tertelan
usus, c).secara limfogen, ke organ tubuh lain-lainnya,
masuk lambung dan selanjutnya ke usus jadi TB usus.
d). secara hematogen, ke organ tubuh lainnya.
Sarang ini selanjutnya mengikuti perjalanan seperti yang
Semua kejadian di atas tergolong dalam perjalanan
disebutkan terdahulu. Bisa juga terjadi TB endobronkial
tuberkulosis primer.
dan TB endotrakeal atau empiema bila ruptur ke pleura;
b). memadat dan membungkus diri sehingga menjadi
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis
t u b e r k u l o m a . Tuberkuloma ini dapat m e n g a p u r dan
Sekunder)
menyembuh atau dapat aktif kembali menjadi cair dan jadi
Kuman yang dormant pada tuberkulosis primer akan
kavitas lagi. Komplikasi kronik kavitas adalah kolonisasi
muncul bertahun-tahun kemudian sebagai infeksi
oleh fungus seperti Aspergillus dan kemudian menjadi
endogen menjadi tuberkulosis dewasa (tuberkulosis post
mycetoma; c. bersih dan menyembuh, disebut open healed
primer = TB pasca primer = TB sekunder). Mayoritas
cavity. Dapatjuga menyembuh dengan membungkus diri
reinfeksi mencapai 90%. Tuberkulosis sekunder terjadi
menjadi kecil. Kadang-kadang berakhir sebagai kavitas
karena imunitas menurun seperti malnutrisi, alkohol,
yang terbungkus, menciut dan berbentuk seperti bintang
penyakit maligna, diabetes, AIDS, gagal ginjal. Tuberkulosis
disebut stellate shaped.
pasca-primer ini dimulai dengan sarang dini yang berlokasi
di regio atas paru (bagian apikal-posterior lobus superior Secara keseluruhan akan terdapat 3 macam sarang
atau inferior). Invasinya adalah ke daerah parenkim paru- yakni: 1). Sarang yang sudah sembuh. Sarang bentuk ini
paru dan tidak ke nodus hiler paru. tidak perlu pengobatan lagi; 2). Sarang aktif eksudatif.
Sarang bentuk ini perlu pengobatan yang lengkap dan
Sarang dini ini mula-mula j u g a berbentuk sarang
s e m p u r n a ; 3). Sarang yang berada antara aktif dan
pneumonia kecil. Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi
sembuh. Sarang bentuk ini dapat sembuh spontan, tetapi
tuberkel yakni suatu granuloma yang terdiri dari sel-sel
Histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak mengingat kemungkinan terjadinya eksaserbasi kembali,
inti) yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai sebaiknya diberi pengobatan yang sempurna j u g a .
jaringan ikat.
TB pasca primer j u g a dapat berasal dari infeksi
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
eksogen dari usia muda menjadi TB usia tua (elderly tuber-
culosis). Tergantung dari jumlah kuman, virulensi-nya dan
Sampai sekarang belum ada kesepakatan di antara para
imunitas pasien, sarang dini ini dapat menjadi:
klinikus, ahli radiologi, ahli patologi, mikrobiologi dan ahli
Direabsorbsi kembali dan sembuh tanpa meninggal-
kesehatan masyarakat tentang keseragaman klasifikasi
kan cacat.
t u b e r k u l o s i s . Dari s i s t e m lama d i k e t a h u i b e b e r a p a
Sarang yang mula-mula meluas, tetapi segera
klasifikasi seperti:
menyembuh dengan serbukan jaringan fibrosis. Ada
yang membungkus diri menjadi keras, menimbulkan Pembagian secara patologis
p e r - k a p u r a n . S a r a n g dini y a n g m e l u a s s e b a g a i Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
TUBERKULOSIS PARU 867
malam dll. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
terjadi hilang timbul secara tidak teratur.
Pada saat ini pemeriksaan radiologis dada merupakan
cara yang praktis untuk menemukan lesi tuberkulosis.
P E M E R I K S A A N FISIS Pemeriksaan ini m e m a n g m e m b u t u h k a n biaya lebih
dibandingkan pemeriksaan sputum, tetapi dalam
Pemeriksaan pertama terhadap keadaan umum pasien beberapa hal ia memberikan keuntungan seperti pada
mungkin ditemukan konjungtiva mata atau kulit yang tuberkulosis anak-anak dan tuberkulosis milier Pada kedua
pucat karena anemia, suhu demam (subfebris), badan hal di atas diagnosis dapat diperoleh melalui pemeriksaan
kurus atau berat badan menurun. radiologis dada, sedangkan pemeriksaan sputum hampir
Pada pemeriksaan fisis pasien sering tidak menunjukkan selalu negatif.
suatu kelainan pun terutama pada kasus-kasus dini atau Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks
yang sudah terinfiltrasi secara asimtomatik. Demikian paru (segmen apikal lobus atas atau segmen apikal lobus
j u g a bila sarang penyakit terletak di dalam, akan sulit bawah), tetapi dapatjuga mengenai lobus bawah (bagian
menemukan kelainan pada pemeriksaan fisis, karena inferior) atau di daerah hilus menyerupai tumor paru
hantaran getaran/suara yang lebih dari 4 cm ke dalam paru (misalnya pada tuberkulosis endobronkial).
sulit dinilai secara palpasi, perkusi dan auskultasi. Secara Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-
anamnesis dan pemeriksaan fisis, TB paru sulit dibedakan sarang pneumonia, gambaran radiologis berupa bercak-
dengan pneumonia biasa. bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak
Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka bayangan
a d a l a h b a g i a n a p e k s ( p u n c a k ) p a r u . Bila d i c u r i g a i terlihat berupa bulatan dengan batas yang tegas. Lesi ini
adanya infiltrat yang agak luas, maka didapatkan perkusi dikenal sebagai tuberkuloma.
yang redup dan auskultasi suara napas bronkial. Akan Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-
didapatkan j u g a suara napas tambahan berupa ronki mula berdinding tipis. Lama-lama dinding jadi sklerotik
basah, kasar, dan nyaring. Tetapi bila infiltrat ini diliputi dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis terlihat bayangan
oleh penebalan pleura, suara napasnya menjadi vesikular yang bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya tampak
melemah. Bila terdapat kavitas yang cukup besar, perkusi sebagai bercak-bercak padat dengan densitas tinggi.
memberikan suara hipersonor atau timpani dan auskultasi Pada atelektasis terlihat seperti fibrosis yang luas disertai
memberikan suara amforik. penciutan yang dapat terjadi pada sebagian atau satu
Pada tuberkulosis paru yang lanjut dengan fibrosis lobus maupun pada satu bagian paru.
yang luas sering ditemukan atrofi dan retraksi otot-otot Gambaran tuberkulosis milier terlihat berupa bercak-
inter-kostal. Bagian paru yang sakit jadi menciut dan bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh
menarik isi mediastinum atau paru lainnya. Paru yang lapangan paru.
sehat menjadi lebih hiperinflasi. Bila jaringan fibrotik Gambaran radiologis lain yang sering menyertai
amat luas yakni lebih dari setengah j u m l a h j a r i n g a n tuberkulosis paru adalah penebalan pleura (pleuritis),
paru-paru, akan terjadi pengecilan daerah aliran darah m a s s a c a i r a n di bagian b a w a h paru (efusi p l e u r a /
paru dan s e l a n j u t n y a m e n i n g k a t k a n t e k a n a n arteri empiema), bayangan hitam radiolusen di pinggir paru/
pulmonalis (hipertensi pulmonal) diikuti terjadinya kor pleura (pneumotoraks).
pulmonal dan gagal jantung kanan. Di sini akan didapatkan Pada satu foto dada sering didapatkan bermacam-
tanda-tanda kor pulmonal dengan gagal jantung kanan macam bayangan sekaligus (pada tuberkulosis yang sudah
seperti takipnea, takikardia, sianosis, right ventricular lanjut) seperti infiltrat, garis-garis fibrotik, kalsifikasi,
lift, right atrial gallop, murmur Graham-Steel, bunyi P2 kavitas (non sklerotik/sklerotik) maupun atelektasis dan
yang mengeras, tekanan vena jugularis yang meningkat, emfisema.
hepatomegali, asites, dan edema. Tuberkulosis sering memberikan gambaran yang aneh-
Bila tuberkulosis mengenai pleura, sering terbentuk aneh, terutama gambaran radiologis, sehingga dikatakan
efusi pleura. Paru yang sakit terlihat agak tertinggal tuberculosis is the greatest imitator Gambaran infiltrasi dan
dalam pernapasan. Perkusi memberikan suara pekak. tuberkuloma sering diartikan sebagai pneumonia, mikosis
Auskultasi memberikan suara napas yang lemah sampai paru, karsinoma bronkus atau karsinoma metastasis.
tidak terdengar sama sekali. Gambaran kavitas sering diartikan sebagai abses paru.
Di samping itu perlu diingat juga faktor kesalahan dalam
Dalam penampilan klinis, TB paru sering asimtomatik
membaca foto. Faktor kesalahan ini dapat mencapai 25%.
dan penyakit baru dicurigai d e n g a n d i d a p a t k a n n y a
Oleh sebab itu untuk diagnostik radiologi sering dilakukan
kelainan radiologis dada pada pemeriksaan rutin atau uji
juga foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi dan foto
tuberkulin yang positif.
dengan proyeksi densitas keras.
TUBERKULOSIS PARU 869
Adanya bayangan (lesi) pada foto dada, bukanlah mendapatkan angka-angka yang lebih rendah. Sungguh-
menunjukkan adanya aktivitas penyakit, kecuali suatu pun begitu PAP-TB ini masih dapat dipakai, tetapi kurang
infiltrat yang betul-betui nyata. Lesi penyakit yang sudah b e r m a n f a a t bila d i g u n a k a n sebagai sarana t u n g g a l
non-aktif, sering menetap selama hidup pasien. Lesi untuk diagnosis TB. Prinsip dasar uji PAP-TB ini adalah
yang berupa fibrotik, kalsifikasi, kavitas, schwarte, sering menentukan adanya antibodi IgG yang spesifik terhadap
dijumpai pada orang-orang yang sudah tua. antigen M.tuberculosae. Sebagai antigen dipakai polimer
P e m e r i k s a a n khusus y a n g k a d a n g - k a d a n g j u g a sitoplasma M.tuberculin var bovis BCG yang dihancurkan
diperlukan adalah bronkografi, yakni untuk melihat secara ultrasonik dan dipisahkan secara ultrasentrifus.
kerusakan bronkus atau paru yang disebabkan oleh Hasil uji PAP-TB dinyatakan patologis bila pada titer
tuberkulosis. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan bila 1:10.000 didapatkan hasil uji PAP-TB positif. Hasil positif
pasien akan menjalani pembedahan paru. palsu kadang-kadang masih didapatkan pada pasien
Pemeriksaan radiologis dada yang lebih canggih dan reumatik, kehamilan dan masa 3 bulan revaksinasi BCG.
saat ini sudah banyak dipakai di rumah sakit rujukan adalah Uji serologis lain terhadap TB yang hampir sama cara
Computed Tomography Scanning (CT Scan). Pemeriksaan dan nilainya dengan uji PAP-TB adalah uji Mycodot. Di sini
ini lebih superior dibanding radiologis biasa. Perbedaan dipakai antigen LAM (Lipoarabinomannan) yang diiekatkan
densitas jaringan terlihat lebih jelas dan sayatan dapat pada suatu alat berbentuk sisir plastik. Sisir ini dicelupkan
dibuat transversal. ke dalam serum pasien. Antibodi spesifik anti LAM dalam
Pemeriksaan lain yang lebih canggih lagi adalah serum akan terdeteksi sebagai perubahan warna pada sisir
Magnetic Resonance Imaging (MRI). Pemeriksaan MRI ini yang intensitasnya sesuai dengan jumlah antibodi.
tidak sebaik CT Scan, tetapi dapat mengevaluasi proses-
proses dekat apeks paru, tulang belakang, perbatasan Sputum
dada-perut. Sayatan bisa dibuat transversal, sagital dan Pemeriksaan sputum adalah penting karena dengan
koronal. ditemukannya kuman BTA, diagnosis tuberkulosis sudah
dapat dipastikan. Di samping itu pemeriksaan sputum
juga dapat memberikan evaluasi terhadap pengobatan
PEMERIKSAAN LABORATORIUM yang sudah diberikan. Pemeriksaan ini mudah dan murah
sehingga dapat dikerjakan di lapangan (puskesmas).
Darah Tetapi kadang-kadang tidak mudah untuk mendapat
sputum, terutama pasien yang tidak batuk atau batuk
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian, karena
yang non produktif. Dalam hal ini dianjurkan satu hari
hasilnya kadang-kadang meragukan, hasilnya tidak sensitif
dan juga tidak spesifik. Pada saat tuberkulosis baru mulai sebelum pemeriksaan sputum, pasien dianjurkan minum
(aktif) akan didapatkan j u m l a h leukosit yang sedikit air sebanyak + 2 liter dan diajarkan melakukan refleks
meninggi dengan hitung jenis pergeseran ke kiri. Jumlah batuk. Dapatjuga dengan memberikan tambahan obat-
limfosit masih di bawah normal. Laju endap darah mulai obat mukolitik eks-pektoran atau dengan inhalasi larutan
meningkat. Bila penyakit mulai sembuh, jumlah leukosit garam hipertonik selama 20-30 menit. Bila masih sulit,
kembali normal dan jumlah limfosit masih tinggi. Laju sputum dapat diperoleh dengan cara bronkoskopi diambil
endap darah mulai turun ke arah normal lagi. dengan brushing atau bronchial v\/ashing atau BAL (broncho
Hasil pemeriksaan darah lain didapatkan j u g a : 1). alveolar lavage). BTA dari sputum bisa juga didapat dengan
A n e m i a ringan d e n g a n g a m b a r a n n o r m o k r o m dan cara bilasan lambung. Hal ini sering dikerjakan pada anak-
normositer; 2). G a m a globulin meningkat; 3). Kadar anak karena mereka sulit mengeluarkan dahaknya. Sputum
natrium darah menurun. Pemeriksaan tersebut di atas yang akan diperiksa hendaknya sesegar mungkin.
nilainya juga tidak spesifik. Bila sputum sudah didapat, kuman BTA pun kadang-
Pemeriksaan serologis yang pernah dipakai adalah kadang sulit ditemukan. Kuman baru dapat ditemukan bila
reaksi Takahashi. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan bronkus yang terlibat proses penyakit ini terbuka ke luar,
proses tuberkulosis masih aktif atau tidak. Kriteria positif sehingga sputum yang mengandung kuman BTA mudah
yang dipakai di Indonesia adalah titer 1/128. Pemeriksaan ke luar. Diperkirakan di Indonesia terdapat 50% pasien
ini juga kurang mendapat perhatian karena angka-angka BTA positif tetapi kuman tersebut tidak ditemukan dalam
positif palsu dan negatif palsunya masih besar. sputum mereka.
Belakangan ini terdapat pemeriksaan serologis yang Kriteria sputum BTA positif adalah bila sekurang-
banyak j u g a dipakai yakni Peroksidase Anti Peroksida kurangnya ditemukan 3 batang kuman BTA pada satu
(PAP-TB) yang oleh beberapa peneliti mendapatkan nilai sediaan. Dengan kata lain diperlukan 5.000 kuman dalam
sensitivitas dan spesifisitasnya cukup tinggi (85-95%), 1 mL sputum.
tetapi beberapa peneliti lain m e r a g u k a n n y a karena Untuk pewarnaan sediaan dianjurkan memakai cara
870 TUBERKULOSIS
Tan Thiam Hok yang merupakan modifikasi gabungan cara Tes tuberkulin hanya menyatakan apakah seseorang
pulasan Kinyoun dan Gabbet. individu s e d a n g atau p e m a h m e n g a l a m i infeksi M.
Cara pemeriksaan sediaan sputum yang dilakukan adalah : tuberculosae, M. bovis, vaksinasi BCG dan Mycobacteria
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen lainnya. Dasar tes tuberkulin ini adalah reaksi
biasa. alergi tipe l a m b a t . Pada p e n u l a r a n d e n g a n k u m a n
Pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop patogen baik yang virulen ataupun tidak (Mycobacterium
fluoresens (pewarnaan khusus) tuberculosae atau BCG) tubuh manusia akan mengadakan
Pemeriksaan dengan biakan (kultur) reaksi imunologi dengan dibentuknya antibodi selular
Pemeriksaan terhadap resistensi obat. pada permulaan dan kemudian diikuti oleh pembentukan
Pemeriksaan dengan mikroskop fluoresens dengan antibodi humoral yang dalam perannya akan menekankan
sinar ultra violet walaupun sensitivitasnya tinggi sangat antibodi selular
j a r a n g dilakukan, karena pewarnaan yang dipakai Bila pembentukan antibodi selular cukup misalnya
(auramin-rho-damin) dicurigai bersifat karsinogenik. pada penularan dengan kuman yang sangat virulen dan
Pada p e m e r i k s a a n d e n g a n b i a k a n , s e t e l a h 4-6 jumlah kuman sangat besar atau pada keadaan di mana
minggu p e n a n a m a n sputum dalam medium biakan, pembentukan antibodi humoral amat berkurang (pada
koloni kuman tuberkulosis mulai tampak. Bila setelah 8 h i p o g a m a - g l o b u l i n e m i a ) , maka akan mudah terjadi
minggu penanaman koloni tidak j u g a tampak, biakan penyakit sesudah penularan.
dinyatakan negatif. Medium biakan yang sering dipakai Setelah 4 8 - 7 2 j a m t u b e r k u l i n d i s u n t i k k a n , akan
yaitu Lowenstein Jensen, Kudoh atau Ogawa. timbul reaksi berupa indurasi kemerahan yang terdiri dari
Saat ini sudah dikembangkan pemeriksaan biakan infiltrat limfosit yakni reaksi persenyawaan antara antibodi
sputum BTA dengan cara Bactec (Bactec 400 Radiometric selular dan antigen tuberkulin. Banyak sedikitnya reaksi
System), di mana kuman sudah dapat dideteksi dalam persenyawaan antibodi selular dan antigen tuberkulin
7-10 hari. Di samping itu dengan teknik Polymerase Chain amat dipengaruhi oleh antibodi humoral, makin besar
Reaction (PGR) dapat dideteksi DNA kuman TB dalam pengaruh antibodi humoral, makin kecil indurasi yang
waktu yang lebih cepat atau mendeteksi M.tuberculosae ditimbulkan.
yang tidak tumbuh pada sediaan biakan. Dari hasil biakan Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, hasil tes Mantoux
biasanya dilakukan juga pemeriksaan terhadap resistensi ini dibagi dalam : 1). Indurasi 0-5 mm (diameternya):
Mantoux negatif = golongan no sensitivity. Di sini peran
obat dan identifikasi kuman.
antibodi humoral paling menonjol; 2). Indurasi 6-9 mm:
Kadang-kadang dari hasil pemeriksaan mikroskopis
hasil meragukan= golongan low grade sensitivity. Di sini
biasa terdapat kuman BTA (positif), tetapi pada biakan
peran antibodi humoral masih menonjol; 3). Indurasi 10-15
hasilnya negatif. Ini terjadi pada fenomen dead bacilli
mm: Mantoux positif = golongan normal sensitivity. Di sini
atau non culturable bacilli yang disebabkan keampuhan
peran kedua antibodi seimbang; 4). Indurasi lebih dari 15
panduan obat antituberkulosis jangka pendek yang cepat
mm : Mantoux positif kuat = golongan hypersensitivity. Di
mematikan kuman BTA dalam waktu pendek.
sini peran antibodi selular paling menonjol.
Untuk pemeriksaan BTA sediaan mikroskopis biasa
Biasanya hampir seluruh pasien tuberkulosis
dan sediaan biakan, bahan-bahan selain sputum dapat
m e m b e r i k a n r e a k s i Mantoux y a n g positif ( 9 9 , 8 % ) .
juga diambil dari bilasan bronkus, jaringan paru, pleura,
Kelemahan tes ini juga terdapat positif palsu yakni pada
cairan pleura, cairan lambung, jaringan kelenjar, cairan
pemberian BCG atau terinfeksi dengan Mycobacterium
serebrospinal, urin, dan tinja.
lain. Negatif palsu lebih banyak ditemui daripada positif
palsu.
Tes T u b e r k u l i n Hal-hal yang memberikan reaksi tuberkulin berkurang
Pemeriksaan ini masih banyak dipakai untuk membantu (negatif palsu) yakni:
menegakkan diagnosis tuberkulosis terutama pada anak- Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberkulosis.
anak (balita). Biasanya dipakai tes Monfot/x yakni dengan Anergi, penyakit sistemik berat (Sarkoidosis, LE).
menyuntikkan 0,1 cc tuberkulin PPD. (Purified Protein Penyakit eksantematous dengan panas yang akut:
Derivative) intrakutan berkekuatanS morbili, cacar air, poliomielitis.
T.U. (intermediate strength). Bila ditakutkan reaksi Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limfo-
hebat dengan 5 T.U. dapat diberikan dulu 1 atau 2 T.U retikular (Hodgkin)
(first strength). Kadang-kadang bila dengan 5 T.U. masih Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-
memberikan hasil negatif dapat diulangi dengan 250 T.U. obat imunosupresi lainnya.
(second strength). Bila dengan 250 T.U. masih memberikan Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan.
hasil negatif, berarti tuberkulosis dapat disingkirkan. Umumnya Untuk pasien dengan HIV positif, test Mantoux ± 5
tes Mantouks dengan 5 T U . saja sudah cukup berarti. mm, dinilai positif.
TUBERKULOSIS PARU 871
119
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR
Zulkifli Amin, Asril Bahar
873
874 TUBERKULOSIS
terjadi mutasi 1 basil resisten dari 10 basil yang ada. awal (inisial) dan fase sterilisasi (lanjutan). Obat yang
Kennungkinan terjadinya resistensi spontan terhadap dua bersifat bakterisidal aktif belum tentu merupakan obat
macam obat merupakan hasil probabilitas masing-masing sterilisator terbaik dan obat y a n g efektif pada fase
obat, sehingga penggunaan dua macam obat yang aktif sterilisasi belum tentu obat bakterisidal yang paling aktif
umumnya dapat mencegah perkembangan resistensi Telah diketahui bahwa obat H merupakan bakterisidal
sekunder Obat antituberkulosis mempunyai kemampuan yang paling poten, sedangkan obat R dan Z merupakan
yang berbeda dalam mencegah terjadinya resistensi sterilisator yang paling efektif. Pada binatang percobaan,
terhadap obat lainnya. Obat H dan R merupakan obat yang obat H dapat menghambat aktivitas sterilisasi dari obat
paling efektif, E dan S dengan kemampuan menengah, R dan Z.
sedangkan Z adalah yang efektivitasnya terkecil. Daftar efek obat yang digunakan untuk terapi jangka
pendek berdasarkan data dari laboratorium dan penetian
Kedua. Bahwa penyembuhan penyakit membutuhkan
klinis. Populasi basil yang terbesar terdiri dari: a), basil
pengobatan yang baik setelah perbaikan gejala klinisnya,
yang metabolismenya aktif yang cepat terbunuh oleh
perpanjangan lama pengobatan diperlukan untuk meng-
obat berkemampuan bakterisidal terutama H, b). obat R
eliminasi basil yang persisten. Basil persisten ini merupakan
terutama efektif terhadap basil yang dorman dan yang
suatu p o p u l a s i kecil y a n g m e t a b o l i s m e n y a inaktif.
muncul berlipat ganda secara periodik, c). populasi lain,
Pengobatan yang tidak memadai akan mengakibatkan
yang terdiri dari basil yang terdapat di lingkungan asam
bertambahnya kemungkinan k e k a m b u h a n , beberapa
(basil intrasel dan basil yang terdapat di dalam lokasi
bulan-tahun mendatang setelah seolah tampak sembuh.
perkijuan), yang terutama peka terhadap efek obat Z,
Resimen pada pengobatan sekitar tahun 1950-1960
d). mungkin suatu populasi basil yang metabolismenya
memerlukan waktu 18-24 bulan untuk jaminan menjadi
inaktif yang tidak dapat dipengaruhi oleh obat apapun,
sembuh. Dengan adanya cara pengobatan pada masa kini
dan banya dapat dieliminasi oleh respons imun pejamu.
(metode DOTS) yang menggunakan paduan beberapa
(Gambar 1).
obat, pada umumnya pasien tuberkulosis berhasil di-
sembuhkan secara baik dalam waktu 6 bulan. Kegagalan
Kemoterapi Bertujuan:
menyelesaikan program masa pengobatan suatu kategori
Mengobati pasien dengan sesedikit mungkin
merupakan penyebab dari kekambuhan.
m e n g g a n g g u aktivitas hariannya, dalam periode
Berdasarkan prinsip tersebut, program pengobatan
pendek, tidak memandang apakah dia peka atau
tuberkulosis dibagi menjadi 2 fase, yaitu: fase bakterisidal
resisten terhadap obat yang ada.
Tinggi
H (R,S,M)
Tumbuh aktif
R
Kecepatan
Pertumbuhan
Kuman
B
Metabolisme
Kadang-kadang Hambatan
D
aktif asam
Dorman
Rendah
Gambar 1. Hipotesis populasi M. Tuberctttosis. Bagian-bagian populasi basil yang dibunuh oleh
obat tertentu (Mitchison, 1998. Mycobacteria II, 1* ed.; p. 34)
Keterangan
A basil tumbuh aktif, terutama dibunuh oleh isoniazid
B basil semi-dorman, kadang-kadang metabolisme aktif
C basil semi-dorman dalam suasana asam, dibunuh oleh pirazinamide
D basil dorman murni, tidak dapat dibunuh oleh obat
876 TUBERKULOSIS
Mencegah kematian atau komplikasi lanjut akibat mempunyai efek bakteriostatis, tetapi bila dikombinasikan
penyakitnya. dengan INH dan Rifampisin terbukti bisa mencegah
Mencegah kambuh terjadinya resisten obat. Streptomisin merupakan salah
Mencegah munculnya resistensi obat satu obat antituberkulos pertama yang ditemukan. Strepto-
Mencegah lingkungannya dari penularan misin ini suatu antibiotik golongan aminoglikosida yang
harus diberikan secara parenteral dan bekerja mencegah
Obat-obatan TB dapat diklasifikasi menjadi dua jenis
pertumbuhan organisme ekstraselular. Kekurangan
resimen,yo/fu obat- lapis pertama dan lapis kedua. Kedua
obat ini adalah efek samping toksik pada saraf kranial
lapisan obat ini diarahkan ke penghentian pertumbuhan
kedelapan yang dapat menyebabkan disfungsi vestibular
basil, p e n g u r a n g a n basil dorman dan pencegahan
dan/atau hilangnya pendengaran. Obat tuberkulosis yang
terjadinya resistensi. Obat-obatan lapis pertama terdiri
aman diberikan pada perempuan hamil adalah isoniazid,
dari Isoniazid (INH), Rifampicin, Pyrazinamide, Ethambutol
rifampisin dan etambutol. Obat lapisan kedua dicadangkan
dan Streptomycin. Obat-obatan lapis kedua mencakup
untuk pengobatan kasus-kasus resistan multi-obat.
Rifabutin, Ethionamide, Cycloserine, Para-Amino Salicylic
Pengobatan TB memerlukan waktu sekurang-
acid. Clofazimine, Aminoglycosides di luar Streptomycin
kurangnya 6 bulan agar dapat mencegah perkembangan
dan Quinolones.
resistensi obat. Oleh karena itu, WHO telah menerapkan
Isoniazid (INH) mempunyai kemampuan bakterisidal
strategi DOTS d i m a n a t e r d a p a t p e t u g a s k e s e h a t a n
TB yang terkuat. Mekanisme kerjanya adalah menghambat
tambahan yang berfungsi secara ketat mengawasi pasien
cell-wall biosynthesis pathway. INH dianggap sejenis obat
minum obat untuk memastikan kepatuhannya. W H O
yang aman; efek samping utamanya antara lain hepatitis
j u g a telah menetapkan resimen pengobatan standar
dan neuropati perifer karena interferensi fungsi biologi
yang membagi pasien menjadi empat kategori berbeda
vitamin B6 atau piridoksin. Rifampisin juga merupakan
menurut definisi kasus tersebut (Tabel 2).
obat anti TB yang ampuh, dia menghambat polimerase
DNA-dependent ribonucleic acid (RNA) M. tuberculosis. Efek
Resimen Pengobatan Saat Ini (metode DOTS)
samping yang sering diakibatkannya antara lain hepatitis,
Keterangan Lengkap
flu-like syndrome's dan trombo-sitopenia. Rifampisin
meningkatkan metabolisme hepatik kontrasepsi oral Kategori I. Pasien tuberkulosis paru (TBP) dengan sputum
sehingga dosis kontrasepsi oral harus d i t i n g k a t k a n . BTA positif dan kasus baru, TBP lainnya dalam keadaan TB
Pirazinamid merupakan obat bakterisidal untuk organisme berat, seperti meningitis tuberkulosis, miliaris, perikarditis,
intraselular dan agen antituberkulos ketiga yang j u g a peritonitis, pleuritis masif atau bilateral, spondilitis
cukup a m p u h . Pirazinamid hanya diberikan untuk 2 dengan gangguan neurologik, sputum BTA negatif tetapi
bulan pertama pengobatan. Efek samping yang sering kelainan di paru luas, tuberkulosis usus dan saluran
diakibatkannya adalah hepatotoksisitas dan hiperurisemia. kemih. Pengobatan fase inisial resimennya terdiri dari 2
E t a m b u t o l s a t u - s a t u n y a o b a t lapis p e r t a m a y a n g HRZS (E), setiap hari selama dua bulan obat H, R, Z dan S
Resimen Pengobatan'
Kategori Pasien TB
Fase Awal Fase Lanjutan
TBP sputum BTA positif baru Bentuk TBP berat, TB ekstra-paru 2 SHRZ (EHRZ) 6 HE
(berat), TBP BTA-negatif 2 SHRZ (EHRZ) 4 HR
2 SHRZ (EHRZ) 4 H3R,
Relaps 2 S H Z E / 1 HRZE 5 H3R3E3
Kegagalan peng-obatan 2 S H Z E / 1 HRZE 5 HRE
Kembali ke default
TBP sputum BTA-negatif 2 HRZ atau 2 H,R,Z HE
"3' ' 3 '
TB ekstra-paru (menengah berat) 2 HRZ atau 2 H3R3Z3 HR/4H
2 HRZ atau 2 H3R3Z3 H3R3/4H
Kasus kronis (masih BTA-positif setelah pengobatan ulang yang Tidak dapat diaplikasikan (mempertimbang-
disupervisi) kan menggunakan obat-obatan barisan
kedua)
Singkatan: TB = TB; TBP = Tuberkulosis paru; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z = Pirazinamide; E = Etambutol
Membaca resimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ) / 4 H 3 R 3 menunjukkan sebuah resimen untuk 2 bulan di antara obat-obatan
etambutol, isoniazid, rifampisin dan pirazinamide yang diberikan setiap hari yang diikuti dengan 4 bulan isoniazid dan rifampisin
yang diberikan tiap hari atau 3 kali seminggu.
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 877
atau E. Sputum BTA awal yang positif setelah dua bulan Pengobatan tuberkulosis pada anak-anak tidak meng-
diharapkan menjadi negatif, dan kemudian dilanjutkan ke ikutsertakan etambutol (kecuali terjadi resistensi INH atau
fase lanjutan 4HR atau 4 H 3 R 3 atau 6HE. Apabila sputum anak tersebut menunjukkan gejala tuberkulosis dewasa
BTA masih tetap positif setelah dua bulan, fase intensif seperti infiltrat pada lobus atas dan kavitas).
diperpanjang dengan 4 minggu lagi, tanpa melihat apakah Pemberian obat pada fase lanjutan akan diperpanjang
sputum sudah negatif atau tidak. menjadi 7 bulan (total pengobatan 9 bulan) jika tidak
diberikan pirazinamid pada fase inisiai.
Kategori 2. Pasien kasus kambuh atau gagal dengan
S a l a h s a t u m a s a l a h u t a m a p e n g o b a t a n TB ini
sputum BTA positif. Pengobatan fese insial terdiri dan
adalah munculnya strain M. tuberculosis yang bersifat
2HRZES/1 HRZE, yaitu R dengan H, Z, E setiap hari selama 3
resistensi ganda terhadap obat primer. Resistensi ganda
bulan, ditambah dengan S selama 2 bulan pertama. Apabila
dapat berkembang dengan salah satu dari dua cara
sputum BTA menjadi negatif, fase lanjutan bisa segera
berikut ini yaitu resisten obat primer dan resistensi
dimulai. Apabila sputum BTA masih positif pada minggu
obat sekunder. Resistensi obat primer b e r k e m b a n g
ke-12, fase inisiai dengan 4 obat dilanjutkan 1 bulan lagi.
pada seseorang y a n g belum menerima pengobatan
Bila akhir bulan ke-4 sputum BTA masih positif, semua obat
TB sebelumnya, yaitu mereka yang terinfeksi dengan
dihentikan selama 2-3 hari dan dilakukan kultur sputum
strain resistan, sedangkan resistensi sekunder atau yang
untuk uji kepekaan. obat dilanjutkan memakai resimen
diperoleh [acquired resistance) merujuk ke resistensi
fase lanjutan, yaitu 5H3R3E3 atau 5HRE.
yang berkembang selama periode pengobatan. Jenis
Kategori 3. Pasien TBP dengan sputum BTA negatif tetapi resistensi sekunder khususnya merupakan akibat
kelainan paru tidak luas dan kasus ekstra-pulmonal (selain resimen atau lama pengobatan yang kurang memadai.
dari kategori I). Pengobatan fase inisiai terdiri dari 2HRZ Agar dapat dicegah, penemuan atau penambahan modus
atau 2 H 3 R 3 E 3 Z 3 , yang diteruskan dengan fase lanjutan pengobatan lain yang lebih ampuh sangat dibutuhkan
2HR atau H 3 R 3 . dengan salah satu tujuannya dapat mengurangi j a n g k a
waktu pengobatan. Pada akhirnya, mungkin beberapa
Kategori 4. Tuberkulosis kronik. Pada pasien ini mungkin
obat yang berperan sebagai imunomodulator berpotensi
mengalami resistensi ganda, sputumnya harus dikultur
untuk memperbaiki hal ini. Tujuan jenis terapi ini adalah
dan uji kepekaan obat. Untuk seumur hidup diberi H saja
meningkatkan respons imun pejamu menuju proteksi
(WHO) atau sesuai rekomendasi WHO untuk pengobatan
optimal.
TB resistensi ganda (multidrugs resistant tuberculosis
(MDR-TB).
Kortikosteroid diberikan untuk tuberkulosis yang
mengenai sistem saraf pusat (meningitis) dan perikarditis PANDUAN OBAT
100 tidak boleh diberikan pengobatan dengan resimen drug resistance) terutama terhadap INH dan rifampisin.
Sebab-sebab kegagalan pengobatan, antara lain : Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani peng-
O b a t : 1). Paduan obat tidak adekuat. 2). Dosis obat tidak obatan secara teratur dan adekuat sesuai dengan rencana,
cukup. 3).Minum obat tidak teratur/tidak sesuai dengan tetapi dalam kontrol ulangan ternyata sputum BTA kembali
petunjuk yang diberikan. 4). Jangka waktu pengobatan positif baik secara mikroskopik langsung ataupun secara
kurang dari semestinya. 5). Terjadi resistensi obat. 6). biakan. Frekuensi kekambuhan ini adalah antara 2-10%
Resistensi obat sudah harus diwaspadai yakni bila dalam tergantung pada jenis obat yang dipakai.
1-2 bulan p e n g o b a t a n tahap intensif, tidak terlihat Umumnya kekambuhan terjadi pada tahun pertama
perbaikan. setelah pengobatan selesai, dan sebagian besar kumannya
Di Amerika Serikat prevalensi pasien yang resisten masih sensitif terhadap obat-obat yang dipergunakan
terhadap OAT makin meningkat dan sudah mencapai semula. Penanggulangan terhadap pasien kambuh ini
9%. Di negara yang sedang berkembang seperti di Afrika, adalah:
diperkirakan lebih tinggi lagi. BTA yang sudah resisten berikan pengobatan yang sama dengan pengobatan
terhadap OAT saat ini sudah dapat dideteksi dengan cara pertama,
PCR-SSCP {Polymerase Chain Reaction-Single Stranded • lakukan pemeriksaan bakteriologis optimal yakni
Confirmation Polymorphism) dalam waktu 1 hari. periksa sputum BTA mikroskopis langsung 3 kali,
biakan, dan resistensi,
Drop out: 1. Kekurangan biaya pengobatan. 2. Merasa
evaluasi secara radiologis luasnya kelainan paru,
sudah sembuh. 3. Malas berobat/kurang motivasi.
identifikasi adakah penyakit lain yang memberatkan
Penyakit: 1). Lesi paru yang sakit terlalu luas/sakit berat. tuberkulosis seperti diabetes melitus, alkoholisme
2). Penyakit lain yang menyertai tuberkulosis seperti atau pemberian kortikosteroid yang lama,
diabetes melitus, alkoholisrae. 3). Adanya gangguan sesuaikan obat-obat dengan hasil tes kepekaan/
imunoiogis. resistensi,
Sebab-sebab kegagalan pengobatan yang terbanyak nilai kembali secara ketat hasil pengobatan secara
adalah karena kekurangan biaya pengobatan atau merasa klinis, radiologis, dan bakteriologis tiap-tiap bulan.
sudah sembuh. Kegagalan pengobatan ini dapat mencapai
50% pada terapi Jangka panjang, karena sebagian besar
pasien tuberkulosis adalah golongan yang tidak mampu PENGOBATAN PEMBEDAHAN
sedangkan pengobatan tuberkulosis memerlukan waktu
larna dan biaya banyak. Pasien kambuh adalah pasien yang telah menjalani terapi
Untuk mencegah kegagalan pengobatan ini perlu TB adekuat dan sudah dinyatakan sembuh oleh dokter
kerjasama yang baik dari dokter dan paramedis lainnya secara klinis, mikrobiologis maupun radiologis, kemudian
serta motivasi pengobatan tersebut terhadap pasien. pada evaluasi berikutnya terdapat gejala klinis tuber-
Penanggulangan terhadap kasus-kasus yang gagal ini kulosis positif (mikrobiologi positif). Terapi bedah, banyak
adalah: dilakukan dalam upaya penyembuhan pasien tuberkulosis
Terhadap pasien yang sudah berobat secara teratur. paru yang kambuh. Pada saat ini dengan banyaknya obat-
Menilai kembali apakah paduan obat sudah obat yang bersifat bakterisid, terapi bedah jarang sekali
adekuat mengenai dosis dan cara pemberiannya. dilakukan terhadap pasien tuberkulosis paru.
Lakukan pemeriksaan uji kepekaan/tes resistensi Indikasi terapi bedah saat ini adalah : a. pasien dengan
kuman terhadap obat. sputum BTA tetap positif (persisten) setelah pengobatan
Bila s u d a h d i c o b a d e n g a n o b a t - o b a t y a n g diulang; b. pasien dengan batuk darah masif atau ber-
masih peka, tetapi ternyata gagal j u g a , maka ulang; c. Terapi fistula bronkopleura, d. Drainase empiema
p e r t i m b a n g k a n terapi d e n g a n pembedahan tuberkulosis; d. Untuk mengatasi gangguan mekanik yang
t e r u t a m a pada pasien d e n g a n kavitas atau timbul pada tuberkulosis tulang (seperti stabilisasi tulang
destroyed lung. vertebra pada penyakit pott).
Terhadap pasien dengan riwayat pengobatan tidak Di s a m p i n g syarat toleransi operasi (spirometri,
teratur analisis gas darah dll) diperlukan j u g a syarat adanya
Teruskan pengobatan lama selama + 3 bulan obat-obat antituberkulosis yang masih sensitif Obat-obat
dengan evaluasi bakteriologis tiap-tiap bulan. antituberkulosis ini tetap diberikan sampai 6 bulan setelah
Nilai kembali tes resistensi kuman terhadap obat. operasi. Hasil operasi pasien dengan sputum BTA tetap
Bila ternyata terdapat resistensi terhadap obat, positif, sebagian besar BTA menjadi negatif di samping
ganti dengan paduan obat yang masih sensitif. perbaikan keluhan-keluhannya, sehingga dapat dikatakan
PENGOBATAN TUBERKULOSIS MUTAKHIR 881
t i n d a k a n bedah s a n g a t berarti d a l a m penyembuhan Chan E D , Laurel V, Strand MJ, et al. Treatment and outcome
analysis of 205 patients with multidrug-resistant tuberculosis.
pasien.
A m J Respir Cri: Care Med. 2004; 169:1103 - 1109.
Centers for Disease Control and Prevention. Prevention and
Treatment of Tuberculosis among patients infected with
USAHA PREVENTIF TERHADAP TUBERKULOSIS human immunodeficiency virus: principles of therapy and
revised recommendations.
Fishman AP. Pulmonary disease and disorder. New York: 1 " ed.
Vaksinasi BCG McGrawHill; 1990,1229323-.
Havlir D V , Barnes PF. Tuberculosis in patients with human
Dari b e b e r a p a p e n e l i t i d i k e t a h u i bahwa vaksinasi
immunodeficiency virus infection. N Engl J Med. 1999;
BCG yang telah dilakukan pada anak-anak selama ini 340:367.
hanya memberikan daya proteksi sebagian saja, yakni Hinshaw H C , Murray JF. Disease of the chest. 4* ed, Igaku-Shoin/
0-80%. Tetapi BCG masih tetap dipakai karena ia dapat Saunders IntemaHonal Edition; 1980,298355-.
Holland, S.M. 2000. Cytokine therapy of mycobacterial infections.
mengurangi kemungkinan terhadap tuberkulosis berat Acta.Intem. Med. 2000;45:431452-.
(meningitis, tuberkulosis milier dll) dan tuberkulosis ekstra Home N. Tuberculosis, Respiratory Disorders.
paru lainnya. Medicinelntemational. 1986; 2(12): 14901498-.
Iseman MD. Treatment of multidrug-resistant tuberculosis. N.
Engi J Med 1993; 329: 78491-.
Kemoprofilaksis
Kanai K. Introduction to tuberculosis and mycobacteria. Tokyo;
Kemoprofilaksis terhadap tuberkulosis merupakan S E A M I C Publication no.60; 1990.10559-.
masalah tersendiri dalam penanggulangan tuberkulosis Lobue PA.Tuberculosis treatment of disease. In: Manual of Clinical
Problems in Pulmonary Medicine. 6"' ed, Bordow RA,Ries
paru di samping diagnosis yang cepat dan pengobatan
A L and Morris T A eds.Lippincott Williams & Wilkins,
yang adekuat. Isoniazid banyak dipakai selama ini karena Philladelphia 2005; 195200-
harganya murah dan efek sampingnya sedikit (terbanyak Manaf A. Kebijaksanaan baru pemerintah dalam pe-nanggulangan
hepatitis dengan frekuensi 1 % , sedangkan yang berusia tuberkulosis paru. Simposium Tuberku-losis Paru Kembali,
Jakarta, 231993-10-.
lebih dari 50 tahun adalah 2%).
Manaf A. National Pulmonary Tuberculosis eradication Program.
Obat alternatif lain setelah Isoniazid adalah Rifampisin. Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
Beberapa peneliti pada I DAT (International Union Against Faculty of Medicine University of Indonesia . Jakarta, 1998.
Mitchison DA. Basic Concepts in the Chemotherapy of Tuberculosis.
Tuberculosis) menyatakan bahwa profilaksis dengan INH
In (Gangadharam PRJ and Jenkns PA, eds) Mycobacteria II
diberikan selama 1 tahun, dapat menurunkan insidens Chemotherapy, Chapman & Hall, 1998.1550-.
tuberkulosis sampai 55-83%, dan yang kepatuhan minum Narita M, Ashkin D, Hollender ES, et al. Paradoxical worsening of
obatnya cukup baik dapat mencapai penurunan 90%. Yang tuberculosis following antiretroviral therapy in patients with
AIDS. A m J Respair Crit Care Med. 1998; 158:157.
minum obatnya tidak teratur (intermittent), efektivitasnya
Ormerod L P Respiratory tuberculosis. Clinical Tuber-culosis,
masih cukup baik. Davies PDO, E d . London: Chapman and Hall; 1994.7392-.
Lama profilaksis yang optimal belum diketahui, tetapi Patterson P E , K i m e r l i n g M E , Bailey W C , and D u n l a p N E .
Chemotherapy of tuberculosis I n ; Schlossberg, D ed.
banyak peneliti menganjurkan waktu antara 6-12 bulan,
Tuberculosis and non tuberculosis mycobacterial infections.
antara lain dari American Thoracic Society dan US Centers 4th ed. W.B. Saunder Co. USA. 2000, 7182-.
for Diseases Control terhadap tersangka dengan hasil uji Prihatini S . D.O.T.S. Directly Observed Treatment Shortcourse.
Proceeding of the Integrated Tuberculosis Symposium.
tuberkulin yang diameternya lebih dari 5-10 m m . Yang
Faculty of Medicine, Universiy Of Indonesia Jakarta, 1998.
mendapat profilaksis 12 bulan adalah pasien HIV positif Snider D E . Tuberculosis: The world situation. History of the
dan pasien dengan kelainan radiologis dada. Yang lainnya diseases and efforts to combat it. Tuberculosis back to the
seperti kontak tuberkulosis dan sebagainya cukup 6 bulan future. Porter J D H and Me A d a m PWJ, E d . Chichester
England: John Wiley & Sons, 1994.1331-.
saja. Pada negara-negara dengan populasi tuberkulosis
World Health Organization. Guidelines for tuberculosis treatment
tinggi sebaiknya profilaksis diberikan terhadap semua in adult and children in National Tuberculosis Programmes
pasien HIV positif dan pasien yang mendapat terapi 1991.123-.
World Health Organization. Framework of effective tuberculosis
imunosupresi.
control.WHO tuberculosis program. Geneva: WHO,1994
World Health Organization. 1993. Treatment of tuberculosis:
Guidelines for national programmes. W H O , 1993.Geneva.
W H O , . Guidelines for the Management of Drug-Resistant
REFERENSI
Tuberculosis. (Crofton Chaulet P, Maher D, Grosset J, Harris
W, Home N , Iseman M and Watt B eds). 2 ed. 1997,Geneva.
American Thoracic Society, Centers for Disease Control and
Prevention, Infectious Diseases Society of America. Treatment
of tuberculosis. MMWR. 2003; 52 (RR-11):1.
Bamer PF, Barrow SA. Tuberculosis in the 1990s. Ann Intern Med.
1993; 119: 40010-.
Batoeah H D . Beberapa pedoman pemberantasan tuberkulosis di
Indonesia.Majalah Kedokteran Indonesia 1969;5:15867-.
120
TUBERKULOSIS PERITONEAL
Lukman Hakim Zain
882
TUBERKULOSIS PERITONEAL 883
peritoneal. Menurut Gupta dkk nilai ADA 30 u/l mempunyai sonografi tuberkulosis peritoneal yang sering antara
sensitifitas 100% dan spesifisitas 9 4 , 1 % , serta mengurangi lain, cairan yang bebas atau terlokalisasi dalam rongga
positip palsu dari sirosis hati atau keganasan karena nilai a b d o m e n , abses d a l a m a b d o m e n , massa di d a e r a h
ADA nya 14 ± 10,6 u/l. ileosekal dan pembesaran kelenjar limfe retroperitoneal.
Hafta A dkk melakukan penelitian untuk Adanya penebalan mesenterium, perlengketan lumen
membandingkan konsentrasi ADA pada pasien tuberkulosis usus dan penebalan omentum, dapat dilihat dan harus
p e r i t o n e a l , t u b e r k u l o s i s peritoneal dan sirosis hati. diperiksa dengan seksama.
Didapatkan hasilnya 131,1 ± 38,1 u/l, 29 ± 18,6 u/l, dan
CT Scan. P e m e r i k s a a n CT Scan untuk t u b e r k u l o s i s
12,9 ± 7 u/l. Pada asites yang konsentrasi proteinnya
peritoneal tidak ada suatu gambaran yang khas, secara
rendah nilai A D A nya akan rendah s e h i n g g a dapat
umum ditemukan gambaran peritoneum yang berpasir.
menyebabkan negatif palsu. Oleh sebab itu pada kasus
Rodriguez dkk melakukan suatu penelitian yang
seperti ini dapat dilakukan pemeriksaan IFNy.
membandingkan tuberkulosis peritoneal dengan karsinoma
Fathy ME melaporkan angka sensitivitas IFNy 90,9%,
peritoneal. Didapatkan penemuan yang paling baik untuk
ADA 8 1 , 8 % dan PCR 3 6 , 3 % d e n g a n m a s i n g - m a s i n g
m e m b e d a k a n n y a dengan melihat gambaran CT scan
spesivisitas 1 0 0 % untuk m e n d i a g n o s i s t u b e r k u l o s i s
terhadap peritoneum parietalis. Bila peritoneumnya licin
peritoneal. Bhargava dkk melakukan penelitian terhadap
dengan penebalan yang minimal dan pembesaran yang
konsentrasi ADA pada cairan asites dan serum pasien
jelas menunjukkan gambaran tuberkulosis peritoneal,
tuberkulosis peritoneal. Konsentrasi ADA 36 u/l pada
sedangkan karsinoma peritoneal terlihat adanya nodul yang
cairan asites dan 54 u/l pada serum dan perbandingan
tertanam dan penebalan peritoneum yang tak teratur.
konsentrasi ADA pada asites dan serum > 0,984
mendukung diagnosis tuberkulosis peritoneal. Peritoneoskopi. Peritoneoskopi cara yang terbaik untuk
Pemeriksaan yang lain adalah mengukur konsentrasi mendiagnosis tuberkulosis peritoneal. Tuberkel pada
CA-125 {cancer antigen 125). CA-125 merupakan antigen peritoneum yang khas akan terlihat pada lebih dari
y a n g t e r k a i t k a r s i n o m a o v a r i u m , a n t i g e n ini tidak 90% pasien dan biopsi dapat dilakukan dengan terarah,
ditemukan pada ovarium orang dewasa normal namun selanjutnya dilakukan pemeriksaan histologi. Pada tuberkel
dilaporkan j u g a meningkat pada kista ovarium, gagal peritoneal ini dapat ditemui BTA hampir 7 5 % pasien
ginjal kronis, penyakit autoimun, pankreas, sirosis hati dan tuberkulosis peritoneal. Hasil histologi yang penting
tuberkulosis peritoneal. adalah didapatnya granuloma. Yang lebih spesifik lagi
Z a i n LH di m e d a n m e n e m u k a n p a d a 8 k a s u s adalah jika didapati granuloma dengan perkejuan.
tuberkulosis peritoneal dijumpai konsentrasi CA-125 G a m b a r a n y a n g dapat dilihat pada tuberkulosis
meninggi dengan konsentrasi rata-rata 370,7 u/ml (66,2- p e r i t o n e a l : 1). T u b e r k e l kecil a t a u p u n b e s a r pada
907 u/ml). Dengan demikian disimpulkan bahwa bila dinding peritoneum atau pada organ lain dalam rongga
dijumpai peninggian serum CA-125 disertai dengan cairan peritoneum seperti hati, omentum, ligamentum atau usus;
asites yang eksudat, jumlah sel > 350/m\ limfosit dominan 2). Perlengketan di antara usus, omentum, hati, kandung
maka tuberkulosis peritoneal dapat dipertimbangkan empedu dan peritoneum; 3). Penebalan peritoneum; 4).
sebagai diagnosa. Adanya cairan eksudat atau purulen, mungkin cairan
B e b e r a p a peneliti m e n g g u n a k a n C A - 1 2 5 untuk bercampur darah.
melihat respon p e n g o b a t a n seperti y a n g d i l a k u k a n Walaupun dengan cara peritoneoskopi tuberkulosis
Mas MR dkk yang menemukan CA-125 sama tingginya peritoneal dapat dikenal dengan mudah namun
dengan kanker ovarium 475,80 ± 106,19 u/ml dan setelah gambarannya dapat menyerupai penyakit lain seperti
pemberian obat antituberkulosis konsentrasi serum CA 125 peritonitis karsinomatosis. Karena itu pengobatan baru
menjadi 20,80 ± 5,18 u/ml (normal < 35 u/ml) setelah 4 diberikan bila hasil pemeriksaan histologi menyokong suatu
bulan pengobatan antituberkulosis. tuberkulosis peritoneal. Kadang-kadang peritoneoskopi
Teruya dkk pada tahun 2000 di Jepang menemukan tidak dapat dilakukan pada kasus dengan perlengketan
peningkatan konsentrasi CA 19-9 pada serum dan cairan jaringan yang luas, sehingga trokar sulit dimasukkan.
asites pasien tuberkulosis peritoneal, setelah diobati Pada keadaan seperti itu sebaiknya dilakukan laparatomi
selama 6 minggu dijumpai penurunan menjadi normal. diagnostik.